Upload
dinhthien
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Strategi Peningkatan Kualitas
2.1.1. Pengertian Strategi
Setiap institusi pendidikan memerlukan strategi
untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkannya (Bush dan Coleman, 2008). Hamel dan
Prahalad dalam Rangkuti (2002) menjelaskan bahwa
strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
(senantiasa meningkat) dan terus menerus dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.
Strategi sangat diperlukan guna mencapai suatu
tujuan, dalam hal ini demi kepuasan pelanggan yang
akhirnya berdampak positif juga bagi pemakai strategi
tersebut.
Desseler (2008) mendefinisikan bahwa strategi
adalah rencana jangka panjang organisasi berkenaan
dengan bagaimana organisasi itu menyelaraskan
kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan
ancaman eksternal untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif. Sedangkan Tjokroamidjojo
(2000) mengemukakan pendapat bahwa strategi adalah
suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maximum output) dengan sumber-sumber yang ada
supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan
tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan
8
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Berbeda sedikit dengan pendapat sebelumnya, kedua
ahli tersebut menjelaskan teknis cara mencapai tujuan
dari strategi yang akan diterapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa strategi sedikitnya
menyangkut 3 (tiga) hal, yaitu : (1) cara, (2) sumber, (3)
tujuan. Dapat dikatakan bahwa strategi ialah cara yang
dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang
ada guna mencapai tujuan yang lebih baik dari semula.
Strategi memerlukan pemikiran yang matang sebelum
dilaksanakan agar menghasilkan sesuatu dengan
maksimal.
Agar strategi perusahaan atau organisasi dapat
disusun secara efektif, maka diperlukan adanya
informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi
perusahaan atau organisasi tersebut. Salah satu
metode untuk mengetahui kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi
adalah analisis SWOT. Menurut Griffin (2004:228),
analisis SWOT adalah evaluasi atas kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknes) internal suatu
organisasi yang dilakukan secara berhati-hati, dan juga
evaluasi atas peluang (opportunities) dan ancaman
(threats) dari lingkungan. Dalam analisis SWOT, stategi
terbaik untuk mencapai misi suatu organisasi adalah
dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan
suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2)
9
menetralisasikan ancamannya, dan (3) menghindari
atau memperbaiki kelemahannya.
2.1.2. Pengertian Kualitas
David Hoyle mendefinisikan kualitas sebagai
berikut:
“The word quality has many meanings, : e.g A degree of excellence, Conformance with requirements, The totality of characteristics of an entity that bear on its ability to satisfy stated or implied needs, Fitness for use, Fitness for purpose, Freedom from defects, imperfections or contamination, and Delighting customers.”
Bisa diartikan bahwa :
“Kata kualitas memiliki banyak makna, : misalnya tingkat keunggulan, kesesuaian dengan persyaratan, totalitas
karakteristik sebuah entitas yang menunjang
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat, kesesuaian untuk digunakan,
kesesuaian untuk mencapai tujuan, bebas dari cacat,
ketidaksempurnaan atau kontaminasi, dan memuaskan pelanggan”.
Jika diringkas kualitas menurut Hoyle berkaitan
dengan keunggulan dalam beberapa hal yang
dipersyaratkan yang pada akhirnya dapat memuaskan
pelanggan.
Sedangkan Goetsch dan Davis dalam Tjiptono
(2003:4) menjelaskan bahwa kualitas merupakan
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, sumber daya manusia, proses, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Selain itu, ahli
yang menjelaskan makna dari kualitas seperti Philip B.
Crosby (Suardi, 2003) mengemukakan bahwa kualitas
merupakan kesesuaian terhadap persyaratan. Dalam
10
buku yang sama Edwards Deming menjelaskan bahwa
kualitas merupakan pemecahan masalah untuk
mencapai penyempurnaan terus-menerus.
Menurut beberapa ahli diatas kualitas memiliki
beberapa hal yang sama, antara lain kondisi yang
memenuhi atau melebihi harapan, yang akhirnya
memuaskan pelanggan. Bahkan menurut Deming
kualitas perlu untuk disempurnakan terus-menerus,
hal ini berkaitan dengan semakin tingginya tuntutan
terhadap suatu produk barang maupun jasa yang
kompetitif.
2.1.3. Mengembangkan Budaya Kualitas
Agar kualitas dapat senantiasa dijaga dan
ditingkatkan terus-menerus, diperlukan suasana yang
kondusif serta penciptaan budaya kualitas. Dan agar
tercipta budaya kualitas, diperlukan komitmen dari
seluruh anggota organisasi, dan dalam dunia
pendidikan ialah warga sekolah. Menurut Tjiptono
(2006:90) ada beberapa faktor yang dapat
memperlancar dan sekaligus dapat menghambat
pengembangan jasa yang berkualitas, yaitu : (1).
Manusia, (2). Organisasi/struktur, (3). Pengukuran, (4)
Pendukung sistem, (5) Pelayanan, (6). Program, (7).
Komunikasi internal, dan (8). Komunikasi eksternal.
Sekolah pada dasarnya adalah lembaga dimana para
guru memberikan jasanya untuk mendidik anak, dan
ke delapan faktor tersebut juga terdapat di dunia
pendidikan.
11
Dikemukakan lebih lanjut oleh Tjiptono
(2006:91) bahwa ada delapan program pokok yang
saling terkait guna membentuk budaya kualitas, yaitu :
(1). Pengembangan individual, (2). Pelatihan
manajemen, (3). Perencanaan Sumber Daya Manusia,
(4). Standar kinerja, (5). Pengembangan karier, (6).
Survey opini, (7). Perlakuan yang adil, (8). Profit
sharing. Meskipun budaya kualitas yang dimasud oleh
Tjiptono adalah dalam hal penyediaan jasa yang terkait
dengan ekonomi, tetapi bisa diaplikasikan dalam
pendidikan, dengan menyesuaikan beberapa hal,
misalnya pelatihan manajemen diartikan sebagai
pelatihan kompetensi. Dalam hal profit sharing, untuk
lembaga pendidikan negeri lebih ke arah eksistensi
sekolah di mata masyarakat, sedangkan untuk lembaga
pendidikan swasta adalah profit untuk yayasan
pengelola pendidikan.
Mengacu pada pendapat Tjiptono di atas
pengembangan kualitas kompetensi profesional guru
dapat dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan
program pengembangan SDM, misalnya dengan
pelatihan-pelatihan. Selain itu dengan mengikuti
standar kinerja yang telah ditentukan, misalnya dengan
aktif membuat dan mengembangkan materi
pembelajaran. Pengembangan karier selain dilakukan
dengan megikuti pelatihan dapat dilakukan dengan
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, mengikuti
berbagai kegiatan seperti seminar dan in house training
yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
profesional guru.
12
2.2. Kompetensi Profesional Guru
2.2.1. Kompetensi Profesional Guru
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 1). Berdasarkan UU tersebut jelas bahwa guru
dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang
besar dan strategis. Guru adalah sosok yang langsung
berhadapan dengan peserta didik dalam
mentransformasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
sekaligus mendidiknya dengan nilai-nilai yang
konstruktif. Dapat dikatakan bahwa guru mengemban
misi dan tugas yang sangat berat demi kemajuan
bangsa di masa mendatang.
Profesional menurut rumusan UU No. 14 Tahun
2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 digambarkan sebagai
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi. Sedangkan Ali
Mudlofir mengungkapkan bahwa profesional itu
mengacu kepada sebutan orang yang menyandang
suatu profesi dan sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai
dengan profesinya (2012:35). Dapat disimpulkan bahwa
guru sebagai suatu profesi harus dilaksanakan dengan
13
profesional mengingat profesi tersebut menjadi sumber
penghasilan, melewati pendidikan profesi, dan terlebih
lagi berfungsi untuk mencetak SDM yang handal.
Di dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan Kompetensi Profesional Guru adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar
tenaga pendidik. Ia akan disebut profesional jika ia
mampu menguasai keahlian dan keterampilan teoritik
dan praktik dalam proses pembelajaran (Janawi, 2011:
48). Seorang guru harus benar-benar menguasai materi
yang diajarkannya baik teori maupun praktik, sehingga
proses transfer ilmu kepada peserta didik bisa lebih
optimal.
Berdasarkan peraturan yang tertuang dalam
Permendiknas No. 16 Tahun 2007, seorang
pendidik/guru harus memenuhi standar minimal
kompetensi yang terdiri dari kompetensi kepribadian,
pedagogis, profesional, dan sosial. Standar kompetensi
profesional guru menurut permendiknas tersebut
adalah : (1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu, (2) Menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu, (3) Mengembangkan
materi pelajaran yang diampu secara kreatif, (4)
14
Mengembangkan keprofesionalan secara bekelanjutan
dengan melakukan tindakan reflektif, dan (5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.
Jika kita disimak lebih lanjut, Permendiknas No.
16/2007 bersifat terbuka dan dinamis. Artinya,
meskipun peraturan mengatur standar minimal
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik/guru, tetapi tidak terdapat ukuran baku yang
menyatakan bahwa seorang pendidik/guru dinyatakan
telah kompeten atau profesional. Peraturan tersebut
adalah rambu-rambu yang di dalamnya mengandung
tuntutan agar pendidik/guru senantiasa mampu
mewujudkan pengembangan diri untuk meningkatkan
kompetensi dan profesional kerja.
2.2.2. Pentingnya Kompetensi Profesional Guru
Globalisasi sebagai suatu konsep yang mau
tidak mau terjadi akan membawa berbagai dampak,
dan diyakini akan menimbulkan keadaan yang penuh
persaingan dan tantangan dalam berbagai hal,
termasuk di dunia pendidikan. Dalam kondisi yang
demikian guru dituntut untuk lebih kreatif, responsif
dan inovatif. Hal ini dikemukakan oleh Daryanto
(2013:122). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kreatif
menuntut para guru untuk mencari dan menemukan
cara-cara yang terbaik dalam meningkatkan kualitas
anak didik. Responsif menuntut para guru untuk cepat
tanggap terhadap segala permasalahan yang timbul,
sedangkan inovatif menuntut para guru untuk selalu
15
mencarai dan mengembangkan cara-cara untuk
meningkatkan kualitas anak didiknya. Jika kita
perhatikan dengan seksama, hal-hal di atas berkaitan
erat dengan profesionalisme guru.
UU Guru dan Dosen menegaskan bahwa guru
merupakan suatu profesi tersendiri di masyarakat yang
setara dengan profesi-profesi lain seperti dokter,
akuntan, notaris, pengacara, atau apoteker. Ditegaskan
dalam UU tersebut bahwa guru adalah pendidik
profesional. Di dalam Permendikas No. 16 tahun 2007
ditetapkan Standar Kompetensi Guru, yang
menyebutkan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi
yaitu pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Dan sesuai dengan kebijakan pembangunan di negara
kita yang meletakkan pengembangan sumber daya
manusia (SDM) sebagai prioritas pembangunan
nasional, maka kedudukan dan peran guru bermakna
sangat strategis. Jadi kebutuhan guru-guru yang
berkualitas sangat diperlukan demi mempersiapkan
SDM yang berkualitas.
Tingkat kualitas kompetensi profesi seseorang
itu tergantung kepada tingkat penguasaan kompetensi
kinerja (performance competence), hal tersebut
dikemukakan oleh Mudlofir (2012:66). Kompetensi
kinerja lebih ditunjukkan dengan unjuk kerja dalam
melakukan profesi, atau dalam hal mengajar lebih
mengacu kepada kompetensi profesional atau
penguasaan materi meskipun dalam hal ini kompetensi
yang lain, misalnya kompetensi pedagogik juga turut
mendukung.
16
2.2.3. Aspek-aspek Kompetensi Profesional Guru
Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, pada halaman lampiran dijabarkan tentang
kompetensi inti yang merupakan aspek dari masing-
masing 4 (empat) kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru, yaitu kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
dan profesional. Kompetensi-kompetensi tersebut
disajikan dalam bentuk tabel. Pada paparan
kompetensi profesional tabel adalah seperti berikut ini.
Tabel 2 : Aspek-Aspek Kompetensi Profesional Guru
No. KOMPETENSI INTI GURU
Kompetensi Profesional
20 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu
21 Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu
22 Mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif
23 Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
24 Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri
Sumber : Permendiknas No. 16/2007
17
Beradasarkan tabel di atas dapat dijelaskan
bahwa untuk memenuhi standar kompetensi
profesional, guru harus memenuhi 5 aspek, yaitu : (1)
penguasaan materi dan konsep ilmu, (2) penguasaan
standar kompetensi, (3) pengembangan materi bahan
ajar, (4) pengembangan diri/profesi, (5) pemanfaatan
teknologi pembelajaran. Selain menguasai materi, guru
juga harus selalu mengembangkan diri dan mampu
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan optimal.
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran
yang diampu.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
dengan sangat pesat. Guru mau tidak mau harus
mengembangkan penguasaan materi terkalit dengan
pelajaran yang diampunya. Agung (2012:104)
menyatakan bahwa pengembangan materi oleh guru
dapat dilakukan apabila dirinya terus menerus
mewujudkan kemauan, kemampuan, dan upaya
mencari, menemukan, dan mengembangkan wawasan
dan pengetahauan dari berbagai sumber. Melalui
penguasaan itu guru akan berusaha untuk
meningkatkan bahan/materi ajar dalam pelaksanaan
tugas pembelajaran.
Telah peneliti kemukakan bahwa guru
mempunyai peran sangat strategis dalam membina dan
mengembangkan potensi anak bangsa, dan dengan
derasnya arus globalisasi guru harus senantiasa meng-
18
up date materi ajarnya, mengingat dinamisnya ilmu
pengetahuan yang terus berkembang. Pentingnya
pengembangan penguasaan materi, konsep, paradigma
dan sebagainya penting diperhatikan dikemukakan
oleh Agung (2012:105), yang bisa dilakukan antara lain
melalui pembekalan kepada calon guru dalam LPTK
agar setelah lulus guru dapat terus menerus
mengembangkan penguasaan materi.
Alternatif yang bisa dilaksanakan oleh para
guru agar bisa menguasai materi, struktur, konsep dan
pola pikir keilmuan misalnya melalui seminar-seminar
yang saat ini sering diadakan. Akses yang luas pada
media cetak dan media elektronik saat ini sangat
menguntungkan guru. Meski guru sebagian besar telah
memiliki sertifikat pendidik, studi lanjut ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi guna menambah wawasan
keilmuan juga perlu dilakukan. Peluang beasiswa dari
berbagai lembaga baik pemerintah maupun non
pemerintah bisa dimanfaatkan. Guru yang tidak mau
mengembangkan dirinya dalam penguasaan materi dan
konsep keilmuannya pada akhirnya merugikan anak
didik, yang artinya tidak memahami profesinya sebagai
guru.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu
Standar Kompetensi (SK) adalah kualifikasi
kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap
19
tingkat dan atau semester, standar kompetensi terdiri
atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku
yang harus dicapai dan berlaku secara Nasional (
Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006), sedangkan
Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran SK
peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit
dibanding dengan SK peserta didik.
Guru dalam mengajar berpedoman pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Standar kompetensi yang telah ditetapkan
harus tuntas diberikan kepada siswa, tetapi guru perlu
untuk terus mengembangkannya agar lebih optimal
diterima peserta didik. Dalam hal ini guru harus
memahami kemampuan anak didiknya, sekaligus
memahami tujuan dari setiap kegiatan pengembangan
yang dilakukan.
Erat kaitannya dengan kurikulum, maka guru
dapat mengembangkan penguasaan standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang diampunya
melalui kegiatan bedah kurikulum, review dan
sinkronisasi kurikulum. Penyusunan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) juga mencantumkan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
diberikan, sehingga guru harus benar-benar
menguasainya.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang
diampu secara kreatif
Pada dasarnya pengembangan materi/bahan
ajar oleh guru dipengaruhi penguasaan teori terhadap
20
pelajaran yang diampunya. Seorang guru akan
terkendala mengembangkan materi/bahan ajar dalam
pembelajaran apabila tidak diimbangi dengan
penguasaan teori yang memadai. Agung (2012:107)
mengemukakan bahwa penguasaan materi saja belum
tentu akan memberikan dampak positif terhadap
peserta didik apabila guru kurang mampu
mengembangkannya dalam pengelolaan pembelajaran,
dan diduga menghasilkan pembelajaran dan hasil
belajar yang stagnan atau tidak mengalami perubahan
dari waktu ke waktu.
Dalam menghasilkan tenaga pendidik, peran
LPTK dalam membekali calon guru penguasaan
pengembangan materi/bahan ajar baik secara teoritis
maupun praktis sangat penting. Termasuk dalam hal
ini adalah pemanfaatan metode pembelajaran yang
relevan. Kreatifitas guru sangat penting dalam
memberikan materi pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat optimal.
Usaha-usaha yang bisa dilaksanakan oleh para
guru dalam mengembangkan materi misalnya melalui
MGMP, yang hampir telah ada di setiap daerah di
Indonesia. Kunjungan guru ke perpustakaan perlu
digalakkan. Peluang lain yang juga bisa dimanfaatkan
adalah terbukanya jendela dunia lewat internet.
Akhirnya berpulang kembali ke guru, guru yang telah
merasa puas dengan materi yang dikuasai dan tidak
mau mengembangkannya akan semakin ketinggalan
dan hanya akan membebani usaha pemerintah untuk
memajukan pendidikan di negara kita.
21
4. Mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif
Guru sebagai suatu profesi, sebagai
konsekuensinya guru harus menguasai berbagai
kompetensi. Kompetensi bukanlan suatu kondisi yang
statis, melainkan dinamis dalam arti mengandung
harapan untuk dikembangkan dan ditingkatkan dari
waktu ke waktu. Hal ini penting untuk dilakukan
mengingat ilmu pengetahuan juga terus mengalami
perkembangan. Guru yang tidak mau mengembangkan
profesinya jelas akan merugikan peserta didik, bahkan
mengingkari profesi sebagai pendidik.
Pengembangan profesi dapat dilakukan melalui
beberapa cara. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
alternatif pengembangan profesi kaitannya dengan
pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan kaitannya
dengan kemampuan penguasaan materi baik teori
maupun praktik dilaksanakan melalui berbagai
pendidikan dan latihan yang rutin menjadi program
pemerintah melalui Dinas Pendidikan.
Pemerintah membuka peluang untuk
pengembangan profesi bagi guru kejuruan melalui
LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), BP Dikjur
(Balai Pengembangan Pendidikan Kejuruan), dan
PPPGT (Pusat Pendidikan dan Pelatihan Guru
Teknologi) yang ada di beberapa provinsi di Indonesia.
22
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengembangkan diri
Perkembangan teknologi yang demikian pesat,
terutama teknologi komunikasi telah membawa
perubahan besar dalam berbagai bidang, termasuk
dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika pada
waktu-waktu sebelumnya hubungan antara pendidik
dan peserta didik hanya berlangsung lewat tatap muka,
dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, maka kini telah
dikembangkan komunikasi on-line yang dapat
menembus ruang dan waktu.
Dewasa ini bahkan telah berkembang
pembelajaran dengan sistem e-learning. Aunurrahman
(2010:232) mengemukakan bahwa e-learning adalah
pengalaman mengajar atau belajar dengan
memanfaatkan spektrum teknologi secara luas
utamanya internet untuk mempermudah dan
mempercepat siswa dalam belajar. Pemanfaatan
teknologi melalui internet yang juga bisa dimanfaatkan
adalah blog dan e-mail. Hal yang demikian hanya bisa
dilakukan oleh guru apabila guru menguasai teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
SMK Negeri 2 Salatiga telah memanfaatkan
internet dan intranet untuk pembelajaran di kelas,
menyusun administrasi dan melaporkan hasil
pembelajaran lewat sikadu (sistem akademik terpadu).
Guru-guru juga telah diberikan pelatihan tentang e-
learning.
23
5.1. Menyusun Strategi untuk Meningkatkan
Kualitas dengan Analisis SWOT
5.1.1. Analisis SWOT
Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk
membuat strategi meningkatkan kualitas adalah
dengan analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
Strenghts, Weakness, Opportunities, dan Threats.
MDITC (2005) menjelaskan bahwa SWOT adalah
perangkat umum yang didesain dan digunakan sebagai
langkah awal dalam pembuatan keputusan dan sebagai
perencanaan strategis dalam berbagai terapan.
Sedangkan Rangkuti (2000:19) berpendapat bahwa
SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor
internal kekuatan (strenghts) dan kelemahan
(weakness). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
analisis SWOT adalah pengujian terhadap kekuatan
dan kelemahan internal, serta kesempatan dan
ancaman dalam menghadapi lingkungan eksternal.
Model analisis SWOT yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan analisis matrik IFAS
(Internal Factors Analisis Summary), analisis matrik
EFAS (External Factors Analisis Summary) dan analisis
matrik SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and
threats) model Grand Strategy. Matrik IFAS
menggambarkan lingkungan internal yang memberikan
informasi tentang kekuatan yang harus digunakan
secara optimal dan kelemahan harus diatasi atau
diminimalkan. Matrik EFAS menggambarkan
24
lingkungan eksternal yang memberikan informasi
tentang peluang yang harus dimanfaatkan dan
ancaman yang harus di hindari.
Matrik SWOT menunjukkan empat
kemungkinan alternatif strategis berdasarkan hasil
audit terhadap lingkungan internal dan lingkungan
eksternal. Langkah-langkahnya seperti berikut ini
(Rangkuti, 2002: 24) :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang
ada berdasarkan Permendiknas No. 16/2007 .
2. Menentukan faktor-faktor yang menjadikan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
3. Menentukan bobot masing-masing faktor dengan
skala mulai dai 1,0 (paling berpengaruh) sampai 0,0
(tidak berpengaruh), berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tesebut terhadap upaya peningkatan kualitas
kompetensi profesional guru (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).
4. Menentukan skor (1 sampai dengan 5) dari masing-
masing faktor berdasarkan penting tidaknya faktor
tersebut terhadap upaya peningkatan kualitas
kompetensi profesional guru mutu sekolah.
5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot
dan skor untuk masing-masing faktor kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman.
6. Menghitung total skor akhir faktor internal
(kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang-ancaman).
25
2.3.2. Merumuskan Strategi dengan Analisis SWOT
Setelah mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh terhadap subjek penelitian, tahap
selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi
tersebut dalam model perumusan strategi. Model yang
dipergunakan adalah matrik Grand Strategy. Dalam
Rangkuti (2000:47) ide dasar dari strategi ini adalah
pemilihan dua variabel sentral di dalam proses
penentuan tujuan utama Grand strategy; memilih
faktor-faktor internal atau eksternal untuk
pertumbuhan atau protabilitas.
Diagram analisis SWOT menurut Rangkuti
(2000:19) yang biasa digunakan dalam bidang ekonomi
tetapi peneliti adaptasikan dalam bidang pendidikan
dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1:
Diagram Analisis SWOT
6. Mendukung Strategi Turn Around 1. Mendukung Strategi Agresif
4. Mendukung Strategi Defensif 2. Mendukung Strategi Diversifikasi
BERBAGAI
PELUANG
BERBAGAI
KELEMAHAN
BERBAGAI
KEKUATAN
BERBAGAI
ANCAMAN
26
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat
menguntungkan. Perusahaan memiliki
Peluang dan Kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth
Oriented Strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman,
perusahaan ini masih memiliki kekuatan
dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang
jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi.
Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar
yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia
menghadapi kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi perusahaan ini adalah
meminimalkan masalah-masalah internal
perusahaan sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan perusahaan tersebut
menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal. Strategi yang
diterapkan adalah defensif, misalnya
dengan melakukan efisiensi dan efektifitas
kerja.