Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Full Day School
Menurut etimologi kata full day school berasal dari bahasa inggris.
full memiliki arti penuh, sedangkan day memiliki arti kata hari. Sehingga
jika digabung, akan memiliki arti sehari penuh. Sedangkan school itu
sendiri memiliki arti sekolah. Jadi dapat disimpulkan full day school adalah
sebuah sistem pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar yang mulai dijalankan sehari penuh mulai dari pagi hingga
menjelang sore hari, yaitu dari pukul 07.00 sampai 15.00 dengan durasi
istirahat. Hal yang diutamakan dalam full day school adalah pengaturan
jadwal mata pelajaran dan pendalaman (Baharuddin dalam Yulianita,
2013).
Biasanya sekolah melakukan pertemuan sekitar 6 jam per hari
selama 180 hari pertahun. Waktu untuk pengajaran pada dasarnya telah
ditentukan, walaupun waktu untuk belajar disekolah dapat di perpanjang
dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah. Sistem pembelajaran
konvesional kurang efektif dengan ditambah waktu untuk istirahat,
olahraga (pendidikan jasmani) peralihan diantara jam pelajaran,
pengumuman, dan sebagainya.
Pada sekolah sistem full day school proses belajar mengajar yang
10
diberlakukan dari pagi hingga sore yang berarti hampir seluruh aktifitas
anak di sekolah, mulai dari belajar, makan, bermain dan ibadah yang
dikemas dalam sistem pendidikan. Sistem ini pula diharapkan mampu
memberikan nilai-nilai kehidupan yang berkarakter pada anak secara utuh
dan terintegrasi dalam tujuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan belajar seperti
tugas sekolah yang biasanya dikerjakan di rumah dapat dikerjakan di
sekolah dengan bimbingan guru yang bertugas. Namun bukan berarti full
day school mengekang siswa untuk tidak bermain dan terus menerus
belajar, tetapi full day school juga terdapat metode dan media belajar yang
meliputi kelas dan alam sehingga siswa tidak menjadi bosan. Adanya sistem
full day school, lamanya pembelajaran tidak menjadi beban karena sebagian
waktunya digunakan untuk waktu-waktu informal (Iwan Kusnadi, 2016).
Dalam sistem full day school, siswa mendapat keuntungan secara
akademis dan sosial, karena waktu belajar dan berinteraksi dengan teman
sekelas lebih lama, selain itu juga dapat menambah pengalaman dalam
belajar. Adanya full day school akan membuat kegiatan belajar akan lebih
intensif daripada dengan sistem sekolah konvensional, dengan ini
produktifitas dalam belajar para siswa lebih tinggi daripada waktu dibuang
hanya untuk bermain. Selain itu, waktu bersama guru akan lebih panjang,
yang memungkinkan lebih dekat dengan guru.
Menurut Mujayanah (2013:13) full day school merupakan sebuah
model pendidikan alternatif, dimana peserta didik sehari penuh berada di
sekolah untuk melakukan proses pembelajaran dan proses beribadah.
Proses pembelajaran dalam sistem full day school tidak hanya bersifat
11
formal, tetapi terdapat banyak suasana pembelajaran yang bersifat informal
dan tidak kaku serta menyenangkan bagi siswa.
2. Tujuaan Full Day School
Pelaksanaan sistem full day school adalah salah satu cara untuk
mengatasi masalah-masalah pendidikan, baik itu masalah prestasi maupun
yang berkenaan dengan moral dan akhlak peserta didik. Dengan mengikuti
full day school, orang tua dapat mencegah kemungkinan anak melakukan
kegiatan-kegiatan negatif.
Selain itu menurut Baharuddin (2009) terdapat beberapa alasan mengapa
sekolah berbasis full day school menjadi pilihan, antara lain :
a. Meningkatkan jumlah orang tua (parent-career) yang kurang
memberikan perhatian kepada anaknya, terutama yang berhubungan
dengan aktifitas anak setelah pulang sekolah.
b. Perubahan sosial budaya yang terjadi di masyarakat, dari masyarakat
agraris menuju ke masyarakat industri. Perubahan tersebut jelas
berpengaruh pada pola pikir dan cara pandang masyarakat. kemajuan
sains dan teknologi yang begitu cepat perkembangannya, terutama
teknologi komunikasi dan informasi lingkungan kehidupan perkotaan
yang menjurus ke arah individualisme.
c. Perubahan sosial budaya memengaruhi pola pikir dan cara pandang
masyarakat. salah satu ciri masyarakat industri adalah mengukur
keberhasilan dengan materi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pola
kehidupan masyarakat yang akhirnya berdampak pada perubahan
peran. Peran ibu yang dahulu hanya sebagai ibu rumah tangga, dengan
12
tugas utamanya mendidik anak, mulai bergeser. Peran ibu di zaman
sekarang tidak hanya sebatas sebagai ibu rumah tangga, namun
seeorang ibu juga dituntut untuk dapat berkarier diluar rumah.
d. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu cepat sehingga jika
tidak dicermati, maka kita akan menjadi korban, terutama korban
teknologi komunikasi. Semakin canggihnya perkembangan didunia
komunikasi, dunia seolah-olah sudah tanpa batas (bordeless world),
dengan banyaknya program televisi serta banyaknya stasiun televisi
anak-anak lebih enjoy untuk duduk di depan televisi dan bermain
playstation (PS). Adanya perubahan- perubahan di atas merupakan
suatu sinyal penting untuk dicarikan alternatif pemecahannya. Dari
kondisi itu, akhirnya para praktisi pendidikan berpikir keras untuk
merumuskan suatu paradigma baru dalam dunia pendidikan.
3. Kelebihan Full Day School
Di paparkan oleh Hasan (2006), sistem full day school merupakan sisi
keunggulan antara lain:
a. Full day school memungkinkan terwujudnya pendidikan utuh. Benjamin
S Blom menyatakan bahwa sasaran (Obyektivitas) pendidikan meliputi
tiga bidang yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena melalui
sistem asrama dan pola full day school cenderung kearah penguatan pada
sisi kognitif saja dapat lebih dihindarkan, dalam arti aspek afektif siswa
dapat lebih diarahkan demikian juga pada aspek psikomotoriknya.
13
b. Full Day School lebih memungkinkan terwujudnya intensifikasi dan
efektivitas proses edukasi. full day school dengan pola asrama yang
tersentralisir dan sistem pengawasan 24 jam sangat memungkinkan bagi
terwujudnya intensifikasi proses pendidikan dalam arti siswa lebih
mudah diarahkan dan dibentuk sesuai dengan misi dan orientasi lembaga
bersangkutan, sebab aktifitas siswa lebih mudah terpantau karena sejak
awal sudah di arahkan.
c. Full Day School merupakan lembaga yang terbukti efektif dalam
mengaplikasikan kemampuan siswa dalam segala hal, seperti aplikasi
pendidikan keagamaan yang dapat mencakup semua ranah baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik dan juga kemampuan bahasa
asing.
4. Kekurangan Full Day School
Namun demikian, masih oleh Hasan (2006), dijelaskan sistem
pembelajaran model full day school tidak lepas dari kelemahan atau
kekurangan, antara lain:
a. Full Day School acapkali menimbulkan rasa bosan pada siswa. Sistem
pembelajaran dengan pola full day school membutuhkan kesiapan baik
fisik, psikologis maupun intelektual yang bagus. Jadwal kegiatan
pembelajaran yang padat dan penerapan sanksi yang konsisten dalam
batas tertentu akan menyebabkan siswa menjadi jenuh. Namun bagi
mereka yang telah siap, hal tersebut bukan suatu masalah, tetapi justru
akan mendatangkan keasyikan tersendiri, oleh karenanya kejelian dan
14
improvisasi pengelolaan dalam hal ini sangat dibutuhkan. Keahlian
dalam merancang full day school sehingga tidak membosankan.
b. Full Day School memerlukan perhatian dan kesungguhan manajemen
bagi pengelola, agar proses pembelajaran pada lembaga pendidikan
yang berpola full day school berlangsung optimal, sangat dibutuhkan
perhatian dan curahan pemikiran terlebih dari pengelolaannya, bahkan
pengorbanan fisik, psikologi, material dan lainnya. Tanpa hal demikian,
full day school tidak akan mencapai hasil optimal bahkan boleh jadi
hanya sekedar rutinitas yang tanpa makna.
5. Pendidikan Karakter
a. Pengertian Pendidikan Karakter
Perlunya pendidikan karakter tertuang dalam undang-undang nomor
30 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam pasal 3 dinyatakan
bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, terlihat bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah pengembangan karakter siswa. Pendidikan karakter
merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir
maupun batin, dari sifat kodratinya menuju ke arah peradaban yang
15
manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya :
anjuran agar tidak berteriak-teriak mengganggu orang lain, besih badan,
rapih pakaian, hormat kepada orang tua, menyayangi yang muda, menolong
teman, dan seterusnya merupakan proses pendidikan karakter. Pendidikan
karakter merupakan never ending process, sehingga menghasilkan perbaikan
kualitas yang berkesinambungan yang ditujukan pada terwujudnya sosok
manusia masa depan, dan berakar pada nilai-nilai budaya bangsa (Mulyasa,
2012).
Zainal dan Sujak (2011) dalam Abdul B. (2012), menyatakan karakter
mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivation), dan ketrampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa yunani
yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan perilaku.
b. Tujuaan Pendidikan Karakter
1. Pada dasarnya pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan
moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Menurut
Koesoma (2010) disebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter
diletakkan dalam rangka dinamis dialektis, berupa tanggapan individu
terhadap sosial dan kultur yang melingkupinya, untuk dapat
menempatkan dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi
yang ada di dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya
menjadi manusiawi. Semakin menjadi manusiawi berarti juga semakin
juga menjadi makhluk yang mampu berelasi secara sehat dengan
16
lngkungan di luar dirinya tanpa kehilangan otonomi dan kebebasanya
sehingga dapat bertanggung jawab.
2. Tujuaan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu
penyelengaraan dan hasil pendidikan yang mngarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang (Muslich,2012 Mulyasa (2012) menjelaskan
pendidikan berkarakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Melalui pendidikan karakter, peserta didik diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasikan dan mempersonalisasikan nilai-nilai karakter
dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
3. Tujuan pendidikan karakter adalah :Mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara
yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
4. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius;
5. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai penerus bangsa;
6. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
17
7. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta
dengan raa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity)
(Kemediknas,2010).
8. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan karakter adalah untuk menanamkn nilai-nilai yang akhirnya
diharapkan mampu membentuk karakter siswa dan dapat diaplikasikan
di dalam kehidupan sehari-hari.
c. Nilai-nilai Dalam Pendidikan Karakter
Menurut (Kemendiknas, 2010) nilai-nilai materi pendidikan
karakter mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,dan
pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
18
Tindakan yang menunjukkan perilau tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan
tugas dengan sebaik- baiknya.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari suatu yang sudah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelsaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Sikap dan tindakan yang berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air
19
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul,
dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang
lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab
20
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, Negara, dan Tuhan yang Maha Esa.
6. Karakteristik Anak Kelas Tinggi
Karakteristik anak kelas tinggi khususnya disini yang saya bahas
karakteristik anak kelas IV sekolah dasar biasanya memiliki kisaran usia dari
9-10 tahun berdasarkan tahap perkembangan yang diungkapkan Piaget (
1972 ) tersebut maka siswa kelas IV berada dalam tahapan operasional
konkret, yang mana anak telah mampu berfikir secara rasional, fleksibel,
mengorganisasi seperti penalaran untuk menyelsaikan suatu masalah yang
konkret (actual). Anak belum mmpu berfikir secara abstrak.
Berdasarkan tahap perkembangan anak pada tahap operasional
konkret, Abdurrahman (2003) berpendapat bahwa “Pada tahapan operasional
yang dapat dipikirkan oleh anak masih terbatas pada benda-benda konkret
yang dapat dilihat dan diraba.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahawa pembelajaran
menggunkan media konkret seperti gambar seri serta model seperti quantum
teaching sangatlah cocok diterapkan untuk anak kelas IV sekolah dasar
karena sesuai dengan karakteristik perkembangan mereka.
21
7. Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK )
a. Pengertian dan Tujuaan PPK
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Program
pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan publik
dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan
bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Tujuaan program Penguatan Pendidikan Karakter adalah
menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa ke peserta didik secara
masif dan efektif melalui lembaga pendidikan dengan prioritas nilai-nilai
tertentu yang akan menjadi fokus pembelajaran, pemahaman, pengertian, dan
praktik, sehingga pendidikan karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara
berpikir, dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan
berintegritas.
Adapun beberapa contoh model penerapan penguatan pendidikan
karakter di SDK Indriyasana yang saya temui adalah sebagai berikut
1. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui kegiatan
Pembiasaan, antara lain: Memulai hari dengan Upacara Bendera (Senin),
Apel, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Lagu Nasional, dan berdoa
bersama. Membaca buku buku non-pelajaran tentang PBP, cerita rakyat, 15
menit sebelum memulai pembelajaran, Sebelum mengakhiri kegiatan
belajar Siswa melakukan refleksi, menyanyikan lagu daerah dan berdoa
bersama.
22
2. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui kegiatan Intra-
Kulikuler yakni dalam kegiatan belajar mengajar pada semua mata
pelajaran.
3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) melalui kegiatan Ko-
Kulikuler dan Ekstrakulikuler sesuai dengan minat dan bakat siswa yang
dilakukan dibawah bimbingan guru/ pelatih/ melibatkan orangtua dan
masyarakat seperti kegiatan keagamaan, pramuka, tari, melukis, bercerita
(sastra), dan lain sebagainya
8. Peran Guru Dalam Pendidikan Karakter
Guru berperan sangat vital dalam menciptakan karakter peserta
didik. Guru menjadi kata kunci dalam pendidikan karakter. Guru sebagai
orang yang dipercaya dan diteladani oleh murid harus memberikan contoh
karakter yang kuat. Hal ini akan menjadi dasar yang kuat sebagai seorang
guru untuk membentuk karaker siswanya. Dengan demikian, akan terwujud
filosofi guru digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh) (Shoimin, 2014).
Dalam Q-anees (2009) mengatakan bahwa berdasarkan prinsip
dasar pendidikan karakter, siswa adalah manusia atau makhluk yang
dipengaruhi oleh sumber kebenaran dari dalam diri (intern) dan dorongan
dari luar yang mempengaruhinya. Salah satu dorongan dari luar yang
mempengaruhi siswa yaitu adalah peran dari guru. Masih oleh Shoimin
(2014), guru juga menjadi penentu arah perkembangan karakter siswa.
Dominasi pengaruh guru terhadap perkembangan siswa cukup dapat
dirasakan. Ketika seorang anak mulai dalam dunia sekolah, kata-kata dan
23
perilaku guru lebih memperoleh perhatian anak dibanding kata-kata dan
perilaku orangtuanya. Ucapan guru diingat dan dipercaya anak sedemikian
rupa, bahkan cara guru berkata-kata dan berjalan ditiru dengan tepat. Ada
beberapa strategi yang dapat memberikan peluang bagi guru untuk
memerankan perannya secara optimal dalam hal pengembangan karakter
peserta didik di sekolah dasar sebagai berikut :
a. Optimalisasi peran guru dalam proses pembelajaran. Guru tidak seharusnya
menjadi aktor yang dilihat dan didengar oleh peserta didik tetapi guru
seyogyanya berperan sebagai sutradara dalam artian mengarahkan,
membimbing, memfasilitasi dalam proses pembelajaran sehingga peserta
didik dapat melakukan dan menemukan sendiri hasil belajarnya (guru
sebagai fasilitator )
b. Integerasi materi pendidikan karakter ke dalam mata pelajaran, guru
dituntut untuk peduli mampu mengaitkan konsep-konsep pendidikan
karakter terhadap materi pembelajaran.
c. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan diri yang berhubungan dengan
wawasan budi pekerti dan akhlak mulia.
d. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh dan
berkembangnya karakter siswa.
e. Menjalin kerjasama dengan orangtua siswa, masyarakat dalam
pengembangan pendidikan karakter yaitu dengan menempatkan orangtua
peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator
f. Menjadi figur teladan bagi peserta didik.
24
Dalam uraian diatas menggambarkan peranan guru dalam
mengembangkan karakter siswa sebagai teladan, inspirator, motivator,
dinamisator dan evaluator. Dalam hal katalisator maka yang bisa dijadikan
contoh adalah keteladanan seorang guru merupakan faktor mutlak dalam
pengembngn peendidikan krakter peserta didik yang efektif, karena
posisinya sebagai figur/ idola yang diguguh dan ditiru oleh peserta didik.
Peranan guru sebagai motivator memiliki makna bahawa setiap guru harus
dapat membangkitkan spirit, etos, kerja dan potensi yang luar biasa yang ada
dalam diri peserta didik. Peran sebagai dianamisator berarti setiap guru
bermakna setiap guru memiliki kemampuan untuk mendorong peserta didik
ke arah pencapaian tujuan dengan penuh kearifan, kesabaran, cekatan,
cerdas dan menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan peran guru sebagai
evaluator, berarti setiap guru dituntut untuk mampu dan selalu
mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan metode pembelajaran yang dipakai
dalam pengembangan pendidikan karakter peserta didik, sehingga dapat
diketahui tingkat efektivitas, eisiensi, dan produktivitas.
B. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dipilih untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini
adalah penelitian yang terkait dengan full day school, sebagai berikut :
Pertama, penelitian oleh Tri Yulianita (2013) dengan judul
“Penerapan Full Day School Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Di
SMA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya”, diperoleh hasil dengan
menerapkan full day school dapat meningkatkan kecerdasan spiritual di
25
SMA Unggulan Amanatul Ummah, hal ini dikarenakan adanya pembiasaan
yang terlembagakan dan terinternalisasikan dengan lingkungan pendidikan
yang religius.Persamaan dari penelitan yang dilakukan Tri Yuianita dengan
penelitan ini adalah sama-sama mengkaji tentang penerapan full day school
Sedangkan perbedaan penelitian ini adalah subyek yang diteliti penelitian
ini dilakukan di SMA Unggulan Amantul Ummah Surabaya sedangkan
peneliti dilakukan di SDK Indriyasana Malang perbedaan juga terdapat pada
pembahasan hal yang di amati bukanlah perubahan karakter yang terjadi
pada peserta didik, melainkan kecerdasan spiritual dari peserta didik
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Septiana R. (2011) dari
jurusan pendidikan sekolah dasar dengan judul ” Pengelolaan Pembelajaran
Program Full Day School di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta” diperoleh hasil
(1) Perencanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia
Dua Yogyakarta dilakukan melalui rapat kerja setiap semester yang
mencakup perencanaan pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di
luar kelas. Untuk perencanaan pembelajaran di dalam kelas program full day
school, termasuk dalam kategori baik sebab sebagian besar guru
melaksanakan perencanaan sesuai dengan komponen perencanaan yang ada
dalam RPP. Hal ini didukung dari hasil angket guru sebesar 83,33% yang
menyatakan melakukan perencanaan pembelajaran sesuai dengan enam
komponen yang telah ditentukan. Sedangkan untuk perencanaan
pembelajaran program full day school di luar kelas, guru tidak menyusun
RPP tetapi membuat agenda kegiatan dengan menggunakan pembelajaran
yang rekreatif dan disesuaikan dengan lingkungan di luar sekolah; (2)
26
Pelaksanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia Dua
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas termasuk dalam kategori cukup baik
sebab antara guru yang melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
ketentuan secara penuh dengan guru yang belum melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan ketantuan secara penuh hampir seimbang. Hal
ini didukung dari hasil isian angket guru yang menyatakan bahwa dalam
melaksanakan pembelajaran program full day school di dalam kelas sesuai
dengan ketentuan secara penuh sebesar 59, 18%. Untuk pembelajaran
program full day school di luar kelas, tidak semua guru terlibat dalam
pelaksanaan. Guru yang telibat dalam pelaksanaannya adalah guru kelas dan
guru pendamping yang bertugas mengontrol kegiatan siswa.
Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Septiana R dengan penelitian
ini adalah sama-sama mengkaji tentang pembelajaran program full day
school. Perbedaanya terletak pada subjek yang diteliti, penelitian ini
dilakukan di SDK Indriyasana Sukun Malang, sedangkan penelitian yang
dilakukan Septiana dilakukan di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Selain
pada subyek penelitian, perbedaan terletak pada obyek yang diteliti dalam
penelitian ini meneliti tentang penerpan full day school terhadap siswa kelas
IV di SDK Indriyasana Malang, sedangkan penelitian yang dilakukan
Septiana R adalah tentang pengelolaan pembelajaran yang ada di SD Budi
Mulia Dua.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Fetty Farhani (2017)
Program studi pendidikan agama islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
27
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul
“Implementasi Full Day School dalam Membentuk Kualitas Akhlak Peserta
Didik Kelas VII SMP IT Abu Bakar Yogykarta” diperoleh hasil Dalam
pengimplementasian full day school pembentukan akhlak peserta didik
semakin baik terkait adab terhadap orang tua, guru, teman, diri sendiri, dn
beibadah mengalami banyak peningkatan menjadi lebih baik setelah
mengikuti sistem full day school. Pada akhirnya karakter peser didik akn
terbentuk menjadi displin, mandiri, patuh, dan bertanggung jawab. Faktor
pendukung pembentukan akhlak di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta adalah
guru yang biasa menjadi tauladan bagi peserta didik, dukungan dan kerja
sama dari orang tua, kerja sama semua pihak baik guru, karyawan, orang tua
dan masyarakat Sedangkan faktor yang mengahambat yaitu modernisasi
media informasi dan pergaulan antar sesama remaja.
Penelitian yang dilakukan Fetti Farhani dengan penelitian ini adalah
sama-sama mengkaji tentang Implementasi penerapan full day school.
Perbedaannya adalah subyek yang diteliti yaitu penelitian ini dilakukan di
SDK Indryasana Malang, sedangkan penelitian Istikhomah dilakukan di
SMP IT Abu Bakar Yogyakarta. Perbedaan juga terdapat pada obyek yang
diteliti, dalam penelitian ini meneliti tentang analisis full day school siswa
kelas IV SDK Indryasana Malang, sedangkan implementasi dan
pembentukan kualitas akhlak peserta didik kelas VII.
28
C. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir merupakan dasar penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam melakukan penelitian. Kerangka pikir menjelaskan alur
penelitian yang dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan
oleh seorang peneliti. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian yang menganalisis
tentang implementasi full day school di kelas IV SDK Indriyasana Sukun
Malang. Selanjutnya penelitian yang dilakukan yaitu mengamati
pelaksanaan full day school di dalam kelas, peran guru kelas dalam
pembentukan karakter setelah diterapkanya kegiatan- kegiatan yang
berkaitan dengan full day school Kemudian, peneliti lebih memfokuskan
mengamati tentang faktor penghambat dan pendukung dari pelaksanaan
sistem full day school pembelajaran anak berkebutuhan khusus dan solusi
yang dilakukan oleh guru kelas.
Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini adalah gambaran tentang kerangka
pikir yang telah dibuat.
29
Full Day School sebagai pembangun karakter peserta didik
(Muhadjir Effendy, 2016)
Pembelajaran sistem full day school dilaksanakan
mulai pukul 07.00-15.00 atau sekitr 8 jam dengan
duras istirahat selama 5 hari dalam sepekan
Analisis full day school siswa kelas IV di SDK
Indriyasana Sukun Malang
Mendeskripsikan karakter yang
muncul pada siswa kelas IV
melalui program full day school
SDK Indriyasana Sukun
Mendeskripsikan implementasi
full day school di kelas IV SDK
Indriyasana Sukun
Mendeskripsikan peran guru dalam
membentuk karakter siswa kelas
IV SDK Indriyasana
Penelitian Kualitatif
Jenis Penelitian :
Deskriptif
Pengumpul data:
observasi, wawancara,
dokumentasi
Sumber: Kepala
sekolah, Guru kelas
IV, GPAK
Analisis Data:
Reduksi data,
Penyajian data,
Penarikan
kesimpulan
ANALISIS FULL DAY SCHOOL SISWA KELAS IV DI
SDK INDRIYASANA SUKUN
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir