19
23 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu No . Penulis dan Judul Hasil Relevansi 1. Wisnu Aji Dwicahyono (Sejarah Dan Konflik Ritual Manten Kucing Di Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung) Penelitian merujuk pada ritual manten kucing dimulai saat terjadi kemarau panjang yang melanda Desa Pelem pada zaman Belanda (belum diketahui secara pasti tahun kejadian tersebut). Pada saat dilaksanakan dalam bentuk seni, ritual manten kucing mendapatkan kecaman dari MUI Kabupaten Tulungagung karena dianggap sebagai ritual yang melecehkan agama Islam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ritual manten 2 kucing merupakan sebuah ritual minta hujan dari Desa Pelem Kecamatan Campurdarat Kabupaten Tulungagung yang telah berkembang dalam bentuk kesenian dan pernah mendapat kecaman MUI pada Persamaan dengan penelitian ini yakni, objek kajian tentang tradisi “manten kucing”, tetapi penelitian ini lebih memfokuskan pada konflik atas dilaksanakannya tradisi “manten kucing ini dengan pandangan agama Islam yakni melalui perantara lembaga agama MUI, sementara pada jenis penelitian ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. …eprints.umm.ac.id/40315/3/BAB II.pdffeodal dan mengenal pajak pertanahan. Sistem religinya percaya pada dewa-dewa yang dipercaya menguasai

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 23

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

    A. Penelitian Terdahulu

    No

    .

    Penulis dan

    Judul

    Hasil Relevansi

    1. Wisnu Aji

    Dwicahyono

    (Sejarah Dan

    Konflik Ritual

    Manten Kucing

    Di Desa Pelem

    Kecamatan

    Campurdarat

    Kabupaten

    Tulungagung)

    Penelitian merujuk pada ritual

    manten kucing dimulai saat

    terjadi kemarau panjang yang

    melanda Desa Pelem pada

    zaman Belanda (belum

    diketahui secara pasti tahun

    kejadian tersebut). Pada saat

    dilaksanakan dalam bentuk

    seni, ritual manten kucing

    mendapatkan kecaman dari

    MUI Kabupaten Tulungagung

    karena dianggap sebagai ritual

    yang melecehkan agama Islam.

    Kesimpulan dari penelitian ini

    adalah ritual manten 2 kucing

    merupakan sebuah ritual minta

    hujan dari Desa Pelem

    Kecamatan Campurdarat

    Kabupaten Tulungagung yang

    telah berkembang dalam

    bentuk kesenian dan pernah

    mendapat kecaman MUI pada

    Persamaan dengan

    penelitian ini yakni,

    objek kajian tentang

    tradisi “manten

    kucing”, tetapi

    penelitian ini lebih

    memfokuskan pada

    konflik atas

    dilaksanakannya

    tradisi “manten

    kucing ini dengan

    pandangan agama

    Islam yakni melalui

    perantara lembaga

    agama MUI,

    sementara pada jenis

    penelitian ini

  • 24

    tahun 2010. menggunakan

    kualitatif deskriptf.

    2. Risky Tasih

    Rianda (Budaya

    Manten Kucing

    dalam Perspektif

    Hukum Islam

    “Studi Kasus di

    Desa Pelem

    Kecamatan

    Campurdarat

    Kabupaten

    Tulungagung”)

    Fokus penelitian ini adalah

    bagaimana sejarah budaya

    manten kucing, serta

    bagaimana pelaksanaan budaya

    manten kucing, bagaimana

    tinjauan hukum Islam terhadap

    budaya manten kucing di desa

    Pelem Kecamatan

    Campurdarat Kabupaten

    Tulungagung.

    Hukum Islam meninjau bahwa

    Budaya manten kucing di desa

    Pelem Kecamatan

    Campurdarat Kabupaten

    Tulungagung hukumnya

    diperbolehkan. Hal itu

    dikarenakan tujuan dari budaya

    manten kucing adalah meminta

    hujan kepada Allah semata.

    Persamaan dengan

    penelitian ini yakni,

    objek kajian tentang

    tradisi “manten

    kucing”, tetapi

    penelitian ini lebih

    memfokuskan pada

    pandangan atau

    menurut hukum

    Islam atas

    pelaksanaan ritual

    manten kucing. Pada

    penelitian ini

    menggunakan

    kualitatif deskriptif.

    3. Rita Hajati

    (Upacara

    Temanten

    Kucing Di Desa

    Pelem

    Kecamatan

    Campurdarat

    Kabupaten

    Hasil dari penelitian ini adalah

    Upacara Adat Manten Kucing

    di Desa Pelem Kecamatan

    Campurdarat Kabupaten

    Tulungagung mempunyai nilai-

    nilai luhur yang perlu tetap

    dilestarikan yaitu nilai

    religious, nilai gotong royong,

    Pada penelitian ini

    memiliki objek

    penelitian yang sama

    yakni “manten

    kucing”, selain itu,

    jenis penelitian

  • 25

    Tulungagung) nilai persatuan serta nilai seni

    dan keindahan.

    menggunakan

    kualitatif deskriptif,

    serta dipaparkan

    pula bagaimana

    unsur dan

    pemaknaan pada

    ritual atau upacara

    dalam kebudayaan

    “manten kucing” ini

    mengandung unsur

    nilai-nilai luhur.

    4. Dyah Prasetiani

    (Aspek Budaya

    Pada Minwa

    Sebagai

    Identitas Sosial

    Budaya

    Masyarakat

    Jepang)

    Penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis aspek budaya

    masyarakat Jepang yang

    tercermin dalam dongeng

    Jepang (minwa) yang berjudul

    Tanishi Chooja (TC) melalui

    penelitian antropologi sastra.

    Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa sistem

    mata pencaharian masyarakat

    Jepang kuno adalah bertani,

    sistem kemasyarakatannya

    feodal dan mengenal pajak

    pertanahan. Sistem religinya

    percaya pada dewa-dewa yang

    dipercaya menguasai segala

    Pada penelitian

    memiliki persamaan

    yakni mengkaji atau

    menganalisis tentang

    identitas sosial

    masyarat, namun

    terdapat perbedaan

    pada objek

    penelitian yakni

    Budaya Minwa

    masyarakat Jepang.

  • 26

    yang ada di bumi misalnya

    dewa air. Wujud kebudayaan

    sistem religi ini diwujudkan

    dalam bentuk matsuri atau

    festifal yang diselenggarakan

    untuk menghormati dan

    menyembah dewa-dewa.

    Wujud kebudayaan !isiknya

    adalah tempat pemujaan dewa-

    dewa kamidana (altar) dan jinja

    (kuil).

    5. Anastasia Merry

    Christiani

    Widya Putri,

    Ratna

    Handayani

    (Prinsip Dasar

    Budha Zen

    Dalam

    Chanoyu)

    Penelitian ini bertujuan untuk

    menganalisis salah satu

    kebudayaan tradisional Jepang

    yang cukup terkenal dan masih

    ada hingga saat ini sejak abad

    ke-16, yakni Chanoyu (upacara

    minum teh). Upacara minum

    teh yang disajikan untuk tamu

    dan dilaksanakan di chasitsu.

    Teh mulai diperkenalkan ke

    negara Jepang sekitar abad ke-

    16 oleh biksu Zen. Awalnya

    teh hanya digunakan sebagai

    suatu sarana stimulasi ringan

    untuk menolong mereka dalam

    bermeditasi, sebagai ramuan

    obat, sebagai alat untuk

    menyebarkan agama Buddha

    Zen, dan meletakkan dasar

    spiritual bagi chanoyu. Sen no

    Persamaan penelitian

    ini yakni mengkaji

    atau menganalisis

    tentang tradisi,

    namun terdapat

    perbedaan pada

    objek penelitian

    yakni tradisi

    Chanoyu (tradisi

    minum teh) pada

    masyarakat Jepang.

  • 27

    Rikyu, salah seorang master

    upacara ini selalu

    menggunakan empat prinsip

    dasar dalam chanoyu, yakni

    keharmonisan (wa),

    penghormatan (kei), kemurnian

    (sei) dan ketenangan (jaku).

    6. Rafael Martinez

    (Halloween :

    Treat Or Trick)

    Halloween atau (Samhain)

    merupakan sebuah tradisi yang

    dijalankan oleh Orang Kelt

    (bangsa Celtic) setiap akhir

    Oktober. Mereka percaya

    bahwa itulah saat ketika para

    arwah dan makhluk gaib

    sedang aktif-aktifnya

    bergentayangan. Tradisi ini

    tetap berjalan bahkan meluas

    ke beberapa bangsa di Eropa

    (bangsa Romawi yang

    kemudian mengadopsi tradisi

    ini. Perkembangan tradisi ini

    mulai meluas, ketika ribuan

    orang pindah dari Irlandia ke

    Amerika Serikat, mereka

    membawa juga kebiasaan-

    kebiasaan Halloween.

    Dulu, orang Kelt menggunakan

    permen untuk menenangkan

    roh jahat. Gereja menganjurkan

    orang mendatangi rumah-

    rumah pada malam sebelum

    Pada jurnal ini

    menjelaskan tentang

    tradisi Halloween

    yang merupakan

    suatu tradisi

    mayoritas orang-

    orang Eropa bahkan

    Amerika. Halloween

    merupakan salah

    satu tradisi yang

    universal. dan di

    masa sekarang ini

    tradisi Holloween

    sudah berkembang

    dan dijalankan

    hampir di seluruh

    dunia dengan

    maksud yang

  • 28

    sambil menawarkan untuk

    mendoakan orang mati, tapi

    dengan meminta imbalan

    makanan. Inilah asal usul

    kebiasaan meminta permen

    dari rumah ke rumah saat

    Halloween.

    Penggunaan labu yang diukir

    dan diberi lilin, dipajang

    menjadi suatu simbol untuk

    mengusir roh jahat. Beberapa

    orang menganggap lilin dalam

    labu itu menggambarkan arwah

    yang terperangkap di api

    penyucian.

    berbeda-beda.

    7. Hilary Achauer

    (Thanksgiving :

    Judgment Day)

    Thanksgiving merupakan salah

    satu tradisi sebagai bentuk

    mengucapkan terima kasih dan

    rasa bersyukur di akhir musim

    panen di Amerika, dan

    diperingati setiap tahun,

    tepatnya pada hari Kamis ke-

    empat setiap bulan November.

    Biasanya orang-orang Amerika

    menikmatinya dengan keluarga

    dengan masakan ayam kalkun,

    kalkun dipilih karena porsi

    seekor kalkun yang besar, lebih

    ideal untuk makan malam

    keluarga, dibandingkan ayam.

    Di Amerika Serikat, hari

    Jurnal ini

    menjelaskan tentang

    tradisi Thanksgiving

    yang merupakan

    salah satu tradisi

    orang-orang

    Amerika Serikat.

    Thanksgiving

    menjadi salah satu

    tradisi selain

    Halloween yang

    tetap dilaksanakan

  • 29

    Thanksgiving bermula pada

    perayaan di Plymouth pada

    1621. Kala itu, perayaan masih

    murni dilakukan untuk

    memperingati kesuksesan hasil

    panen. Kaum pilgrim

    merayakannya dalam pesta

    makan bersama penduduk asli

    Amerika, suku Wampanoag

    (Apache). Selanjutnya setiap

    musim gugur atau musim

    dingin tahun-tahun berikutnya.

    Perayaan itu diulang lagi dan

    lagi, yang kemudian mengakar

    sebagai tradisi.

    oleh orang-orang

    United Kingdom dan

    Amerika Serikat

    hingga kini.

    B. Tinjauan Pustaka

    1) Unsur-unsur Tradisi

    Tradisi yang dilaksanakan secara terus menerus akan menjadi

    suatu kewajiban bagi masyarakat, jika masyarakat tidak melakukannya

    maka akan ada sesuatu yang mengganjal dialm hati dan perasaan

    mereka (Yana, 2012 : 48). Masyarakat Jawa sampai sekarang ini masih

    melaksanakan suatu tradisi secara turun-menurun atau dari nenek

    moyang ke anak cucunya, meskipun tidak ada pengetahuan yang pasti

    tentang arti dari tradisi tersebut.

  • 30

    Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, pastinya

    akan mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki dengan apa

    yang sudah tersedia di sekitar mereka seperti alam yang berpotensi

    untuk mereka olah sesuai dengan keinginan mereka atas dasar

    kebutuhan hidup mereka. Sehingga kebudayaan sebenarnya tercipta

    karena keinginan manusia melalui pemenuhan kebutuhan hidupnya,

    dengan segala tindakan dan perilaku, pola hidup, perekonomian,

    pertanian, sistem kekerabatan, stratifikasi sosial religi, mitos dan lain

    sebagainya. Beberapa unsur-unsur tersebut adalah yang harus dipenuhi

    oleh manusia untuk kehidupan mereka yang secara tidak langsung juga

    menciptakan kebudayaan yang diteruskan menjadi tradisi.

    Tradisi yakni kesamaan benda fisik dan gagasan dari zaman

    dahulu dimana keberadaannya masih tetap utuh dan terjaga sampai

    sekarang. Tradis juga memiliki arti sebagai warisan dari masa lalu

    yang teteap ada sampai sekarang. Tetapi tradisi yang dilaksanakan

    secara berulang-ulang tidaklah dilakukan dengan sengaja atau

    terencana (Sztompka, 2007 : 69). Penjelasan mengenai tradis tersebut,

    segala bentuk tindakan maupun perbuatan yang telah dilakukan oleh

    manusia dari generasi ke generasi dari aspek kehidupan yang bertujuan

    untuk memudahkan kehidupan mereka dapat disebut sebagai tradisi

    yang menjadi bagian kebudayaan.

    Menurut Koentjaraningrat, tradisi merupakan bagian khusus

    dari kebudayaan masyarakat. Terdapat tiga wujud kebudayaan

    (Mattulada, 1997 : 1) yakni :

  • 31

    1) Wujud Kebudayaan sebagai suatu kumpulan ide-ide, gagasan-

    gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.

    2) Wujud kebudayaan sebagai kumpulan tindakan, pola perilaku

    dari manusia di dalam masyarakat,

    3) Wujud kebudayaan dapat berupa benda-benda fisik hasil

    pemikiran, gagasan atau ide yang diaplikasikan melalui suatu

    karya manusia.

    Masyarakat adalah suatu kelompok dari beberapa individu

    yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas dan adanya

    interaksi di dalam hubungan sosial yang terstruktur dan berpola.

    Masyarakat melestarikan sejarah mereka melalui:

    1) Tradisi dan adat istiadat

    Di dalam adat-istiadat terdapat nilai dan norma yang

    berlaku sebagai pembatas pola perilaku atau tindakan antar

    individu di dalam kelompok. Adat-istiadat menjadi perantara

    dalam melanjutkan apa yang ada di zaman dahulu meskipun

    terkadang ada yang tidak sama persis, tetapi disesuaikan

    dengan perkembangan dan perubahan sesuai dengan sekarang

    ini, sehingga dapat terus dilestarikan bahkan diperbaharui.

    2) Nasehat dari para leluhur,

    Pentingnya nasihat atau merupakan sebuah pesan yang

    mengandung makna dari nenek moyang, menjadi suatu

    keharusan untuk dilestarikan dengan menjaganya melalui

    ingatan bersama di dalam suatu kelompok masyarakat yang

  • 32

    nantinya dapat disampaikan secara lisan ke generasi

    selanjutnya.

    3) Peranan orang yang dituakan,

    Orang yang memiliki kharisma, wibawa atau kemampuan

    tertentu yang mampu berhubungan dengan alam yang

    berdampak pada kelompok masyarakat, menjadi suatu cara

    dalam penyampaian warisan leluhur secara lisan, dikarenakan

    adanya kepercayaan lebih yang diakui oleh anggota kelompok

    masyarakat atas kemampuan dari seseorang tersebut.

    4) Membuat suatu peninggalan berupa benda fisik,

    Peninggalan yang berupa benda-benda (warisan) dari

    leluhur dapat menjadi salah satu cara pelestarian tradisi.

    Peninggalan leluhur mampu menunjukkan gambaran tentang

    masa lalu yang juga masih digunakan sampai sekarang oleh

    kelompok masyarakat.

    5) Kepercayaan terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang,

    Masyarakat meyakini bahwa terdapat roh-roh nenek

    moyang yang mampu mempengaruhi kehidupan mereka. Selain

    sebagai bukti sejarah berupa benda-benda fisik, penghormatan

    kepada roh-roh nenek moyang juga perlu dijaga untuk

    menciptakan keharmonisan alam yang nampak dan tak

    nampak.

    Tradisi meliputi keterkaitan antara zaman dulu dengan zaman

    sekarang. Tradisi merupakan sisa-sisa peninggalan dari zaman dulu.

  • 33

    Keseluruhan benda-benda dan pemikiran dari zaman dulu terbukti

    masih tetap ada sampai sekarang, yang masih dijaga dan belum

    dihilangkan ataupun pudar. Tradisi juga berarti segala sesuatu yang

    diteruskan dan dilestarikan dari zaman dulu sampai sekarang ini

    (Sztompka, 2007 : 70). Penjelasan mengenai tradis tersebut, segala

    bentuk tindakan maupun perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia

    dari generasi ke generasi dari aspek kehidupan yang bertujuan untuk

    memudahkan kehidupan mereka dapat disebut sebagai tradisi yang

    menjadi bagian dari kebudayaan. menurut C.A. Van Reursen, tradisi

    merupakan proses pewarisan atau pelaksanaan norma-norma, adat

    istiadat, kaidah-kaidah dan harta-harta. Tradisi juga dapat ditolak,

    dirubah, dan dikolaborasikan dengan beberapa bentuk tindakan dari

    manusia (Van Reursen 1988 :11).

    2) Identitas Sosial

    Ellemers (1993) menjelaskan bahwa identitas sosial ialah suatu

    penetapan ingroup, sebagai pendefinisian atas konflik atau perselisihan

    yang terjadi di dalam antar kelompok. Konsep identitas sosial

    digunakan dalam merujuk pada konsep diri yang bermula dari kategori

    sosial orang yang berhubungan. Terdapat tiga komponen yang

    menentukan dalam pembentukan identitas sosial, yakni cognitive

    (kesadaran kognitif seseorang mengenai keanggotaannya dalam sebuah

    kelompok-self categorization). Kedua, evaluative component (nilai

    positif atau negatif yang melekat pada keanggotaan kelompok-group

  • 34

    self esteem). Ketiga, emotional component (rasa keterlibatan emosional

    dengan kelompok-affective commitment).

    Identitas sosial menjadi pengetahuan seorang individu dimana

    individu tersebut merasa menjadi bagian dari kelompok dimana dia

    berada dengan kesamaan emosi serta pemahaman atas suatu nilai yang

    ada di dalam dirinya (Tafjel 1979). Identitas sosial akan

    mendefinisikan seorang individu tentang siapa dirinya, yang di

    dalamnya mencakup atribut pribadi dan atributnya dengan orang lain.

    Sementara menurut Hogg dan Vaughan (2002), menjelaskan

    bahwa identitas sosial merupakan konsep diri seorang individu yang

    didapatkan melalui perspektif keanggotaannya di dalam kelompok

    sosialnya. Sosial identity merupakan gagasan dari Henri Tafjel pada

    tahun 1957 sebagai usaha dalam mendefinisikan prasangka,

    diskriminasi, perubahan sosial dan perselisihan antar kelompok.

    Menurut Tafjel (1972), social identity (identitas sosial) merupakan

    bagian dari konsep diri seorang individu yang berasal dari pengetahuan

    mereka atas keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan

    dengan proses pemahaman akan nilai dan emosional dari keanggotaan

    tersebut. Identitas sosial berhubungan dengan keterkaitan, kepedulian

    atau rasa perhatian dan juga kebanggaan dari keanggotaan dalam suatu

    kelompok tertentu.

    Hogg dan Abraham (1990) mendefinisikan identitas sosial

    menjadi rasa keterlibatan, kepedulian,dan kebanggaan yang diperoleh

    dari pengetahuan seorang individu dalam berbagai kategori sosial

  • 35

    dengan anggota yang lain, bahkan tanpa butuh hubungan secara

    personal untuk mengetahui atau mempunyai berbagai minat. Identitas

    sosial dijelaskan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri

    merupakan segala sesuatu yang bisa disebutkan mengenai seorang

    individu tentang dirinya, bukan mengenai tubuh atau fisiknya sendiri,

    tetapi tentang anak-istri, rumah, pekerjaan, nenek moyang, teman-

    temannya, miliknya uangnya dan lain sebagainya.

    Identitas sosial memiliki konsep penting yang saling

    berhubungan, yakni kategori sosial. Turner (dalam Tafjel 1982) dan

    Ellemers, dkk., (2002) menjelaskan kategori sosial sebagai pembagian

    individu berdasakan kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama. Kategori

    sosial berhubungan dengan kelompok sosial yang memiliki makna

    sebagai dua orang atau lebih yang menganggap diri mereka sebagai

    bagian dari satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat

    yang sama menjadi anggota dari berbagai kategori dan kelompok

    sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategori merupakan suatu proses

    yang melibatkan kognisi atau berdasarkan pengetahuan yang empiris

    atau nyata sebagai pengelompokan objek-objek dan kejadian ke dalam

    kategori-kategori tertentu yang memiliki makna (Turner dan Giles,

    1985; Branscombe dkk., 1993).

    Individu-individu secara umum dalam dunia sosial mereka,

    terbagi menjadi dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita

    adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Dari pemaparan

    tersebut beberapa tokoh tentang penjelasan atau definisi dari identitas

  • 36

    sosial, maka dapat disimpulkan bahwa, identitaas sosial merupakan

    bagian dari konsep diri seorang individu yang bermula dari

    pengetahuan atas keanggotaannya, yang di dalamnya terdapat nilai-

    nilai, emosi, tingkat keterkaitan, kepedulian dan kebanggaan atas

    keanggotaannya di dalam kelompok sosialnya tersebut (Baron &

    Byrne, 2003 : 228-229).

    3) Kharakteristik Masyarakat Desa

    Poerwodarminto(1972) dalam (Rahardjo, 2004 : 35)

    menyebutkan bahwa tata kehidupan “ruralisme” masih berlaku kental

    pada masyarakat perdesaan, walaupun diakui bahwa ada

    kecenderungan pergeseran ke arah “urbanisme”. Ruralisme adalah tata

    hidup masyarakat di perdesaan (rural areas) yang pada dasarnya

    merupakan tata hidup agraris, yang berpegangan kuat pada adat yang

    diturunkan dari generasi kepada generasi berikutnya tanpa perubahan.

    Di dalam “ruralisme” terdapat unsur-unsur kekeluargaan, gotong

    royong dan sikap pada kekuatan-kekuatan alam di sekitarnya. Selain

    itu adat dan agama merupakan suatu sumber inovasi bagi kehidupan

    masyarakat yang mampu menjaga dan melestarikan solidaritas sosial

    yang kuat.

    Secara umum, dalam kehidupan masyarakat di perdesaan dapat

    dilihat dari beberapa karakteristik yang mereka miliki. Sejumlah

    sosiolog lebih mengacu pada konsep-konsep dari Ferdinand Tonnies

  • 37

    (Gemeischaft-Gesselschaft), Charles H. Cooley (Primary and

    Secondary Group), dan Emille Durkheim (Solidaritas Mekanik dan

    Organik). Gambaran yang dikemukakan oleh Roucek dan Warren

    (1962) dalam (Rahardjo, 2004 : 39-40), menurut mereka karakteristik

    masyarakat desa diantaranya :

    1) Besarnya peranan kelompok primer,

    2) Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan

    kelompok atau asosiasi,

    3) Hubungan lebih bersifat intiem atau awet,

    4) Homogen,

    5) Mobilitas sosial rendah,

    6) Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unti ekonomi,

    7) Populasi anak dalam proporsi tinggi.

    C. Landasan Teori

    1) Teori Identitas Sosial (Henri Tajfel dan John Turner)

    Manusia merupakan spesies yang terikat dalam kelompok.

    Warisan sejarah mempersiapkan kita untuk memberi makan dan

    melindungi diri kita, untuk dapat hidup dalam kelompok. Manusia

    berbahagia atas kelompok mereka, membunuh untuk kelompok

    mereka, mati untuk kelompok mereka. Tidak mengejutkan kita juga

    mendefinisikan diri kita dengan kelompok kita. Konsep diri, kesadaran

  • 38

    mengenai siapa diri kita, tidak hanya terdiri atas suatu identitas

    personal (kesadaran tentang atribut dan sikap personal kita), tetapi

    juga mengandung suatu identitas sosial (social identity).

    Teori identitas sosial menurut Turner dan Tafjel, berdasarkan

    observasi sebagai berikut :

    1) Mengategorisasi : kita perlu menempatkan diri kita ke dalam

    beberapa kategori, untuk memberikan label kepada seseorang.

    2) Mengidentifikasi : kita mengasosiasikan diri kita dengan kelompok

    lain (kelompok dalam “ingroup” kita) dan mendapatkan harga diri

    atas perilaku ini.

    3) Membandingkan : kita membandingkan kelompok kita dengan

    kelompok lain (kelompok luar “outgroup”) dengan suatu bias

    tertentu terhadap kelompok kita.

    Kita mengevaluasi diri kita sebagian melalui keanggotaan

    kelompok yang kita miliki. Memiliki suatu perasaan “ke kita”

    memperkuat konsep diri kita. Kebanggaan dalam kelompok menjadi

    salah satu hal terpenting selain kehormatan bagi individu. (Myers,

    2012 : 30-31).

    Identitas sosial akan membedakan individu dengan individu

    lain berdasarkan kelompoknya dimana dia hidup atau tinggal selama

    hidupnya. Individu akan membentuk identitas diri atau personal dan

    identitas sosial dalam hidupnya. Identitas sosial berbeda dengan

    identitas diri atau personal. Perbedaan pada identitas sosial dengan

  • 39

    identitas diri atau personal terletak pada proses terbentuknya kedua

    identitas tersebut (Afif, 2014 : 14).

    Identitas diri atau personal terbentuk melalui interaksi sosial

    antar individu dengan individu yang lain, dimana individu akan lebih

    cenderung menonjolkan ciri-ciri dari diri mereka, sifat dan

    kepentingan diri mereka. Individu akan terlihat identitas diri atau

    personal mereka ketika individu tersebut memperlihatkan karakteristik

    dirinya, kemampuan diri dan keinginan atau ketertarikan dirinya

    terhadap individu lainnya. Identitas diri atau personal akan

    membedakan individu dengan individu lainnya berdasarkan pada

    keunikan masing-masing bukan pada keunikan yang didapat dari

    keanggotaan mereka dalam kelompok mereka. Sedangkan identitas

    sosial lebih menekankan pada individu akan lebih mengutamakan

    kepentingan kelompoknya daripada kepentingan individu. Individu

    juga cenderung akan membanding-bandingkan kelompoknya dengan

    kelompok lain yang menganggap bahwa kelompoknya lebih baik

    daripada kelompok lain (Afif, 2014 : 15).

    Teori identitas sosial yakni suatu teori yang menganalisis

    tentang proses pembentukan konsep diri dalam konteks keanggotaan

    yang sedang berlaku di dalam kelompok dan relasi-relasi atau

    interaksi-interaksi yang terjadi antar kelompok. Proses dalam

    pembentukan identitas sosial ditetapkan melalui seperangkat nilai, tata

    aturan, atau pola perilaku yang dilestarikan, serta tersalurkan secara

    bersama-sama di dalam sebuah kelompok. Sehingga dapat ditarik

  • 40

    kesimpulan bahwa identitas sosial menjadi bagian dari konsep diri

    individu yang berasal melalui pengetahuan yang diperolehnya selama

    berada di dalam kelompok dengan cara internalisasi nilai-nilai, ikut

    terlibat, serta melestarikan rasa perhatian dan bangga atau loyalitas

    kepada kelompok sosialnya (Afif, 2014 : 2).

    Teori identitas sosial menjelaskan bahwa seorang individu

    menjadi bagian dari suatu kelompok disadari ataupun tidak disadari,

    sehingga individu tidak dapat dianggap sebagai individu secara absolut

    di dalam kehidupannya. Konsep dari identitas sosial yakni bagaimana

    seseorang individu tersebut dapat dijelaskan secara sosial (Verkuyten,

    2005 : 44).

    Identitas sosial berupaya untuk menjelaskan dan mengenalkan

    pemilihan dalam penentuan. Terdapat tiga unsur dasar pada manusia

    dalam pemilihan dan penentuan suatu identitas. Pertama, unsur struktur

    sosial. Di dalam kehidupan sosial, pasti terdapat pengelompokan sosial

    atas orang ke dalam suatu kategori atau kelompok. Kategori sosial

    merupakan suatu dasar bagi seseorang dalam proses penentuan

    identitas dan relasi dengan antar kelompok. Seseorang dapat

    dikelompokkan ke dalam kategori jenis kelamin, umur, etnis, ras dan

    budaya.

    Yang kedua adalah komponen budaya, atau tingkah laku dan

    konsekuensi normatif yang diperoleh. Komponen budaya merupakan

    penggolongan seseorang dalam pelaksanaannya yang telah dilakukan

  • 41

    secara terus-menerus. Kategorisasi sosial belum mampu menjelaskan

    seseorang kepada identitas sosial. unsur kedua ini diperlukan sebagai

    cara untuk melihat bagaimana seseorang itu bertindak, apakah memang

    tindakan yang dilakukannya sesuai dengan norma yang ada pada

    kelompoknya. Selain itu, tingkah laku dari seseorang tersebut akan

    mencerminkan dari kelompok mana dia berasal.

    Lalu ketiga adalah definisi ontologis. Label dari kategori sosial

    itu kuat bukan hanya berasal dari tingkah lakunya, tetapi juga berasal

    dari cara anggota dari suatu kategori (bisa kelompok, etnik, dll) itu

    melihat. Komponen ketiga ini, definisi ontologi, menjelaskan

    seseorang melalui nilai natural seseorang tersebut digolongkan atau

    diklasifikasikan. Unsur ketiga ini berawal dari gagasan yang sangat

    mendasar bahwa memang itulah orang itu, orang tersebut tidak dapat

    mengelak karena identitas ini benar-benar mencerminkan dirinya,

    menjelaskan bagaimana seseorang tersebut (Verkuyten, 2005 : 45-47).