Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
Robbins dalam Euis Karwati dan Donni Juni
Priansa (2013:83) menyatakan bahwa kinerja
merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
berfungsi untuk melaksanakan tugas.
Budi Suhardiman (2012:29) menyatakan bahwa
kinerja pada dasarnya merupakan hasil dari suatu
pekerjaan. Hasil ini merupakan akhir dari pekerjaan
yang dipengaruhi oleh sumber daya dan lingkungan
yang berinteraksi secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan. Jika hasil dari suatu kinerja dapat
mencapai atau melebihi dengan yang diharapkan, baik
secara kualitas maupun kuantitas, maka hasil tersebut
dapat dikatakan memuaskan. Sebaliknya jika hasil di
bawah standar yang diharapkan maka dikatakan
kurang baik.
Menurut Supardi (2014:47) “kinerja adalah hasil
kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuan, berdasarkan atas
standardisasi atau ukuran dan waktu yang
disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai
norma dan etika yang telah ditetapkan”.
Sudarmanto (2014:7) kinerja pada dasarnya
merupakan perubahan atau pergeseran paradigma dari
konsep produkvitas. Pada awalnya, orang sering kali
menggunakan istilah produktivitas untuk menyatakan
10
kemampuan seseorang atau organisasi dalam
mencapai tujuan atas sasaran tertentu.
Menurut Mangkunegara (2014:9) “kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas ada
persamaan tentang kinerja yang menyatakan bahwa
kinerja merupakan prestasi seseorang baik secara
individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dalam
waktu tertentu. Tetapi ada beberapa perbedaan antara
lain kinerja berdasarkan prestasi seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaan, kualitas dan kuantitas,
kinerja merupakan pergeseran paradigma.
Jadi kinerja bisa secara individu maupun secara
kelompok/organisasi. Berarti kinerja individu sangat
menentukan prestasi organisasi. Kinerja merupakan
hasil yang dicapai seseorang baik secara individu
maupun kelompok dalam waktu yang telah
ditentukan. Adapaun hasil diukur secara kualitatif
dan kuantitatif. Hasil dari kinerja didukung oleh
sumber daya manusia yang memilki kompetensi,
keterampilan dan didukung lingkungan yang kondusif.
Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh
seseorang sesuai dengan ukuran dan waktu yang
telah ditetapkan dan hasil yang diinginkan oleh
individu atau sebuah organisasi. Dengan standar atau
patokan yang telah ditentukan, seseorang harus
mempunyai target untuk memenuhinya, dan apabila
bisa memenuhi maka seseorang mempunyai kinerja
yang baik.
11
Kinerja merupakan bentuk hasil dari
kemampuan seseorang atau organisasi untuk
menunjukkkan sebuah hasil untuk mencapai tujuan
dalam waktu yang telah ditentukan atau target. Hasil
kinerja atau hasil produk yang dihasilkan oleh
seseorang atau kelompok merupakan kinerja sesorang
atau kelompok.
Kinerja bukan saja melihat dari kualitasnya
tetapi juga kuantitas yang dicapai. Untuk itu, dalam
mendapatkan hasil yang lebih baik maka orang harus
meningkatkan kinerjanya, sebab kinerja menentukan
prestasi seseorang atau lembaga. Kinerja seseorang
dapat diukur dari hasil yang dicapai baik secara
kualitas maupun kuantitas, karena produk yang
dihasilkan selain jumlahnya hasil tersebut harus
mempunyai kualitas yang baik.
Selanjutnya Surya Dharma (2009:125)
menyatakn bahwa kinerja terdiri dari motivasi,
pengembangan, dan komunikasi. Motivasi maksudnya
untuk merangsang orang meningkatkan kinerja dan
mengembangkan keahlian. Pengembangan, untuk
memberikan dasar untuk mengembangkan dan
memperluas atribut dan kompetensi yang relevan atas
peran yang dijalani maupun peran yang akan
dijalankan pada masa depan. Pengembangan dapat
difokuskan kepada peran yang dipegang saat ini,
memungkinkan orang untuk memperbesar dan
memperkaya keahlian mereka yang mereka perlukan
untuk mendapatkan peran sebagaimana mestinya.
Komunikasi, untuk berfungsi sebagai saluran
12
komunikasi dua arah tentang peran, sasaran,
hubungan, masalah kerja.
Tempe dalam Sapardi (2014:50) beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja
sesorang antara lain adalah: lingkungan, perilaku
manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan
balik dan administrasi pengupahan.
Berdasarkan pengetian di atas bahwa kinerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kompetensi, motivasi seseorang untuk berprestasi,
komunikasi, pengembangan, lingkungan , manajemen,
penilaian dan upah sebagai umpan balik.
Kinerja seseorang berhasil secara optimal apabila
didukung dengan dorongan yang memberi kesempatan
kepada seseorang menggunakan potensi yang ada pada
diri seseorang untuk mengembangkan kompetensi
yang dimiliki tentunya didukung pula dengan
komunikasi antar individu untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
Kinerja atau prestasi kerja mengandung
substansi pencapaian hasil kerja seseorang. Dengan
demikian bahwa kinerja maupun prestasi kerja
merupakan cerminan hasil yang dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang. Kinerja individu mempunyai
pengaruh terhadap hasil kinerja dari sebuah lembaga
atau institusi, yang artinya bahwa prestasi dari sebuah
lembaga dalam menghasilkan produk (output) sangat
ditentukan oleh kinerja individu secara kualitas dan
kuantitas dalam waktu dan target yang telah
ditentukan.
13
Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
peneliti dapat menyimpulkan, kinerja adalah sebuah
prestasi yang berupa unjuk kerja (performance) secara
individu atau kelompok yang dibuktikan dengan
output sesuai target yang telah ditentukan secara
kualitas dan kuantitas oleh sebuah lembaga untuk
mencapai tujuan. Kinerja seseorang didukung oleh
beberapa faktor antara lain: kompetensi seseorang,
lingkungan, iklim kerja dan tentunya umpan balik
yang berupa gaji.
Untuk mengetahui kinerja seseorang perlu
adanya evaluasi kinerja. Menurut Dessler dalam
Sudarmanto (2014:251) penilaian kinerja adalah suatu
proses yang meliputi: (1) penetapan standar prestasi
kerja, (2) penilaian prestasi kerja aktual karyawan
dalam hubungan dengan standar, (3) memberi umpan
balik kepada sesorang dengan tujuan memotivasi
prestasi kerja.
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk
memeperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi
dari SDM organisasi. Tujuan penilaian kinerja seperti
dikemukakan Sunyoto dalam Mangkunegara (2005:10)
adalah: (1) meningkatkan saling pengertian antara
karyawan tentang persyaratan kinerja, (2) mencatat
dan mengakui hasil kerja seseorang/karyawan,
sehingga termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, (3)
memberikan peluang kepada karyawan untuk
mendiskripsikan keinginan dan aspirasinya dan
meningkatkan kepedulian terhadap pekerjaan yang
diembannya, (4) mendefinisikan dan merumuskan
kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan
14
termotivasi untuk berprestasi, (5) memeriksa rencana
pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan, dan kemudian menyetujui
rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Jadi kinerja perlu adanya penilaian secara
sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan
seseorang dan kinerja suatu organisasi. Disamping itu
untuk menentukan tindak lanjut secara tepat,
memberikan tanggapan yang lebih baik untuk
peningkatan kinerja di masa mendatang yang lebih
baik dan sebagai dasar untuk promosi jabatan,
peningkatan karir dan penentuan imbalan yang sesuai.
2.2 Kinerja Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang pemimpin,
diharapkan mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding
dengan anggota yang dipimpinnya. Dengan kelebihan
yang dimiliki seorang pemimpin akan berwibawa dan
dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali ialah
kelebihan di bidang moral dan akhlak, semangat,
ketajaman intelegensi, kepekaan terhadap lingkungan,
dan ketekunan. Pemimpin mempunyai kemampuan
mempengaruhi orang yang dipimpin dalam arti mampu
membimbing dan mengarahkan dalam pencapaian
tujuan tertentu sesuai yang direncanakan.
Karwati dan Priansa (2013:83) menyatakan
kinerja kepala sekolah adalah unjuk kerja, prestasi
kerja, atau pelaksanaan kerja kepala sekolah. Kinerja
kepala sekolah merupakan tingkatan di mana kepala
sekolah menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan syarat
15
yang ditentukan. Kinerja kepala sekolah merupakan
hasil pelaksanaan pekerjaan, baik bersifat
fisik/material maupun non fisik/non material dalam
tenggang waktu tertentu.
Kepala sekolah adalah seorang pimimpin yang
dapat menyelesaikan suatu pekerjaan untuk mencapai
prestasi atau kinerja baik secra fisik ataupun non fisik,
sehingga kepala sekolah harus memiliki kelebihan
berupa keterampilan, kecerdasan, dan kepribadian
yang dapat diteladani oleh orang yang dipimpinnya.
Kepala sekolah harus dapat berfungsi sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator dan motivator (EMASLIM). Kepala sekolah
sebagai edukator artinya kepala sekolah harus
mempunyai strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya,
kepala sekolah sebagai manajer bahwa kepala sekolah
harus mampu merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, memimpin dan mengendalikan para
anggota organisasi yang dipimpin, kepala sekolah
sebagai administrator kepala sekolah mampu dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang
bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan
seluruh program sekolah, kepala sekolah sebagai
supervisor artinya kepala sekolah mampu menyupervisi
pekerjaan yang dilakukan tenaga kependidikan, kepala
sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, membuka komunikasi dua
arah, dan mendelegasikan tugas, kepala sekolah
sebagai inovator artinya memiliki strategi yang tepat,
mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
16
kegiatan, sebagai motivator kepala sekolah harus
mampu memberi motivasi kepada tenaga kependidikan
untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.
(Mulyasa,2006:98)
Faktor yang memepengaruhi kinerja kepala
sekolah adalah faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal terkait dengan pengaruh lingkungan
sosial masyarakat , budaya masyarakat, partisipasi
masyarakat terhadap pendidikan, tata nilai
masyarakat, politik, ekonomi, sistem birokrasi yang
berlaku. Faktor ini sangat berpenagruh pada kinerja
kepala sekolah.
Adapun faktor internal merupakan faktor yang
berhubungan langsung dari kepala sekolah itu sendiri
seperti keterampilan interpersonal, mental untuk
sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, terampil
berkomunikasi, inisiatif. faktor internal tersebut juga
adanya pengaruh latar belakang pendidikan,
kompetensi, rekrutmen, dan sistem kompensasi (Budi
Suhardiman,2012:18).
Selain faktor di atas ada beberapa hal yang
menentukan efektifitas seorang pemimpin ialah: (a)
faktor pribadi atau person dengan segala kualitas
keunggulannya, (b) faktor posisi berhubungan dengan
tugas dan fungsi seorang pemimpin, (c) faktor situasi
atau tempat yang khusus yang memerlukan tipe
kepemimpinan khusus pula.
Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala
sekolah yang mempunyai figure yang bisa memimpin
bawahannya dengan melakukan berbagai kegiatan,
baik yang menyangkut interaksi antara pemimpin
17
dengan orang yang dipimpin juga dilengkapi dengan
teknik komunikasi yang tepat dan kepribadian yang
positif. Untuk itu kepala sekolah dituntut mampu
membangun komunikasi dengan berbagai pihak.
Dengan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi
ini diharapkan mampu membuka dan
mengembangkan potensi untuk kemajuan dan
keberhasilan sekolah yang dipimpinnya.
Dadi Permadi (2000:26) menyatakan kepala
sekolah yang berkualitas, baik mereka yang bekerja di
desa maupun di kota mengemukakan tujuh (7) syarat
bagi kepala sekolah berkualitas, yaitu: (a) Flexibility in
outonimy an innovation ( luas dalam hal otonomi dan
inovasi), (b) cohesiveness within organization ( menyatu
dalam organisai), (c) comitment to school mission (terikat
pada misi sekolah), (d) recognition of staff ( menghargai
staf), (e) probling solving trough collaboration
(pemecahan masalah melalui kerja sama), (f) effective
delegation ( tepat dalam mendelagasikan), (g) focus
on teching and learning (tertuju pada belajar mengajar)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kepala
sekolah antara lain: (1) pengalaman akan memeberikan
bekal yang baik dalam melaksanakan tugas sebagai
kepala sekolah, (2) pendidikan akan memberikan bekal
kepala sekolah untuk mampu menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai supervisor pendidikan
secara optimal, (3) kesesuaian kerja dan keahlian yang
dimiliki dengan tuntutan tugas, maka akan
menghasilkan pelaksanaan supervisi kepala sekolah
semakin baik, (4) kematangan akan membekali kepala
sekolah, sehingga mampu mengambil keputusan yang
tepat dan penuh pertimbangan dalam menyelesaikan
18
tugas dan tanggung jawabnya (Euis Karwati dan Donni
Juni Priansa, 2013:221)
2.2.1 Peningkatan Mutu Pembelajaran.
Menurut Jerome S.Arcaro (2006:75) mutu adalah
sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki
keluaran yang dihasilkan. Untuk meningkatkan mutu
perlu proses dan tata kerja yang teratur dilakukan
secara terus- menerus. Mutu sebuah lembaga
pendidikan menjadi tanggung jawab semua personal
yang ada, sedangkan mutu pembelajaran
menggambarkan kompetensi dari guru di lembaga
pendidikan tersebut.
Untuk mendukung peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah dasar yang perlu diperhatikan
latar belakang pendidikan dari pengajar harus
memenuhi syarat sesuai dengan tuntutan dunia
pendidikan dasar. Seperti yang disyaratkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 29
ayat 2 menyatakan, bahwa pendidik pada SD/MI, atau
bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma
empat (D-IV) atau sarjana (S-1)
b. latar belakang pendidikan tinggi di bidang
pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau
psikologi, dan
c. sertifikat profesi guru untuk SD/MI.
Menurut Husaini Usman (2014:543) mutu
adalah produk atau jasa yang sesuai dengan standar
mutu yang telah ditetapkan dan memuaskan
pelanggan.
19
Sesuai dengan pendapat di atas, bahwa
pembelajaran bermutu apabila pelaksanaan
pembelajaran di sekolah bisa menghasilkan keluaran
(output) yang lebih baik, karena setiap rangkaian
pekerjaan merupakan sebuah usaha untuk
memberikan sumbangan pada penciptaan keluaran
yang memuaskan pelanggan. Di lembaga pendidkan
pelanggan adalah orang tua murid, masyarakat dan
lembaga pengguna hasil (keluaran)
Untuk menunjang terpenuhinya pembelajaran
bermutu tentunya diperlukan pendidik/guru yang
profesional, sehingga mutu pembelajaran bisa
memenuhi standar yang diharapkan.
Sudarwan Danim (2013:17) menyatakan bahwa
guru merupakan pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas
utama itu akan efektif jika guru memilki derajat
profesionalitas tertentu yang tercermin dari
kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan
yang memenuhi standar mutu atau norma dan etika
tertentu.
Peningkatan kompetensi guru melalu berbagai
kegiatan profesinalisme guru adalah salah satu upaya
untuk peningkatan mutu pembelajaran. karena dengan
kompetensi guru yang meningkat akan meningkat pula
kemampuan guru dalam melakukan praktik
pembelajaran di sekolah.
Menurut Hikmat (2011:285) seseorang dianggap
profesional apabila dalam mengerjakan tugasnya, ia
20
selalu berpegang teguh pada etika kerja, independent
(bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat
(efektif), efesien, dan inovatif, serta didasarkan pada
prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada
unsur-unsur: (1) ilmu atau teori yang sistematis, (2)
kewenangan profesional yang diakui oleh klien,(3)
sanksi dan pengakuan masyarakat akan keabsahan
kewenangannya, (4) kode etik dan regulatif.
Proses pembelajaran yang bermutu melibatkan
berbagai input pembelajaran seperti peserta didik
(kognitif, afektif, dan psikomotorik), bahan belajar,
metodologi yang bervarisi sesuai kemampuan guru,
sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana
prasarana, sumber daya lainnya dan penciptaan
suasana yang konduksif. Mutu pembelajaran di
sekolah ditentukan melalui metode, input, suasana
kondusif dan kemampuan memberdayakan sumber
daya yang ada (guru) untuk peserta didik dalam
pembelajaran secara poduktif (Euis Karwati dan Donni
Juni Priansa:2013)
Mutu pembelajaran merupakan hasil pendidikan
yang ditentukan oleh beberapa faktor pendukung
antara lain; 1) peserta didik, 2) pendidk yaitu
kompetensi guru yang meliputi kemampuan guru
dalam melaksanakan manajemen proses pembelajaran,
kemampuan guru dalam menggunakan metode
mengajar secara bervariasi, dan kelengkapan
administrasi sebagai pendukung keberhasilan
pembelajaran, 3) sarana prasarana yang memenuhi
standar kebutuhan artinya sesuai dengan yang
21
dibutuhkan saat mengajar, 4) suasana kondusif
sangat mendukung mutu pembelajaran.
Menurut Mustakim (2008) Kepemimpinan kepala sekolah dan kreativitas guru yang profesional, inovatif, kreatif, merupakan salah satu tolok ukur dalam peningkatan mutu pembelajaran di sekolah ,karena kedua elemen ini merupakan figure yang bersentuhan langsung dengan proses pembelajaran , kedua elemen ini merupakan figur sentral yang dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat (orang tua) siswa , kepuasan masyarakat akan terlihat dari output dan outcome yang dilakukan pada setiap periode. Jika pelayanan yang baik kepada masyarakat maka mereka akan secara sadar dan secara otomatis akan membantu segala kebutuhan yang di inginkan oleh pihak sekolah, sehingga dengan demikian maka tidak akan sulit bagi pihak sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu
pendidikan di sekolah.
Alfian dkk, (2011) menyatakan bahwa mutu
ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan
kebutuhan, daya tarik, pendidikan yang besar,
efektivitas program serta efisiensi dan produktivitas
kegiatan. Sementara masyarakat umum berpendapat
bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarnya
lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka
peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan mutu
pembelajaran atau pendidikan yang berkualitas secara
keseluruhan berkaitan dengan kualitas/kompetensi
guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam
upaya peningkatan kualitas (mutu) pembelajaran dan
hasil pendidikan. Untuk itu, seorang guru harus
memenuhi persyaratan sebagai guru profesional
dengan kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru
terdiri dari: kompetensi pribadi, kompetensi sosial, ,
22
kompetensi pedagogik, dan kompetensi profesional
mengajar. Untuk meningkatkan kompetensi tersebut
bisa menempuh beberapa program pelatihan dan diklat
serta kegiatan yang mendukung profesionalisme dan
pengembangan karir guru perlu diperhatikan, karena
dengan profesional yang meningkat berarti akan
memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah.
Selain guru, bahwa mutu pembelajaran masih
dipengaruhi beberapa faktor antara lain: siswa sebagai
input, metode pembelajran yang digunakan, media
pembelajaran, sarana dan prasarana yang mencukupi,
serta lingkungan yang kondusif.
Ronald H.Heck (2009) first, the effectiveness of successive teachers was related to student achievement in reading and math, Second, collective teacher effectiveness, as an organizational property of school, was positively associated with acchievement levels. Third, the stability of the school’s teaching staff and the quality of its academic organization and teaching processes were positively related to achievement levels.
Prestasi siswa tergantung dari efektifitas guru,
kerja sama guru dalam organisasi di sekolah memberi
dampak positif dalam prestasi. Stabilitas dan kualitas
organisasi dan pengajaran akademik berkaitan dengan
tingkat pencapaian. Hal ini menunjukan bahwa efektif
dan kinerja guru secara kolaborasi serta kualitas
dalam proses akademik akan mudah untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
23
2.2.2 Membentuk Tim Kerja yang Efektif
Mulyasa (2006:91) kebersamaan (teamwork)
merupakan karakteristik yang dituntut oleh
profesionalisme kepala sekolah, karena output
pendidikan merupakan hasil kolektif warga sekolah,
bukan hasil individual. Karena itu, budaya kerja sama
antarfungsi dalam sekolah, dan antarindividu dalam
sekolah, harus merupakan kebiasaan hidup sehari-
hari warga sekolah.
Menurut Dadi Permadi (2001:91) tim adalah
sekumpulan orang yang bekerja dalam suatu program
yang sama. Tim merupakan modal dasar untuk
meraih, di mana para anggota tim saling bekerja sama,
saling mendorong, dan mendukung, secara harmonis
untuk meningkatkan mutu.
Menurut Hikmat (2009:27) menyatakan “lembaga
pendidikan memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas membutuhkan pembagian kerja yang
profesional dan penempatan para pekerja menurut
kompetensinya masing-masing. Dengan demikian,
setiap pelaku pendidikan memikul tanggung jawab
yang penuh sesuai dengan kecakapannya dan
mengikuti sistem kerja yang profesional untuk
mencapai tujuan pendidikan.”
Pembagian tugas dalam sebuah tim diperlukan
keahlian sumber daya yang profesional, sehingga
tujuan yang diinginkan akan mudah dicapai.
Sheikh Raheel manzoor. et al (2011) menyatakan “... in this of invreased competition, leaders recognize of teamwork more than ever. Team can expand of individuals through collaboration...”
24
Dengan adanya persaingan yang meningkat,
maka perlu adanya sebuah kerja sama yang lebih baik,
tim kerja yang efektif dapat meningkatkan output
individu melalui kolaborasi atau kerja sama.
Tim kerja merupakan sebuah kerja sama yang
saling membantu untuk mencapai tujuan sebuah
lembaga, sehingga hasil atau output merupakan wujud
kerja bersama atau tim kerja yang kompak. Tim kerja
merupakan salah satu bentuk kinerja pada suatu
lembaga pendidikan untuk menghasilkan keluaran
yang memuaskan pada semua pihak pengguna jasa
pendidikan.
Untuk mencapai tujuan sebuah lembaga
khususnya di lembaga pendidikan sangat diperlukan
sebuah tim yang mempunyai komitmen tinggi, dengan
demikian segala sesuatu yang menghalangi organisasi
dapat diselesaikan dengan baik. Karena anggota tim
tersebut merasa memilki sebuah kesepakatan. Jadi
saling mendukung satu sama lain merupakan kunci
sukses dari tim kerja. Sebuah tim kerja (teamwork)
diusahakan untuk selalu bisa menyelesaikan
perbedaan pemahaman serta perselisihan antar
individu.
Hubungan sekolah dan masyarakat pada
hakikatnya merupakan sebuah sarana untuk
mengembangkan pribadi siswa di sekolah. Dalam hal
ini sekolah harus bisa menjalin kerja sama dalam
sebuah tim kerja yang efektif untuk mencapai tujuan
sekolah atau pendidikan secara efektif dan efesiaen.
Sekolah harus mengetahui harapan dari masyarakat.
Oleh karena itu, sekolah harus memberikan
25
penerangan tentang tujuan, program-program,
kebutuan serta keadaan masyarakat. Sebaliknya
sekolah harus mengetahui harapan dan kebutuhan
masyarakat. Perlibatan orang tua dan masyarakat
dalam program sekolah mempunyai tujuan antara lain
(1) memajukan kualitas pendidikan dan pertumbuhan
peserta didik, (2) memperkokoh kualitas hidup dan
penghidupan masyarakat, dan (3) menggairahkan
masyarakat untuk menjalin hubungan dengan
sekolah.(Mulyasa,2013:75)
Pendidkan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Untuk
itu perlu adanya kerja sama yang baik agar mutu
pembelajaran bisa terwujud. Dengan peningkatan
mutu pembelajaran akan berdampak pada mutu
pendidikan. Maka dari itu kepala sekolah harus dapat
melibatkan peran serta masyarakat untuk andil dalam
peningkatan kualitas pendidikan.
Undang-undang Sisdiknas (2003:pasal 54 ayat 1)
menyebutkan bahwa peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok,
keluarga, organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan. Maka sepantasnya tim kerja pada lembaga
pendidikan melibatkan berbagai pihak, agar terbentuk
sebuah tim yang efektif.
Irawan (2012) menyatakan bahwa ciri-ciri tim yang efektif sebagai berikut:
1. Tujuan yang sama Tujuan yang sama mengapa sekelompok orang berkumpul menjadi sebuah tim. Tanpa kesamaan tujuan, tim menjadi tidak relevan untuk dibentuk.
26
Adanya kesamaan tujuan yang melahirkan komitmen anggota tim. Sebab tujuan bersama merupakan perwujudan dari kepentingan bersama dari masing-masing individu dalam tim tersebut. Tanpa adanya tujuan yang sama maka setiap anggota tim akan bekerja menurut kepentingan sendiri dan tujuan masing-masing. Kesamaan tujuan akan membantu semua anggota tim dalam bergerak ke satu arah yang sama dan memilki indikator keberhasilan yang sama.
2. Peran yang jelas Sebuah tim seharusnya diisi oleh individu-individu dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tim. Oleh karena itu idealnya sebuah tim terdiri dari sekumpulan orang yang ahli dibidangnya masing-masing.dan bekerja sama dengan keahliannya untuk mencapai tujuan tim.
3. Komunikasi efektif Komunikasi adalah sarana yang digunakan untuk saling memahami. Makin baik komunikasi maka semakin baik pula pemahaman terhadap pesan yang terkirim dan diterima oleh masing-masing komunikator.Dalam sebuah organisasi dan Tim secara khusus, faktor komunikasi sering kali menjadi penghambat optimalisasi kinerja. Komunikasi yang buruk , sering kali menjadi pebnyebab gagalnya organisasi atau tim mencapai targetnya,
4. Pemimpin visioner Tim selalu terdiri dari kumpulan orang. Oleh karena itu sebuah Tim yang efektif selalu membutuhkan seorang pemimpin yang dapat menyatukan perbedtim aan pendapat setiap individu di dalam tim menjadi sesuatu yang dapat mnggerkan tim untuk mencapai tujuan bersama.lemahnya kepemimpinan di dalam tim sering kali menimbulkan konflik antara anggota yang tidak terkelola dengan baik.hingga menyebabkan kehancuran bagi kinerja tim.
5. Pikiran dan sikap positif Pikiran dan sikap positif adalah kunci kesuksesan hubungan antar manusia.Begitupun dalam sebuah tim,mengembangkan sebuah pikiran dan sikap positif pada setiap anggot tim, akan menciptakan sebuah performance tim yang tangguh. Setiap orang di dalam tim mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tim kerja adalah sebuah
27
kerjasama yang saling melengkapi antara satu dengan
yang lain bekerja bersama-sama, saling ada
keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama dalam
waktu yang telah ditentukan dan terprogram secara
teratur. Tim kerja (teamwork) harus saling mengerti
dan saling mendukung dalam menyelesaikan
perbedaan pendapat atau pemahaman. Sebagai
indikator tim kerja yang efektif antara lain: (1) ada
peminpin sebagai koordinator, (2) mempunyai rencana,
(3) menggunakan waktu sebaik-baiknya, (4)
mempunyai tujuan yang sama, (5) peran yang jelas, (6)
komunikasi yang efektif, (7) suasana kondusif.
2.2.3 Peningkatan Prestasi Siswa
Menurut Sudarmanto (2014:96) prestasi adalah
suatu keinginan untuk bekerja dengan baik atau
memenuhi/melebihi standar kinerja atau dorongan
untuk bekerja dengan baik.
Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu
aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan
pengukuran dan penilaian terhadap hasil kegiatan
belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan
berupa angka-angka dalam rapor. Bila siswa memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi, maka akan
meningkatkan prestasi belajar.
Prestasi siswa merupakan wujud dari kineja
pendidik yang secara langsung bisa dilihat hasilnya,
adapun prestasi siswa terdiri dari prestasi akademik
dan prestasi non akademik. Kedua-keduanya
mempunyai peran yang penting bagi perkembangan
jiwa anak. Karena kedua-duanya bila ditekuni dengan
28
sungguh-sungguh akan menentukan masa depan
siswa yang baik.
Heck dkk. dalam Mulyasa (2013:19) menyatakan,
bahwa prestasi akademik dapat diprediksi berdasarkan
pengetahuan terhadap perilaku kepemimpinan kepala
sekolah. Hal ini dapat dipahami karena proses
kepemimpinan kepala sekolah mempunyai pengaruh
terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan.
Menurut Husaini Usman (2014:543) mutu di
bidang pendidikan meliputi mutu input, proses,
output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan
bermutu jika setiap berproses. Proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan suasana
PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif,
Menyenangkan, dan Bermakna). Output dinyatakan
bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik
siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila
lulusan cepat terserap di dunia kerja, gaji wajar,
semua pihak mengakui lulusan dan merasa puas.
Peningkatan prestasi siswa terdiri dari: (1)
prestasi akademik dan non akademik, (2) pendidikan
budi pekerti. Prestasi merupakan wujud dari kinerja
yang dicapai. Prestasi siswa merupakan hasil atau
kinerja kepala sekolah dan guru, sehingga harus ada
bukti berupa data otentik yang dapat diketahui oleh
semua pihak.
Menurut Slameto (2009:132) keberhasilan,
kemajuan, dan prstasi belajar para siswa memerlukan
data yang otentik, dapat dipercaya, dan memilki
keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan
29
mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah
sebagai manajer pendidikan di sekolah.
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan
bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh oleh
seseorang dari hasil kinerjanya secara maksimal dalam
mencapai tujuan dan waktu yang telah direncanakan.
Prestasi siswa berhubungan dengan kemampuan siswa
yang dapat dicapai dalam bidang akademik dan non
akademik secara terprogram dilakukan secara rutin
dan diakhiri dengan evaluasi yang dibuktikan oleh
hasil berupa data keberhasilan siswa tesrsebut.
Keberhasilan siswa merupakan unjuk kerja guru dan
kepala sekolah.
Pendukung prestasi selain akademik adalah
pendidikan budi pekerti yang bertujuan untuk
membina akhlak dan budi pekerti siswa agar menjadi
siswa yang santun, bertanggung jawab dan berbudi
pekerti mulia. Yang dilaksanakan lewat kegiatan
pembiasaan dan keteladanan oleh guru.(Kurikulum SD
Merbuh, 2015:22)
Pengembangan fifisk sekolah dan pembiasaan
siswa (pendidikan budi pekerti) sebagai pendukung
peningkatan prestasi siswa . Prestasi siswa dirasa
sempurna apabila kualitas fisik dan mental seimbang.
Pengembangan institusi lembaga pendidikan juga
sangat mendukung prestasi siswa, contohnya ruang
kelas yang mencukupi akan memberikan rasa nyaman
dalam proses pembelajaran. lengkapnya sarana
pembelajaran akan mendukung peningkatan prestasi
siswa. Pengembangan pribadi siswa dalam dunia
pendidikan juga mendukung peningkatan prestasi
30
siswa. Karena dengan pembiasaan individu dalam hal
posistif akan memberi kontribusi prestasi siswa pada
waktu yang akan datang.
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan
Kualitas kinerja kepala sekolah sangat
menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan
yang dipimpinnya. Dengan demikian faktor kinerja
seorang kepala sekolah sangat menentukan kualitas
dalam pengelolaan sekolah untuk mencapai tujuan.
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kinerja
kepala sekolah menempuh berbagai jalan/cara antara
lain dengan workshop, pelatihan dan diklat tentang
peningkatan kinerja kepala sekolah.
Di samping usaha tersebut juga banyak
penelitian yang relevan dengan kajian kinerja kepala
sekolah antara lain:
Berdasarkan penelitian Budi Suhardiman tentang
Studi Kinerja Kepala Sekolah yang menyatakan bahwa
pengaruh rekrutmen, kompetensi, dan sistem
kompensasi kepala sekolah terhadap kinerja guru
hasilnya sangat tinggi. Faktor-faktor lain yang bisa
mempengaruhi kinerja kepala sekolah yaitu
kepuasan dalam bekerja, jumlah dan jenis diklat
yang sudah diikuti, pengembangan karir, sistem
pembinaan, latar belakang pendidikan, motivasi, minat,
iklim organisasi, dan sebagainya. Faktor lain yang bisa
memengaruhi kinerja kepala sekolah, yaitu
kepemimpinan kepala sekolah, profesionalisme guru,
31
suasana kerja, budaya organisasi, sarana prasarana
yang tersedia di sekolah, pengalaman bekerja, motivasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Uray Iskandar
SMP Negeri Teluk Keramat tentang Kepemimpinan
Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru
diperoleh gambaran bahwa kepemimpinan kepala
sekolah sangat berpengaruh pada kinerja guru dalam
menjalankan tanggung jawabnya dan loyalitas guru
dengan tugas yang diembannya.
Penelitian serupa dari Yanti Hasmayanti tentang
Pengaruh Efektivitas Kepala Sekolah terhadap
Kompetensi Guru hasilnya sangat tinggi dengan
mengupayakan pencapaian tujuan, memberikan
petunjuk pada guru melalui pengawasan,
meningkatkan hubungan pribadi, supervisi terarah dan
meningkatkan kompetensi guru melalui pertemuan
intern dan ekstern melalui wadah pertemuan KKG,
MGMP atau pertemuan PGRI.
Marhamah,N.Dante, M.Sutama (2013) Kontribusi
Kinerja Kepala Sekolah, Motivasi Kerja dan Iklim Kerja
terhadap Prestasi Kerja Guru di Lingkungan Yayasan
Pendidikan Tarbiyatul Islam NW Wanasaba Kabupaten
Lombok menunjukkan bahwa kinerja kepala sekolah
memberi kontribusi yang positif terhadap prestasi kerja
guru, motivasi kerja guru dan memberikan iklim kerja
guru di lingkungan yayasan Tarbiyatul Islam NW
Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Dapat
disimpulkan bahwa kinerja kepala sekolah akan
menentukan prestasi sekolah.
32
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa kinerja kepala sekolah akan berpengaruh positif
terhadap prestasi pendidikan di sekolah.
2.4 Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian pustaka, dapat ditarik kerangka
pikir bahwa kinerja kepala sekolah merupakan aktifitas
yang dilakukan kepala sekolah secara berkolaborasi
untuk mencapai tujuan dan prestasi suatu lembaga
pendidikan di SD Negeri 1 Merbuh dalam waktu yang
telah ditentukan.
Kinerja kepala sekolah dalam meningkatkatkan
prestasi sekolah melalui peningkatan mutu
pembelajaran dengan meningkatkan kualifikasi
pendidikan dan profesional pendidik
Kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan
prestasi dengan membentuk tim kerja yang efektif
dengan melibatkan berbagai unsur yang terdiri dari
guru, wali murid, komite danmasyarakat.
Kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan
prestasi siswa dalam bidang akademik dan non
akademik melalui kegiatan kurikuler dan ekstra
kurikuler.
Kinerja kepala sekolah SD Negeri 1 Merbuh UPT
Dinas Pendidkan Kecamatan Singorojo diduga dapat
meningkatkan prestasi sekolah melalui kinerja kepala
sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran,
pembentukan tim kerja yang efektif dan peningkatan
prestasi siswa melalui peningkatan kegiatan akademik
dan non akademik. Dengan pelaksanaan program yang
33
baik, diharapkan kualitas pendidikan dapat
ditingkatkan.
34