37
10 Fakhri Ismail, 2017 PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian Pendidikan Pendidikan sebagai sebuah proses yang diselenggarakan secara sadar untuk memfasilitasi seseorang agar mampu mengenali dan menemukan potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah, “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Secara definisi Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.” Jadi, berubahnya sikap dan perilaku tersebut dilakukan secara sadar (sengaja), karena kata yang digunakan adalah “pengubahan”, bukan “perubahan”. Pengertian pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, hlm.16) menjelaskan bahwa, "Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan”. Dalam hal ini pelaku pendidikan mempunyai peranan penting dalam pendidikan, dimana pelaku pendidikan adalah komponen utama dalam mempengaruhi orang yang terdidik. Kita akan melihat pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) yang menjelaskan bahwa, "Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

10

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Pendidikan

2.1.1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan sebagai sebuah proses yang diselenggarakan secara sadar

untuk memfasilitasi seseorang agar mampu mengenali dan menemukan

potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam UU

SISDIKNAS No.20 tahun 2003 adalah, “Usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

Secara definisi Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menyebutkan

bahwa pendidikan adalah “proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang

atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan.” Jadi, berubahnya sikap dan perilaku tersebut

dilakukan secara sadar (sengaja), karena kata yang digunakan adalah

“pengubahan”, bukan “perubahan”.

Pengertian pendidikan menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003, hlm.16)

menjelaskan bahwa, "Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan”. Dalam hal ini pelaku pendidikan mempunyai peranan

penting dalam pendidikan, dimana pelaku pendidikan adalah komponen

utama dalam mempengaruhi orang yang terdidik.

Kita akan melihat pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara

(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) yang menjelaskan bahwa,

"Pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun

maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

10

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota

masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-

tingginya”.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

11

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ditinjau dari pengertiannya pendidikan merupakan modal utama,

dimana manusia dapat berkembang sesuai dengan nilai, dengan akhlak dan

pengetahuan yang baik untuk bekal sepanjang hidupnya.

2.1.2. Jalur Pendidikan

Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan, yang terdiri dari

pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. (1)

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang ditempuh secara resmi pada

satuan lembaga atau organisasi yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri

dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (2)

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang didapat tidak secara

formal melalui sekolah maupun perguruan tinggi, namun tetap memiliki

struktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan

yang bertujuan sebagai pengganti, penambah, serta pelengkap pendidikan

formal yang diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah

pusat atau daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. (3)

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan mandiri yang diperoleh dari

keluarga maupun lingkungan dengan bentuk kegiatan pembelajaran secara

mandiri. Hasil jalur pendidikan informal dapat diakui jika peserta didik dapat

lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan yang diselenggarakan

oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah.

Melalui penelitian ini penulis mengungkapkan museum sebagai

pendidikan informal. Untuk mendukung terselenggaranya pendidikan dengan

baik maka unsur pendidikan formal, nonformal dan informal haruslah saling

mendukung dan melengkapi. Pendidikan informal terbentang luas di

lingkungan kita. Dalam Julianty (2005, hlm. 32) mengemukakan:

“Pendidikan pada dasarnya adalah tanggung jawab seluruh anggota

masyarakat. Sayangnya, sebagian besar masyarakat kita masih

memandang pendidikan secara sempit sebagai pengajaran. Tidak

mengherankan jika keluar ucapan seperti disebutkan di muka dari

seorang pejabat tinggi di instansi pemerintah. Sesungguhnya

pengajaran adalah bagian dari pendidikan dan tujuan pendidikan

adalah mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, atau karakter

seseorang”.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

12

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kadeir Sarjan (1982, hlm. 21) mengungkapkan bahwa “Di negara-

negara maju dan sedang berkembang, sekarang terdapat pertumbuhan

kesadaran bahwa pendidikan formal dalam beberapa segi sudah'mencapai

batasnya, dan banyak tugas-tugas pendidikan yang tidak dapat dikerjakan

dengan baik oleh sekolah”. Pengalaman di banyak negara maju menunjukkan;

sekalipun terdapat sumber-sumber untuk meminta sekolah agar melaksanakan

sebagian besar tugas-tugas pendidikan, namun sebagian besar tugas-tugas itu

tidak dapat secara efektif dilaksanakan oleh sekolah.

Dari pemaparan Sarjan di atas mendukung terhadap adanya kerjasama

pendidikan formal, non formal dan informal. Karena sistem yang dibuat

manusia tidak akan sempurna, salah satunya karena terpengaruh oleh keadaan

zaman yang memerlukan perbaikan dari setiap unsur segi setiap saatnya.

Sistem pendidikan haruslah memuat bermacam-macam perangkat

aktivitas yang memberikan pelayanan kepada seluruh tingkatan usia populasi

dengan menyediakan kesempatan untuk belajar bermacam-macam bahan

pelajaran dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Sumber belajar

dan bahan pelajaran adalah yang mereka butuhkan berubah sepanjang

kehidupan mereka. Hal itu diperkuat lagi dengan ungkapan Kadeir Sarjan

(1982, hlm. 35) yang menyatakan bahwa;

“Tipe pendidikan non formal dan informal ini biasanya melengkapi

atau menyempurnakan pendidikan yang diberikan oleh pendidikan

formal. Sasaran didik umumnya pelajar yang juga berbarengan

terdaftar di sekolah dasar atau menengah. Komplemen, pendidikan

meliputi belajar yang oleh karena nilai dan tipe aktivitas yang

diperlukan tidak cocok dengan latar kelas/pelajaran sekolah.

Kedekatan fisik aktivitas terhadap sekolah bervariasi. Beberapa

aktivitas seperti klub olahraga, kelompok hobby, dan sejenis biasanya

berdasarkan dan disupervisi oleh sekolah. Dan aktivitas-aktivitas ini

berfungsi untuk memperlengkapi komponen-komponen bon kelas dan

kurikulum sekolah formal”.

Dalam Hooper-Greenhill (1996, hlm.140) menyatakan bahwa “Di

seluruh dunia, bidang pendidikan memang merupakan tugas utama bagi

sekolah. Namun dengan diperluasnya konsep pendidikan, maka peran

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

13

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

institusi informal untuk ikut menyebarluaskan pengetahuan pada abad ke 21

juga mendapat perhatian”.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa “Sistem pendidikan nasional

mengatur jalur pendidikan sebagai wahana yang dapat dilalui peserta didik

untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan”, dengan demikian jelas bahwa yang

dimaksud dengan jalur pendidikan adalah wahana yang dipergunakan dalam

proses pendidikan. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat (1)

dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal,

dan informal yang dapat saling memperkaya dan melengkapi.

2.1.3. Tujuan Pendidikan

Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan Nasional adalah: “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman,

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan”.

Tujuan pendidikan nasional memiliki nilai yang tinggi untuk cita-cita

pembangunan manusia Indonesia. Falsafah Pancasila menjadi nilai luhur

dalam usaha mencapai tujuan tersebut.

1) Tujuan Institusional atau Lembaga

Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap

sekolah atau lembaga pendidikan. Tujuan institusional ini berbeda dengan

tujuan pendidikan nasional, karena tujuan institusional ini berasal dari

lembaga yang mengatur pendidikan dan merupakan penjabaran dari tujuan

pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan.

2) Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang

studi. Tujuan ini dapat dilihat dari GBPP (Garis-garis besar Program

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

14

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengajaran) setiap bidang studi. Tujuan kurikuler merupakan penjabaran

dari tujuan institusional, sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini

akan menggambarkan tujuan institusional.

3) Tujuan Instruksional

a. Tujuan Instruksional Umum

Tujuan instruksional umum adalah tujuan pembelajaran yang sifatnya

masih umum dan belum dapat menggambarkan tingkah laku yang

lebih spesifik. Tujuan instruksional umum ini dapat dilihat dari tujuan

setiap pokok bahasan suatu bidang studi yang ada di dalam GBPP.

b. Tujuan instruksional Khusus/Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan

instruksional umum. Tujuan ini dirumuskan oleh guru dengan maksud

agar tujuan instruksional umum tersebut dapat lebih dispesifikan dan

mudah diukur ketercapaiannya.

2.2 Tinjauan Tentang Belajar

2.2.1 Pengertian Belajar

Salah satu tugas dari manusia adalah belajar. Hasil belajar yang

dicapai adalah berupa perubahan-perubahan yang diperoleh dari proses

belajar yang dilakukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-

fakta yang terjadi dalam bentuk informasi dan materi-materi pembelajaran.

Dalam hal belajar tentunya bisa memanfaatkan berbagai macam sumber

belajar yang ada, tanpa terbatas ruang kelas dan waktu.

Menurut Thorndike yang dalam Hamzah (2007, hlm.11) menyatakan

bahwa “Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa

pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran,

perasaan dan gerakan)”. Jelasnya menurut Thorndike, perubahan tingkah laku

dapat berupa sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret

(tidak bisa diamati).

Dalam proses belajar tentunya dibutuhkan sebuah orientasi. Sejauh ini

tentunya ada pengembangan mengenai pentingnya orientasi, hal ini

dibuktikan dengan adanya teori orientasi. Teori orientasi belajar diciptakan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

15

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh para ahli psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan (Pintrich &

Garcia, Bandura & Dweck, Ames & Archer, Elliot, dalam Midgley, 2001)

untuk menjelaskan proses belajar dan performa siswa pada tugas-tugas

akademik. Teori ini dapat diaplikasikan untuk memahami dan memperbaiki

proses serta pemberian instruksi dalam belajar. Ames (1998) mengemukakan

definisi orientasi belajar yaitu “Suatu orientasi dimana belajar sebagai sarana

untuk mencapai suatu tujuan lain dan pembelajaran itu sendiri”. Dengan kata

lain belajar merupakan suatu sarana yang digunakan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu. Disisi lain, belajar dapat dipersepsikan sebagai tujuan akhir

(yaitu belajar dan menguasai pelajaran). Teori orientasi tujuan diungkapkan

Ames &Archer (1998) dan Dweck & Legget (1988) dalam dua dimensi, yaitu

learning goal dan performance goal. Berbeda dengan Pintrich & Schunk

(2002) mereka membedakan orientasi tujuan dalam Mastery Learning dan

Performance Goal, dan kedua orientasi ini paralel dengan motivasi instrinsik

dan ekstrinsik. Hal yang membedakan orientasi tujuan dengan motivasi

menurut tokoh ini adalah pada orientasi tujuan, lebih bersifat kognitif-

spesifik, situasional dan tergantung konteks, sedangkan motivasi ekstrinsik

lebih bersifat seperti karakteristik kepribadian umum, lebih organismik dan

tidak kontekstual.

Dari beberapa pengertian yang diuraikan sebelumnya, bisa

disimpulkan bahwa orientasi belajar merupakan strategi penting yang

digunakan dalam melakukan aktivitas belajar, misalnya bagaimana cara

belajar dan suasana seperti apa yang mendukung dalam proses pembelajaran.

Sebagaimana yang dikemukakan Ruhimat dkk (2012, hlm. 124) yang

menyampaikan bahwa

“Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh

individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar

manusia yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, menjadi

mampu melakukan sesuatu, atau manusia yang tidak terampil menjadi

terampil”.

Menurut pandangan Ruhimat di atas dapat dikatakan bahwa proses

belajar yang baik dapat merubah sikap, merubah kemampuan yang arahnya

bersifat positif untuk pengembangan diri seseorang.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

16

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Thomas dalam Hamalik (1985, hlm. 45) mengemukakan 3 tingkat

pengalaman belajar yaitu:

1. Pengalaman melalui benda-benda sebenarnya

2. Pengalaman melalui benda-benda pengganti

3. Pengalaman melalui bahasa

Adapun menurut Cronbach dalam Surya (1979, hlm. 28) menyatakan,

“Learning may be defided as the process by which a reatively enduring

change in behavior occurs as result of experience of practice” pernyataan

tersebut menegaskan bahwa indikator belajar ditunjukan dengan perubahan

dalam tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Artinya disini pengalaman

yang berkesan bagi seorang manusia dapat meningkatkan hasil dari proses dia

belajar dan hal tersebut akan bersifat permanen. Morgan dalam Suprijono

(2009, hlm. 3) mengemukakan “learning is any relatively permanent change

in behavior that is a result of past experience” yang dapat diartikan bahwa

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman.

Menurut Gagne dalam Purwanto (1990, hlm. 84), “Belajar terjadi

apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi

siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance) berubah dari

waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi

tersebut”.

Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan aktivitas manusia yang

berproses dan berkesinambungan sifatnya dapat merubah perilaku, pola pikir,

keterampilan.

2.2.2 Tujuan Belajar

Seseorang dalam menjalani proses belajar pasti memiliki tujuan,

diantaranya dengan belajar mereka menambah wawasan dalam dirinya, baik

itu wawasan dalam pengetahuan, wawasan dalam keterampilan, maupun

wawasan dalam perubahan tingkah laku. Gagne dalam (Hasibun dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

17

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moedjiono, 2004, hlm.5) mengemukakan delapan macam tujuan belajar yang

kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan hasil belajar,

yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting

dari sistem lingkungan skolastik)

2) Strategi kognitif mengatur “cara kerja” dan berpikir seseorang di

dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan

masalah

3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta

4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain

keterampilan menulis, meneatik, menggunakan jangka dan

sebagainya

5) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas

emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat

disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah-laku terhadap

orang, barang, atau kejadian.

Dari kelima tujuan belajar tersebut proses belajar mempengaruhi

manusia dalam kebutuhan hidupnya. Manusia yang sedikit belajar tentunya

tidak bisa bertahan hidup dan meningkatkan kualitas hidup secara maksimal.

2.2.3 Prinsip Belajar

Seperti yang telah dikemukakan bahwa belajar adalah suatu proses

dalam mencapai tujuan belajar, maka dari itu ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, dimana proses belajar ini penting karena berlaku seumur hidup

dan mengakibatkan perubahan perilaku. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar

yang dikemukakan oleh Suprijono (2009. hlm.4), yang mengemukakan

pandangannya mengenai prinsip belajar sebagai berikut:

a) Pertama, adanya perubahan perilaku, perubahan perilaku sebagai

hasil belajar memiliki ciri-ciri: (1) sebagai hasil tindakan rasional

instrumental yaitu perubahan yang disadari, (2) kontinu atau

berkesinambungan dengan perilaku lainnya, (3) fungsional atau

bermanfaat sebagai bekal hidup, (4) positif atau berakumulasi, (5)

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

18

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (6)

permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai any relatively permanent change in an oganism’s

behavioral repertoire that occurs as a result of experience, (7)

bertujuan atau terarah, (8) mencakup keseluruhan potensi

kemanusiaan

b) Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai

c) Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya.

2.2.4 Lingkungan Belajar

Terdapat unsur yang sangat mempengaruhi terhadap jalannya

pembelajaran yaitu lingkungan belajar. Lingkungan merupakan segala situasi

yang ada disekitar kita. Suciati, dkk (2007, hlm. 5) menjelaskan bahwa

“Lingkungan belajar adalah situasi yang ada disekitar siswa pada saat

belajar. Situasi ini dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Jika

lingkungan ditata dengan baik, lingkungan dapat menjadi sarana yang

bernilai positif dalam membangun dan mempertahankan sifat positif.

Lingkungan terdiri dari lingkungan luar dan lingkungan dalam”.

Lingkungan luar diartikan sebagai gabungan faktor-faktor geografi

dan sosial ekonomi yang mempengaruhi hubungan sekolah dengan

masyarakatnya. Sedangkan lingkungan dalam adalah bahan pokok bangunan

dan ketersediaan peralatan untuk menunaikan tugas pengajaran dan belajar.

Dahyono (2007, hlm. 129) juga menegaskan bahwa “lingkungan itu

sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar

individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio kultural”.

Proses belajar tentunya tidak hanya ada di dalam kelas, menurut

Sumaatmadja (1984, hlm.113-114) “tujuan pembelajaran di luar kelas adalah

menumbuhkan minat dan perhatian siswa terhadap apa yang sedang

dipelajarinya (sense of interest), dorongan untuk melihat kenyataan (sense of

reality), dan dorongan untuk menemukan hal-hal yang menarik perhatiannya

(sense of discovery)”.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

19

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penjabaran di atas keadaan lingkungan tentunya sangat

berpengaruh terhadap jalannya proses pembelajaran. Setiap siswa

menginginkan lingkungan yang nyaman, sehingga kenyamanan itu akan

mendukung respon positif dalam proses pembelajaran.

Dalam usaha menyiapkan situasi belajar yang efisien, sebenarnya

terlalu banyak faktor yang dapat diketahui yang mempengaruhi proses

belajar. Suryadibrata yang dikutip oleh Sukardi (1983, hlm.30-35)

mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, diantaranya:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, diantaranya:

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih

luas.

2. Adanya sikap kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

selalu maju.

3. Adanya kemajuan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan

usaha yang baru baik dengan kooperasi maupun dengan

kompetensi.

4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman dengan cara

menguasai bahan pelajaran.

5. Adanya ganjaran/hukuman sebagai akibat dari pelajaran.

b. Faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang digolongkan menjadi

dua golongan dengan catatan bahwa overlapping tetap ada, yaitu:

1. Faktor-faktor non sosial seperti udara, cuaca, waktu, tempat, alat-

alat untuk belajar dan lain-lain.

2. Faktor-faktor sosial dalam belajar seperti faktor manusia atau

sesama manusia.

2.2.5 Bahan Pembelajaran

Bahan pembelajaran merupakan komponen yang harus disiapkan

dengan baik dalam pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran pada

dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang

studi dengan topik atau sub topik dan rinciannya.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

20

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.2.6 Media Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan siswa dan guru

dengan menggunakan berbagai sumber belajar, baik dalam situasi kelas

maupun luar kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran

tidak terlalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional

namun proses belajar tanpa kehadiran guru dan lebih mengandalkan media

termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Rudi Susilana (2007, hlm.179)

mengklasifikasikan penggunaan media berdasarkan tempat penggunaannya,

yaitu:

1) Penggunaan media di kelas

Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya

tujuan tertentu dan penggunaaannya dipadukan dengan proses

blajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan

pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan

dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan

tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk

mencapai tujuan tersebut.

2) Penggunaan media di luar kelas

Media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun

digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui

pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media di luar

kelas dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yaitu

penggunan media tidak terprogram dan penggunaan media secara

terprogram.

a) Penggunaan media tidak terprogram

Penggunaan media dapat terjadi dimasyarakat luas. Hal ini ada

kaitannya dengan keberadaan media masa yang ada

dimasyarakat. Penggunaan media ini bersifat bebas yaitu

bahwa media itu digunakan tanpa dikontrol atau diawasi dan

tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum yang digunakan

oleh guru atau sekolah.

b) Penggunaan media secara terprogram

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

21

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Media digunakan dalam suatu rangkaian yang diatur secara

sistematik untuk mencapai tujuan tertentu yang disesuaikan

dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Peserta didik

sebagai sasaran diorganisasikannya dengan baik sehingga

mereka dapat menggunakan media secara teratur,

berkesinambungan dan mengikuti pola belajar mengajar

tertentu. Penggunaan media belajar harus disesuaikan dengan

tujaun pembelajaran yang akan dicapai. Media belajar sendiri

bermacam-macam, dengan itu pendidik bisa lebih

memanfaatkan media dalam hal meningkatkan variasi belajar.

Mengacu pada teori Edgar Dale (dalam Latuheru, 1988, hlm. 16) yang

terkenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of experience) bahwa

pengalaman belajar seseorang, 75% diperoleh melalui indera lihat (mata),

13% melalui indera dengar (telinga), dan selebihnya melalui indera lain.

Dengan penggunaan media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman siswa dalam kondisi individu siswa yang berbeda dalam

kemampuan mengolah pesan secara verbal,visual dan teks.

2.3 Tinjauan Tentang Sumber Belajar

2.3.1 Pengertian Sumber Belajar

Kegiatan belajar mengajar baik dan ideal adalah apabila dalam

kegiatan belajar tersebut memanfaatkan sumber belajar, apalagi dalam

pembelajaran IPS, sumber belajar memiliki peranan yang amat penting.

Dalam pengertian sederhana, sumber belajar (Learning Resources)

merupakan guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-

buku bacaan atau semacamnya. Namun pengertian sumber belajar tidak

sesempit atau sesederhana itu. Sumber belajar memiliki cakupan yang amat

luas bisa dalam bentuk benda, orang atau lingkungan. Menurut Rohani, A

(2004, hlm. 161) bahwa “sumber belajar adalah segala daya yang dapat

dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik secara

langsung maupuntidak langsung, diluar diri peserta didik (lingkungan) yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

22

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung. Jadi pengertian

sumber belajar itu luas.”

Menurut Poerwodarminto (1993, hlm. 784). Sumber belajar adalah

benda, orang atau lingkungan yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

memperjelas pemahaman siswa dalam kegiatan belajar – mengajar. Tidak

hanya itu, sumber belajar dalam pengertian luas seperti yang dikemukakan

pula oleh Mudhofir dan Edgar (2008, hlm. 37) yang menjelaskan bahwa

sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional

dan pengalaman yang menimbulkan peristiwa belajar serta mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Pengertian sumber belajar menurut Association for Educational

Communication and Technology (AECT, 1986) adalah “segala sesuatu atau

daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun

gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dan tujuan untuk

meningkatkan efektifitas dan efesiensi tujuan pembelajaran”. Sumber

pembelajaran dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:

a. Sumber pembelajaran yang sengaja direncanakan (learning resources

by design), yakni semua sumber yang khusus telah dikembangkan

sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas

belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber pembelajaran yang karena dimanfaatkan (learning resources

by utilization), yakni sumber belajar yang secara khusus didesain

untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan,

diaplikasikan, dan dimanfaatkan untuk keperluan belajar salah

satunya adalah media.

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa

data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam

belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga

mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai

kompetensi tertentu.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

23

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seperti yang telah disebutkan bahwa sumber belajar sangatlah banyak

dan dapat berupa data, orang atau barang yang bisa dimanfaatkan oleh guru

untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi tujuan pembelajaran.

Berikut ini adalah komponen-komponen sumber belajar menurut

AECT , (dalam Komalasari, 2010 .hlm108) yang meliputi:

a. Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh

komponen belajar lain yang berupa ide, fakta, ajaran, nilai dan data.

b. Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencari, penyimpan,

pengolah dan penyaji pesan. Contohnya:Guru. Dosen, pustakawan dan

lain-lain.

c. Bahan merupakan perangkat lunak (software) yang mengandung

pesan-pesan belajar, yang biasa disajikan menggunakan peralatan

tertentu. Contohnya: Buku teks, modul, dan transparansi (OHT)

d. Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk

menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contohnya: OHP, tape

recorder, dan video player.

e. Teknik, yaitu prosedur atau langkah-langkah tertentu yang disiapkan

dalam menggunakan bahan, alat. Lingkungan dan orang untuk

menyampaikan pesan.

f. Latar/lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses mengajar

dimana pembelajar menerima pesan.

Begitu banyak yang ada disekitar kita yang dapat dijadikan sumber

belajar. Sumber belajar bukan hanya terpaku pada sumber belajar yang telah

dirancang seperti buku pelajaran, modul dan lain-lain tetapi kita bisa

memanfatkan sumber belajar berupa lingkungan, baik lingkungan sekolah

maupun lingkungan lain yang bisa menunjang pada proses belajar mengajar.

Winataputra (2007, hlm.20) menjelaskan bahwa “sumber belajar atau

learning resources secara umum diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan oleh peserta didik dan pendidik dalam proses belajar dan

pembelajaran”, jadi jika dikelompokan sumber belajar dapat berupa sumber

belajar tertulis/cetakan, terekam, tersiar, jaringan, dan lingkungan (alami,

sosial, budaya, spiritual). Pada intinya sumber belajar itu bisa berupa apapun

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

24

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik.

Dalam proses belajar mengajar, pemanfaatan sumber belajar sangatlah

berpengaruh terhadap pembelajaran.

2.3.2 Macam-macam Sumber Belajar

Ada beberapa sumber belajar yang bisa dimanfaatkan dalam proses

belajar mengajar guna mempermudah peserta didik maupun pendidik dalam

menerapkan proses belajar mengajar, diantaranya menurut Jarolimek (dalam

Komalasari, 2010, hlm. 116) mengatakan

“sumber belajar dapat dikelompokan menjadi 2 kategori yaitu: (1)

reading materials and resources (materi dan sumber bacaan) meliputi

buku teks, ensiklopedia, buku referensi, internet, majalah, pamphlet,

surat kabar, kliping, brosur perjalanan, dan beberapa materi yang

dicetak atau diprint, (2) non reading materials and resources (materi

dan sumber bukan bacaan) meliputi gambar, film, rekaman,

darmawisata dan sumber masyarakat”.

2.3.3 Fungsi dan Penggunaan Sumber Belajar

Menurut Jerolimek (Komalasari, 2010, hlm. 113) guru perlu

menggunakan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran dengan alasan-

alasan sebagai berikut:

a. Tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, media berbeda

bisa disesuaikan dengan gaya belajar dari siswa yang berbeda.

b. Membaca cakupan antar siswa-siswa yang berbeda, memerlukan

sumber belajar yang berbeda.

c. Masing-masing media memiliki kekuatan dan keterbatasan dalm

cara menyampaikan pesan.

Berikut ini adalah beberapa manfaat sumber belajar menurut

Depdiknas (1983, hlm. 7) yaitu:

1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang konkrit

dan langsung kepada pelajarnya.

2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan

atau dikunjungi dan dilihat secara langsung oleh siswa.

3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian

yang ada di dalam kelas.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

25

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan

terbaru.

5. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau

pengajaran.

6. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif.

7. Sumber belajar dapat meranggsang untuk berfikir, bersikap dan

berkembang lebih lanjut.

Kriteria umum dalam pemilihan sumber belajar yang berkualitas ini

meliputi:

1. Ekonomis

Sumber belajar tidak harus mahal. Sumber belajar perlu

disesuaikan dengan alokasi dana dan kebutuhan sumber belajar

yang akan digunakan. Seperti layaknya prinsip ekonomi, perlu

diusahakan agar mampu mendapatkan sumber belajar berkualitas

yang sesuai kebutuhan dengan alokasi dana yang seminimal

mungkin.

2. Praktis dan sederhana

Sumber belajar harus mudah digunakan dan tidak membingungkan.

Tidak memerlukan lagi tambahan pelayanan atau alat lain yang

sulit diadakan.

3. Mudah diperoleh

Sumber belajar mudah dicari dan didapatkan. Jika perlu dapat

memanfaatkan lingkungan sekitar yang tersedia sehingga peserta

didik juga dapat dengan mudah memanfaatkan.

4. Fleksibel atau compatible

Sumber belajar tidak harus mengikat pada satu tujuan atau materi

pembelajaran tertentu. Akan lebih baik jika dapat dimanfaatkan

untuk berbagai tujuan pembelajaran bahkan juga keperluan yang

lain.

Kriteria khusus yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sumber

belajar yang berkualitas adalah sebagai berikut:

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

26

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Sumber belajar dapat memotivasi peserta didik dalam belajar

2) Sumber belajar untuk tujuan pengajaran. Maksudnya sumber

belajar yang dipilih sebaiknya mendukung kegiatan belajar

mengajar yang dilaksanakan.

3) Sumber belajar untuk penelitian. Maksudnya sumber belajar yang

dipilih hendaknya dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara

teliti, dan sebagainya.

4) Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Maksudnya

sumberbelajar yang dipilih hendaknya dapat mengatasi problem

belajar peserta didik yang dihadapi dalam kegiatan belajar

mengajar.

5) Sumber belajar untuk presentasi. Maksudnya sumber belajar yang

dipilih hendaknya bisa berfungsi sebagai alat, metode, atau strategi

penyampaian pesan.

Dalam menerapkan kriteria tersebut, maka pemilihan sumber belajar

dapat dilakukan lebih mudah, karena sudah ada batasan kriteria dimana

sumber belajar yang tidak masuk dalam kriteria, dapat langsung disisihkan.

Sumber belajar yang terpilih juga menjadi tepat dan efektif digunakan untuk

pembelajaran.

Adapun fungsi sumber belajar adalah:

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:

1. Mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk

menggunakan waktu secara efektif.

2. Mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,

sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan

gairah.

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih

individual, dengan cara:

1. Mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional.

2. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai

dengan kemampuannya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

27

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran

dengan cara:

1. Perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis.

2. Pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh

penelitian.

d. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:

1. Meningkatkan kemampuan sumber belajar.

2. Penyajian informasi dan bahan secara lebih konkrit

e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:

1. Mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat

verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit.

2. Memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan

menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.

2.4 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

2.4.1 Pengertian dan hakikat Pendidikan IPS

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam sistem pendidikan di Indonesia

baru di kenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975 sebelumnya pembelajaran

ilmu – ilmu sosial untuk tingkat persekolahan menggunakan istilah yang

berubah – ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Misalnya

kurikulum 1964 menggunakan istilah pendidikan kemasyarakatan. Ada dua

kelompok mata pelajaran ialah kelompok dasar yang terdiri atas sejarah

indonesia dan geografi indonesia, bahasa indonesia dan civics dan kelompok

cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. (Sapriya, 2009,

hlm. 77)

Pada dasarnya setiap perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat

lepas dari sejarah masa lalunya yang dihitung dari awal terbentuknya sampai

dengan awal perkembangannya, hal tersebut dipengaruhi oleh zaman, dimana

ilmu pengetahuan akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

28

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik

antara lain sebagai berikut:

a. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

Geografi, Sejarah, Ekonomi, Hukum, Politik, Kewarganegaraan,

Sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

b. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan Geografi, Sejarah, Ekonomi dan Sosiologi yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik

tertentu.

c. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner.

d. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip

sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

struktur, proses dan masalah sosial serta upaya – upaya perjuangan

hidup agar survive, seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

keadilan dan jaminan keamanan.

e. Standar kompentensi dan kompetensi dasar IPS menggunakan tiga

dimensi dalam mengkaji dan memahami fenomena sosial serta

kehidupan manusia secara keseluruhan. (Trianto, hlm. 126)

2.4.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPS

Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai

bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pendidikan IPS, tampaknya

dibutuhkan suatu pola pembelajaran yang mampu menjembatani tercapainya

tujuan tersebut.

Sapriya (2011, hlm. 201), menjelaskan tujuan mata pelajaran IPS

sebagai berikut :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

29

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,

nasional, dan global.

2.5 Tinjauan tentang Museum Geologi

2.5.1 Pengertian Museum

Kata museum berasal dari kata Yunani kuno “Muse” kata muse

sesungguhnya nama salah satu dewi diantara kesembilan dewi yang

melambangkan cabang kegiatan atau ungkapan ilmu dan kesenian itu sendiri

disebut “museion”. Dengan demikian museum artinya tempat kerja ahli-ahli

pikir/ilmuwan pada zaman itu. Mereka merasakan sungguh-sungguh bahwa

gedung tempat bekerja itu merupakan laboratorium pendidikan serta tempat

pembaktian diri kepada kesembilan dewi tersebut. Segala peralatan yang

mereka pergunakan untuk praktek dalam ruang laboratorium itu mereka

simpan digedung tempat mereka bekerjanya. Lama kelamaan gedung tersebut

merupakan tempat penyimpanan dan pengumpulan benda-benda yang akan

diselidiki ataupun yang dijadikan objek untuk dipelajari.

Pengertian kata muse atau museion kemudian mengalami

perkembangan arti dan berubah menjadi museum dengan pengertian

sekarang. Jadi dalam hal ini hanyalah dapat dikemukakan bahwa istilah

museum telah lama dipakai orang. Pada hakekatnya berarti sebagai tempat

penyimpanan hasil kebudayaan Indonesia (Buku Panduan, 1996, hlm. 3).

Menurut ICOM (Internasional Council Of Museum), museum

merupakan suatu lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan,

melayani masyarakat, terbuka untuk umum, merawat dan menghubungkan

serta memamerkan benda-benda peninggalan sejarah untuk tujuan studi,

penelitian dan rekreasi. (Museum Negeri Jawa Tengah, 1992, hlm. 2).

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

30

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Sutaarga (2000 hlm. 107) ICOM juga mengakui lembaga-

lembaga berikut ini sebagai museum yaitu:

a. Lembaga-lembaga konservasi dan ruangan-ruangan pameran

secara tetap diselenggarakan oleh perpustakaan dan pusat-pusat

kearsipan;

b. Peninggalan dan tempat-tempat alamiah, arkeologis dan

ethnografia, peninggalan dan tempat-tempat bersejarah yang

mempunyai corak museum, karena kegiatan-kegiatannya dalam

hal pengadaan, perawatan dan komunikasinya dengan masyarakat;

c. Lembaga-lembaga yang memamerkan makhluk-makhluk hidup

seperti kebun-kebun tanaman dan binatang, akuarium, makhluk

dan tetumbuhan lainnya dan sebagainya;

d. Suaka alam;

e. Pusat-pusat pengetahuan dan planetarium.

Pemanfaatan museum sebagai Sumber Belajar, sebagai bagian dari

pembelajaran dengan pendekatan warisan budaya, diharapkan pengunjung

dapat tumbuh menjadi generasi yang pintar dengan tidak melupakan akar

budaya bangsanya. Menurut Hunter (1988), “The heritage education

approach is intended to strengthen student’s understanding of concepts and

the artistic achievements, technological genius, and social economic

contribution of men and women from diverse group” (Tujuan pendidikan

dengan pendekatan warisan budaya adalah untuk memperkuat pengertian

siswa tentang konsep dan hasil seni, kecerdasan dalam bidang teknologi, serta

kontribusi perbedaan kelompok sosial ekonomi pria dan wanita).

Dalam Ensiklopedi Nasional jilid 10 (1990, hlm. 78) museum

merupakan suatu bangunan tempat orang-orang memelihara dan

memamerkan barang-barang yang mempunyai nilai-nilai lestari. Misalnya

peninggalan-peninggalan benda-benda kuno (Asih, 1999, hlm. 140).

Pameran barang-barang koleksi museum tersebut adalah suatu cara

menyalurkan ilmu pengetahuan kepada rakyat, kepada publik. Cara

penyaluran ilmu pengetahuan dengan cara pameran ini adalah khas bagi

pekerjaan setiap museum. Namun pekerjaan seperti ini tidak mudah, sebab

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

31

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

museum itu nyatanya hanya memamerkan kebudayaan yang bersifat materiil

saja.

Museum secara tipologis menunjukan kesamaan penjenisan cabang-

cabang seni dan ilmu yang dapat dibagi menjadi: (a) museum ilmu hayat, (b)

museum ilmu dan teknologi, (c) museum arkeologi dan sejarah, (d) museum

antropologi dan etnografi, (e) museum kesenian (Sutaarga, 1991, hlm. 9)

2.5.2 Fungsi Museum

Museum dewasa ini ialah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak

mencari keuntungan, melayani masyarakat dan mengembangkannya, terbuka

untuk umum, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan studi,

museum merupakan suatu badan yang mempunyai tugas dan kegiatan untuk

memamerkan dan menerbitkan hasil penelitan dan pengetahuan tentang benda

yang penting bagi Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan. Untuk memperjelas

kegunaan dari museum tersebut, kita harus mengetahui fungsi dari museum

itu sendiri. Bila mengacu kepada hasil musyawarah umum ke-11 (11th

General Assembley) International Council of Museum (ICOM) pada tanggal

14 Juni 1974 di Denmark, dapat dikemukakan 9 fungsi museum (dalam

http://icom.museum/ethics_2001_engl.html) sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan pengawasan warisan alam dan budaya.

b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

c. Konservasi dan preservasi.

d. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum.

e. Pengenalan dan penghayatan kesenian.

f. Pengenalan kebudayaan antar-daerah dan antar-bangsa.

g. Visualisai warisan alam dan budaya.

h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

i. Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Jadi museum memiliki peranan penting dalam pendidikan terutama

bagi kajian IPS, karena didalamnya terdapat peninggalan warisan budaya

yang mempunyai fungsi tertentu dalam memahami proses pertumbuhan dan

perkembangan budaya bangsa.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

32

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fungsi museum merupakan media komunikasi dalam rangka usaha

pendidikan bangsa, yaitu ikut serta membina dan mengembangkan seni, ilmu,

dan teknologi dalam rangka peningkatan penghayatan nilai budaya dan

kecerdasan kehidupan bangsa. Dengan demikian museum mempunyai

keterkaitan dengan dunia pendidikan, diantaranya; lewat museum siswa dapat

belajar lebih jauh bidang studinya, karena museum bagi siswa merupakan

sumber informasi ilmu pengetahuan.

Seperti apa yang disampaikan oleh Paul Marshall Rea (1994, hlm. 2)

“few methods of juvenile museum education have become universal.

There seems to be more interest in devising new small experiments

than in the more prosaic work of extending to the whole field such

methods as have been found most generally effective.”

Sebagai lembaga yang menyimpan, memelihara serta memamerkan

hasil karya, cipta dan karsa manusia sepanjang zaman, museum merupakan

tempat yang tepat sebagai sumber belajar dalam ranah pendidikan, karena

melalui benda yang dipamerkannya pengunjung dapat belajar tentang

berbagai hal berkenaan dengan nilai, perhatian serta peri kehidupan manusia.

Dengan kata lain, museum tidak hanya melengkapi informasi tetapi juga

mendorong minat dan menjadi sarana penting bagi siswa dalam mencari

kebenaran-kebenaran teori dibangku pendidikan.

2.5.3 Tugas Museum

Museum selain memiliki fungsi, juga memiliki tugas yang dijalanan

oleh sebuah museum, yakni:

a. Pengumpulan atau penggandaan

Tidak semua benda dapat dimasukan ke dalam koleksi museum,

hanyalah benda-benda yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni:

1) Harus mempunyai nilai budaya, ilmiah dan nilai estetika.

2) Harus dapat diidentifikasi mengenai wujud, asal, tipe, gaya dan

sebagainya.

3) Harus dapat dianggap sebagai dokumen.

b. Pemeliharaan

Tugas museum lainnya yaitu tugas pemeliharaan. Adapun tugas

pemeliharaan dibagi menjadi 2 aspek, yakni:

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

33

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Aspek Teknis, Benda-benda materi koleksi harus dipelihara dan

diawetkan serta dipertahankan tetap awet dan tercegah dari

kemungkinan kerusakan.

2) Aspek Administrasi, Benda-benda materi koleksi harus

mempunyai keterangan tertulis yang menjadikan benda-benda

koleksi tersebut bersifat monumental.

c. Konservasi

Tugas konservasi merupakan usaha pemeliharaan, perawatan,

perbaikan, pencegahan dan penjagaan benda-benda koleksi dari

penyebab kerusakan.

d. Penelitian

Dalam tugas penelitian ini museum dibagi menjadi dua bentuk

penelitian, yaitu di antaranya:

1) Penelitian Intern

Penelitian yang dilakukan oleh kurator untuk kepentingan

pengembangan ilmu pengetahuan museum yang bersangkutan.

2) Penelitian Ekstern

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari luar, seperti

mahasiswa, pelajar, umum dan laian-lain untuk kepentingan

karya ilmiah, skripsi, dan lain-lain.

e. Pendidikan

Kegiatan disini lebih ditekankan pada pengenalan benda-benda materi

koleksi yang dipamerkan:

1) Pendidikan Formal Berupa seminar-seminar, diskusi, ceramah

dan sebagainya.

2) Pendidikan Non formal Berupa kegiatan pameran, pemutaran

film, slide, dan lain-lain.

f. Rekreasi

Sifat pameran yang mengandung arti untuk dinikmati dan dihayati,

yang mana merupakan kegiatan rekreasi segar, tidak diperlukan

konsentrasi yang akan menimbulkan keletihan dan kebosanan.

2.5.4 Struktur Organisasi Museum

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

34

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada dasarnya museum terbagi atas 2 kepemilikan, yakni pemeritah

dan swasta. Dari setiap itu masing-masing mempunyai struktur dan cara

kerjanya masing-masing. Biasanya pada museum swasta, struktur organisasi

tidak serumit museum milik pemerintah. Tetapi memang untuk struktur

organisasi pemeritah sudah memiliki jobdesk masing-masing setiap divisi,

sehingga ruang lingkup pekerjaannya sudah sangat jelas. Adapun beberapa

contoh struktur bagisan sebuah museum, yakni:

a. Bagan A

Walaupun museum ini dikelola dan dimiliki oleh swasta tetapi

penyelenggaraan museum ini harus berstatus badan hukum, agar museum ini

dapat penanganan atau pengelolaan yang mantap dan tidak terombang-

ambing. Dalam akte pendiriannya perlu dicantumkan satu pasal peralihan,

yang menyebutkan suatu tindakan hukum akan diambil dalam hal berakhirnya

masa berdirinya yayasan atau perkumpulan tersebut, kepada siapa miliknya

(museum) itu akan diserahkan demi kesinambungan penyelenggaraan,

pengelolaan dan pemanfaatan.

(Bagan 2.1. Struktur Bagan A)

b. Bagan B

Untuk museum-museum resmi, bagan B memperlihatkan bagaimana

kaitannya penyelenggaraan dan pengelolaan museum-museum tersebut.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

35

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Badan pemerintah (Departemen atau Lembaga non-Departemen) disebut

penyelenggara museum, yang bertanggung jawab atas tersedianya dana,

sarana dan tenaga museum-museum resmi tersebut. Yang mengelola museum

adalah kepala museum yang diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah,

Menteri atau Ketua Lembaga non-Departemen yang bersangkutan.Unit

Pembina Teknis bertanggung jawabatas perencanaan, pengaturan,

pengawasan, pengendalian program-program kegiatan pelaksanaan dan

museum-museum itu sebagai obyek pembinaan merupakan unit-unit

pelaksanaan teknis di bidang kegiatan museum sebagai saran ilmiah, pusat

studi dan kegiatan edukatif-kultural.

(Bagan 2.2. Struktur Bagan B)

c. Bagan C

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

36

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk museum yang lebih besar atau yang lebih kecil tentu diperlukan

struktur organisasi yang disesuaikan dengan kenyataan yang

diperlukan.Untuk museum yang lebih kecil, biasanya kepala museum

merangkap tugas kurator yang bertanggung jawab atas penangan koleksi. Ia

dapat dibantu oleh petugas ketata-usahaan. Demikian, seorang kurator

museum kecil, diperlukan Manager yang berpendidikan ilmiah dan pandai

mengelola museum, oleh karena itu sebenarnya museum kecil diperlukan

kurator-kurator paripurna.

(Bagan 2.3. Struktur Bagan C)

Bagan C menggambarkan suatu struktur organisasi medium. Semua

unit yang merupakan :

a) Unsur pimpinan

b) Unsur penunjang ketata-usahaan

c) Unsur penunjang perpustakaan

d) Unsur kegiatan pokok pengadaan dan penelitian koleksi

e) Unsur kegiatan pokok perawatan dan pemeliharaan

f) Unsur kegiatan pokok pameran koleksi

g) Unsur kegiatan pokok bimbingan kegiatan edukatif-kultural sudah

termasuk dalam bagan struktur organisasi museum madya

tersebut.

2.5.5 Museum sebagai Sarana Edukasi

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

37

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi bangsa Indonesia, berdasarkan kepada azas dan tujuan negara

kita, seperti yang tercantum di dalam UUD 1945 dan falsafah Pancasila jelas

bahwa setiap museum yang ada di Indonesia, terlepas apakah museum itu

berstatus swasta atau berstatus resmi pemerintah, apakah museum itu

merupakan museum umum, atau museum khusus hendaknya diberi fungsi

dan kegiatan yang dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin untuk

usaha-usaha peningkatan dan pemerataan kecerdasan rakyat dan

mempercepat proses penghayatan ilmu dan kebudayaan.

Menurut (Harrison,1973,hlm.2-3) “Pengaruh museum terhadap segi

perkembangan manusia sangat besar. Segi ini secara definitif merupakan

pembatasan kualitas dan hanya melihat pada keindahan”. Dalam pengertian

sebenarnya, pendidikan meliputi seluruh maksud dan tujuan tersebut. Tujuan

pendidikan adalah perkembangan sempurna dari umat manusia. Dari

sumbernya yang banyak, pendidikan tidak boleh mengabaikan bukti faktual

atas hal-hal yang rill dan dapat dilihat ataupun kaitan yang saling

berhubungan, untuk itulah pendidikan tidak boleh melupakan museum.

Menurut Sutaarga (2000, hlm.49)

“Apabila kita sudah sepakat, bahwa salah satu kebijakan

penyelenggaraan museum itu adalah berorientasi kepada kepentingan

publik museum yakni masyarakat maka ada baiknya kita mengenal

publik itu sendiri dan perlu juga kita menjajaki motivasi kunjungan

publik museum sehingga program kerja edukatif museum mendapat

respon yang positif dan kegiatan edukatif itu mencapai sasaranya”.

Dalam (Hein, 1998, hlm.4) menyatakan

“Museum sebagai institusi yang melakukan preservasi, penelitian dan

komunikasi mempunyai peran penting di dalam pendidikan. Museum

dipandang sebagai salah satu tipe institusi di antara beberapa institusi

yang dapat memberikan pendidikan secara massal. Oleh karena itu,

pendidikan menjadi peran utama bagi museum”.

Amir Sutaarga (2000, hlm.54) mengemukakan bahwa,

“Sesungguhnya kegiatan-kegiatan edukatif di museum khususnya di

Indonesia belum dituangkan dalam satu sistem peraturan yang dapat

diterapkan di seluruh Indonesia, beberapa museum misalnya museum

pusat di Jakarta museum bali di Denpasar percobaan-percobaan

pelaksanaan pelbagai metode bimbingan diarahkan menuju suatu

sistem dan pedoman”.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

38

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dan pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan mengenai

pelbagai macam motivasi publik museum di Indonesia juga masih perlu di

introduksikan, dengan tersedianya fasilitas di museum-museum masa

mendatang dan setelah dilaksanakanya beberapa studi mengenai motivasi

kunjungan museum dan pelaksanaan eksperimen-eksperimen beberapa

metode bimbingan barulah kita dapat menyimpulkan sistem dan pedoman

yang sebaiknya perlu kita miliki agar museum-museum di Indonesia benar-

benar dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pendidikan.

Menurut Sutaarga (2000, hlm.111) kebijakan permuseuman tidak

datang dengan sendirinya. Ada dua dasar dan tujuan yang menjadi pedoman

untuk menetapkannya.

Pertama, kebijakan pemuseuman sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari kebijakan kebudayaan, berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945 dan GBHN, serta kebijakan Menteri Pendidikan dan

Kebudyaan.Demikian, maka dasar dan tujuan kebijakan permuseuman

itu bersifat normatif. Yang kedua ialah hasil observasi dari kenyataan-

kenyataan sejarah mengenai masyarakat dan kebudayaan kita sendiri.

Demikian akan terdapat suatu garis rentang yang jelas antara

kenyataan sekarang produk sejarah dari masa lampau, dengan cita-cita

dan harapan masa depan.

Berhubungan dengan proses pembelajaran di dalam museum

(Hamalik, 1985:40-41) menyatakan pandangan modern tentang belajar yakni,

“Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan

lingkungan. Seseorang dinyatakan melakukan kegiatan belajar setelah

ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, seperti

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan

sebagainya”.

Dalam belajar menurut Thomas dalam Hamalik (1985, hlm. 45)

terdapat 3 tingkatan pengalaman belajar, yaitu : (1) Pengalaman melalui

benda sebenarnya; (2) Pengalaman melalui benda-benda pengganti; (3)

Pengalaman melalui bahasa.

Dari penjelasan tersebut menunjukkan, proses pembelajaran tidak

hanya berlangsung dalam ruangan kelas di sekolah tetapi dapat juga

berlangsung di lingkungan masyarakat, sehingga Museum sebagai bagian dari

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

39

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat merupakan salah satu tempat yang dapat dipilih untuk kegiatan

pembelajaran di luar kelas, karena koleksi pameran dan diorama Museum

dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran

yang diajarkan di dalam kelas, terutama materi yang berkaitan dengan sejarah

perkembangan manusia dan lingkungan. Menurut Boyer (1996), “Museum as

educational institution teach us about the objects of lasting human interest

and value” senada dengan itu, Sunal dan Haas (1993, hlm. 294)

mengungkapkan, “A trip a museum or restoration is often reported as a

positive memory of the study of History”.

Kunjungan ke Museum akan sangat bermanfaat bagi tumbuhnya

pemikiran kritis siswa, jika dilaksanakan secara terencana dan terprogram

dengan baik. Selama mereka berada di museum dan mengamati objek

pameran, diharapkan pikiran mereka bekerja dan objek pameran yang

diamatinya dapat menjadi alat bantu belajar, karena ketika kegiatan ini

dilakukan, siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuan dalam berfikir

kritis.

Menurut Takai and Connor (1998) kemampuan berfikir kritis siswa

meliputi :

(1) Comparing and Contrasting (kemampuan mengenal persamaan

dan perbedaan pada objek yang diamati); (2) Identifying and

Classifying (kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan

objek yang diamati pada kelompok seharusnya); (3) Describing

(kemampuan menyampaikan deskripsi secara lisan dan tulisan

berkenaan dengan objek yang diamati; (4) Predicting (kemampuan

untuk memprakirakan apa yang terjadi berkenaan dengan objek yang

diamati); (5) Summarizing (kemampuan membuat kesimpulan dari

informasi yang diperoleh di Museum dalam sebuah laporan secara

singkat dan padat).

2.5.6 Museum Geologi

Museum Geologi ini letaknya sangat strategis berada tak jauh dari pusat

pemerintahan Provinsi Jawa Barat, Gedung Sate. Museum Geologi Bandung

beralamat di Jl. Diponegoro no. 57, Bandung. Lokasi museum ini sangat

mudah dicapai karena berada di tengah kota dan banyak dilewati kendaraan

umum.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

40

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Museum Geologi pada saat ini telah dibuka untuk umum antara 08.00 –

16.00 (Senin – Kamis) ; 08.00 – 14.00 (Sabtu & Minggu) ; Jumat & Hari

Libur Nasional tutup. Ada puluhan ribu koleksi fosil dan batuan yang

dilengkapi dengan keterangan nama tempat ditemukan dan para kolektornya.

Bangunan bergaya Art Deco yang dirancang oleh Ir. H. Menalda van

Schouwenburg itu terbagi menjadi dua ruangan pada lantai satu. Ruang sayap

barat bertema geologi Indonesia, sedangkan ruangan sayap timur berisi

informasi seputar sejarah kehidupan manusia. Sementara itu, lantai dua

adalah ruang geologi untuk kehidupan manusia.

Museum Geologi khusus dibangun sebagai pusat informasi ilmu

kebumian untuk menggambarkan kondisi geologi bumi lewat peragaan

koleksi yang sangat luar biasa. Penelitian geologi di Nusantara sudah

dilakukan sejak tahun 1850. Dalam proses penyelidikan di berbagai daerah,

para ahli menemukan berbagai jenis batuan, mineral, dan fosil. Ketiganya

secara rutin diteliti di laboratorium geologi yang berlokasi di Rembrandt

Straat yang sekarang dikenal dengan nama Jalan Diponegoro, Bandung.

Dengan terus bertambahnya benda yang diteliti, muncul gagasan untuk

membangun sebuah museum yang bisa menampung semua itu. Tujuan

lainnya adalah agar bisa diakses oleh masyarakat luas.

Maka pada tanggal 16 Mei 1929 diresmikanlah Museum Geologi, yang

memberi informasi tentang bumi dan kehidupannya. Waktu peresmian ini

bertepatan dengan diselenggarakannya Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-

4 (Fourth Pacific Science Congress) di Bandung.

2.6 Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar IPS

2.6.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Setiap guru memiliki gaya mengajar yang bervariasi dan dilakukan

dengan khas oleh masing-masing guru di kelasnya dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Diawali dari perpaduan metode yang dilaksanakan,

teknik dan taktik yang dilakukan berbeda-beda tetapi tetap memiliki tujuan

yang sama yaitu untuk mencapai tujuan belajar. Manakala hal tersebut

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

41

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilaksanakan oleh guru dalam kelasnya, pada saat itu pula seorang guru

sedang mengaplikasikan sebuah strategi pembelajaran.

Seyogyanya kegiatan pembelajaran haruslah dilaksanakan

menggunakan strategi pembelajaran, karena strategi pembelajaran merupakan

salah satu perangkat pembelajaran yang perannya sangat penting.

Sebagaimana dijelaskan oleh Majid (2013. Hlm. 7) bahwa strategi

pembelajaran pada dasarnya adalah rencana tindakan (rangkaian kegiatan)

termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau

kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu

yakni tujuan pembelajaran. Sejalan dengan yang disampaikan oleh Uno

(2011, hlm. 2) strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih

dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi

pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami

materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai.

Selain itu, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang

berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (Hermawan, dkk, 2007, hlm. 112). Dengan demikian

penggunaan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya

dapat membantu memudahkan siswa dalam menerima dan memahami

sehingga tujuan pembelajaran yang telah disepakati bersama dapat tercapai,

dan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional , seorang guru

dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam

mengembangkan berbagai strategi pembelajaran yang efektif, kreatif serta

menyenangkan di kelasnya.

2.6.2 Jenis-jenis Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber Belajar

IPS

Memanfaatkan lingkungan Museum sebagai sumber belajar

hendaknya memperhatikan komponen-komponen dan rancangan dalam

pembelajaran demi terciptanya tujuan pembelajaran. Dengan demikian

hendaknya memperhatikan strategi dalam pemanfaatan lingkungan Museum

sebagai sumber belajarnya.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

42

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun jenis strategi yang dapat dikembangkan dalam memanfaatkan

lingkungan museum sebagai sumber belajar menurut Mulyasa (2006, hlm.

101-102) adalah sebagai berikut :

a. Membawa peserta didik ke lingkungan

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar kelas menunjukan

adanya upaya guru untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

dengan cara membawa kelas ke lingkungan. Nasution (1995, hlm. 134)

menjelaskan bahwa pembelajaran yang membawa siswa ke dalam lingkungan

dapat menggunakan metode karya wisata, mengadakan survey, atau

melakukan pengabdian masyarakat, mengadakan wawancara dan melakukan

perkemahan. Berikut metode yang dapat digunakan dalam memanfaatkan

Museum sebagai sumber belajar:

1. Metode Karya Wisata

Karya wisata adalah kunjungan siswa keluar kelas untuk mempelajari

objek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah.

Sebelum karya wisata dilakukan, sebaiknya direncanakan terlebih dahulu

objek apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan

sebaiknya dipelajari. Objek karya wisata harus relevan dengan bahan

pembelajaran. Misalnya museum untuk mempelajari kebudayaan dan lain

sebagainya.

2. Metode Survey

Mengunjungi lingkungan seperti masyarakat setempat untuk

mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain.

Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi, wawancara dengan

beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau dokumen yang

ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dibahas

bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan

pengajaran.

3. Metode Pengabdian Masyarakat

Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-

sama melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat

seperti pelayanan, penyuluhan, partisipasi dalam kegiatan masyarakat, dan

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

43

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan lain yang diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat memberi

manfaat yang baik bagi para siswa maupun bagi masyarakat.

4. Metode Praktek Lapangan

Melalui metode praktek lapangan (dapat berupa Praktek Kerja

Lapangan atau Praktek Pengalaman Lapangan), siswa dapat memperoleh

suatu keterampilan-keterampilan atau kecakapan-kecakapan khusus agar

nantinya dapat terjun ke dunia kerja yang sesuai dengan bidang keahlian atau

minatnya.

5. Perkemahan

Metode berkemah sebenarnya hampir sama tujuannya dengan karya

wisata. Hanya saja metode berkemah membutuhkan waktu yang lebih lama

dan mengharuskan siswa menginap di lingkungan tempat ia belajar. Metode

berkemah sangat cocok untuk pembelajaran ilmu alam dan sosial. Siswa

dapat mempelajari aneka ragam makhluk hidup beserta aspek-aspek

lingkungan yang ada di dalamnya, atau mempelajari bagaimana suatu struktur

sosial, kesenian, budaya, dan adat istiadat masyarakat atau suku-suku tertentu.

b. Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas)

1. Presentasi Narasumber

Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak selalu berarti

siswa dan guru keluar kelas. Bisa juga lingkungan dibawa ke dalam kelas.

Misalnya, kelas dapat mengundang narasumber dari lingkungan sekitar untuk

memberikan presentasi di depan kelas. Siswa dapat berinteraksi dengan

narasumber ini untuk mengetahui detil-detil yang mereka perlukan tentang

suatu topik pembelajaran. Biasanya narasumber dapat berupa seorang yang

profesional di bidang tertentu, misal dokter, bidan, pengacara, polisi, dan

sebagainya. Narasumber dapat didapat dari orang tua yang kebetulan berada

pada profesi tersebut atau sukarelawan yang mau diajak bekerjasama untuk

pembelajaran di sekolah.

Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan

menentukan cara-cara yang tepat untuk memanfaatkannya dalam kegiatan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

44

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran. Pemilihan tema dan lingkungan yang akan dimanfaatkan

hendaklah didiskusikan dengan peserta didik.

2.6.3 Langkah-langkah Strategi Pemanfaatan Museum sebagai Sumber

Belajar IPS

Sebelum memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, guru

harus mempersiapkan dan menentukan beberapa hal sehingga pemanfaatan

lingkungan akan optimal dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya.

Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai

berikut:

1. Menentukan Tujuan Belajar

Belajar menggunakan sumber apapun, termasuk lingkungan harus

memperhatikan tujuan pembelajaran. Ketika guru memilih menggunakan

lingkungan sebagai sumber belajar untuk pokok bahasan atau topik tertentu,

maka ia harus menentukan tujuan pembelajaran apa yang akan dapat dicapai

oleh siswa. Selain itu, dengan menentukan tujuan pembelajaran yang tepat

kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.

2. Menentukan Lingkungan yang akan Dijadikan Sumber Belajar

Setelah guru menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh

siswa, maka langkah selanjutnya yang lebih penting untuk diperhatikan

adalah pemilihan lingkungan itu sendiri sebagai sumber belajar. Dalam tahap

ini, guru mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap alternatif

sumber belajar. Lingkungan yang bagaimana sekiranya dapat membantu

siswa lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan, maka lingkungan

itulah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sumber belajar.

3. Memilih Metode Pembelajaran

Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar kadang-kadang

memerlukan pemilihan metode mengajar yang tepat. Pemilihan metode

mengajar tidak dapat dilakukan secara asal-asalan karena dapat

mengakibatkan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang seharusnya

dikuasai siswa tidak tercapai. Beberapa metode yang sekiranya dapat

dipertimbangkan untuk pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar telah

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2 ...repository.upi.edu/33470/5/S_PSIPS_1304211_Chapter2.pdfBAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Pendidikan 2.1.1. Pengertian

45

Fakhri Ismail, 2017

PEMANFAATAN MUSEUM GEOLOGI SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diuraikan pada tulisan ini sebelumnya, seperti metode survey, karyawisata,

praktek lapangan dan pengabdian masyarakat.

4. Mempersiapkan Perizinan

Mengajak siswa untuk belajar dari lingkungan seringkali harus

menyertakan perizinan. Siswa yang diajak keluar kelas atau keluar

lingkungan sekolah, bahkan seringkali di luar jam belajar dan melibatkan

instansi lain. Perizinan akan menjamin pemanfaatan waktu yang lebih efisien

karena ketika siswa telah tiba di lokasi sumber belajar mereka akan langsung

diterima oleh pihak yang berwenang disana. Selain itu, jika terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan, misalnya kecelakaan dan sebagainya, akan lebih

mudah dimaklumi oleh pihak orang tua siswa/wali dan sekolah.

5. Mempersiapkan Teknis Pelaksanaan

Apabila pemanfaatan lingkungan yang lokasinya cukup jauh dari

sekolah dan menggunakan alokasi waktu di luar jam belajar sekolah, tentu

teknis pelaksanaan perlu dipikirkan secara matang. Bahkan, jika

menggunakan lingkungan pada lokasi yang dekat dengan sekolah dan masih

dalam jam belajar sekolah, persiapan teknis tetap sangat penting. Guru perlu

mempersiapkan alat-alat bantu apa saja yang mungkin diperlukan dalam

pembelajaran, misalnya megaphone, transportasi dari sekolah ke lokasi,

bagaimana pengaturan siswa saat tiba di lokasi dan sebagainya.

6. Menentukan Tindak Lanjut

Setelah siswa selesai belajar memanfaatkan lingkungan sebagai

sumber belajarnya, maka tindak lanjut yang dilakukan selanjutnya adalah

membuat laporan perjalanan atau hasil observasi mereka. Bagaimana

penilaian terhadap hasil belajar siswa diberikan, dan hal-hal lainnya perlu

ditentukan sebelum pembelajaran dilaksanakan.