34
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Pengertian Belajar James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense)is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Syaiful Bahri: 2011: 12-13). Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology (Suryabrata: 2011) menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Artinya belajar ditunjukkan oleh 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Pengertian Belajar

James O. Whittaker merumuskan belajar sebagai proses di mana

tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior

as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the

process by which behavior (in the broader sense)is originated or

changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek

atau latihan. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar.

Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya (Syaiful Bahri: 2011: 12-13).

Menurut Cronbach di dalam bukunya Educational Psychology

(Suryabrata: 2011) menyatakan bahwa learning is shown by a change

in behavior as a result of experience. Artinya belajar ditunjukkan oleh

9

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

10

perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman (Syaiful

Bahri: 2011: 13).

Syaiful Bahri: 2011: 13, juga menyimpulkan bahwa belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotor.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses perubahan pengetahuan, nilai, sikap dan tingkah

laku yang disebabkan oleh pengalaman.

2.1.2. Hasil Belajar Matematika

Menurut Nana Sudjana (2004: 14) hasil belajar adalah suatu

akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu

berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan

maupun tes perbuatan. Sedangkan Nasution (2003: 42) berpendapat

bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar,

tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan

dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar

adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi

tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun

kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian

terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah

menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

11

sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang

ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta

kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian

(formatif), nilai ulangan tengah semester (Sub sumatif), dan nilai

ulangan semester (sumatif).

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan

penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil

belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan

siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan

belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan

kelas maupun individu.

Hasil belajar menurut Sudjana (2004: 22) dibagi menjadi tiga

macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b).

Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-

masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum

sekolah.

2.1.3. Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif

permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Definisi sebelumnya

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

12

menyatakan bahwa seorang manusiadapat melihat perubahan terjadi

tetapi tidak pembelajaran itu sendiri (Wikipedia bahasa Indonesia).

Menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai

konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam

materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep

dan struktur-struktur matematika,(Pitajeng, 2006: 29). Dalam setiap

kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan

pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem).Dengan mengajukan masalah kontekstual,peserta didik

secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika.

Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah

diharapkan menggunakan tekhnologi informasi dan komunikasi seperti

komputer, alat peraga atau media lainnya.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

dan memajukan daya pikir manusia. Oleh karena itu, untuk menguasai

dan mencipta tekhnologi di masa depan diperlukan penguasaan

metematika yang kuat sejak dini dan pembelajaran yang membuat

siswa belajar dan menjadi bermakna.

Pembelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai

dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan

bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

13

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memamnfaatkan

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

tidak pasti dan kompetitif.

Diberikannya mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes,

akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri

dalam pemecahan masalah.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat disimpulkan bahawa

pelajaran matematika di sekolah merupakan proses yang dirancang

untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan kegiatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

14

siswa belajar matematika sekolah. Dari pengertian tersebut jelas

kiranya bahwa unsure pokok dalam pembelajaran matematika adalah

guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja

dirancang selanjutnya disebut pebelajaran siswa sebagai pelaksanaan

kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari

dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran. Siswa

dalam belajar matematika akan dapat mudah memahami jika dibantu

dengan manipulasi objek-objek konkret.

2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Lie (2002 : 12) pembelajaran kooperatif merupakan

sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Sedangkan menurut Slavin (2010 : 4) Pembelajaran kooperatif

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Roger, dkk.

(Miftahul Huda : 2011 : 29) juga menyatakan cooperative learning is

group learning activity organized in such a way that learning si based

on the socially structured change of information between learners in

group in which each learner is held accountable for his or her own

learning and is motivated to increase the learning of others

(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok

yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

15

didasarkan pada perubahan informasi secara social di antara

kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnyasetiap pembelajar

bertanggung jawabatas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk

meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain).

Dari beberapa pengertian kooperatif menurut pakar-pakar diatas,

Johnson dan Johnson kutipan dari (Miftahul Huda : 2011 : 31) juga

menyimpulkan bahwa, pembelajaran kooperatif berarti working

together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai

tujuan bersama).

Menurut Roger dan David Johnson (Lie. 2002: 30-34) ada lima

unsur yang harus diterapakan dalam model pembelajaran kooperatif,

kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. Saling ketergantungan positif

Saling ketergantungan positif berarti keberhasilan kelompok

ditentukan oleh usaha belajar setiap anggotanya. Untuk menciptakan

kelompok kerja yang efektif, guru perlu menyusun tugas sedemikian

rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya

sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung jawab perseorangan

Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun

tugas sedemikian rupa, hehingga masing-masing anggota kelompok

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

16

harus melaksanakan tanggungjawabnya sendiri agar tugas selanjutnya

dalam kelompok bida dilaksanakan.

c. Tatap muka

Tatap muka berarti memberikan kesempatan untuk bertatap muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para siswa

untuk membagi sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari

sinergi ini adalah menghargai perbedaan manfaat kelebihan dan

mengisi kekurangan masing-masing.

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga

bergantung pada kesediaan para nggotanya untuk saling mendengarkan

dan kemampuan mereka untuk mengutarakan kemampuan mereka.

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses

panjang. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat

dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan

pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

e. Evaluasi proses kelompok

Evaluasi kelompok berarti siswa dalam satu kelompok bersama-

sama mengevaluasi proses belajar kelompok. Format evaluasi dapat

bermacam-macam, tergantung pada tingkat pendidikan siswa. Hal-hal

yang prelu dievaluasi misalnya bekerjasama, partisipasi setiap anggota,

komunikasi antar anggota, dan lain sebagainya. Hal ini akan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

17

mendorong setiap kelompok untuk mengingatkan efektifitas belajar

ke;ompoknya.

Sadker dan Sadker (1997) menjabarkan beberapa manfaat

pembelajaran kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan

keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga

memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini:

1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif

akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini

khususnya bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran matematika.

2. Siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif akan

memiliki sikap dan harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang

lebih besar untuk belajar.

3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada

teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa

ketergantungan yang positif (interpedensi positif) untuk proses

belajar mereka nanti.

4. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa

terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan

etnik yang berbeda-beda (Miftahul Huda : 2011 : 66)

Salavin (2010: 33) mengatakan bahwa tujuan yang paling penting

dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa

pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka

butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakr yang bahagia dan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

18

memberikan kontribusi. Sejak semula, penelitian mengenai

pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini

bisa mengembangkan pencapaian yang bisa dibuat para siswa. Namun,

penelitian ini juga memperlihatkan berbagai alasan bahwa

pembelajaran kooperatif memamng meningkatkan pencapaian dan

yang paling penting, penelitian juga menunjukkan bahwa unsur-unsur

pembelajaran kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan

pengaruh dan pencapaian maksimal.

Terdapat enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran

kooperatif. Keenamfase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tebel

berikut:

Tabel 1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koopertif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals

and set

Menyampaikan tujuan

dan mempersiapkan

peserta didik.

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan

mempersiapkan peserta didik belajar

Fase 2: Present

information

Menyajikan informasi.

Mempresentasikan informasi kepada peserta

didik secara verbal

Fase 3: Organize

students into learning

teams

Mengorganisir peserta

didik kedalam tim

belajar.

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukan tim

belajar dan membantu kelompok melakukan

transisi yang efisien

Fase 4: Assist team

work and study

Membantu kerja tim

dan belajar

Membantu tim-tim belajar belajar selama

peserta didik mengerjakan tugasnya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

19

Fase 5: Test on the

materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik

mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide

recognition

Memberikan

pengakuan atau

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha

dan prestasi individu maupun kelompok

(S. Agus: 2011: 65)

Fase pertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran

kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus

memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase

kedua, guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan

isi akademik. Fase ketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh

sebab itu transisi pembelajaran dari da ke kelompok-kelompok belajar

harus diorkestrasi dengan cermat. Sejumlah elemen perlu

dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugas-tugasnya. Guru

harus menjelaskan bahwa peserta didik harus saling bekerjasama

dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan

tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas

individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase

ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang

hanya menggantungkan tugas kepada individu lainnya. Fase keempat,

guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-

tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Pada

fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk,

pengarahan atau meminta beberapa peserta didik mengulangi hal yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

20

sudah ditunjukkannya. Fase kelima, guru melakukan evaluasi dengan

menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan

pembelajaran. Fase keenam, guru mempersiapkan struktur reward

yang akan diberikan kepada peserta didik. Variasi struktur reward

bersifat individualistis terjadi apabila sebuah reward dapat dicapai

tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain (S. Agus: 2011:

65-66).

2.1.5. Pembelajaran TGT (Teams Games Tournamet)

TGT adalah teknik pembelajaran yang sama seperti STAD

(Students Teams Achievement Divisions) dalam setiap hal.

Perbedaannya sebagai ganti kuis dan sistem perbaikan skor individu,

TGT menggunakan turnamen perbaikan akademik. Dalam turnamen

itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang

setara kinerja akademiknya. Pada model ini siswa memainkan

permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh

tambahan point untuk skor tim mereka (Trianto: 2011: 83)

A. Langkah-langkah Pembelajaran TGT

Secara runtut implementasinya, TGT terdiri dari 4 komponen

utama, antara lain: (1) Presentasi guru; (2) Kelompok Belajar; (3)

Turnamen; dan (4) Pengenalan Kelompok.

a) Guru menyiapkan:

Kartu soal

Lembar Kerja Siswa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

21

Alat/Bahan

b) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok

anggotanya 3-5 orang)

c) Guru mengarahkan aturan permainannya

B. Aturan (Skenario) Permainan

Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok

penanatang I, kelompok penantang II, dan setrusnya sejumlah

kelompok yang ada.

Kelompok pembaca, bertugas: (1) Ambil kartu bernomor dan cari

pertanyaan pada lembar permainan; (2) baca pertanyaan keras-

keras; dan (3) beri jawaban.

Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau

memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan kelompok penantang

kedua: (1) Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang

berbeda; dan (2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan

secara bergiliran (games ruler)(Trianto: 2011: 84).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

22

(Slavin: 2010: 168)

C. Sistem Perhitungan Poin Turnamen

Skor siswa dibandingkan dengan rerata skor yang lalu

mereka sendiri, dan poin diberika berdasarkan pada seberapa jauh

siswa menyamai atau melampaui prestasi yang laluinya sendiri.

Poin tiap anggota tim ini dijumlah untuk mendapatkan skor tim dan

tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau

ganjaran (award) yang lain (Trianto: 2011: 85-86).

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turnamen 4

Meja Turnamen 3

Meja Turnamen 2

Meja Turnamen 1

C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

TEAM A

Gambar. 1

Hubungan antara Tim-Tim Heterogen

Dengan meja Homogen dalam Turnamen

TEAM B TEAM C

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

23

Tabel 2. Kriteria Penghargaan Tim

Kriteria (team average) Award

30-40 Good Team

40-45 Great Team

45-ke atas Super Team

2.1.6. Keterampilan Mengajar

Keberhasilan mengajar, selain ditentukkan oleh factor

kemampuan, motifasi dan keaktifan siswa dalam belajar dan

kelengkapan fasilitas belajar, juga akan banyak bergantung pada

kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan

mengajar.begitu juga dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe TGT, seorang guru juga tidak dapat lepas dari

keterampilan mengajar yang harus dikuasainya agar tujuan belajarnya

tercapai secara optimal.

Tahap 8 keterampilan mengajar yang harus guru kuasai yaitu

keterampilan menjelaskan, bertanya, mengunakan variasi, memberi

penguatan, membuka dan menutup pelajaran, mengajar kelompok

kecil dan perorangan, mengelola kelas, membimbing diskusi kelompok

kecil. Berikut ini dijabarkan sebagai berikut:

a. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran bukanlah sekedar

menceritakan sesuatu kepada siswa. Keterampilan ini merupakan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

24

suatu keterampilan menyajikan bahan pelajaran yang

diorganisasikan secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang

berarti, sehingga mudah dipahami oleh siswa.

Penyampaian informasi ataupun uraian tentang suatu materi,

tidaklah dilakukan secara sembarangan melainkan harus

memperhatikan prinsip-prinsip keterampilan menjelaskan sebagai

berikut:

(1) Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran;

(2) Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan

karakteristik siswa;

(3) Materi pembelajaran harus dikuasai secara baik oleh guru;

(4) Materi penjelasan harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa;

(5) Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang

konkrit dan dihubungkan dengan kehidupan;

(6) Penjelasan dapat diberikan diawal, tengah ataupun akhir

pelajaran;

(7) Penjelasan dapat diberikan bila siswa bertanya atau dapat juga

atas rancangan guru;

(8) Penjelasan harus diselingi Tanya jawab. (Sumantri. 2000: 265-

266).

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

25

b. Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan

yang dilontarkan guru yang menuntut respons atau jawaban dari

siswa. Keterampilan bertanya bertujuan untuk:

(1) Merangsang dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa;

(2) Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi belajar;

(3) Melatih siswa dalam berpikir divergen;

(4) Mencapai tujuan belajar. (Sumantri. 2000: 267-268)

c. Keterampilan mengguanakan variasi

Yaitu keterampilan guru di dalam menggunakan bermacam

kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar siswa sekaligus

menguasai kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan

aktivitas belajar yang efektif. (Sumantri. 2000: 270-270)

d. Keterampilan memberi penguatan

Memberi penguatan atau reinforcement merupakan tindakan

atau respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong

munculnya peningkatan kualitas tingkah laku tersebut disaat yang

lain.

Menggunakan keterampilan member penguatan dalam

pembelajaran bertujuan untuk:

(1) Membangkitkan motivasi belajar siswa;

(2) Merangsang siswa berpikir yang baik;

(3) Menimbulkan perhatian siswa;

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

26

(4) Menimbulakan kemampuan berinisiatif secara pribadi;

(5) Mengembalikan dan mengubah sikap negative siswa dalam

belajar kearah perilaku yang mengandung belajar.

Guru dapat menggunakan jenis-jenis penguatan dalam kegiatan

belajar mengajar sesuai situasi dan kondisi yang berlangsung di

kelas. Jenis-jenis penguatan ini adalah:

(1) Penguatan Verbal, yaitu penguatan yang diberikan guru berupa

kata-kata/kalimat yang diucapkan seperti: “bagus”, “baik”, dan

sebagainya.

(2) Penguatan Gestural, yaitu penguatan berupa gerak tubuh atau

mimik muka yang memberi arti/kesan baik kepada siswa.

Punguatan ini berupa tepuk tangan, ancungan jempol, dan

sebagainya.

(3) Penguatan dengan cara mendekati, yaitu perhatian guru kepada

perilaku siswa dengan cara mendekatinya. Penguatan ini dapat

dilakuakan tatkala siswa menjawab pertanyaan, dikusi,

bertanya atau aktivitas lainnya.

(4) Penguatan dengan cara sambutan, yaitu penguatan yang

diberikan guru dengan cara menyentuh siswa, seperti menepuk

pundak siswa, mengusap rambut kepala, memijat tangan, dan

sebagainya.

(5) Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan.

Memberikan penghargaan kepada kemampuan siswa dalam

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

27

suatu bidang tertentu seperti siswa yang pandai bernyanyi

diberi kesempatan untuk melatih vocal pada temanya, yang

pandai dapat dijadikan tutor sebaya, dan sebagainya.

(6) Penguatan berupa tanda atau benda. Adakalanya guru

memberikan penilaian kepada siswa yang berupa simbol-

simbol atau benda-benda. Penguatan ini dapat berupa komentar

tertulis atas karya siswa, hadiah berupa buku tulis, piagam,

lencana dan sebagainya. (Sumantri. 2000: 272-275).

e. Keterampialan membuka dan menutup pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk

mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran.

Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam

mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran guru

dapat menyimpulkan materi pelajaran, member evaluasi untuk

mengetahui tingkat pencapaian siswa, melakuakan refleksi untuk

mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam kegiatan belajar

mengajar.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam

mengembangkan keterampilan membuaka dan menutup pelajaran

ini:

(1) Hubungan antara pendahuluan dengan inti pengajaran serta

dengan tugas-tugas yang akan dikerjakan sebagai tindak lanjut

Nampak jelas dan logis;

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

28

(2) Menggunakan apersepsi yang mengenalkan pokok pelajaran

dengan menghubungkannya terhadap pengetahuan yang sudah

diketahui oleh siswa;

(3) Dalam membuka pelajaran harus memberi makna keoada

siswa, yaitu dengan menggunakan cara-cara yang relevan

dengan tujuan dan bahan yang akan disampaikan. (Sumantri.

2000: 277-279).

f. Keterampilan mengajar dalam kelompok kecil dan perorangan

Keterampilan mengajar kelompok kecil dalah kemampuan guru

melayani kegiatan siswa dalam belajar secara kelompok dengan

jumlah siswa berkisar antara 3 sampai 5 orang siswa atau paling

banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan

keterampilan dalam pengajaran perorangan atau individu adalah

kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur,

dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan

memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan individual siswa.

(Sumantri. 2000: 279).

g. Keterampilan mengelola kelas

Keterampilan mengelola kelas merupakan kemampuan guru

dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar mengajar

yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan

guru untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan,

menyenangkan siswa dan menciptakan disiplin belajar secra sehat.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

29

Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru dapat

melaksanan tugas-tugas penglolaan kelas dengan memperhatikan

prinsip sebagai berikut:

(1) Kehangatan dan keantusiasan;

(2) Tantangan; gunakan kata-kata, tindakan atau bahan dengan

sajian yang menantang;

(3) Bervariasi; gunakan variasi dengan kegiatan belajar mengajar;

(4) Keluwesan; digunakan apabila guru mendapat hambatan dalam

perilaku siswa sehingga guru dapat merubah strategi

mengajarnya;

(5) Menekankan hal-hal positif, memelihara hal positif dan

menghindarkan konsentrasi pada hal negatif;

(6) Tanamkan disiplin diri; selalu mendorong siswa agar

memilikidisiplin diri. (Sumantri.2000: 281-283).

h. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang

diakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan

suatu oermasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan

tertentu.

Beberapa prinsip dalam membimbing diskusi kelompok kecil

yang harus diperhatikan adalah:

(1) Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan;

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

30

(2) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab

pertanyaan;

(3) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis;

(4) Bimbinglah dan jadikanlah guru sebagai teman dalam diskusi.

(Sumantri. 2000: 287-288).

2.1.7. Materi Bangun Ruang Sederhana

A. Sifat-sifat Kubus

Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh enam

buah persegi yang berukuran sama.

Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kita

perhatikan gambar di bawa ini.

Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus

ABCD.EFGH.

1) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:

Sisi ABCD Sisi ADHE

Sisi ABFE Sisi DCGH

Sisi EFGH Sisi BCGF

Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.

Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang

berukuran sama.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

31

2) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah:

Rusuk AB Rusuk EH

Rusuk EF Rusuk AD

Rusuk HG Rusuk AE

Rusuk DC Rusuk BF

Rusuk BC Rusuk CG

Rusuk FG Rusuk DH

Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.

Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.

3) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah:

Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.

B. Sifat-sifat Balok

Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tiga pasang

(enam buah) persegi panjang dimana setiap pasang persegi panjang

saling sejajar (berhadapan) dan berukuran sama.

Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang balok, mari kita

perhatikan gambar di bawah ini.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

32

Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada balok

ABCD.EFGH.

1) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:

Sisi ABCD

Sisi ABFE

Sisi ADHE

Sisi EFGH

Sisi DCGH

Sisi BCGF

Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.

Sisi ABCD = Sisi EFGH

Sisi BCFG = Sisi ADHE

Sisi ABFE = Sisi EFGH

2) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah:

Rusuk AB Rusuk EH

Rusuk EF Rusuk AD

Rusuk HG Rusuk AE

Rusuk DC Rusuk BF

Rusuk BC Rusuk CG

Rusuk FG Rusuk DH

Jadi ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.

Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

33

Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD

Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH

3) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:

Titik sudut A Titik sudut E

Titik sudut B Titik sudut F

Titik sudut C Titik sudut G

Titik sudut D Titik sudut H

C. Sifat-sifat Tabung, Kerucut Dan Bola

Tabung kerucut dan bola sangat berbeda dengan kubus maupun

balok. Dalam ketiga bangun ruang ini terdapat sisi yang melengkung.

Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang tabung, mari kita

perhatikan gambar di bawah ini.

Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung,

sisi atas dan sisi bawah. Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak

mempunyai titik sudut.

Sisi atas

Sisi lengkung

Sisi bawah

rusuk

rusuk

Sisi lengkung

Sisi alas

rusuk

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

34

Bangun ruang kerucut mempunyai 2 buah sisi, yaitu sisi alas dan

sisi lengkung. Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah

titik sudut yang biasa disebut titik puncak.

Yang terakhir, bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi

lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.

2.2. Kajian Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian relevan yang telah

dilakukan terhadap model pembelajaran kooperatif dan meningkatan

prestasi belajar matematika, adapun hasil penelitian relevan tersebut antara

lain sebagai berikut:

1. Fitria. 2009. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) dan TAI (TEAMS

ASSISTED INDIVIDUALIZATION) Terhadap Hasil Belajar Peserta

Didik Kelas VIII SMP N 2 SULANG Pada Materi Pokok Bangun

Ruang Sisi Datar. Skripsi. Jurusan Matematika. Fakultas MIPA.

Universitas Negeri Semarang.

Hasil yang diperoleh adalah bahwa Seluruh rangkaian dalam

pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe TGT dan tipe

TAI menyebabkan rata-rata hasil belajar matematika peserta didik

kelompok TGT lebih baik disbanding rata-rata nilai tes hasil belajar

kelompok TAI. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji Sebesar

2,0546 > 1,998 yang merupakan harga , sehingga diterima.

Dengan kata lain, rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelompok

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

35

yang diterapkan model kooperatif tipe TGT lebih baik dari pada rata-

rata nilai tes hasil belajar peserta didik pada kelompok yang diterapkan

model kooperatif tipe TAI.

Dari hasil penelitian diatas, penerapan kooperatif tipe TGT lebih

berhasil digunakan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas

VIII SMP NEGERI 2 SULANG. Melihat keberhasilan tersebut diatas,

Kooperatif tipe TGT akan lebih tepat diterapkan di SD. Karena cara

berfikir siswa SD lebih senang jika diajak bermain, tentunya anak SD

akan sangat bergairah dalam belajar metematika melalui teknik TGT.

2. Zaenudin, Muhammad. 2008. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIII SMP Islam Nudia Materi

Pokok Lingkaran Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT.

Skripsi. Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri

Semarang. Drs. Asikin, M.Pd dan Dra. Rahayu Budhiarti, M.Si.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Siklus I rata-rata aktivitas

peserta didik sebesar 81,06%, sedangkan rata-rata keaktifan yang

ditetapkan peneliti adalah 81,66%, maka keaktifan peserta didik pada

siklus ini masih rendah. 2. Hasil belajar peserta didik <60 untuk semua

peserta didik. Pada siklus II: 1. Rata-rata keaktifan peserta didik

mengalami peningkatan sebesar 85% dari siklus I, karena 85% peserta

didik mendapat nilai ≥60, ini berarti ketuntasan setiap peserta didik

minimal 60 dan ketuntasan klasikal minimal 75% terpenuhi,

sedangkan pada siklus III, 1. Rata-rata keaktifan siswa makin

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

36

meningkat, ditunjukkan dari keaktifan siswa sebesar 90%, 2. Hasil

belajar peserta didik ≥60 untuk semua peserta didik.

Dari hasil penelitian di atas, jelas kiranya bahwa pembelajaran

kooperatif tipe TGT adalah pembelajaran yang dgunakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dan merancang pola piker siswa

untuk bekerja sama di dalam kelompok untuk memecahkan masalah

pelajaran yang sedang dilaksanakan dan membuat sebuah

pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

3. Sunanto. 2007. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Peserta Didik Kelas VII G SMP Negeri 1 Bulakamba Brebes Pada

Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Stu Variabel.

Skripsi. Jurusan Matematika Pendidikan Dasar. Fakultas MIPA.

Universitas Negeri Semarang. Pembiming: 1. Drs. Amin Suyitno, M.

Pd, II. Drs. Yuli Wiranto, M. Pd.

Hasil yang diperoleh adalah nilai rata-rata tes sebesar 60,22 pada

siklus I, pada siklus II niali ratarata tes akhir adalah 69,78 dan 62,17

pada siklus III. Artinya terjadi peningkatan lebih dari 10%.

Kesimpulannya adalah (1) penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar, (2) aktivitas, motivasi dan

minat peserta didik meningkat, dan (3) telah memperoleh cara yang

tepat dan efektif dalam penerapan pembelajarankooperatif tipe TGT.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

37

Dari hasil penelitian di atas, peneliti termotivasi mencoba

menggunakan strategi pembelajaran yang sama pada siswa kelas IV

SD Negeri 2 Tlogosih pada mata pelajaran matematika, peneliti

tertarik untuk memecahkan permasalahan pembelajaran yang ada di

SD Negeri 2 Tlogosih melalui kooperatif teknik TGT.

4. Rizkiana. 2009. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Teams

Games Tournament (TGT) dan Numbered Heads Together (NHT)

Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Aspek Representasi

Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Moga Tahun Pelajaran

2008/2009. Skripsi. Jurusan Matematika, Fakultas MIPA. Universitas

Negeri Semarang.

Hasil yang diperoleh adalah setelah kedua kelompok mendapatkan

perlakuan yang berbeda yaitu pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelompok eksperimen I dan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk

kelompok eksperimen II, maka kedua kelas diberikan evaluasi dengan

alat evaluasi yang sama untuk mengetahui kemampuan komunikasi

matematis aspek representasi siswa masing-masing kelas. Berdasarkan

uji kesamaan dua proporsi (NHT dan TGT) diperoleh = 3,136

dan = 1,64. Karena > maka ditolak dan

diterima. Hal ini berarti bahwa hasil kemampuan komunikasi

matematis aspek representasi siswa yang memperoleh pembelajaran

dengan model kooperatif TGT lebih baik dari pada hasil kemampuan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

38

komunikasi matematis aspek representasi siswa yang memperoleh

pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT.

Dari hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran

melalui teknik TGT lebih baik dan dapat meningkatkan hasil belajar.

Namun demikian, perlu di buktikan lagi pada penelitian tindakan kelas

ini.

5. Restika. 2009. Aplikasi Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

(Teams Games Tournament) dalam meningkatkan motivasi dan hasil

belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 2 Surakarta

Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasil yang diperoleh adalah aplikasi model pembelajaran kooperatif

tipe TGT (Teams-Games-Tournament) dapat meningkatkan motivasi

dan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 2

Surakarta tahun ajaran 2008/2009. Rata-rata skor motivasi siklus I

124,87 (baik); siklus II 134,77 (baik); dan siklus III 151,70 (sangat

baik). Rata-rata aspek kognitif untuk nilai awal adalah 39,03; siklus I

53,17 (0 % siswa mencapai nilai _ 70); siklus II 60,6 (20 % siswa

mencapai nilai _ 70); dan siklus III 74,17 (76,67 % siswa mencapai

nilai _ 70). Sedangkan hasil belajar pada aspek afektif siklus I 29,07

(cukup berminat); siklus II 37,43 (berminat); dan siklus III 43,57

(sangat berminat).

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

39

Dengan menggunakan teknik TGT, siswa akan terasa lebih senang

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA

Muhamadiyah 2 Surakarta. Melihat karakter siswa SD, TGT juga tepat

untuk diterapkan di SD karena TGT lebih menyenangkan dan tidak

membosankan.

6. Erna. 2011. Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams Games

Tournament) Menggunakan PUZZLE Untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Biologi Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Ngadirojo Tahun

Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran

kooperatif TGT menggunakan puzzle dapat meningkatkan motivasi

belajar biologi siswa di kelas VIIIE SMP Negeri 2 Ngadirojo tahun

pelajaran 2010/2011. Persentase rata-rata berdasarkan lembar

observasi motivasi belajar biologi siswa pra siklus sebesar 48,78%,

siklus 1 sebesar 75,76% dan siklus 2 sebesar 92,12%. Hasil

perhitungan angket pra siklus menunjukkan motivasi belajar biologi

siswa sebesar 63,8%, siklus 1 sebesar 75,14%, dan siklus 2 sebesar

80,34%.

Dari hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran

melalui teknik TGT lebih baik dan dapat meningkatkan motivasi

belajar. Jika motivasi belajar meningkat, maka hasil belajar pun juga

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

40

akan menikgkat. Dari penelitian di atas, peneliti tertarik untuk

menerapkan TGT di SD Negeri 2 Tlogosih.

7. Aziz. 2012. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Eksperimen Pada

Siswa Kelas XI IPS SMAN 14 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012).

Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. FPEB. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Setelah dilihat dari hasil post test bahwa terdapat perbedaan hasil

belajar siswa anatara kelas eksperimen dan kelas kontrol berikutnya

kita dapat melihata hasil belajar siswa dari N-Gain atau peningkatan

hasil belajar siswa (pre test dan post test). Peningkatan hasil belajar

siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol,

berdasarkan uji statistik kelas eksperimen mendapat ratarata

peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 0,65 sedangkan kelas control

mendapat rata-rata peningkatan hasil belajar sebesar 0,53. Hal ini

menunjukan

bahwa terdapat peerbedaan hasil belajar anatara kelas yang

mengunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team

Game Tournament daripada kelas yang menggunakan model

pembelajaran konvensional.

Dari hasil penelitian relevan di atas, model kooperatif teknik TGT

semuanya diterapkan dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

41

siswa SMP/MTs. Tetapi menurut peneliti, tidak menutup kemungkinan

model pembelajaran kooperatif ini dapat diterapkan pada siswa

sekolah dasar (SD). Salah satu karakteristik anak usia sekolah dasar

menurut Bassets, Jacka dan Logan adalah anak senang bermain dan

lebih suka bergembira/riang. (Sumantri.2001: 11). Pada model

pembelajaran kooperatif teknik TGT terdapat permainan/game yang

disukai oleh anak-anak sehingga peneliti menerapkan model

pembelajaran ini pada siswa SD.

Dengan permainan inilah diharapkan timbul perasaan senang siswa

terhadap pembelajaran matematika yang selama ini mereka anggap

sebagai mata pelajaran yang sulit dan menegangkan. Pengaruh

perasaan senang sangat besar terhadap belajar anak. Jika anak tidak

merasa senang pada suatu topok/materi matematika yang sedang

dipelajari, maka ia akan malas untuk mempelajarinya dan perhatiannya

pada pelajaran tersebut akan hilang. Sehingga hal ini akan berakibat

pada kurangnya prestasi belajar anak.

2.3. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa

siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan tahan lama. Salah

satunya dapat diperoleh melalui kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada keterlibatan aktivitas belajar siswa. Interaksi dan keterlibatan aktif

siswa dalam peoses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar atau

prestasinya. Salah satunya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori 2.1.1 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/867/3/T1_292008115_BAB II.… · Menurut Cronbach di dalam bukunya . ... dan memajukan daya

42

tipe TGT. Berikut ini disajikan skema kerangka berbepikir dari penelitian

ini sebagai berikut:

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di

atas, maka penelitian mengajukan hipotesis tindakan yaitu:

Dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games

Tournamen) hasil belajar matematika Kompetensi Dasar Menentukan

Sifat-sifat Bangun Ruang Sederhana siswa kelas IV SD Negeri 2 Tlogosih

Kecamatan Kebonagung Kabupaten Demak dapat ditingkatkan.

Kondisi Awal

1. Pembelajaran berpusan kepada guru

2. Pemahaman konsep belajar matematika siswa kurang.

3. Siswa mengalami kesulitan belajar matematika.

4. Siswa pasif

5. Hasil belajar matematika siswa rendah

Tindakan

Pendekatan Kooperative tipe TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menentukan Sifat-sifat Bangun Ruang

Sederhana Pada Pembelajaran Matematika.

Hasil Akhir

1) Siswa tertarik dan senang belajar matematika

2) Siswa lebih aktif

3) Hasil belajar matematika siswa meningkat