Upload
vudang
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling
a. Bimbingan Kelompok
1) Pengertian Bimbingan Kelompok
Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk mengentaskan
permasalahan yang dihadapi para siswa. Salah satunya adalah layanan
bimbingan kelompok. Menurut Hartinah (2009: 6) menyatakan bahwa
bimbingan kelompok adalah kegiatan bimbingan yang diberikan kepada
kelompok individu yang mengalami masalah sama. Tujuan dari
kelompok yaitu sebagai tempat di mana isi bimbingan diterapkan.
Hartinah menambahkan bahwa penyajian informasi pendidikan atau
jabatan karier kepada sejumlah siswa termasuk ke dalam bimbingan
kelompok.
Adapun menurut Winkel dan Hastuti (2004: 547) bimbingan
kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan, untuk memberikan
bantuan kepada siswa yang dilakukan oleh pembimbing/konselor melalui
tiap kegiatan kelompok. Kelompok ini bekerjasama atau bertukar pikiran
untuk mencegah berkembangnya masalah yang dihadapi yang berkaitan
dengan pribadi maupun sosial. Hal tersebut bermakna bahwa bimbingan
kelompok adalah kegiatan secara berkelompok dengan cara berdiskusi
untuk meningkatkan perkembangan pribadi maupun sosial siswa yang
bertujuan meningkatkan kerjasama atau bertukar pikiran antara satu
dengan yang lainnya.
Penulis lain juga merumuskan pengertian bimbingan kelompok
sebagai berikut:
Bimbingan kelompok adalah layangan bimbingan yang
memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama
dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang
7
8
kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar,
anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Layanan kelompok mempunyai tiga fungsi
yaitu: (1) informatif (2) pengembangan (3) preventif dan kreatif
(Sukardi, 2010: 64).
Romlah (2006: 3) Bimbingan kelompok adalah proses pemberian
bantuan yang diberikan padaa individu dalam situasi kelompok.
Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah pada
siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Prayitno (1995: 61) menjelaskan bahwa bimbingan kelompok
diartikan sebagai upaya untuk membimbing kelompok siswa menjadi
mandiri yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan tertentu. Hal tersebut
menjelaskan bahwa bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang
dilakukan secara kelompok untuk mencapai tujuan tertentu sesuai
kebutuhan siswa. Dalam buku lain Prayitno (1994: 317) mengemukakan
bahwa bimbingan kelompok di sekolah merupakan layanan bimbingan
maupun kegiatan informasi yang diberikan dalam suasana kelompok
untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat.
Adapun dengan rencana dan keputusan yang tepat penting dimiliki siswa
untuk bekal dalam menyelesaikan permasalahan, baik permasalahan
sosial, belajar, karier, pribadi. Bimbingan kelompok dapat dilakukan
dengan pemberian informasi kepada kelompok yang membutuhkan.
Berpijak dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa bimbingan kelompok merupakan bimbingan yang diberikan
kepada kelompok siswa memiliki masalah sama untuk tujuan tertentu
yaitu membantu menyelesaikan masalah, menyusun rencana dan
memandirikan dalam mengambil keputusan yang tepat.
2) Tujuan Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan kegiatan selalu memiliki tujuan, begitu pula
bimbingan kelompok. Bennet (dalam Romlah, 2006: 14) mengemukakan
tujuan bimbingan kelompok yaitu:
9
a) Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal
penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan
dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
b) Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan
kelompok.
c) Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif
dari pada melalui kegiatan bimbingan individual.
d) Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih
efektif. Dengan mempelajari masalah-masalah yang umum dialami
oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan
emosional melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap
masalah individu menjadi lebih mudah.
3) Dinamika dalam Bimbingan Kelompok
Pelaksanaan bimbingan kelompok akan lebih efektif jika adanya
dinamika kelompok. Menurut Hartinah (2009: 62) menjelaskan bahwa
dinamika kelompok merupakan suatu pengetahuan yang
mengembangkan berbagai kekuatan yang mempengaruhi perilaku
anggota dan perilaku kelompok untuk menciptakan perubahan positif
dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditentukan. Dinamika
kelompok menekankan pada keefektifan kelompok dalam melakukam
kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Adanya
dinamika dalam bimbingan kelompok penting untuk diciptakan untuk
mencapai tujuan secara maksimal.
Peserta kelompok dapat secara langsung terlibat dan menjalani
dinamika kelompok. Dinamika kelompok dalam bimbingan kelompok
dapat mencapai tujuan ganda yaitu berkesempatan untuk
memperkembangkan diri dalam kemampuan sosial dan dapat
memperoleh berbagai pengalaman, informasi, wawasan, pemahaman,
nilai dan sikap, serta berbagai alternatif yang akan memperkaya dan
dapat dipraktikkan (Prayitno, 1995: 67).
10
4) Tahap Perkembangan Kegiatan Kelompok dalam Layanan
Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (dalam Rochayatun, 2015: 32), tahap-tahap
perkembangan kelompok dalam bimbingan melalui pendekatan
kelompok sangat penting yang pada dasarnya tahapan perkembangan
kegiatan bimbingan kelompok sama dengan tahapan yang terdapat dalam
konseling kelompok. Agar bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan
baik, maka disususn langkah-langkah yang sistematis. Hal tersebut
dilakukan guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi serta
menentukan tindakan selanjutnya.
a) Tahap Pembentukan
Mengungkapkan pengertian dan tujuan kegiatan kelompok,
saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri,menjelaskan cara
kegiatan kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk
menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok, yang meliputi
pemberian penjelasan tentang kelompok yang dimaksud, tujuan dan
manfaat adanya kelompok tersebut, ajakan untuk memasuki dan
mengikuti kegiatan.
b) Tahap Peralihan
Pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan
oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan selanjutnya dalam
kegiatan kelompok. Serta membahas suasana yang terjadi dan
meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota.
c) Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Mengemukakan masalah atau topik, anggota membahas
masalah/topik secara mendalam, tanya jawab antar anggota dan
pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum jelas dan
menyangkut masalah atau topik yang sedang dibicarakan.
11
d) Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan
segera berakhir, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan
kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan.
e) Evaluasi Kegiatan
Penilaian terhadap kegiatan kenseling kelompok dapat
dilakukan secara tertulis di mana para peserta diminta
mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya
terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan
kelompok (yang menyangkut isi dan proses) maupun kemungkinan
keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya.
5) Manfaat Bimbingan Kelompok
Hartinah (2009: 114) menyebutkan beberapa manfaat dan
pentingnya bimbingan kelompok bagi siswa, yaitu:
a) Diberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan
berbagai hal yang terjadi di sekitarnya. Pendapat siswa tersebut dapat
bermacam-macam, ada yang positif dan ada yang negatif. Semua
pendapat tersebut, melalui dinamika kelompok (dan peranannya guru
BK) diluruskan bagi pendapat yang negatif.
b) Memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang
berbagai hal yang siswa bicarakan.
c) Pemahaman yang objektif, tepat dan luas diharapkan dapat
menimbulkan sikap positif terhadap keadaan diri dan lingkungan
siswa yang bersangkutan dengan hal yang mereka bicarakan dalam
kelompok.
d) Sikap positif diharapkan dapat merangsang siswa untuk menyususn
program kegiatan untuk mewujudkan “penolakan terhadap yang buruk
dan dukungan terhadap yang baik”.
e) Program kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong siswa dalam
melaksanakan kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil
sesuai dengan yang telah diprogramkan semula.
12
Lima manfaat tersebut dapat diperoleh melalui dinamika kelompok.
Apabila manfaat tersebut dapat dikembangkan maka bimbingan
kelompok akan efektif dalam mencapai tujuan.
b. Teknik Symbolic Modeling
1) Pengertian Teknik Symbolic Modeling
Teknik model perlu untuk merubah perilaku siswa dalam mencapai
tujuan. Komalasari, Wahyuni & Karsih (2011: 176),”Modeling merupakan
belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah
laku atau perilaku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan
sekaligus, melibatkan proses kognitif”. Terdapat beberapa tipe modeling,
salah satunya yaitu symbolic modeling. Komalasari, dkk (2011: 176)
menjelaskan lebih lanjut bahwa model simbolik yaitu modeling melalui
film dan video yang menyajikan contoh tingkah laku, berpotensi sebagai
sumber model tingkah laku.
Menurut Corey (1995: 427) model simbolik merupakan perilaku
model ditunjukkan dalam film, video, atau alat lainnya. Adanya film,
video atau alat lainnya tersebut sebagai stimulus untuk membentuk
pikiran, sikap dan perilaku yang lebih positif sesuai tujuan yang
diharapkan.
Abimanyu (1996: 259) menyatakan bahwa symbolic modeling dapat
disajikan melalui materi, video, film atau slide. Model-model simbolis
dapat dikembangkan untuk klien perorangan atau kelompok. Suatu model
simbolis dapat mengajarkan klien tingkah laku yang sesuai, mempengaruhi
sikap dan nilai, dan mengajarkan keterampilan sosial melalui simbol atau
gambar dari benda aslinya dan dipertunjukkan pada siswa. Hal tersebut
bermakna bahwa layanan bimbingan kelompok yang dapat di berikan
kepada individu maupun kelompok dengan memberikan model atau
contoh melalui simbol yang dapat berupa film, video, gambar atau
rekaman untuk merubah tingkah laku atau pemikiran yang sesuai.
Bandura (dalam Abimanyu, 1996: 260) membuktikan bahwa model-
model simbolik telah digunakan dan berhasil dalam berbagai situasi. Klien
13
yang mengalami rasa takut yang kemudian diminta mengamati sesuatu
model atau model-model yang telah berhasil menghadapi situasi-situasi
ketakutan tanpa akibat negatif, maka klien itu kemudian dapat mengurangi
dan menghilangkan rasa ketakutannya.
Berpijak dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
teknik symbolic modeling adalah pemberian bantuan kepada individu yang
membutuhkan secara individu maupun kelompok melalui model berupa
simbol seperti gambar, video atau film. Model berguna sebagai contoh
untuk diamati oleh klien dalam merubah tingkah laku, pemikiran, dan
sikap untuk lebih positif.
2) Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penerapan Modeling
Menurut Komalasari, dkk (2011: 177) terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan sebelum melakukan kegiatan modeling sehingga
pelaksanaan modeling berjalan sesuai harapan. Hal tersebut yaitu:
a) Ciri model seperti usia, status sosial, jenis kelamin, keramahan, dan
kemampuan, penting dalam meningkatkan imitasi;
b) Anak lebih senang meniru model sesusianya dari pada model dewasa;
c) Anak cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam
jangkauannya;
d) Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka.
Perempuan lebih mengimitasi ibunya.
3) Prinsip Teknik Symbolic Modeling
a) Belajar bisa diperoleh melalui tidak langsung dengan mengamati
tingkah laku orang lain beserta konsekuensinya dalam bentuk alat
visual.
b) Kecakapan sosial emosional yang terganggu bisa dihapus dengan
mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang terdapat dalam
film atau video.
c) Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan
mengamati orang lain yang mendekati obyek atau situasi yang ditakuti
14
tanpa mengalami akibat menakutkan dengan tindakan yang
dilakukannya.
d) Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan atas model yang
dikenai hukuman melalui film atau video.
e) Status kehormatan model sangat berarti.
f) Individu mengamati seorang model dan dikuatkan untuk mencontoh
tingkah laku model.
g) Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar
modifikasi perilaku.
4) Langkah Pelaksanaan Teknik Symbolic Modeling
Abimanyu (1996: 260) Pelaksanaan teknik symbolic modeling dapat
dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan model simbolis sebagai
berikut :
a) Sifat-Sifat dari Pemakai
Pertimbangan pertama dalam mengembangkan suatu model
simbolis adalah menentukan sifat-sifat orang yang akan diberi
treatment dengan model. Sifat-sifat dari model simbolis hendaknya
sama dengan orang-orang yang akan menggunakan prosedur itu.
Konselor hendaknya juga mempertimbangkan derajat variasi sifat-
sifat yang ada, yang dimiliki oleh para pengguna model simbolis.
Memasukkan beberapa orang sebagai model (menggunakan multiple
model) dapat membuat suatu model simbolis lebih berguna untuk
klien yang bervariasi.
b) Tingkah Laku Tujuan yang Menjadi Model
Tingkah laku tujuan hendaknya dispesifikasi. Konselor dapat
mengembangkan seri-seri model simbolis untuk memusatkan pada
tingkah laku yang berbeda, atau pola tingkah laku yang kompleks
dapat dipecah-pecah ke dalam keterampilan yang kurang kompleks.
c) Media
Pemilihan media penyampaian ini akan tergantung pada dimana,
dengan siapa, dan bagaimana model simbolis itu akan digunakan.
15
Media ini dapat berupa film, rekaman video atau pemuatan dalam
rekaman slide.
d) Isi dan Persentasi
Tanpa memperhitungkan media yang digunakan untuk
menggambarkan penyajian model itu, konselor hendaknya
mengembangkan suatu naskah untuk merefleksikan isi modeling yang
disajikan. Naskah itu hendaknya meliputi intruksi, modeling, latihan,
balikan, dan ringkasan.
(1) Instruksi
Instruksi hendaknya dilakukan dengan singkat tapi jelas dan rinci
sebelum model itu akan membantu klien mengidentifikasi
komponen dari model yang ditampilkan dan diperlukan. Instruksi
menyediakan suatu rasional tentang modeling tersebut.
(2) Modeling
Persiapan perencanaan tentang kegiatan yang akan ditiru untuk
mencapai tujuan. Hendaknya perencanaan yang menjadi model
menunjukkan urutan keterampilan yang terencana.
(3) Latihan
Dalam symbolic modeling hendaknya dimungkinkan adanya
kesempatan bagi klien untuk berlatih tentang apa yang mereka
lihat atau baca dalam kehidupannya sehari-hari.
(4) Balikan
Setelah klien diinstruksikan untuk berlatih dan waktunya telah
cukup, balikan dalam bentuk deskripsi tentang tingkah laku atau
aktivitas hendaknya dilakukan. Klien hendaknya diinstruksikan
untuk mengulang modeling dan mempraktikkannya lagi jika
balikan menunjukkan adanya masalah.
(5) Ringkasan
Pada kesimpulan dari skenario, perencanaan hendaknya
mencakup suatu ringkasan tentang apa yang telah ditiru dan
pentingnya bagi klien menguasai tingkah laku model.
16
e) Testing Lapangan dari Model
Sebelum membuat model simbolis dapat melakukan tes lapangan
skrip dengan beberapa orang atau teman dari sasaran kelompok klien.
Adapun proses penting modeling menurut Komalasari,dkk (2011: 177)
yaitu:
a) Perhatian
Siswa harus berfokus pada model. Proses ini dipengaruhi asosiasi
pengamat dengan model, sifat model yang atraktif, arti penting
tingkah laku yang diamati bagi pengamat.
b) Representasi
Yaitu tingkah laku yang akan ditiru harus disimbolisasi dengan
ingatan. Jika dalam symbolic modeling maka menggunakan gambar
atau imajinasi. Imajinasi memungkinkan dilakukan latihan simbolik
dalam pikiran.
c) Peniruan tingkah laku model
Tata cara melakukan atau meniru model yang sudah disediakan. Hasil
diharapkan mencapai tujuan dalam modeling.
d) Motivasi dan penguatan
Motivasi tinggi untuk melakukan tingkah laku model membuat
semangat sehingga menjadi efektif. Imitasi lebih kuat pada tingkah
laku yang diberi penguatan daripada dihukum.
Komalasari menambahkan tentang langkah-langkah pelaksanaan
symbolic modeling, yaitu:
a) Menetapkan bentuk penokohan yaitu symbolic modeling.
b) Bila mungkin gunakan lebih dari satu model.
c) Kompleksitas perilaku yang dimodelkan harus sesuai dengan tingkat
perilaku konseli.
d) Kombinasikan modeling dengan aturan, instruksi, behavioral
rehearsal, dan penguatan.
e) Pada saat konseli memperhatikan penampilan model, berikan
penguatan alamiah.
17
f) Bila mungkin, buat desain pelatihan untuk konseli menirukan model
secara tepat, sehingga akan mengarahkan konseli pada penguatan
alamiah. Bila tidak maka buat perencanaan pemberian penguatan
untuk setiap peniruan tingkah laku yang tepat.
g) Bila perilaku bersifat kompleks, maka episode modeling dilakukan
mulai dari yang paling mudah ke yang lebih sukar.
h) Skenario harus dibuat realistic.
i) Melakukan permodelan di mana tokoh menunjukkan perilaku yang
menimbulkan rasa takut atau kebingungan bagi konseli.
Langkah-langkah dalam symbolic modeling menurut Nursalim dkk,
(2005: 124) yaitu :
a) Rasional : Pada tahap ini konselor memberikan penjelasan atau uraian
singkat tentang tujuan, prosedur dan komponen-komponen strategi
yang akan digunakan dalam proses konseling
b) Pemberian Contoh: Pada tahap ini konselor memberikan contoh
kepada klien berupa model yang disajikan dalam bentuk video atau
media lainnya, di mana perilaku model yang akan diperlihatkan telah
disetting untuk ditiru oleh klien
c) Praktik/ Latihan: Pada tahap ini, klien akan diminta untuk
mempraktikkan setelah ia memahami perilaku model yang telah
disaksikan. Biasanya praktik atau latihan ini mengikuti suatu urutan
yang telah disusun
d) Pekerjaan Rumah: Pada tahap ini konselor memberikan pekerjaan
rumah kepada klien dan membawa hasil pekerjaan rumah ke
pertemuaan selanjutnya
e) Evaluasi: Pada tahap ini konselor bersama dengan konseli
mengevaluasi apa saja yang telah dilakukan, serta kemajuan apa saja
yang telah dirasakan klien selama proses bimbingan. Selain itu,
konselor juga harus memberikan motivasi untuk terus mencoba dan
mempraktikkan apa yang telah klien dapat.
18
Kesimpulan dari kedua pengertian dan penjelasan di atas tentang
bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling adalah bahwa
bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa yang membutuhkan bantuan
melalui teknik pemberian contoh melalui simbolik seperti video, film atau
gambar. Simbolik tersebut diharapkan dapat menjadi contoh dan dapat
merubah tingkah laku, sikap, ataupun pemikiran siswa dalam kelompok sesuai
dengan model yang dicontohkan.
2. Hakikat Perencanaan Karir
a. Pengertian Perencanaan Karier
Munandir (1996: 92) menyatakan bahwa pemilihan karier adalah
proses pengambilan keputusan yang berlangsung sepanjang hayat bagi
mereka yang mencari banyak kepuasan dari pekerjaannya. Ini
mengharuskan mereka berulang-ulang melakukan penilaian kembali,
dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan karier yang terus
berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja. Hal tersebut bermakna bahwa
proses pemilihan karier adalah proses pengambilan keputusan
pekerjaannya untuk mencapai kepuasan kerja yang dapat dilakukan secara
berulang-ulang sampai menemukan puncak kepuasan dan kecocokan kerja
sesuai dengan dirinya. Salah satu usaha yang mendukung dalam pemilihan
karier adalah kesiapan dalam merencanakan karier di masa depan.
Perencanaan karier penting untuk siswa SMK dalam mempersiapkan
kariernya setelah lulus sekolah. Walker dalam Geradus (2005: 32)
menyatakan bahwa perencanaan karier adalah proses perencanaan pribadi
seseorang tentang pekerjaan selama hidup. Perencanaan karier
menghendaki penilaian atas kemampuan dan minat, mempertimbangkan
alternatif kesempatan karier, menentukan tujuan karier, dan merencanakan
kegiatan pengembangan praktik. Hal tersebut bermakna bahwa
perencanaan karier adalah proses individu untuk menentukan proses karier
dalam hidupnya serta mempertimbangkan menentukan alternatif dan
tujuannya.
19
Parsons (dalam Winkel & Hastuti, 2006: 110) merumuskan
perencanaan karier adalah proses yang dilalui sebelum melakukan
pemilihan karier. Hal tersebut menjelaskan bahwa perencanaan karier
adalah proses atau rangkaian yang harus dilakukan sebelum pemilihan
karier demi kesuksesan karier di masa depan.
Supriatna (2009: 49) menyatakan bahwa perencanaan karier adalah
aktivitas siswa yang mengarah pada keputusan karier masa depan. Bentuk
dari perencanaan karier adalah perwujudan diri melalui serangkaian
aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Pendapat tersebut
menjelaskan bahwa perencanaan karier merupakan aktivitas untuk
mempersiapkan karier di masa depan dengan aktivitas yang mendukung
karier.
Pendapat tersebut diperkuat oleh Aminnurrohim (2014: 58) bahwa
perencanaan karier adalah sebuah proses dasar yang dapat digunakan
untuk mempersiapkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan di masa depan.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
karier merupakan proses perencanaan pribadi tentang karier di masa depan
melalui aktivitas untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Aktivitas
perencanaan karier berupa peningkatan kemampuan dan minat,
mempertimbangkan alternatif kesempatan karier, menentukan tujuan yang
matang untuk menunjang karier di masa depan.
b. Masalah-Masalah dalam Perencanaan Karier
Siswa dikatakan bermasalah dalam kariernya jika tidak mencapai
kematangan karier sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan
kariernya. Tanda-tanda siswa yang tidak mampu merencanakan kariernya
dengan baik menurut Suherman (2013: 83), yaitu:
1) Tidak adanya kesediaan untuk mempelajari informasi karier secara
memadai
2) Malas/tidak membicarakan karier dengan orang dewasa
20
3) Malas/tidak mengikuti pendidikan tambahan (kursus untuk menambah
pengetahuan tentang keputusan karier
4) Malas/tidak berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
5) Malas/tidak mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan
yang diinginkan
6) Kurang memiliki pengetahuan tentang kondisi pekerjaan yang
diinginkan
7) Kurang memadainya pengetahuan tentang persyaratan pendidikan
untuk pekerjaan yang diinginkan
8) Kurang/tidak mampu merencanakan apa yang harus dilakukan setelah
tamat sekolah
9) Kurang/tidak memadainya pengetahuan tentang cara dan kesempatan
memasuki dunia kerja yang diinginkan
10) Kurang/tidak mampu mengatur waktu luang secara efektif.
Beberapa tanda tersebut dapat dilihat untuk mengetahui siswa yang
memiliki perencanaan kurang baik untuk dijadikan sebagai subjek dalam
meningkatkan perencanaan karier.
c. Tujuan Perencanaan Karier
Bimbingan dan Konseling di tingkat SMA/SMK memiliki tujuan
salah satunya siswa mampu merencanakan karier dimasa depan dengan
baik. Suherman (2013: 195) menyatakan dalam tujuan BK karier di SMA/
SMK “Siswa memiliki kemampuan untuk merencanakan masa depan
terutama karier yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk
memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi”. Hal tersebut menekankan bahwa
perencanaan karier penting sebagai bekal di masa depan setelah lulus
SMA/SMK.
Geradus (2005: 33) menyatakan bahwa perencanaan karier memiliki
enam tujuan yaitu (1) Memperoleh kesadaran dan pemahaman diri
(kekuatan dan kelemahan) berhubungan dengan tujuan dan rencana karier,
(2) Mencapai kepuasan pribadi dalam bekerja, (3) Memperoleh
21
penempatan dan penghasilan financial yang memadai, (4) Menggunakan
waktu secara efektif, (5) Mencapai kesuksesan pribadi dan karier, (6)
Mengembangkan kemampuan individu untuk mengendalikan karier.
Lebih lanjut maksud dari pendapat tersebut adalah tujuan
perencanaan karier yaitu individu memperoleh kesadaran dan kepuasan
pribadi dalam proses perencanaan dan pengambilan karier unttuk
memperoleh penempatan dan kesuksesan karier serta dapat
mengembangkannya demi keberlangsungan karier.
d. Aspek Perencanaan Karier
Dalam kajian tentang perencanaan karier, harus dipahami aspek-
aspek perencanaan karier. Menurut Parsons (dalam Winkel & Hastuti,
2006: 110), ada tiga aspek yang harus terpenuhi dalam membuat suatu
perencanaan karier, yaitu:
1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri, yaitu pengetahuan dan
pemahaman akan bakat, minat, kepribadian, potensi, prestasi
akademik, ambisi, keterbatasan-keterbatasan, dan sumber-sumber
yang dimiliki.
2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu pengetahuan akan
syarat-syarat dan kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sukses dalam
suatu pekerjaan, keuntungan dan kerugian, kompensasi, kesempatan,
dan prospek kerja di berbagai bidang dalam dunia kerja.
3) Penalaran yang realistis akan hubungan pengetahuan dan pemahaman
diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja, yaitu
kemampuan untuk membuat suatu penalaran realistis dalam
merencanakan atau memilih bidang kerja dan/atau pendidikan lanjutan
yang mempertimbangkan pengetahuan dan pemahaman diri yang
dimiliki dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja yang
tersedia.
Adapun menurut Suherman (2013: 81) bahwa perencanaan karier
memiliki beberapa aspek dalam meningkatkan perencanaan karier, yaitu:
1) Mempelajari informasi karier
22
2) Membicarakan karier dengan orang dewasa
3) Mengikuti pendidikan tambahan (khusus) untuk menambah
pengetahuan tentang keputusan karier
4) Berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler
5) Mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang
diinginkan
6) Mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan
7) Mengetahui persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diinginkan
8) Dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah
9) Mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang
diinginkan
10) Mampu mengatur waktu luang secara efektif.
e. Komponen Perencanaan Karier
Mengacu pada definisi di atas, ada empat komponen perncanaan
karier menurut Brooks dalam Geradus (2005: 34), yaitu (1) Komponen self
assessment atas kemampuan, bakat, dan minat serta hambatan dan
peluang, (2) Komponen identifikasi alternatif pilihan karier, (3) Komponen
tujuan karier, dan (4) komponen aktivitas pengembangan untuk mencapai
tujuan karier.
Lebih lanjut maksud dari pendapat tersebut yaitu perencanaan karier
memiliki beberapa komponen yang dipenuhi untuk mencapai tujuan karier
yaitu self assessment kemampuan dan hambatan, alternatif pilihan, tujuan
karier, dan pengembangan karier. Pertama perlu adanya pengetahuan
kemampuan diri sendiri dalam hal karier. Kemudian memahami hambatan
dalam pemilihan karier serta memiliki alternatif untuk mencapai tujuan
dan dapat mengembangkan karier mencapai kesuksesan atau kepuasan
pribadi dalam karier.
3. Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling Meningkatkan
Perencanaan Karier Siswa
Bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling untuk
merencanakan karier adalah bimbingan yang diberikan kepada kelompok siswa
23
yang membutuhkan bantuan melalui pemberian model (contoh) seperti film,
video atau gambar tentang seseorang yang yang sukses karena memiliki
perencanaan karier yang baik.
Adanya pemberian contoh berupa gambar dan video tentang perencanaan
yang baik maka diharapkan siswa dapat mencontoh tokoh tersebut dalam
perencanaan karier siswa di masa depan. Upaya mencapai tujuan tersebut,
peneliti menggunakan teknik yang berbeda yaitu dengan bimbingan kelompok.
Tujuan penggunaan bimbingan kelompok tersebut dapat memaksimalkan
pemberian contoh kepada siswa. Sehingga siswa tidak merasa jenuh hanya
dengan pemberian contoh saja.
Langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam bimbingan kelompok
teknik symbolic modeling adalah:
a. Tahap Pembentukan
Peneliti mempersiapkan hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan
yaitu mempersiapkan model yang akan diberikan kepada siswa dengan
mempertimbangkan sifat-sifat dari pemakai, tingkah laku tujuan yang
menjadi model, pemilihan media dan testing lapangan dari model. Setelah
mempersiapkan dapat dibentuk kelompok dan memberikan penjelasan
tujuan kegiatan.
b. Tahap Peralihan
Pemimpin kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan anggota
kelompok pada tahap pelaksanaan kegiatan. Penjelasan tersebut berupa
intruksi yang bersifat jelas, rinci dan rasional tentang model tersebut.
c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Pemimpin kelompok melaksanakan kegiatan kepada para anggota
yang telah direncanakan yaitu melakukan symbolic modeling (berupa
video, gambar biografi, dan film), latihan, balikan, peniruan tingkah laku
model. Pelaksanaan kegiatan ini hendaknya memperhatikan perhatian
anggota kelompok dan memberikan motivasi serta penguatan saat
pelaksanaan kegiatan.
24
d. Tahap Pengakhiran
Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
berakhir. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan ringkasan atau
kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan.
e. Evaluasi Kegiatan
Pada tahap ini pemimpin dan anggota kelompok mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukan dan kemajuan apa saja yang telah dirasakan
anggota kelompok selama proses pelaksanaan kegiatan. Selain itu,
pemimpin kelompok dapat memberikan motivasi dan penguatan kepada
anggota kelompok untuk mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa dikatakan berhasil dalam pemberian model apabila memenuhi
indikator keberhasilan, yaitu:
1) Pengetahuan dan pemahaman diri sendiri
2) Pengetahuan dan pemahaman dunia kerja
3) Penalaran yang jelas akan hubungan pengetahuan dan pemahaman diri
sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penulisan ini, peneliti telah melakukan penelaahan atau penelusuran
terhadap penulisan terdahulu yang berkaitan dengan teknik symbolic modeling dan
perencanaan karier.
Sofwan Adiputra (2015: 45) dengan judul “Penggunaan teknik Modeling
terhadap Perencanaan Karir Siswa”, Dalam penulisan ini menguji teknik modeling
dengan konseling kelompok untuk meningkatkan kemandirian dalam perencanaan
karier, hal ini terbukti dari perolehan skor sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan. Sebanyak 24 siswa menjadi sampel, 12 siswa sebagai kelompok
eksperimen dan 12 siswa sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang
diberikan perlakuan mengalami perubahan yang signifikan sebesar 0,001 atau
probabilitas di bawah alpha 0,05. Hasil perhitungan tersebut dikatakan bahwa
teknik modeling efektif untuk meningkatkan perencanaan karier pada siswa kelas
X SMA Yasmida Ambarawa. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang
akan dilakukan. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel
25
independent yaitu perencanaan karier dan variabel dependent secara umum yaitu
teknik modeling. Selain memiliki persamaam, kedua penelitian ini juga memiliki
perbedaan yaitu penelitian Sofwan menggunakan konseling kelompok sedangkan
penelitian ini dimodifikasi ke dalam bimbingan kelompok. Selain itu, penelitian
Sofwan menggunakan teknik model langsung.
Hilda Mardiati Rahmah Sari (2014: 41) dengan judul “Efektivitas Teknik
Modeling untuk Meningkatkan Self Efficacy Karier Siswa”. Dalam penulisan ini
menguji teknik modeling yaitu symbolic modeling untuk meningkatkan keyakinan
diri dalam merencanakan karier. Hasil analisis dapat dikatakan bahwa teknik
symbolic modeling efektif untuk meningkatkan keyakinan diri dalam
merencanakan karier. Penelitian Hilda memiliki kesamaan teknik penelitian ini
yaitu symbolic modeling. Selain memiliki persamaan juga memiliki perbedaan
yaitu penelitian Hilda untuk meningkatkan self efficacy karier sedangkan
penelitian ini lebih menekankan pada perencanaan karier siswa.
Siti Mawarisa Milati H. (2015: 35) dengan judul “Efektivitas Bimbingan
Kelompok Dengan Teknik symbolic modeling Dalam Meningkatkan Perilaku
Prososial Siswa”, Dalam penulisan ini menguji teknik bimbingan kelompok
dengan teknik symbolic modeling untuk meningkatkan perilaku prososial pada
siswa dan kemudian pengujiannya berhasil bahwa bimbingan kelompok dengan
teknik symbolic modeling berhasil dan efektif untuk meningkatkan perilaku
prososial pada siswa. Penelitian Siti memiliki persamaan teknik dengan penelitian
ini yaitu symbolic modeling tetapi juga memiliki perbedaan yaitu pada variabel
independent. Penelitian Siti untuk meningkatkan perilaku prososial sedangkan
penelitian ini untuk meningkatkan perencanaan karier siswa.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pembahasan di atas dapat dijelaskan bahwa bimbingan
kelompok dengan teknik symbolic modeling adalah diskusi yang didalamnya
terdapat penerapan teknik modeling (pemberian contoh) kepada siswa yang
menjadi subjek dengan menggunakan simbol seperti video dan gambar untuk
merubah tingkah laku atau pola berpikir. Sedangkan perencanaan karier adalah
26
proses individu untuk menentukan kepuasan atau kesuksesan karier dengan
memahami kemampuan, hambatan dan alternatif pemecahan.
Pada kondisi awal siswa di SMK N 1 Sukoharjo terdapat beberapa yang
belum dapat merencanakan karier dan bingung dengan kariernya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya teknik untuk meningkatkan perencanaan karier pada siswa.
Berbagai cara atau teknik yang diharapkan membantu perencanaan karier
adalah menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan treatment diskusi yang di modifikasi
dengan teknik symbolic modeling yaitu penggunaan video dan gambar.
Alur kerangka berpikir dapat dibuat pada Gambar 1:
Prosedur Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling : 1. Tahap Pembentukan
a. Mempersiapkan model dengan
mempertimbangkan sifat dari pemakai
b. Tingkah laku tujuan yang menjadi model
c. Pemilihan media
2. Tahap Peralihan
a. Penjelasan pelaksanaan
b. Pengkondisian
3. Tahap Pelaksanaan Kegiatan
a. Melakukan symbolic modeling
b. Latihan
c. Balikan
d. Peniruan model
e. Penguatan alamiah
4. Tahap Pengakhiran
a. Mengemukakan kesimpulan
5. Evaluasi Kegiatan
a. Melihat perubahan
b. Pemberian Penguatan
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Permasalahan siswa dalam
perencanaan karier:
1. Siswa belum mengetahui
karier mereka setelah lulus
SMK.
2. Siswa beranggapan belum
membutuhkan perencanaan
karier sehingga belum
memiliki perencanaan
karier
3. Siswa belum memahami
informasi tentang karier
yang disampaikan guru BK.
4. Siswa masih ragu dalam
memilih karier.
5. Bagi siswa yang belum
memahami informasi
tentang karier, guru BK
belum memberikan
perlakuan terhadap siswa
tersebut.
Pokok
permasalahan:
Siswa belum
merencanakan
kariernya
Perencanaan karier
siswa meningkat:
1. Pengetahuan dan
pemahaman diri sendiri
2. Pengetahuan dan
pemahaman dunia kerja
3. Penalaran yang jelas
akan hubungan
pengetahuan dan
pemahaman diri sendiri
dengan pengetahuan
dan pemahaman dunia
kerja.
27
D. Hipotesis
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut: “Bimbingan
kelompok dengan teknik symbolic modeling efektif untuk meningkatkan
perencanaan karier siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sukoharjo tahun ajaran
2015/2016”.
28