Upload
duongcong
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Cooperative Learning didasarkan kepada teori perkembangan
kognitif, perlakuan, dan persandaran sosial, menurut Isjoni
(2010:29).Teori perkembangan kognitif berdasarkan dari teori Piaget dan
Vygotsky. Teori Vygotsky mengungkapkan bahwa pengetahuan terbina
dari sebuah interaksi dalam menyelesaikan masalah. Teori perlakuan
menekankan terhadap Cooperative Learning .
Menurut Suprijono (2013:39) konstruktivisme memberikan
kerangka pemikiran bahwa belajar itu sebagai proses sosial atau yang
disebut belajar kolaboratif dan kooperatif. Belajar merukapan hasil dari
interaksi sosial. Lingkungan sosial anak sangat berpengaruh dalam
proses belajar anak, dengan adanya integrasi kemampuan kolaboratif dan
kooperatif akan dapat meningkatkan konsep anak. Pengalaman dalam
konteks sosial merupakan peran penting dalam perkembangan pemikiran
siswa.
Teori belajar konstruktivisme mengungkapkan pengetahuan
merupakan hal yang diperoleh melalui suatu proses pembentukan
(kontruksi). Teori konstruktivisme ini berkaitan dengan teori
perkembangan mental Piaget. Piaget mengungkapkan dalam Rahyubi
(2012:144) pengetahuan itu tidak diperoleh secara pasif, melainkan
5
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
6
melalui sebuah tindakan yang berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Suprijono (2013:31) bahwa semua pengetahuan merupakan
hasil dari konstruksi dari kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan
itu bukan berasal dari luar, melainkan dari diri sendiri yang
membentuknya. Setiap pengetahuan memerlukan suatu interaksi dengan
pengalaman, tanpa adanya interaksi dengan objek langsung maka
seseorang tidak dapat mengkonstruksi pengetahuan.
Hal tersebut diperkuat oleh Aunurraman (2010:16) pengetahuan
yang dimiliki seseorang itu adalah hasil dari pengalaman-
pengalamannya. Tanpa seseorang mendapat pengalaman, seseorang
tersebut tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman disini tidak
hanya pengalaman fisik, tetapi pengalaman kognitif dan mental juga
mempengaruhinya.
Kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka setiap siswa harus
memiliki kemampuan untuk menggunakan fungsi-fungsi psikis dan
mental yang dimiliki, menurut Aunurraman (2010:17). Pengalaman yang
dimiliki seseorang sangat penting untuk membentuk suatu pengetahuan,
dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan guru harus
memberikan pengalaman belajar yang baik bagi siswa. Bagaimana
semestinya siswa belajar, belajar mengemukakan ide atau pikiran serta
pengalaman-pengalaman mereka.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
7
Peran siswa dalam pandangan konsruktivisme menurut
Budiningsih (2005:58) bahwa belajar adalah hasil dari proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan itu harus dilakukan sendiri
oleh siswa tersebut.Berdasarkan hal tersebut maka siswa dalam
pembelajaran dituntut untuk aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir,
menyusun konsep dan memberikan makna. Menurut Isjoni (2010:30)
juga demikian, bahwa konstrutivisme merupakan pandangan bahwa
siswa melakukan sendiri pengetahuan secara aktif berdasarkan dengan
pengalaman.
Pembelajaran konstruktivisme adalah pengajaran yang berpusat
pada siswa (student center). Peran guru disini membimbing siswa agar
dapat mengkostruksi pengetahuannya. Guru dalam pembelajaran sebagai
fasilitator yang menyediakan bahan pengajaran.
Konstruktivis dalam pembelajaran siswa dituntut aktif dalam
proses pembelajaran agar dapat menyusun pengetahuannya. Menurut
teori Piaget dalam Rahyubi (2012:146), terdapat dua asumsi penting.
Pertama, pengetahuan tidak diperoleh secara pasif, tetapi secara
aktif oleh struktur kognitif siswa.Kedua, fungsi kognisi bersifat
adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman
nyata yang dimiliki anak.
Berdasarkan hal diatas maka dalam pembelajaran dibutuhkan peran aktif
dari siswa, agar dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapat
dengan melalui lingkungannya. Pembelajaran yang melibatkan siswa
menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena siswa mengerti dan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
8
ikut berperan aktif dalam pembelajaran, serta dapat berinteraksi dengan
temannya.
Aunurraman (2010:28) juga berpendapat bahwa konstruktivisme
memberikan penjelasan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan adalah
kegiatan aktif siswa dalam upanya untuk menemukan suatu
pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan hanya sekedar mengumpulkan
informasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini siswa bukan sebagai
botol kosong yang siap untuk di isi oleh guru. Namun siswa berperan
aktif untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Hal tersebut dapat
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang didapat siswa.
2. Model Pembelajaran Cooperative
Menurut (Isjoni, 2010:15) cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu kelompok atau
satu tim. Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2010:15) mengemukakan bawa
In cooperative learning methods, studens work together in four
member teams to master material initially presented by the
teacher.
Berdasarkan uraian diatas dapat diungkapkan bahwa cooperative
learning merupakan suatu model pembelajaran, yang melibatkan siswa
belajar dan bekerja secara berkelompok, kelompok yang terdiri antara 4-
6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih aktif
dalam belajar.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
9
Pengertian lain mengenai Cooperative Learning menurut Arends
(2007:344)
Studens in cooperative learning situation are encourage and/or
required to work together on a common task, and they must
coordinate their efforts to complete the task.
Berdasarkan uraian di atas bahwa siswa pada saat pembelajaran
kooperatif didorong serta diwajibkan untuk bekerja sama dalam
mengerjakan tugas bersama, dan mereka saat berkelompok harus saling
mengkoordinasikan upaya-upaya untuk menyelesaikan tugas.
Menurut Kourilsky and Quaranta (1987:80)
through this model cooperatif, positive peer interaction and the
achievement of mutual goals are promoted through small group
activities which dovetail very well such outlined group goals and
structures.
Menurut Kourilsky and Quaranta bahwa melalui model kooperatif,
interaksi dengan teman sebaya akan menghasilkan hal positif dan akan
mencapai tujuan bersama, dilaksanakan dengan cara melalui kegiatan
kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Beberapa ciri dari cooperative learning adalah; a) setiap anggota
memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
(c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas pelajarannya dan
juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan
keterampilan siswa, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok
saar diperlukan. (Isjoni, 2010:20)
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
10
Ciri lain cooperative learning yang dikemukaan oleh Arends
(2007:346) adalah
The learning environment for cooperative learning is
characteristized by democratic processes and active roles for
students in deciding what should be studied and how.
Menurut penjelasan di atas bahwa, lingkungan belajar untuk
pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif
bagi siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka pembelajaran kooperatif memiliki ciri yaitu
menuntut peran aktif siswa saat pembelajaran. Sehingga mereka dapat
memperoleh hasil dari belajar melalui pengalaman sendiri.
Pembelajaran kooperatif menurut Suprijono (2013:54)
merupakan jenis kerja kelompok yang diarahkan oleh guru. Guru disini
sebagai fasilitator yang memberikan tugas-tugas, menyediakan bahan
dan informasi yang di pakai untuk membantu siswa memecahkan
masalah yang diberikan.
Pembelajaran kooperatif membuka siswa untuk terlibat dengan
siswa lain, hal tersebut memberikan kesempatan bagi mereka untuk
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan seperti itu,
pengalaman dalam konteks sosial memberikan pengetahuan penting
untuk perkembangan pemikiran yang dimiliki siswa.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
11
3. Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Berbasis Permainan
Struktur Perebutan Benteng
Konsep pembelajaran cooperative pembelajaran struktur
perebutan benteng ini adalah dikembangkan berdasarkan pengamatan
terhadap permainan di Indonesia khususnya di Jawa. Menurut Hariyanto
(2012) dalam buku Pembelajaran aktif (Warsono, 2013:255)
mengungkapkan antara lain sebagai berikut:
Sesuai dengan lingkungan asal pembelajaran cooperative yaitu di
Amerika Serikat, pembelajaran cooperative yang dikembangkan oleh
Johnson & Johnson, Slavin, Cohen, Sharan, maupun Kagan lebih
terkesan formal dan harus dilaksanakan di dalam ruang kelas.Kiranya hal
tersebut perlu ditambah dengan usaha membuat suasana pembelajaran
Cooperative menjadi lebih bersifat nonformal dan lebih menyenangkan,
tetap dilaksanakan di sekolah tetapi di luar kelas, di halaman sekolah
misalnya. Pembelajaran ini dinamakan pembelajaran cooperative luar
kelas (outdoor cooperative learning) .
Berdasarkan hal tersebut maka struktur perebutan benteng itu
terinspirasi dari permainan “benteng-bentengan” yang akrab bagi anak-
anak Surabaya. Permainan itu dilakukan oleh beberapa kelompok agar
lebih ramai. Benteng mereka pilih sendiri dapat tiang listrik pohon,
ujung pagar dan sebagainya. Mereka bebas untuk memberi nama
benteng tersebut. Mereka berusaha merebut benteng kelompok lain.
Anak yang keluar pertama dari benteng itu harus dikejar oleh kelompok
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
12
lain, itu akan terjadi kejar-kejaran yang seru. Jika ia tersentuh oleh
kelompok lain maka dia dianggap keluar dari permainan. Namun si
perebut benteng yang pertama dapat kembali ke benteng dan digantikan
oleh anak yang lain, sehingga yang tadi mengejar menjadi dikejar.
Melalui permainan tersebut maka di buatnya struktur
pembelajaran cooperative berbasis permainan yaitu struktur perebutan
Benteng. Metode itu diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
serta memberikan suasana yang berbeda. Berdasarkan penjelasan di atas
permainan ini dilakukan diluar (outdoor), namum peneliti akan
melakukannya di dalam kelas karena berbagai pertimbangan hal tersebut
baru di sekolah sehingga akan membuat pusat perhatian kelas lain dan
berdampak mengganggu pembelajaran kelas lain, serta cuaca yang tidak
menentu. Langkah atau cara kerja struktur perebutan benteng:
a. Guru menjelaskan esensi pembelajaran, melakukan presentasi
singkat bahan ajar.
b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, misalkan empat kelompok
kelompok A, kelompok B, C dan D.
c. Mereka memilih sudut atau bentengnya sendiri-sendiri.
d. Setiap kelompok siswa ditugasi untuk berdiskusi menjawab sejumlah
pertanyaan terkait bahan ajar. Disepakati setiap siswa harus
bertanggung jawab terhadap satu pertanyaan dan memahami
jawabannya.
e. Guru berkata “mulai”
f. Siswa yang siap dari salah satu kelompok keluar dari bentengnnya,,
misalnya dari benteng timur, ia segera disambut dari benteng lain.
Secara otomatis akan terjadi perang dari dua kelompok. Akan terjadi
peperangan sepasang-sepasang.
g. Siswa yang keluar terlebih dahulu tadi harus mampu menjawab
pertanyaan dari siswa yang berasal dari benteng yang ke dua. Jika ia
tidak mampu menjawab maka dia dianggap mati/ gugur. Sebaliknya,
ketika ia mampu menjawab maka si penanya yang mati. Demikian
akan berlanjut “perang pertanyaan” antara dua kelompok tersebut,
sampai salah satu kelompok kehabisan anggota dan bentengnya
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
13
dapat direbut oleh kelompok yang lain. Perebut benteng dapat
meneriakan “Selamat, benteng telah kita rebut!”
h. Setelah ada dua kelompok yang bentengnya direbut, sisa dari dua
kelompok pemenang tadi diberi waktu 5 menit untuk membuat soal-
soal baru.
i. Permainan final terjadi antar kelompok pemenang. Siapa yang
akhirnya menang dalam pertarungan ini dia adalah “Kelompok
Unggul”. Pemenang terakhir meneriakkan : “semua benteng telah
kita rebut, kita juara sejati”
Setiap metode pembelajaran pasti terdapat kelebihan dan
kekurangan saat penggunaan dalam proses pembelajaran. Kelebihan
model pembelajaran struktur perebutan benteng antara lain:
a. Siswa aktif terlibat langsung dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran lebih bermakna.
b. Menuntut keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh teman.
c. Meningkatkan kepercayaan diri siswa, karena mereka harus
menyampaikan pertanyaan kepada teman.
d. Mempererat hubungan sosial, mereka merasa dapat diterima baik
oleh sesama rekan kelompok dan saling menyukai rasa toleransi
terhadap teman.
e. Meningkatkan keterampilan sosial yaitu keterampilan
kepemimpinan, sportifitas dan keterampilan bekerja sama dalam tim.
f. Meningkatkan rasa tanggung jawab pribadi kepada siswa, karena
siswa bertanggung jawab teradap pertanyaan yang dibuat dan
jawaban yang telah disiapkan.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
14
Model struktur perebutan benteng ini mempunyai kelemahan sebagai
berikut: Siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah harus
menguasai materi dan tidak dapat dibantu oleh teman sekelompok,
karena model pembelajaran ini kelompok namun untuk memecahkan
atau menjawab pertanyaan itu menjadi tanggung jawab sendiri.
4. Belajar
a. Pengertian Belajar
Banyak definisi-definisi mengenai pengertian belajar menurut
beberapa ahli. Menurut Purwanto (2011:84) ada beberapa elemen
yang penting yang menceritakan pengertian tentang belajar, yaitu
bahwa
a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengaruh kepada tingkah laku yang lebih
baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku
yang lebih buruk.
b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar.
Belajar menurut (Sudjana, 2010:28) adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
15
dalam bentuk pengetahuan, pamahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapaan dan kemampuannya. Proses perubahan
tingkah laku yang dialamai siswa melalui berbagai pengalaman yang
diperoleh. Belajar menurut (Djamarah, 2008:13) serangkaian jiwa
raga utuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar menurut
Rahyubi (2012:3) yaitu memperoleh pengetahuan dari
pengalaman,mengingat, menguasai pengalaman serta mendapatkan
suatu informasi.
b. Belajar dengan Pengalaman
Belajar adalah upaya dalam proses untuk merubah perilaku
seseorang berdasarkan pengalaman atau praktek yang dilakukan
dengan sengaja. Perubahan yang terjadi bukan terlihat dari berat
badan ataupun tinggi badan. Belajar yang dapat merubah seseorang
itu seperti perilaku berfikir, memecahkan masalah, mengingat
sesuatu, perpikir dan bertindak kreatif, mempunyai kemampuan
sosial untuk berinteraksi, dan lain-lain.
Hamalik (2009:28) belajar merupakan perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Melalui interaksi
dengan lingkungan maka terjadi pengalaman-pengalaman belajar.
William Burton dalam Hamalik (2009:28) mengungkapkan bahwa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
16
A good learning situation consist of a rich and varied series
of learning experiences unified around a vigorous purpose
and carried on in interaction with a rich, varied an
propocative environment.
Berdasarkan pengungkapan William Burton bahwa situasi
belajar yang baik itu terdiri dari beraneka ragam pengalaman belajar
yang banyak dan bervariasi yang bertujuan untuk sebuah
keantusiasan dan interksi yang berulang-ulang dengan banyak dan
bermacam-macam lingkungan pendukung.
Pengalaman diperoleh melalui interksi antar individu dengan
lingkungannya. William Burton dalam Hamalik (2009:29),
menyatakan bahwa
Experiencing means living through actual situation and
recting vigorously to various aspect of those situation for
purpose apparent to the learner. Experiencing includes
whatever one does or undergoes which result in changed
behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill.
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan
keterampilan, bersifat pendidikan, yang merupakan berbagai aspek
menjadi satu kesatuan di sekitar tujuan murid, pengalaman
pendidikan bersifat kontinyu dan interkatif, sehingga mengakibatkan
perubahan perilaku, nilai-nilai, makna sikap dan keterampilan.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas bahwasana proses belajar
itu melalui berbagai jenis pengalaman. Pengalaman belajar yang
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
17
terjadi dalam diri siswa sangat bermakna bagai para siswa.
Pengalaman dapatdiperoleh dari lingkungan siswa itu sendiri.
Seperti pepatah bilang bahwa guru yang baik adalah
pengalaman, bagi Lindema (dalam Danim, 2011:134) “pengalaman
adalah buku yang hidup bagi pembelajar dewasa”. Berdasarkan
pengalaman yang kita dapat selama kita belajar dapat dijadikan
pedoman untuk melakukan sesuatu. Misalkan ketika mendapatkan
pengalaman yang baik didalam suatu pelajaran, hal itu akan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan pengalaman
yang tidak baik akan dijadikan sebuah dasar untuk tidak
melakukanya lagi tetapi berusaha untuk lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran salah satunya
menyatakan bahwa belajar itu bersifat kontinyu. Pengalaman-
pengalaman belajar membentuk sebuah sistem berpikir pada diri
seseorang. Dalam konteks keterampilan, aktivitas belajar dimulai
dari gerakan kasar sampai halus. Dalam konteks kognitif, kegiatan
belajar dimulai dari nalar rendah kenalar tinggi, dari konkrit ke
abstrak, dan dari pemahaman parsial ke menyeluruh
Terdapat tiga prinsip belajar yang disampaikan oleh
Suprijono (2013:4) dalam prinsipnya yang ke tiga yaitu, belajar
merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman yang di dapat siswa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
18
merupakan hasil dari adanya interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Menurut (Danim, 2011:134) dalama bukunya psikologi
pendidikan, cara terbaik dalam belajar adalah pengalaman yang
berharga baginya untuk “belajar bagaimana belajar” lebih lanjut.
Hampir semua buku teks pendidikan orang dewasa menekankan pada
pentingnya pengalaman belajar dengan menggunakan metode
permainan, simulasi, studi kasus, psikodrama, bermain peran, dan
magang.
Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu bentuk pengalaman
untuk anak adalah permaianan. Maka peneliti akan memberikan
suatu pengalaman belajar bagi siswa dalam pembelajar IPS melalui
permainan struktur perebutan benteng. Sehingga pembelajaran dapat
bermakna bagi siswa, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pelajaran IPS. Pengalaman itu merupakan hal yang sangat
berpengaruh pada siswa, karena melalui pengalaman yang didapat
saat belajar akan memberikan efek yang akan teringat selalu.
c. Belajar dengan Berbuat
Belajar akan memberikan efek bagi siswa, dari ke 16 efek
belajar menurut (Danim, 2011:161) efek yang ketiga yaitu efek
praktik (pactice effects). Praktik aktif atau latihan akan
meningkatkan retensi dan praktik yang didistribusikan atau bertahap
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
19
biasanya lebih efektif dari pada praktik sekaligus. Cara semacam ini
menjadi lebih penting, ketika praktik dilakukan dalam hubungannya
dengan konteks yang berbeda.
Learnig by doing adalah konsep belajar yang menghendaki
adanya penyatuan usaha mendapatkan kesan dengan cara berbuat.
Belajar sambil berbuat dalam hal ini adalah latihan. Latihan
merupakan cara terbaik untuk mengingat (Djamarah, 2008:45).
Belajar latihan membantu apa yang dipelajari oleh siswa tidak lupa,
memperkuat daya ingat siswa karena mereka berlatih. Belajar dengan
berbuat itu akan memberikan kesan yang tersendiri bagi siswa, siswa
dapat langsung perperan dalam pembelajaran.
Keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran akan
menghasilkan keaktifan siswa yang lebih besar. Siswa tidak hanya
aktif dalam mendengar, mengamati dan mengikuti namun siswa ikut
terlibat langsung dalam pembelajaran seperti percobaan, peragaan,
permainan atau mendemostrasikan sesuatu. Eder Dale dalam
Aunurrahman (2010:121) mengungkapkan bahwa pengalaman
belajar yang paling baik untuk siswa adalah siswa belajar melalui
pengalaman langsung. Dapat diartikan bahwa siswa harus belajar
langsung dengan berbuat.
Manfaat yang akan diperoleh siswa dengan belajar langsung
atau dengan cara berbuat adalah siswa terdorong aktif mengalami
sendiri dalam melakukan aktifitas pembelajaran, siswa ikut aktif
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
20
dalam praktik penggunaaan media yang dipersiapkan guru serta
siswa dituntut aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru.
Menurut Aunurrahman (2010:122).
5. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010:49) hasil belajar adalah tujuan
pengajaran yang mencangkup satu kesatuan yang tidak terpisahkan
antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Ketiga aspek ini
dipandang sebagai hasil belajar siswa, dari suatu proses pengajaran.
Sedangkan menurut Suprijono (2013:7) hasil belajar merupakan
perubahan perilaku pada diri siswa secara keseluruhan atau komprehensif
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor,bukan hanya satu aspek saja
yang berubah tetapi semua aspek tidak dipandang menjadi sesuatu yang
terpisah.
Tipe belajar menurut Benjamin dalam Sudjana (2010:49)
menggolongkan tipe hasil belajar menjadi tiga yaitu: ranah kognitif,
sfektif dan psikomotor. Namun dalam permasalahan dalam penelitian
ini.Peneliti hanya mengambil aspek kognitif dan afektif saja, kenapa
demikian karena dalam penelitian ini materi yang diambil mengenai
tokoh pejuang masa belanda. Proses pembelajaran nanti siswa tidak
melakukan hasil berupa produk, atau melakukan sebuah keterampilan
namun hanya berkelompok untuk melaksanakan permainan. Sehingga
aspek psikomotor sulit untuk di teliti.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
21
1) Ranah Kognitif
Tipe dalam ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari 6 tingkatan yaitu:
1. Tipe hasil belajar pengetauan hafalan, adalah tipe hasil belajar
yang paling rendah, namun ini sebagai dasar atau syarat untuk
tingkatan hasil belajar selajutnya yang lebih tinggi. Pengetahuan
sebagai jembatan penghubung.
2. Tipe hasil belajar pemahaman, adalah kemampuan untuk
menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
3. Tipe hasil penerapan, adalah kesanggupan menerapkan suatu
konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi yang baru yang
diperoleh.
4. Tipe analisis, adalah kesanggupan memecah, mengurangi, atau
integritas menjadi bagian yang mempunyai arti.
5. Tipe sintesis, adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian
menjadi suatu integritas.
6. Tipe evaluasi, adalah kesanggupan memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimiliki dan
kriteria yang dipakai.
Menurut (Sagala, 2010;12) ranah kognitif adalah kemampuan
yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri
dari kategori. Dalam penelitian ini aspek kognitif siswa difokuskan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
22
pada pengetahuan, pemahaman, penerapan lebih lengkap pada tabel
di bawah ini:
Tabel 2.1 Hasil Belajar Aspek Kognitif Materi Tokoh-tokoh
Perjuangan Pada Masa Belanda
Berdasarkan tabel di atas siswa akan mengerjakan soal
evaluasi yang mencangkup tiga tipe dalam aspek kognitif dari
pengetahuan yang paling dasar sampai ke penerapan siswa. Tipe
pengetahuan siswa dihadapkan dengan soal seperti menyebutkan
kapan tokoh pejuang itu dilahirkan, hal tersebut memerlukan
pengetahuan dari siswa didapat saat pembelajaran. Tipe kedua yaitu
pemahaman siswa, siswa akan dievaluasi mengenai pemahan mereka
setelah mendapatkan pembelajaran dari guru. Apakah mereka sudah
paham atau belum. Selanjutnya penerapan, siswa dievaluasi apakah
No Indikator Aspek Kognitif Soal
1 Menyebutkan tokoh
pejuang pada masa
penjajahan Belanda
Pengetahuan Menyebutkan
kelahiran tokoh
pejuang pada
masa
penjajahan
Belanda
2 Mendeskripsikan
pejuangan tokoh
pejuang pada masa
penjajahan Belanda
Pemahaman Menjelaskan
perjuangan
tokoh pejuang
pada masa
penjajahan
Belanda
Penerapan Cara
menghargai jasa
para pahlaan
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
23
pembelajaran yang mereka terima dapat diterapkan di kehidupan
mereka.
2) Ranah Afektif
Bidang afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil
belajar afektif tampak dengan berbagai tingkat laku siswa seperti
disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman dan lain-lain
(Sudjana,2010:53). Tingkatan dalam bidang afektif yaitu:
1. receiving/attending, yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan
yang masuk ke dalam diri siswa.
2. Responding/ jawaban, yaitu reaksi yang diberikan dari
rangsangan yang telah diterima.
3. Valuing (penilaian), yaitu menilai terhadap gejala yang
merangsang.
4. Organisasi, yaitu mengembangkan nilai-nilai yang telah ia dapat.
5. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan dari
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
Sedangkan menurut (Sagala, 2010:12) ranah afektif adalah
kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi
yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari penerimaan,
partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi, dan pembentuk
pola hidup. Menurut Fitri (2012:20) Karakter adalah sifat kejiwaan,
akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
24
sekelompok orang. Karakter dapat juga diartikan sama dengan
akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan
akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Untuk mewujudkan karakter
bangsa itu tidaklah mudah, memerlukan proses panjang melalui
pendidikan.
Banyak karakter bangsa yang dicanangkan oleh pemerintah.
Pada penelitian ini difokuskan pada karakter toleransi siswa saat
pembelajaran dengan menggunkan model pembelajaran struktur
perebuatan benteng. Model pembelajaran ini diharapkan anak
memiliki rasa toleransi sesama teman, karena metode ini menerapkan
bekerja kelompok.
a) Indikator Toleransi
Indikator toleransi di sekolah dasar diantaranya yaitu: a)
menghargai pendapat yang berbeda sebagai sesuatu yang alami dan
instan, b) bekerjasama dengan teman yang berbeda agama, suku dan
etnis dalam kegiatan-kegiatan kelas dan sekolah, c) bersahabat
dengan teman yang berbeda pendapat (Kemendiknas, 2010). Secara
lengkap dapat dilihat pada tabel 2.2
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
25
Tabel 2.2 Hasil Belajar Ranah Afektif
No Aspek Afektif Indikator Kegiatan
1 Toleransi 1. Menghargai
pendapat yang
berbeda sebagai
sesuatu yang alami
dan instan
2. Bekerjasama
dengan teman yang
berbeda agama,
suku dan etnis
dalam kegiatan-
kegiatan kelas dan
sekolah
3. Bersahabat dengan
teman yang
berbeda pendapat
1. Siswa
mendengarkan
pendapat teman
dalam satu
kelompok
2. Siswa bekerja
sama dalam
kelompok yang
yang cantik,
jelek, kaya,
miskin, berbeda
agama
3. Siswa tetap
bersahabat
dengan teman
yang berbeda
pendapat
Sumber: Kemendiknas,2010
Berdasarkan tabel di atas untuk menilai aspek afektif anak
terkait rasa toleransi siswa terdapat tiga indikator yang harus siswa
capai. Indikator yang 1) siswa harus dapat menghargai pendapat
teman dalam satu kelompoknya. Mengahargainya dengan cara
mendengarkan pendapat teman, tidak bermain sendiri atau
mengganggu teman lain ketika sedang mendengarkan teman
menyampaikan pendapatnya. 2) bekerjasama dengan teman yang
berbeda agama, suku dan etnis dalam kegiatan kelas dan sekolah.
Siswa bekerjasama untuk mengerjakan tugas kelompok, tidak
mengandalkan teman lain. 3) bersahabat dengan teman yang berbeda
pendapat. Siswa tetap berteman, bermain, dan istirahat bersama
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
26
dengan teman yang berbeda pendapat ketika belajar berkelompok.
Tidak ada menyimpan dendam atau kesal kepada teman yang
berbeda pendapat.
3) Ranah Psikomotor
Hasil belajar yang satu ini berkenaan dengan keterampilan
(skill) serta kemampuan bertindak seseorang. Terdapat juga tingkatan
di ranah psikomotor yaitu:
1. Gerakan reflek (keterampilan terhadap gerakan tidak sadar)
2. Keterampilan gerakan-gerakan dasar
3. Kemampuan perseptual, dapat membedakan visual, auditif
motorik dan lain-lain.
4. Kemampuan fisik, seperti kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
5. Skill, keterampilan sederhana sampai yang kompleks.
6. Kemampuan non decurcive komunikasi seperti gerakan
ekspresif, interpretative. (Sudjana, 2010:54)
Sedangkan menurut (Sagala, 2010:12) psikomotor yaitu
kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreatifitas. Penelitian ini
yang berkenaan dengan aspek psikomotor adalah keterampilan
kemampuan berbicara siswa.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
27
Kemampuan berbicara menurut Arsjd dan U.S Mukti
(1991:17) adalah kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau pengucapan kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan, menyampaiakn pikiran, gagasan dan perasaan.
Berbicara adlaah alat untuk berkomunikasi dengan seseorang,
dengan demikian maka jika seseorang pada kemapuan berbicara
bagus maka ia dapat berkomunikasi dengan baik. Diharapkan dengan
model struktur perebutan benteng keterampila berbicara siswa lebih
baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara
seseorang dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor kebahasaan, yang mencangkup:
a. Pengucapan vocal
b. Pengucapan konsonan
c. Pengucapan tekanan
d. Penempatan persendia
e. Penggunaan nada atau irama
f. Pilihan kata
g. Pilihan ungkapan
h. Variasi kata
i. Tata bentukan
j. Struktur kalimat
k. Ragam kalimat
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
28
2. Faktor Non Kebahasaan mencakup:
a. Keberanian dan semangat
b. Kelancaran
c. Kenyaringan suara
d. Pandangan mata
e. Gerak-gerik dan mimik
f. Keterbukaan
g. Penalaran
h. Penguasan topik
Menurut Arsjd dan U.S Mukti (1991:17) untuk menjadi
pembicara yang baik selain kita menguasai materi/topik
pembicaraan, kita juga harus memperlihatkan keberanian dan
kegairahan. Sehingga apa yang diampaiakan dapat diterima dengan
baik. Penelitian ini hanya mengambil empat faktor dalam penialain
kemampuan berbicara. Untuk lebih jelas dalam tabel 2.3
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
29
Tabel 2.3 Hasil Belajar Ranah Psikomotor
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kegiatan
siswa dalam penilaian aspek psikomotor, siswa akan dinilai dari
empat indikator. 1) Penggunaan nada atau irama, di sini siswa akan
dinilai suara mereka keras atau lemah ketika membacakan hasil
diskusi. 2) Keberanian untuk menjawab dan menyampaikan hasil,
siswa dinilai keberaniannya tanpa ditunjuk guru mereka bersedia
untuk maju menjawab dan menyampaikan hasil diskusi
kelompoknya. 3) Kelancaran saat penyampaian hasil, siswa dinilai
saat menyampaikan hasil dengan tersendat-sendat atau
membacakanya dengan lancar. 4) Penguasaan topik pembelajaran,
disini dinilai siswa dapat menjawab pertanyaan atau tidak. Akan
terlihat mereka menguasai topik pembelajaran atau tidak.
No Indikator Kegiatan
1 Penggunaan nada atau
irama
Siswa membacakan hasil
diskusi
2 Keberanian untuk
menjawab dan
menyampaikan hasil
Siswa maju menjawab dan
menyampaikan hasil
diskusi
3 Kelancaran saat
penyampaian hasil
Siswa menyampaikan
jawaban dan hasil diskusi
4 Penguasaan topik
pembelajaran
Siswa mampu menguasai
materi yang sedang
dipelajari
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
30
a. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut (Sudjana,2010:39) Faktor yang berpengaruh dalam
hasil belajar dipengaruhi oleh dau faktor yaitu terdapat dari diri siswa
sendiri yaitu kemampuan yang dimiliki dan faktor lingkungan siswa
yaitu kualitas pengajaran (proses belajar mengajar). Faktor
kemampuan siswa yang lain seperti motivasi, minat dan perhatian,
sikap, ketekunan dan lain-lain juga sangat mempengaruhi.
Kualitas pengajaran dapat dipengaruhi dari kemampuan yang
dimiliki oleh guru atau profesionalisme guru dan karakteristik
kelas.Kemampuan guru seperti kemampuan menyampaikan materi,
penguasaaan materi, kemampuan memilih metode dan alat peraga
yang tepat untuk pelajaran dan lain-lain.
Sedangkan untuk karakteristik kelas itu seperti besarnya kelas
atau jumlah siswa, penciptaan suasana kelas, fasilitas dan sumber
belajar yang tersedia. Jumlah siswa dalam satu kelas itu jangan
terlalu banyak, hal itu akanberdampak kelas ribut atau gaduh, guru
tidak dapat memantau keadaan siswanya karena jumlah siswa yang
terlalu banyak. Penciptaan suasana kelas yang ramai karena gaduh
itu juga mengganggu proses belajar mengajar sehingga dapat
mengganggu juga terhadap pecapaian hasil belajar siswa. Kelas yang
ribut akan membuat anak tidak konsen dalam belajar serta siswa
yang akan serius untuk belajar tidak dapat belajar dengan baik.
Fasilitas dan sumber belajar sangat dibutuhkan untuk guru dan juga
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
31
siswa agar dapat membantu proses belajar dengan baik. Seperti
sumber belajar gambar peta, gambar rumah adat, dan lain lain itu
dapat membantu proses belajar siswa dan membantu guru juga saat
menyampaikan materi. Keberhasilan dalam mengajar harus menjadi
fokus agar hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.
6. Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan nama mata
pelajaran di tingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi
yang identik dengan istilah “Social Studies”. Nama IPS yang dikenal
social studies di Negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan dari
para ahli atau pakar kita di Indonesia.
Pengertian IPS di persekolahan yaitu di Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
merupakan program pengajaran, ada yang berarti mata pelajaran yang
berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata
pelajaran atau disiplin ilmu, menurut (Sapriya,dkk.2006:3)
a. Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Peneliti akan mengambil materi perjuangan melawan
penjajah pada kelas V semester II. Berikut adalah standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang akan dijadikan dasar sebagai bahan
penelitian seperti tabel 2.4.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
32
Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2. Menghargai peranan tokoh
pejuang dan masyarakat
dalam mempersiapkan dan
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia
2.1 mendeskripsikan perjuangan
para tokoh pejuang pada
masa Belanda dan Jepang
Sumber : panduan KTSP
b. Perjuangan Melawan penjajah
Proses pembelajaran nanti, peneliti akan menggunakan materi
mengenai tokoh-tokoh pejuang yang berjuang mengusir penjajah
belanda. Beberapa tokoh yaitu Pattimura, Tuanku Imam Bonjol,
Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, I Gusti Ketut Jelantik, Cut
Nyak Dien dan lain-lain. Siswa akan dijelaskan sekilas menganai
tohoh tersebut, serta bagaimana proses perjuangan mereka saat
mengusir penjajah belanda.
Siswa membentuk kelompok, dan siswa diberikan bahan ajar
yang selanjutnya mereka ditugaskan untuk menjawab pertanyaan
yang telah disiapkan oleh guru dari bahan ajar tersebut. jawaban siap,
maka permainan struktur perebutan benteng siap dilaksanakan.
Setelah permainan dihasilkan benteng yang kuat bertahan yaitu
mereka yang dapat menjawab pertanyaan dari teman lawan/ benteng
yang lain. Pemenang diberikan penghargaan berupa sertifikat.
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
33
B. Hasil penelitian yang Relevan
Peneliti tidak menemukan penelitian yang sama persis dengan
permasalahan yang peneliti teliti, tetapi peneliti mengambil hasil penelitian
yang proses kerjanya menggunakan model pembelajaran dengan sistem
permainan, yaitu yang dilakukan oleh:
1. Mohammad Husni Abdullah, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya,
penelitian tersebut berjudul “Penggunaan Media Permainan Kartu
Kuartet pada Mata Pelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
mengefektifkan aktivitas guru dan siswa, serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Media permainan kuartet sangat efektif pada mata
pelajaran IPS.
2. Julianto, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya, penelitian tersebut
berjudul “Penerapan Media Monopoli untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas IV setelah mengikuti
pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 2%.
Berbeda dengan penelitian diatas, penelitian ini merupakan penelitan
Eksperimen, yang bertujuan mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan
model pembelajaran Cooperative berbasis permainan struktur perebutan
benteng terhadap hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor IPS
kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh. Proses penelitian, siswa melakukan
permainan perebutan benteng yang dibagi menjadi 4 kelompok. Siswa
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
34
selanjutnya berperang antar benteng dengan soal yang telah disiapkan oleh
guru, dan ditentukan pemenang benteng.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran struktur perebutan benteng sebuah metode
pembelajaran cooperative berbasis permainan, sehingga metode ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan kompetitif. Digunakannya
metode ini dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa akan aktif dalam
pembelajaran dan siswa senang dengan pelajaran IPS dibandingkan dengan
sebelum menggunakan model pembelajaran struktur perebutan benteng.
Pembelajaran akan menyenangkan sehingga kesan IPS sebagai pelajaran
yang penuh dengan hafalan dan membosankan dapat dihilangkan.
Permainan merupakan salah satu metode yang dapat menciptakan
suatu pengalaman bagi siswa, karena dalam permainan siswa terlibat
langsung dengan pembelajaran, dan sekaligus memberikan tantangan bagi
siswa untuk dapat memenangkan permainan, siswa dapat terdorong untuk
kreatif dalam menyelesaikan masalah dan berinteraksi dalam kegiatan
dengan sesama siswa. Permainan menjadikan siswa memiliki pengalaman
tersendiri. Bedasarkan asumsi tersebut, maka diharapkan metode ini dapat
berpengaruh terhadap siswa khususnya hasil belajar siswa akan meningkat
yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Bila digambarkan dalam
bentuk kerangka adalah sebagai berikut:
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014
35
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas, maka
hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan
benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek kognitif
siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.
2. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan
benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek afektif
siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.
3. Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran struktur perebutan
benteng terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial aspek psikomotor
siswa kelas V SD Negeri 2 Kedungwuluh.
Hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial
(Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor) (Y)
Penerapan model struktur
perebutan benteng (X)
Siswa saat pembelajaran
pasif, pembelajaran kurang
menarik
Berpengaruh teradap hasil
belajar ilmu Pengetahuan
sosial
Pengaruh Model Pembelajaran..., Meliana Fardani, FKIP UMP, 2014