Upload
vukhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran Quantum
Konsep pembelajaran Quantum dalam bidang pendidikan adalah
sebuah upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran, baik yang bersifat
individual maupun kelompok. Pembelajaran Quantum adalah “interaksi-
interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” (DePorter, 2011: 16).
Pembelajaran Quantum menekankan pada semua kehidupan
merupakan energi yang dapat diubah menjadi cahaya, maksudnya
interaksi-interaksi ini ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru
dan peserta didik menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka
dalam belajar secara efektif dan efisien. Interaksi-interaksi yang di maksud
mengubah kemampuan dan bakat alamiah peserta didik menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Pembelajaran Quantum merupakan bentuk upaya Bobby DePorter
untuk merancang strategi pembelajaran yang menggairahkan dan
bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-teknik Quantum Learning di
ruang kelas. DePorter (2003: 3) dengan menggunakan pembelajaran
Quantum, kita dapat menggabungkan keistimewaan-keistimewaan belajar
menuju bentuk perencanaan pengajaran yang akan melejitkan prestasi
peserta didik.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
8
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran yang menyenangkan
serta menyertakan segala dinamika yang menunjang keberhasilan
pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan, interaksi serta
aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk belajar.
Ada dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran
Quantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan peserta didik
menjadi cahaya belajar yaitu percepatan belajar melalui usaha sengaja
untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional dan fasilitasi
belajar unruk mempermudah kegiatan belajar peserta didik. Percepatan
belajar dan fasilitas belajar akan mendukung azas utama yang digunakan
dalam pembelajaran Quantum yaitu “Bawalah dunia mereka ke dunia kita
dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”.
Landasan utama pembelajaran Quantum mengisyaratkan
pentingnya seorang guru memasuki dunia atau kehidupan anak sebagai
langkah awal dalam melaksanakan sebuah pembelajaran. Memahami
dunia dan kehidupan anak, merupakan lisensi bagi para guru untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan peserta didik dalam
meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu cara yang dapat digunakan
dalam hal ini adalah mengkaitkan apa yang akan diajarkan dengan
peristiwa-peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh peserta
didik dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat. Pemahaman terhadap hakikat peserta didik menjadi lebih
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
9
penting sebagai jembatan untuk menghubungkan dan memasukan dunia
kita kepada dunia mereka.
Kosasih (2013: 78) menyebutkan bahwa pembelajaran Quantum
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Segalanya berbicara. Seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang
untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa,
yang berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru,
informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan, dan seluruh
kondisi lingkungan haruslah dapat membawa pesan-pesan belajar bagi
peserta didik.
2) Segalanya bertujuan. Penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus
mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan
fasilitas yang terlibat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk
membantu perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor.
3) Pengalaman sebelum pemberian nama. Sebelum peserta didik belajar
memberi nama (mendefnisikan, mengonseptualisasi, membedakan,
mengategorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang
terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.
4) Mengakui setiap usaha. Usaha belajar yang telah dilakukan peserta
didik harus memperoleh pengakuan guru dan peserta didik lainnya.
5) Merayakan keberhasilan. Setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam
pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan member
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
10
umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil
belajar berikutnya.
Kosasih (2013: 79) menyebutkan bahwa pembelajaran Quantum
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pembelajaran Quantum berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Pembelajaran Quantum lebih manusiawi. Individu menjadi pusat
perhatian, potensi diri, kemampuan berfikir, motivasi dan sebagainya
diyakini dapat berkembang scera maksimal.
3) Pembelajaran Quantum lebih bersifat konstruktif namun juga
menekankan pentingnya peranan lingkungan pembelajaran yang efektif
dan optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
4) Pembelajaran Quantum mensinergikan faktor potensi individu dalam
lingkungan fisik dan psikis dalam konteks pembelajaran.
5) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
6) Pembelajaran Quantum sangat menekankan pada akselerasi
pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Proses pembelajaran
harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi.
7) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran
proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-
buat.
8) Pembelajaran Quantum sangat menekankan kebermaknaan dan
kebermutuan proses.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
11
9) Pembelajaran Quantum memiliki model yang memadukan konteks dan
isi pembelajaran.
10) Pembelajaran Quantum memusatkan perhatian pada pembentukan
keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal atau
material.
11) Pembelajaran Quantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai
bagian penting proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki
keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda bahwa ia
telah belajar, kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir
segalanya.
12) Pembelajaran Quantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,
bukan keseragaman dan ketertiban.
13) Pembelajaran Quantum mengintegrasikan totalitas fisik dan pikiran
dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Quantum adalah salah satu model pembelajaran yang
inovatif yang berorientasi pada peserta didik (student centered).
Pembelajaran Quantum difokuskan pada hubungan yang dinamis dalam
lingkungan kelas dengan interaksi yang membentuk landasan dan
kerangka untuk belajar. Pembelajaran Quantum adalah pembelajaran yang
dapat menimbulkan motivasi pada peserta didik, dan dapat meningkatkan
prestasi belajar peserta didik. Pembelajaran Quantum merupakan
pembelajaran yang menjadikan suatu proses pembelajaran lebih bermakna
sehingga peserta didik akan dapat memahami materi yang diajarkan.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
12
Pembelajaran Quantum mencakup petunjuk spesifik untuk
menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang rencana
pembelajaran, meyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar (
DePorter, 2013: 33). Bobby DePorter mengembangkan strategi
pembelajaran Quantum melalui istilah TANDUR, yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demontrasikan, Ulangi dan Rayakan.
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga
sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar. Siswa dapat
memahami Apa Manfaat Bagiku (AMBAK). AMBAK adalah motivasi
yang didapat dari pemilhan secara mental antara manfaat dan akibat-
akibat suatu keputusan (DePorter, 2011: 49).
2) Alami
Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik untuk mencoba.
Peserta didik aktif dalam proses pembelajaran, tidak hanya melihat
tetapi ikut beraktivitas.
3) Namai
Penamaan untuk memberikan identitas, menguatkan dan
mendefinisikan. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi
dan metode lainnya. Penamaan dibangun di atas pengetahuan dan
keingintahuan peserta didik. Penamaan adalah saatnya untuk
mengajarkan konsep, keterampilan, dan strategi belajar, Sugiyanto
dalam (Kosasih (2013: 90).
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
13
4) Demonstrasikan
Metode demontrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses,
situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk
sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru
atau sumber belajar lainnya yang memahami atau ahli dalam topik
bahasan yang harus didemonstrasikan, Sumantri dalam (Kokasih, 2013:
90).
5) Ulangi
Memberi kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya,
sehingga setiap peserta didik merasakan langsung dimana kesulitan
akhirnya mendatangkan kesuksesan, kami bisa dan memang bisa,
dengan adanya pengulangan maka akan memperkuat koneksi saraf,
Sugiyanto dalam (Kosasih, 2013: 90).
6) Rayakan
Merayakan setiap hasil yang didapatkan oleh peserta didik yang
dirayakan akan menambah kepuasan dan kebanggaan pada kemampuan
pribadi dan pemupukan percaya diri pada diri masing-masing peserta
didik.
Kerangka rancangan belajar TANDUR dalam model pembelajaran
Quantum digunakan sebagai cara yang efektif dalam menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, membantu merancang dan menyampaikan
pengajaran, dan memudahkan proses belajar.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
14
Kosasih (2013: 91) Langkah-Langkah yang dapat diterapkan dalam
Pembelajaran Quantum adalah sebagai berikut:
1) Kekuatan Ambak
Ambak (apakah manfaat bagiku) adalah motivasi yang didapat dari
pemiliham secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu
keputusan (DePorter, 2011:49). Motivasi sangat diperlukan dalam
belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar
akan selalu ada. Pada langkah ini peserta didik akan diberi motivasi
oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah
mempelajari suatu materi.
2) Penataan Lingkungan Belajar
Proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat
membuat peserta didik merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan
lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam
diri peserta didik.
3) Memupuk Sikap Juara
Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu minat
belajar peserta didik. Guru hendakmya jangan segan-segan untuk
memberikan pujian pada peserta didik yang telah berhasil dalam
belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh peserta didik yang belum
mampu menguasai materi. Memupuk sikap juara dapat membuat
peserta didik merasa dihargai.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
15
4) Bebaskan Gaya Belajarnya
Guru hendaknya memberikan memberikan kebebasan dalam belajar
pada peserta didik dan jangan terpaku pada satu gaya belajar saja.
Setiap peserta didik memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
berbeda.
5) Membiasakan Mencatat
Dalam kegiatan belajar mengajar, peserta didik tidak hanya bisa
menerima saja, melainkan harus mampu mengungkapkan kembali apa
yang didapatkan dengan menggunakan ungkapan yang sesuai dengan
gaya belajar mereka sendiri.
6) Membiasakan Membaca
Salah satu aktivitas dalam pembelajaran yang cukup penting adalah
membaca, karena dengan membaca akan menambah wawasan dan
pengetahuan, meningkatkan pemahaman dan daya ingat.
7) Jadikan Anak Lebih Kreatif
Peserta didik yang kreatif adalah peserta didik yang ingin tahu, suka
mencoba, dan senang bermain. Sikap kreatif yang baik akan mampu
menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.
8) Melatih Kekuatan Memori Peserta Didik
Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar, sehingga peserta
didik perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
16
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Susanto (2013: 4) belajar adalah aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif
tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Slameto (2010: 2) pengertian belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
R. Gagne (1989) dalam (Susanto, 2013: 1) bahwa belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Hamalik (2003) dalam
(Susanto, 2013: 3) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi
atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as
the modificator or strengthening of behavior through experiencing).
Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu yang ditandai
dengan adanya perubahan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Setiap individu akan
berinteraksi dan bersosialiasi dengan lingkungan sehingga mampu
menggabungkan dan membandingkan pengetahuan yang telah dimiliki
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
17
dengan pengetahuan baru yang ada di lingkungannya sebagai proses
menuju perubahan tingkah laku.
b. Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kata
“prestasi” dalam Bahasa Indonesia yang berarti “hasil usaha”. Prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Kata
prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, antara
lain dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya
pembelajaran.
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakikatnya
merupakan usaha sadar yang dilakukan sesorang untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik
akan menghasilkan prestasi belajar Mulyasa (2014: 189).
Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial
dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang
kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Arifin (2013: 12) menyebutkan bahwa
fungsi utama prestasi belajar (achievement) antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
18
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peseerta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstren dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat
kesuksesan peserta didik di masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Saat proses pembelajaran, peserta didik menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Prestasi belajar bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menentukan apakah
perlu melakukan diagnosis, penempatan, atau bimbingan terhadap
peserta didik. Cronbach (1970) dalam (Arifin, 2013: 12) bahwa
kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain “sebagai umpan
balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
19
keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk
keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi
kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu (a) bahan atau materi yang
dipelajari; (b) lingkungan; (c) faktor instrumental; dan (d) kondisi
peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara terpisah maupun
bersama-sama memberikan konstribusi tertentu terhadap prestasi belajar
peserta didik.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mendongkrak prestasi belajar, antara lain keadaan jasmani, keadaan
sosial emosional, lingkungan, memulai pelajaran, membagi pekerjaan,
kontrol, sikap yang optimis, menggunakan waktu, cara mempelajari
buku, dan mempertinggi kecepatan membaca peserta didik.
Mulyasa (2014: 19) untuk melancarkan belajar dan meningkatkan
prestasi belajar, hal-hal di bawah ini perlu diperhatikan:
1) Dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama, peserta
didik yang kurang paham dapat diberi tahu oleh peserta didik yang
telah paham.
2) Semua pekerjaan dan latihan yang diberikan oleh guru hendaknya
dikerjakan segera dan sebaik-baiknya.
3) Mengesampingkan perasaan negatif dalam membahas atau
berdebat mengenai suatu masalah/pelajaran.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
20
4) Rajin membaca buku/majalah yang bersangkutan dengan pelajaran.
5) Berusaha melengkapi dan merawat dengan baik alat-alat belajar.
Hal ini kelihatannya soal sepele tetapi alat-alat yang tidak lengkap
atau tidak baik akan mengganggu belajar.
Gronlund (1977) dalam (Azwar, 2013: 18) mengenai penyusunan
tes prestasi merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran
prestasi sebagai berikut:
1) Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara
jelas sesuai dengan tujuan instruksional.
2) Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari
hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program
instruksional atau pengajaran.
3) Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok
guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.
4) Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaan hasilnya.
5) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan
hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.
6) Tes prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar
para peserta didik.
3. Sikap Rasa Ingin Tahu
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem
yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Doni
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
21
Koesoema A. (2007) dalam (Yaumi, 2014) memahami bahwa karakter
sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber
dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga
pada masa kecil juga bawaan sejak lahir.
Rasa ingin tahu selalu menyisakan rasa penasaran. Rasa penasaran
inilah yang bisa mengantarkan seseorang untuk selalu bertanya dan
menyimpan kekhawatiran terhadap sesuatu yang ingin diketahuinya. Rasa
ingin tahu adalah landasan dasar dalam proses belajar, karena dilakukan
melalui proses bertanya dan bertanya, mencari informasi baru,
mengumpulkan fakta dari beberapa sumber, kemudian membentuk
pendapat sendiri. Dalam hai ini, yang dimaksud dengan rasa ingin tahu
adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
Yaumi (2014) menyatakan bahwa, orang yang selalu ingin tahu
terhadap sesuatu pasti melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1) Mengajukan pertanyaan.
2) Selalu timbul rasa penasaran.
3) Menggali, menjajaki, dan menyelidiki.
4) Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya.
5) Mengintai, mengintip, dan membongkar berbagai hal yang masih
kabur.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
22
Daryanto (2013: 147) menyebutkan bahwa indikator sikap ingin tahu
yaitu:
1) Bertanya/membaca sumber diluar buku teks tentang materi yang terkait
dengan pelajaran.
2) Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.
3) Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi,
politik, teknologi yang baru didengar.
4) Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi
diluar yang dibahas di kelas.
4. Alat Peraga dalam Pembelajaran
a. Pengertian Alat Peraga
Sukayati (2009) Alat peraga merupakan salah satu alat untuk
pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan khususnya
bilangan bulat negatif. Anitah (2009: 4) menjelaskan bahwa alat peraga
dalam pembelajaran hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan
untuk menunjukkan sesuatu yang riil sehingga memperjelas pengertian
belajar.
Estiningsih (1994) dalam (Sukayati, 2009) Alat peraga
merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan
ciri-ciri konsep yang dipelajari. Contoh: papan tulis, buku tulis, dan
daun pintu yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat
peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri dalam persegi
panjang. Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
23
keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya
dari konsep yang dipelajari. Melihat, meraba, dan memanipulasi alat
peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan
tentang arti konsep, sedangkan sarana merupakan media pembelajaran
yang fungsi utamanya sebagai alat bantu untuk melakukan
pembelajaran. Menggunakan sarana tersebut diharapkan dapat
memperlancar pembelajaran. Contoh: papan tulis, jangka, penggaris,
lembar tugas (LT), lembar kerja (LK), dan alat-alat permainan.
Pembelajaran menggunakan alat peraga berarti mengoptimalkan
fungsi seluruh panca indra siswa untuk meningkatkan efektivitas siswa
belajar dengan cara mendengar, melihat, meraba, dan menggunakan
pikirannya secara logis dan realistis. Pelajaran tidak sekedar
menerawang pada wilayah abstrak, melainkan sebagai proses empirik
yang konkrit yang realistik serta menjadi bagian dari hidup yang tidak
mudah dilupakan.
Ada beragam jenis alat peraga pembelajaran, dari mulai benda
aslinya, tiruannya, yang sederhana sampai yang canggih, diberikan
dalam kelas atau di luar kelas. Bisa juga berupa bidang dua dimensi
(gambar), bidang tiga dimensi (ruang), animasi / flash (gerak), video
(rekaman atau simulasi). Teknologi telah mengubah harimau yang
ganas yang tidak mungkin di bawa dalam kelas bisa tampik di dalam
kelas dalam habitat kehidupan yang sesungguhnya.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
24
Macam-macam alat peraga pembelajaran menurut Suherman
(2003) sebagai berikut:
1) Alat peraga lihat (Visual Aids)
Alat peraga ini berfungsi untuk menstimulasi indera penglihatan
pada saat terjadinya proses pembelajaran. Alat peraga jenis ini juga
dibadi menjadi dua jenis yaitu alat peraga yang diproyeksikan dan
alat peraga yang tidak diproyeksikan. Alat peraga yang
diproyeksikan meliputi slide, strip, film dan sebagainya, sementara
alat peraga visual yang tidak diproyeksikan meliputi benda baik 2
dimensi maupun 3 dimensi, peta, bagan, grafik, gambar, antagomi,
globe dan sebagainya.
2) Alat peraga dengar (Audio Aids)
Alat peraga ini berfungsi untuk menstimulasi indera pendengar pada
saat terjadinya proses pembelajaran, misalnya video cassette, pita
suara, piringan hitam dan sebagainya. Seperti halnya alat peraga
visual, alat peraga audio ini juga dibedakan dalam dua jenis yaitu
alat peraga audio sederhana dan rumit. Alat peraga audio sederhana
adalah jenis alat peraga dengan menggunakan alat-alat sederhana
yang biasa didesain sendiri atau tersedia di lingkungan, sementara
alat peraga audio rumit adalah jenis alat peraga audio yang
berteknologi seperti misalnya slide film video, video cassette dan
sebagainya.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
25
Alat peraga audio maupun alat peraga visual, masing-masing
memiliki fitur dan spesifikasi yang berbeda-beda, demikian juga dengan
kelebihan serta kekurangannya. Untuk menentukan pilihan yang paling
tepat dan sesuai agar mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal
tentu saja harus dengan menyesuaikan jenis alat peraga dengan materi
yang akan diajarkan.
Hamalik dalam (Rahadi, 2003) menyatakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, dan
akan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa serta
membantu siswa meningkatkan pemahaman. Berdasarkan uraian
tersebut maka penggunaan media termasuk alat peraga dalam proses
pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis.
Manfaat praktis alat peraga diantaranya, sebagai berikut:
1) Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan,
2) Dapat menghasilkan keseragaman pengamatan oleh siswa,
3) Menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis,
4) Membangkitkan keingintahuan, kesukaan dan minat yang baru,
5) Membangkitkan motivasi dan merangsang siswa belajar,
6) Memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit
sampai kepada yang abstrak.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
26
b. Alat Peraga Balok Garis Bilangan
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika di
sekolah sangatlah penting, utamanya dalam mengajarkan suatu konsep
yang abstrak. Pembelajaran matematika khususnya materi operasi
bilangan bulat sangat penting sekali kedudukannya, karena materi ini
merupakan materi dasar bagi materi lainnya. Melakukan operasi pada
bilangan bulat khususnya penjumlahan dan pengurangan, banyak siswa
yang mengalami kesulitan. Kesulitan sering nampak pada penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat negatif. Balok garis bilangan
merupakan salah satu alat peraga untuk pembelajaran operasi
penjumlahan dan pengurangan khususnya bilangan bulat. Bahan yang
digunakan untuk pembuatan alat peraga ini sangat mudah dan murah
karena bisa menggunakan bahan bekas. Alat ini terdiri dari lajur/baris
positif dan lajur/baris negatif yang dikembangkan untuk bilangan bulat
satuan dan puluhan. Kegunaan dari peraga ini diantaranya adalah:
memberikan penanaman konsep tentang letak suatu bilangan bulat pada
garis bilangan dan konsep penjumlahan serta pengurangan dua bilangan
bulat melalui peraga dengan pendekatan gerak. Alat peraga ini
diharapkan pembelajaran menjadi lebih mudah dipahami anak.
1 2
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
27
Keterangan:
1. Berlubang untuk gerakan boneka
2. Dilengkapi dengan boneka yang dapat digerakkan ke kanan dan
ke kiri
Kegunaan
Alat peraga mistar bilangan dapat digunakan untuk penanaman konsep
tentang:
1) Letak suatu bilangan bulat pada garis bilangan.
2) Penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat melalui peraga
dengan pendekatan gerak.
Cara Penggunaan
1) Guru mengingatkan kembali letak suatu bilangan pada garis
bilangan, semakin besar suatu bilangan, maka letaknya akan semakin
ke kanan. Semakin kecil suatu bilangan, maka letaknya semakin ke
kiri.
2) Guru mengenalkan materi letak bilangan bulat kepada peserta didik
yang ditunjukkan pada garis bilangan.
3) Peserta didik diminta untuk mengamati mistar bilangan tersebut. Apa
yang dapat disimpulkan mengenai letak suatu bilangan bulat pada
mistar bilangan.
4) Guru menjelaskan kepada peserta didik bahwa alat peraga ini dapat
digunakan untuk menentukan letak bilangan pada garis bilangan dan
memperagakan penjumlahan dan pengurangan dua bilangan bulat.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
28
5) Menyepakati aturan permainan pada mistar bilangan untuk operasi
hitung penjumlahan dan pengurangan.
a. Dimulai dari nol menghadap ke kanan
b. Bilangan
Positif → maju
Nol → diam (tidak bergerak)
Negatif → mundur
c. Operasi hitung
Tambah → terus
Kurang → berbalik arah
5. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
perguruan tinggi. Matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara
informal.
Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau
mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedangkan
dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti
yang semuanya berkaitan dengan penalaran, Depdiknas (2001: 17)
dalam (Susanto, 2014: 184).
Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
29
kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia
kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Bidang studi matematika merupakan salah satu komponen
pendidikan dasar dalam bidang-bidang pengajaran. Bidang studi
matematika ini diperlukan untuk proses perhitungan dan proses berpikir
yang sangat dibutuhkan orang dalam menyelesaikan berbagai masalah.
b. Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran didalamnya mengandung
makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar
mengajar.
Peserta didik sekolah dasar (SD) umumnya berkisar antara 6 atau
7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Piaget dalam (Heruman, 2010: 1)
menjelaskan bahwa mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam
proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun
masih terikat dengan objek yang bersifat konkret. Suwangsih dan
Tiurlina (2006: 16) matematika yang dipelajari oleh siswa SD dapat
digunakan oleh siswa SD untuk kepentingan hidupnya sehari-hari
dalam kepentingan lingkungannya, untuk membentuk pola pikir yang
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
30
logis, sistematis, kritis dan cermat dan akhirnya dapat digunkan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain.
Berdasarkan pengertian para ahli maka dapat disimpulkan,
matematika di sekolah dasar dilaksanakan sekitar anak berusia 6 atau 7
tahun. Sampai 12 atau 13 tahun. Pembelajaran matematika anak
dikenalkan mengenai bilangan atau benda-benda yang konkret dalam
melakukan operasi perhitungannya.
c. Bilangan Bulat
Bilangan-bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan cacah,
sedangkan 1, 2, 3, 4, 5, … disebut bilangan asli. Jadi, bilangan cacah
adalah gabungan dari bilangan nol dan bilangan asli.Bilangan nol,
bilangan asli, dan lawan bilangan asli disebut bilangan bulat.
Penjumlahan Bilangan Bulat
Sebelum mempelajari penjumlahan bilangan bulat lebih lanjut,
penjumlahan yang melibatkan bilangan nol dan bilangan bulat positif
harus sudah dikuasai dengan baik.
Penjumlahan Menggunakan Garis Bilangan
Penjumlahan bilangan dapat dilakukan dengan bantuan garis
bilangan dengan membuat diagram panah yang menyertakan
bilangan.
a) Mengenal Bilangan Bulat dengan Diagram Panah
Sebuah bilangan bulat dapat ditunjukkan dengan diagram panah
pada garis bilangan yang mempunyai panjang dan arah. Panjang
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
31
diagram panah menunjukkan banyaknya satuan, sedangkan
arahnya menunjukkan positif atau negatif. Diagram panah menuju
ke arah kanan, maka anak panah tersebut menunjukkan bilangan
bulat positif. Diagram panah menuju ke kiri, maka anak panah
tersebut menunjukkan bilangan bulat negatif.
Menunjukkan bilangan 7
Menunjukkan bilangan –7
b) Menjumlah Bilangan Bulat dengan Diagram Panah
Garis bilangan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
menyelesaikan penjumlahan pada bilangan bulat. Ketentuan yang
harus dipahami sebagai berikut:
Penjumlahan dengan bilangan positif, berarti arah anak panah
ke kanan.
Penjumlahan dengan bilangan negatif, berarti arah anak
panah ke kiri. Pangkal anak panah dimulai dari nol.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
32
Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
Contoh: Tentukan hasil penjumlahan dari 3 + (–4)
Diagram panah dari 0 ke 3 menunjukkan bilangan 3
Diagram panah dari 3 ke –1 menunjukkan bilangan –4
Hasilnya ditunjukkan diagram panah dari 0 ke –1
Jadi, 3 + (–4) = –1
d. Pembelajaran Matematika Materi Bilangan Bulat dengan Model
Pembelajaran Quantum
DePorter (2013: 33) langkah-langkah untuk menerapkan model
pembelajaran Quantum dalam pembelajaran adalah dengan menerapkan
rancangan yang dikenal dengan istilah “TANDUR”. Pembelajaran
matematika materi bilangan bulat dengan model pembelajaran Quantum
adalah sebagai berikut:
1) Tumbuhkan
Memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan
siswa telah termotivasi untuk belajar. Guru melakukan apersepsi dan
memotivasi peserta didik mengaitkan materi dengan kehidupan
sehari-hari dan menyampaikan informasi yang berhubungan dengan
materi yang diajarkan.
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
33
2) Alami
Memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik untuk mencoba.
Guru meminta peserta didik untuk mendengarkan memperhatikan
penjelasan guru pada saat menjelaskan apa saja yang terdapat pada
balok garis bilangan dan cara pengunaannya. Peserta didik diminta
maju untuk mempraktekkan pengunaannya, agar mereka mengalami
langsung bagaimana menggunakan balok garis bilangan untuk
menjumlahkan dua bilangan bulat.
3) Namai
Penamaan untuk memberikan identitas, menguatkan dan
mendefinisikan. Memberi nama pada setiap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan, misalnya pada saat diskusi kelompok diberi nama
“DISKOM” yang berarti diskusi kelompok.
4) Demonstrasikan
Penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau
benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya
maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru. Dalam
hal ini guru mendemonstrasikan penggunaan balok garis bilangan
untuk menjumlahkan dua bilangan bulat.
5) Ulangi
Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengulangi apa yang
telah dipelajarinya, sehingga setiap peserta didik merasakan
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
34
langsung dimana kesulitannya dan dengan adanya pengulangan
maka akan memperkuat koneksi saraf. Guru memberikan
kesempatan bertanya kepada peserta didik dan mengulang materi
secara singkat untuk menguatkan pemahaman peserta didik.
6) Rayakan
Merayakan setiap hasil yang didapatkan oleh peserta didik yang
dirayakan akan menambah kepuasan dan kebanggaan pada
kemampuan pribadi dan pemupukan percaya diri pada diri masing-
masing peserta didik. Guru memberikan penghargaan (reward) dan
mengajak peserta didik bertepuk tangan untuk mengekspresikan
keberhasilan mereka setelah dapat menjawab pertanyaan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang penerapan model pembelajaran Quantum dalam
pembelajaran telah dilakukan. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa model pembelajaran Quantum cukup efektif berpengaruh terhadap
sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar, seperti penelitian yang telah
dilakukan oleh Ni Luh Ika Windayani, dkk (2014) yang merupakan jenis
penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum
Bermuatan Pendidikan Karakter terhadap Konsep Diri dan Hasil Belajar
Matematika Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Gugus V Kecamatan
Banjar Kabupaten Buleleng”. Hasil penelitiannya adalah Pertama, terdapat
perbedaan secara signifikan terhadap konsep diri antara siswa yang mengikuti
model pembelajaran kuantum bermuatan pendidikan karakter dan siswa yang
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
35
mengikuti model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran
Matematika kelas V SD di gugus V Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng.
Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar antara siswa
yang mengikuti model pembelajaran kuantum bermuatan pendidikan karakter
dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran Matematika kelas V SD di gugus V Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng. Ketiga, secara simultan terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap konsep diri dan hasil belajar Matematika antara siswa
yang mengikuti model pembelajaran kuantum bermuatan pendidikan karakter
dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran Matematika kelas V SD di gugus V Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ketut Susiani, dkk (2013)
tentang pengaruh model pembelajaran Quantum terhadap kecerdasan sosio-
emosional dan prestasi belajar IPA siswa sekolah dasar (SD) di Banyuning.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Quantum
berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan sosio-emosional dan prestasi
belajar IPA para siswa kelas V SD di Banyuning. Secara rinci hasil temuan
adalah sebagai berikut, (1) terdapat perbedaan secara signifikan kecerdasan
sosio-emosional antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran model
quantum dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara
konvensional (F sebesar 336,936 p < 0,05); (2), terdapat perbedaan secara
signifikan prestasi belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
36
pembelajaran model Quantum dengan kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran secara konvensional (F sebesar 17,774 p < 0,05); (3) terdapat
perbedaan yang signifikan kecerdasan sosio-emosional dan prestasi belajar
IPA secara simultan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran
model quantum dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran secara
konvensional (F sebesar 180,801 p < 0,05).
Penelitian diatas relevan dengan penelitian ini karena menerapkan
model pembelajaran Quantum dalam pembelajaran, yang berbeda terletak
pada subjek penelitian yaitu di kelas IV SD dan lokasinya yang bukan di Bali.
C. Kerangka Pikir
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dibutuhkan adanya sebuah
inovasi dalam pembelajaran. Model belajar merupakan salah satu bentuk
inovasi yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar agar hasil belajar
dapat mencapai hasil yang baik.
Model belajar yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Quantum. Pembelajaran Quantum adalah model pembelajaran
yang menyenangkan serta menyertakan segala dinamika yang menunjang
keberhasilan pembelajaran itu sendiri dan segala keterkaitan, perbedaan,
interaksi serta aspek-aspek yang dapat memaksimalkan momentum untuk
belajar. Hal ini dapat dirumuskan dengan skema gambar sebagai berikut:
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016
37
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Quantum dengan alat
peraga balok garis terhadap sikap rasa ingin tahu peserta didik pada materi
bilangan bulat di kelas IV Sekolah Dasar.
2. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Quantum dengan alat
peraga balok garis terhadap prestasi belajar Matematika peserta didik pada
materi bilangan bulat di kelas IV Sekolah Dasar.
Penerapan Model Pembelajaran
Quantum
(X)
Kondisi Awal:
Prestasi Belajar Matematika
Masih Rendah
Prestasi Belajar dan Sikap
Rasa ingin Tahu
(Y)
Kondisi Akhir: Memberikan
Pengaruh terhadap Prestasi
Belajar Matematika dan Sikap
Rasa Ingin Tahu
Pengaruh Penerapan Model..., Pungky Candra Ardiana, FKIP, UMP, 2016