25
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi sendiri adalah suatu istilah yang diambil dari dunia kemiliteran yang kemudian diadopsi dan dikembangkan dalam ilmu pendidikan. Istilah stretegi dalam dunia militer diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perang. Dalam konteks pendidikan strategi diartikan sebagai suatu cara atau siasat yang dapat dilakukan seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemp (dalam Majid 2013:7) mengartikan strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Menurut Suhanji dalam (Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, 2008:2) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan memahami materi pembelajara, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Sama dengan Kemp dan Suhanji menurut Majid (2013:7) strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk penggunaan metode dan pemanfatan sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Definisi yang lain tentang strategi pembelajaran menurut Suyadi (2013:14) adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dari bebera definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah serangkaian cara yang dapat dilaksanakan guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan sumber daya yang ada agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan semestinya.

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi sendiri adalah suatu istilah yang diambil dari dunia

kemiliteran yang kemudian diadopsi dan dikembangkan dalam ilmu

pendidikan. Istilah stretegi dalam dunia militer diartikan sebagai cara

penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu perang.

Dalam konteks pendidikan strategi diartikan sebagai suatu cara atau siasat

yang dapat dilakukan seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Kemp (dalam Majid 2013:7) mengartikan strategi pembelajaran

adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Menurut Suhanji dalam (Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan,

2008:2) menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang

akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan

materi pembelajaran sehingga akan memudahkan siswa menerima dan

memahami materi pembelajara, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran

dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

Sama dengan Kemp dan Suhanji menurut Majid (2013:7) strategi

pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan yang termasuk penggunaan

metode dan pemanfatan sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran.

Definisi yang lain tentang strategi pembelajaran menurut Suyadi

(2013:14) adalah langkah-langkah yang ditempuh guru untuk memanfaatkan

sumber belajar yang ada guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

dan efisien.

Dari bebera definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah serangkaian cara yang dapat dilaksanakan guru pada

proses pembelajaran dengan menggunakan sumber daya yang ada agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan semestinya.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

7

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori yaitu yang dimana penyampaian

materinya itu lebih menekankan pada verbal, lisan atau tutur kata gurunya.

Dalam strategi ini penyampaian materi disampaikan langsung oleh guru,

maka sering juga disebut dengan strategi ”chalk and talk” (Mulyono,

2012:75).

Sama halnya dengan Mulyono, Majid (2013:216) menjelaskan bahwa

strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang

menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang

guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai

materi secara optimal. Dalam strategi ini , materi pelajaran disampaikan

langsung oleh guru . siswa tidak dituntut untuk menemukan materi tersebut

.

Menurut Roy Killen dalam Sanjaya (2011:179) menamakan strategi

ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran berlangsung (direct

instruction). Mengapa demikian? Karena dalam strategi ini materi

pembelajaran disampaikan langsung oleh guru, siswa tidak dituntut untuk

menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi ekspositori

adalah suatu strategi yang disampaikan oleh guru secara langsung dan lebij

menekankan pada verbal sehingga dalam proses pembelajarannya

berlangsung secara optimal.

3. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Menurut Majid (2013:216) Terdapat beberapa karakteristik strategi

ekspositori diantaranya:

a. Strategi pembelajaran ini dilakukan dengan cara menyampaikan materi

pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat

utama dalam melakukan strategi ini. Pleh karena itu sering orang

mengidentikannya dengan metode ceramah.

b. Biasanya materi yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah

jadi, seperti data atau fakta konsep-konsep tertentu yang harus dihafal

sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang.

c. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu

sendiri.

Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan

dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan

kembali materi yang telah diuraikan. Strategi pembelajaran ekspositori

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

8

merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi

kepada guru.

Dikatakan demikian karena dalam strategi guru memegang peran

yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru menyampaikan materi

secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan

tersebut dapat dikuasai siswa dengan baik.

4. Prinsip Penggunaan Strategi Ekspositori

Menurut Majid (2013:217) pada buku yang berjudul “Strategi

Ekspositori” ada beberapa prinsip penggunaan strategi ekspositori yang

harus diperhatikan guru, sebagai berikut :

a. Berorientasi Pada Tujuan

Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama

dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, tetapi

tidak berarti proses penyampaian materi tanpa adanya tujuan

pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan

utama dalam penggunaan strategi ini.

Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru

harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti

kriteria pada umumnya, yujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam

bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada

kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk

dipahami karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bias

mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.

b. Prinsip Komunikasi

Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi

yang menunjukan pada proses penyampaian pesan dari seseorang

(sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima

pesan). Pesan yang ingin disampaikan ini adalah materi yang disusun

sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses

komunikasi guru berfungsi sebagai sumber dan siswa berfungsi sebagai

penerima pesan.

c. Prinsip Kesiapan

Siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita

berikan tetapi terlebih dahulu kita harus memosisikan mereka dalam

keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

9

d. Prinsip Berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus mendorong siswa untuk

mau mempelajari materi pelajaran leboh lanjut. Pembelajaran bukan

hanya berlangsung pada saat itu, tetapi juga untuk selanjutnya.

5. Prosedur Penerapan Strategi Ekspositori

Menurut Suyadi (2013:154) ada beberapa prosedur dalam penerapan

strategi ekspositori yaitu sebagai berikut :

a. Persiapan

Langkah persiapan adalah langkah yang sangat penting dalam

ekspositori, karena pembelajaran dengan menggunakan strategi ini

sangat bergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus

dilakukan pada langkah ini antara lain :

1) Memberikan sugesti yang positif dan menghindari kata-kata negative

yang dapat menurunkan citra diri atau kepercayan diri siswa.

2) Memulai pelajaran dengan mengemukakan tujuan yang ingin

dicapai.

3) Menggali wawasan dasar atau pengalaman individual siswa

berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Kegiatan itu mirip

seperti penjajagan medan atau mengenal lemampuan siswa sejak

awal.

b. Penyajian Dan Penjelasan Materi

Langkah penyajian adalah menyampaikan materi pelajaran sesuai

dengan persiapan yang telah dilakukan secara jelas. Satu hal yang harus

diperhatikan oleh pendidik atau guru pada langkah ini (menjelaskan dan

menyajikan materi) adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat

diterima dan dipahami dengan mudah oleh seluruh siswa. Oleh karena

itu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan

langkah penyajian ini, yakni :

1) Penggunaan bahasa harus lugas, jelas dan mudah dipahami.

2) Intonasi atau mimik suara sesuai isi materi yang disampaikan.

3) Menjaga kontak mata dengan siswa.

4) Menggunakan lelucon yang menyenangkan.

c. Korelasi

Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran

dengan pengalaman siswa dengan hal-hal lain yang memungkinkan

mereka mereka dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur

pengetahuan yang utuh.

d. Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah tahap akhir dalam proses pembelajaran.

Kegiatan penyimpulan dimaksudkan untuk memahami inti dari seluruh

materi yang dibahas atau disajikan. Langkah penyimpulan ini

merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

10

sebab pada langkah menyimpulkan ini siswa akan dapat mengambil inti

sari dari proses penyajian.

e. Mengaplikasikan

Tahap akhir dari strategi ekspositori adalah aplikasi atau aktualisasi

materi yang disampaikan guru dalam kehidupan sehari-hari. Tentu saja

langkah ini harus diawali dari pemahaman yang matang tentang materi

yang diajarkan guru kepada siswa. Dengan demikian, strategi

pembelajaran ekspositori tidak sekedar ceramah dan mengembangkan

ranah kognitif siswa, tetapi mengembangkan juga ranah afektif dan

psikomotor.

6. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

a. Keunggulan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Mulyono (2012:77), strategi ini sering digunakan,

beberapa keunggulan strategi ekspositori sebagai berikut :

1) Guru dapat mengontrol urutan dan keluasan materi yang akan

disampaikan.

2) Strategi yang sangat efektif bila digunakan yang cakupan materinya

luas.

3) Dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran siswa yang besar.

b. Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga

memiliki kelemahan diantaranya :

a) Lebih banyak dilakukan dengan ceramah.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung

kemampuan guru.

c) Kesempatan untuk mengontrol pemahaman peserta didik akan materi

pembelajaran akan sangat terbatas.

B. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

Menurut Moeslichatoen (1999:157) metode bercerita merupakan salah

satu pemberian pengalaman belajar bagi siswa dengan membawakan cerita

secara lisan. Cerita yang dibawakan harus menarik dan mengundang

perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan.

Menurut Latief (2014:111) bercerita adalah cara bertutur dan

menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

11

juga merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di

masyarakat.

Sama halnya dengan Moeslihatchoen dan Latief, Triantopun

(2011:94) berpendapat bahwa metode bercerita berupa kegiatan menyimak

tuturan lisan yang mengisahkan suatu peristiwa. Metode ini untuk

mengembangkan daya imajinasi, daya pikir, emosi, dan penguasaan bahasa

siswa.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan

salah satu cara guru untuk menyampaikan penjelasan secara lisan dan lebih

menarik dalam kegiatan belajar.

2. Teknik Metode Bercerita

Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara

lain guru dapat membaca langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari

buku gambar, menceritakan dongeng, menggunakan boneka. Di bawah ini

penjelasan mengenai beberapa teknik bercerita :

a. Membaca langsung dari buku cerita

Teknik bercerita dengan membaca langsung itu sangat bagus bila

guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada

siswa.

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku

Bila cerita yang disampaikan pada siswa terlalu panjang dan

terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat

menarik perhatian siswa, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan

baik.

c. Menceritakan dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama.

Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari suatu

generasi ke generasi berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk

menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada siswa.

d. Menggunakan media boneka

Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung

pada usia dan pengalaman anak biasanya boneka itu terdiri dari anggota

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

12

keluarga, boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan

memegang perwatakan tertentu.

3. Tujuan Kegiatan Bercerita

Dalam kegiatan bercerita siswa dibimbing mengembangkan

kemampuan mendengarkan cerita guru. Menurut Moeslichatoen (1999:170)

tujuan dari kegiatan bercerita adalah sebagai berikut :

a. Memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral dan

keagamaan.

b. Pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

4. Manfaat Metode Bercerita

Menurut Mursidi (2017:19) berbagai manfaat dari metode bercerita

adalah sebagai berikut :

a. Melatih daya konsentrasi.

b. Melatih daya tangkap.

c. Untuk menanamkan kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan,

ketulusan dan sikap-sikap positif yang lainnya.

d. Untuk memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan

keagamaan.

e. Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.

f. Untuk mengembangkan kemampuan kognitif, apektif maupun

psikomotor masing-masing siswa.

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil

Keluaran (output) atau hasil adalah manusia “dewasa” (terdidik,

berpendidikan) Kusdaryani (2009:44), menyatakan hasil (product)

menunjuk suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses

yang mengakibatkan nerubahnya input secara fungsional.

Maka dapat disimpulkan hasil adalah perolehan dari suatu usaha dan

aktifitas siswa selama proses pembelajaran dengan berbentuk sebuah nilai.

2. Pengertian Belajar

Menurut Siregar (2010:5) seseorang dapat dikatakan telah belajar

kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan

tersebut terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya, tidak

karena pertumbuhan fisik dan kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit

atau pengaruh obat-obatan. Kecuali itu, perubahan tersebut harus relative

permanen, tahan lama dan menetap tidak berlangsung sesaat.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

13

Lain dengan Suyono dan Hariyanto (2012 : 9) mereka berpendapat

bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkanketerampilan, memperbaiki prilaku, sikap dan

mengokohkan kepribadian,

Dari dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang agar dapat merubah

dirinya menjadi lebih baik dan terarah.

3. Ciri-ciri Belajar

Seperti pengertian belajar di atas, sederhananya belajar adalah suatu

cara unuk merubah seseorang dari tidak tau menjadi tau. Dengan memahami

belajar setidaknya belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Siregar,

2010:5):

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan, perubahan tingkah laku

tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),

maupun nilai dan sikap (afektif)

b. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap atau dapat

disimpan.

c. Perubahan tidak terjadi begitu saja, melaInkan harus dengan usaha.

Perubahan terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungannya.

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau

kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan

4. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Fitri, Helma, Syarifuddin dalam (jurnal

pendidikan matematika, 2014 : 2) adalah penugasan yang dicapai oleh siswa

setelah mengikuti proses pembelajaran . hasil belajar yang diperoleh siswa

dari satu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dengan skor/nilai yang diperoleh dari tes hasil belajar setelah

proses pembelajaran

Sedangkan menurut Rusmono (2012:10) menjelaskan bahwa belajar

adalah perubahan prilaku individu yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Perubahahan tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan

program pembelajarannya melalui interaksi dengan berbagai sumber belajar

dan lingkungan belajar.

Sama halnya dengan Rusmono, Susanto (2016:5) juga berpendapat

bahwa hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri

siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

14

hasil dari kegiatan belajar. Secara sederhana hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena

belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap.

5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Menurut Wasliman dalam Susanto (2016:12) hasil belajar yang

dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antar berbagai factor

yang memengaruhi, baik factor internal maupun eksternal. Secara perinci,

uraian mengenai factor internal dan eksternal sebagai berikut :

a. Factor internal; factor internal merupakan factor yang bersumber dari

dalam diri siswa, yang memengaruhi kemampuan belajarnya. Factor

internal ini meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

b. Factor eksternal; factor yang berasal dari luar diri siswa yang

memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Keaadan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keluarga

yang morat marit keadaan ekonominya, pertngkaran antar orang tua,

perhatian orang tua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan

sehari-hari berprilaku kurang baik dari orang yua dalam kehidupan

sehari-hari berpngaruh dalam hasil belajar siswa.

Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa sekolah merupakan salah

satu factor yang ikut menentukan hasil belajar siswa. Semakin tinggi

kemampuan belajar siswa dan kualitas pengajaran di sekolah, maka semakin

tinggi pula hasil belajar siswa.

Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru,

sebagaimana ditentukan Wina dalam (Susanto, 2016:13) bahwa guru adalah

komponen yang sangat menetukan dalam implementasi suatu strategi

pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa salah sautu

factor eksternal yang sangat berperan memengaruhi hasil belajar siswa

adalah guru. Guru dalam proses pembelaJaran memegang peranan yang

sangat penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada sekolah dasar, tidak

mungkin digunakan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer.

Sebab siswa adalah organisme yang sedang berkembngg yang memerlukan

bimbingan dan bantuan orang dewasa.

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

15

Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa hasil belajar merupakan

hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah factor yang saling

memengaruhinya. Tinggi rendahnya hasil seseorang dipengaruhi oleh

factor-faktor tersebut. Russefendi dalam Susanto (2016:14) mengidentifikasi

factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam sepuluh macam,

yaitus sebagai berikut :

a. Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap

cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau

tidaknya suatu permasalahan. Kecerdasan siswa sangat membantu

pengajar untuk menentukan apakah siswa itu mampu mengikuti

pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa

setelah mengikuti pelajaran yang diberikan meskipun tidak akan terlepas

dari factor lainnya.

b. Kesiapan dan kematangan

Kesiapan dan kematangan adalah tingkat perkembangan dimana

individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaiman mestinya. Dalam

proses belajar, kematangan atau kesiapan ini sangat menentukan

keberhasilan dalam belajar tersebut. Oleh karena itu, setiap upaya

belajar akan lebih berhasil jika dilakukan bersamaan dengan tingkat

kematangan individu, karena kematangan itu erat hubungannya dengan

masalah minat dan kebutuhan anak.

c. Bakat anak

Menurut Chaplin, yang dimaksud dengan bakat adalah kemampuan

potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

masa yang akan dating. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang

memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai

tingkat tertentu, sehubungan dengan hal tersebut, maka bakat akan dapat

mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar.

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

16

d. Kemauan belajar

Salah satu tugas guru yang kerap sukar dilakukan ialah membuat

anak jadi mau belajar atau menjadi giat untuk belajar. Keengganan siswa

untuk belajar mungkin disebabkan karena ia belum mengerti bahwa

belajar sangat penting untuk kehidupannya kelak, kemauan belajar yang

tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar tentunya

berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya. Karena

kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam mencapai

keberhasilan belajar.

e. Minat

Secara sederhana, minat berarti kecenderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa

yang menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan

perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena

pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah memungkinkan

siswa tadi untuk belajar lebih giat lagi, dan akhirnya mencapai prestasi

yang diinginkan.

f. Model penyajian mata pelajaran

Keberhasailan siswa dalam belajar tergantung pula pada model

penyajian materi. Model penyajia materi yang menyenangkan, tidak

membosankan, menarik dan mudah dimengerti oleh siswa tentunya

berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan belajar.

g. Pribadi dan sikap guru

Siswa, begitu juga manusia pada umunya dalam melakukan belajar

tidak hanya melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi bisa juga

melalui contoh-contoh yang baik dari sikap, tingkah laku, dan

perbuatan. Kepribadian dan sikap guru yang krEatif Dan penuh inovAtif

dalam prilakunya, maka siswa akAn meniru gurunya yang aktif dn

kreatif ini. Pribadi dan sikap guru yang baik ini tercermin dari sikapnya

yang ramah, lemah lembut, penuh kasih saying, membimbing dengan

penuh perhatian, penuh kasih saying, tidak cepat marah, semangat dalam

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

17

mengajar, objektif, rajin, disiplin, dan bertanggung jawab dalam segala

tindakan yang ia lakukan.

h. Suasana Pengajaran

Suasana pengajaran yang tenang, terjadinya dialog yang keritis

antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana yang aktif

diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih pada proses

pengajaran. Sehingga keberhasilan siswa dalam belajar dapat

meningkatkan secara maksimal.

i. Kompetensi guru

Guru yang profesional memiliki kemampuan tertentu kemampuan-

kemampuan itu diperlukan. Keberhasilan siswa belajar akan banyak

dipengaruhi oleh kemmapuan guru yang professional. Guru yang

professional adalah guru yang memiliki kompeten dalam bidangnya dan

menguasai dengan baik bahan yang akan diajarkan serta mampu

memilih metode belajar mengajar yang tepat sehingga pendekatan itu

bisa berjalan dengan semestinya.

j. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku manusia

dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh karena itu,

pantaslah dalam dunia pendidikan dalam dunia pendidikan lingkungan

masyarakat pun akan ikut mempengaruhi kepribadian siswa,

D. Pembelajaran IPS

1. Hakikat IPS

Ilmu pengetahuan social yang sering disingkat dengan IPS, adalah

ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu social dan

humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam

rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa,

khususnya tingkat dasar danmenengah.

Hakikat IPS menurut Susanto (2016:138) adalah untuk

mengembangkan konsep pemikiran yang berdasarkan realita kondisi social

yang ada di lingkungan siswa, sehingga dengan memberikan pendidikan IPS

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

18

diharapkan dapat melahirkan warga negara yang baik dan bertanggung

jawab terhadap bangsa dan negaranya. Pendidikan IPS saat ini dihadapkan

pada upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas sumber

daya manusia, sehingga eksistensi pendidikan IPS benar-benar dapat

mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan nerpikir kritis.

Sayangnya kenyataan di lapangan bahwa masih banyak yang beranggapan

bahwa pendidikan IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi siswa

dibandingkan pendidikan IPA dan Matematika yang mengkaji bidang

pengembangan dalam bidang sains dan teknologi.

Tentu anggapan tersebut kurang tepat, karena disadari bahwa

pendidikan IPS dikembangkan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

daya manusia di bidang nilai dan sikap, pengetahuan serta kecakapan dasar

siswa yang berpijak pada kehidupan nyata, khususnya kehidupan social

masayarakatpada umumnya. Pembelajaran IPS diharapkan dapat

menyiapkan anggota masyarakat di masa yang akan datang, mampu

nerinteraksi secara sefektif. Nilai-nilai edukatif, praktis, teoritis, filsafat dan

kebutuhan.

Jadi, hakikat pendidikan IPS itu hendaknya dikembangkan

berdasarkan realita kondisi social budaya yang ada di lingkungan siswa,

sehingga hal ini akan dapat membina warga Negara yang baik yang mempu

memahami dan menelaah secara kritis kehidupan social di sekitarny, dan

mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungan kehidupan, baik di

masyarakat, Negara maupun dunia.

2. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Trianto adalah integrasi dari

berbagai cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan

fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dari

aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS juga membahas antara manusia

dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh

dan berkembang sebagian dari masyarakat yang dihadapkan pada berbagai

permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

19

Menurut Soemantri dalam Sapriya (2015:11) pendidikan IPS adalah

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu social dan humaniora,

serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara

ilmiah dan pendagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Sama halnya dengan pendapat Soemantri, Gunawan (2013:48) juga

menyebutkan bahwa IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang

merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang

diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan Sejarah, Geografi,

Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi.

Jadi berdasarkan pengertian di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah

pembelajaran yang didalamnya terdapat berbagai cabang disiplin ilmu

seperti keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan

Ekonomi.

3. Tujuan Pembelajaran IPS

Menurut kurikulum 2004 pendidikan dasar menyatakan bahwa IPS

bertujuan untuk (Gunawan, 2013:38) :

a. Mengajarkan konsep-konsep sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah,

kewarganegaraan, pedagogis dan psikologis.

b. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif, inkuiri,

mEmecahkan masalah, dan keterampilan social.

c. Membangun komitmen dan kesedaran terhadap nilai-nilai social.

Secara perinci Mutakin dalam Susanto (201 :145) merumuskn tujuan

pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut :

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau

lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan

kebudayaa masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan

metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu social yang kemudian dapat

digunakan untuk memecahkan masalah.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta membuat

keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di

masyarakat.

d. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu

membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung

jawab membangun masyarakat.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

20

Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan

memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri

sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dari lingkungannya, serta berbagai

bekal bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

(Solihatin dan Raharjo 2007:15).

Tujuan lain secara eksplit dengan mempelajari kondisi masyarakat

seperti yang dimuat dalam pendidikan IPS ini, maka siswa dapat mengamati

dan mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan

baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga siswa mendapat

pengalaman langsung adanya hubungan timbal balik yang saling

mempengaruhi antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Dalam pendidikan

IPS tersebut, siswa akan memperoleh pengetahuan dari yang sederhana

sampai yang luas, yakni siswa akan mulai dengan diri sendir, kemudian

dengan lingkungan sekitarnya.

Sejalan dengan itu tujuan IPS di sekolah dasar (Gunawan, 2013:48)

adalah untuk membentuk warga negara yang berkemampuan social dan

yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan social,

yang pada gilirinnya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung

jawab

4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di kelas IV

Ruang lingkup mata pelajaran IPS di IV adalah :

a. Sistem sosial dan budaya

b. Manusia, tempat dan lingkungan

c. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

d. Waktu, keberlanjutan dan perubahan

e. Sistem berbangsa dan bernegara

E. Deskripsi Materi Kepahlawanan Dan Patriotisme

1. Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Sikap kepahlawanaan dan patriotisme dapat dijumpai dalam

kehidupan sehari- hari dan tercermin dalam tingkah laku warga masyarakat,

seperti dibawah ini.

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

21

a. Pentingnya Memiliki Sikap Kepahlawanan dan Patriotisme

Gambar 2.1

Selama 350 tahun bangsa Indonesia hidup di bawah penindasan

kaum penjajah. Para penjajah berlaku tidak adil dan sewenang-wenang

terhadap bangsa kita. Bangsa kita menjadi miskin dan menderita. Saat

itu muncul para pejuang yang rela mengorbankan tenaga, harta, bahkan

jiwa raga untuk menuntut keadilan dan kemerdekaan. Sikap

kepahlawanan para pejuang memicu munculnya sikap patriotisme bagi

rakyat Indonesia.

1) Sikap Kepahlawanan

Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tugas

selanjutnya adalah berjuang mempertahankan dan mengisi

kemerdekaan dengan pembangunan. Sikap kepahlawanan

diwujudkan dengan sikap jujur, tanggung jawab, rela berkorban,

berjuang dengan ikhlas, berani membela keadilan, dan kebenaran,

serta tidak mudah putus asa. Setiap orang dapat menjadi pahlawan

bagi dirinya, orang tuanya, temannya, serta bagi bangsa dan

negaranya. Menjadi pahlawan bagi dirinya berarti melakukan hal-

hal yang terbaik bagi diri sendiri, seperti rajin belajar, taat

beribadah, giat bekerja, dan suka membantu. Menjadi pahlawan

bagi orang tua berarti berbuat yang terbaik kepada orang tua, seperti

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

22

menghormatinya, membantu meringankan pekerjaannya, dan

menaati perintahnya.

Menjadi pahlawan bagi teman termasuk orang lain, yaitu

bersikap jujur, berlaku adil dan benar serta memberi bantuan

dengan ikhlas. Menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara dapat

ditempuh dengan berprestasi di bidangnya masingmasing. Misalnya

siswa dan guru berprestasi di bidang pendidikan dan pengajaran,

atlet berprestasi di bidang olahraga, dokter berprestasi di

bidangkesehatan, polisi berprestasi di bidang ketertiban dan

keamanan masyarakat, tentara berprestasi di bidang keamanan dan

keutuhan wilayah negara, dan sebagainya. Sikap kepahlawanan

harus terus dikobarkan. Menghindari sikap-sikap yang melemahkan

seperti pemalu, malas, dengki, iri dan acuh tak acuh.

2) Patriotisme

Patriotisme artinya cinta tanah air. Sikap cinta tanah air

membawa seseorang rela berkorban dan pantang menyerah dalam

membela negara. Sikap patriotisme harus kita miliki dengan cara

menjaga persatuan dan kesatuan, rela berkorban untuk kepentingan

bangsa dan negara, mencintai produksi bangsa sendiri serta bangga

sebagai bangsa Indonesia. Sikap patriotisme dapat dikembangkan di

lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat serta bangsa dan negara,

misalnya sebagai berikut:

Siswa hidup rukun dengan anggota keluarga, teman, tetangga,

dan anggota masyarakat lainnya.

Siswa gemar membantu korban bencana alam dengan ikhlas.

Dengan bangga siswa mengatakan “Aku Anak Indonesia”.

Siswa bangga menggunakan barang-barang buatan dalam

negeri, seperti pakaian, alat-alat sekolah, perkakas rumah

tangga, dan sebagainya.

Ikut menjaga kebersihan fasilitas umum, seperti poskamling,

tempat ibadah, pasar, dan sebagainya.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

23

Selalu aktif mengikuti upacara sekolah.

b. Rela Berkorban dalam Kehidupan Sehari-hari.

Para pejuang rela mengorbankan harta benda, tenaga,

bahkan seluruh jiwa raganya. Berkat pengorbanan para pahlawan

tersebut kita sekarang dapat menikmati kemerdekaan. Kita wajib

meneruskan dan mencontoh perjuangannya, dengan cara rela

berkorban dalam kehidupan sehari-hari di berbagai lingkungan.

1) Rela Berkorban di Lingkungan Keluarga

Setiap anggota keluarga rela berkorban demi keluarganya,

seperti orang tua bekerja mencari nafkah, mendidik dan

mengasuh anak. Anak berbakti dan membantu orang tua tanpa

pamrih, dan sebagainya.

2) Rela Berkorban di Lingkungan Sekolah

Para warga sekolah rela berkorban demi kemajuan

sekolahnya, seperti guru mengajar di luar jam pelajaran tanpa

mengharapkan imbalan, murid kerja bakti membersihkan

halaman sekolah, menyumbang buku perpustakaan, membantu

temannya yang kena bencana dan sebagainya.

3) Rela Berkorban di Lingkungan Masyarakat

Demi kesejahteraan para warga masyarakat rela berkorban,

misalnya kerja bakti memperbaiki jalan, membangun tempat

ibadah, mengadakanronda malam, membantu korban

bencanaalam, mendirikan dapur umum, menyelenggarakan

posyandu, dan sebagainya.

4) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

Setiap warga negara siap dan rela berkorban untuk

kepentingan bangsa dannegara, misalnya mengikuti upacara

hari besar nasional, membayar berbagai macam pajak, bersedia

ditugaskan di mana saja, merelakan tanahnya untuk proyek

pembangunan negara, dan sebagainya.

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

24

c. Sikap Positif terhadap Para Pahlawan

Para pahlawan berjuang dengan gagah berani, pantang

menyerah, dan dilandasi dengan rasa ikhlas. Pahlawan bukan

hanya yang memanggul senjata saja. Pada masa sekarang orang

yang berjasadan berjuang untuk kejayaan bangsa dan negara pantas

mendapat sebutan pahlawan.

Selain pahlawan perang, ada pahlawan pembangunan,

pahlawan pendidikan, pahlawan olahraga, dan sebagainya. Mereka

adalah tokohtokoh yang ada di lingkungan kita. Semangat

perjuangan mereka harus kita hargai dengan cara menunjukkan

sikap yang positif. Sikap positif terhadap para pahlawan antara

lain:

a) sanggup mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan wilayah

negara Indonesia.

b) bersedia meneruskan perjuangan dan cita-citanya dengan cara

belajar giat.

c) bangga terhadap prestasi dan jasa perjuangannya, selalu

mengenang dengan mengadakan kunjungan ke museum

perjuangan.

d) mencintai hasil karya mereka, dengan cara mengadakan

kunjungan dan memberi santunan kepada veteran perang.

e) berdoa agar seluruh amalannya diterima oleh Tuhan Yang

Maha Esa, dengan melakukan ziarah ke makam pahlawan.

2. Berjiwa Besar dalam Kehidupan Sehari-hari

Berjiwa besar adalah sikap yang dapat menerima kenyataan secara

ikhlas, bersedia menerima saran dan kritik, tabah, sabar, bertanggung

jawab, serta suka bekerja keras. Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang

memiliki jiwa besar dapat menghargai jasa para pahlawan, bersedia

menerima kekalahandan kemenangan, serta bersedia meminta dan

memberi maaf.

1) Menghargai Jasa Para Pahlawan

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

25

Gambar 2.2

Ziarah ke Makam Pahlawan salah satu bentuk menghargai jasa

pahlawan.Negara kita terbebas dari belenggu penjajah berkat

perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Negara menjadi makmur

berkat perjuangan para pahlawan pembangunan. Warga negara

berbudipekerti luhur cerdas dan terampil berkat perjuangan para

pahlawan pendidikan. Berkat perjuangan para pahlawan olahraga nama

negara dan bangsa Indonesia menjadi harum di dunia

internasional.Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat

menghormati dan menghargai jasa para pahlawannya. Menghargai jasa

para pahlawan dapat dilakukan, seperti berikut ini:

1. Mengikuti upacara bendera Hari Pahlawan.

2. Berziarah ke makam pahlawan.

3. Mengunjungi museum perjuangan.

4. Mempelajari proses perjuangan para pahlawan.

5. Mengunjungi monumen perjuangan atau monumen pahlawan.

2) Bersedia menerima kekalahan dan kemenangan dengan jiwa besar

Perjuangan meraih cita-cita membutuhkan kerja ketekunan,

kesabaran, dan pantang meyerah. Cita cita ada yang dapat tercapai dan

ada yang tidak tercapai. Demikian pula dalam pertandingan, untuk

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

26

meraih kemenangan kita harus banyak berlatih dengan tekun, sabar, dan

pantangmenyerah. Dalam pertandingan tentu ada yang kalah dan

menang. Kita harus bersedia menerima kenyataan dengan jiwa besar.

Gambar 2.3

Pada Pekan Olahraga, Tono petenis dari SD Mekar I bertanding

melawan Budi petenis dari SD Harapan I. Pada set pertama Tono

berhasil unggul. Selanjutnya pada set kedua Budi menyusun strategi

untuk memperoleh kemenangan. Tono meningkatkan kewaspadaan.

Mereka silih berganti melakukan penyerangan. Pertandingan berjalan

seru dan sportif. Set kedua berakhir dan dimenangkan lagi oleh Tono.

Kedua petenis lalu berangkulan dan berjabat tangan. Budi

mengucapkan selamat dan memuji permainan Tono. Dengan senang

hati Tono menerimanya disertai ucapan terima kasih. Budi menerima

kekalahan, Tono menerima kemenangan. Mereka menerima dengan

jiwa besar.

3) Bersedia Meminta dan Memberi Maaf dengan Jiwa Besar

Gambar 2.4

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

27

Dalam pergaulan sehari-hari, kita kadang-kadang melakukan

kesalahan baikdisengaja maupun tidak sengaja. Kesalahan bertutur kata,

bertingkah laku dan bertindak akan berakibat orang lain tersinggung,

sakit hati, atau celaka.

Bacalah wacana berikutini!

Arman terburu-buru bersepeda ke sekolah. Di tikungan jalan

menabrak pedagang asongan. Arman cepat-cepat menolong pedagang

yang jatuh terjerembab di tengah jalan. Barang dagangan yang

berserakan dikumpulkan dan dirapikan dalam kotak dagangan. Dengan

rendah hati Arman meminta maaf dan berjanji akan lebih berhati-hati

dalam bersepeda. Dengan sabar dan ikhlas pedagang memberi maaf dan

tidak menyimpan rasa dendam terhadap Arman. Keduanya berjabat

tangan dengan ikhlas. Arman minta maaf dengan jiwa besar, dan

pedagang asongan memberi maaf dengan jiwa besar.

kepahlawanan dan patriotisme, materi ips kelas 4 sekolah dasar-

Negara kita Indonesia dapat merdeka karena jasa pahlawan. Mereka

memiliki sikap patriotisme yang tinggi. Kita sebagai generasi penerus

harus meneladani sikap kepahlawanan dan patriotisme, serta berjiwa

besar dalam kehidupan sehari-hari.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

28

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pengaruh strategi ekspositori melalui kegiatan bercerita

terhadap hasil belajar IPS baru pertama kali dilakukan, kebanyakan hanya

menggunakan salah satunya saja. Penelitian yang sebelumnya dilakukan dengan

strategi ekspositori dan metode bercerita ini pernah dilakukan diantaranya sebagai

berikut :

Penelitian tentang penerapan strategi pembelajaran ekspositori untuk

meningkatkan hasil belajar IPS bagi siswa yang dilakukan oleh Sofyan Hanani.

Hasil dari data penelitian menunjukan adanya peningkatan dari keaktifan siswa

dan hasil belajar terbukti dari nilai rata-rata setiap siklusnya mengalami

peningkatan hasil rata-rata tes formatif pra-siklus 68, rata-rata siklus 1 diperoleh

72,6 dan siklus 2 diperoleh rata-rata 77,2. Selain itu jumlah ketuntasan siswa

mengalami peningkatan pada pra-siklus dari 32 siswa sebanyak 11 siswa

mendapat nilai tuntas, siklus 1 sebanyak 20 siswa yang tuntas dan pada siklus 2

sebanyak 26 siswa mendapat nilai tuntas.

Penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan bercerita untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS ole Ahmad Munir.

Hasil dari data penelitian menunjukan metode bercerita dapat meningkatkan

pemahaman materi dan hasil belajar dari terbukti dari siklus 1 skor sebesar

68,57% dan pada akhir penelitian menjadi 71,42% denan rata-rata kelas 7,53

dengan ketuntasan klasikal 92,11% pada akhir penelitian.

Persamaan dan perbedaannya penelitian ini dengan penelitian terdahulu

yaitu sama-sama menggunakan strategi ekspositori dan metode bercerita tetapi

setiap judul hanya menggunakan variabel X hanya satu sedangkan di penelitian

ini strategi dan metode disatukan menjadi sebuah judul. Perbedaanya kedua

penelitian terdahulu menggunakan pendekatan PTK sedangkan peneliti

menggunakan pendekatan Kuantitatif.

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

29

G. Kerangka Berfikir

Belajar adalah suatu yang kompleks yang terjadi pada setiap individu yang

berlangsung seumur hidup sejak dia lahir hingga nafas terhenti. Salah satu tanda

bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam

dirinya, perubahan tingkah laku tersebut menyangkut dari perubahan kognitif,

afektif dan psikomotor.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

seorang guru dan siswanya untuk mencapai tujuan tertentu. Tugas seorang guru

adalah mengajar, mengajar adalah menyampaikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa agar suatu materi yang dipelajari tersampaikan dengan baik

(Suyono. 2012 :16)

Menurut Trianto (2010:173) melalui pembelajaran IPS di sekolah siswa

dapat mempersiapkan diri menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya

di masyarakat dan dapat mengembangkan kemampuan dalam menggunakan

penalaran untuk mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya.

Dalam proses pembelajaran IPS kehadiran strategi dan metode mempunyai

arti penting terhadap suasana kelas maupun hasil belajar IPS yang dicapai. Karena

ketidaksistematisan dalam penyampaian materi pelajaran dapat dibantu dengan

strategi dan metode yang sesuai.

Menurut Majid (2013:6) strategi pembelajaran adalah alat bantu dalam

proses pembelajaran dalam merencanakan rangkaian kegiatan yang didesain untuk

mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan menggunakan metode pula akan

membuat guru lebih mudah dalam menyampaikan materi.

Penggunaan strategi dan metode dalam pembelajaran dapat membuat

siswa merasa senang dan bersemangat dalam mempelajari materi IPS. Dengan

demikian hasil belajarnya akan baik dan akan meningkatkan keaktifan siswa saat

di sekolah.

Dari uraian di atas, dapat disimlpulkan kedalam kerangka berfikir

menunjukan 2 variabel. Pengaruh strategi ekspositori melalui kegiatan bercerita

(variable X), dan hasil belajar IPS siswa (variable Y), yang dapat digambarkan

sebagai berikut :

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Ekspositori

30

X : Stratgi ekspositori melalui kegiatan bercerita

Y : Hasil belajar IPS

: Pengaruh

H. Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2016:96) merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, yang kebenarannya belum berdasarkan

fakta empiris dan harus diujikan. Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat

disusun hipotesis yaitu :

H0 : p = 0 : tidak ada pengaruh strategi pembelajaran ekspositori

melalui kegiatan bercerita terhadap hasil belajar IPS di

kelas IV.

Ha : p ≠ 0 : ada pengaruh yang signifikan antara strategi

pembelajaran ekspositori melalui kegiatan bercerita

terhadap hasil belajar siswa di kelas IV.

Y X