Upload
hoanghanh
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Rasa Ingin Tahu
a. Pengertian Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu menurut Daryanto dan Darmiatun (2013: 71)
adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.
Menurut Samani dan Hariyanto (2012: 119) rasa ingin tahu adalah
keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia
alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi.
Mustari (2011: 104) menyebutkan bahwa kuriositas (rasa ingin
tahu) adalah emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara
alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Rasa ingin tahu yang
kuat merupakan motivasi utama bagi kaum ilmuwan. Mustari (2011:
109) menambahkan bahwa:
Untuk mengembangkan rasa ingin tahu pada anak, kebebasan si
anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani rasa ingin
tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka ketika
tidak tahu atau malas saat mereka bertanya. Yang lebih baik adalah
kita berikan kepada mereka cara-cara untuk mencari jawaban.
Misalnya, apabila pertanyaan tentang pengetahuan berilah mereka
ensiklopedia dan begitu seterusnya.
Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa rasa
ingin tahu atau couriosity adalah sikap atau perilaku seseorang yang
selalu berusaha menyelidiki dan mencari pemahaman secara alamiah
8
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
9
terhadap rahasia alam ataupun gejala sosial secara mendalam dan meluas
atas apa yang telah dipelajari, dilihat dan didengar. Rasa ingin tahu
muncul karena adanya keinginan dan dorongan dari dalam diri seseorang
untuk menerima informasi baru.
b. Indikator Rasa Ingin Tahu
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan keterkaitan antara
nilai, jenjang kelas dan indikator untuk nilai karakter rasa ingin tahu.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Keterkaitan Nilai dan Indikator Rasa Ingin Tahu untuk
Sekolah Dasar
Nilai INDIKATOR
Kelas 1-3 Kelas 4-6
Rasa ingin tahu:
Sikap dan tindakan
yang selalu berupaya
untuk mengetahui
lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu
yang dipelajari,
dilihat, dan didengar.
Bertanya kepada
guru dan teman
tentang materi
pelajaran.
Bertanya atau
membaca sumber di
luar buku teks tentang
materi yang terkait
dengan pelajaran.
Bertanya kepada
guru tentang gejala
alam yang baru
terjadi.
Membaca atau
mendiskusikan gejala
alam yang baru
terjadi.
Bertanya kepada
guru tentang sesuatu
yang didengar dari
radio atau televisi.
Bertanya tentang
beberapa peristiwa
alam, sosial, budaya,
ekonomi, politik,
teknologi yang baru
didengar.
Bertanya tentang
berbagai peristiwa
yang dibaca dari
media cetak.
Bertanya tentang
sesuatu yang terkait
dengan mata pelajaran
tetapi di luar yang
dibahas di kelas.
Sumber: Daryanto dan Darmiatun (2013: 147)
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
10
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator rasa
ingin tahu dalam penelitian ini antara lain: (1) Bertanya kepada teman
atau guru terkait materi pelajaran, (2) Bertanya atau membaca sumber di
luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran, (3)
Membaca dan mendiskusikan tentang gejala alam yang baru terjadi, (4)
Bertanya tentang beberapa peristiwa alam yang baru didengar, (5)
Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di
luar pembelajaran.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar menurut Syah (2008: 92) adalah tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Menurut
Arthur T. Jersild (Sagala, 2011: 12) belajar adalah “modification of
behavior through experience and training” yaitu perubahan atau
membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena
pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Dalam
mengalami itu anak belajar terus menerus antara anak didik dengan
lingkungannya secara sadar dan sengaja.
Menurut Djamarah (2008: 13) belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
11
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Hal serupa diungkapkan
oleh Aunurrahman (2011: 35) belajar adalah suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, belajar dapat diartikan
sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara menyeluruh sebagai hasil
pengalaman yang dilakukan melalui interaksi aktif dengan
lingkungannya. Interaksi yang dilakukan menghasilkan perubahan dalam
pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang melibatkan
proses kognitif, afektif dan psikomotor.
b. Prestasi Belajar
Prestasi menurut Hamdani (2011: 137) merupakan hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual
maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi belajar merupakan hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak pada periode tertentu.
Menurut Arifin (2013: 12) kata prestasi berasal dari bahasa
Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi
“prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar pada umumnya
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
12
berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar merupakan suatu
masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena
sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi
menurut bidang dan kemampuan masing-masing.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yang dicapai oleh
seseorang dari proses belajar atau usaha-usaha belajar yang telah
dilakukan dan dilalui. Prestasi belajar seseorang dapat diketahui setelah
melakukan evaluasi pada mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk nilai yang berbentuk angka, simbol atau huruf. Hasil dari evaluasi
memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar yang telah dicapai
seseorang.
c. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Hamdani (2011: 139-144) faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor
intern adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain:
kecerdasan (inteligensi), faktor jasmaniah (fisiologis), sikap, minat, bakat
dan motivasi. Faktor eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor eksternal yang termasuk dalam
lingkungan sosial adalah guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-
teman sekelas, rumah tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
13
lain. Adapun yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung
sekolah, tempat tinggal dan waktu belajar.
Hal serupa tentang faktor eksternal yang memengaruhi prestasi
belajar siswa, yaitu dalam lingkungan sosial, dijelaskan pula oleh Darling
dan Hammond.
"schools bring little influence to bear upon a child's achievement
that is independent of his background and general social context"
(Coleman et al., 1966, p. 325; see also Jencks et al., 1972). Other
evidence suggests that factors like class size (Glass et al., 1982;
Mosteller, 1995), teacher qualifications (Ferguson, 1991), school
size (Haller, 1993), and other school variables may play an
important role in what students learn (Darling dan Hammond,
2000: 2).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut
Darling dan Hammond (2000: 2) "sekolah membawa pengaruh untuk
menanggung prestasi anak yang independen dari latar belakang dan
konteks sosial umum”. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk
belajar lebih giat. Bukti lain menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti
ukuran kelas (Glass et al, 1982; Mosteller, 1995) besar kecilnya ukuran
kelas mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, kualifikasi guru
(Ferguson, 1991) guru yang berkualitas dapat memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa, ukuran sekolah (Haller, 1993) lingkungan
sekolah yang luas serta memiliki fasilitas memadai juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa, dan variabel sekolah lainnya mungkin memainkan
peran penting dalam hal siswa belajar.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
14
d. Fungsi Prestasi Belajar
Arifin (2013: 12-13) menyebutkan bahwa prestasi belajar
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli
psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan
(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti
bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator
tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan
masyarakat.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
15
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik harus menjadi
fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
Fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan
dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi
pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat
menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau
bimbingan terhadap siswa. Hal serupa diungkapkan oleh Cronbach
(Arifin, 2013: 13) kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain
sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar, untuk keperluan
diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk keperluan
seleksi, untuk keperluan penempatan dan penjurusan, untuk menentukan
isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.
3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menurut Trianto (2011: 136)
merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal
dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” sendiri berasal dari kata
dalam bahasa latin “scientia” yang berarti saya tahu. Aly dan Rahma
(2010: 18) menjelaskan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan teoritis
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
16
yang diperoleh/disusun dengan cara yang khas/khusus, yaitu melakukan
observasi eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori,
eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara
cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh ilmu
secara demikian kemudian dikenal dengan nama metode ilmiah.
Menurut Wahyana (Trianto, 2011: 136) IPA adalah suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam
penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta,
tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan teori yang sistematis yang membahas tentang gejala-gejala
alam yang diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah seperti observasi,
melakukan eksperimen atau percobaan, pengumpulan teori dan demikian
seterusnya yang saling terkait antara cara satu dengan cara yang lain.
b. Tujuan Mata Pelajaran IPA
Menurut Mulyasa (2009: 111) mata pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
17
3) Mengembangkan rasa tanggung jawab, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
c. Ruang Lingkup IPA
Menurut Mulyasa (2009: 112), ruang lingkup kajian IPA SD/MI
meliputi aspek-aspek berikut:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya dan benda-
benda langit lainnya.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
19
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa cahaya yang merambat kemudian
mengenai telapak tangan merambat lurus. Berdasarkan dapat tidaknya
memancarkan cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber
cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan
cahaya, contohnya: matahari, lampu dan nyala api. Benda gelap tidak
dapat memancarkan cahaya, contohnya: batu, kayu dan kertas.
Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan
menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda
tidak tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Benda
yang dikenai cahaya akan membentuk bayangan, contohnya: kertas,
karton, tripleks, kayu dan tembok. Benda tembus cahaya dapat
meneruskan cahaya yang mengenainya, contohnya kaca jendela.
2) Cahaya dapat dipantulkan
Sumber: Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 112)
Gambar 2.2 Pemantulan Baur (Difus) dan Pemantulan Teratur
Pemantulan cahaya yang ditunjukkan pada gambar 2.2 yaitu
pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
22
lampu senter. Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh cermin
cekung sangat bergantung pada letak benda terhadap cermin. Sifat
cermin cekung antara lain: jika benda dekat dengan cermin cekung,
bayangan benda bersifat tegak, lebih besar, semu (maya) dan jika
benda jauh dari cermin cekung, bayangan benda bersifat nyata dan
terbalik.
3) Cahaya dapat dibiaskan
Cahaya yang merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda,
maka cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah
rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda di
sebut pembiasan.
Sumber: Azmiyawati, Omegawati dan Kusumawati (2008: 115)
Gambar 2.6 Skema Pembiasan Cahaya
Gambar 2.6 menunjukkan apabila cahaya merambat dari zat yang
kurang rapat ke zat yang lebih rapat maka cahaya akan dibiaskan
mendekati garis normal, contohnya adalah cahaya merambat dari udara
ke air. Apabila cahaya yang merambat dari zat yang lebih rapat ke zat
yang kurang rapat maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
24
5. Model Pembelajaran Kolaboratif Strategi PDEODE
a. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif menurut Barkley, dkk (2012: 6)
merupakan perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja bersama-sama
dan berbagi beban kerja secara setara sembari, secara perlahan,
mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan. Menurut Masaaki
(2011: 20) pembelajaran kolaboratif yaitu bekerjasama dengan siswa lain
untuk menyelesaikan suatu permasalahan, maka siswa saling menghargai
keberadaan satu sama lain dan secara terorganisir mereka melaksanakan
suatu kegiatan dengan memadukan pikiran yang tadinya terasa asing bagi
dirinya sendiri.
Warsono (2013: 51) menjelaskan bahwa dalam pembelajaran
kolaboratif jumlah siswa yang terlibat dapat berkisar antara 2-10 orang,
atau bahkan dapat melebar menjadi 20 orang per-kelompok.
Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan
belajar dengan bekerja sendirian. Jika hanya ada satu orang yang
menyelesaikan tugas kelompok sementara anggota lainnya hanya
melihat, cara seperti ini tidak bisa disebut sebagai pembelajaran
kolaboratif.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kolaboratif merupakan pembelajaran yang melibatkan
siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu
kelompok untuk menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga siswa
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
25
dapat saling memadukan pikiran mereka serta saling menghargai
keberadaan satu sama lain.
b. Manfaat Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif mempunyai banyak manfaat, menurut
Hari Srinivas (Warsono, 2013: 78) para ahli mengungkapkan manfaat
yang dapat dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif, antara
lain sebagai berikut:
1. Mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
2. Meningkatkan interaksi yang lebih familiar antara guru dan siswa,
3. Meningkatkan daya ingat siswa,
4. Membangun rasa percaya diri siswa,
5. Meningkatkan kepuasan murid karena bertambahnya pengalaman,
6. Mengembangkan kecakapan interaksi sosial,
7. Menciptakan suasana pembelajaran aktif yang penuh dengan
keterlibatan dan eksplorasi oleh siswa,
8. Pembelajaran kolaboratif membangun lingkungan komunitas yang
baik dari para siswa dalam kelasnya dan lain-lain.
Warsono (2013: 81) menambahkan bahwa penelitian di sejumlah
negara telah membuktikan manfaat pembelajaran kolaboratif sebagai
metode implementasi pendidikan karakter. Berdasarkan pengalaman di
sejumlah negara tersebut dengan pembelajaran kolaboratif minimal dapat
dikembangkan nilai-nilai karakter seperti; unjuk kerja, mandiri, terbuka,
tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat,
santun dalam berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif dan dinamis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka manfaat pembelajaran kolaboratif
dalam penelitian ini adalah sebagai model yang akan digunakan dalam
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
26
penelitian, sehingga siswa dapat bekerjasama dengan teman lainnya
dalam satu kelompok.
c. Strategi Pembelajaran PDEODE
Strategi pembelajaran PDEODE (predict-discuss-explain-observe-
discuss-explain) menurut Warsono (2013: 95) adalah strategi
pembelajaran yang dikembangkan dalam pendidikan sains. Menurut
Costu (Warsono, 2013: 95) strategi ini merupakan salah satu
implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan merupakan modifikasi
dan pengembangan dari strategi POE. Strategi POE dilandasi oleh teori
pembelajaran konstruktivisme yang beranggapan bahwa melalui kegiatan
melakukan prediksi, observasi dan menerangkan sesuatu hasil
pengamatan, maka struktur kognitifnya akan terbentuk dengan baik.
Menurut Warsono (2013: 96) pembelajaran kolaboratif dengan
strategi PDEODE meliputi enam langkah, antara lain:
a. Memprediksikan (predict), yaitu siswa membuat dugaan fenomena
yang diamati dari situasi nyata sesuai dengan kemampuan siswa
secara individu, misalnya memprediksi apakah suatu logam jika
dimasukkan ke dalam air akan berkarat atau tidak.
b. Berdiskusi (discuss), yaitu siswa berdiskusi dalam sejumlah kelompok
kolaboratif untuk saling tukar menukar gagasan tentang apa
sesungguhnya yang terjadi terkait dengan fenomena alam tersebut.
c. Siswa dalam setiap kelompok diminta untuk memberikan penjelasan
(explain) terkait latar belakang atau solusi dari fenomena tersebut,
memaparkannya kepada kelompok lain dalam diskusi kelas. Siswa
bekerja secara kelompok dalam suatu percobaan langsung dan
mencatat hasil pengamatannya secara individu.
d. Pengamatan (observe), yaitu siswa mengamati perubahan fenomena,
guru bertugas memandu siswa dalam melakukan pengamatan agar
pengamatannya valid dan relevan sehingga dapat mencapai sasaran
konsep.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
27
e. Siswa berdiskusi kembali (discuss), yaitu siswa mempertemukan
antara prediksi awal yang dibuatnya dengan hasil pengamatan nyata
dari percobaan langsung tersebut. Siswa menganalaisis, berdebat,
membandingkan, membedakan dan saling tukar pendapat dengan para
temannya dalam kelompok.
f. Penjelasan baru (explain), yaitu penjelasan di hadapan seluruh
kelompok dalam kelas sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat
memperoleh suatu informasi menyeluruh tentang konsep yang benar.
Strategi PDEODE merupakan modifikasi dan pengembangan dari
strategi POE, sedangkan menurut Warsono (2013: 93), manfaat yang
diperoleh dari implementasi startegi POE antara lain:
1. Dapat digunakan untuk mengungkap gagasan awal siswa,
2. Memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa,
3. Membangkitkan diskusi,
4. Memotivasi siswa agar berkeinginan untuk melakukan eksplorasi
konsep,
5. Membangkitkan keinginan untuk menyelidiki.
Kekurangan dari strategi ini menurut Warsono (2013: 95) yaitu
tidak cocok diterapkan untuk semua pokok bahasan. Pokok bahasan yang
tidak bersifat pengalaman (hand-on) sulit atau tidak dapat menggunakan
strategi ini. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
PDEODE cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA khususnya
bagi Sekolah Dasar dan dapat digunakan sebagai strategi dalam
pembelajaran IPA khususnya kelas V pada materi sifat-sifat cahaya.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh N. Lh. Pt. Krisna Dewi, Ni Wyn. Arini
dan Pt. Nanci Riastini yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PDEODE
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran IPA pada Siswa
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
28
Kelas V SD Laboratorium Undiksha”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model pembelajaran PDEODE berpengaruh positif terhadap kemampuan
berpikir kreatif IPA pada siswa kelas V SD Laboratorium Undiksha tahun
pelajaran 2012/2013.
Penelitian lain oleh N. L. Juni Sekartini, Dsk. Putu Parmiti dan I Gd.
Margunayasa yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Predict Discuss
Explain Observe Discuss Explain terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa
Kelas IV SD Gugus XII Kecamatan Buleleng”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA yang signifikan antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
PDEODE dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan
model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus XII
Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2012/2013.
Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini karena melihat
penggunaan model PDEODE berhasil diterapkan dan memberikan pengaruh
dalam pembelajaran. Hasil penelitian menjadi salah satu dasar pemilihan model
pembelajaran yang diterapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ditemukan beberapa
permasalahan terkait dengan pembelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri
Sudimara. Permasalahan-permasalahan yang terkait dengan pembelajaran
IPA antara lain siswa kurang memperhatikan penjelasan materi dari guru,
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
29
sehingga materi yang disampaikan guru hanya sekilas dalam pikiran siswa.
Rendahnya rasa ingin tahu siswa, ditunjukkan dengan siswa belum terlibat
aktif dalam pembelajaran, dari 24 siswa di kelas hanya satu atau dua siswa
yang berani bertanya dan memberikan pendapatnya. Selain itu, siswa kurang
antusias dalam mencari informasi dari sumber belajar lain terkait dengan
pembelajaran dan penyelesaian tugas dari guru, sehingga berdampak pada
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Melihat kondisi demikian,
perlu adanya inovasi dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
kolaboratif strategi PDEODE. Strategi PDEODE merupakan suatu strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga siswa terlibat secara aktif
dalam pembelajaran, meliputi aktif dalam kegiatan prediksi, observasi dan
menerangkan hasil pengamatan melalui kegiatan diskusi kelompok.
Berikut ini adalah kerangka berpikir model PDEODE yang diterapkan
pada pembelajaran IPA di Kelas VB SD Negeri Sudimara
Gambar 2.9 Kerangka Berpikir Penelitian
Kondisi Awal
Guru belum
menggunakan model
PDEODE
Rasa ingin tahu dan
prestasi belajar
siswa rendah
Tindakan Penggunaan Model
Pembelajaran
Kolaboratif Teknik
PDEODE dalam
Pembelajaran
Siklus I
Penggunaan
Model PDEODE
Siklus II
Penggunaan
Model PDEODE
Kondisi Akhir
Rasa ingin tahu dan
prestasi belajar
siswa meningkat
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015
30
D. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melalui model PDEODE dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada
materi sifat-sifat cahaya di kelas VB SD Negeri Sudimara.
2. Melalui model PDEODE dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada
materi sifat-sifat cahaya di kelas VB SD Negeri Sudimara.
Peningkatan Rasa Ingin..., Secha Nur Hidayah, FKIP UMP, 2015