Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Perancangan
Perancangan adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk
mendesign sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik
(Al-Bahra Bin Ladjamudin, 2005:39). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
perancangan merupakan kata benda yang bermakna proses, cara atau perbuatan
merancang. Perancangan dapat diartikan merencanakan segala sesuatu sebagai
bagian dari kerangka kerja. Pengertian perancangan menurut etimologi :
1. Designose
Designose, dari bahasa Latin yang artinya memotong dengan gergaji
atau tindakan menakik atau memberi tanda yan mempunyai maksud memberi
citra terhadap suatu objek.
2. Designare
Designare, dari bahasa Perancis yang mempunyai arti menandai,
memisahkan, yang memaksudnya menghilangkan kesimpangan.
3. Design
Design, dari kata bahasa Inggris yang artinya memikirkan,
menggambar rencana, menyusun bagian – bagian menjadi sesuatu yang baru
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:691).
Dari data-data di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan perancangan adalah merupakan usaha dalam proses secara sadar dan
10
sistematik yang meliputi segala aspek benda, manusia, organisasi, waktu dan
lain-lain dalam pengerjaannya untuk mencapai visi atau tujuan.
B. Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis.
Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat
berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari
anak. Karakter dalam buku ini dapat berupa manusia atau binatang. Di sini
ditampilkan kualitas manusia, karakter, dan kebutuhan, sehingga anak-anak dapat
memahami dan menghubungkannya dengan pengalaman pribadi. Buku cerita
yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan memberikan kontribusi pada
perkembangan sastra anak. Buku bergambar yang baik memuat elemen instrinsik
sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar,
dan tema yang menarik. Buku ini dapat menimbulkan imajinasi orisional dan
mempersiapkan stimulus berpikir kreatif. Buku cerita bergambar dapat
memberikan apresiasi bahasa dan mengembangkan komunikasi lisan,
mengembangkan proses berpikir kognitif, ungkapan perasaan, dan meningkatkan
kepekaan seni.
11
1. Workflow Perancangan Buku Cerita Bergambar
Gambar 2. Alur Kerja Perancangan Buku Anak-AnakSumber: h t tp : / / id .wi kihow .com/ Menu l i s -Bu ku-Anak-anak
Berdasarkan alur kerja di atas maka dapat dijelaskan bahwa dalam
melakukan suatu perancangan dibutuhkan 5 tahap untuk sampai pada hasil yang
berupa penerbitan. Dari 5 tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Penelitian
Dalam tahapan ini penulis diharapkan untuk mempunyai referensi
dengan membaca banyak buku cerita anak-anak. Saat ini adalah saat
dimana penulis mulai memikirkan gagasan untuk buku anak-anak yang
akan ditulis, sangatlah membantu dengan membaca pekerjaan orang lain.
Pergi ke perpustakaan atau toko buku anak-anak untuk mencari gagasan.
Pikirkan pula mengenai buku yang paling menarik perhatian.
Selain itu penulis juga diharapkan untuk mempertimbangkan
rentang usia pembaca nantinya. Buku anak-anak mencakup segala hal
mulai dari buku yang hanya memiliki satu kata pada setiap halaman hingga
buku yang ditulis per bab, novel dan buku non-fiksi ditulis untuk anak-anak
sekolah menengah dan remaja. Plot cerita, isi, dan tema dari buku yang
11
1. Workflow Perancangan Buku Cerita Bergambar
Gambar 2. Alur Kerja Perancangan Buku Anak-AnakSumber: h t tp : / / id .wi kihow .com/ Menu l i s -Bu ku-Anak-anak
Berdasarkan alur kerja di atas maka dapat dijelaskan bahwa dalam
melakukan suatu perancangan dibutuhkan 5 tahap untuk sampai pada hasil yang
berupa penerbitan. Dari 5 tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Penelitian
Dalam tahapan ini penulis diharapkan untuk mempunyai referensi
dengan membaca banyak buku cerita anak-anak. Saat ini adalah saat
dimana penulis mulai memikirkan gagasan untuk buku anak-anak yang
akan ditulis, sangatlah membantu dengan membaca pekerjaan orang lain.
Pergi ke perpustakaan atau toko buku anak-anak untuk mencari gagasan.
Pikirkan pula mengenai buku yang paling menarik perhatian.
Selain itu penulis juga diharapkan untuk mempertimbangkan
rentang usia pembaca nantinya. Buku anak-anak mencakup segala hal
mulai dari buku yang hanya memiliki satu kata pada setiap halaman hingga
buku yang ditulis per bab, novel dan buku non-fiksi ditulis untuk anak-anak
sekolah menengah dan remaja. Plot cerita, isi, dan tema dari buku yang
11
1. Workflow Perancangan Buku Cerita Bergambar
Gambar 2. Alur Kerja Perancangan Buku Anak-AnakSumber: h t tp : / / id .wi kihow .com/ Menu l i s -Bu ku-Anak-anak
Berdasarkan alur kerja di atas maka dapat dijelaskan bahwa dalam
melakukan suatu perancangan dibutuhkan 5 tahap untuk sampai pada hasil yang
berupa penerbitan. Dari 5 tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Penelitian
Dalam tahapan ini penulis diharapkan untuk mempunyai referensi
dengan membaca banyak buku cerita anak-anak. Saat ini adalah saat
dimana penulis mulai memikirkan gagasan untuk buku anak-anak yang
akan ditulis, sangatlah membantu dengan membaca pekerjaan orang lain.
Pergi ke perpustakaan atau toko buku anak-anak untuk mencari gagasan.
Pikirkan pula mengenai buku yang paling menarik perhatian.
Selain itu penulis juga diharapkan untuk mempertimbangkan
rentang usia pembaca nantinya. Buku anak-anak mencakup segala hal
mulai dari buku yang hanya memiliki satu kata pada setiap halaman hingga
buku yang ditulis per bab, novel dan buku non-fiksi ditulis untuk anak-anak
sekolah menengah dan remaja. Plot cerita, isi, dan tema dari buku yang
12
akan diterbitkan harus pantas dibaca untuk usia dari pembaca buku yang
ditulis.
Dalam tahapan ini penulis juga diharapkan untuk menentukan
apakah buku cerita yang dibuat nantinya akan menggunakan banyak tulisan
sedikit gambar, sedikit tulisan banyak gambar, atau seimbang antara
keduanya. Semua hal ini tergantung dari penelitian yang telah dilakukan
tentang rentang usia pembaca buku yang akan diterbitkan.
b. Tahap Isi Buku
Pada tahapan ini penlis diminta untuk memutuskan komponen
utama dalam cerita yang akan dibuat, seperti ide-ide baru seperti apa yang
akan digunakan. Perhatikan pula penghubungan pesan moral yang terdapat
dalam buku. Diharapkan pesan dapat disampaikan dengan baik sehingga
pembaca dapat mengambil kesimpulan dan belajar melalui buku yang dibuat
dengan baik pula. Yang terakhir yang terpenting dalam tahapan ini adalah
usunglah ide-ide kreatif seperti apa yang akan digunakan.
c. Tahap Konsep Cerita
Dalam tahapan ini penulis diminta untuk menuliskan konsep awal
yang akan dibuat. Jangan takut untuk mengasahnya nanti. Kebanyakan buku
gagal untuk terwujud karena perfeksionisme penulisnya, biarkan pena merah
digunakan “setelah” kata-kata telah tertuang di atas kertas.
Perhatikan pulalah lagi dengan baik usia dari pembaca buku yang
akan dibuat. Kosa kata, struktur kalimat, dan panjang kalimat harus
disesuaikan dengan kelompok usia pembaca dari tulisan yang tulis. Jika
13
masih tidak yakin, tanyakanlah pada anak-anak dari kelompok usia yang
ditargetkan, dan coba gunakan kata-kata yang akan tulis, untuk mendapat
gambaran kemampuan mereka mengolah kalimat tersebut. Meski bagus
untuk menekan anak-anak untuk belajar, tetaplah ada batasan untuk
menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti tanpa menggunakan kamus.
Memberikan resolusi atau hasil yang realistis pada akhir buku cerita
yang dibuat. Akhir harus sangat kuat untuk sisa dari tulisan dan tidak
terkesan tiba-tiba atau terputus-putus. Kadang-kadang hal ini membantu
untuk beristirahat dan lalu kembali ke buku, ketika kesimpulan yang sesuai
akan terbentuk sendirinya dalam alam bawah sadar penulis untuk sementara;
sedangkan bagi orang yang lain, kesimpulan ini akan dikenal lebih baik
dibanding bagian dimana cerita dimulai.
d. Tahap Editor
Dalam tahapan ini penulis diminta untuk memperbaiki naskah yang
telah ada. Langkah ini harus dilakukan berulang-ulang sampai naskah selesai
di-edit. Penulis mungkin menemukan bahwa seluruh bagian dari cerita tidak
bekerja, atau bahwa penulis perlu menambahkan karakter baru. Jika penulis
bekerja dengan seorang ilustrator, penulis akan menemukan bahwa
penambahan karya seni dapat mengubah nada cerita. Lakukan perbaikan
dibeberapa bagian dan beberapa kali hingga naskah siap untuk ditunjukkan
pada orang.
Dalam hal ini tunjukkanlah naskah kepada orang lain. Mulailah
dengan memberikan naskah kepada keluarga dan teman-teman. Hal ini tidak
14
selalu mudah ketika mendapatkan reaksi langsung dari orang-orang yang
mungkin ingin menjaga perasaan, jadi pertimbangkan bergabung dengan
lokakarya penulisan atau membentuk kelompok penulis sehingga penulis
akan bisa mendapatkan umpan balik yang jujur pada naskah yang dibuat.
e. Tahap Penerbitkan Buku
Dalam tahapan akhir ini buku sudah layak untuk diterbitkan. Carilah
penerbit yang sesuai dengan karakter atau tujuan dari buku yang ditulis.
Dalam hal publikasi, pilihlah cara publikasi yang baik dan sesuai denga
target dan usia dari pembaca buku yang diincar. Sehingga promosi buku
yang telah diterbitkan dapat berjalan dengan baik.
C. Obesitas
1. Definisi Obesitas
Obesitas merupakan konsekuensi dari asupan kalori (energi) yang
melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar melalui proses
metabolism di dalam tubuh. Penderita Obesitas adalah seseorang yang
timbunan lemak bawah kulitnya terlalu banyak. Obesitas dari segi kesehatan
merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan
yang jauh melebihi kebutuhanya. Perbandingan normal antara lemak tubuh
dengan berat badan adalah sekitar 12-35% pada wanita dan 18-23% pada pria.
Obesitas merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit
degeneratif seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, dan hipertensi.
15
Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama bila makan makanan yang
mengandung tinggi kalori, tinggi garam, dan rendah serat. Selain itu terdapat
faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor sosiokultur,
faktor biologi dan faktor perilaku. Obesitas juga dapat disebabkan oleh faktor
genetik atau faktor keturunan. Menurut dietz dalam penuntun diet anak (2003),
kemungkinan seorang anak beresiko menderita obesitas sebesar 80% jika
kedua orangtuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan beresiko
menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya mengalami
obesitas. Para ahli menetapkan angka indeks massa tubuh (BMI/Body Mass
Index). BMI untuk mengukur lemak tubuh berdasarkan pembagian berat badan
dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/ ).
Para ahli sedang memikirkan klasifikasi BMI tersendiri untuk orang
Asia. Misalnya di Singapura, orang dengan BMI 27-28 mempunyai lemak
tubuh yang sama dengan BMI 30 pada orang kulit putih. Di india, peningkatan
BMI dari 22 menjadi 24, meningkat kejadian diabetes mellitus 2 kali lipat. Dan
bila menjadi 28, kejadian diabetes meningkat 3 kali lipat (Faisal Yatim,2005:7)
Salah satu cara mengetahui obesitas tidaknya seorang anak dapat
dihitung dengan rumus Body Mass Index (BMI) yaitu : BB (kg) ÷ TB (m)2
Hasil penghitungan tersebut kemudian dicocokkan dengan kurva BMI.
Interpretasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1
Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI Pada Penduduk Asia
(International Obesity Task Force/IOTF,WHO 2000)
16
Sumber :Faisal Yatim (2005:7)
2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Obesitas
Menurut Papalia, Olds, Feldman dan Rice (dalam Galih Tri Utomo 2012)
ada tiga penyebab obesitas, antara lain disebabkan oleh :
a. Faktor -Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dapat herediter maupun nonherediter.
Variabel yang bersifat herediter (internal faktor) merupakan variabel yang
berasal dari faktor keturunan. Sedangkan faktor yang bersifat nonherediter
(eksternal faktor) merupakan faktor yang berasal dari luar individu, misalnya
jenis makanan yang dikonsumsi dan taraf kegiatan yang dilakukan individu.
b. Faktor Psikologis
Sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan ialah bagaimana
gambaran kondisi emosional yang tidak stabil yang menyebabkan
kecenderungan seorang individu untuk melakukan pelarian diri dengan cara
banyak makan makanan yang mengandung kalori atau kolestrol tinggi.
Kondisi ini biasanya bersifat ekstrim, artinya menimbulkan gejolak
emosional yang sangat dahsyat dan bersifat traumatis.
17
c. Faktor Kecelakaan atau Cidera Otak
Salah satu faktor penyebab obesitas adalah kecelakaan yang
menyebabkan cidera otak terutama pada pusat pengaturan rasa lapar.
Kerusakan syaraf otak ini menyebabkan individu tidak pernah merasa
kenyang, walaupun telah makan makanan yang banyak, dan akibatnya badan
individu menjadi gemuk.
D. Obesitas pada Anak
Kegemukan pada anak ditandai dengan nilai BMI di antara persentil ke-85
dan ke-95 pada kurva pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelamin. Sedangkan,
obesitas ditandai dengan nilai BMI di atas persentil ke-95 pada kurva
pertumbuhan, sesuai umur dan jenis kelamin. Pengukuran BMI pada anak dapat
dilakukan pada rentang usia 2-20 tahun.
Di Indonesia, untuk anak hingga usia 5 tahun, pemantauan berat badan
dapat dilakukan melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS merupakan alat bantu
pemantauan perkembangan kesehatan anak secara umum.
Seelain kedua metode tersebut, kegemukan dan obesitas pada anak dapat
dinilai dengan beberapa metode lain, antara lain, pengukuran lingkar pinggul dan
ketebalan lemak kulit. Pemeriksaan ini tergolong sederhana dan mudah dilakukan.
Hasil pengukuran lingkar pinggul dan ketebalan lemak kulit kemudian
dibandingkan dengan nilai standar pada table sesuai dengan umur dan jenis
kelaminnya.
18
Grafik BMI Anak Putra
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
18
Grafik BMI Anak Putra
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
18
Grafik BMI Anak Putra
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
19
Grafik BMI Anak Putri
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
Kegemukan dan obesitas dapat pula dinilai dengan teknik desitometri,
Analisis Impedansi Multifrekuensi (BIA) serta teknik pencitraan melalui Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Namun, teknik pemeriksaan ini relatif rumit dan tidak
mudah diterapkan dalam praktik dokter sehari-hari, mengingat biaya pemeriksaan
yang mahal dan ketersediaan alat pemeriksaan yang terbatas.
19
Grafik BMI Anak Putri
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
Kegemukan dan obesitas dapat pula dinilai dengan teknik desitometri,
Analisis Impedansi Multifrekuensi (BIA) serta teknik pencitraan melalui Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Namun, teknik pemeriksaan ini relatif rumit dan tidak
mudah diterapkan dalam praktik dokter sehari-hari, mengingat biaya pemeriksaan
yang mahal dan ketersediaan alat pemeriksaan yang terbatas.
19
Grafik BMI Anak Putri
Sumber : Obesitas Pada Anak karya dr. Genis Ginanjar Wahyu
Kegemukan dan obesitas dapat pula dinilai dengan teknik desitometri,
Analisis Impedansi Multifrekuensi (BIA) serta teknik pencitraan melalui Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Namun, teknik pemeriksaan ini relatif rumit dan tidak
mudah diterapkan dalam praktik dokter sehari-hari, mengingat biaya pemeriksaan
yang mahal dan ketersediaan alat pemeriksaan yang terbatas.
20
Secara umum, penyebab kegemukan dan obesitas pada anak belum
diketahui secara pasti sehingga saat ini. Namun berbagai penelitian ilmiah
menunjukkan bahwa penyebab kegemukan dan obesitas pada anak bersifat
multifaktor.
Ada tiga faktor yang diketahui berperan besar meningkatkan resiko
terjadinya kegemukan dan obesitas pada anak, yakni :
a. Faktor Genetik (Keturunan)
Keterlibatan faktor genetik dalam meningkatkan faktor risiko
kegemukan dan obesitas diketahui berdasarkan fakta adanya perbedaan
kecepatan metabolism tubuh antara satu individu dan individu lainnya.
Individu yang memiliki kecepatan metabolism lebih lambat memiliki risiko
lebih besar menderita kegemukan dan obesitas. Berbagai penelitian
mengungkapkan fakta bahwa beberapa gen terlibat dalam hal ini. Selain itu,
latar belakang ras juga berkaitan dengan perbedaan kecepatan metabolisme
tubuh. Namun, tidak sedikit ahli kesehatan yang menilai bahwa faktor
genetik bukanlah hal utama dalam peningkatan risiko kegemukan dan
obesitas pada anak.
b. Faktor Pola Aktivitas
Pola aktivitas yang minim berperan besar dalam peningkatan risiko
kegemukan dan obesitas pada anak. Kegemukan dan obesitas lebih mudah
diderita oleh anak yang kurang beraktivitas fisik maupun olahraga. Hal ini
disebabkan karena jumlah kalori yang dibakar lebih sedikit dibandingkan
21
kalori yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi sehingga berpotensi
menimbulkan penimbunan lemak berlebih di dalam tubuh.
c. Pola Makan
Pola makan juga berperan besar dalampeningkatan risiko terjadinya
kegemukan dan obesitas pada anak. Makanan yang mesti dihindari untuk
mencegah kegemukandan obesitas pada anak adalah yang tinggi kadar
kalorinya, rendah serat, dan minim kandungan gizinya.
Kegemukan dan obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko timbulnya
berbagai keluhan dan penyakit pada anak sama halnya dengan yang dialami oleh
orang dewasa. Secara sederhana, gangguan kesehatan yang terjadi pada anak
penderita kegemukan dan obesitas terbagi tiga yakni gangguan klinis, mental, dan
sosial.
a. Gangguan klinis pada anak penderita kegemukan dan obesitas
1) Kegemukan dan obesitas pada anak dan kencing manis (DM tipe 2)
Kencing manis atau disebut juga Diabetes Militus tipe 2 (DM
tipe 2) merupakan penyakit yang ditandai dengan ketidak mampuan
hrmon insulin mengontro kadar gula darah dalam batas normal. DM
tipe 2 dulu merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada kelompok
usia dewasa dan manula. Namun, kini DM tipe 2 mulai banyak diderita
kelompok usia dewasa muda, remaja, bahkan anak-anak. Kondisi ini
akibat perubahan pola makan kearah yang tidak sehat dan minimnya
aktivitas fisik, serta kian malasnya masyarakat berolah raga.
22
Jumlah kasus baru dan kasus lama DM tipe 2 pada anak di
seluruh dunia mencapai 17 per 100.000 anak per tahun. Di Indonesia
kasus DM tipe 2 pada anak diperkirakan sebesar 0,3 per 100.000 anak
per tahun, atau terdapat 240 kasus baru DM tipe 2 anak setiap tahun.
Anak-anak penderita DM tipe 2 berpeluang mengalami berbagai
komplikasi penyakit berat, seperti gagal ginjal kronis, penyakit
jantung, stroke, kebutaan dan sebagainya di kemudian hari.
2) Kegemukan dan obesitas pada anak dan asma bronkhiale
Asma bronkhiale atau lebih dikenal dengan asma atau mengi
merupakan kelainan system pernafasan yang ditandai dengan
penyempitan pada saluran nafas (bronchus) yang bersifat sementara
dan dapat sembuh secara spontan tanpa pengobatan. Penyakit asma
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita asma.
Kegemukan dan obesitas pada anak meningkatkan risiko
timbulnya asma bronkhiale, terutama setelah beraktivitas fisik maupun
berolahraga yang melelahkan. Hal ini terungkap dari hasil penelitian
Sara Rosenkranz, mahasiswi program doctoral ilmu gizi anak yang
dipublikasikan Kansas State University pada 12 Dsember 2008 lalu.
Penelitian Sara menunjukkan bahwa anak penderita kegemukan dan
obesitas yang kurang beraktivitas fisik maupun olahraga, cenderung
mengalami serangan mirip asma bronkhiale pasca berolahraga dan
beraktivitas. Penelitian ini melibatkan 40 siswa sekolah dasar dengan
rentang usia 8-10 tahun.
23
3) Kegemukan dan obesitas pada anak dan hipertensi
Hipertensi pada anak ditandai dengan nilai tekanan darah yang
lebih persentil ke-95 pada table tekanan darah, sesuai usia dan jenis
kelamin. Hipertensi yang diderita sejak usia anak-anak cenderung
berlanjut hingga dewasa. Hipertensi yang diderita anak dapat berupa
hipertensi primer maupun sekunder. Hipertensi primer atau yang sering
disebuthipertensi esensial, lebih banyak ditemukan pada anak yang
beranjak remaja. Faktor terjadinya hipertensi primer adalah obesitas
dan faktor keturunan. Sementara itu, hipertensi sekunder merupakan
hipertensi yang disebabkan oleh kerusakan fungsi organ tubuh.
Obesitas diketahui merupakan salah satu faktor yang
meningkatkan risiko hipertensi primer pada anak. Hipertensi pada anak
merupakan fenomena yang mencemaskan karena dapat menimbulkan
kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti ginjal, jantung, saraf mata
serta kelainan fungsi otak.
4) Kegemukan dan obesitas pada anak dan sleep apnea
Sleep apnea ditandai dengan terhentinya nafas sekitar 10 detik
atau lebih ketika anak tidur. Sleep apnea biasanya didahului suara
nafas mendengkur yang keras. Sleep apnea menyebabkan penurunan
kadar oksigen dalam darah secara drastis. Serangan atau episode sleep
apnea dapat terjadi sekali ataupun beberapa kali ketika tidur, yang
disebut sebagai sindroma sleep apnea. Sindroma sleep apnea dapat
24
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan antara lain, gangguan
irama jantung maupun gangguan tidur.
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kelainan sleep apnea
dijumpai pada sekitar 7% anak penderita obesitas. Selain itu penelitian
juga menunjukkan bahwa penurunan berat badan sekitar 10% pada
anak penderita obesitas mampu menurunkan kejadian sleep apnea
sebesar 50%.
5) Kegemukan dan obesitas pada anak dan gangguan tulang serta sendi
Kegemukan dan obesitas pada anak berpotensi menimbulkan
kalainan bentuk dan ukuran tulang, ketidakseimbangan, maupun rasa
nyeri yang sangat kuat baik ketika anak berdiri, beralan, maupun
berlari. Diduga hal ini disebabkan karena tulang kaki mengalami
tekanan yang cukup kuat. Anak penderita obesitas cenderung tidak
seimbang dan tidak dapat berjalan maupun berlari secara efisien.
Selain itu juga anak dengan obesitas diketahui cenderung mengalami
gangguan pada tulang dan sendi, seperti kerusakan pada lempeng
pertumbuhan tulang kaki, penyempitan sudut sendi, serta rasa nyeri di
daerah lutut dan pinggang.
b. Gangguan kesehatan mental pada anak penderita kegemukan dan obesitas
Anak penderita kegemukan dan obesitas juga rentan mengalami
gangguan kejiwaan seperti depresi. Hal ini antara lain disebabkan oleh
ejekan atau cemooh dari teman sebayanya, terutama ketika mulai
memasuki usia sekolah.
25
Gejala depresi ringan dapat diamati dalam bentuk perubahan
perilaku dan emosi anak dalam kehidupan sehari-hari, antara lain
1) Anak merasa kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas yang
digemari
2) Anak mudah marah atau cenderung menjadi lebih pemurung
3) Anak menarik diri dari lingkungan atau teman sebayanya
4) Anak merasa dirinya tidak berguna
5) Anak mudah mengantuk atau malah sulit tidur
6) Perasaan mudah lelah atau sering mengeluh pegal-pegal pada daerah
punggung
Gejala depresi berat biasanya ditandai dengan adanya keinginan untuk
bunuh diri.
c. Gangguan sosial pada anak penderita kegemukan dan obesitas
Anak penderita kegemukan dan obesitas sering menghadapi
kendala dalam berhubungan sosial maupun bermain dengan teman sebaya
mereka. Pada saat bermain anak penderita kegemukan dan obesitas
cenderung menghindar karena gerakan yang tidak lincah. Selain itu anak
penderita kegemukan dan obesitas juga sering menerima ejekan dan
cemooh sehingga membuat mereka malu, minder dan cenderung menarik
diri dari lingkungan dan teman-teman sebaya.
Karena hal inilah maka anak penderita kegemukan dan obesitas
menganggap bahwa lingkungan sosialnya tidak menginginkan kehadiran
26
mereka atau menolak mereka. Sikap semacam ini membentuk konsep diri
yang buruk.
3. Obesitas Pada Anak di Indonesia
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Damayanti bersama koleganya
yang tergabung dalam Masyarakat Pediatri Indonesia dapat menjadi gambaran
mengenai fenomena ini.
Penelitian dilakukan terhadap anak-anak sekolah dasar di sepuluh kota
besar Indonesia periode 2002-2005 dengan metode acak. Hasilnya, prevalensi
kegemukan pada anak-anak usia sekolah dasar secara berurutan dari yang
tertinggi ialah Jakarta (25%), Semarang (24,3%), Medan (17,75%), Denpasar
(11,7%), Surabaya (11,4%), Padang (7,1%), Manado (5,3%), Yogyakarta (4%),
dan Solo (2,1%). Rata-rata prevalensi kegemukan di sepuluh kota besar tersebut
mencapai 12,2%. Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan bom waktu yang
siap meledakkan sejumlah persoalan kesehatan di kemudian hari.
E. Tinjauan Tentang Psikologi Anak yang Mengalami Obesitas
Anak penderita kegemukan dan obesitas rentan mengalami gangguan
kejiwaan seperti depresi. Hal ini antara lain disebabkan oleh ejekan atau cemooh
dari teman sebayanya, terutama ketika mereka mulai memasuki usia sekolah.
Anak penderita kegemukan dan obesitas umumnya lebih lamban dan malas
bergerak. Kondisi ini membuat aktivitas fisik mereka di sekolah terhambat.
Kelambanan gerak tubuh penderita kegemukan dan obesitas sering kali
27
mengundang cemooh atau ejekan dari teman-temannya. Ejekaan yang diterima
secara terus menerus dapat membuat mereka kehilangan rasa percaya diri dan
tertekan. Jika hal ini tidak diatasi dengan tepat dan segera, dapat menyebabkan
anak menjadi depresi.
Depresi yang terjadi pada anak penderita kegemukan dan obesitas bisa
ringan atau berat. Gejala depresi ringan dapat diamati dengan bentuk perubahan
perilaku dan emosi anak dalam kehidupan sehari-hari. Antara lain :
1. Anak merasa kehilangan minat terhadap hobi atau aktivitas yang
digemari
2. Anak mudah marah atau cenderung menjadi lebih pemurung
3. Anak menarik diri dari lingkungan atau teman sebayanya
4. Anak merasa dirinya tidak berguna
5. Anak mudah mengantuk atau malah sulit tidur
6. Perasaan mudah lelah atau sering mengeluh pegal-pegal pada daerah
punggung
Sedangkan gejala depresi berat biasanya ditandai dengan adanya keinginan untuk
bunuh diri. Keinginan bunuh diri dapat diketahui dari catatan harian, curahan hati
anak kepada teman sebayanya, dan sebagainya. Hal ini jelas tidak biasa dianggap
remeh.
28
F. Tinjauan Tentang Anak Usia 8-10 Tahun
1. Ciri khas secara fisik/jasmani
Pada usia ini ciri khas fisik/jasmani yang terlihat nampak adalah anak
menjadi mulai aktif untuk mengembangkan koordinasi otot besar dan kecil.
Karena hal tersebut maka kekuatannya menjadi bertambah. Selain itu pada
usia ini juga masa dimana anak memiliki keinginan untuk menguasai
keterampilan dasar. Selain itu anak juga menjadi lebih senang olahraga dalam
tim dan kegiatan-kegiatan atletik lainnya. Pada usia ini juga anak mulai
mengikuti kata hatinya.
2. Ciri khas secara mental/kognitif
Ciri khas dalam segi mental/kognitif pada anak dalam lingkup usia ini
adalah selalu ingin belajar hal-hal baru. Selain itu juga mulai muncul
kemampuan untuk memahami pandangan orang lain yang mulai berkembang.
Pada usia ini juga anak mulai mengenal perasaan ‘malu’ dalam situasi-situasi
tertentu. Pemahamannya akan konsep juga berkembang dengan baik
berdasarkan lingkungan sekitarnya. Dalam usia ini juga keterampilan menulis
dan berbahasa terus berkembang dengan baik. Anak juga menjadi dapat
memahami lebih dari ‘seluruh’ gambar yang ada yang diberikan padanya.
Kreatifitasnya berkembang dengan sangat baik menjadi sangat kreatif dan
senang melakukan hal-hal baru. Pada usia ini pun anak memiliki rasa sangat
ingin tahu sangat tinggi. Karena proses pembelajarannya juga di usia ini anak
29
memiliki masa emas karena dimasa ini dia menjadi mudah untuk megingat
dan mulai mengetahui tentang konsep yang benar dan salah.
3. Ciri khas secara sosial/emosional
Chiri khas lain yang ditunjukkan secara sosial/emosional yaitu anak
menjadi lebih mengutamakan teman-teman sebaya dalam kelompoknya.
Karena hal inilah maka pengaruh dari kelompoknya sangat kuat. Pada usia ini
anak menjadi lebih peka dalam memilih teman. Pada umumnya mudah
bergaul dan percaya diri. Perilaku bersaingnya pun mulai berkembang. Karena
hal ini lah anak juga mulai untuk peka dan bermain jujur.
Pada masa ini orang tua sudah harus mulai waspada karena anak dalam
usia ini sering memperhatikan perbuatan dan perilaku orang dewasa. Selain itu
kesadaran untuk berperilaku seperti orang yang berjenis kelamin sama mulai
berkembang. Anak mulai memisahkan diri dari keluarga sehingga anak dapat
berpartisipasi dalam kegiatan yang terpisah dari keluarga. Selera humornya
pun juga berkembang. Pada usia ini juga mulai mengalami rangkaian emosi
seperti : takut, merasa bersalah, marah, dan sebagainya. Anak juga menjadi
tahu peristiwa yang terjadi disekitarnya, meskipun secara emosional belum
cukup dewasa untuk mengatasi akibat-akibatnya. (Anthony, 1988, p.141-146)