Upload
dinhngoc
View
220
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,
DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
Metode mind mapping dalam keterampilan menulis telah menjadi bahan
kajian para penulis yang memiliki atensi perihal tersebut. Terkait dengan penelitian
yang dilakukan, suatu kebetulan peneliti membahas perihal yang memiliki relevansi
sehingga perlu dilakukan kajian dengan hasil kajian para penulis dimaksud. Untuk
itu, pada bagian berikut ini dipaparkan beberapa hasil karya tulis para peneliti
sebelumnya.
Penelitian pertama dilakukan oleh Ayunda (2013) dengan judul “Keefektifan
Penggunaan Teknik Mind-Mapping dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Bertolak
dari Peristiwa yang Pernah Dialami Siswa Kelas IX SMP Negeri 18 Malang”.
Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain penelitian control group pre-test
- post-test. Relevansi penelitian ini terhadap penelitian yang dilakukan terdapat pada
variabel yang menjadi sasaran perubahan, yaitu sama-sama meneliti kemampuan
menulis walaupun jenis tulisan berbeda, yaitu cerpen dan report. Variabel tindakan
yang digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan model pembelajaran
mind mapping. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, bukan penelitian
tindakan kelas. Keunggulan penelitian ini adalah penggunaan mind mapping yang
ditunjukkan efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan
peristiwa yang pernah dialami siswa kelas IX SMP Negeri 18 Malang. Namun, tidak
dipaparkannya rubrik penilaian sebagai pedoman penilaian dengan jelas dalam
penelitian yang dilakukan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dalam
pembelajaran menulis cerpen pada aspek kemampuan menyampaikan menggunakan
pembelajaran mind mapping lebih efektif dibandingkan dengan teknik pembelajaran
konvensional.
Penelitian kedua dilakukan oleh Jenny (2012) berjudul “Penggunaan Teknik
Peta Pikiran (mind mapping) dalam Kemampuan Menulis Karya Ilmiah oleh Siswa
Kelas XI SMA Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Pembelajaran 2012/2013”. Dalam
penelitian itu dibahas perubahan yang signifikan dari penggunaan teknik peta pikiran
(mind mapping) dalam kemampuan menulis karya ilmiah. Masalah yang diangkat
dalam penelitian itu adalah lemahnya kemampuan menulis siswa khususnya dalam
menulis karya ilmiah. Penelitian itu menggunakan desain pengukuran, yang
dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Metode yang
digunakan dalam penelitian itu adalah metode eksperimen dengan model desain
penelitian one group pre-test post-test yang hanya dilaksanakan pada satu kelas
(kelompok). Keunggulan penelitian itu adalah kemampuan menulis siswa meningkat
setelah diterapkannya metode mind mapping. Di samping itu, ada perubahan yang
signifikan setelah mind mapping diterapkan dalam kemampuan menulis karya ilmiah
khususnya artikel oleh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Tebing Tinggi tahun
pembelajaran 2012/2013. Namun, tidak dipaparkan secara spesifik kriteria
penulisannya. Penelitian itu mengunakan metode eksperimen, berbeda dengan
penelitian yang dilakukan penulis yang menggunakan model penelitian tindakan
kelas.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Nunik (2013) dalam tulisannya yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Metode Mind Mapping”
penelitian itu berupa penelitian tindakan kelas yang membahas keterampilan menulis
deskripsi siswa melalui metode mind mapping. Keunggulan penelitian itu adalah
kemampuan menulis siswa meningkat setelah diterapkannya mind mapping. Namun,
dalam penelitian itu juga ditemukan kendala, yaitu kurangnya wawasan guru terhadap
mind mapping, walaupun dapat diatasi dengan memberikan wawasan yang luas
kepada guru bersangkutan. Penelitian itu mengambil topik mengenai keterampilan
menulis deskripsi dengan tujuan penelitian meningkatkan keterampilan menulis
deskripsi melalui metode mind mapping pada siswa kelas IV SD Negeri Sine 01
Sragen. Bentuk penelitian itu adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri tiga siklus.
Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian itu adalah penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan
keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Sine 01 Sragen tahun
ajaran 2012/2013. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan
menulis deskripsi, yaitu pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 65. Pada siklus I
nilai rata-rata siswa adalah 74,5, pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 78,8, dan
pada siklus III nilai rata-rata siswa sebesar 84,6. Ketuntasan nilai keterampilan
menulis deskripsi pada prasiklus sebanyak 19 siswa atau 39%; pada siklus I siswa
yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 36
siswa atau 74%; pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 42
siswa atau 86% dan siklus III siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 46
siswa atau 94%. Namun, dalam penelitian tersebut tidak dijelaskan penggunaan teori
menulis, serta tidak adanya rubrik penilaian yamg digunakan sebagai acuan dalam
menentukan penilaian. Perbedaan penelitian itu dengan penelitian yang dilakukan
adalah penelitian itu mengambil topik tentang menulis karangan deskripsi bukan
report text.
Penelitian keempat dilakukan oleh Sondang (2013) yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind Map) terhadap Kemampuan Menulis
Karangan Deskripsi oleh Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sidikalang Kab. Dairi Tahun
Pembelajaran 2013/2014” dalam penelitian itu dibahas mind mapping terhadap
kemampuan menulis karangan deskripsi. Relevansinya dengan penelitian ini adalah
sama–sama menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Perbedaannya adalah
penelitian itu menggunakan karangan deskripsi, sedangkan penelitian yang dilakukan
ini menggunakan report text. Objeknya adalah siswa kelas XI di sekolah kejuruan
dengan keterampilan menulis deskripsi. Tujuan penelitian itu adalah untuk
mengetahui lebih jelas perubahan yang signifikan dari penggunaan model peta
pikiran (mind map) terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi. Metode yang
digunakan dalam penelitian itu adalah metode eksperimen dengan model desain
penelitian one group pre-test post-test design yang hanya dilaksanakan pada satu
kelas (kelompok). Namun, tidak dipaparkan secara spesifik kriteria penulisannya baik
prosedur skematis dalam penulisan laporan perjalanan yang dimaksud. Dari
penelitian tersebut terlihat bahwa penggunaan model mind mapping dalam
pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi.
Selanjutnya, penelitian Kurnia (2012) yang berjudul “Penggunaan Metode
Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi”.
Dalam penelitian itu dibahas penggunaan model mind mapping untuk meningkatkan
kemampuan menulis puisi dengan menggunakan penelitian tindakan kelas.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan model mind
mapping. Di samping itu, dalam keterampilan menulis puisi juga dapat digunakan
model mind mapping yang mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi dalam
bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Pengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan tes. Validitas data
menggunakan validitas isi. Namun, tidak dipaparkan secara jelas mengenai teori yang
digunakan, serta tidak adanya rubrik sebagai acuan penilaian.
Penelitian terakhir yaitu penelitian Darmayoga yang berjudul “Pengaruh
Implementasi Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS
Ditinjau dari Minat Belajar pada Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar Tahun
Pelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang bagaimana
pengaruh implementasi metode pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar
IPS yang ditinjau dari minat belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian semu
dengan desain the posttest-only control group design. Instrument penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes hasil belajar IPS dan kuesioner minat
belajar. Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan Anacova. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa metode pembelajaran mind mapping mampu
meningkatkan minat siswa untuk belajar IPS, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan
dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Selain itu terdapat kontribusi yang
positif dan signifikan minat belajar terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD Sathya Sai
Denpasar. Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan
model mind mapping.
Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping
sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, baik dalam menulis karangan
deskripsi, cerpen, karya ilmiah, puisi maupun dalam pembelajaran bidang studi IPS.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang
dapat meningkatkan kemampuan menulis report text siswa. Penelitian yang dilakukan
berbeda dengan penelitian di atas. Adapun penelitian yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan kemampuan menulis report text. Semua penelitian terdahulu yang
disebutkan di atas sangat membantu untuk menentukan tahap tahap yang harus
dilakukan dalam penulisan penelitian ini serta dapat dibandingkan hasil yang
diperoleh nantinya.
2.2 Konsep
2.2.1 Kemampuan Menulis
Menurut Robbin (http://idtesis.com/pengertian-kemampuan/), kemampuan
merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk
melaksanakan tugasnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan merupakan kecakapan setiap individu untuk menyelesaikan
pekerjaannya atau menguasai hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan.
Selain itu, kemampuan juga dapat dilihat dari tindakan tiap-tiap individu.
Kemampuan terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain seperti berikut.
1) Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berpikir
2) Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang
menuntut tenaga atau stamina berupa keterampilan, kekuatan, atau karakteristik
serupa.
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah
kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga
kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan
oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh kemampuan
menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar
bahasa (Iskandarwassid, 2013:248).
Merujuk dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan menulis
dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang dalam menulis yang tidak dapat
dilepaskan dari kemampuan intelektual seseorang. Mengingat kemampuan menulis
memerlukan kemampuan berpikir yang ditunjang dengan kemampuan seseorang
dalam penguasaan berbagai unsur kebahasaan maupun unsur di luar bahasa.
2.2.2 Report text
Salah satu teks yang diajarkan di SMA adalah report text. Di dalam report text
juga terdapat description text, yang juga menggambarkan suatu hal yang terdapat
dalam report text. Kata ‘report’ berasal dari bahasa Inggris, artinya ‘menyampaikan’,
mengacu kepada sesuatu yang sudah terbukti kevalidannya setelah melalui berbagai
proses penyelidikan (observasi). Report text merupakan genre teks yang khusus untuk
melaporkan hasil observasi (penelitian) secara sistematik. Karena berupa
laporan, report text harus ditulis dalam keadaan selugas-lugasnya tanpa ada sesuatu,
sekecil apa pun yang dilebih-lebihkan.
Griffith (2000: 37), menyimpulkan bahwa Report is a text which presents
information about something, as it is. It is as a result of systematic observation and
analysis (report text adalah teks yang menginformasikan sesuatu apa adanya, tanpa
dilebih-lebihkan, sebagai hasil dari proses penelitian dan analisis sistematik)
(diunggah dari BeritaRemaja.com).
Report text mempunyai ciri kebahasaan seperti menggunakan general nouns,
menggunakan relating verbs untuk menjelaskan ciri, action verbs dalam menjelaskan
perilaku, menggunakan present tense untuk menyatakan suatu yang umum,
menggunakan paragraph dengan topic sentence untuk menyusun sejumlah informasi.
Report text memiliki dua struktur umum (generic structure), yaitu general
classification (pernyataan umum yang menerangkan subjek laporan, keterangan dan
klasifikasinya), dan description (penjabaran dari klasifikasi yang disajikan dengan
ilmiah).
Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa report text adalah
untuk menyampaikan informasi hasil pengamatan dan analisa yang sistematis.
Informasi yang dijelaskan dalam report text bersifat umum. Secara bahasa report text
adalah teks yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau
situasi, setelah diadakannya investigasi dan melalui berbagai pertimbangan.
2.2.3 Mind Mapping
Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke
dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran
kita (Buzan, 2011: 4). Mind mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian
tengah mind mapping sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan
terpenting; jalan-jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan
pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder
merupakan pikiran sekunder (Buzan, 2011: 4).
Peta pikiran yang ditemukan oleh Tony Buzan ini didasarkan pada cara kerja
otak menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak manusia tidak
menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi, tetapi
dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang. Apabila dilihat sekilas sel-sel
saraf tersebut akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Jika informasi disimpan
seperti cara kerja otak, maka informasi akan tersimpan makin baik dan hasil akhirnya
membuat proses belajar semakin mudah. Artinya, mind mapping merupakan salah
satu keterampilan paling efektif dalam proses berpikir kreatif.
Selanjutnya, Sugiarto (2004:75) berpendapat sebagai berikut. Peta pikiran
adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari dan memproyeksikan masalah
yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah
dipahami. Sebagai latihan, kegiatan ini dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan
kanan. Kemudian dalam aplikasinya sangat banyak membantu untuk memahami
masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Secara tidak langsung, peta pikiran
(mind mapping) dapat membantu untuk menjabarkan gagasan ataupun ide menjadi
suatu tulisan yang baik. Poin – poin yang sudah dijabarkan dapat dikembangkan
menjadi suatu tulisan yang lebih baik.
Berdasarkan konsep yang dipaparkan di atas merujuk dari teori Buzan, mind
mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan
konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk
korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di
atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya.
Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja
koneksi-koneksi di dalam otak.
2.2 Landasan Teori
Berdasarkan rumusan permasalahan yang dipaparkan di depan, dibutuhkan
beberapa teori untuk dimanfaatkan sebagai kerangka analisis dalam memecahkan
permasalahan tersebut. Teori-teori yang dimaksud, yaitu teori menulis, terutama
tentang bagaimana aturan ataupun tata cara dalam menulis sebuah karangan. Teori ini
digunakan untuk memecahkan permasalahan keterampilan menulis siswa report text
kelas XI IPA7 SMAN 8 Denpasar sebelum menggunakan metode mind mapping.
Teori tata bahasa, yaitu tentang aturan dalam tata bahasa Inggris. Teori ini digunakan
untuk memecahkan permasalahan tentang kendala-kendala yang dihadapi siswa
dalam menulis. Kemudian teori konstruktivisme, yaitu teori tentang perkembangan
intelektual siswa digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam keterampilan
menulis report text siswa kelas XI IPA 7 SMAN 8 Denpasar sesudah diterapkannya
metode mind mapping.
2.3.1 Teori Keterampilan Menulis
Dalman (2014:101) menyebutkan bahwa dalam menulis harus dipenuhi tiga
syarat, yaitu sebagai berikut.
a. Kesatuan
Kesatuan dalam pargraf adalah semua kalimat yang membina paragraf
harus secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu.
b. Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kekompakkan hubungan antara
kalimat yang satu dan yang lain dalam membentuk paragraf.
c. Perkembangan
Yang dimaksud dengan perkembangan karangan adalah penyusunan atau
perincian ide yang membina karangan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa menulis merupakan proses perubahan bentuk
pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau
tanda atau tulisan yang bermakna. Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian
kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis merupakan sebuah
proses kreatif untuk menuangkan gagasan dalam bahasa tulis. Menulis tidaklah
mudah karena dalam menulis juga harus diimbangi dengan membaca. Membaca
sebagai awal dari pengetahuan untuk isi atau gagasan dari tulisan itu sendiri. Selain
menjelaskan menulis, Dalman (2014:48) juga menjelaskan tentang persyaratan
paragraf yang mencakup:
1) persyaratan kesatuan dan keutuhan
2) persyaratan pengembangan
3) persyaratan kepaduan atau koherensi
4) persyaratan kekompakan atau kohesi
Menurut Suparno dan Yunus (2008:13), menulis merupakan suatu kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau
medianya. Tarigan (2008:233) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut
dan dapat memahami bahasa dan grafis itu. Perlu diketahui bahwa tulisan yang baik
akan menghasilkan paragraf yang baik.
Menurut Fuad dkk. (2009: 117--130) dalam Dalman (2005: 55), syarat
paragraf yang baik harus memiliki unsur. Pertama, kepaduan bentuk gramatikal
(cohesion in form), seperti penggunaan kata transisi, penggunaan pronominal,
penggunaan repetisi, penggunaan sinonimi, penggunaan elipsasi. Kedua, yaitu
kepaduan makna (coherence in meaning), seperti kekokohan kalimat penjelas,
kelogisan urutan peristiwa, waktu, ruang, dan proses.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa menulis
adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk
lambang/tanda/tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan tersebut terdapat suatu
kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/tanda/tulisan berupa
kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata
atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf
membentuk wacana/karangan yang utuh dan bermakna. Selain itu, sebuah paragraf
dikatakan baik bilamana memenuhi syarat kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koheren).
Kesatuan berarti bahwa dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu gagasan utama
atau kalimat utama, sedangkan kepaduan adalah sebuah paragraf hendaknya
memperlihatkan hubungan antarkalimat yang mendukung kalimat utama atau gagasan
pokok.
2.3.2 Teori Tata Bahasa
Bahasa merupakan sekumpulan tanda, aturan, struktur, dan pola yang
terbentuk dalam satu kesatuan yang utuh. Dalam pembelajaran bahasa tentu tidak
akan terlepas dari tata bahasa yang dalam bahasa Inggris biasa disebut grammar. Tata
bahasa atau grammar adalah suatu aturan dalam membentuk dan mengombinasikan
kata menjadi suatu kalimat (Hornoby, 1989: 542). Upaya mempelajari tata bahasa
akan mempertinggi kepandaian menggunakan bahasa. Selanjutnya Chaer (2012: 367)
menjelaskan bahwa tata bahasa setiap bahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu (1)
komponen sintaksis, (2) komponen semantik, dan (3) komponen fonologi.
Menurut Yule (2010: 83), tata bahasa adalah proses menggambarkan struktur
frasa dan kalimat sedemikian rupa sehingga mencakup semua unsur dalam suatu
bahasa dan mengatur urutan nontata bahasa yang terkandung di dalamnya. Sementara
itu, Richards (dalam Nunan, 2005:2) menyatakan bahwa tata bahasa adalah gambaran
sebuah bahasa dan cara penyampaian suatu bentuk, seperti kata dan frasa yang
dipadukan sehingga menghasilkan kalimat dalam bahasa tertentu.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tata
bahasa merupakan tonggak acuan dalam mempelajari bahasa karena dalam tata
bahasa digambarkan semua unsur dalam kalimat. Terkait dengan hal tersebut, dalam
mempelajari karangan report text juga digunakan tata bahasa. Dalam bahasa Inggris,
penggunaan tata bahasa mengerucut pada penggunaan ciri kebahasaan yang salah
satunya adalah simple present tense.
Simple present tense adalah bentuk tenses yang menyatakan kegiatan yang
menjadi rutinitas sehari-hari ataupun tentang suatu fakta. Pola kalimat pada simple
prsent tense secara umum adalah S + V1 + O atau untuk orang ketiga tunggal
menggunakan pola S + V1 (s/es) + O pada kalimat positif, S + do not + V1 + O atau
S + does not + V1 + O (untuk orang ketiga tunggal) pada kalimat negatif dan do + S
+ V1 + O atau does + S + V1 + O (untuk orang ketiga tunggal) pada kalimat
pertanyaan. Kata keterangan waktu yang digunakan dalam simple present tense
adalah kata, seperti every day, every week, in the morning, on Monday, etc. Di pihak
lain, kata keterangan waktu yang menunjukkan tingkat frekuensi, seperti always,
seldom, generally, etc. Sebagai contoh Earth moves around the sun (Masmedia, 2014
: 52--54).
2.3.3 Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme perspektif Simmel dan Weber (dalam Maliki 2012: 254)
mengatakan bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku
objek alam. Manusia selalu bertindak sebagai agen dalam bertindak mengonstruk
realitas kehidupan sosial. Cara yang dilakukan bergantung pada cara memahami atau
memberikan makna terhadap perilaku mereka sendiri. Di lain pihak dikatakan bahwa
perilaku manusia adalah generative (bersifat diwariskan). Dengan demikian, perilaku
tersebut juga merupakan pengalaman, baik sebagai kepemilikan peribadi maupun
diwariskan kepada generasi yang lain. Skinner (dalam Koswara, 1991:75)
menegaskan bahwa perilaku tidak muncul tanpa sebab. Namun, keberadaannya
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa ke dalam kontrol
lingkungan atau bisa dikendalikan. Hal ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti di bawah ini.
1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2) Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri
pengetahuan mereka.
3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dan pembelajaran
terbaru.
4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan
dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan
pemahamannya yang sudah ada.
5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya
tidak konsisten atau tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah
6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Salah satu teori atau pandangan yang terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual
dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan.
Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa
manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang
masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses
belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi
(Cahyo:2013: 37).
Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi
yang diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau
sudah ada sebelumnya dalam otak. Di pihak lain proses adaptasi adalah proses yang
berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasikan pengetahuan
yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan
baru sehingga akan terjadi kesinambungan (ekuilibrium).
Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah proses aktif peserta didik dalam mengontruksi arti, wacana, dialog,
dan pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip
dalam pembelajaran teori kontruktivisme adalah sebagai berikut.
1) Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.
2) Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta
didik.
3) Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan
mediator.
4) Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik.
5) Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar
aktif, belajar mandiri, kooperatif, dan kolaboratif.
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar
mengajar adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3) Murid aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan
konsep ilmiah.
4) Guru sekadar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar.
5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
7) Mencari dan menilai pendapat siswa.
8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Model pembelajaran kooperatif mind mapping dapat diterapkan dalam
pembelajaran bahasa Inggris sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan.
Pembuatan mind mapping terlebih dahulu akan membantu siswa menyusun
informasi, melancarkan aliran pikiran, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan
menulis karangan.
Dalam membuat mind mapping, Buzan memberikan beberapa langkah untuk
mempermudah dalam menggunakan mind mapping. Adapun langkah dalam membuat
mind map menurut Buzan (2011: 15) adalah sebagai berikut.
1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan
mendatar (landscape).
2) Menggunakan warna yang menarik karena bagi otak, warna sama menariknya
dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup,
menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan.
3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat, hubungkan cabang-
cabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya.
Hal ini dilakukan karena otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat)
hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan, akan lebih mudah
dimengerti dan diingat.
4) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus dan gambar.
Gambar 1. Model Mind Mapping
2.3 Model Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian dianalisis
menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
digunakan untuk memaparkan penjelasan tiap-tiap masalah. Pendekatan kuantitatif
digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran tersebut dalam bentuk angka. Analisis data
menggunakan teknik statistika. Penyajian hasil analisis dibantu dengan tabel
sederhana dan grafik. Secara garis besar, model penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut.
Catatan:
Menunjukkan hambatan
Menunjukkan keterkaitan
Menunjukkan saling keterkaitan
Gambar 2 Model Penelitian
Kemampuan siswa kelas XI IPA 7
dalam menulis report text
Kemampuan siswa
setelah tindakan
Kendala yang muncul
dalam tindakan
Kemampuan siswa
sebelum tindakan
Diterapkan
PTK melalui Mind
Mapping
Analisis
Data
Teori Tata
Bahasa
Siswa
HASIL
Data
Teori
Konstruktivisme
Teori
Menulis
Gambar 3 Model PTK
Model penelitian di atas menunjukkan keefektifan mind mapping dengan
penelitian tindakan kelas dalam memecahkan permasalahan menulis report text di
kelas XI IPA 7 SMAN 8 Denpasar. Selain itu, juga diterapkan beberapa teori yang
berkaitan dengan penelitian ini, seperti teori tata bahasa, teori menulis, dan teori
konstruktivisme.
Dalam model penelitian di atas menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai
hambatan dalam kemampuan menulis, khususnya menulis report text. Kemampuan
siswa dalam menulis mempunyai keterkaitan dengan tiga masalah yang diangkat
dalam penelitian ini, yaitu kemampuan siswa dalam menulis report text sebelum
diterapkannya mind mapping, kemampuan siswa dalam menulis report text setelah
Pengamatan
SIKLUS II
SIKLUS I
Evaluasi
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Perencanaan
diterapkannya mind mapping, dan kendala yang dihadapi siswa dalam tindakan yang
diberikan.
Kemampuan siswa sebelum tindakan diberikan mempunyai keterkaitan
dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori konstruktivisme digunakan
untuk menentukan model pembelajarannya. Teori ini searah dengan model
pembelajaran mind mapping, yaitu belajar sebagai hasil dari konstruksi mental. Siswa
dapat belajar dengan baik jika mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka
sendiri. Jadi antara teori konstruktivisme dan mind mapping menunjukkan saling
keterkaitan. Selanjutnya, teori tata bahasa diaplikasikan untuk acuan dalam membuat
rubrik penilaian tata bahasa. Demikian juga dengan teori menulis yang diaplikasikan
dalam penelitian ini sebagai acuan dalam membuat rubrik penilaian yang berkaitan
dengan rubrik isi, organisasi dan mekanik penulisan karangan. Teori-teori tersebut
juga sebagai acuan dalam menganalisis data. Teori menulis juga diaplikasikan untuk
memecahkan kendala yang dihadapi siswa. Kemampuan menulis report text juga
dihadapi dengan kendala yang muncul ketika tindakan dilakukan. Kendala yang
muncul berkaitan dengan penerapan mind mapping untuk mengatasinya.
Kemampuan siswa setelah tindakan sangat berkaitan dengan penerapan mind
mapping. Kemampuan siswa setelah tindakan diterapkan melalui mind mapping
dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dari tindakan yang dilakukan,
dianalisis dengan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.