23
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan perhitungan (laporan) laba – rugi memperlihatkan hasil – hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan – alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan. Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan 1) Pengertian Laporan ... · 2017-04-01 · 1) Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan ... Ikatan Akuntan Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

 

1  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Laporan Keuangan

1) Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:1), laporan keuangan

merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,

seperti sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan

laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan.

Menurut Munawir (2010:5), pada umumnya laporan keuangan itu

terdiri dari neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan

ekuitas. Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aset, kewajiban dan

ekuitas dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Sedangkan

perhitungan (laporan) laba – rugi memperlihatkan hasil – hasil yang telah

dicapai oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu,

dan laporan perubahan ekuitas menunjukkan sumber dan penggunaan atau

alasan – alasan yang menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan menggambarkan

kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau

 

2  

jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal

adalah neraca, laporan laba – rugi atau hasil usaha, laporan perubahan

ekuitas, laporan arus kas, dan laporan posisi keuangan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan

keuangan untuk perusahaan terdiri dari laporan – laporan yang melaporkan

posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang dilaporkan

dalam neraca dan perhitungan laba – rugi serta laporan perubahan ekuitas

dan laporan arus kas, dimana neraca menunjukkan jumlah aset, kewajiban

dan ekuitas perusahaan. Laporan laba – rugi menunjukkan hasil operasi

perusahaan selama periode tertentu, sedangkan laporan perubahan ekuitas

menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan alasan yang

menyebabkan perubahan ekuitas perusahaan.

2) Tujuan Laporan Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

(2009:3) menyatakan bahwa :

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

 

3  

3) Komponen Laporan Keuangan

Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 1

(2009), menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri dari

komponen – komponen sebagai berikut :

(1) Neraca

Menururt Harahap (2011:107), neraca atau daftar neraca disebut

juga laporan posisi keuangan perusahaan. Laporan ini

menggambarkan posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada saat tertentu.

Neraca atau balance sheet adalah laporan keuangan yang menyajikan

sumber – sumber ekonomis dari suatu perusahaan atau asset

kewajiban – kewajibannya atau utang, dan para pemilik perusahaan

yang tertanam dalam perusahaan tersebut atau ekuitas pemilik suatu

saat tertentu. Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat

memberikan gambaran mengenai posisi keuangan perusahaan

tersebut.

Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9) menyatakan bahwa unsur yang

berkaitan secara langsung dengan posisi keuangan adalah aset,

kewajiban, dan ekuitas. Masing – masing unsur tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

 

4  

a) Aset (Assets)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), aset adalah

sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan

diharapkan akan diperoleh perusahan. Aset atau aktiva, menurut

Prastowo dan Juliaty (2010:18), dapat disub – klasifikasikan

menjadi :

(a) Aktiva Lancar

Aktiva yang manfaat ekonominya diharapkan akan

diperoleh dalam waktu satu tahun kurang (siklus operasi

normal), misalnya, kas, surat berharga, persediaan, piutang

dan persekot biaya.

(b) Investasi Jangka Panjang

Penanaman modal yang biasanya dilakukan dengan tujuan

untuk memperoleh penghasilan tetap atau untuk

menguasai perusahan lain dan jangka waktunya lebih dari

satu tahun, misalnya investasi saham, investasi obligasi.

(c) Aktiva Tetap

Aktiva yang memiliki wujud fisik, digunakan dalam

operasi normal perusahaan (tidak dimaksudkan untuk

dijual) dan memberikan manfaat ekonomi lebih dari satu

tahun. Termasuk dalam sub – klasifikasi aktiva ini antara

lain tanah, gedung, kendaraan, mesin serta peralatan.

 

5  

(d) Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva yang tidak mempunyai substansi fisik dan biasanya

berupa hak atau hak istimewa yang memberikan manfaat

ekonomi bagi perusahaan untuk jangka waktu lebih dari

satu tahun. Termasuk dalam sub – klasifikasi aktiva ini

misalnya patent, goodwill, royalty, copyright, trade

name/trade mark, franchise, dan licence.

(e) Aktiva Lain – lain

Aktiva yang tidak dimasukkan ke dalam salah satu dari

empat sub – klasifikasi tersebut, misalnya beban

ditangguhkan, piutang kepada direksi, deposito, pinjaman

karyawan.

b) Kewajiban (Liabilities)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), kewajiban

merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa

masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar

dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.

Kewajiban, menurut Prastowo dan Juliaty (2010 : 18), dapat disub

– klasifikasikan menjadi :

(a) Kewajiban Lancar

Kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan

mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan

(yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu

 

6  

satu tahun atau kurang. Termasuk dalam kategori

kewajiban ini misalnya utang dagang, utang wesel, utang

gaji dan upah, dan utang biaya atau beban lainnya yang

belum dibayar.

(b) Kewajiban Jangka Panjang

Kewajiban yang penyelesaiannya diharapkan akan

mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan

(yang memiliki manfaat ekonomi) dalam jangka waktu

lebih dari satu tahun. Termasuk dalam kategori kewajiban

ini misalnya utang obligasi, utang hipotik, dan utang bank

atau kredit investasi.

(c) Kewajiban Lain – lain

Kewajiban yang tidak dapat dikategorikan ke dalam salah

satu sub – klasifikasi tersebut, misalnya utang kepada para

pemegang saham.

c) Ekuitas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:9), ekuitas adalah

hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban. Prastowo dan Juliaty (2010:19) memberikan

pembagian terhadap ekuitas menjadi dua, yakni :

(a) Ekuitas yang berasal dari setoran para pemilik, misalnya

modal saham (termasuk agio saham bila ada).

 

7  

(b) Ekuitas yang berasal dari hasil operasi, yaitu laba yang

tidak dibagikan kepada pemilik, misalnya dalam bentuk

dividen (ditahan).

(2) Laporan Laba – Rugi

Menurut Munawir (2010:26), laporan laba – rugi merupakan

suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, beban, laba dan

rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu.

Walaupun belum ada keseragaman tentang susunan laporan laba –

rugi bagi tiap – tiap perusahaan, namun prinsip – prinsip yang

umumnya diterapkan adalah sebagai berikut:

a) Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang

diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang

dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga

pokok dari barang yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.

b) Bagian kedua menunjukkan beban – beban operasional yang

terdiri dari beban penjualan dan beban umum/administrasi

(operating expenses).

c) Bagian ketiga menunjukkan hasil – hasil yang diperoleh di luar

operasi pokok perusahaan, yang diikuti dengan beban – beban

yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non

operating/financial income dan expenses).

 

8  

d) Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil

(extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba

bersih sebelum pajak pendapatan.

(3) Laporan Perubahan Ekuitas

Menurut IAI (2009:1.13) menjelaskan bahwa :

”Perubahan ekuitas perusahaan menggambarkan peningkatan atau penurunan aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan”.

(4) Laporan Arus Kas

Agar seperangkat statemen keuangan menjadi lengkap,

diperlukanlah informasi mengenai aliran kas suatu perusahaan yang

menggambarkan aliran kas masuk dan keluar perusahaan selama satu

periode (Suwardjono, 2008:84).

(5) Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut IAI (2009:1.13) menjelaskan bahwa :

”Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapan – pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar”.

 

9  

4) Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5), karakteristik kualitatif

merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan

berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu

: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.

Keempat karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut :

(1) Dapat dipahami

Kualitas informasi yang penting ditampung dalam laporan

keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami

oleh pemakai.

(2) Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi

kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat memengaruhi

keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan,

menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa

lalu.

(3) Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi

memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan

penggunanya sebagai penyajian yang jujur (faithful

 

10  

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara

wajar diharapkan dapat disajikan.

(4) Dapat diperbandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan

(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat

memperbandingkan laporan keuangan.

5) Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2), pengguna laporan

keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan,

pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan,

pemerintah serta lembaga – lembaganya, dan masyarakat. Mereka

menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan

informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :

(1) Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan

dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari

investasi yang mereka lakukan. Pemegang saham juga tertarik

pada informasi yang mungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

 

11  

(2) Karyawan

Karyawan dan kelompok – kelompok yang mewakili mereka

tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas

perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan

kesempatan kerja.

(3) Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

(4) Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi

yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah

yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha

berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang

lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai

pelanggan utama mereka bergantung pada kelangsungan hidup

perusahaan.

(5) Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai

kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat

dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada

perusahaan.

 

12  

(6) Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah

kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan

karena itu berkepentingan dengan aktivits perusahaan. Mereka

juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas

perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk

menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

(7) Masyarakat

Perusahaan memengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai

cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti

pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang

dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik.

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan

menyediakan informasi kecenderungan (tren) dan perkembangan

terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.2 Kinerja Keuangan Bank

1) Pengertian Kinerja Keuangan Bank

Menurut Irham Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan – aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan perusahaan merupakan

suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang

 

13  

dianalisis dengan alat – alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui

mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang

mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat

penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi

perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu

cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi

kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan

merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan

perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan

perusahaan. Pihak yang berkepentingan sangat memerlukan hasil dari

pengukuran kinerja keuangan perusahaan untuk dapat melihat kondisi

perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya.

Adapun tahap – tahap dalam menganalisis kinerja keuangan

perusahaan. Ada lima (5) tahap dalam menganalisis kinerja keuangan

suatu perusahaan secara umum, yaitu :

(1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan

Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan

yang sudah di buat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah –

kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga

 

14  

dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

(2) Melakukan perhitungan

Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan

kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil

dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan

sesuai dengan analisis yang diinginkan.

(3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah

diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut

kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari

berbagai perusahaan lain. Metode yang paling umum

dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu:

(4) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antarwaktu

atau periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara

grafik.

(5) Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap

hasil hitungan rasio – rasio yang telah dilakukan antara satu

perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang

sejenis yang dilakukan secara bersamaan.

(6) Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya

akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi

perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik,

sedang/normal, tidak baik, dan sangat tidak baik.

 

15  

(7) Melakukan penafsiran (interpretasi) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat

kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga

tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa

– apa saja permasalahan dan kendala – kendala yang dialami

perusahaan tersebut.

(8) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap

berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini

setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka

dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar

apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat

terselesaikan (Fahmi, 2011:2).

2) Tujuan Penelitian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010:31)

adalah sebagai berikut:

(1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang

harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

(2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

 

16  

perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.

(3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

(4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur

dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk

membayar beban bunga atas hutang – hutangnya termasuk

membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta

kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para

pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis

keuangan.

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu alat yang banyak digunakan oleh

para analisis untuk menganalisis kondisi perusahaan pada periode tahun

tertentu. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil

perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Teknik ini

sangat lazim digunakan oleh para analisis keuangan. Rasio keuangan

sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan

 

17  

perusahaan. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang

menggambarkan hubungan antara pos lainnya, dengan penyederhanaan

ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat

membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh

informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2011: 297).

2) Manfaat Analisis Rasio Keuangan

Menurut Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan

dipergunakan rasio keuangan, yaitu:

(1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan

sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

(2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen

sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

(3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk

mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.

(4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditur dapat

digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan

dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan

pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman

(5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi

pihak stockholder organisasi.

 

18  

3) Jenis Rasio Keuangan Bank

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:114), jenis – jenis rasio

keuangan perbankan adalah sebagai berikut :

(1) Analisis Rasio Likuiditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap

kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka

pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Beberapa rasio

likuiditas yang sering dipergunakan dalam menilai kinerja suatu bank

antara lain adalah sebagai berikut :

a) Loan to Deposit Ratio (LDR)

LDR adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank

dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan

salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan

sebagai berikut :

LDR =Kredit  yang  diberikan

Dana  Pihak  ke  III+Modal  Sendiri  x  100%

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993,

termasuk dalam pengertian dana yang diterima bank adalah

sebagai berikut :

(a) KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia (jika ada).

(b) Giro, deposit, dan tabungan masyarakat.

 

19  

(c) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih

dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.

(d) Deposit dan pinjaman dari bank lain yang berjangka

waktu lebih dari 3 bulan.

(e) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang

berjangka waktu lebih dari 3 bulan.

(f) Modal pinjaman.

(g) Modal inti.

Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh

kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana

yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain,

seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat

mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi

permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang

telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.

Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin

rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal

ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk

membiayai kredit menjadi semakin besar.

 

20  

(2) Analisis Rasio Rentabilitas

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis

atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai

oleh bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio – rasio dalam katagori

ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.

Dalam perhitungan rasio – rasio rentabilitas ini biasanya dicari

hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi

dengan pos – pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai

indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan

profitabilitas bank yang bersangkutan.

a) Return on Assets (ROA)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik

pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rasio ini

dapat dirumuskan sebagai berikut :

ROA =Laba  Sebelum  PajakRata− rata  Total  Aset  x  100%

 

21  

b) Net Profit Margin (NPM) Ratio

NPM ratio merupakan rasio yang menggambarkan tingkat

keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan

pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin

tinggi rasio ini semakin baik, karena semakin tinggi laba dari

bank tersebut. Rumus rasio ini adalah:

NPM =𝑁𝑒𝑡  𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒

𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔  𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒  x  100%

c) Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO)

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:119), rasio BOPO

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan

bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Sedangkan menurut

Almilia dan Herdiningtyas (2005) menjelaskan bahwa semakin

kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang

dikeluarkan bank yang bersangkutan atau dengan kata lain

semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam

kondisi bermasalah semakin besar.

Menurut Surat Edaran BI No. 13/30 DPNP Tanggal 16

Desember 2011 menjelaskan bahwa BOPO akan terlihat efisien

jika dibawah atau sama dengan 93,52%. Secara sistematis,

 

22  

menurut Surat Edaran BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011 BOPO

dapat dirumuskan sebagai berikut:

BOPO =Biaya  Operasional

Pendapatan  Operasional  x  100%

Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari

total beban bunga dan total beban operasional lainnya.

Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total

pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.

(3) Analisis Rasio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka

panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban –

kewajiban jika terjadi likuiditas bank. Disamping itu, rasio ini

digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah)

dana yang diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek atau jangka

panjang) serta sumber – sumber lain diluar modal bank sendiri

dengan volume penanaman pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki

bank. Rasio yang diuraikan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh

aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat

berharga, tagihan pada bank lain) diikuti biaya dari dana modal

sendiri bank. Disamping memperoleh danan – dana dari sumber –

 

23  

sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan

lain – lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio

kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank

untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,

misalnya kredit yang diberikan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai

berikut (SE BI 13/30/DPNP 16 Desember 2011) :

CAR =ModalATMR  x  100%