18
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Sekolah Inklusi Menurut Smith pendidikan inklusi (2006: 18) adalah program pendidikan yang mengakomodasi seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya, termasuk di dalamnya siswa yang berlainan. Di lain pihak, Choate (dalam Dyah 2008) mengemukakan bahwa Sekolah inklusi adalah sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus untuk dapat belajar di kelas pendidikan umum Mastropieri dan Scruggs, (dalam Dyah 2008) pengertian inklusi secara umum berarti bahwa peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan pendidikan utama di dalam kelas umum dan di bawah tanggung jawab seorang guru kelas umum. Sedangkan Denis, Enrica (dalam Barokah 2008) pendidikan inklusi adalah suatu komitmen untuk melibatkan siswa-siswi yang memiliki hambatan dalam setiap tingkat pendidikan mereka yang memungkinkan. Indeks untuk inklusi (dalam Stubs 2002: 39) menyatakan bahwa inklusi dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan mengurangi keterpisahan dari budaya, kurikulum dan komunitas setempat. Selain itu, Smith (2006: 45) mengemukakan bahwa inklusi dapat berarti penerimaan anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi social dan konsep diri (visi-misi) sekolah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

  • Upload
    vutu

  • View
    229

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Sekolah Inklusi

Menurut Smith pendidikan inklusi (2006: 18) adalah program pendidikan

yang mengakomodasi seluruh siswa dalam kelas yang sama sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuannya, termasuk di dalamnya siswa yang berlainan. Di

lain pihak, Choate (dalam Dyah 2008) mengemukakan bahwa Sekolah inklusi

adalah sekolah yang mengijinkan peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus

untuk dapat belajar di kelas pendidikan umum

Mastropieri dan Scruggs, (dalam Dyah 2008) pengertian inklusi secara

umum berarti bahwa peserta didik berkebutuhan khusus mendapatkan pelayanan

pendidikan utama di dalam kelas umum dan di bawah tanggung jawab seorang

guru kelas umum. Sedangkan Denis, Enrica (dalam Barokah 2008) pendidikan

inklusi adalah suatu komitmen untuk melibatkan siswa-siswi yang memiliki

hambatan dalam setiap tingkat pendidikan mereka yang memungkinkan.

Indeks untuk inklusi (dalam Stubs 2002: 39) menyatakan bahwa inklusi

dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan

mengurangi keterpisahan dari budaya, kurikulum dan komunitas setempat. Selain

itu, Smith (2006: 45) mengemukakan bahwa inklusi dapat berarti penerimaan

anak-anak yang memiliki hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, interaksi

social dan konsep diri (visi-misi) sekolah.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

7

Hidayat (2009: 9) pendidikan inklusi terfokus pada setiap kelebihan yang

dibawa anak ke sekolah daripada kekurangan mereka yang terlihat, dan secara

khusus melihat pada bidang mana anak-anak dapat mengambil bagian untuk

berpartisipasi dalam kehidupan normal masyarakat atau sekolah, atau

memperhatikan apakah mereka memiliki hambatan fisik dan sosial karena

lingkungan yang tidak kondusif.

Salamanca (dalam Barokah, 2008: 70) menyatakan bahwa „pendidikan

inklusif merupakan inklusi merupakan perkembangan pelayanan pendidikan bagi

anak berkebutuhan khusus , dimana prinsip mendasar dari pendidikan iklusi,

selama memungkinan, semua anak atau peserta didik seyogyanya belajar

bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada

pada mereka.‟

Suparno dkk (2007: 2-20) mengemukakan bahwa konsep inklusi lebih

menekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak

berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi sebenarnya merupakan perkembangan

lebih lanjut dari program mainstreaming yang sudah beberapa dekade diterapkan

secara luas oleh para pendidikdi berbagai Negara untuk anak-anak berkebutuhan

khusus.

Hidayat (2009: 9) menyimpulkan bahwa model lingkungan pembelajaran

yang inklusi tersebut dapat memotivasi guru, pengelola/kepala sekolah, anak,

keluarga dan masyarakat untuk membantu pembelajaran anak, misalnya di kelas

peserta didik beserta guru bertanggungjawab kepada pembelajaran dan secara

aktif berpartisipasi di dalamnya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

8

Puri (2004: 26) menyatakan bahwa pendidikan inklusi memberikan

kesempatan bagi perencana, perancang dan pembuatan kebijakan, administrator

dan pelaksana untuk bekerja dan mengembangkan konsep secara universal. Dalam

artian, pendidikan harus ideal tidak hanya mengajarkan keterampilan kejuruan

namun juga membina intelektual dan psikologi yang menunjukkan kepercayaan

diri , sikap positif dan gairah untuk hidup.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa sekolah

inklusi adalah sekolah reguler yang membuka layanan pendidikan untuk anak-

anak yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam sekolah inklusi ini, anak-anak yang

memiliki kebutuhan khusus belajar di kelas umum bersama dengan siswa lain

akan tetapi anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus tersebut diberi

pendekatan dan pelajaran khusus sesuai dengan kebutuhannya.

2.1.1.1 Latar Belakang Sekolah Inklusi

Dunn (dalam Smith 2006: 42) menyatakan bahwa „tekanan untuk

meneruskan dan memperluas program (kelas khusus) yang kita tahu, menjadi hal

yang tidak diinginkan bagi kebanyakan anak-anak yang dipandang akan

memerlukannya.‟ Kemudian Dunn menegaskan kembali „pemindahan anak dari

kelas reguler ke kelas khusus mungkin memberikan pengaruh yang signifikan

pada perasaan rendah diri dan problem penerimaan diri.‟

Elias, Maurice (dalam Barokah: 71) menyatakan bahwa:

Pelayanan pendidikan yang selama ini diberlakukan seakan

membentuk kotak-kotak pelayanan pendidikan, yang secara

psikologis sangat merugikan peserta didik dalam bersosialisasi

yang mestinya dalam peletakan dasar dalam pembelajaran ini

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

9

harus diberikan dengan suguhan-suguhan menyeluruh tentang

kehidupan nyata, bahwa di sekeliling kehidupannya ada kehidupan

yang berbeda dari dirinya, namun kenyataan yang sering

ditemukan dalam dunia pendidikian hanyalah keterbatasan-

keterbatasan yang tidak mampu memberikan sumbangan yang

bermakna bagi perkembangan peserta didik khususnya dalam

menuju kedewasaannya, karena dalam masa pembelajaran, peserta

didik/remaja sekolah adalah masa untuk belajar menjadi orang

dewasa, bukan menjadi remaja yang sukses.

Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di

Sekolah Luar Biasa (SLB), namun program tersebut mengalami kendala.

Istiningsih (2005: 12-13) menyatakan bahwa pendidikan bagi anak yang

berkelainan diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Lokasi SLB pada

umumnya berada di ibu kota kabupaten. Akibatnya sebagian anak-anak

berkelainan, karena faktor ekonomi terpaksa tidak disekolahkan oleh orang tuanya

karena lokasi SLB jauh dari rumahnya, sedangkan SD terdekat tidak bersedia

menerima karena tidak mampu melayaninya.

2.1.1.2 Dasar Sekolah Inklusi

Suparno dkk (2007) mengemukakan bahwaPelaksanaan pendidikan

inklusi di Indonesia didasarkan pada beberapa landasan , filosofis dan yuridis-

empiris.

Secara filosofis filosofis, implementasi inklusi mengacu

pada beberapa hal, diantaranya: a) pendidikan adalah hak

mendasar bagi setiap anak, termasuk anak berkebutuhan khusus;

b) anak adalah pribadi yang unik yang memiliki karakteristik,

minat, kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda; c)

penyelenggaraan pendidikan menjadi tanggungjawab bersama

antara orang tua, masyarakat dan pemerintah; d) setiap anak

berhak mendapat pendidikan yang layak; e) setiap anak berhak

mendapat akses pendidikan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

10

Dasar sekolah inklusi secara yuridis-empirisnya tercantum dalam:

1. UUSPN No 20 tahun 2003, pasal 5 ayat (1) dan (2)

Ayat 1: “Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu”

Ayat 2: “Warga Negara yang mempunyai kelainan fisik, emosional,

mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan

khusus”

2. UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 6 ayat 15, yang berbunyi

“Pendidikan khusus merupakan penyelengaraan pendidikan untuk peserta

didik yang berklainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa

yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus

pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.”

3. UUD 1945 pasal 31 ayat (1), (2) dan (3)

Ayat 1: “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan”

Ayat 2: “Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan menengah

dan pemerintah wajib membiyainya ”

4. Permen No 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah. Berbunyi: “Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah

yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan

tingkat kompetensi minimal untuk mencapai lulusan kompetensi minimal pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu”

5. Permen No 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

11

6. Deklarasi Hak Asasi Manusia 1948 pasal 26 tentang hak untuk mendapatkan

pendidikaan.

7. Konvensi Hak Anak 1989

8. Konvensi Dunia tentang Pendidikan Untuk Semua (1990)

9. Resolusi PBB nomor 48/49 tahun 1993 tentang Persamaan Kesempatan bagi

Orang Berkelainan / penyandang cacat.

10. Pernyataan Salamanca (1994) tentang Pendidikan inklusi, Komitmen Dakar

(2000) mengenai Pendidikan untuk Semua, Deklarasi Bandung (2004) dan

Rekomendasi Bukittinggi (2005) komitmen Pendidikan Inklusi.

2.1.1.3 Mekanisme Sekolah Inklusi

Sesuai dengan peraturan peundangan yang ada, pendidikan inklusi hanya

berlaku bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang kemampuan intelektualnya

tidak berada di bawah rata-rata.

Menurut Suparno dkk (2007: 2-23) sekolah penyelenggara pendidikan

inklusi harus memenuhi beberapa persyaratan yang sudah ditentukan, antara lain:

keberadaan siswa berkebutuhan khusus, komitmen terhadap pendidikan inklusi,

manajemen sekolah , sarana prasarana dan ketenagaan.

Dalam penerimaan siswa dalam sekolah inklusi perlu diadakannya

identifikasi oleh guru, terutama guru kelas. Suparno (2007: 6-2) mengemukakan

bahwa umumnya guru memiliki catatan atau rekaman tentang perkembangan

masing-masing siswa, bagaimana kondisinya dan kebutuhan pendidikan yang

diperlukan, terlebih untuk anak berkebutuhan khusus. Apabila hal itu belum

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

12

dimiliki, maka untuk mengenali anak-anak berkebutuhan khusus dapat dimulai

dengan menggunakan identifiikasi.

Identifikasi adalah usaha untuk mengenali atau menemukan anak

berkebutuhan khusus sesuai dengan ciri-ciri yang ada. Suparno (2007: 6-3 )

mengungkapkan ada beberapa ruang lingkup dalam identifikasi yaitu mencakup

kondisi fisik, kemampuan intelektual, kemampuan komunikasi dan social

emosional.

Dalam identifikasi beberapa teknik yang kdigunakan oleh guru, Suparno

(2007) menguraikan teknik yang digunakan antara lain: observasi, wawancara,tes,

dan tes psikologi. Setelah identifikasi, dilakukan asasmen, yang bertujuan untuk:

1) menyaring kemampuan anak; 2) pengklasifikasian, penempatan, dan penentuan

program; 3) penentuan arah dan tujuan pendidikan; 4) pengembangan program

pendidikan individual; dan 5) penentuan strategi.

2.1.1.4 Karakteristik Kegiatan Pembelajaran Sekolah Inklusi

Smith (2006: 399) menyatakan bahwa banyak teknik dan konsep yang

telah diterapkan oleh para pendidik, termasuk metodologi-metodologi yang akan

mempermudah proes pembelajaran oleh siswa berkesulitan belajar di sekolah

umum. Jika konsep-konsep ini digunakan dengan baik, maka akan terwujudkelas

inklusi dengan sifat / karakteristik sebagai berikut.

1. Pengajaran proses berbagi yang aktif dan kreatif.

2. Siswa ditempatkan dalam kelompok dengan tujuan untuk

keragaman kegiatan dank arena mereka memiliki kebutuhan

yang sama bagi aktivitas lainnya.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

13

3. Daripada siswa meninggalkan kelas untuk pelayanan

pembelajaran khusus, lebih baik dukungan sumber daya

dibawa ke kelas bagi siswa berkebutuhan khusus.

4. Siswa ditempatkan pada tingkatan yang sesuai dengan usianya

dan disediakan pengajaran menurut kebutuhannya.

5. Kurikulum untuk setiap siswa (dengan atau tanpa hambatan)

adalah individual.

6. Personil pendidikan khusus dan sumber daya khusus

dimanfaatkan untuk membantu setiap siswa yang memiliki

kebutuhan agar dapat dipenuhi oleh layanan pendidikan ini.

7. Semua kemajuan siswa dinilai menurut tujuan dan standar

individual.

Dalam kegiatan pembelajaran, tentunya tidak lepas dari kurikulum.

Kurikulum tersebut digunakan oleh guru sebagai acuan dasar pembuatan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan kemdian sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran. Menurut Hidayat (2009: 4) :

Persoalan kurikulum di Sekolah inklusi merupakan

tantangan terbesar bagi guru-guru dan sekolah-sekolah dalam

mempertahankan keikutsertaan dan memaksimalkan partisipasi

semua anak. Penyesuaian kurikulum bukanlah tentang penurunan

standar persyaratan ataupun membuat latihan menjadi lebih

mudah bagi murid-murid yang mempunyai keterbatasan atau

berkebutuhan khusus. Tetapi adaptasi kurikulum ini untuk

memenuhi keanekaragaman, membutuhkan perencanaan dan

persiapan yang matang oleh guru-guru dan bekerjasama dengan

murid-murid, orang tua, rekan-rekan guru, dan staf.

Kurikulum yang digunakan pada pendidikan inklusi yang ideal adalah

kurikulum yang sama seperti yang diterapkan bagi siswa reguler dan dimodifikasi

sesuai dengan kemampuan dan kekhususan ABK (berdasarkan PPI ABK). Hal ini

sesuai dengan kebijakan, yaitu PerMenDikNas RI No. 19 tahun 2007 dan

Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, yang menyatakan bahwa dalam

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

14

pendidikan inklusi perlu ada penyesuaian kurikulum dengan mempertimbangkan

kondisi peserta didik.

Hidayat (2009: 6) proses layanan pembelajarannya bukan didasarkan

pada bentuk layanan sama rata, sama rasa dan disampaikan secara klasikal, tetapi

diarahkan pada pembelajaran yang lebih demokratis dan proporsional sesuai

dengan harapan dan target belajar dari masing-masing kelompok anak tersebut,

dan proses belajar anak-anak tersebut tidak dipisahkan berdasarkan kelompok

atau dipisahkan dari komunitasnya, melainkan mereka belajar bersama-sama

dengan teman sebayanya di dalam kelas reguler.

2.1.1.5 Model Pembelajaran Sekolah Inklusi

Puri (2006: 236) menjelaskan kegiatan belajar mengajar dalam sekolah

inklusi, anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus dijadikan satu dengan

anak-anak reguler, akan tetapi dalam katerampilan tertentu, anak mempunyai

kelas tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Anak-anak

berkebutuhan khusus tersebut mempunyai guru tutor yang mendampingi.

Lombardi (dalam Smith, 2006: 401) menjelaskan beberapa model

pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan keberhasilan kelas inklusi.

Model-model tersebut meliputi:

1. Pengajaran Langsung (Direct Instruction): dibuat suatu

penekanan pada penggunaan struktur yang ringan dan jadwal

waktu kelas, menggunakan seluruh sumber daya guru secara

efisien (baik pendidikan umum maupun

2. khusus) di kelas umum dan pemantauan kemajuan secara

seksama.

3. Intervensi dan strategi (strategy intervention) yaitu dibuat

suatu penekanan pada kemampuan pengajaran seperti:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

15

mendengar (listening), membuat catatan (note talking),

pertanyaan mandiri (self questioning), tes lisan (test talking)

dan pemantauan kesalahan (error monitor).

4. Tim asistensi guru (teacher assistance team) yakni guru umum

dan guru pendidikan khusus bekerja sebagai tim, mereka

bertemu secara teratur untuk mengatasi masalah dan

memberikan bantuan kepada anggota mereka dalam mengatur

sikap siswa dan pertanyaan mengenai kesulitan akademis.

5. Model guru sebagai konsultan (consulting teacher model)

yaitu guru-guru khusus dilatih sebagai konsultan untuk

memberikan bimbingan dan bantuan kepada guru kelas umum.

Mereka juga melatih para professional yang ditugaskan di

kelas umum untuk membantu siswa penyandang hambatan.

2.1.1.6 Peran dan Tanggung Jawab Pemerintah dalam Pelaksanaan LIRP

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2009:

3) menyatakan peran dan tanggung jawab pemerintah dalam pelaksanaan

lingkungan inklusi ramah terhadap pembelajaran (LIRP) antara Lain:

1. Menyusun, mensosialisasikan, menerapkan pendidikan Dan

kebijakan pendidikan inklusi seperti sumber daya manusia,

dana, kurikulum dan perangkat pembelajaran lainnya.

2. Memfasilitasi proses pelaksanaan pendidikan inklusi di

lingkungan inklusi di semua lingkungan pembelajaran.

3. Memperluas akses pendidikan Bagi anak berkebutuhan

khusus.

4. Membuka peluang pada pihak terkait untuk berkontribusi

dalam LIRP.

2.1.1.7 Peran dan Tanggung Jawab Guru dalam Pelaksanaan LIRP

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2009:

4) menyatakan bahwa peran dan tanggung jawab guru dalam mendukung

pelaksanaan LIRP, antara Lain:

1. Berkomunikasi secara berkala dengan keluarga, yaitu orang

tua wali tentang kemajuan anak mereka dalam belajar dan

berprestasi.

2. Bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang

tidak bersekolah, mengajak dan memasukkannya ke sekolah.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

16

3. Menjelaskan manfaat dan tjuan LIRP kepada orang tua peerta

didik.

4. Mempersiapkan anak agar berani berinteraksi dengan

masyarakat sebagai bagian dari kurikulum, seperti

mengunjungi museum, memperingati hari-hari besar

keagamaan dan nasional.

5. Mengajak orang tua dan angota masyarakat terlibat dalam

kelas.

6. Mengkomunikasikan LIRP kepada orang tua wali peserta

didik, komite sekolah serta pemimpin dan anggota mayarakat.

7. Bekerjasama dengan para orang tua untuk menjadi penyuluh

LIRP di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2.1.1.8 Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Pelaksanaan LIRP

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2009:

4) menyatakan bahwa peran dan tanggung jawab orang tua dalam mendukung

pelaksanaan LIRP, antara Lain:

1. Mendukung pelaksanaan LIRP.

2. Berpartisipasi akif dalam mensosialisasikan LIRP di berbagai

komunitas.

3. Bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang

dimiliki.

4. Menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan LIRP

kepada masyarakat scara luas.

5. Bekerjasama dengan anggota komite sekolah atau pihak lain

dalam pengadaan sumber belajar.

6. Aktif bekerjasama dengan guru dalam proses pembelajaran

anak beekebutuhan khusus.

7. Aktif dalam memberikan ide/gagasan dalam rangka

peningkatan kulitas pembelajaran.

2.1.2 Anak Berkebutuhan Khusus

2.1.2.1 Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Hidayat (2009) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang

mempunyai kebutuhan, baik permanen maupun sementara, yang disebabkan oleh

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

17

kondisi sosial-emosi, dan/atau, kondisi ekonomi dan/atau, kondisi politik

dan/atau, kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian

Suparno dkk (2007: 1-1) Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-

anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang

membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya. Di lain pihak,

Delphie (2009: 2) menyatakan bahwa Anak dengan Kebutuhan Khusus (ABK)

merupakan istilah lain untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa (ALB) yang

menandakan adanya kelainan khusus. ABK mempunyai karakteristik yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Anak berkebutuhan khusus (Direktorat Pendidikan Luar Biasa: 2004)

adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara

signifikan (bermakna) mengalami kelainan (fisik, mental intelektual, social,

emosional) dibandingkan dengan anak-anak lain, sehingga mereka memerlukan

pelayanan khusus. Sedangkan Puri (2004: 9) mendefinisikan bahwa Anak

berkebutuhan khusus adalah anak dengan kondisi kemampuan fisik dan atau

mental di bawah kemampuan rata-rata anak-anak normal, sehingga dibutuhkan

metode pendekatan atau metode penyampaian tersendiri untuk anak-anak tersebut.

Berdasarkan batasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak

berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam

kondisi fisik atau mental sehingga membutuhkan pelayanan khusus untuk metode

penyampian. Dalam penelitian ini anak berkebutuhan khusus dititik beratkan pada

anak-anak dengan kondisi kemampuan fisisk atau mental di bawah kemampuan

rata-rata anak normal.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

18

2.1.2.2 Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Suparno dkk (2007) beberapa faktor penyebab anak

berkebutuhan khusus antara lain:

1. Faktor heriditer

Faktor herediter sering terjadi karena kelebihan

kromosom yang diakibatkan oleh kesamaan gen pada

pasangan suami istri. Selain itu, usia ibu sewaktu hamil juga

sangat berpengaruh terhadap kelahiran anak. Usia ibu saat

hamil di atas 35 tahun memiliki resiko yang cukup tinggi

untuk melahirkan anak berkebutuhan khusus.

2. Faktor infeksi

Merupakan suatu penyebab dikarenakan adanya berbagai

serangan penyakit infeksi yang dapat menyebabkan baik

langsung maupun tidak langsung terjadinya kelainan seperti

TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo virus, herpes),

polio, meningitis dan sebagainya.

3. Faktor keracunan

Keracunan dapat secara langsung pada anak, maupun

melalui ibu hamil. Munculnya FAS (fetal alcohol syndrome)

adalah keracunan janin yang disebabkan ibu mengkonsumsi

alcohol yang berlebihan, kebiasaan kaum ibu mengkonsumsi

obat bebas tanpa pengawasan dokter merupakan potensi

keracunan pada janin. Jenis makanan yang dikonsumsi bayi

yang banyak mengandung zat-zat berbahaya merupakan salah

satu penyebab. Adanya polusi pada berbagai sarana kehidupan

terutama pencemaran udara dan air.

4. Trauma

Kejadian tak terduga yang langsung pada anak seperti

proses kelahiran yang sulit sehingga memerlukan pertolongan

yang mengandung resiko tinggi mengakibatkan kekurangan

oksigen pada otak. Benacana alam juga bisa menyebabkan

anak memiliki kebutuhan khusus, seperti cacat fisik dan

gangguan mental.

5. Kekurangan gizi

Masa tumbuh kembang sangat berpengaruh terhadap

tingkat kecerdasan anak terutama pada 2 tahun pertama

kehidupan. Kekurangan gizi dapat terjadi karena adanya

kelainan metabolism maupun penyakit parasit pada anak,

seperti cacingan.

Jika dipandang dari sudut waktu terjadinya kelainan dapat dibagi

menjadi:

a. Pre-natal

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

19

Terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau

sebelum proses kelahiran. Misalnya seorang ibu yang tengah

hamil muda keracunan alcohol.

b. Peri-natal

Peri-nattal sering juga disebut natal waktu terjadinya

kelainan pada saat proses kelahiran dan menjelang serta sesaat

setelah proses kelahiran.

c. Pasca-natal

Terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai

dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia

18 tahun).

2.1.2.3 Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Suparno dkk (2007) anak berkebutuhan khusus klasifikasikan

menjadi 3 yaitu anak berkelainan fisik, anak berkelainan mental emosional dan

anak berkelainan akademik.

1. Anak berkelainan fisik

Anak berkelainan fisik dibedakan menjadi 3 yaitu anak

tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa.

a. Tunanetra adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau

gangguan fungsi penglihatan, yang memiliki tingkatan atau

klasifikasi yang berbeda. Berdasarkan tingkat ketajaman

penglihatan dapat diklasifikasikan menjadi low vision (kurang

lihat, ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m) dan the blind (berat,

ketajaman penglihatan kurang dari 6/60m). sedangkan

berdasarkan adaptasi pedagogis dapat diklasifikasikan menjadi

kemampuan melihat sedang, ketidakmampuan melihat taraf

berat dan ketidakmampuan taraf sangat berat.

b. Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi

ketidakfungsian organ pendengaran atau telinga seorang anak.

Kondisi ini menyebabkan mereka mengalami hambatan atau

keterbatasan dalam merespon bunyi-bunyi yang ada di

sekitarnya. Dalam klasifikasi khusus, tunarungu dibedakan

menjadi tunarungu ringan (tingkat kesulitan 25-45 db),

tunarungu sedang (tingkat kesulitan 46-70 db), tunarungu berat

(tingkat kesulitan 71-90 db), dan tunarungu sangat berat

(tingkat kesullitan lebih dari 90 db).

c. Tunadakasa adalalah anak-anak yang mengalami kelainan fisik

atau cacat tubuh, yang mencakup kelainan anggota tubuh

maupun yang mengalami kelainan gerak dan kelumpuhan.

Berdasarkan tingkat kelainannya diklasifikasikan menjadi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

20

cerebral palsy: ringan, sedang dan berat; berdasarkan letaknya:

spastic (kekakuan pada sebagian atau seluruh otonya),

dyskenesia (gerakan tak terkontrol serta terjadi kekakuan pada

seluruh tubuh yang sulit digerakkan), ataxia (gangguan

keseimbangan, koordinasi mata dan tangan tidak berfungsi),

campuran (mengalami kelainan ganda); berdasarkan polio: tipe

spinal (kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada, tangan dan

kaki), tipe bulbair (kelumpuhan fungsi motorik pada satu saraf

tepi atau lebih yang menyebabkan adanya gangguan

pernapasan), tipe bulbispinalis (gangguan antara tipe spinal dan

bulbair) dan encephalitis (umumnya ditandai dengan demam,

kesadaran menurun, tremor, dan kadang-kadang kejang).

2. Anak berkelainan mental emosional

Anak berkelainan mental emosional dibedakan menjadi

tunagrahita dan tunalaras.

a. Tunagrahita, klasifikasi anak tunagrahita didsaarkan berbagai

tinjauan, diantaranya berdasarkan kapasitas skor intelektualnya

(IQ): tunagrahita ringan (IQ 50-70), tunagrahita sedang (IQ 35-

50), tunagrahita berat (IQ20-35) dan tunagrahita sangat berat

(IQ di bawah 20). Sedagkan berdasarkan kemampuan akademik

di bagi menjadi mampudidik, mampulatih dan perlu dirawat.

b. Tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan

perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas kehidupan sehari-

hari, baik di sekolah maupun dalam lingkungan sosialnya.

Anak tunalaras diklasifikasikan berdasarkan 2 macam, yaitu

berdasarkan perilakunya dan berdasarkan kepribadiannya.

Berdasarkan perilakunya: beresiko tinggi (hiperaktif, suka

berkelahi, memukul, melawan, sulit konsentrasi dan lain-lain),

beresiko rendah (autism, khawatir, cemas, ketakutan dan lain-

lain), kurang dewasa (suka berfantasi, berangan-angan, mudah

dipengaruhi, kaku dan lain-lain), dan agresif (memiliki gang

jahat, suka mencuri dengan kelompoknya dan lain-lain).

Sedangkan berdasarkan kepribadiannya diklasifikasikan

menjadi: kekacauan perilaku, menarik diri, ketidakmatangan

dan agresi social.

3. Anak berkelainan akademik

Anak berkelaianan akademik dibedakan menjadi anak

berbakat dan anak berkesulitan belajar.

a. Anak berbakat adalah anak-anak yang mengalami kelainan

intelektual diatas rata-rata. Klasifikasi anak berbakat pada

umunya dilihat dari tingkat intelegensinya, berdasarkan standar

Stanford Blnet meliputi: kategori rata-rata tinggi (dengan IQ

110-119), kategori superior (dengan IQ 120-139), dan kategri

sangat superior (dengan IQ140-169).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

21

b. Anak berkesulitan belajar merupakan salah satu jenis anak

berkebutuhan khusus yang ditandai dengan adanya kesulitan

untuk mencapai standar kompetensi (prestasi) yang telah

ditentukan dengan mengikuti pembelajaran konvensional. Anak

berkesulitan belajar juga sering disebut learning disability.

Kesulitan belajar perkembangan diklasifikasikan lebih spesifik

lagi yaitu: kesulitan belajar perkembangan (kesulitan belajar

pada anak usia di bawah 5 tahun) dan kesulitan belajar

akademik (kesulitan pada anak pada usia di atas 6 tahun,

contohnya kesulitan berhitung/diskalkulia, kesulitan

membaca/disleksia, kesulitan menulis/disgrapia, kesulitan

berbahasa/dysphasia, tidak terampil/dispraksia).

2.1.2.4 Dampak Terjadinya Kelainan

Suparno dkk (2007) mengemukakan bahwa dengan adanya kelainan,

seorang anak dapat mengalami hambatan yang berakibat pada aspek fisiologis,

psikologis, dan social.

1. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis terutama terjadi pada anak-anak yang

mengalami kelainan yang berkaitan dengan fisik termasuk

sensori-motor terlihat pada keadaan fisik penyandang

kebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi geraknya.

Tanda keadaan fisik penyandang berkebutuhan khusus yang

kurang mampu mengkoordinasi gerak antara lain: kurang

mampu koordinasi sensori motor, melakukan gerak yang tepat

dan terarah, serta menjaga kesehatan.

2. Dampak psikologis

Dampak psikologis timbul berkaitan dengan

kemampuan jiwa lainnya, karena keadaan mental yang labil

akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapan terhadap

tuntutan lingkungan.

3. Dampak sosiologis

Dampak sosiologis timbul karena ada hubungannya

dengan kelompok atau individu di sekitarnya, terutama

keluarga dan saudara-saudaranya. Kehadiran anak

berkebutuhan khusus di keluarga menyebabkan berbagai

perubahan dalam keluarga. Keluarga suatu unit social

menganggap dengan hadirnya anak berkebutuhan khusus

merupakan musibah, kesedihan dan beban yang berat. Semua

masalah di keluarga tersebut merupakan dampak sosiologis

yang harus ditanggung oleh keluarga.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

22

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Istiningsih (2005) berjudul manajemen pendidikan inklusi di

Sekolah Dasar Negeri Klego 1 Kabupaten Boyolali menyimpulkan bahwa

berdasarkan manajemen sekolah inklusi di Sekolah Dasar negeri Klego 1 Boyolali

cukup bagus. Tujuan yang ingin dicapai cukup idial, hal itu tercermin dalam

manajemen rekrutmen / identifikasi anak yang dilakukan oleh guru dan para

pembimbing khusus bagi anak yang membutuhkan pelayanan khusus telah

memperoleh hasil yang cukup bagus. Manajemen kegiatan belajar mengajar /

perangkat KBM yang mencakup pembelajaran umum seperti halnya sekolah

reguler yang dipadukan pembelajaran khusus bagi anak yang memerlukan

pelayanan pendidikan khusus, serta manajemen pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan secara optimal sehingga diperoleh sinergi kerjasama yang baik antara

pihak sekolah dengan masyarakat.

Penelitian oleh Barokah (2008) berjudul moralitas peserta didik pada

pendidikan inklusi menyimpulkan bahwa peserta didik pada usia 6 sampai 12

tahun yang sederajar dengan peserta didik Sekolah Dasar yang memilki

kecenderungan untuk menjadi manusia yang bermoral baik terhadap orang tua,

guru dan teman sebayanya. Fakta dari penelitian memberikan kontribusi bahwa

pendidikan inklusi adalah wadah pelayangan education for future yang sesuai

dengan fitrah manusia, yaitu kesucian, tanpa melihhat perbedaan.

Penelitian Saputra (2011) berjudul perrbedaan daya serap belajar anak

berkebutuhan khusus dengan anak normal kelas V sekolah dasr inklusi kabupaten

Grobgan. Dalam penelitian tersebut, meyimpulkan bahwa daya serap siswa

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/869/3/T1... · Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terselenggara di Sekolah ... Jika

23

normal di SD inklusi kabupaten Grobogan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dan Matematika ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan anak

berkebutuhan khusus.