Upload
ngoque
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakekat Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan
pengajaran siswa. Melalui pengajaran IPS diharapkan siswa dapat memiliki
wawasan sederhana tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial. Pemahaman
tersebut sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian yang utuh bagi anak.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa
diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (KTSP Standar Isi 2006).
Pentingnya Pembelajaran IPS, IPS merupakan mata pelajaran di lembaga
pendidikan yang mempunyai peran yang sangat penting. Barth dan Shermis 1980
(dalam buku Soewarso 2010) menyimpulkan “secara ringkas ada hal-hal yang
dikaji dalam IPS menurut adalah (a) pengetahuan, (b) pengolahan informasi, (c)
telaah nilai dan keyakinan, dan (d) peran serta dalam kehidupan. Keempat butir
bahan belajar itulah yang menjadi jalan bagi pencapaian tujuan IPS”.
Preston (1974 dalam buku Soewarso 2010) mengemukakan “tujuan
pembelajaran IPS, untuk mengkonkretkan tujuan pengajaran IPS harus mengikuti
tujuan pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam
ranah kognitif dapatlah dikatakan bahwa hal-hal tentang manusia dan dunianya
dapat dinalar supaya dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan yang
rasional dan tepat. IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan belaka, melainkan yang
mendorong daya nalar yang kreatif. Yang dikehendaki oleh IPS bukan hanya fakta
tentang manusia dan dunia sekelilingnya, melainkan konsep dan generalisasi yang
diambil dari analisis tentang manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang
diperoleh melalui haalan kurang dapat menyatu dengan kebutuhan. Akan tetapi
pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman akan lebih
fungsional. Apabila perolehan pengetahuan dan pemahaman dapat mendorong
tindakan yang berdasarkan nalar, sehingga dapat dijadikan alat berkiprah dengan
tepat dalam hidup, maka semangat ilmiah dan imajinasi tak kurang pentingnya”.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006, “tujuan pembelajaran IPS di tingkat Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut, (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-
nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal,
nasional, dan global.
7
“Ruang lingkup IPS, pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup
pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat
dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial
kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar siswa di SD. Ruang lingkup
mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut, (1) Manusia,
Tempat dan Lingkungan, (2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan, (3) Sistem
Sosial dan Budaya, dan (4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan” (KTSP Standar
Isi 2006).
Besarnya tujuan pembelajaran itu dapat dicapai melalui Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar mata pelajaran IPS kelas 4 semester 2 di sekolah dasar adalah sebagai
berikut (KTSP, 2006).
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas 4 Sekolah Dasar
Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013
Standar kompetensi Kompetensi dasar
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi dan
kemajuan teknologi di
lingkungan kabupaten / kota
dan provinsi
2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang
berkaitan dengan sumber daya
alam dan potensi lain di
daerahnya
2.2. Mengenal pentingnya koperasi
dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
2.3. Mengenal perkembangan
teknologi produksi komunikasi
dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya
2.4. Mengenal permasalahan sosial di
daerahnya
Kompetensi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
kompetensi dasar yang ke empat yaitu mengenal permasalahan sosial di
daerahnya.
2.1.2 Hakekat Keaktifan Belajar
Sardiman (2001 dalam http://www.buatskripsi.com/2011/01/pengertian-
keaktifan-belajar-siswa.html) menyimpulkan “aktivitas belajar adalah kegiatan
yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan”. Rohani (2004 dalam http://www.
8
buatskripsi.com/2011/01/pengertian-keaktifan-belajar-siswa.html) menyimpulkan
“belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik
maupun psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat-aktif dengan anggota badan,
membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak
berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan
sendirinya ia juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya”.
Hermawan (2007 dalam http://www.buatskripsi.com/2011/01/pengertian-
keaktifan-belajar-siswa.html) menyimpulkan “keaktifan siswa dalam kegiatan
belajar tidak lain adalah untuk mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri.
Mereka aktif membagun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang
mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran”. Rochman natawijaya dalam
depdiknas (2005:31) mengemukakan “belajar aktif adalah suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan
emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif dan psikomotor”.
Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan “keaktifan siswa dapat dilihat
dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam
pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan untuk pemecahan masalah;(5) Melaksanakan diskusi kelompok
sesuai dengan petunjuk guru;(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil
yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya”.
Dari beberapa pendapat ahli mengenai pengertian keaktifan belajar di
atas dapat disimpulkan bahwa, keaktifan belajar adalah kegiatan belajar yang
melibatkan berbagai macam aktivitas, baik fisik maupun mental untuk
mengkontruksi pengetahuan mereka berupa perpaduan antara aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.
Erna (2009 dalam http://ardhana12.wordpress.com/2009/01/20/indikator-
keaktifan-siswa-yang-dapat-dijadikan-penilaian-dalam-ptk-2/) menyatakan bahwa
“keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari: (1) Perhatian siswa terhadap penjelasan
guru; (2) Kerjasamanya dalam kelompok; (3) Kemampuan siswa mengemukakan
pendapat dalam kelompok; (4) Memberi kesempatan berpendapat kepada teman
dalam kelompok; (5)Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat; (6)
Memberi gagasan yang cemerlang; (7) Saling membantu dan menyelesaikan
masalah.
2.1.3 Hakekat Hasil Belajar
Sudjana (2004: 14) mengemukakan “hasil belajar adalah suatu akibat dari
proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang
9
disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.
Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2010: 22) membagi “tiga macam hasil belajar
yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap
dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada
pada kurikulum sekolah”.
Bloom (dalam Agus Suprijono, 2010:6-7) menyimpulkan “hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif
adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain
afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons),
valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).
Domain psikomotor meliputi nitiatory, pre-routine,dan rountinized. Psikomotor
juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual. Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan,
informasi, pengertian, dan sikap”.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne
(dalam Agus Suprijono, 2010:6) hasil belajar berupa:
1) Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Agus Suprijono (2010:7) mengemukakan hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan
saja. Hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan
sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,
melainkan komprehensif.
10
Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, yang mencakup perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, apresiasi, sikap-sikap dan keterampilan.
2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Anita Lie (2002:63) mengemukakan “model kancing gemerincing
merupakan salah tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing
anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberikan
kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota
kelompok lain”.
Spencer Kagan (dalam Miftahul, 2011:142) berpendapat bahwa “model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah jenis metode struktural
yang mengembangkan hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan
didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang
berbeda yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara mengenai:
menyatakan keraguan, menjawab pertanyaan, bertanya, mengungkapkan ide,
mengklarifikasi pertanyaan, mengklarifikasi ide, merangkum, mendorong
partisipasi anggota lainnya, memberikan penghargaan untuk ide yang
dikemukakan anggota lainnya dengan mengatakan hal yang positif”.
Millis & Cottel (http://www.buatskripsi.com/2010/11/pengertian-kancing
-gemerincing-talking.html) mengemukakan “model pembelajaran kancing
gemerincing adalah jenis model pembelajaran kooperatif dengan cara siswa
diberikan chips yang berfungsi sebagai tiket yang memberikan izin pemegangnya
untuk berbagi informasi, berkontribusi pada diskusi, atau membuat titik debat”.
Berdasarkan beberapa pengertian ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif kancing gemerincing adalah model pembelajaran
yang mengembangkan model diskusi kelompok, dimana setiap kelompok
diberikan kesempatan mengutarakan pendapatnya dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru. Dengan didasari adanya kepentingan bersama masing-masing
anggota kelompok secara bergiliran mengutarakan pendapatnya dengan
mengembalikan chips yang sudah dibagikan oleh guru setiap kali mengeluarkan
pendapatnya.
2.1.5 Kelebihan dan Kelemahan dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing
Miftahul (2012:143) mengemukakan “kelebihan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing adalah model ini dapat diterapkan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas dan masing-masing kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk memamerkan hasil kerjanya masing-masing dan
11
melihat hasil kerja kelompok-kelompok lain. Sedangkan kelemahan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah persiapannya
memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu Jika teknik ini diterapkan
untuk siswa-siswa tingkat dasar, maka perlu disertai manajemen kelas yang baik
agar tidak terjadi kegaduhan”.
2.1.6 Prosedur Penerapan
Adapun prosedur dalam pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing menurut Miftahul (2011: 142) yaitu:
1) Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau benda-
benda kecil lainnya.
2) Sebelum memulai tugasnya, masing-masing anggota dari setiap kelompok
mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing tergantung pada sukar
tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah
meja kelompok.
4) Jika kancing yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya masing-
masing.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan
mengulangi prosedurnya kembali.
Menurut Lie (2002) langkah-langkah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing adalah:
1) Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga
benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan
sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah
kelompoknya.
4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan
mengulangi prosedurnya kembali.
Berdasarkan beberapa prosedur di atas, yang akan diterapkan dalam
penelitian ini adalah prosedur yang dikemukakan oleh Anita, Lie yaitu:
1) Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga
benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan
sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya.
12
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing
kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung
pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus
menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakannya di tengah-tengah
kelompoknya.
4) Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok
boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan
mengulangi prosedurnya kembali.
2.1.7 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Pada penelitian ini, sintaks model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing yang digunakan adalah sintaks model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing menurut Spencer Kagan (dalam Miftahul, 2011:142)
13
Tabel 2
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(atau indikator hasil belajar), guru
memotivasi siswa, guru mengaitkan
pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara
membentuk kelompok belajar, guru
mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok belajar(setiap kelompok
beranggotakan 4-5 orang dan harus
heterogen terutama jenis kelamin dan
kemampuan siswa, dan setiap anggota diberi
tanggung jawab untuk mempelajari atau
mengerjakan tugas), guru menjelaskan
tentang penggunaan media kancing sebagai
salah satu tiket untuk berpendapat di dalam
kelompoknya masing-masing.
Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.
Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau meminta
siswa mempresentasikan hasil kerjanya,
kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru memberikan penghargaan kepada siswa
yang berprestasi untuk menghargai upaya
dan hasil belajar siswa baik secara individu
maupun kelompok.
Sumber: Spencer Kagan (dalam Miftahul, 2011:142)
2.1.8 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS
Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah model
pembelajaran yang mengembangkan model diskusi kelompok, dimana setiap
kelompok diberikan kesempatan mengutarakan pendapatnya dalam mengerjakan
tugas yang diberikan guru. Dengan didasari adanya kepentingan bersama masing-
14
masing anggota kelompok secara bergiliran mengutarakan pendapatnya dengan
mengembalikan chips yang sudah dibagikan oleh guru setiap kali mengeluarkan
pendapatnya. Penggunaan model ini dapat menghilangkan rasa bosan siswa
terhadap pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru karena siswa
diberikan kesempatan yang cukup banyak untuk mengungkapkan pendapat,
pertanyaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Model
ini cocok dengan karakter siswa kelas 4 SD yang cenderung masih takut untuk
berbicara dan mengungkapkan pendapatnya. Selama ini pembelajaran IPS di SD
masih menggunakan sistem menghafal sehingga siswa kurang memahami betul
materi yang dipelajarinya dengan model ini selain siswa dituntut untuk lebih aktif,
siswa juga dapat meningkatkan hasil belajarnya karena siswa lebih memahami
materi yang dipelajarinya.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing
dapat meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran karena siswa
terlibat penuh selama proses pembelajaran sedangkan guru hanya mengawasi
proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa dalam kelompoknya. Dengan
keterlibatan siswa sebagai subjek belajar maka selain keaktifan belajar siswa yang
meningkat, hasil belajar siswa juga akan meningkat karena siswa akan benar-
benar memahami setiap materi yang dipelajarinya.
2.2 Kajian Hasil Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Muna Dwi Pangestu, 2010 tentang
“Peningkatan Kemampuan Menulis Pantun Melalui Model Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas IV SDN Sondakan Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
kemampuan menulis pantun setelah diadakan tindakan kelas dengan
menggunakan model kooperatif tipe Kancing Gemerincing. Hal itu dapat
ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan siswa dari sebelum dan sesudah
tindakan. Pada siklus I menunjukkan peningkatan kemampuan menulis pantun
untuk tema persahabatan dengan nilai rata-rata nilai 67,96 dan prosentase siswa
yang mencapai KKM sebanyak 66,79% (25 siswa). Pada siklus II menunjukkan
15
peningkatan kemampuan menulis pantun untuk tema kebersihan dengan nilai rata-
rata nilai 79,28 dan prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 86,84% (33
siswa).
Penelitian yang dilakukan oleh Susi Widiawati, 2012 tentang
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Kancing Gemerincing pada Siswa Kelas IV SDN Pakintelan 03
Gunungpati Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Keterampilan
guru pada siklus I memperoleh skor 19 dengan kategori cukup, siklus II
memperoleh skor 27 dengan kategori sangat baik dan pada siklus III memperoleh
skor 30 dengan kategori sangat baik. (2) Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh
rata-rata skor 2,39 kategori cukup, pada siklus II memperoleh rata-rata skor 2,95
kategori baik dan pada siklus III memperoleh rata-rata skor 3,27 kategori baik. (3)
Persentase ketuntasan klasikal pada siklus I 64,5% , meningkat pada siklus II
menjadi 77,4%, dan meningkat pada siklus III menjadi 86,6%. Ini menunjukkan
bahwa persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus III >80% sehingga
dinyatakan berhasil.
Penelitian yang dilakukan oleh Mila Kartika Sari, 2010 tentanf
“Peningkatan Ketrampilan Menulis Narasi Melalui Media Gambar Seri Pada
Siswa Kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Kabupaten Sragen Tahun Ajaran
2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan
menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen setelah
mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar seri.
Peningkatan menulis narasi tersebut diketahui dari tes kondisi awal, siklus I, dan
siklus II. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 63,27 dan termasuk dalam
kategori cukup baik. Sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,36 dan
termasuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian, ada peningkatan dari
kondisi awal sebesar 10,09. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah
sebesar 82,73 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, terjadi
peningkatan yaitu sebesar 9,36 dari hasil siklus I dan 19,45 dari hasil kondisi
awal; Ada perubahan sikap atau perilaku siswa dari perilaku negatif berubah
menjadi positif. Simpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan
16
keterampialn menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar
Sragen melalui media gambar seri.
2.3 Kerangka Berpikir
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang
mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu sosial untuk kepentingan
pengajaran siswa. Melalui pengajaran IPS diharapkan siswa dapat memiliki
wawasan sederhana tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial. Pemahaman
tersebut sangat diperlukan dalam pembentukan kepribadian yang utuh bagi anak.
IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan isu sosial.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru dan siswa sebagai pemeran utama. Dalam pembelajaran
IPS diperlukan peran yang lebih dari seorang guru agar dapat mengembangkan
pengetahuan siswanya sehingga siswa tidak hanya aktif menghafal maupun
mencatat saja. Diharapkan siswa dapat berpartisipasi lebih dalam proses
pembelajaran untuk terciptanya suasana belajar yang lebih aktif. Keaktifan siswa
dalam mengungkapkan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari guru akan
mengganggu jalannya proses pembelajaran. Maka dari itu dalam penelitian ini
dipilihlah model pembelajaran kooperatif tipe kacing gemerincing.
Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing diawali dengan
pembentukan kelompok siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelas. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing
atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari,
potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok eskrim dan sebagainya. Sebelum
kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok
mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar
tidaknya tugas yang diberikan). Setiap kali seorang siswa berbicara atau
mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan
meletakannya di tengah-tengah kelompoknya. Jika kancing yang dimiliki seorang
siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga
17
menghabiskan kancing mereka. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas
belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan
kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.
Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing ini setiap siswa diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai masalah yang diberikan dalam bentuk kelompok. Setiap
anggota kelompok memiliki peran yang sama dalam kelompoknya sehingga tidak
ada anggota kelompok yang dominan maupun yang pasif lagi. Dengan meratanya
kesempatan bagi setiap siswa mengemukakan pendapatnya, diharapkan dapat
menjadi jembatan bagi siswa mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Model
pembelajaran ini akan membuat suasana belajar menjadi lebih hidup dan
menyenangkan yang pada akhirnya dapat meningkatkan keaktifan serta hasil
belajar siswa.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar IPS pada siswa kelas 4 SD Negeri Ngipik semester 2 tahun pelajaran
2012/2013.