Upload
dangnhan
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Kreativitas
Terdapat banyak arti kreativitas yang populer diantaranya menurut
Munandar (2012) menyatakan kreativitas sebagai kemampuan umum
untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk
memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-
hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Menurut
Adair (2007) bahwa “Creativity is the faculty of mind and spirit that
enables us to bring into existence, ostensibly out of nothing, something of
use, order, beauty or significance”. Kreativitas adalah kemampuan pikiran
dan usaha (jiwa) yang membawa pada eksistensi, sesuatu yang berguna
dan keindahan.
Berdasarkan laporan UK National Advisory Commettees
(DfEE,1999), kreativitas didefinisikan sebagai “First, they (the
characteristict of creativity) always thingking or behaving imaginatively.
Second, overall this imaginative activity is purposeful: that is, it is directed
to acchieving anobjective. Third, these processes must generate something
original. Fourth, the outcome must be of value in relation to the
objective”.
8
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
9
Kreativitas merupakan suatu tindakan yang melibatkan pemikiran
yang imajinatif, penuh arti yang diarahkan satu tujuan dan proses-
prosesnya harus menghasilkan sesuatu yang asli serta bernilai dalam
hubungannya dengan tujuan. Dari definisi ini dapat diambil empat
karakteristik kreativitas yaitu imajinatif, bermakna, asli dan bernilai.
Satiadarma (2003) menyatakan bahwa kreativitas pada dasarnya
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru,
baik berupa gagasan maupun kaya yang nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri
berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada. Sudarma (2013) menyatakan
bahwa kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
sesuatu, baik dalam bentuk ide, langkah maupun produk.
Istilah kreativitas dapat dijelaskan dan dikembangkan melalui
strategi 4P, yaitu sebagai produk, proses, pribadi dan pendorong. Ditinjau
dari produknya, kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan atau menghasilkan produk-produk baru. Dalam hal ini data,
informasi, serta bahan-bahan pengalaman yang kaya sangat dibutuhkan
dalam menciptakan produk baru. Ditinjau dari prosesnya, kreativitas dapat
dilihat sebagai kegiatan bersibuk diri yang berdaya guna. Ditinjau dari segi
pribadi, kreativitas dapat diartikan sebagai adanya ciri-ciri kreatif pada
pribadi tertentu. Dilihat dari segi pendorong, kreativitas dapat diartikan
sebagai pendorong baik berupa internal maupun eksternal. Internal
diartikan bahwa tenaga pendorong berasal dari diri sendiri hasrat dan
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
10
motivasi yang kuat pada individu. Sedangkan eksternal berarti pendorong
tersebut berasal dari luar individu seperti pengalaman-pengalaman, sikap
orang tua yang menghargai kreativitas anak, tersedianya sarana dan
prasarana yang menunjang sikap kreatif, (Munandar, 2012).
Kreativitas terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi kognitif (berpikir
kreatif), dimensi afektif (sikap dan kepribadian) dan dimensi psikomotor
(keterampilan kreatif), (Munandar, 2012). Peneliti akan meneliti
kreativitas siswa dari dimensi kognitif yaitu berpikir kreatif. Berpikir
kreatif merupakan bagian dari kreativitas, sehingga untuk mengembangkan
kreativitasnya siswa harus mampu berpikir kreatif. Santrock (2014)
menyatakan bahwa pemikiran divergen (berpikir kreatif) merupakan salah
satu ciri dari kreativitas. Munandar (2012) menyatakan bahwa berpikir
divergen juga disebut berpikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi
yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.
Menurut Johnson (2002) berpikir kreatif adalah kegiatan mental yang
memupuk ide-ide asli dan pemahaman-pemahanan baru.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara baru maupun
mengkombinasikan dengan yang sudah ada namun relatif berbeda untuk
menemukan solusi yang unik, baik dalam bentuk ide, langkah maupun
produk. Sedangkan kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan
seseorang dalam memberikan macam-macam kemungkinan jawaban dari
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
11
pertanyaan yang sama berdasarkan ide-ide asli dan pemahaman-
pemahaman baru.
Tidak mudah mengidentifikasi secara persis pada tahap manakah
suatu proses kreatif itu sedang berlangsung. Apa yang diamati ialah
gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Menurut
Guilford (Suryosubroto, 2009), tahap perkembangan kreativitas dalam
kemampuan berpikir kreatif dicerminkan melalui lima macam perilaku,
yaitu; (1)Fluency, kelancaran atau kemampuan untuk menghasilkan
banyak gagasan, (2)Fleksibility, kemampuan menggunakan bermacam-
macam pendekatan dalam mengatasi persoalan, (3)Originality,
kemampuan memncetuskan gagasan-gagasan asli, (4)Elaboration,
kemampuan menyatakan gagasan secara terperinci, (5)Sensitivity,
kepekaan menangkap dan menghasilkan gagasan sebagai tanggapan
terhadap suatu situasi.
Menurut Munandar (2012), Ciri kognitif kreativitas (berpikir
kreatif) dalam menyelesaikan masalah terdiri dari empat, yaitu:
1. Fluency
a) Mencetuskan banyak ide, banyak jawaban, banyak penyelesaian
masalah.
b) Memberikan banyak cara atau saran menyelesaikan masalah.
c) Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
12
2. Flexibility
a) Mengahasilkan jawaban yang bervaiari, dapat menyelesaikan
masalah dari sudut pandang yang berbeda.
b) Mencari banyak altenatif penyelesaian masalah yang berbeda-
beda.
3. Originality
a) Mampu melahirkan ungkapan yang baru dalam menyelesaikan
masalah.
b) Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan
masalah.
4. Elaboration
a) Mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan
b) Memperinci jawaban dengan detail.
Berdasarkan tahapan kreativitas menurut Guilford dan kreativitas
berdasarkan ciri kognitif (berpikir kreatif) menurut Munandar. Maka
dalam Penelitian ini indikator kreativitas berdasarkan dimensi kognitif
(berpikir kreatif) dalam menyelesaikan masalah matematika yaitu
kefasihan (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan
terperinci (elaboration). Keempat komponen indikator untuk menilai
kreativitas siswa berdasarkan dimensi kognitif (berpikir kreatif) dalam
menyelesaikan masalah matematika, meninjau hal yang berbeda dan saling
berdiri sendiri, sehingga siswa atau individu dengan kemampuan dan latar
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
13
belakang berbeda akan mempunyai kemampuan yang berbeda pula sesuai
tingkat kemampuan.
Tabel 2.1. Indikator kreativitas siswa berdasarkan dimensi kognitif
(berpikir kreatif) dalam menyelesaikan masalah matematika.
Kemampuan kreativitas Menyelesaikan masalah matematika
Kefasihan (fluency) Siswa menyelesaikan masalah
matematika dengan banyak jawaban dan
benar.
Keluwesan (Flexibility) Siswa menyelesaikan masalah
matematika dengan satu cara lalu dengan
cara lain.
Keaslian (Originality) Siswa menyelesaikan masalah
matematika dengan idenya sendiri.
Penguraian (Elaboration) Siswa menyelesaikan masalah
matematika dengan memberikan jawaban
secara detail dan runtut.
2. Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif
1) Pengertian Gaya Kognitif
Gaya kognitif dideskripsikan sebagai garis batas antara
kemampuan mental dan sifat personalitas. Berbeda dengan strategi
kognitif yang mungkin mengalami perubahan dari waktu ke waktu serta
dapat dipelajari dan dikembangkan, gaya kognitif bersifat statis dan
secara relatif menjadi gambaran tetap tentang diri individu, Riding &
Douglas (Desminta, 2011). Gaya (style) juga berbeda dengan
kemampuan (ability), seperti intelegensi. Gaya mengacu pada proses
kognisi yang menyatakan bagaimna isi informasi itu di proses. Atau
dengan kata lain, gaya adalah cara seseorang menggunakan
kemampuannya (Desminta, 2011). Gaya kognitif merupakan salah satu
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
14
variabel kondisi belajar yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
merancang pembelajaran, terutama dalam strategi pembelajaran yang
sesuai dengan gaya kognitif peserta didik.
Beberapa definisi gaya kognitif menurut para ahli dalam
Desminta (2011). Menurut Brown (2000) bahwa “style is a term that
refers to consistent and rather enduring tendencies or preferences
within an individual. Style are those general characteristics of
intellectual functioning (and personality type, as well) that pertain to
you as an individual, and that differentiate you from someone else”.
Gaya adalah istilah yang mengacu pada kecenderungan atau preferensi
yang konsisten dan agak bertahan dalam individu. Gaya adalah
karakteristik umum yang mempunyai fungsi intelektual (dan tipe
kepribadian juga) yang berhubungan dengan anda sebagai individu, dan
yang membedakan anda dengan orang lain.
Tennant (Desminta, 1988), secara sederhana mendefinisikan
gaya kognitif sebagai “an individual’s characteristic and consistenf
approach to organising and processing information”. Karakteristik dan
konsisten untuk mengatur dan mengolah informasi. Witkin (Nasution,
2010) mengatakan “cognitive characteristic modes of functioning that
we reveal throughout our perceptual and intellectual activities in highly
consisten and pervasive way”. Karakteristik kognitif fungsi yang kita
ungkapkan melalui kegiatan persepsi dan intelektual kita dengan cara
yang sangat konsisten dan dapat meresap.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
15
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa
yang dimaksud dengan gaya kognitif adalah karakteristik individu
dalam penggunaan fungsi kognitif (berpikir, mengingat, memecahkan
masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses
infoemasi, dan seterusnya.) yang bersifat konsisten dan berlangsung
lama. Setiap individu memiliki gaya kognitif yang berbeda dalam
memproses informasi atau menghadapi suatu tugas dan masalah.
Desminta (2011) mengatakan bahwa di dalam gaya kognitif
terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan
mengorganisir informasi. Setiap individu akan memilih cara yang
disukai dalam memproses dan mengorganisas informasi sebagi respons
terhdap stimuli lingkungannya. Kemungkinan, ada individu yang
memberikan respon lebih cepat, tetapi ada pula yang lebih lambat. Gaya
kognitif merupakan pola yang terbentuk dari cara individu memproses
informasi, yang cenderung stabil dan dicapai dalam jangka waktu yang
cukup lama, meskipun ada kemungkinan untuk berubah.
Sebagai karakteristik individu dalam memproses infromasi, gaya
kognitif berada pada lintas kemampuan dan kepribadian, serta
dimanifestasikan pada beberapa aktivitas. Ketika gaya kognitif secara
khusus dimanifestasikan dalam pendidikan, maka ia lebih umum
dikenal dengan gaya belajar (learning styles). Desminta (2011)
mengatakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar,
yakni sifat-sifat fisiologis, kognitif dan afektif yang relatif tetap, yang
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
16
menggambarkan bagaimana peserta didik menerima, berinteraksi, dan
merespon lingkungan belajar, atau semacam kecenderungan umum,
sengaaja atau tidak, dalam merespon informasi dengan menggunakan
cara-cara tertentu.
Masing-masing peneliti menciptakan penggolongan gaya belajar
ini menurut pokok-pokok pengertian yang mendasarinya. Setiap
kategorisasi itu terdapat perbedaan akan tetapi juga persamaan-
persamaan, walaupun menggunakan istilah-istilah yang berbeda-beda.
Berbagai penggolongan itu dapat kita ambil tiga gaya belajar yang ada
kaitannya dengan proses belajar-mengajar, yakni gaya belajar menurut
tipe : (1) gaya field dependence dan independence, (2) gaya impulsif
dan reflektif, (3) gaya preseptif/reseptif dan sistematis/intuitif,
(Nasution, 2010).
2) Pengertian Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif
Gaya impulsif dan reflektif menunjukkan tempo kognitif atau
kecepatan berpikir. Kagan (Warli, 2012) menjelaskan bahwa dimensi
reflektif-impulsif menggambarkan kecenderungan anak yang tetap
untuk menunjukkan cepat atau lambat waktu menjawab terhadap situasi
masalah dengan ketidakpastian jawaban yang tinggi. Anak yang
memiliki karakteristik cepat dalam menjawab masalah, tetapi
tidak/kurang cermat, sehingga jawaban cenderung salah, disebut anak
yang bergaya kognitif impulsif. Anak yang memiliki karakteristik
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
17
lambat menjawab masalah, tetapi cermat/teliti, sehingga jawaban
cenderung betul, disebut anak yang bergaya kognitif reflektif.
Santrock (2014) mengatakan bahwa “impulsivity is a cognitive
style in which individuals act before they think. Which reflection is an
cognitive style in which individuals think before they act, usually
scanning information carefully and slowly”. Siswa yang memiliki gaya
impulsif cenderung memberikan repson secara cepat. Individu impulsif
sejati adalah individu yang memberikan respon sangat cepat, tetapi juga
melakukan sedikit kesalahan dalam proses tersebut. Sebaliknya,
individu dengan gaya reflektif cenderung menggunakan lebih banyak
waktu untuk merepons dan merenungkan akurasi jawaban. Individu
reflektif sangat lamban dan berhati-hati dalam memberikan respons,
tetapi cenderung memberikan jawaban secara benar.
Nasution (2010) menunjukkan bahwa “the tendency to reflect
over alternative solution possibilities, in contrast with the tendency to
make an impulsive selection of a solution in problems with high
response uncertainty”. Jadi seorang reflektif atau impulsif bergantung
pada kecenderungan untuk merefleksi atau memikirkan alternatif-
alternatif kemungkinan-kemungkinan pemecahan suatu masalah yang
bertentangan dengan kecenderungan untuk mengambil keputusan yang
impulsif dalam menghadapi masalah-masalah yang sangat tidak pasti
jawabannya.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
18
Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa gaya
kognitif reflektif dan impulsif menggambarkan kecenderungan anak
yang tetap untuk menunjukkan cepat atau lambat waktu menjawab
terhadap situasi masalah dengan ketidakpastian jawaban yang tinggi.
Siswa yang bergaya kognitif impulsif cenderung cepat dalam
menyelesaikan masalah tetapi tingkat kesalahan jawaban sangat tinggi.
Sedangkan siswa yang bergaya kognitif reflektif lambat dalam
menyelesaikan masalah, cermat, teliti dan hati-hati sehingga tingkat
kesalahan jawaban sangat rendah.
Tabel 2.2. Perbedaan Sifat Siswa Reflektif dan Impulsif.
Siswa Reflektif Siswa Impulsif
Untuk menjawab digunakan
waktu lama.
Jawaban lebih tepat (akurat).
Reflektif terhadap kesustraan IQ
Tinggi
Menyukai masalah analaog
Berpikir sejenak sebelum
mejawab
Kelainan dari segi kognitif
Menggunakan paksaan dalam
mengeluarkan berbagai
kemungkinan
Beragumen lebih matang
Strategis dalam menyelesaiakan
masalah
Cepat memberikan jawaban tanpa
mencermati terlebih dahulu.
Tidak menyukai jawaban masalah
yang analog
Menggunakan hypothesis-
scaning; yaitu merujuk pada satu
kemungkinan saja.
Pendapat kurang akurat
Kurang strategis dalam
menyelesaikan masalah
Sumber : Kagan (Warli, 2012)
Mencermati perbedaan siswa reflektif dan siswa impulsif pada
tabel di atas, siswa reflektif memiliki banyak aspek positif yang bisa
menunjang kesuksesan belajar. Siswa impulsif banyak aspek negatif
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
19
dalam menunjang kesuksesan belajar. Perbedaan ini akan berakibat
pada cara belajar dari masing-masing individu.
3) Pengukuran Gaya Kognitif Impulsif dan Relfektif
Untuk mengukur gaya kognitif reflektif dan impulsif digunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Kagan yang disebut Matching
Familiar Figures Test (MFFT) yang terdiri dari 1 gambar standar dan 6
variasi gambar yang serupa, tetapi hanya satu gambar yang sama
dengan gambar standar. Variabel yang diamati adalah waktu yang
digunakan untuk menjawab dan keakuratan menjawab. Jumlah seluruh
item ada 12.
Instrumen Matching Familiar Figures Test (MFFT) juga
dikembangkan oleh Warli (2010) yang terdiri dari 2 item soal
percobaan dan 13 item soal. Pada tiap-tiap item terdiri dari 1 gambar
standar dan 8 variasi gambar dengan hanya satu gambar yang
tepat/sesuai dengan gambar standar. Tugas pokok siswa yaitu mencari
satu gambar yang sesuai dengan gambar standar. Peneliti menggunakan
instrumen Matching Familiar Figures Test (MFFT) yang
dikembangkan Warli (2010) yaitu 2 item soal percobaan dan 13 item
soal dengan alasan karena sudah teruji validasi dan realibilitasnya oleh
ahli.
Berdasarkan definisi gaya kognitif reflektif dan impulsif,
terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam pengukuran
gaya kognitif reflektif dan impulsif yaitu waktu yang dipergunakan
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
20
untuk menyelesaikan soal (t) dan banyaknya jawaban salah siswa (f).
Waktu ideal untuk pengukuran gaya kognitif siswa reflektif dan
impulsif pada penelitian ini dengan 13 soal ditetapkan t = 15 menit
dengan alasan: 1) Arikunto mengatakan terkadang untuk tes yang
berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 soal tes obyektif.
Jika diperhatikan, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
satu soal bentuk tes obyektif adalah 3/2-2 menit. 2) Penelitian Warli
untuk pengukuran gaya kognitif reflektif dan impulsif siswa SMP
dengan 8 gambar variasi, rata-rata waktu maksimum untuk satu soal
1.12 menit. Maka jika dengan 13 soal waktu yang digunakan sekitar
14.56 menit.
Dalam penelitian ini waktu maksimal yang disediakan
menjawab MFFT ditetapkan 15 menit. Selanjutnya untuk menentukan
kelompok siswa gaya kognitif reflektif dan impulsif, peneliti
menggunakan rata-rata waktu dan rata-rata frekuensi jawaban siswa
dengan kriteria sebagai berikut :
1. Siswa gaya kognitif reflektif yaitu yang memiliki rata-rata waktu
lebih dari median rata-rata waktu dan rata-rata frekuensi kurang
dari atau sama dengan median rata-rata frekuensi.
2. Siswa gaya kognitif impulsif yaitu yang memiliki rata-rata waktu
kurang dari atau sama dengan median rata-rata waktu dan rata-
rata frekuensi lebih dari median rata-rata frekuensi.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
21
3. Materi
Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu Aritmatika
Sosial. Standar kompetensi dan kompetensi dasar disesusaikan dengan
silabus KTSP yaitu sebagai berikut:
a. Materi Pokok
Aritmatika Sosial
b. Standar Kompetensi
3. Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier
satu variabel, dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
c. Kompetensi Dasar
3.3. Mengunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmatika
sosial yang sederhana.
d. Indikator
3.3.1. Menentukan besar dan persentase laba, rugi, harga jual, harga
beli.
3.3.2. Menentukan rabat, bruto, tara dan netto.
3.3.3. Menentukan pajak dan bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi.
B. Penelitian Relevan
Rahmatina, dkk (2014) menunjukkan bahwa siswa yang bergaya
kognitif reflektif memenuhi ketiga indikator berpikir kreatif yang ditetapkan,
yaitu kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan. Sedangkan siswa yang bergaya
kognitif impulsif tidak memenuhi ketiga indikator berpikir kreatif yang telah
ditetapkan yaitu, kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
22
Subur (2013) menunjukkan bahwa kreativitas siswa pada tingkat
kemampuan matematika rendah hanya memenuhi dua indikator kreativitas
yaitu kefasihan dan keterincian dari empat indikator kreativitas. Pada siswa
yang berkemampuan matematika sedang hanya memenuhi tiga indikator
kreativitas yaitu kefasihan, kebaruan dan keterincian dari empat indikator
kreativitas. Sedangkan siswa tingkat kemampuan matematika tinggi
cenderung memenuhi keempat indikator kreativitas yaitu kefasihan,
fleksibilitas, kebaruan dan keterincian.
C. Kerangka Pikir
Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal
yang luar biasa, tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak
berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru
yang menunjukkan kefasihan, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir,
(Munandar, 2012). Santrock (2014) menyatakan bahwa pemikiran divergen
(berpikir kreatif) merupakan salah satu ciri dari kreativitas. Munandar (2012)
menyatakan bahwa berpikir divergen juga disebut berpikir kreatif dalah
kemampuan seseorang untuk memberikan macam-macam kemungkinan
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan macam-macam kemungkinan
jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada
keragaman jumlah dan kesesuaian.
Gaya kognitif mengacu pada karakteristik konsistensi individu dalam
menerima, memahami, mengingat, memproses informasi serta
mengorganisasikan cara berpikir dan menyelesaikan masalah. Hal ini berarti
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
23
antara gaya kognitif dan keativitas memiliki keterkaitan, karena kreativitas
seseorang dalam menyelesaikan masalah akan sangat ditentukan bagaimana
cara seseorang itu berpikir, mengingat konsep-konsep sebelumnya yang
terkait dengan masalah yang diberikan dan bagaimana seorang memproses
informasi untuk mendapatkan solusi yang tepat. Hal ini menunjukkan bahwa
gaya kognitif mempunyai kontribusi yang penting terhadap kreativitas siswa
dalam menyelesaikan masalah.
Kreativitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah kreativitas
berdasarkan ciri kognitifnya yaitu berpikir kreatif. Setiap manusia akan
mengalami masalah dalam kehidupannya dan kreativitas dalam
menyelesaikan masalah merupakan hal yang penting bagi seseorang. Masalah
dalam penelitin ini adalah masalah matematika Sekolah Menengah Pertama
(SMP) materi aritmatika sosial. Indikator kreativitas berdasarkan ciri kognitif
(berpikir kreatif) dalam menyelesaikan masalah matematika yang digunakan
peneliti adalah Kefasihan, Keluwesan, Keaslian dan Terperinci.
Gaya kognitif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah gaya
kognitif impulsif dan gaya kognitif reflektif. Kagan (1965) menyebutkan
bahwa karakteristik siswa impulsif adalah cepat dalam menjawab masalah,
tetapi tidak cermat sehingga jawaban masalah cenderung salah, dan
karakteristik siswa reflektif adalah lambat dalam menjawab masalah tetapi
cermat, sehingga jawaban masalah cenderung benar.
Untuk mengetahui siswa bergaya kognitif reflektif dan impulsif dalam
penelitian ini akan diberikan tes gaya kognitif yaitu menggunakan instrumen
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015
24
MFFT. Kemudian untuk mengetahui kreativitas siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika dari siswa yang bergaya kognitif impulsif dan siswa
yang bergaya kognitif reflektif, dalam penelitian ini akan diberikan tes
kreativitas matematika sesuai dengan indikator kreativitas siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika yang diikuti wawancara dan kemudian
data ditranskrip, dipaparkan dan seterusnya dilakukan analisis data.
Berdasarkan kedua hal di atas diharapkan bahwa siswa yang bergaya
kognitif reflektif akan memiliki kreativitas dalam menyelesaikan masalah
matematika lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang bergaya kognitif
impulsif. Hal ini disebabkan proses berpikir siswa reflektif akan lebih cermat
atau teliti jika dibandingkan dengan siswa impulsif.
Analisis Kreativitas Siswa..., Inggit Tri Susanti, FKIP UMP, 2015