Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Bahasa Indonesia
1. Pengertian Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah suatu alat komunikasi yang digunakan makhluk
hidup untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain. Di dalam berbahasa
terdapat 2 macam bentuk, Bahasa formal dan non-formal. Bahasa verbal
merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan manusia sejak lahir dan
menjadi komunikasi dasar yang digunakan secara umum oleh masyarakat di
dunia. Kemudian untuk Bahasa nonverbal mempunyai banyak jenis. Beberapa
diantaranya ialah Bahasa Tubuh, sandi morse, dan masih banyak lagi.
Jadi, Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang sangat penting
digunakan dalam keseharian manusia. Terutama saat berkomunikasi antar
manusia, baik itu dalam usaha bisnis, komunikasi dengan orang tua, bahkan
dengan penyandang cacat. Sebagai makhluk yang normal, kita juga bisa
mempelajari Bahasa yang digunakan oleh penyandang cacat.
2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Standar kompetensi pembelajaran Bahasa Indonesia di SD merupakan kualifikasi
minimal peserta didik, yang menggambarkan penguasaan keterampilan berbahasa, dan
sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Adapun tujuan yang yang diharapkan
dapat dicapai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa dapat; 1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara
lisan maupun tulisan, 2) menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai
13
bahasa persatuan dan bahasa negara, 3) memahami Bahasa Indonesia dan dapat
menggunakan dengan tepat dan efektif dalam berbagai tujuan, 4) menggunakan Bahasa
Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan
sosial, 5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
menghaluskan budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
B. Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di SD
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) saat ini,
pembelajaran bahasa Indonesia pada jenjang SD mencakup komponen
kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra meliputi empat aspek: 1)
mendengarkan/menyimak, 2) berbicara, 3) membaca, 4) menulis.
C. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Buku yang digunakan peneliti sebagai pedoman pembelajaran adalah buku
KTSP 2006. Mata pelajaran yang dipilih peneliti adalah Bahasa Indonesia dengan
mengambil materi bab 2 tema Lingkungan Sekolah dan bab 4 tema Hewan dan
Tumbuh-tumbuhan dengan kompetensi dasar dan indikator sebagai berikut:
Bab 2 tema Lingkungan Sekolah
1. Standar Kompetensi
Membaca
2. Kompetensi Dasar
Membaca cerita sederhana
14
3. Indikator
a) Membaca teks cerita dengan lafal dan intonsi yang tepat
b) Menjawab pertanyaan dari isi teks yang dibaca
c) Menceritakan isi teks yang dibaca dengan kalimat sendiri
4. Materi
Membaca Cerita Sederhana
Apakah kamu gemar membaca? Sayang sekali jika kamu tidak suka
membaca. Kamu tidak akan bertemu hal-hal yang menakjubkan. Sekarang ini
ada banyak bacaan yang menarik. Gambarnya pun akan membuat kamu
semakin betah membaca. Kamu juga pasti akan senang jika membacakannya
untuk orang lain.
a) Membaca Teks Cerita dengan Lafal dan Intonasi yang Tepat.
Coba kamu baca cerita berikut di depan teman-teman kamu. Dalam
membaca, dikenal istilah lafal dan intonasi. Tahukah kamu apa makna
dua kata itu? Lafal adalah cara mengucapkan bunyi dalam kata/kalimat.
Intonasi adalah ketepatan menyajikan lagu kalimat. Misalnya, ada
perbedaan antara membacakan kalimat tanya dan kalimat perintah.
15
.
Bukan Nama Biasa
Karya Sri Purwanti
“Ih, nama kamu jelek sekali. Apa tidak ada nama lain yang lebih baik buat kamu?” ujar Doni
dengan nada mengejek. Aku sebal sekali bila mendengar ejekan Doni. Ingin sekali rasanya aku
menendang pantatnya. Biar dia terjatuh. Tapi, kata Ibu, kita tidak boleh kasar. “Boleh tidak aku
pinjam kamu untuk mainan. Sekarang aku sudah rajin berlatih. Aku ingin sekali mengadu
kemampuan dengan Hari. Biar aku skak dia!” Lagi-lagi Doni berkata dengan sombong sambil
membusungkan dadanya. “Ha...ha...ha...,” anak-anak sekelas tertawa mendengar gurauan Doni.
“Kamu bisa diam tidak?!” teriakku hampir menangis. Rasanya aku benar-benar sudah tidak
tahan mendengar ejekannya. “Ada apa, Catur? Kenapa kamu berteriak?” tanya Bu Ami yang
baru saja memasuki kelas. Anak-anak yang semula berhamburan, spontan berhenti tertawa.
Mereka duduk di kursinya masing-masing. “Dia menghina nama saya, Bu,” ujarku dengan
suara terbata-bata. BuAmi menatap ke arah Doni. Doni sih acuh saja. Seolah-olah tidak pernah
terjadi apa-apa. Dasar anak badung. Sudah tahu salah, malah tenang-tenang saja. “Benar,
Don?” tanya Bu Ami tegas. “Tidak kok, Bu. Dia saja yang geer alias gede rasa. Saya „kan
hanya bilang, saya suka main catur. Saya ingin bertanding melawan Hari.” Doni mencoba
berbohong. “Benar begitu?” tanya Bu Ami kurang percaya. Doni menoleh ke arah teman-teman
dengan wajah terlihat mengancam. Teman-temannya diam. Kemudian, Doni menatap ke arah
Hari dan memberikan isyarat. “Iya, kok Bu. Catur ingin mencari perhatian Ibu saja. Mentang-
mentang bintang kelas!” ujar Hari dengan entengnya. “Tapi, Bu, tadi Doni...,” aku mencoba
membela diri. “Sudah-sudah! Ibu tidak suka melihat murid Ibu bertengkar. Ingat! Kalian itu
semua bersaudara, jadi harus saling mengasihi.” Nasihat BuAmi dengan bijaksana.Aku merasa
kecewa dengan sikap Bu Ami. Tega sekali. Jelas-jelas Doni salah, tapi kok dibiarkan. Aku tiba
di rumahku. “Kenapa sih Ayah memberiku nama Catur? Apa tidak ada nama lain yang lebih
bagus, seperti Mas Eka, Mbak Dwi, Mas Tri. Kenapa hanya nama Catur yang paling jelek?”
ujarku dengan nada kesal. “Oh, jadi ceritanya kamu sedang ngambek nih?” goda Mas Eka.
Tega sekali. Jelas-jelas Doni salah, tapi kok dibiarkan. Aku tiba di rumahku. “Kenapa sih Ayah
memberiku nama Catur? Apa tidak ada nama lain yang lebih bagus, seperti Mas Eka, Mbak
Dwi, Mas Tri. Kenapa hanya nama Catur yang paling jelek?” ujarku dengan nada kesal. “Oh,
jadi ceritanya kamu sedang ngambek nih?” goda Mas Eka. “Seharusnya kamu bangga dengan
nama itu? Karena, nama itu bukan nama biasa. Coba kamu perhatikan. Jarang sekali „kan orang
yang bernama Catur. Jarang ada yang menyamai,” ujar Ibu lembut. “Ayah tidak asal kok
membuat nama kamu. Catur Rizki Pertiwi. Kedengarannya indah, bukan. Sesuai dengan
urutan. Kamu lahir sebagai anak keempat maka kami memberi nama Catur. Catur berarti
empat. Bukan karena Ayah suka main catur.
16
(Sumber: Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia tema 4 (Hewan dan Tumbuh-tumbuhan))
b) Menjawab Pertanyaan dari Isi Teks yang Dibaca.
Apakah ada kata-kata sulit dalam teks di atas? Jika tidak, berarti kamu
sudah paham isi dari cerita tersebut. Untuk mengujinya, coba kamu jawab
pertanyaan berikut.
1) Siapa yang diejek oleh Doni di kelas?
2) Bagaimana perasaan Catur ketika ia diejek oleh Doni?
3) Siapakah yang diajak bermain catur dengan Doni?
4) Apa alasan Hari ketika Bu Ami menerima pengaduan dari Catur?
5) Apa isi nasihat Bu Ami ketika melihat muridnya bertengkar?
6) Siapakah nama kakak-kakak Catur?
7) Apa nama lengkap Catur?
8) Mengapa Ayah memberikan nama Catur?
c) Menceritakan Isi Teks yang Dibaca dengan Kalimat Sendiri
Apakah kamu memiliki pengalaman yang sama dengan Catur? Jika iya,
mungkin kamu ingin menceritakan isi teks di atas kepada temanmu.
Dapatkah kamu melakukannya. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di
atas dapat mempermudah kamu. Selamat mencoba!
Ya, meskipun Ayah juga suka main catur.” “Tapi, Yah, teman-teman, terutama Doni suka sekali
mengejek.” Aku mengadu. “Biarkan saja. Nanti kalau sudah capek, diam sendiri,” jawab Ayah
cepat. Aku tersenyum. Keesokannya di kelas, Doni menghampiriku. Tanpa aku duga dia
mengulurkan tangannya. Kemudian, dia tersenyum padaku. Kali ini senyumnya bukan karena
mengejek. Bukan senyuman biasa. Tapi, senyuman yang tulus dan bersahabat.
17
Bab 4 tema Hewan dan Tumbuh-tumbuhan
1. Standar Kompetensi
Membaca
2. Kompetensi Dasar
Membaca teks sedehana
3. Indikator
a) Membaca teks sederhana dengan lancar
b) Menjawab pertanyaan tentang isi bacaan
c) Meringkas bacaan menggunakan kata-kata sendiri
4. Materi
Membaca Teks Sederhana
Apakah kamu senang membaca buku cerita bergambar? Dalam buku cerita
bergambar, biasanya teksnya sederhana. Kamu tidak akan mengalami
kesulitan saat membacanya.
a) Membaca Teks Sederhana dengan Lancar
Coba kamu baca teks berikut:
Intai Dulu, Terkam Kemudian
Setiap hari hewan membutuhkan makanan untuk hidup. Maka, ia harus rajin mencari mangsa
atau berburu. Untuk menangkap buruan, ia punya beberapa taktik. Salah satunya taktik intai
atau mematai-matai si mangsa. Si burung elang suka terbang melayang. Seraya terbang
melayang, dia sebetulnya sedang mengamati keadaan di bawah sana. Ketahuilah, matanya amat
tajam. Dari ketinggian, ia mampu melihat mangsa kesukaannya dengan jelas. Misalnya, tupai,
tikus, ayam, ular, juga kelinci. Burung elang tidak boleh terburu-buru menyergap mangsanya.
Ia harus sabar menunggu sampai mangsanya benar-benar lengah. Begitu mangsanya lengah,
burung elang pun secepat kilat menukik tajam. Ia akan segera menangkap mangsa itu. Siuuup!
Sepasang cakar burung elang segera mencengkeram mangsa itu. Setelah itu, ia akan segera
membawanya terbang ke atas pohon atau ke bukit.
18
b) Menjawab Pertanyaan tentang Isi Bacaan
Apakah kamu sudah benar-benar membaca teks di atas? Coba kamu jawab
pertanyaan berikut.
1) Apa yang dibutuhkan oleh hewan setiap hari?
2) Taktik apa yang digunakan hewan untuk menangkap buruan?
3) Siapa yang suka terbang melayang-layang di udara?
4) Dengan alat indra apa burung elang mampu melihat mangsa
buruannya?
5) Apa saja hewan yang menjadi buruan burung elang?
6) Bagaimana cara agar burung elang bisa menyergap mangsanya dengan
tepat?
7) Sepasang cakar burung elang dapat digunakan untuk apa?
8) Ke mana mangsa buruan dibawa oleh burung elang?
9) Meringkas Bacaan dengan Menggunakan Kata-kata Sendiri
Misalkan, teman kamu ingin diceritakan “Intai Dulu, Terkam Kemudian”.
Apakah yang akan kamu lakukan? Membuat ringkasan dapat menjadi
salah satu cara. Coba perhatikan contoh berikut.
(Sumber: Buku Teks Pelajaran Bahasa Indonesia tema 4 (Hewan dan Tumbuh-tumbuhan))
Intai Dulu, Terkam Kemudian
Setiap hari binatang membutuhkan makanan. Karena itu, mereka harus rajin mencari
mangsa. Untuk mencari mangsa, mereka memiliki taktik intai atau memata-matai si
mangsa. Burung elang adalah burung yang menggunakan taktik intai. Dengan mata yang
tajam, ia dapat mengamati mangsa. Di antaranya, tikus, tupai, ayam, ular, dan kelinci.
Burung elang selalu sabar menunggu sampai mangsanya benar-benar lengah. Begitu
mangsa itu lengah, burung elang secepat kilat menukik tajam untuk menangkap
mangsanya. Dengan cakarnya yang kuat, burung elang pun mencengkeram mangsanya
ke atas pohon atau bukit.
19
Adapun silabus pembelajaran Bahasa Indonesia kelas II SDN Tlogosari
01 Kecamatan Donomulyo semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 berdasarkan
kurikulum KTSP 2006 sebagai berikut:
Tabel 1. Silabus Kelas II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca
1. Membaca cerita sederhana dengan
membaca lancar.
1.1 Menyimpulkan isi cerita
sederhana yang dibaca dengan
membaca lancar.
Membaca teks cerita sederhana
dengan lafal dan intonasi yang
tepat.
Menjawab pertanyaan dari isi
teks cerita sederhana yang dibaca.
Menceritakan isi teks cerita
sederhana yang dibaca
menggunakan kalimat atau
kata-kata sendiri.
(Sumber: silabus kelas II SDN Tlogosari Kecamatan Donomulyo)
D. Keterampilan Berbahasa
Keterampilan berbahasa (language arts, language skills) dalam
kurikulum di sekolah biasanya mencakup empat segi, yaitu; 1) keterampilan
menyimak/mendengarkan (listening skills), 2) keterampilan berbicara (speaking
skills), 3) keterampilan membaca (reading skills), 4) keterampilan menulis
(writing skills). Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga
keterampilan lainnya dengan cara yang berbeda.
Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan,
merupakan catur-tunggal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa keempat keterampilan
tersebut saling terkait dan memiliki hubungan yang erat dengan proses-proses
berpikir yang mendasari bahasa (Dawson 1963:27 dalam Tarigan, 2008). Bahasa
seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa,
semakin cerah dan jelas jalan pikirannya.
20
E. Membaca
1. Pengertian membaca
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata atau bahasa tulis.Membaca adalah suatu proses yang menuntut
agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketaui.
Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersirat akan tertangkap atau dipahami,
dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson 1960: 43-44
dalam Tarigan, 2008: 7),
2. Tujuan Membaca
Suatu kegiatan yang dilakukan hendaknya disertai dengan adanya tujuan.
Begitu pula dengan kegiatan membaca, hendaknya pembaca memiliki tujuan sebelum
melakukannya. Tujuan dalam membaca akan menentukan arah dan hasil yang akan
diperoleh oleh pembaca. Setiap pembaca memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Penentuan tujuan tersebut didasarkan pada kebutuhan individu masing-masing.
Menurut Rahim, (2008:11), adapun macam-macam tujuan membaca,
yaitu: 1) kesenangan, 2) menyempurnakan membaca nyaring, 3) menggunakan
strategi tertentu, 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, 5)
mengaitkan informasi yang baru dengan informasi yang telah diketahuinya, 6)
memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, 7) mengkonfirmasikan
atau menolak prediksi, 8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan
informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam cara lain dan mempelajari struktur
teks, 9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
21
3. Komponen dalam Keterampilan Membaca
Setiap guru bahasa harus menyadari serta memahami benar bahwa
membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup
atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil.
Keterampilan membaca mencakup tiga komponen yaitu: 1) pengenalan terhadap
aksara serta tanda-tanda baca, 2) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan
unsur-unsur linguistik yang formal, 3) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan
makna atau meaning (Broughton 1978:90 dalam Tarigan, 2008: 11)
Keterampilan A merupakan suatu kemampuan untuk mengenal bentuk-
bentuk yang disesuaikan dengan mode yang berupa gambar. Gambar di atas suatu
lembaran, lengkungan-lengkungan, garis-garis, dan titik-titik dalam hubungan-
hubungan berpola yang teratur dan rapi.
Keteramapilan B merupakan suatu kemampuan untuk menghubungkan
tanda-tanda hitam di atas kertas yaitu gambar-gambar berpola tersebut dengan
bahasa. Hubungan-hubungan itu jelas sekai terlihat terjadi antara unsur-unsur dari
pola-pola tersebut di atas kertas dan unsur-unsur bahasa yang formal. Sesuai
dengan hakikat unsur-unsur linguistik yang formal tersebut, pada hakikatnya sifat
keterampilan itu akan selalu mengalami perubahan-perubahan pula. Unsur-unsur
itu dapat merupakan kelopmpok bunyi kompleks yang dapat disebut kata, frase,
kalimat, paragraf, bab, atau buku. Unsur itu dapat pula berupa unsur yang paling
dasar, yaitu bunyi-bunyi tunggal yang disebut fonem.
Keterampilan ketiga atau C yang mencakup keseluruhan keterampilan
membaca, pada hakikatnya merupakan keterampilan intelektual. Ini merupakan
kemampuan atau abilitas untuk menghubungkan tanda-tanda hitam di atas kertas
melalui unsur-unsur bahasa yang formal, yaitu kata-kata sebagai bunyi, dengan
makna yang dilambangkan oleh kata-kata tersebut.
22
4. Aspek-Aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan melibatkan
serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya,
terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu; 1) keterampilan yang bersifat
mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang paling
rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a) pengenalan bentuk huruf, b)
pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grahem, kata, frase, pola klausa,
kaimat, dan lain-lain), c) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan
bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”), d)
kecepatan membaca ke taraf lambat.
Aspek yang kedua yaitu; 2) keterampilan yang bersifat pemahaman
(comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebuh tinggi
(higher order). Aspek ini mencakup: a) memahami pengertian sederhana (leksikal,
gramatikal, retorikal), b) memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan
pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca), c) evaluasi atau
penilaian (isi, bentuk), d) kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah
disesuaikan dengan keadaan(Broughton 1978: 211 dalam Tarigan, 2008: 12-13).
5. Pembelajaran Membaca
Menurut Iskandarwassid (2009:264), mengungkapkan bahwa
pembelajaran adalah sesuatu kegiatan yang sangat kompleks karena adanya
interaksi antara siswa dengan guru, interaksi siswa dengan media, interaksi siswa
dengan siswa lainnya. Dalam proses pembelajaran semua unsur penunjang perlu
diperhatikan, yaitu materi, metode pembelajaran, sumber, media, alat penilaian,
dan instrumen penilaian. Kompleksitas dalam kegiatan pembelajaran juga terdapat
pada pembelajaran membaca. Pembelajaran membaca harus memperhatikan
kebiasaan cara berfikir teratur dan baik.
23
Hal ini disebabkan membaca sebagai proses yang sangat kompleks
dengan melibatkan semua proses mental yang lebih tinggi, seperti ingatan,
pemikiran, daya khayal, pengaturan, penerapan, dan pemecahan masalah.
Pembelajaran membaca tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata pelajaran.
Pembelajaran membaca merupakan salah satu aspek pembelajaran Bahasa
Indonesia yang diarahkan untuk mengembangkan kompetensi membaca.
Dengan demikian, pembelajaran membaca dapat dilakukan terpadu
dengan pembelajaran keterampilan membaca lainnya. Kemampuan yang
disampaikan dalam pembelajaran membaca adalah kemampuan berbahasa dan
bersastra. Oleh karena itu, wacana dalam 33 pembelajaran membaca bisa berupa
wacana sastra maupun nonsastra (Depdiknas, 2009).
6. Aspek Penilaian dalam Keterampilan Membaca
Standar diketahuinya peningkatan kemampuan membaca siswa kelas II
SD. Cara untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam
membaca diketahui dengan menilai:
1) Kefasihan dalam membaca lancar, kurang lancar, atau tidak lancar.
2) Pelafalan dalam membaca tepat, kurang tepat atau tidak tepat.
3) Intonasi dalam membaca tepat, kurang tepat atau tidak tepat.
4) Kenyaringan suara dalam membaca jelas, kurang jelas atau tidak jelas
Pemilihan aspek-aspek tersebut berdasarkan pada tuntutan kurikulum
yang tercantum dalam kompetens dasar yang harus dikuasai oleh siswa setelah
pembelajaran berlangsung. Pada kompetensi dasar tercantum bahwa siswa harus
dapat membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang tepat.
24
F. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,
yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi
tahapan-t tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, ysng bersifat
implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing
guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
2. Pengertian Motode Bermain Peran (Role playing)
Role playing atau bermain peran adalah sejenis permainan gerak yang di
dalamnya ada tujuan, aturan, danedutainment. Dalam rancangan pembelajaran siswa
dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pemebelajaran terjadi di
dalam kelas. Selain itu, Role playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk
aktivitas di mana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain (Menurut Fogg 2001 dalam Miftahul Huda, 2013: 208-209).
Role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilaukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda
mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada
apa yang diperankan. Pada strategi Role playing, titik tekannya terletak pada
keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi permasalahan
yang secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang
secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama
teman-temannya pada situasi tertentu.
25
Strategi Role playing juga diorganisasikan berdasarkan kelompok-kelompok
siswa yang heterogen. Masing-masing kelompok memperagakan/menampilkan
skenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi, namun
masih dalam batas-batas skenario dari guru
3. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Bermain Peran (Role playing)
Sintak strategi Role playing dapat dilihat dalam tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut: 1) guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan,
2) guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu
beberapa hari sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, 3) guru
membentuk kelompok siswa yang masing-masing beranggotakan 5 orang, 4) guru
memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai, 5) guru
memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan, 6) masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil
mengamati skenario yang sedang diperagakan, 7) setelah selesai ditampilkan,
masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas/memberi penilain
atas penampilan masing-masing kelompok, 8) masing-masing kelompok
menyampaikan hasil kesimpulannya, 9) guru memberikan kesimpulan dana
evaluasi secara umum (dalam Miftahul Huda, 2013: 209-210).
4. Kelebihan Penggunaan Metode Bermain Peran (Role playing)
Adapun kelebihan dari metode Role playing sebagai berikut: 1) dapat
memberi kesan pembelajaran yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa, 2)
bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang sulit untuk dilupakan, 3)
membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan antusias, 4) membangkitkan
gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
26
kebersamaan, 5) memungkinkan siswa untuk terjun langsung memerankan
sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.
5. Kelemahan Penggunaan Metode Bermain Peran (Role playing)
Metode Role playing juga memiliki beberapa kelamahan, yaitu: 1)
banyaknya waktu yang dibutuhkan, 2) kesulitan menugaskan peran tertentu
kepada siswa jika tidak dilatih dengan baik, 3) ketidakmungkinan menerapkan
rencana pembelajaran jika suasana kelas tidak kondusif, 4) membutuhkan
persiapan yang benar-benar matang yang akan menghabiskan waktu dan tenaga,
5) tidak semua materi pelajaran dapan disajikan melalui metode ini (Huda, 2013).
G. Media
1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
„tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟. Media apabila dipahami secaraa garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sevagai alat-alat
grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal (Gerlach & Ely 1971 dalam Arsyad, 2010).
2. Manfaat Media dalam Pembelajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting
adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua sapek ini saing
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi
27
jenis media pembelajaran yang sesuai. Salah satu fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,
kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan
rancangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
terhadap siswa (Hamalik 1986 dalam Arsyad, 2010)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran sangat
membantu bagi guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan
menggunakan media pemebelajaran pula, siswa akan lebih termotivasi, tertarik,
serta berminat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
3. Kriteria Pemilihan Media
Pembelajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang
akan digunakan dalam proses pembelajaran itu juga memerlukan perencanaan yang
baik.Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan
bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria
yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain: 1) sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai, 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta,
konsep, prinsip, atau generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil
menggunakannya, 5) pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.
H. Kajian Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang memperkuat penelitian ini yaitu penelitian
tindakan kelas yang dilakukan oleh Tien Kartini dengan judul “Penggunaan
Metode Role Playing untuk Meningkatkan Minat Siswa dalam Pembelajaran
28
Pengetahuan Sosial di Kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode role playing
sangat efektif dalam meningkatkan minatbelajar anak. Efektivitas penggunaan
metode tersebut dapat dilihat dari dijumpainya beberapa perubahan yang
positif,baik yang terjadi pada guru IPS itu sendiri maupun yang terjadi pada diri
siswa, terutama perubahan adanya peningkatanminat belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah keduanya menggunakan metode yang sama yaitu metode bermain
peran atau Role playing. Kemudian perbedaannya adalah penelitian di atas berfokus
pada penggunaan Role playing untuk meningkatan minat siswa dalam pembelajaran
IPS, sedangkan peneliti berfokus pada penerapan metode menggunakan media berupa
buku cerita bergambar pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian selanjutnya yaitu penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh
Farid Ahmadi dengan judul “Meningkatkan Minat Membaca SiswaSekolah Dasar
Dengan Metode Glenn Doman Berbasis Multimedia”. Penelitian ini dilakukan
dengan 2 siklus. hasil penelitan dengan menggunakan metode ini menunjukkan
peningkata hasil belajar sebesar 60 % dari pembelajaran konvensional.
Adapun persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti adalah keduanya sama-sama berfokus pada satu pembelajaran yaitu
membaca. Sedangkan perbedaannya adalah fokus peneliti di atas yaitu meningkatkan
minat membaca siswa sekolah dasar dengan metode Glenn doman berbasis
multimedia sedangkan peneliti sendiri fokus penelitiannya lebih kepada penerapan
metode. Metodenya pun berbeda dengan peneliti di atas, peneliti dalam penelitian ini
menggunakan metode bermain peran atau Role playing dengan bantuan media berupa
buku cerita bergambar dalam pembelajaran membaca siswa sekolah dasar.
29
I. Kerangka Berfikir
Gambar 1. Kerangka Berpikir
Kondisi
awal
-Guru belum pernah
menerapkan metode Role
Playing
-Metode pembelajaran
yang digunakan masih
konvensional
-media dan sumber
belajar yang digunakan
kurang inovatif
-
-Kemampuan
membaca siswa
kelas II masih
rendah
-Siswa
cenderung pasif
dan kurang
berantusisas
Tindakan
Guru menggunakan
metode Role playing
dalam pembelajaran
keterampilan membaca
melalui media cerita
bergambar
Siklus I penerapan
metode role
playing melalui
media cerita
bergambar pada
keterampilan
membaca
meningkat
Siklus II penerapan
metode role playing
melalui media cerita
bergambar pada
keterampilan
membaca meningkat
daripada siklus I
Kondisi
Akhir
Dengan penerapan metode role playing
melalui media cerita bergambar dapat
meningkatkan keterampilan membaca siswa
kelas II SDN Tlogosari 01 Kecamatan
Donomulyo