Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KEHAMILAN DENGAN PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di
definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau
10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3
trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua
15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu
ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2014:213).
Kehamilan berlangsung selama 40 minggu dengan perhitungan bahwa satu
bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42
minggu (Manuaba, 2012:98).
2. Perkembangan Janin Pada Masa Kehamilan
a. Perkembangan Janin Pada Trimester Pertama
Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi
kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim, kemudian pembuahan
terjadi pada akhir minggu kedua dan bayi berbentuk embrio ukuran rata-rata 2-4
mm, pada minggu keenam. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk,
pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak,
pada minggu ketujuh jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri
8
karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm. Kuku tumbuh pada
minggu ini. Pada akhir semester ini paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan
yang menjaga kantung udara tetap mengembang dan tulang bayi semakin
mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat, berat bayi sudah mencapai
650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm (Aurel, 2009).
b. Perkembangan janin pada trimester kedua
Pada awal trimester kedua panjangnya 80-110 mm dan beratnya 25 gram,
lehernya semakin panjang dan kuat. Kelenjar prostat bayi laki-laki berkembang
dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul. Pada minggu berikutnya
bayi telah mempunyai tulang yang kuat dan mulai bisa mendengar suara. Akhir
minggu ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mm. Dalam proses pembentukan
ini system peredaran darah adalah yang pertama terbentuk dan berfungsi.
Kemudian Rambut, kening, bulu mata bayi mulai tumbuh dan garis kulit pada
ujung jari mulai terbentuk, Sidik jari sudah mulai terbentuk.
Pada minggu ke-19 beratnya 226 gram dengan panjang hampir 16 cm,
otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik karenanya ia mampu membuat
gerakan sadar seperti menghisap jempol pada minggu berikutnya kulit bayi mulai
membuat lapisan dermis, epidermis dan subcutaneous, gerakan bayi semakin
pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm. Kuku tumbuh pada
minggu ini. Pada akhir semester ini paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan
yang menjaga kantung udara tetap mengembang dan tulang bayi semakin
mengeras dan bayi menjadi bayi yang semakin kuat, berat bayi sudah mencapai
650-670 gram dengan tinggi badan 34-37 cm (Aurel, 2009).
9
c. Perkembangan janin pada trimester ketiga
Minggu pertama trimester ketiga Berat bayi sudah mencapai 650-670
gram dengan tinggi badan 34-37 cm, paru-paru, hati dan sistem kekebalan tubuh
masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki peluang 85% untuk
bertahan . Minggu ke-27 berat umum bayi seusia si kecil 870-890 gram dengan
tinggi badan 36-38 cm. Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu retina
matanya telah mulai terbentuk. Minggu ke-29 berat badannya 1100-1200 gram,
dengan tinggi badan 37-39 cm. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. Minggu ke-31
perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini. Berat badan bayi
1550-1560 gram dengan tinggi 41-43 cm. Perkembangan fisik mulai sempurna,
bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan
bertambah. Minggu ke-34 bayi berada di pintu rahim berat badan bayi 2000-2010
gram, dengan tinggi badan sekitar 45-46 cm. Bayi sudah dapat membuka dan
menutup mata apabila mengantuk dan tidur. Minggu ke-36 saat ini paru-paru bayi
sudah bekerja baik. Berat badan bayi 2400-2450 gram dengan tinggi badan 47-48
cm. Pada akhir semester ketiga kepala bayi turun ke ruang pelvic Berat badan bayi
di minggu ini 2700-2800 gram dengan tinggi 48-49 cm. Bentuk bayi semakin
membulat dan kulitnya menjadi merah jambu, bayi sudah bisa melihat adanya
cahaya diluar rahim. Bayi pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas
harian, selain itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun
pernafasannya masih dilakukan di dalam air (Aurel, 2009).
10
3. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil
a. Kebutuhan Personal Hygiene
Perawatan kebersihan selama kehamilan sebenarnya tidak
berbeda dari saat-saat yang lain.Akan tetapi, saat kehamilan ibu hamil
sangat rentan mengalami infeksi akibat penularan bakteri atau jamur.
Tubuh ibu hamil sangatlah perlu dijaga kebersihannya secara
keseluruhan mulai dari ujung kaki sampai rambut termasuk halnya
pakaian ibu hamil senantiasa menjaga kebersihannya.
b. Kebutuhan Eliminasi
Kebutuhan Eliminasi adalah suatu kebutuhan yang dialami oleh
setiap Ibu hamil yang berhubungan dengan BAK dan BAB karena
terjadinya perubahan kondisi fisik yang terjadi pada masa kehamilan.
Supaya BAK dan BAB tidak bermasalah maka ada hal-hal tertentu
yang harus dilakukan supaya tidak mengalami gangguan BAK dan
BAB.
Kebutuhan Eliminasi pada Ibu Hamil trimester 1, 2 dan 3 yang Harus
Terpenuhi
1) Trimester I : Cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin mineral
dan air.
2) Trimester II :Jumlah karbohidrat dan protein tetap.
3) Trimester III :Karbohidrat dikurangi, perbanyak sayur, buah-
buahan segar, kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari ½ kg
perminggu.
11
c. Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan gizi selama hamil lebih tinggi dibandingkan dengan
kondisi prahamil, makin bertambah usia kehamilan makin tinggi
jumlah zat gizi yang dibutuhkan. Untuk mencapai kehamilan yang
sehat dibutuhkan asupan gizi yang optimal sesuai dengan usia
kehamilan. Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) konsumsi
tambahan energi dan protein yang harus diperoleh ibu hamil sebagai
berikut pada trimester I sebesar 100 kalori dan 17 gram protein,
trimester II sebesar 300 kalori dan 17 gram protein dan trimester III
sebesar 300-500 kalori dan 17 gram protein. Sebagai pengawasan,
kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat
diukur berdasarkan kenaikan berat badannya (Kemenkes RI, 2014:22).
Proporsi kenaikan berat badan selama hamil sebagai berikut :
1) Kenaikan berat badan pada trimester I lebih kurang 1,5-2 kg.
Kenaikan berat badan ini hampir seluruhnya merupakan kenaikan
berat badan ibu.
2) Kenaikan berat badan pada trimester II adalah 4-6 kg. Sekitar 60 %
kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan pada
ibu.
3) Kenaikan berat badan pada trimester III adalah 6-8 kg atau sekitar
60% kenaikan berat badan ini dikarenakan pertumbuhan jaringan
janin. (Kemenkes RI, 2014:16).
12
Tabel 1
Kisaran Kenaikan Berat Badan Total untuk Ibu Hamil
Berdasarkan BMI Sebelum Hamil
Katagori Berat Badan Untuk Tinggi
Badan
Kenaikan Berat Badan Yang
Dianjurkan
Rendah (BMI < 19, 8)
Normal (BMI 19, 8 hingga 26, 0)
Tinggi (BMI > 26, 0 hingga 29, 0)
12, 5-18
11, 5-16
7,0-11,5 Sumber : Husin. 2013. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Bandung, halaman 135.
Nutrisi yang diperlukan ibu selama kehamilan terdapat pada menu
seimbang yang mengandung zat-zat yang berguna bagi kesehatan ibu dan janin,
seperti :
1) Karbohidrat
Peran utama karbohidrat adalah menyediakan energi untuk sel-sel di
dalam tubuh, terutama otak dan sistem saraf pusat. Dalam kehamilan, janin
menggunakan glukosa sebagai sumber utama energinya. Perpindahan glukosa dari
ibu ke janin diperkirakan sekitar 17-26 gram/hari dan di akhir kehamilan
kebanyakan glukosa dipakai untuk perkembangan otak janin. Rekomendasi
asupan harian atau Dietary Recommended Intake (DRI) menyarankan kebutuhan
rata-rata karbohidrat pada ibu hamil adalah 175 gram/hari. Jumlah ini cukup dan
mampu menyediakan kalori yang cukup, mencegah terjadinya ketosis, dan
menjaga kadar glukosa dalam darah yang sesuai dan normal selama kehamilan.
2) Kalori
Kebutuhan kalori pada ibu hamil adalah sebesar 2500 kalori per hari. Pada
trimester I kebutuhan energi meningkat untuk organogenesis atau pembentukan
organ-organ penting janin dan jumlah tambahan energi terus meningkat pada
trimester II dan III untuk pertumbuhan janin. Kelebihan kalori juga akan
13
berdampak obesitas pada ibu dan bisa menjadi faktor presdiposisi untuk terjadinya
preeklampsia (Prawirohardjo, 2013:286).
3) Protein
Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68%.
Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan untuk menambah asupan
protein menjadi 12% per hari atau 85 gram per hari, bahan pangan yang dijadikan
sebagai sumber protein sebaiknya bahan pangan dengan nilai biologis yang tinggi
seperti daging, ikan, telur, susu, dan untuk protein yang berasal dari tumbuhan
seperti kacang-kacangan. (Prawirohardjo, 2013:286)
4) Asam folat
Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang meningkat dua kali lipat
selama hamil. Asam folat sangat bermanfaat dalam metabolisme normal makanan
menjadi energi, pematangan sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel. Jika
kekurangan asam folat maka ibu akan menderita anemia megaloblastik dengan
gejala diare, depresi, lelah berat dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus
berlanjut dan tidak segera di tangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR,
ablasio plasenta, dan kelainan bentuk tulang belakang janin. Jenis makanan yang
banyak mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayur berdaun hijau
(bayam dan aspiragus), dan kacang-kacangan (kacang kering, kacang kedelai).
Sumber lain adalah ikan, daging, buah jeruk, dan telur. Jumlah asam folat yang
dibutuhkan oleh ibu hamil adalah 400 mikrogam perhari. (Prawirohardjo,
2013:286)
14
5) Kalsium
Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastis sebanyak 5%. Oleh
karena itu asupan yang optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama kalsium
adalah susu dan hasil olahannya, udang, sarang burung, sarden dalam kaleng, dan
beberapa makanan nabati, seperti sayuran warna hijau tua dan lain-lain.
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 gram perhari yang berguna untuk
pertumbuhan janin, terutama bagian pegembangan otot dan rangka.
(Prawirohardjo, 2013:286)
6) Zat besi
Kebutukan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300%, dan
peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama
hamil, melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi. Pemantauan
konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan cara minum
yang benar karena ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan zat besi,
vitamin c dan protein hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam
penyerapan zat besi, sedangkan kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitrat
(terkandung dalam kacang-kacangan) akan menghambat penyerapan zat besi.
Berilah jarak waktu kurang lebih dua jam dari pemberian zat besi. Tambahan zat
besi yang diperlukan oleh ibu hamil mulai dari trimester II membutuhkan
tambahan zat besi sebesar 9 mg dan trimester III sebesar 13 mg. (Kemenkes RI,
2014:22)
15
7) Vitamin
a) Vitamin Larut Lemak
Vitamin A berperan penting dalam pengaturan eskpresi gen serta
mendukung proliferasi dan diferensiasi sel secara khusus untuk
perkembangan tulang belakang, medula spinalis, anggota gerak, jantung,
mata dan telinga. Jumlah asupan vitamin A yang disarankan untuk ibu
hamil dengan usia kurang dari 18 tahun adalah sebesar 750 μg retinol atau
2800 IU, sedangkan untuk ibu hamil dengan usia lebih dari 18 tahun
sebesar 770 μg atau 3000 IU. (Mahan, Stump, 2004)
Vitamin D berfungsi untuk menjaga kadar serum kalsium dan
konsentrasi fosfor dengan cara meningkatkan penyerapan system
gastrointestinal. Dalam kehamilan, jumlah asupan vitamin D yang
disarankan sebesar 5 μg (200 IU)/hari. Defisiensi vitamin D dalam
kehamilan dapat berhubungan dengan terjadinya hipokalsemia pada
neonates, hipoplasia enamel gigi, serta mempengaruhi mineralisasi tulang
janin. (Mahan, Stump, 2004)
Vitamin E berperan sebagai antioksidan di dalam tubuh. Vitamin E
atau Tokoferol juga berfungsi menghambat aktivitas protein kinase.
Jumlah asupan vitamin E yang disarankan tidak berbeda untuk wanita
yang sedang hamil dan tidak hamil yakni sebesar 15 mg α-tokoferol.
Vitamin K berperan sebagai enzim dalam sintesa protein tertentu
yang berperan dalam koagulasi dan metabolism tulang. Jumlah asupan
vitamin K yang disarankan selama kehamilan tidak berbeda baik untuk
wanita hamil dan tidak hamil, yakni sebesar 90mg/hari untuk wanita usia
16
lebih dari 18 tahun dan 75mg/hari untuk wanita kurang dari 18 tahun
(Mahan, Stump, 2004).
b) Vitamin Tidak Larut Lemak
Vitamin B1 atau thiamin berperan sebagai koenzim dalam
metabolisme karbohidrat dan asam amino-rantai-bercabang. Peningkatan
kebutuhan thiamin sebesar 30% dalam kehamilan didasarkan pada
peningkatan pertumbuhan baik untuk kompartemen maternal dan janin.
Vitamin B2 atau riboflavin berperan sebagai koenzim dalam banyak reaksi
oksidasi-reduksi di dalam tubuh. Kebutuhan tambahan untuk riboflavin
selama masa kehamilan didasarkan pada penambahan kebutuhan energi
dan pertumbuhan. Vitamin B3 atau niacin dibutuhkan untuk pembentukan
nicotinamide-adenine dinucleotide yang berperan dalam proses oksidasi
dan biosintesis asam lemak serta steroid. Vitamin C atau asam askorbat
yang dianjurkan selama masa kehamilan adalah 80-85 mg/hari atau 20%
lebih banyak dibanding yang wanita yang tidak hamil.
d. Kebutuhan Aktivitas
1) Perawatan payudara
Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan
laktasi, perlu perhatian yang seksama. Penggunaan pakaian dalam
(bra) yang longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang.
Puting susu penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu
yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau dengan
pompa susu. Perawatan payudara sebelum lahir (prenatal breast
care) bertujuan memelihara hygine payudara, melenturkan
17
/menguatkan puting susu, dan mengeluarkan puting susu yang
datar atau masuk kedalam (retracted nipple) (Manuaba, 2010:121).
2) Senam hamil
Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi darah,
nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur
menjadi lebih nyenyak. Senam hamil mulai dilakukan ketika usia
kehamilan sudah diatas 32 minggu. Secara umum, tujuan utama
persiapan fisik dari senam hamil sebagai berikut :
a) Mencegah terjadinya deformitas (cacat) kaki dan memelihara
fungsi hati untuk dapat menahan berat badan yang semakin
naik, nyeri kaki, varices, bengkak dan lain-lain.
b) Melatih dan mengusai teknik pernafasan yang berperan penting
dalam kehamilan dan proses persalinan. Dengan demikian
proses relaksasi dapat berlangsung lebih cepat dan kebutuhan
O2 terpenuhi.
c) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, otot-otot dasar panggul dan lain-lain.
d) Membentuk sikap tubuh yang sempurna selama kehamilan.
e) Memperoleh relaksasi yang sempurna dengan latihan kontraksi
dan relaksasi (Sulistyowati, 2009:111).
e. Kebutuan Istirahat
Adanya aktivitas yang dilakukan setiap hari otomatis ibu hamil
akan sering merasa lelah daripada sebelum waktu hamil. Rasa letih
meningkat ketika mendekati akhir kehamilan. Setiap wanita hamil
18
menemukan cara yang berbeda mengatasi keletihannya salah satunnya
adalah dengan cara beristirahat atau tidur sebentar disiang hari. Pola
istirahat yang sangat dianjurkan bagi seorang ibu hamil yaitu: tidur
malam sedikitnya 6-7 jam dan siang hari minimal 1-2 jam.
4. Asuhan Pada Kehamilan Normal
Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan dalam
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari 14 T yaitu :
a. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
Total pertambahan berat badan pada kehamilan yang normal 11,5
sampai 16 kg. Berat badan dilihat dari Indeks Masa Tubuh diperoleh
dengan memperhitungkan berat badan sebelum hamil dalam kilogram
dibagi tinggi badan dalam meter kuadrad.
b. Ukur Tinggi Badan (T2)
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pengukuran tinggi badan pada
pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor pada
ibu hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan
risiko untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion)
19
c. Ukur tekanan darah
Tekanan darah ibu harus diperiksa setiap kali pemeriksaan
kehamilan. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg
pada saat awal pemeriksaan dapat mengindikasi potensi hipertensi.
d. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Standar pengukuran penggunaan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
e. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum, ibu hamil
harus mendapat imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil
diskrining status imunisasi ibu saat ini. Ibu hamil minimal memiliki
status imunisasi TT2 agar mendapat perlindungan terhadap imunisasi
infeksi tetanus. Ibu hamil dengan TT5 (TT Long Life) tidak perlu
diberikan imunisasi TT lagi.
f. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan asam folat minimal 90 tablet
selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama yang diberikan
sejak kontak pertama. Tiap tablet mengandung 60 mg zat besi dan 0,25
mg asam folat
20
g. Pemeriksaan Hemoglobin (Hb)
Pemeriksaan Hemoglobin sangat dibutuhkan untuk ibu hamil
karena bermanfaat untuk mengetahui kemungkinan adanya anemia
pada ibu hamil. Normal Hb untuk ibu hamil adalah > 11 gr%.
h. Pemeriksaan Veneral Disease Research Laboratory (VDRL)
Pemeriksaan VDRL dapat digunakan untuk memeriksakan
kemungkinan adanya penyakit menular seksual pada ibu hamil seperti
sifilis.
i. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara
Perawatan payudara diperlukan untuk ibu hamil guna
mempersiapkan payudara untuk menyusui terutama pada ibu yang
mempunyai payudara rata dan datar.
j. Pemeliharaan Tingkat Kebugaran atau Senam Hamil
Senam hamil dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 22
minggu. Senam pada ibu hamil sangat berguna untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan fisik ibu hamil, memperlancar peredaran
darah, mengurangi keluhan kram atau pegal-pegal dan mempersiapkan
pernafasan, aktivitas otot dan panggul untuk menghadapi proses
persalinan.
k. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Mencakup tentang komunikasi, informasi dan edukasi yang
dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan dapat memotivasi
21
agar ibu hamil memeriksa kehamilannya sejak dini untuk mendeteksi
dini komplikasi kehamilan.
l. Pemeriksaan protein urin
Pemeriksaan protein urin berguna untuk mengetahui adanya
penyakit pre-eklampsia pada ibu hamil.
m. Pemeriksaan reduksi urin
Pemeriksaan reduksi urin berguna untuk mengetahui adanya
kadar glukosa pada urin ibu hamil, apabila hasil pemeriksaan reduksi
urin pada ibu hamil positif maka kemungkinan besar ibu mengalami
diabetes gestasional.
n. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok.
o. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.
B. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
1. Pengertian
Pertumbuhan janin terlambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10%
dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya
perkembangan yang terlambat dapat diketahui setelah dua minggu tidak ada
pertumbuhan. Dahulu PTJ disebut juga intrauterine growth retardation (IUGR)
(Wiknjosastro, 2007 : 697).
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) atau disebut juga Intra Uterine
Growth Reterderdation (IUGR) adalah berat badan bayi kurang dari persentil 10
untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil
dengan usia kehamilannya. (Asuhan Kebidanan IV Patologi: 225).
22
Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR) adalah memiliki berat fetus
<10 persentil untuk umur kehamilan tertentu-berat lahir <2 dari berat rata-rata
untuk umur kehamilan tertentu. (Asuhan Kebidanan Patologis: 93).
Tabel 2
Rata-Rata Normal Berat Janin, Tinggi Janin dan Pertambahan Berat Badan
Ibu Hamil Berdasarkan Usia Kehamilan
2. Etiologi
Penyebab Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) dibedakan menjadi 3
faktor, yaitu:
23
a. Faktor Ibu (maternal)
1) Malnutrisi atau anemia
2) Pecandu alkohol dan perokok
Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat Faktor
keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat tidak
adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu
selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang
harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg.
3) Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik,
diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua
penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT.
4) Kelainan uterus
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan
pertumbuhan.
5) Kehamilan kembar
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit oleh
pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding dengan janin
tunggal normal. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10 s/d 50 persen
bayi kembar.
b. Faktor Janin
1) Janin Kembar
2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
24
Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung
bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT
simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma
Turner juga berkaitan dengan PJT.
3) Infeksi selama kehamilan
Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan pertumbuhan
intrauterine. Banyak tipe seperti pada infeksi oleh TORCH (toxoplasmosis,
rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa menyebabkan hambatan
pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari kejadian. Diperkirakan infeksi
intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme pada janin tanpa kompensasi
peningkatan transportasi substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan janin
menjadi subnormal atau dismatur.
c. Faktor Plasenta
1) Penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta
2) Plasenta abruption
3) Plasenta previa
4) Infark plasenta
3. Klasifikasi
(Prawirohardjo, 2009 : 259) Pertumbuhan janin terhambat dapat di
golongkan menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pertumbuhan janin terhambat tipe I simetris (kronis)
Pertumbuhan janin terhambat jenis simetris dapat disebabkan oleh faktor
intrinsik (kelainan genetik/kromosom) maupun ekstrinsik (bahan teratogenik,
infeksi intrauterine, malnutrisi berat dan sebagainya) dan dimulai sejak usia
25
kehamilan muda. Pada PJT jenis simetris gangguan terlihat pada berat dan panjang
janin yang berkurang. Ukuran kepala seringkali lebih kecil daripada ukuran
normal(mikrosefalus). Ukuran plasenta biasanya normal. Kelainan kongenital
banyak dijumpai pada PJT jenis simetris ini.
Volume cairan amnion masih normal, kecuali disertai kelainan kongenital
volume cairan amnion mungkin menjadi abnormal (oligohidramnion atau
polihidramnion). Pengukuran lingkar abdomen sangat berguna dan paling sensitif
dalam mendiagnosis PJT, baik jenis asismetris maupun simetris. Pada PJT simteris
ukuran lingkar abdomen dan biometri janin lainnya lebih kecil daripada ukuran
normal.
b. Pertumbuhan janin terhambat tipe II asimetris (akut)
Pertumbuhan janin terhambat jenis asimetris ini dapat disebabkan oleh
faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi plasenta yaitu umumnya terjadi pada
kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT asimetris terlihat pada besar atau
berat janin yang berkurang sedangkan panjang janin hanya sedikit berpengaruh.
Bentuk tubuh janin terlihat tidak proporsional (asimetris) yaitu ukuran tubuh
(misalnya lingkar abdomen) yang kecil, sedangkan ukuran kepala tidak banyak
mengalami perubahan. Pada janin normal, rasio lingkar kepala dan lingkar
abdomen adalah pada kehamilan 17 minggu berkurang menjadi pada kehamilan 29
minggu, pada kehamilan 36 minggu dan ≤ 1,0 setelah usia kehamilan 36 minggu.
Pada PJT asimetris volume cairan amnion berkurang karena produksi urine
berkurang. Ukuran plasenta mengecil. PJT jenis asimetris jarang disertai kelainan
kongenital. Pada PJT asimetris lingkar abdomen lebih kecil daripada ukuran
normal untuk usia tertentu sedangkan ukuran biometri janin lainnya tidak atau
hanya sedikit terpengaruh.
26
4. Patofisologi
a. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi
kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan
perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan
janin berat lahir rendah yang simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan
pertumbuhan pada kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
b. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi
bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati
ukuran plasenta yang luas.
c. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi
antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya
kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali
meningkat jika nutrisi yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah
terjadi proses perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
5. Diagnosis
Tidak semua bayi yang berukuran kecil pasti menderita IUGR/PJT. Oleh
sebab itu, dibutuhkan diagnosis yang tepat untuk memastikan kondisi ini.
Pemeriksaan diawali dengan menentukan usia janin secara tepat. Secara klinik
perkembangan janin yang terlambat dikenal setelah 28 minggu.
27
Namun, secara ultrasonografi mungkin sudah dapat diduga lebih awal
dengan adanya biometri dan tafsiran berat janin yang tidak sesuai dengan usia
gestasi. Secara klinik pemeriksaan tinggi fundus umumnya dalam sentimeter akan
sesuai dengan usia kehamilan. Bila lebih rendah 3 cm, patut dicurigai adanya PJT,
meskipun sensifitasnya hanya 40%. Sebaiknya kepastian PTJ dapat dibuat apabila
terdapat data USG sebelum 20 minggu sehingga pada kehamilan 32-34 minggu
dapat ditentukan secara lebih tepat.
Biometri yang menetap terutama pengawasan lingkar abdomen yang tidak
bertambah merupakan pertanda awal PTJ, terlebih diameter biparietal yang juga
tidak bertambah setelah lebih dari 2 minggu.Pemeriksaan secara Doppler arus arah
a. umbilical, a. uterine dan a. spiralis mungkin dapat mencurigai secara awal
adanya arus darah yang abnormal atau PJT. Bila terdapat oligohidramnion patut
dicurigai perburukan fungsi janin (Wiknjosastro, 2007 : 698-699).
Tabel 3
Tinggu Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 Minggu 1-2 jari diatas sympisis
16 Minggu Pertengahan antara sympisis-pusat
20 Minggu 3 jari dibawah pusat
24 Minggu Setinggi pusat
28 Minggu 3 jari diatas pusat
32 Minggu Pertengahan pusat-proc.xypoideus
36 Minggu 3 jari dibawah procesus xypoideus
40 Minggu 2-3 jari dibawah procesus xypoideus
Tabel 4
Tinggi Fundus Uteri Menurut Mc. Donald
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
22-28 Minggu 24 – 25 cm diatas sympisis
28 Minggu 26,7 cm diatas sympisis
30 Minggu 29,5 – 30 cm diatas sympisis
28
32 Minggu 29,5 – 30 cm diatas sympisis
34 Minggu 31 cm diatas sympisis
36 Minggu 32 cm diatas sympisis
38 Minggu 33 cm diatas sympisis
40 Minggu 37 cm diatas sympisis
Sumber : (Sari, Anggrita, dkk.2015 : 48-49)
6. Komplikasi
Berikut bahaya yang mengintai di balik PJT, baik untuk janin maupun ibu:
a. Pada janin
1) Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
2) Intranatal : hipoksia dan asidosis
3) Setelah lahir :
a) Secara Langsung
(1) Asfiksia
(2) Hipoglikemi
(3) Aspirasi mekonium
(4) Hipotermi
(5) Perdarahan pada paru
(6) Polisitemia
(7) Hiperviskositas sindrom
(8) Gangguan gastrointestinal
b) Tidak langsung
Pada simetris IUGR keterlambatan perkembangan
dimulai dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris
IUGR dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan
neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah
29
IUGR yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan
kromosom.
b. Pada Ibu
1) Preeklampsi
2) Penyakit jantung
3) Malnutrisi
7. Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga
faktor seperti diet, istirahat dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah
komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti
nasihat dari dokternya, makan makanan yang bergizi tinggi, tidak merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkotik, mengurangi stress, berolahraga teratur, serta
istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta
minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang
terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk
setiap ibu hamil sebagai berikut :
a. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti
biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
b. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
30
c. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter
kandungan.
d. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
e. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
f. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi
ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat
diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan
setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari
minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali.
Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia
kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin
pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih
sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
8. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. diperlukan riwayat
obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat
mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
31
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau
malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah
menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan
adalah :
a. Tatalaksana umum
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi
dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang
baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah
300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi
alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam
beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus
segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah
melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4
minggu.
b. Tatalaksana khusus
PJT pada saat dekat waktu melahirkan yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan dan PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta dan pemeriksaan
darah janin dianjurkan.
32
C. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang harus jelas dan
lengkap: nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga, dan
nama panggilan akrabnya
b. Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya resiko karena
umur kurang dari 20 tahun, alat reproduksi belum siap. Pada umur
lebih dari 35 tahun kerja jantung meningkat karena adanya hemodilusi
dan kemungkinan terjadi anemia
c. Suku
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan
dan merugikan bagi ibu hamil
d. Agama
Untuk mempermudah bidan dalam melakukan pendekatan di
dalam melakukan asuhan kebidanan
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena tingkat pendidikan
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien
terhadap permasalahan keluarga pasien/klien
33
g. Alamat
Untuk mempermudah hubungan jika diperlukan dalam keadaan
mendesak sehingga bidan mengetahui tempat tinggal pasien
1) Keluhan utama
2) Riwayat menstruasi
3) Riwayat perkawinan
4) Riwayat kehamilan sekarang
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
6) Riwayat keluarga berencana
7) Riwayat penyakit
a) Riwayat kesehatan sekarang
b) Riwayat kesehatan keluarga
c) Riwayat penyakit yang lain atau operasi
8) Kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
b) Istirahat dan tidur
c) Data psikososial
2. Data obyektif
a. Status generalis
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan, BB, TB, lila)
b. Pemeriksaan sistematis
1) Kepala: rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut, leher
34
2) Dada: mammae
3) Ekstremitas: atas dan bawah
4) Pemeriksaan khusus obstetri: inspeksi (perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah ada pembesaraan, ada luka bekas operasi atau
tidak, strie gravidarum, linea agra atau alba)
Palpasi (leopold I, II, III, IV), auskultasi (DJJ) denyut jantung janin
5) Anogenital
6) Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan Hb
D. Assessment
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
membutuhkan penanganan. Data analisa menggambarkan pendokumentasian hasil
analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam satu identifikasi:
1. Diagnosa atau Masalah
Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang
dikemukakan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Diagnosa yang
ditegakkan adalah diagnosa yang berhubungan dengan umur ibu, gravid, para,
abortus, umur kehamilan, dan keadaan janin.
35
2. Diagnosis Kebidanan
Ny…G…P…A…umur…tahun umur kehamilan...minggu, janin
tunggal/kembar, hidup/mati, intra/ekstra uteri, letak memanjang/melintang,
presentasi kepala/bokong, punggung kanan/kiri, bagian terbawah sudah
masuk/belum pintu atas panggul dengan anemia ringan.
E. Perencanaan
Pada langkah ini dilakukan rencana tindakan yang menyeluruh merupakan
kelanjutan dari manejemen terhadap diagnosa yang telah teridentifikasi. Tindakan
yang dapat dilakukan berupa observasi, penyuluhan, atau pendidikan kesehatan.
Setiap rencana harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dank lien agar
dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien diharapkan juga akan
melaksanakan rencana tersebut.
Rencana tindakan yang dapaat dilakukan pada ibu hamil dengan anemia
ringan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persetujuan pada pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan
2. Melakukan pemeriksaan Hb ibu hamil pada TM III
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang zat besi
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi ibu hamil agar mengkonsumsi
makan-makanan dengan gizi seimbang
5. Memberi terapi tablet Fe
6. Mengajarkan cara meminum tablet Fe
7. Melakukan kunjungan rumah untuk pemantauan Hb
36
F. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada rencana tindakan dilaksanakan secara efesien dan aman. Yang bidan
laksanakan oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang
telah dibuat.
1. Memberikan penjelasan dan meminta pesetujuan pasien untuk dilakukan
pemeriksaan
2. Memeriksa kadar Hb ibu hamil pada TM III, bila pemeriksaan tidak tersedia,
periksa kelopak mata dan perkirakan ada atau tidaknya anemia
3. Memberi penyuluhan gizi pada setiap kali kunjungan, tentang perlunya minum
tablet Fe, makanan yang mengandung zat besi dan kaya vitamin C, serta
menghindari minum teh, kopi, susu (menganggu penyerapan zat besi) 1 jam
sebelum atau sesudah makan
4. Memberi tablet Fe pada ibu hamil sedikitnya 10 tablet selama 1 minggu. Bila
Hb kurang dari 11 gr% teruskan tablet Fe
5. Mengajarkan ibu meminum tablet Fe sebaiknya diminum pada malam hari
menjelang tidur karena untuk mengurangi mual yang timbul setelah meminum
tablet Fe
G. Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan
tindakan. Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan ibu hamil dengan anemia
ringan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan keadaan umum dan
37
tandatanda vital ibu baik, ibu bersedia minum tablet Fe, dan tata caranya, ibu
bersedia makan makanan yang banyak mengandung gizi dan zat besi, hemoglobin
naik, tidak terjadi anemia ringan. Setelah pemberian zat besi sebanyak 30 gram
perhari akan meningkatkan kadar hemoglobin sebesar 0,3 dl/gr/minggu atau
dalam 10 hari (Sulistyoningsih, 2010)