Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Struktur Tubuh Tumbuhan
Pernahkah kamu mengamati tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar
rumahmu atau sekolahmu? Coba perhatikan sebatang pohon dari bagian
bawah hingga bagian atas! Apa sajakah yang dapat kamu lihat pada pohon
tersebut? Umumnya, tumbuhan terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah,
dan biji. Untuk mengetahuinya, pelajari uraian berikut ini.
a. Akar
Bagian penting tumbuhan salah satunya adalah akar. Akar merupakan
bagian tumbuhan yang arah tumbuhnya ke dalam tanah. Oleh karena itu,
umumnya akar berada di dalam tanah. Akar biasanya berwarna keputih-
putihan atau kekuning-kuningan. Bentuk akar sebagian besar meruncing pada
ujungnya. Bentuk runcing memudahkan akar menembus tanah.
Akar dikelompokkan menjadi dua, yaitu akar serabut dan akar
tunggang. Akar serabut berbentuk seperti serabut. Ukuran akar serabut relatif
kecil, tumbuh dipangkal batang, dan besarnya hampir sama. Akar semacam
ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping satu (monokotil). Misalnya kelapa,
rumput, padi, jagung, dan tumbuhan hasil mencangkok.
Akar tunggang adalah akar yang terdiri atas satu akar besar yang
merupakan kelanjutan batang, sedangkan akar-akar yang lain merupakan
cabang dari akar utama. Perbedaan antara akar utama dan akar cabang sangat
9
10
nyata. Jenis akar ini dimiliki oleh tumbuhan berkeping dua (dikotil).
Misalnya, kedelai, mangga, jeruk, dan melinjo.
Akar tunggang maupun akar serabut ada yang digunakan sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan, contoh pada tanaman ketela pohon,
wortel, ubi jalar, dan lain-lain.
Gambar 2.1 Akar Tunggang dan Akar Serabut
Ada beberapa akar khusus yang hanya terdapat pada tumbuhan
tertentu, antara lain, akar isap, contohnya akar benalu; akar tunjang,
contohnya akar pandan; akar lekat, contohnya akar sirih; akar gantung,
contohnya akar pohon beringin; akar napas, contohnya akar pohon kayu api.
Berikut ini adalah fungsi akar, yaitu:
a) Menunjang berdirinya tumbuhan.
b) Menyerap air dan mineral dari dalam tanah.
c) Menyimpan cadangan makanan.
d) Bernapas.
11
b. Batang
Tumbuhan selain memiliki akar juga memiliki batang. Pada umumnya
batang tumbuh menuju cahaya matahari sehingga batang tumbuhnya
berlawanan dengan akar. Batang dapat dikelompokkan menjadi batang
berkayu, batang rumput, dan batang basah. Batang berkayu umumnya keras
pohonnya banyak yang tinggi dan besar, maka kayunya ada yang digunakan
untuk membuat perabot, seperti lemari, meja bahkan untuk perahu. Batang
berkayu memiliki kambium yang berfungsi membentuk kayu dan kulit kayu.
Contohnya, pohon jati, mangga, dan jambu.
Gambar 2.2 Batang Berkayu
Sedangkan batang rumput tidak berkayu, beruas-ruas, dan berongga,
contohnya batang padi, jagung, dan rumput-rumputan. Tumbuhan dengan
batang rumput umumnya pendek.
12
Gambar 2.3 Batang Rumput
Batang basah mudah dipotong, batangnya tidak keras dan berair.
Tumbuhan dengan batang basah umumnya pendek, tidak setinggi pohon
kayu. Contohnya: pohon pisang, bayam, pacar air, kangkung.
Gambar 2.4 Batang Basah
c. Daun
Bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
fotosintesis adalah daun. Bentuk daun bermacam-macam. Bagaimana dengan
13
strukturnya? Bagian daun terdiri atas tangkai, helai daun, dan tulang daun.
Perhatikan Gambar berikut.
Gambar 2.5 Daun
Helai daun umumnya berwarna hijau, tetapi ada juga yang tidak
berwarna hijau. Daun tumbuhan umumnya berwarna hijau karena di
dalamnya terdapat zat warna hijau daun atau klorofil. Zat warna hijau daun
ini yang menyebabkan daun dapat mengabsorpsi energi cahaya dan
menghasilkan gula dalam proses fotosintesis. Jadi, tumbuhan yang
mengandung zat hijau daun dapat membuat makanan sendiri.
Bagaimana dengan tumbuhan yang tidak mengandung zat hijau daun?
Apakah dapat membuat makanan sendiri? Beberapa tumbuhan ada yang tidak
dapat membuat makanan sendiri, di antaranya adalah tali putri. Makanan
untuk tumbuhan ini berasal dari tumbuhan lain.
d. Bunga
Bunga merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan. Fungsi utama bunga adalah untuk membentuk biji agar
14
tanaman dapat ditanam kembali sehingga keturunannya jadi bertambah
banyak. Bunga yang lengkap terdiri atas beberapa bagian, yaitu: tangkai
bunga, kelopak, mahkota, putik, dan benang sari.
Fungsi masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1) Tangkai bunga merupakan penghubung batang dengan bunga. Air dan
mineral dari akar sampai ke bunga melalui batang dan tangkai bunga.
2) Kelopak bunga, berfungsi untuk membungkus mahkota bunga ketika
bunga masih kuncup.
3) Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga yang berwarna indah,
berfungsi untuk menarik serangga.
4) Putik dan benang sari terletak pada mahkota bunga. Putik merupakan alat
kelamin betina, sedangkan benang sari alat kelamin jantan.
Gambar 2.6 Bunga dan Bagian-bagiannya
15
e. Buah dan Biji
Buah merupakan bagian tumbuhan yang berfungsi melindungi biji.
Buah terdiri atas daging buah dan biji. Bagian yang kamu makan biasanya
daging buahnya. Biji merupakan hasil dari pembuahan yang terjadi akibat
penyerbukan antara serbuk sari dan putik. Jika biji ditanam akan tumbuh
menjadi tumbuhan baru.
2. Pengertian Media Pembelajaran
Secara harfiah kata media memiliki arti “perantara” atau “pengantar”
(Djamarah dan Asman Zain, 2006: 120). Menurut Anton M Moeliono (dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia) media adalah alat (sarana) komunikasi.
Sedangkan media pembelajaran dapat diartikan segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan
peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri
peserta didik. Dari defenisi tersebut maka peran media sangat membantu
sampainya materi kepada siswa sehingga media mutlak diperlukan dalam
setiap proses pembelajaran, baik dengan menggunakan media pembelajaran
yang sederhana sampai penggunaan media modern yang lebih kompleks.
Briggs dalam Arief S. Sadiman (1996: 6) berpendapat bahwa media
pembelajaran adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Selain sebagai perantara pesan, media juga diharapkan
dapat memotivasi siswa untuk belajar.
Daryanto (2013:4) mengemukakan bahwa media merupakan salah
satu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
16
menuju komunikan. Tanpa media, proses pembelajaran sebagai proses
komunikasi tidak dapat terlaksana dengan optimal karena media lah yang
menjadi komponen komunikasi. Komunikator yang dimaksud adalah guru,
sedangkan komunikan adalah peserta didik.
Berdasarkan paparan para ahli tentang media pembelajaran di atas,
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pendidik ke peserta didik
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta
didik. Pesan yang disampaikan adalah isi pembelajaran.
3. Kriteria Pemilihan Media
Secara umum setidaknya terdapat dua alasan penggunaan media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar, yakni alasan manfaat dan
keadaan psikologis siswa. Media pengajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pengajaran sehingga diharapkan hasil belajar yang
dicapai juga akan lebih baik.
Alasan kedua pemilihan media pembelajaran adalah menyangkut
kondisi psikologis siswa. Seorang anak usia balita sampai remaja akan lebih
mudah menerima sesuatu yang kongkrit daripada yang abstrak. Materi
pelajaran IPA yang disampaikan oleh guru tanpa menggunakan media
pembelajaran adalah sesuatu yang abstrak diterima oleh siswa sehingga
dengan penggunaan media pembelajaran maka materi yang abstrak tersebut
dapat lebih dikongkritkan sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan
menerima pesan yang terdapat dalam materi IPA.
17
Pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan berbagai
macam hal agar penggunaannya dapat efektif dan efisien. Ada beberapa
kriteria umum yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media. Akan tetapi
yang perlu dipahami bahwa setiap media tidak ada yang sempurna, masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Penggunaan berbagai media
yang tepat dan penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang menarik
akan semakin mempermudah sampainya pesan kepada siswa. Beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media:
a. Kesesuaian dengan tujuan (Instructional Goals)
Pemilihan media dapat dianalisis dari kajian kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu analisis juga bisa
diarahkan pada taksonomi pendidikan, baik yang menyangkut kognitif,
afektif, maupun yang psikomotorik.
b. Kesesuaian dengan materi pembelajaran (Instructional Content).
Pemilihan media dapat dianalisis berdasarkan kedalaman materi yang
ingin dicapai. Media yang digunakan harus sesuai dengan materi yang
disampaikan.
c. Kesesuaian dengan karakteristik siswa.
Pemilihan media dapat dianalisis dari karakter, keadaan fisiologis, dan
kuantitas siswa.
d. Kesesuaian dengan teori
Media dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media
namun didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian riset sehingga telah
18
teruji validitasnya.
e. Kesesuaian dengan gaya belajar siswa
Pemilihan media didasarkan pada kondisi psikologis siswa. Setiap
umur kronologis mempunyai kecenderungan gaya belajar sehingga hal ini
juga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.
f. Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas pendukung, dan waktu yang
tersedia
Pemilihan media tidak bisa mengabaikan ketersediaan media ataupun
kondisi yang memungkinkan untuk menggunakannya. Mustahil apabila kita
memilih media yang membutuhkan tenaga listrik untuk digunakan di daerah
tertinggal yang belum mendapat aliran listrik.
4. Lingkungan Sebagai Sumber belajar
a. Pengertian Lingkungan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu
sekalian yang terlingkup di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris
peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle,
area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar
atau sekeliling.
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna atau pengaruh tertentu kepada individu (Oemar Hamalik: 2009). Dari
definisi tersebut lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar kita.
19
Lebih luas lagi, lingkungan merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem,
yang meliputi keseluruhan faktor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan
mutu kehidupan diatas bumi ini (Oemar Hamalik: 2004). Dari definisi
tersebut lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar yang
berhubungan dengan kehidupan kita, baik benda hidup maupun benda mati.
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor
kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor
belajar yang penting (Oemar Hamalik: 195-196). Lingkungan memiliki
pengaruh yang cukup besar bagi keberhasilan belajar siswa, kemampuan
siswa yang baik bila tidak didukung dengan lingkungan yang kondusif untuk
belajar, maka akan sulit mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan
dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat
dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat
mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar
dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan
sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar
sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka
penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di
masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari
lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua
tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan
20
adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai
tanaman padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan
dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan
lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya
dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan.
Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa
yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru
mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya
terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional
serta intelektual. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-
benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk
menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep
tertentu secara alami. Menurut Eko, konsep warna yang diketahui dan
dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila guru
mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang ada
pada lingkungan sekitar.
21
b. Jenis Lingkungan Belajar
Jenis lingkungan sebagai media pembelajaran untuk anak SD
jumlahnya sangat banyak dan beragam. Oleh karena itu, guru perlu memiliki
kemampuan untuk mengindentifikasi berbagai potensi yang ada pada
lingkungan tersebut dikaitkan dengan kemampuan yang harus diperoleh siswa
khususnya yang telah tertera dalam kurikulum, misalnya berupa rumusan
kompetensi untuk mata pelajaran tertentu. Demikian pula dengan guru, harus
mampu memanfaatkannya secara maksimal sehingga dapat membantu
mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan siswa secara optimal.
Potensi lingkungan yang demikian banyak tersebut akan menjadi sia-sia jika
guru tidak peka dan tidak kreatif dalam memanfaatkannya padahal
sebenarnya lingkungan harus menjadi media pembelajaran yang potensial,
faktual serta fungsional bagi anak dalam mencapai kemampuan-kemampuan
belajar yang diharapkan.
Pada dasarnya semua lingkungan yang ada disekitar siswa dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di SD sepanjang
relevan dengan kompetensi dasar dan hasil belajar yang diharapkan dicapai
oleh siswa. Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses
pendidikan dan pembelajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga
macam jenis lingkungan belajar yakni:
1) Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini berkenaan dengan
interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat. Seperti organisasi sosial,
22
adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan,
kependudukan, struktur pemerintahan, agama, dan sistem nilai. Lingkungan
sosial ini biasanya digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan
kemanusiaan.
Dan dalam praktek pengajaran yang memanfaatkan lingkungan sosial
sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang
dekat dahulu. Seperti keluarga, tetangga, RT, RW, kampung, desa,
kecamatan, dan seterusnya. Kemudian, pengajaran tersebut harus disesuaikan
dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat perkembangan anak didik.
Misalnya dalam materi pelajaran zakat, siswa diberi tugas untuk
mengumpulkan zakat di masjid sekitar rumah secara berkelompok, lalu
mendata warga yang berhak mendapatkan zakat, setelah itu siswa
membagikan zakat tersebut kepada orang-orang yang berhak.
Melalui kegiatan belajar yang seperti itu, siswa lebih aktif dan lebih
produktif, karena mereka mengarahkan usahanya untuk memperoleh
informasi dan pengalaman yang sebanyak banyaknya dari sumber -sumber
yang nyata dan faktual.
2) Lingkungan Alam
Lingkungan alam ini berkaitan dengan segala sesuatu yang sifatnya
alamiah, seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan,
flora, fauna, dan sumber daya alam. Lingkungan alam tepat digunakan untuk
bidang studi ilmu pengetahuan alam.
23
Aspek-aspek lingkungan alam ini dapat dipelajari secara langsung
oleh para siswa dengan mudah, melalui pengamatan dan pencatatan secara
pasti. Karena mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti
dalam lingkungan sosial. Misalnya dalam mengamati perubahan-perubahan
yang terjadi di dalam proses pertumbuhan makhluk hidup. Gejala lain yang
dapat dipelajari adalah kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor
penyebabnya seperti erosi, penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara,
dan sebagainya.
Mempelajari lingkungan alam, para siswa diharapkan dapat lebih
memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam,
kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta dalam
menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga
kelestarian kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.
3) Lingkungan Buatan
Selain lingkungan sosial dan lingkunga alam yang sifatnya alami,
ada juga yang disebut lingkungan buatan, yaitu lingkungan yang sengaja
diciptakan atau dibuat oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan ini terdiri dari irigasi
atau pengairan, bendungan, pertamanan, kebun binatang, perkebunan,
penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek,
seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya
dukungnya, serta aspek lain yang berkenaan dengan pembangunan dan
24
kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya. Lingkungan buatan ini
dapat dikaitkan dengan berbagai pelajaran yang diberikan di sekolah.
Ketiga lingkungan belajar di atas, dapat dimanfaatkan oleh sekolah
dalam proses belajar mengajar melalui perencanaan yang seksama oleh para
guru bidang studi baik secara individu maupun kelompok. Penggunaan
lingkungan belajar dapat dilakukan pada jam pelajaran maupun di luar jam
pelajaran seperti pemberian tugas. Dengan demikian, fungsi dari lingkungan
adalah untuk memperkaya materi pengajaran, memperjelas prinsip, dan
konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan dapat dijadikan sebagai
laboratorium belajar para siswa.
c. Kelebihan dan Kekurangan Konsep Pembelajaran dengan
Menggunakan Lingkungan
Cara membentuk karakter siswa salah satunya adalah melalui
pembelajaran berbasis lingkungan. Pembelajaran berbasis lingkungan adalah
suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran
belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Pembelajaran ini penting untuk
dilaksanakan karena pembelajaran yang terlalu berorientasi kepada
penguasaan materi pelajaran, nampaknya kurang mampu mengangkat kualitas
pendidikan kita, baik dari segi hasil maupun proses belajar. Dampak positif
dari diterapkannya pembelajaran berbasis lingkungan adalah siswa dapat
terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di
lingkungannya. Jika kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to
know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati
25
dirinya), learning to do (belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to
life together (belajar untuk bekerja sama), pembelajaran berbasis lingkungan
sangat tepat diterapkan oleh guru.
1) Kelebihan memanfaatkan media lingkungan
a. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan.
b. Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
konkrit, tidak verbalistik.
c. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-
benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual
learning).
d. Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,
karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa
dalam kehidupannya sehari-hari.
e. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
f. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung
dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
g. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan
siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media
yang dikemas (didesain).
26
2) Kekurangan memanfaatkan media lingkungan
a. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan
pada waktu siswa dibawa ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan
belajar yang diharapkan, sehingga ada kesan main-main.
b. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan
memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu
untuk belajar di kelas.
c. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di kelas.
5. Penerapan Pembelajaran Berbasis Lingkungan pada Materi Struktur
Tubuh Tumbuhan
Segala hal yang ada disekitar kita bisa dijadikan sebagai media
pembelajaran. Hanya saja, tidak semua pengajar mengetahui bagaimana cara
memanfaatkan lingkungan yang tersedia sebagai media dalam pengajaran
bidang studi. Adapun penerapan media lingkungan dalam mengajarkan materi
IPA dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah Persiapan
Langkah-langkah yang harus ditempuh pada persiapan diantaranya:
a. Menentukan tujuan belajar yang berhubungan dengan pembahasan
bidang studi tertentu.
b. Membuat RPP dengan langkah menerapkan lingkungan sebagai sumber
belajar
c. Menentukan objek yang harus dikunjungi dan dipelajari (yang dijadikan
sebagai sumber belajar).
27
d. Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.
e. Guru dan siswa mempersiapkan perizinan jika diperlukan.
f. Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
g. Persiapan tersebut dibuat guru dan siswa pada waktu belajar bidang studi
yang bersangkutan, atau dalam program akhir semester.
2) Langkah Pelaksanaan
Pada langkah ini, sebelum guru mengajak siswa keluar kelas menuju
halaman sekolah yang telah ditentukan sebagai objek atau lingkungan yang
dijadikan sebagai sumber belajar. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai dan pembagian kelompok secara heterogen. Guru dan
siswa melakukan kegiatan belajar mengajar dihalaman sekolah sesuai dengan
rencana yang telah dipersiapkan. Guru menjelaskan kembali materi tentang
struktur tubuh tumbuhan dengan menampilkan berbagai macam tumbuhan
yang ada disekitar siswa. Selanjutnya, tiap kelompok dibagikan lembar kerja
siswa sebagai lembar pengamatan tentang struktur tubuh tumbuhan. Setelah
semua kelompok menyelesaikan LKS, guru mengajak siswa masuk kelas
untuk membahas hasil pengamatan tiap kelompok.
3) Tindak Lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar “pelaksanaan” di atas adalah
kegiatan belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil
pengamatan siswa dari lingkungan belajar. Setiap kelompok diminta untuk
melaporkan hasil-hasil dari pengamatan untuk dibahas bersama. Selain itu,
guru juga dapat meminta para siswa untuk menyampaikan kesan-kesannya
28
dari kegiatan belajar tersebut. Guru memberikan evaluasi untuk mengukur
hasil belajar siswa tentang materi struktur tubuh tumbuhan.
6. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu proses aktivitas manusia yang berlangsung
secara sadar dan bertujuan untuk memenuhi sesuatu sehingga terjadi
perubahan yang positif dan tetap dalam tingkah laku yang diwujudkan dalam
kepribadian seseorang. Belajar juga dapat dikatakan sebagai masalah yang
sangat esensial, dikatakan esensial karena aktivitas tersebut merupakan proses
modifikasi dari hasil pengetahuan dan ketrampilan serta sikap seseorang.
Berikut pandangan para ahli tentang belajar,
Belajar menurut pandangan Jerome Brunner (dalam Trianto, 2010:15)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif di mana siswa
membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan
konstruktivisme ‘Belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan
yang ada diluar dirinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses
dan menginterprestasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang
sudah dimilikinya dalam format yang baru. Proses pembangunan ini bisa
melalui asimilasi atau akomodasi (Mc Mahon, 1996) “.
Belajar menurut pandangan Gagne (dalam Agus Suprijono, 2012:2)
mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapaiseseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan
29
diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secaraalamiah”.
Berdasarkan uraian dari pengertian belajar maka dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah aktivitas mental (psikhis) yang terjadi karena adanya
interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya yang menghasilkan
perubahan-perubahan yang bersifat relatif tetap dalam aspek-aspek: kognitif,
psikomotor dan afektif. Perubahan tersebut dapat berupa sesuatu yang sama
sekali baru atau penyempurnaan/ peningkatan dari hasil belajar yang telah
diperoleh sebelumnya.
b. Pengertian Hasil belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 343) “hasil” berarti
sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha. Sedangkan kata “belajar”
mempunyai banyak pengertian, menurut Winkel (Susanto, Teori Belajar dan
Pembelajaran, 2013: 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan wujud tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran yang diperoleh melalui tes hasil belajar.
Menurut Syah (Husnawati, 2013: 10) bahwa “hasil belajar adalah hasil
pengungkapan belajar yang meliputi ranah cipta (kognitif), ranah rasa
(afektif), dan ranah karsa (psikomotorik)”. Sementara oleh S. Nasution (1996:
17) bahwa:
30
Hasil belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalamberfikir, merasa, dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurnaapabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif, danpsikomotorik. Sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskanjika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketigakriteria tersebut.
Dapat diperoleh sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil
yang diperoleh seseorang dari aktivitas belajar berupa perubahan dalam
dirinya yang meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan psikomotor yang
diperolehnya dari latihan dan pengalamannya. Prestasi belajar harus
membawa perubahan dan perubahan itu terdapat dalam keadaan sadar dan
disengaja dan bentuk dari prestasi belajar itu dapat berupa pengetahuan,
keterampilan, ataupun nilai-nilai hidup, namun dalam penelitian ini yang
dimaksud dari dengan “hasil belajar” adalah informasi nilai yang
menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam garis-garis program pembelajaran yang mana prestasi belajar
ditunjukkan dengan nilai rapor siswa.
c. Hasil belajar IPA
Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar
sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar harus dirumuskan dengan baik
untuk dapat dievaluasi pada akhir pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak
langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk memperlihatkan
kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun demikian, hasil
31
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap
dan tingkah lakunya.
Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati
setelah mengikuti program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan
siswa terhadap pengetahuan dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar
IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang telah tercantum
dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Hasil
belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA
sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan
sikap ilmiah. Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi
proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan
pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan menerapkan konsep yang
diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat
untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun,
kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta
mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan
Yang Maha Esa. Dengan demikian, hasil belajar hasil belajar yang
dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang mencakup penguasaan produk,
proses, dan sikap ilmiah.
32
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2012:6 ) hasil belajar mencakup
kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
a. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
b. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima
jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
c. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif
lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun
hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil
penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Gagne (Aunurrahman, 2011:143) menegaskan lima kemampuan
manusia yang merupakan hasil belajar, yaitu:
33
1. Keterampilan intelektual, yakni sejumlah pengetahuan mulai dari memapuan
baca, tulis, hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan ini
sangat tergantung pada kapasitas intelektual, kecerdasan sosial seseorang dan
kesempatan belajar yang tersedia.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan mengatur cara belajar dan berpikir
seseorang dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah.
3. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
4. Keterampilan motorik, yakni kemampuan dalam bentuk keterampilan
menggunakan sesuatu, keterampilan gerak.
5. Sikap dan nilai, yakni hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, intensitas
emosianal (Depdiknas, 1998/1999: 16).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama
atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta
dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
Hasil belajar pada pembelajaran IPA juga terdiri atas tiga, yaitu hasil
belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik.
34
a. Hasil belajar IPA dalam aspek kognitif
Cara yang digunakan dalam menilai hasil belajar IPA siswa dalam
ranah kognitif antara lain: tes tertulis dengan pulpen dan kertas, lembar
observasi kegiatan siswa, tes bergambar dengan sedikit kata-kata, jurnal
siswa, peta konsep, serta penilaian portofolio.
Tes tertulis adalah cara yang paling umum digunakan untuk menilai
hasil belajar kognitif siswa, meskipun pada dasarnya aspek kognitif lebih
menekankan pada membangun pemahaman konsep, namun tes tertulis dapat
membantu siswa dalam mengetahui tingkat pemahaman siswa yang telah
diperoleh setelah proses belajar mengajar IPA. Tes tertulis dapat berupa
pertanyaan sederhana dengan jawaban yang sederhana pula, atau pertanyaan
yang sifatnya rumit namun berbentuk pilihan ganda.
Hasil belajar kognitif dalam pembelajaran IPA juga dapat diperoleh
dengan lembar observasi siswa. Guru mengajukan pertanyaan yang tepat dan
memperhatikan siswa yang memahami konsep dan proses IPA. Cara ini dapat
mendeteksi adanya miskonsepsi dalam pembelajaran IPA sehingga guru
dapat memperbaiki secara dini, sehingga siswa menanamkan konsep yang
benar dalam pikirannya. Pengamatan juga dapat dilakukan saat siswa belajar
dalam kelompok kecil di kelas.
Selain itu, membuat jurnal siswa juga dapat mengukur hasil belajar
siswa. Misalnya berupa penilaian jurnal yang dibuat siswa selama melakukan
percobaan sederhana. Sehingga dapat terlihat siswa yang memiliki
kemampuan dalam hal memahami konsep pembelajaran IPA.
35
Peta konsep untuk menilai hasil belajar kognitif dapat dilakukan
dengan membiarkan siswa membuat peta konsep sendiri, dengan mengisi
kerangka peta konsep yang telah dibuat oleh guru sebelumnya, sehingga guru
dapat memahami sampai dimana pemahaman siswa terhadap konsep yang
dipahaminya selama proses pembelajaran IPA berlangsung.
Adapun penilaian portofolio dapat dilakukan denagan
mengumpulkan hasil belajar siswa yang positif dalam satu folder. Hasil
belajar yang dimaksud sepeti tugas-tugas individu maupun kelompok serta
pekerjaan rumah. Setiap siswa meiliki masing-masing portofolio sehingga
guru dapat mengetahui perkembangan kemampuan kognitif siswa. Srini, 1995
(Firman: 2011).
b. Hasil belajar IPA dalam aspek afektif
Menurut Bloom, hasil belajar afektif mencakup perasaan, emosi,
minat, sikap, nilai, dan apresiasi yang erat kaitannya dengan hasil belajar IPA
siswa. Cara yang terbaik untuk menilai sikap atau afektif siswa adalah
mengamati secara langsung pada saat proses belajar mengajar atau pada saat
bermain dengan siswa lain dan tidak memperhatikan pelajaran. Guru harus
lebih memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa. Cara lain yang digunakan
untuk menilai hasil belajar afektif siswa adalah dengan memberikan
kuesioner sikap siswa dalam pembelajaran dan siswa mengisi kuesioner
tersebut, sehingga guru dapat mengetahui keinginan, minat, perasaan, serta
minat siswa terhadap pembelajaran IPA.
36
c. Hasil belajar IPA dalam aspek psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik dapat dinilai melalui unjuk kerja atau
kinerja siswa, karena psikomotorik lebih menekankan pada keterampilan
motorik atau menangani alat dan bahan percobaan IPA. Penilaian hasil belajar
ini dapat guru lakukan dengan membuat tabel pengamatan kinerja siswa.
Srini, 1995 (Firman: 2011).
d. Hakikat Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam, yang sering disebut juga dengan istilah
pendidikan sains, disingkat menjadi IPA. IPA merupakan salah satu mata
pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada
jenjang sekolah dasar. Pendidikan sains pada dasarnya menekankan pada
pemberian pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan
keterampilan proses dalam mengenal dan memahami alam sekitarnya.
Pembelajaran sains bagi siswa lebih ditekankan pada upaya melatih siswa
untuk menangkap gejala dan persoalan alam dengan tetap berpegang pada
kaidah-kaidah ilmiah sehingga sains diharapkan tidak hanya menghafal tetapi
harus melibatkan proses atau aktivitas mental dan fisik siswa lewat
pengalaman nyata. Akan tetapi, mata pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran yang selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik,
mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan
sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit
terbukti dari hasil ujian akhir sekolah.
37
Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa hanya untuk mengingat
dan menimbun berbagai informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya
dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi ini juga menimpa pada pembelajaran IPA, yang
memperlihatkan bahwa selama ini proses pembelajaran sains di sekolah dasar
masih banyak yang dilaksanakan secara konvensional. Para guru belum
sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam
melibatkan siswa serta belum menggunakan berbagai pendekatan/strategi
pembelajaran yang bervariasi berdasarkan karakter materi pelajaran.
Penyebab utama kelemahan pembelajaran tersebut adalah karena
kebanyakan guru tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan
memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak. Pada
akhirnya, keadaan semacam ini yang menyebabkan kegiatan pembelajaran
dilakukan hanya terpusat pada penyampaian materi dalam buku teks saja.
Keadaan seperti ini juga mendorong siswa untuk berusaha menghafal pada
setiap kali akan diadakan tes atau ulangan harian atau tes hasil belajar, baik
ulangan tengah semester (UTS) maupun ulangan akhir semester (UAS).
Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang
alam yang dalam Bahasa Indonesia disebut dengan Ilmu Pengetahuan Alam,
dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam
38
sebagai produk, proses, dan sikap. Dari ketiga komponen IPA ini, Sutrisno
(Ahmad: 2013), menambahkan bahwa IPA juga sebagai prosedur dan IPA
sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari
ketiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses,
sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai
produk.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
sains merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang
mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA.
Oleh karena itu, pembelajaran IPA di sekolah dasar dilakukan dengan
penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA.
Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat
pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan
sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menumbuhkan sikap ilmiah
siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, penarikan
kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.
39
7. Profil Sekolah
Tabel.2.1 Profil Sekolah SD Inpres Bontosallang
NO. IDENTITAS SEKOLAH
1. Nama Sekolah SD Inpres Bontosallang
2. Nomor Induk Sekolah 101190307023
3. Nomor Statistik Sekolah -
4. Provinsi Sulawesi Selatan
5. Otonomi Daerah Gowa
6. Kecamatan Bontonompo
7. Desa/Kelurahan Romanglasa
8. Jalan Jl. Bontosallang
9. Kode Pos 92153
10. Telepon -
11. Daerah Pedesaan
12. Status Sekolah Negeri
13. Kelompok Sekolah A
14. Akreditasi B
15. Tahun Berdiri 1979
16. Kegiatan Belajar Mengajar Pagi
17. Bangunan Sekolah Milik Sendiri
18. Jarak ke Pusat Kecamatan 3 KM
19. Jarak ke Pusat Otoda 20 KM
20. Terletak pada Lintasan Desa
21. Organisasi Penyelenggara Pemerintah
40
a. Riwayat Singkat Pendiri dan Pembina Sekolah Dasar Inpres
Bontosallang
Sekolah Dasar Inpres (SDI) Bontosallang terletak di kabupaten Gowa
tepatnya di kecamatan Bontonompo desa Romanglasa, Jalan Bontosallang.
Sekolah ini di bangun oleh PEMDA tahun 1979.
Sekarang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah bernama Lembang
S.Pd melibatkan guru tetap 5 orang dan guru honor 4 orang, terbagi dalam 6
rombel (rombongan belajar) dengan jumlah murid seluruhnya = 104 orang.
Salah satu keunggulan dari sekolah tersebut, karena posisinya berada
di jalan poros dengan akses kendaraan yang mudah ditempuh, baik berjalan
kaki maupun menggunakan sepeda motor atau bentor, termasuk kendaran
umum lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu bahan pertimbangan pihak
orang tua anak didik menyekolahkan putra-putrinya di SD Inpres
Bontosallang.
41
b. Fasilitas Sekolah
1) Data sarana /prasarana
Tabel.2.2 Fasilitas SD Inpres Bontosallang
No. Fasilitas Jumlah Ket.1. Ruang Kepala Sekolah dan wakil 1 unit Ada2. Ruang untuk Guru 1 unit Ada3. Ruang Tata Usaha 1 unit Ada4. Ruang Kelas Belajar 6 unit Ada5. Kamar Kecil/WC Guru 2 unit Ada6. Kamar Kecil/WC Siswa 2 unit Ada7. Perpustakaan 1 unit Ada
8. UKS -Tidakada
9. Aula atau pertemuan -Tidakada
10. Laboratorium -Tidakada
11. Ruangan praktek -Tidakada
12. Gudang 1 unit Ada13. Halaman sekolah 1 unit Ada14. Kantin jujur - Ada15. Pos Keamanan 1 unit Ada16. Parkiran 1 unit Ada
2) Personil
Tabel 2.3. Jumlah Guru Per Mata Pelajaran / Guru Kelas
No. Nama GuruPendidikan
L/P
Mengajardikelas
MataPelajaran
1. Hj. Nursiah AR, S.Pd S1 P III GK2. M. Dahlan, A.Ma.Pd D2 L VI GK3. Darniati, S.Pd S1 P IV GK4. Ernawati, S.Pd S1 P V GK5. Faisal, A.Ma S1 L I GK6. Megawati, S.Pd S1 P I-VI GK7. Emmi Hasmayani, S.Pd S1 P I-VI GK8. Susilawati, S.Pd S1 P II GK9. Fardi, S.Pd S1 L I-VI Penjaskes
42
Tabel.2.4 Jumlah Guru Tenaga PendukunG/Petugas Keamanan
No Nama L/P Tugas
1. Herman L Satpol PP
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dimaksudkan sebagai landasan sistematika berfikir dalam
menguraikan permasalahan yang akan dibahas. Dalam rangka upaya untuk
mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran, pendidikan
merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas.
Sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka mewujudkan
potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses pendidikan yang
diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Mengingat hasil belajar murid merupakan gambaran dari kesuksesan
pendidikan dan lembaga pendidikan sekolah, maka hasil belajar penting untung
dikaji. Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan
sekitar. Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas.
Pembelajaran dengan media berbasis lingkungan menghapus kejenuhan dan
menciptakan peserta didik yang cinta lingkungan.
Peranan guru dalam proses pembelajaran tidak lagi sebagai pentransfer
pengetahuan tetapi sebagai motivasi dan fasilitator bagi murid dalam belajar. Oleh
karena itu, peran aktif murid dalam proses belajar mengajar sangat diharapkan
agar dapat mencapai proses dan hasil belajar yang produktif. Permasalahan yang
muncul dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah tingkat penguasaan
43
materi yang sangat rendah. Materi IPA merupakan salah satu materi pelajaran
yang dianggap sulit oleh murid. Hal ini disebabkan karena dalam mempelajari
materi tersebut, murid cenderung hanya menghafalkan konsep-konsepnya tanpa
memahami dengan benar. Akibatnya motivasi murid menurun dan murid
cenderung bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru sebagai
motivator dan fasilitator hendaknya mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut. Salah satunya dengan memilih strategi pembelajaran yang relevan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar murid.
Stategi pembelajaran yang dimaksud salah satunya adalah dengan
memilih media berbasis lingkungan. Berdasarkan hasil pengembangan di atas
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis lingkungan sesuai dengan
pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan). Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan
pengenalan terhadap lingkungan. Diharapkan dengan pembelajaran berbasis
lingkungan siswa lebih aktif dalam belajar, inovatif dalam berfikir, dan kreatif
dalam menciptakan sesuatu yang berguna. Sehingga tujuan untuk membentuk
siswa yang berkarakter, cerdas, dan berintergitas bisa tercapai.
Pemanfaatan lingkungan adalah suatu pendekatan dalam proses
pembelajaran dan siswa belajar dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam
lingkungan yang alami. Anak tidak menghafal seperangkat fakta-fakta dan konsep
yang siap diterima, tetapi anak dirangsang untuk terampil mengembangkan sendiri
fakta-fakta dan konsep dari apa yang dilihatnya secara nyata.
44
Gambar 2.1. Kerangka pikir
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka, maka dapat diambil
hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah:
H0: Tidak ada pengaruh media berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA
konsep tubuh tumbuhan pada murid kelas IV SD Inpres Bontosallang
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
Proses Belajar MengajarDi SD Inpres Bontosallang
Konsep Tubuh Tumbuhan Media Berbasis Lingkungan
Kelas IVPre-test Post-test
Hasil Belajar
Temuan
Analisis
Rekomendasi
45
H1: Ada pengaruh media berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA konsep
tubuh tumbuhan pada murid kelas IV SD Inpres Bontosallang Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa.