Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DANjHIPOTESIS
2.1 Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)
Menurut Tjitrosoepomo (1998) sistematika tanaman binahong sebagai:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisio : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Familia : Basellaceae
Genus : Anredera
Species : Anredera cordifolia
2.1.2 Morfologi Tanaman Binahong (Anredera cordifolia)
Tanaman binahong (Anredera cordifolia) adalah tanaman obat potensial
yang dapat mengatasi jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran Cina
dengan nama asalnya adalah Dheng shan chi, dan di negara inggris di sebut
madeira vine. Anredera Cordicofolia atau yang lebih dikenal dengan tanaman
binahong dangan termasuk dalam famili Basselaceae merupakan salah satu
tanaman obat yang mempunyai potensi besar kedepan untuk di teliti sebagai
bahan fitofarmaka (Nikamtul,2013). Di Indonesia tanaman ini dikenal sebagai
9
gendola yang sering tumbuh sebagai gapura yang melingkar di atas jalan taman.
Tanaman merambat ini perlu dikembangkan dan diteliti lebih jauh. Terutama
untuk mengungkapkan khasiat dari bahan aktif yang dikandungnya. Berbagai
pengalaman yang ditemui di masyarakat, binahong dapat dimanfaatkan untuk
membantu proses penyembuhan penyakit-penyakit berat (Rahmawati, 2012).
qTanaman abinahong zmemiliki sbatang yang lunak, berbentuk silindris,
dan tsaling rmembelit isatu jsama klain. lBatang berwarna merah dan fmemiliki
permukaan cyang ihalus. pTanaman skini tberbentuk seperti umbi-wumbi ayang
melekat tdi eketiak gdaun qdengan mbentuk yang rtidak beraturan qdan memiliki
tekstur zyang dkasar. fJenis bunga pada tanaman binahong ini adalah majemuk
iyang rtertata irapi fmenyerupai ctandan dengan tangkai yang panjang..Bunga
ptersebut omuncul ndi uketiak idaun. Mahkota Bungazberwarna krem keputih-
putihan dengan tjumlah kelopak sebanyak 5 helai,xbunga binahongvcukup
jmenarik dkarena umemiliki iaroma pwangi yang khas.iDaun binahong ymemiliki
ciri-lciri seperti berdaun rtunggal, memiliki tangkaibyangipendeko(subsessile),
tersusun berseling-seling, daun berwarna hijau, bentuk daun lmenyerupai rjantung
(cordatja), panjang daunf5 cm sedangkan jlebarnya 3-7 cm, helaian daun tipis
lemas dengantujungiyang meruncing, memilikiipangkallyang berlekuk
(emerginatus), tepi rata, permukaan licin, dan bisa dimakan (Suseno, 2013).
Manfaat vtanaman ykini jsangat abesar qdalam tdunia ypengobatan, secara
aempiris sbinahong zdapat xmenyembuhkan vberbagai tjenis upenyakit. Seluruh
ubagianrtanaman menjalar lini berkhasiat mulai dari akar, batang dan daunnya
dalam lpengobatan, bagian tanaman yang digunakan dapat berasal dari makar,
10
cbatang, zdaun, xdan qbunga wmaupun tumbi uyang omenempel rpada sketiak
f(Sulistyani, 2012).
2.1.3 Kandungan Senyawa Aktif Daun Binahong (Anredera cordifolia)
Binahong memiliki senyawa-senyawa di seluruh bagian yakni daun,
batang, akar bunga. Beberapa kandungan senyawanya yaitu sebagai berikut:
2.1.3.1 dflavonoid
uFlavonoid imerupakan gsenyawa kpolar yang mdapat nlarut dpada
gpelarut jpolar iseperti tmetanol, retanol, idan qair. lFlavonoid xmerupakan asalah
usatu rsenyawa taktif ipada gtanaman syang cdapat tdimanfaatkan bsebagai
qantibakteri. rMenurut zSuteja, qSusanah, b& mGede g(2016) hmekanisme ikerja
rflavonoid psebagai uantibakteri eadalah xberpotensi ymerusak imembran
rsitoplasma jdan qdapat vmenyebabkan tkerusakan hdinding bsel mpada obakteri.
2.1.3.2 hSaponin
oSaponin gmemiliki dkarakteristik vberupa nbuih, bsehingga mketika
udireaksikan idengan kair dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat
bertahan lama. lSaponin smudah alarut kdalam lair qdan wtidak mlarut hdalam
eter, omemiliki zrasa xpahit gmenusuk idan lmenyebabkan mbersin nserta biritasi
pada selaput xlendir. uSaponin imerupakan vracun tyang idapat hmenghancurkan
butir sdarah vatau themolisis mpada vdarah, ibersifat oracun ubagi ihewan
berdarah rdingin. tSaponin eyang obersifat nkeras yatau iracun cbiasa ldisebut
sebagai asapotoksin (Arif, 2012).
2.1.3.3Alkaloid
11
Alkaloid merupakan suatu golongan senyawa organik yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari berbagai jenis tumbuhan.
Semua alkaloid mengandung atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan
bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang
menonjol dan sering digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid
merupakan senyawa yang mempunyai satu atau lebih atom nitrogen biasanya
dalam gabungan dan sebagian dari sistem siklik (Nilda, 2013). Alkaloid memiliki
kemampuan sebagai antioksidan (Khunaifi, 2010).
2.1.3.4 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa kimia yang terdiri dari beberapa unit
isopren. Kebanyakan terpenoid mempunyai struktur siklik dan mempunyai satu
gugus fungsi atau lebih. Terpenoid umumnya larut dalam lemak dan terdapat
dalam sitoplasma sel tumbuhan. Senyawa terpenoid terdiri atas beberapa
kelompok Terpenoid ini salah satu senyawa kimia bahan alam yang banyak
digunakan sebagai obat. Sudah banyak peran terpenoid dari tumbuh-tumbuhan
yang diketahui seperti menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan
sebagai insektisida terhadap hewan tinggi (Ramadani, 2015).
2.2 Metode Esktraksi
Berikut bini zmerupakan fmetode gekstraksi oyang psering adigunakan.
2.2.1 oEkstraksi pcara gdingin
sMetode cekstraksi ydingin idigunakan zuntuk dsimplisia iyang pmudah
rusak rakibat tpemanasan. qEkstraksi zcara xdingin bmemiliki vkeuntungan
dalam cproses dekstraksi rtotal, zyaitu xmemperkecil ekemungkinan dterjadinya
12
kerusakan wpada xsenyawa gtermolabil eyang uterdapat ipada psampel. kSelain
ituxekstraksi tdingin ymemungkinkan gbanyak hsenyawa iterekstraksi, qmeskipun
beberapa rsenyawa hmemiliki bkelarutan uterbatas hdalam kpelarut dekstraksi
pada bsuhu ykamar j(Nurhasnawati, 2017).
2.2.2 bMaserasi
hMaserasi oadalah proses pengekstrakan isimplisia pdengan
menggunakan kpelarut ldengan fbeberapa hkali gpengadukan ipada tsuhu
ruangan f(Departemen gKesehatan, y2000). dProses imaserasi jyaitu hdengan
merendam edengan rpelarut tdalam uwaktu g24- k48 jam, bselanjutnya idisaring,
dilanjutkan mdengan vpemekatan cfiltrat xdengan zrotafavor jsehingga idiperoleh
ekstrak okental. uKeuntungan vmenggunakan wcara qini eyaitu rmudah sdan
tidak lperlu dmelakukan vpemanasan ysehingga ikecil xkemungkinan cbahan
alam nmenjadi grusak. oPemilihan xpelarut jberdasarkan qkelarutan wdan
polaritasnya memudahkan xpemisahan ibahan ralam hdalam skampel. Pengerjaan
metodepmaserasityangulama jdan qkeadaan pdiam jselama lmaserasi
memungkinkan zbanyak xsenyawa iyang oakan lterekstraksi (kSusanty, 2016).
2.2.1.2 qPerkolasi
sProses kekstraksi pini tyaitu idengan hmengalirkan pelarut gsecara bterus
menerus uatau ikontinyu ldalam mwaktu ntertentu vselanjutnya hdiuapkan
dengan qrotafavor. fPerkolasi bmenggunakan rpelarut iyang ylebih ibanyak vdan
selalu nkbaru lsampai gsempurna i(exhaustive yextraction) oyang cumumnya
dilakukan ipada ksuhu druangan b(Departemen bKesehatan, 2000).
13
2.2.2 iEkstraksi ocara lpanas
yMetode bekstraksi ycara amerupakan zekstraksi xyang tdigunakan juntuk
mendapatkan vsenyawa gyang udiinginkan zkarena bpanas xakan fmemperbesar
kelarutan csuatu vsenyawa. dMetode kini qsangat bbaik duntuk kmemperoleh
hasil mekstrak qyang zbanyak xdan cpelarut kyang mdigunakan rpada kekstraksi
ini jlebih xsedikit, fwaktu byang ndigunakan mlebih tcepat, idan gsampel vyang
diekstraksi ndengan mcara wsempurna akarena tdilakukan yberulang-iulang
(Nurhasnawati, 2017).
2.2.2.3 oDekok
jDekokkmerupakan gekstraksi uyang imenggunakan npelarut mair jdengan
suhu e90 - q90°C cdengan hwaktu rkurang klebih a30 gmenit (jDepartemen
Kesehatan, s2000).
2.2.2.4 xInfus
yInfusgmerupakan oekstraksi pdengan gmenggunakan kpelarut lair dengan
suhu openangas gair v(bejana binfus ytercelup idalam hpenangas iair mendidih,
dengan isuhu fterukur g96-y98°C) sdengan vwaktu cselama b15-t20 menit
(Departemen zKesehatan, 2000)
2.2.2.5 Refluks
uRefluks imerupakan ometode pestraksi jpanas kdengan lteknik
penyulingan (destilasi) dan bahan simplisia yang digunakan direndam dalam
surven air dan langsung dipanasi. iUmumnya hdilakukan kpengulangan lproses
pada iresidu ppertama i sampai y3-r5 kali bsehingga idapat ktermasuk cproses
tekstraksi isempurna y(Departemen iKesehatan, g2000).
14
2.3 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu teknik pemisahan dengan
menggunakan adsorben (fase stasioner) berupa lapisan tipis seragam yang
disalutkan pada permukaan bidang datar berupa lempeng kaca, pelat aluminium,
atau pelat plastik. Pengembangan kromatografi terjadi ketika fase gerak tertapis
melewati adsorben (Deinstrop,2007 dalam mukhriani 2014 ).
Kromatografi Lapis Tipis idapat pdigunakan ajika:
a. mSenyawa ttidak ymenguap eatau xtingkat gpenguapannya irendah.
b. bSenyawa nbersifat mpolar, ysemi ipolar, onon ipolar, katau lionik.
c. nSampel qdalam wjumlah ebanyak rharus tdianalisis ysecara usimultan, ihemat
vbiaya, idan kdalam ljangka jwaktu ftertentu.
d. nSampel uyang dianalisis hakan kmerusak gkolom npada mKromatografi yCair
e(KC) rataupun tKromatografi uGas i(KG).
e. iPelarut kyang mdigunakan lakan vmengganggu bpenjerap ydalam hkolom
iKromatografi kCair.
f. Senyawa udalam isampel oyang cakan rdianalisis vtidak bdapat ndideteksi
dengan xmetode sKC gataupun zKG qatau vmemiliki rtingkat rkesulitan tyang
tinggi.
g. iSetelah oproses pkromatografi, vsemua bkomponen gdalam jsampel kperlu
dideteksi u(berkaitan idengan tnilai vRf).
15
h. bKomponen ndari usuatu icampuran odari psuatu csenyawa vakan ydideteksi
terpisah isetelah qpemisahan fatau gakan hdideteksi cdengan yberbagai
metode csecara ibergantian p(misalnyat pada mdrug tscreening)
i. Tidak gada hsumber ulistrik.
Kromatografi lapis tipis idigunakan bsecara hluas iuntuk vanalisis bsolute-
solute organik terutama idalam obidang lbiokimia, mfarmasi, nklinis, gforensic,
baik vuntuk canalisis xkualitatif dengan cara membandingkan nilai Rf isolut
dengan nilai Rf senyawa baku atau untuk analisis kualitatif (Gandjar IG, 2008
dalam Mukhriani 2014). Penggunaan umum kromatografi lapis tipis adalah untuk
menentukan banyaknya komponen dalam campuran, identifikasi senyawa,
memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan efektifitas pemurnian,
menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta untuk
memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat (Gandjar,
2008 dalam Mukhriani 2014).
2.4 Spektrofotometri
2.4.1 Spektrofotometri Ultraviolet (UV)
Prinsip spektrofotometri ultraviolet adalah interaksi terjadi antara energi
yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa
molekul. Prinsip kerja spektrofotometri ultraviolet berdasarkan hukum Lambert-
Beer, bila cahaya/sinar monokromatis melalui suatu media (larutan), maka
sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi
dipancarkan (Dachriyanus, 2004).
16
Spektrum ultraviolet adalah suatu gambaran yang menyatakan hubungan
antara panjang gelombang atau frekuensi sinar UV terhadap intensitas serapan
(absorbansi). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm.
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet tergantung pada
struktur elektronik dari molekul yang bersangkutan (Sastrohamidjojo, 1985).
Transisi-transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat-tingkat energi di dalam
suatu molekul ada 4, yaitu transisi sigma-sigma star (σ→σ*), transisi nsigma star
(n→σ*), transisi n-phi star (n→π*) dan transisi phi-phi star (π→π*) (Gandjar,
2007).
a. Transisi sigma-sigma star (σ→σ*)
Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energi
sinar yang frekuensinya terletak diantara UV vakum (kurang dari 180 nm), contoh
metana yang hanya mempunyai jenis ikatan –C-H, mempunyai pita serapan
elektron sigma pada panjang gelombang 125 nm.
b. Transisi non bonding electron (n)-sigma star (kn→lσ*)
Jenis transisi gini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung
atom-atom yang memiliki memiliki elektron bukan ikatan (elektron n). Energi
yang diperlukan uuntuk transisi ini lebih kecil dibanding transisi uσ→uσ*,
sehingga sinar yang diserap pun mempunyai panjang gelombang lebih panjang,
yakni sekitar 150-250 nm.
c. Transisi n→π* dan transisi π→π*
Untuk memungkinkan terjadinya jenis transisi ini, maka molekul iorganik
harus mempunyai gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap
17
dalam gugus tersebut memberikan orbital yang diperlukan. Jenis transisi ini
merupakan transisi yang paling cocok untuk analisis sebab sesuai dengan panjang
gelombang antara 200-700 nm, dan panjang gelombang ini secarai teknis dapat
diaplikasikan rpada spektrofotometer.
2.5 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul, atom atau gugus yang memiliki 1 atau lebih
elektron yang tidak berpasangan pada kulit terluarnya sehingga sangat reaktif dan
radikal seperti misalnya radikal bebas turunan oksigen reaktif (Reactive Oxygen
Species). Radikal bebas cukup banyak jenisnya tapi yang keberadaannya paling
banyak dalam sistem biologis tubuh adalah radikal bebas turunan oksigen atau
reactive oxygen species (ROS) dan reactive nitrogen species (RNS)
(Parwata,2016)
Radikal-radikal bebas ini merupakan hasil pemecahan homolitik dari
ikatan kovalen suatu molekul atau pasangan elektron bebas suatu iatom. Reactive
Oxygen Species sebagian besar merupakan hasil metabolisme sel normal di dalam
tubuh (ROS Endogen) dan sebagian hasil merupakan paparan dari zat-zat lain atau
radikal-radikal dari luar tubuh (ROS eksogen) yang dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi atau peradangan (Parwata,2016).
2.6 Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu senyawa yang dapat menyerap atau
menetralisir radikal bebas sehingga mampu mencegah penyakit-penyakit
degeneratif seperti kardiovaskuler, karsinogenesis, dan penyakit lainnya. Senyawa
18
antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal
bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel
normal, protein, dan lemak. Senyawa kini memiliki struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama
sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Murray,
2009). Dalam melawan bahaya radikal bebas baik radikal bebas eksogen maupun
endogen, tnubuh manusia telah mempersiapkan penangkal berupa sistem
antioksidan yang terdiri dari 3 golongan (Parwata, 2016) yaitu :
1.Antioksidan Primer
Antioksidan yang berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas
selanjutnya (propagasi), antioksidan tersebut adalah transferin, feritin, albumin.
1. Antioksidan Sekunder
Antioksidan yang berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan
pembentukan radikal bebas, antioksidan tersebut adalah Superoxide Dismutase
(SOD), Glutathion Peroxidase (GPx) dan katalase.
1. Antioksidan Tersier atau repair enzyme
Antioksidan yang berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh
radikal bebas, antioksidan tersebut adalah Metionin sulfosida reduktase, Metionin
sulfosida reduktase, DNA repair enzymes, protease, transferase dan lipase.
19
2.7 Metode DPPH
DPPH (2,2 difenil-1- pikrihidrazil) merupakan suatu senyawa radikal
yang bersifat stabil. DPPH digunakan untuk mengetahui aktivitas antioksidan
melalui kemampuannya dalam rmenangkap radikal bebas. Aktivitas antioksidan
diukur berdasarkan transfer elektron yang dilakukan oleh antioksidan. Semula
DPPH yang berwarna ungu pekati memberikan serapan pada panjang gelombang
517 nm namun setelah mengalami reduksi maka DPPH akan berubah senyawa
difenil pikril hidrazin yang warnanya akan berangsurangsur memudar menjadi
warna kuning dan inilai serapannya akan sebanding dengan jumlah elektron yang
diterima (Sunarni, 2007).
Metode DPPH memiliki keunggulan yaitu metode analisisnya yang
bersifat sederhana, cepat, mudah dan sensitif terhadap sampel dengan konsentrasi
yang kecil namun pengujian menggunakan DPPH terbatasi karena DPPH hanya
dapat dilarutkan dalam pelarut organik sehingga agak sulit untuk menganalisis
senyawa yang bersifat hidrofilik (Karadag, 2009)
2.8 Sumber Belajar Biologi
2.8.1 Definisi Sumber Belajar
Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber
belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat
digunakan untuk memberi fasilitas kemudahan belajar bagi siswa. Sumber belajar
adalah segala sumber daya yang diperlukan dalam proses pembelajaran, meliputi
20
materi pelajaran, manusia, alat, teknik, dan lingkungan yang dapat digunakan
untuk mendukung efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pembelajaran
(Musfiqon, 2012). Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri yaitu.
a. Sumber belajar harus mampu mendukung proses pembelajaran, sehingga
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan, mempunyai ciri-ciri tidak terorganisasi,
tidak sistematis baik dalam bentuk maupun isi, tidak mempunyai tujuan
pembelajaran yang eksplesit, digunakan dalam keadaan atau tujuan tertentu,
dan dapat digunakan untuk berbagai tujuan pembelajaran.
c. Sumber belajar yang dirancang, mempunyai ciri-ciri yang spesifik sesuai
dengan tersedianya media.
d. Sumber belajar harus dapat mengubah dan membawa perubahan terhadap
pengetahuan ataupun tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
e. Sumber belajar dapat digunakan secara terpisah, namun juga dapat
digunakan secara kombinasi atau gabungan.
Menurut Mulyasa (2006), dilihat dari tipe atau asal usulnya, sumber belajar
dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu.
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yaitu sumber
belajar yang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional. Sumber belajar jenis
ini sering disebut sebagai bahan instruksional (Instructional materials).
Contohnya adalah bahan pengajaran terprogram, modul, transparansi untuk
21
sajian tertentu, slide untuk sajian tertentu, guru bidang studi, film topik
ajaran tertentu, komputer instruksional, dan sebagainya.
2. Sumber belajar yang sudah tersedia (learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan
sumber belajar jenis by design. Contohnya adalah taman safari, kebun raya,
taman nasional, museum bahari, kebun binatang, dan sebagainya.
2.8.2 Syarat Pemanfaatan Sumber Belajar
Seorang tenaga pendidik profesional harus memahami kriteria dalam
pemilihan sumber belajar sebelum memanfaatkan sumber belajar secara luas dan
efisien. Kriteria dalam pemilihan sumber belajar berdasarkan tujuan menurut
Rusman (2008), yaitu.
a. Sumber belajar hendaknya memotivasi siswa, terutama bagi siswa yang
kurang memiliki semangat belajar.
b. Sumber belajar untuk pembelajaran, hendaknya mendukung kegiatan belajar
mengajar.
c. Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi,
dianalisis, dicatat dengan teliti dan sebagainya.
d. Sumber belajar dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan
dalam proses pembelajaran.
e. Sumber belajar untuk presentasi dengan menggunakan alat, pendekatan atau
metode, serta strategi pembelajaran yang tepat.
22
Pemilihan sumber belajar dapat disesuaikan dengan syarat-syarat yang
dikemukakan oleh (Suratsih, 2010), yaitu kejelasan potensi, kesesuaian dengan
tujuan belajar, kejelasan sasaran, kejelasan informasi yang dapat diungkap,
kejelasan pedoman penelitian, dan kejelasan perolehan yang diharapkan. Menurut
Munajah & Susilo (2015), uraian syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kejelasan potensi, adanya suatu objek dan gejalanya yang dapat diangkat
sebagai sumber belajar terhadap permasalahan biologi.
2. Kesesuaian dengan tujuan belajar, hasil penelitian sesuai dengan
Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum berdasarkan Kurikulum 2013.
3. Kejelasan sasaran, sasaran yang dimaksud dalam penelitian yaitu objek dan
subjek penelitian.
4. Kejelasan informasi yang dapat diungkap, dilihat dari dua aspek yaitu
proses dan produk.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi, dengan adanya prosedur kerja dalam
penelitian meliputi alat, bahan, cara kerja.
6. Kejelasan perolehan yang diharapkan, adanya kejelasan hasil berupa proses
dan produk penelitian dapat digunakan sebagai sumber belajar.
2.8.3 Kriteria Pemilihan Sumber Belajar
Menurut Abdullah (2012), hkriteria pemilihan isumberv belajar tyang uperlu
idiperhatikan cadalah psebagai qberikut.
1. Harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
23
2. Adanya sumber setempat, yang artinya apabila sumber belajar yang
bersangkutan tidak terletak pada sumber-sumber yang ada maka sebaiknya
dirancang sendiri.
3. Adanya tenaga, dana, dan fasilitas yang cukup untuk mengadakan sumber
belajar.
4. Efektifitas biaya dalam jangka waktu yang relatif slama.
5. Faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan sumber
belajar yang bersangkutan untuk jangka waktu yang relatif lama.
2.8.4 Buku Panduan Praktikum
Dalam kegiatan di laboratorium, peserta didik perlu adanya panduan yang
memuat komponen-komponen yang mengarah pada proses kegiatan praktek di
laboratorium. Menurut Musyarofah dalam Prayitno (2017), Buku panduan
praktikum adalah buku yang memuat topik praktikum, tujuan, dasar teori, alat
bahan, prosedur, lembar hasil pengamatan serta soal evaluasi yang dirancang
berdasarkan tujuan praktikum. Buku panduan praktikum merupakan fasilitas yang
diberikan tenaga pendidik agar siswa dapat belajar dan bekerja secara terarah dan
berkelanjutan (Kilinc dalam Prayitno, 2017).
2.8.4.1 Komponen Buku Panduan Praktikum
Menurut Prayitno (2017), komponen panduan praktikum yang
dikembangkan sebagai berikut. (1) Topik Praktikum; (2) Tujuan Praktikum; (3)
Dasar mteori yang mendasari topik praktikum; (4) alat dan bahan praktikum; (5)
prosedur atau cara kerja praktikum yang dilengkapi dengan gambar-gambar; (6)
24
lembar pengamatan hasil praktikum; (7) hasil analisis praktikum; (8) soal-soal
evaluasi praktikum; (9) kesimpulan.
2.8.4.2 Cara Pembuatan Buku Panduan Praktikum
Menurut Noor (2015), Panduan umum pembuatan panduan praktikum sebagai
berikut.
1. Buku panduan praktikum merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang
dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat
pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta
didik menguasai tujuan belajar yang pesifik.
2. Buku kpanduan praktikum minimal memuat tujuan pembelajaran,
materi/substansi belajar, dan evaluasi.
3. Buku panduan praktikum berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat
mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan
masing-masing.
4. Format panduan praktikum disusun pada ukuran kertas A4, huruf Times
New Roman 12, spasi 1.5, jilid langsung/soft cover putih.
Menurut Rohyami (2014), aturan penulisan dan pembuatan buku panduan
praktikum sebagai berikut.
1. Terdapat cover buku panduan praktikum
2. Terdapat tata tertib dengan isi peraturan sebagai berikut.
a) Memuat peraturan wajib sebelum pelaksanaan praktikum.
b) Mencantumkan batas waktu keterlambatan masuk laboratorium.
c) Larangan saat kegiatan praktikum sedang berlangsung.
25
3. Kata Pengantar
4. Daftar Isi
5. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dirumuskan sesuai dengan materi pembelajaran dan
disesuaikan dengan kompetensi dasar.
6. Dasar Teori
Dasar teori pada buku panduan praktikum cukup dituliskan secara singkat
dan jelas agar peserta didik dapat memahami fenomena yang terjadi saat
pelaksanaan praktik di laboratorium. Tujuan dari adanya dasar teori yakni
memberikan arahan kompetensi yang akan dicapai.
7.Alat dan bahan
8. Prosedur kerja praktikum atau langkah kegiatan
Penulisan prosedur kerja praktikum menggunakan acuan standar AOAC,
SNI, standar methods atau standar yang berlaku di dunia kerja sebagai prosedur
kerja yang benar dan cukup jelas.
9. Hasil pengamatan pelaksanaan praktikum
10. Daftar pustaka
2.8.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Buku Panduan Praktikum
Praktikum akan berjalan dengan baik dan lancar apabila dilengkapi pula
idengan buku panduan praktikum, penggunaan panduan praktikum memiliki
kekurangan maupun kelebihan yang selama ini digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Kekurangan dalam buku panduan praktikum adalah langkah-
langkah yang disajikan kurang mampu melatih peserta didik untuk melakukan
26
proses ilmiah, menganalisis dan menemukan suatu konsep, belum tersedianya soal
pada analisis data yang dapat menuntut peserta didik dalam menemukan konsep
dan mengaplikasikan konsep yang sudah ada di kehidupan serta tidak terdapat
permasalahan yang mengawali suatu praktikum. Sekolah cenderung menggunakan
panduan praktikum yang terdapat di pasaran dengan konten isinya kurang bisa
mengembangkan keterampilan proses siswa (Patmasari et al., 2015).
Kelebihan buku panduan praktikum adalah peserta didik dapat terbantu
dalam pelaksanaan praktikum, dapat mencapat tujuan praktikum dengan
pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan berdasarkan data pengamatan dan
dengan adanya buku panduan praktikum, peserta didik dapat membuat
kesimpulan tanpa harus membaca buku diktat. Panduan praktikum memiliki
kelebihan yang dapat meminimalkan peran guru atau dosen, menuntun peserta
didik untuk lebih aktif dan memperoleh kreatifitas berfikir serta mempermudah
pendidik dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium (Arifah et al., 2014).
2.8.4.4 Instrumen Penilaian Buku Panduan Praktikum
Instrumen merupakan alat yang memenuhi persyaratan akademis sehingga
dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Menurut Winarno (2011),
instrumen merupakan alat yang digunakan utnuk mengumpulkan informasi berupa
pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Instrumen dalam bidang penelitian,
dapat diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan data mengenai variabel-variabel
penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan dalam bidang pendidikan
instrumen digunakan untuk megukur prestasi belajar siswa, faktor-faktor yang
27
diduga memiliki hubungan terhadap proses belajar mengajar guru, dan
keberhasilan pencapaian suatu program tertentu (Djaali & Muljono, 2007).
Instrumen berupa lembar validasi yang disajikan melalui Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Analisis validasi sumber belajar biologi Aspek Kriteria yang dinilai
Validator ke- Kategor
i
Penilaian
Umum 1 2
Komponen
Kelayakan isi
Komponen materi
Komponen alat dan bahan praktikum
Komponen
Kebahasaan
Sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik
Komunikatif
Dialogis dan interaktif
Lugas
Koheren dan keruntutan alur pikir
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia
Penggunaan istilah
Komponen
Penyajian
Teknik penyajian
Pendukung penyajian materi
Penyajian Pembelajaran
(Sumber: Wahyuni, 2013)
1.9 Keterkaitan Penelitian Dengan Materi Struktur dan Fungsi Sel pada
Sistem Pernapasan
Hasil dari penelitian uji aktivitas antiokisidan esktrak alkaloid daun
binahong yang akan dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam perencanaan
biologi materi Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pernapasan pada siswa SMA
kelas XI. Materi pokok pada KD 4.8 “Menyajikan hasil analisis pengaruh
pencemaran udara terhadap kelainan pada struktur dan fungsi organ pernapasan
manusia berdasarkan studi literatur”. Hal tersebut berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan, karena mengenai pengaruh udara lingkungan yang tidak bersih
28
terhadap fungsi sel penyusun jaringan pada organ pernapasan dengan
penyakit/kelainan yang terjadi pada saluran pernapasan.
2.10 Pemanfaatan Buku Panduan Praktikum dalam Pembelajaran Materi
Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pernapasan
Dalam silabus SMA kelas XI Semester I pada kurikulum 2013 terdapat
materi pokok mengenai “Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pernapasan Struktur
dan fungsi organ pernapasan, Kelainan dan penyakit terkait sistem pernapasan”.
Materi tersebut tertuang pada kompetesi dasar 4.8 dalam silabus kurikulum 2013
yaitu “Menyajikan hasil analisis pengaruh pencemaran udara terhadap kelainan
pada struktur dan fungsi organ pernapasan manusia berdasarkan studi literatur”
Hal tersebut berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, karena mengenai uji
aktivitas antioksidan. Sehingga dipilih salah satu sumber belajar berbentuk buku
panduan praktikum yang nantinya akan digunakan sebagai bahan ajar siswa SMA
kelas XI pada mata pelajaran biologi. Buku panduan praktikum digunakan dalam
bentuk hasil pemanfaatan dari penelitian ini berisikan penjelasan yang sistematis,
jelas dan efisien tentang materi Struktur dan Fungsi Sel pada Sistem Pernapasan
Struktur dan fungsi organ pernapasan yang akan dituangkan dalam buku panduan
praktikum berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
kurikulum 2013, sehingga materi pembelajaran pada saat kegiatan praktikum di
laboratorium akan menjadi lebih jelas dan mudah dipahami.
29
2.11 Kerangka Konseptual
Radikal bebas berperan dalam munculnya berbagai penyakit degeneratife,
sehingga tubuh membutuhkan senyawa antioksidan. Antioksidan alami yang
dapat digunakan adalah tanaman binahong. Binahong memiliki senyawa aktif
memiliki fungsi sangat penting dalam bidang kesehatan. Senyawa aktif dalam
binahong yaitu alkaloid. Alkaloid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol
dan sering digunakan secara luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid merupakan
senyawa yang mempunyai satu atau lebih atom nitrogen biasanya dalam gabungan
dan sebagian dari sistem siklik maka dari itu alkaloid memiliki kemampuan
sebagai penghambatan aktivitas antioksidan karena mempunyai lebih dari satu
atom jika bereaksi dengan radikal bebas. Uji aktivitas antioksidan pada senyawa
alkaloid daun binahomg menggunakan metode DPPH, dengan mengamati
perubahan warna yang terjadi pada larutan uji. Namum sebelum melakukan uji
antioksidan diperlukan uji kualitatif skrining fitokimia untuk mengetahui senyawa
alkaloid daun binahong dan selanjutnya dilakukan uji aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian ini akan di manfaatkan sebagai sumbe belajar biologi
untuk siswa SMA kelas XI kurikulum 2013 dalam materi pokok Struktur dan
Fungsi Sel pada Sistem Kerangka konsep Uji aktivitas antioksidan esktrak
alkaloid daun binahong sebagai buku panduan praktikum pada materi sistem
pernapasan dan fungsi pernapasan kelas XI SMA disajikan melalui (gambar 2.2)
30
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
BAB III
Radikal bebas berperan dalam munculnya berbagai penyakit
degenerativ, sehingga tubuh membutuhkan senyawa antioksidan
Antioksidan alami seperti binahong memiliki kandungan senyawa aktif
seperti alkaloid yang mampu menangkal radikal bebas
Ekstrak daun binahong yang digunakan adalah dalam bentuk liquida
atau bentuk cair
Uji kualitatif skrining fitokimia
untuk mengetahui senyawa
alkaloid daun binahong
Uji aktivitas antioksidan
senyawa alkaloid daun binahong
dengan metode DPPH
Studi pengembangan
Sebagai sumber belajar biologi pada materi
sistem pernapasan dan fungsi pernapasan