Upload
yulli-utami
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Pada kehamilan ektopik, ovum yang dibuahi melekat di luar rongga uterus.
Kehamilan ektopik diklasifikasikan berdasarkan tempat implantasi; 95% terjadi pada
tubafallopi dan 5% lainnya terjadi di rongga dalam abdomen , serviks atau ovarium.
Kehamilan ini mencakup 2% dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat, dan insiden
tersebut terus meningkat. Kehamilan ektopik adalah penyebab kematian ibu pada
trimester pertama dan sekitar 10% dari seluruh kematian ibu. Kehamilan ektopik juga
menjadi penyebab utama infertilitas; hanya 60% ibu mampu mengandung setelah
mendapat pengobatan untuk kehamilan ektopik. Pencegahan adalah kunci untuk
menangani kehamilan ektopik. Ibu yang beresiko tinggi harus diawasi dengan ketat
sehingga diagnosis dan penanganan dapat dimulai sejak dini, sebelum terjadi
hemoragik dan syok. Meskipun demikian, focus rencana asuhan ini bukan pada
pencegahan namun pada perawatan pada ibu yang mengalami kehamilan ektopik.
B. Rumusan masalah :
1. Apakah definisi kehamilan ektopik itu?
2. Ada berapakah klasifikasi kehamilan ektopik?
3. Bagaimanakah patofisiologi kehamilan ektopik?
4. Apa saja gejala-gejala kehamilan ektopik?
5. Apa sajakah komplikasi dari kehamilan ektopik?
6. Apa saja penatalaksanaan medis dari kehamilan ektopik?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien kehamilan ektopik?
C. Tujuan :
1. Mengetahui definisi dai kehamilan ektopik
2. Mengetahui klasifikasi dari kehamilan ektopik
3. Mengetahui patofisiologi dari kehamilan ektopik1
4. Mengetahui gejala-gejala dari kehamilan ektopik
5. Mengetahui komplikasi dari kehamilan ektopik
6. Mengetahui penatalaksaan medis dari kehamilan ektopik
7. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien kehamilan ektopik
2
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Pengertian
Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan dimana janin terimplantasi di luar rongga
rahim. Kebanyakan kahamilan eksrtauterin terjadi karena abnormalitas yang
menghambat atau mencegah perjalanan ovum yang dibuahi melalui tuba falopi
(misalnya: adhesi perituba setelah suatu radang panggul). Kira-kira 1 dari100
kehamilan di Amerika Serikat adalah kehamilan ektopik, dan sekurangnya tiga
perempat dari kehamilan ini menimbulkan gejala dan terdiagnosisi pada trimester
pertama. Kehamilan ektopik merupakan penyebab penting morbiditas dan mortalitas
meternal, angka ortalitas meningkat 10 kali lebihuntuk persalinan pervaginam dan 50
kali untuk suatu abortus yang diinduksi (Cunningham,dkk.,1993).
B. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik diklasifikasikan menurut tempat implantasi (misalnya: tuba,
ovarium, interstisiil, abdominal, ovarial, cervical). Rahim adalah salah satunya organ
yangmampu mengandung dan menyokong kehamilan sampai cukup bulan. Namun,
kehamilan dalam abdomen jarang terjadi ini, bisa menghasilkan seorang bayi yang
hidup dengan upaya laparatomi.
Berdasarkan tempat implantasikehamilan ektopik diklasifikasikan menjadi:
1. Kehamilan Tuba
Kejadiankehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan (Amerika). Kejadian
dipengaruhi oleh faktor sosial : mungkin karena golongan pendapatan rendah
gonore karena kemungkinan berobat kurang.
Sebab-sebab kehamilan tuba :
a. Hal-hal yang mempersulit perjanan telur ke dalam cavum uteri.
Salpingitis chronica
Kelainan congenital tuba
Tumor-tumor yang menekan pada tuba
Perlekatan tuba dengan alat-alat sekitarnya
Migratio eksterna : perjalanan telur panjang dan lama, hingga
sudah terbentuk trofoblast sebelum telur ada di dalam cavum uteri
3
b. Tuba yang pangjang seperti pada hypoplasia uteri.
c. Hal-hal yang memudahkan nidasi.
Adanya endometrium yang ektopik di dalam tuba (jarang).
Menurut tempatnya nidasi maka terjadilah:
Kehamilan ampuler – dalam ampula tubae
Kehamilan isthemic – dalam isthismus tubae
Kehamilan interstisiil – dalam pars interstitialis tubae
Kadang-kadang malahan nidasi terjadi pada fimbria. Dari bentuk
diatas secara sekunder dapat terjadi kehamilan tubo-abdominal, tubo
ovarial atau kehamilan dalam ligamentum latum. Kehamilan paling
sering terjadi di dalam ampula tubae. Implantsi telur dapat bersifat
columner ialah pada puncak lipatan selaput tuba atau intercolumner
ialah antara lipatan selaput lendir setelat telur menembus epitel, maka
implantasi intercolumner telur masuk ke dalam lapisan otot tuba
karena tidak ada desidua; pada implantasi columner telur terletak
dalam lipatan selaput lendir. Walaupun kehamilan terjadi di luar
rahim, rahim membesar juga karena hipertropi dari otot-ototnya
disebabkan oleh pengaruh hormon-hormon yang dihasilkan trofoblast;
begitu pula endometriumnya berubah menjadi desidua vera.
Menurut Arias Stella perubahan histologis pada endometrium cukup
khas untuk membantu diagnosa. Setelah janin mati,decidua ini
mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotong demi sepotong, tapi
kadang-kadang lahir secara keseluruhan hingga merupakan cetakan
dari cavum uteri.
Pelepasan decidua ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini
menerangkan gejala perdarahan per vaginam pada kehamilan ektopik
yang terganggu.
Perkembangan kehamilan tuba: Kehamilan tuba biasanya tidak dapat
mencapai cukup bulan, biasanya berakhir pada minggu ke 6 sampai
minggu ke 12, yang paling sering antara minggu ke 6 sampai minggu
ke 8.
4
Berakhirnya kehamilan tuba ada dua cara :
Abortus tuber
Ruptura tubae
a) Abortus Tuber
Pada abortus tuber, telur karena bertambah besar
menembus endosalpinx (selaput lendir tuba) masuk ke
dalam liang tuba dan dikeluarkan ke arah
infundibulum. Hal ini terutama terjadi kalau telur
berimplantasi di daerah ampula tubae. Disini biasanya
telur tertanam columner karena lipatan-lipatan selaaput
lendir tinggi dan banyak. Lagi pula di sini rongga tuba
agak besar hingga telur mudah tumbuh kearah rongga
tuba dan lebih mudah menembus “decidua capsularis”
yang tipis dari pada lapisan otot tuba.
Abotus tuber kira-kira terjadi antara minggu ke 6- 12.
Perdarahan yang timbul karena abortus keluar dari
ujung tuba dan mengisi cavum Douglasi, terjadilah
haematocele retrouterina. Ada kalanya ujung tuba
tertutup karena pelekatan-pelekatan hingga darah
berkumpul di dalam tuba dan mengembungkannya
timbullah haematosalpinx.
b) Ruptura tubae
Pada ruptura tubae telur menembus lapisan otot tuba ke
arah cavum peritonei. Ini terutama terjadi kala
implantasi telur dalam isthmus tubae. Di sini lipatan-
lipatan selaput lendir tidak seberapa, jadi besar
kemungkinan implantasi intercolumner. Trofoblast
cepat sampai ke lapisan otot tuba, kemungkinan
pertumbuhan ke arah rongga tuba kecil, karena rongga
tuba sempit maka telur menembus dinding tuba ke arah
rongga perut. Terjadilah luka pada dinding tuba dan
perdarahan dalam rongga perut.
5
Ruptur pada isthmus tubae terjadi sebelum minggu ke
12 karena dinding tuba di sini tipis, tapi ruptur pada
parsinterstitialis terjadi lambat kadang-kadang baru
pada bulan ke 4 karena di sini lapisan otot tebal. Ruptur
bisa terjadi spontan atau violent misalnya karena
toucher, defekasi atau coitus. Ruptur biasanya terjadi ke
dalam cavum peritonei tapi kadang-kadang ke dalam
ligamentum latum kalau implantasinya pada dinding
bawah tuba. Pada ruptura tubae seluruh telur dapat
melalui robekandan masuk ke dalam cavum peritonei di
mana telur itu mati. Tetapi kalau hanya janin yang
melalui robekan dan placenta tetap melekat pada
dasarnya, maka kehamilan dapat berlangsung terus
sebagai kehamilan abdominal. Karena pada awalnya
merupakan kehamilan tuber dan baru kemudian
menjadi kehamilan abdominal maka kehamilan ini
disebut kehamilan abdominal sekunder. Placentanya
kemudian dapat meluas pada dinding belakang uterus
dan ligamentum latum pada omentum dan usus-usus.
Kalau insertio dari telur pada dinding bawah tuba maka
ruptur terjadi ke dalam ligamentum latum. Kelanjutan
dari kejadian ini ialah telur mati dan terbentuknya
haematom di dalam ligamentum latum atau kehamilan
berlangsung terus di dalam ligamentum latum.
Kehamilan semacam ini dapat mencapai umur yang
lanjut. Yang dinamakan kehamilan tubo – uterin ialah
kehamilan yang asalnya interstitiil tetapi kemudian
tumbuh ke dalam cavum uteri. Kehamilan tubo –
abdominal ialah kehamilan yang asalnya pad ujung
tuba dan kemudian tumbuh ke dalam cavum peritonei.
Yang dinamakan kehamilan tubo – ovarial ialah
kehamilan yang asalnya ovarial atau tuber tapi
6
kemudian kantongnya terdiri dari jaringan tuba maupun
ovarium.
2. Kehamilan Interstisiil
Implantasi telur terjadi dalam pars interstitialis tubae. Karena lapisan myometrium
di sini lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau
ke 4. Kalau terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak
pembuluh darahnya sehinggadalam waktu yang singkat dapat menyebabkan
kematian.
3. Kehamilan Abdominal
Menurut perpustakaan kehamilan abdominal jarang terjadi kira-kira 1 diantara
1.500 kehamilan. Frekuwensi di Indonesia lebih tinggi.
Kehamilan abdominal ada dua macam :
1. Kehamilan abdominal primer, di mana telur dari awal mengadakan
implantasi dalam rongga perut.
2. Kehamilan abdominal sekunder, yang asalnya kehamilan tuba dan setelah
ruptur baru menjadi kehamilan abdominal.
Kebanyakan kehamilan abdominal adalah kehamilan abdominal sekunder,
maka biasanya placenta terdapat pada daerah tuba, permukaan belakang rahim,
dan ligamentum latum.
Walaupun ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan,hal ini
jarang terjadi , yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas
(bulan ke5atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.
Juga janin yang sampai cukup bulan, prognosanya kurang baik, banyak yang mati
setelah dilahirkan dan juga dikatakan bahwa banyak kelainan kongenital diantara
janin-janin yang tumbuh ekstra uterin.
Nasib janin yang mati intra-abdominal sebagai berikut :
Dapat terjadi pernanahan sehingga kantong kehamilan menjadi abces
yang dapat pecah melalui dinding perut atau ke dalam usus atau kantong
kencing. Dengan nanah keluar bagian-bagian janin seperti tulang-tulang,
potongan-potongan kulit, rambut, dan lain-lain.
7
Pengapuran (kalsifikasi): anak yang mati mengapur, menjadi keras
karena endapan-endapan garam kapur hingga berubah menjadi anak batu
(lithopaedion).
Perlemakan : janin berubah menjadi zat kuning seperti minyak kental
(adipocere)
Kalau kehamilan terjadi a’terme, maka timbul his, artinya pasien merasa nyeri
dengan teratur seperti pada persalinan biasa. Tetapi jika tidak diperiksa
dengan teliti, tumor yang mengandung anak tidak mengeras. Pada
pemeriksaan ternyata bahwa pembukaan tidak menjadi membesar paling-
paling sebesar 1-2 jari dan cervix tidak merata, jika kita memasukan jari ke
dalam cavum uteri maka teraba uterus yang kosong. Jika keadaan ini tidak
lekas ditolong dengan laparotomi maka anak akhirnya mati.
4. Kehamilan Ovarial
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan ruptur pada hamil muda. Untuk
mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari Spiegelberg.
5. Kehamilan Cervical
Kehamilan cervical jarang sekali terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lendir
cervix. Denagn tumbuhnya telur, cervix mengembung. Kehamilan cervix biasanya
berakhir pada kehamilan muda, karena menimbulkan perdarahan hebat yang
memaksa pengguguran.
Plancenta sukar dilepasskan dan pelepasan placenta menimbulkan perdarahan
hebat hingga cervix perlu ditampon atau kalau ini tidak menolong dilakukan
hysterektomi.
8
C. Patofisiologi
9
Faktor Uterus Faktor Tuba Faktor Ovarium
Kehamilan Ektopik
H. Esterogen
H. Progesteron
Kantong Kehamilan dalam tuba
Laparatomi
Ketakutan
Usterus membesar dan lembek
Decidua
Kematian Janin
Resiko Perdarahan
Pembukaan Pembuluh Darah o/ vili kariotes
Duka Cita Ruptur Tuba
Perdarahan
Kehilangan Hb dan sel darah
Pelepasan mediator prostaglandin, bradikinin Histamin
Merangsang Nosiseptor
Otak
Medula spinalis
Persepsi Nyeri
Nyeri Akut
Resiko Anemia
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai dsidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa factor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormone estrogen dan progesterone dari korpus luteum graviditatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek; endometrium dapat berubah pula menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik, hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang atau berbusa dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan tersebut hanya ditemukan pada sebagian kehamilan ektopik.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping-keping, tetapi kadang-kadang dilepaskan secara utuh, perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang degeneratif.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin bertumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini atau diresorbsi
Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang, dan dengan muah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa, hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan midigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya, tergantung pada derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian didorong oleh darah kea rah ostium tuba abdominal. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus ke lumen tuba lebih sering terjadi pada kehamilan pars ampullaris, sedangkan penebusan dinding tuba oleh villi korialis ke arah peritoneum biasanya terjadi pada
10
kehamilan pars ismika. Perbedaan ini disebabkan karena lumen pars ampullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan hasil konsepsi dibandingkan dengan bagian ismus dengan ,lumen sempit.
Pada pelepasan hasil konsepsi yang tak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus berlangsung dari sedikit-sedikit oleh darah, sehingga berubah menjadi mola kruenta. Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (hematosalping), selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba. Darah ini akan berkumpul di kavumDouglasdan akan membentuk hematokel retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba
Rupture tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya rupture pada pars interstisial terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Factor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian. Bila pseudokapsularis ikut pecah, maka terjadi pula perdarahan dalam lumen tuba. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominal.
Bila pada abortus dalam tuba ostium tuba terseumbat, rupture sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini dinding tuba, yang telah dilapisi oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang rupture terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan ligamentum itu. Jika janin hidup terus, terdapat kehamilan intraligamenter.
Pada rupture ke rongga perut seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Bila penderita tidak dioperasi dan tidak meninggal karena perdarahan, nasib janin bergantung pada kerusakan yang diderita dan tuanya kehamilan. Bila janin mati dan masih kecil dapat diresorbsi seluruhnya, bila besar, kelak dapat diubah menjadi litopedion.
Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan dengan plasenta masih utuh,kemungkinan tumbuh terus dalam ongga perut, sehingga akan terjadi kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencakupi kebutuhan makanan janin, plasenta dari tuba akan meluas implantasinya ke jaringan sekitarnya, misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.
11
D. Gejala - Gejala Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik biasanya baru memberikan gejala-gejala yang jelas dan khas
kalau sudah terganggu. Kehamilan ektopik yang muda dan masih utuh, gejala-
gejalanya sama dengan kehaamilan muda yang intrauterin. Kalau kita
membicarakan tentang gejala kehamilan ektopik biasanya yang dimaksud
adalah kehamilan ektopik yang tergangu. Gejala khas dari kehamilan ektopik
terganggu ialah seorang wanita yang sudah terlambat haidnya, nyeri perut kadang-
kadang jelas lebih nyeri sebelah kiri atau sebelah kanan. Selanjutnya pasien pusing
dan kadang-kadang pingsan, sering keluar sedikit darah per vaginam. Pada
pemeriksaan di dapatkan seorang wanita yang pucat dan gejala-gejala shock. Pada
palpasi perut ternyata adalah tegang dan pemeriksaan dalam sangat nyeri terutama
jika servik digerakan atau pada perabaan cavum Douglasi (formix posterior); mungkin
juga teraba tumor yang lunak kenyal.
Gejala-gejala yang terpenting adalah :
1. Nyeri perut : Gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada hampir
semua penderita. Nyeri perut ini datang setelah mengangkat benda yang berat,
buang air besar tapi kadang-kadang pada waktu pasien sedang beristirahat.
2. Amenorrhoe : Walaupun amnerrhoe sering dikemukakan dalam anamnesa,
kita tidak boleh menarik kesimpulan bahwa kehamilan tuba tidak mungkin
kalau gejala ini tidak ada. Lebih-lebih pada wanita Indonesia, yang kurang
memperhatikan haidnya, perdarahan patologis yang disebabkan oleh
kehamilan ektopik dianggap haid biasa.
3. Perdarahan per vaginam : Dengan matinya telur decidua mengalami
degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini
pada umunya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan
pikiran kita ke abortus biasa.
4. Shock karena hipovolaemia : Tanda shock lebih jelas bila passien duduk, juga
terdapat oliguria. Kedua gejala ini dapat dicari sebelum pasien
memperlihatkan gejala shock yang jelas.
5. Nyeribahu dan leher (iritasi diagfragma).
6. Nyeri dada palpasi; perut penderita biasanya tegang dan agak gembung.
12
7. Nyeri pada toucher : terutama kalau cervix digerkan atau pada perabaan
cavum Douglasi (nyeri di goyang).
8. Pembesaran uterus : pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena
pengaruh hormone-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil
dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intra uterin yang sama umurnya.
9. Tumor dalam rongga panggul : dalam rongga panggul teraba tumor lunak
kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
10. Gangguan kencing : kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena
perangsangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
11. Perubahan darah : dapat di duga bahwa kadar hemoglobin turun pada
kehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam
rongga perut, bahwa turunnya Hb disebabkan karena darah diencerkan oleh air
dari jaringan untuk mempertahankan volume darah.
Hal ini memerlukan waktu 1-2 hari. Jadi, mungkin pada pemeriksaan Hb yang
pertama-tama kadar Hb belum seberapa turunnya, maka kesimpulan adanya
perdarahan di dasarkan atas pernurunan kadar Hb pada pemeriksaan Hb yang
berturut-turut.
Perdarahan juga menimbulkan naiknya angka leucocyt : pada perdarahan yang
hebat angka leucocyt tinggi, sedangkan pada perdarahan sedikit demi sedikit
leucocyt normal atau hanya naik sedikit.
Gejala – Gejala Khusus Kehamilan Abdominal
Kehamilan abdominal biasanya baru didiagnosa jika kehamilan sudah agak
lanjut :
1. Segala tanda – tanda kehamilan pada ada tapi pada kehamilan abdominal
biaanya pasien lebih menderita, karena perangsangan peritoneum, misalnya
sering mual, muntah, gembung perut, obstipasi atau diarrhoe , dan nyeri perut
sering dikemukakan.
2. Pada kehamilan abdominal sekunder mungkin pasien pernah mengalami sakit
perut yang disertai pusing atau pingsan ialah waktu terjadinya rupture tubae.
3. Tumor yang mengandung anak (tidak pernah mengeras kontraksi Braxton
Hicks).
4. Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu.
13
5. Bunyi jantung anak lebih jelas terdengar.
6. Bagian anak lebih mudah teraba karena hanya terpisah oleh dinding perut.
7. Disamping tumor yang mengandung anak kadang-kadang dapat diraba tumor
yang lain ialah rahim yang membesar.
8. Pada RÖ foto perut biasanya nampak kerangka anak yang tinggi letaknya dan
berada dalam letak paksa.
9. Pada foto lateral nampak bagian-bagian janin menutupi vertebrae ibu .
10. Adanya souffle vaskuler medial dari spina iliaca. Suplai ini diduga berasal
dari arteria ovarica.
11. Jika sudah ada his dapat terjadi pembukaan ± sebesar 1 jari dan tidak menjadi
lebih besar; jika kita masukan jari ke dalam cavum uteri maka ternyata uterus
kosong.
E. Komplikasi Kehamilan Ektopik
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis mencakup pengangkatan kehamilan ektopik melalui pembedahan,
perbaikan atau pengangkatan tuba dan pengontrolan perdarahan. Penatalaksanaan juga
berupa metotreksat sebagai penunjang pembedahan, yang mencakup:
Injeksi metroteksat intramuscular dosis tunggal atau dosis ganda pada
penatalaksanaan selain pembedahan: untuk menghancurkan jaringan trofoblastik bila
massa belum pecah dan berukuran 4cm atau kurang dengan menggunakan USG
Leucovorin intramuscular: untuk mengurangi efek metotreksat
Pemantauan β-hCG serum setia hari hingga tidak terdeteksi bila menggunakan
metotreksat: untuk memastiakan bahwa tidak ada jaringan trofoblastik viable yang
tersisa
14
Pemantauan hitung darah, hitung trombosit, dan kadar enzim hati jika menggunakan
metotreksat: dalam dosis tinggi metotreksat dapat menyebabkan supresi sum-sum
tulang atau hepatotoksisitas
Bagi klien yang mengalami nyeri koloik abdomen ketika mendapatkan terapi
metotreksat, hospitalisasi mungkin diperlukan untuk observasi: untuk membedakan
antara nyeri abdomen transien yang diakibatkan oleh terapi yang berhasil dan nyeri
akibat kehamilan ektopik yang mengalami rupture
G. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya
sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Subjektif: tanda awal meliputi gejala awal kehamilan, periode menstruasi abnormal
(khususnya setelah periode menstruasi yang terlewat), nyeri pada bagian yang terganggu
yang meningkat mulai dari nyeri tumpul hingga kolik.
Tanda rupture tuba atau rupture yang akan segera terjadi mencakup mual muntah, pusing atau
pingsan, malaise, nyeri abdomen, (unilateral, bilateral, atau menyebar; mungkin tiba-tiba dan
akut), nyeri alih pada bahu atau leher dan nyeri rectum.
Objektif: gejala awal mencakup perdarahan (perdarahan bercak) vagina ringan periodik ,
tidak nyeri, anemia, tes kehamilan positif.
tanda rupture tuba atau rubtur yang akan terjadi mencakup demam ringan (37,2˚C sampai
37,8˚C), tanda syok (takikardi atau penurunan TD setelah rupture), masa adneksa atau begah,
perdarahan vagina berwarna merah gelap atau coklat, nyeri servikal hebat pada saat
pemeriksaan vagina dan tanda Cullen (ekimosis di sekitaran umbilikus)
1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang.
15
3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :
o Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
o Riwayat kesehatan masa lalu
o Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami
oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.
10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat
sakit.
Pemeriksaan Diagnostik
Β-hCG kuantitatif (diulang dalam 48 jam jika rendah): menidektifikasi kadar yang
turun atau rendah
Usg transvaginal (jika β-hCG mengidentifikasikan gestas dalam 6 minggu):
menunjukan tidak adanya kehamilan intrauteri
Laparoskop: memperlihatkan kehamilan di luar uterus dan/ rupture tuba fallopi
16
Kuldosentesis: menunjukan darah bukan bekuan
Hitung sel darah putih mungkin meningkat
Hitung sel darah merah, Hb, dan Ht menurun
Laju endap darah (LED) mungkin meningkat
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi
Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya.
Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
o Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
o Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
o Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan
tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
o Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
o Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
17
Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Diagnosa Keperawatan
1) Asuhan Kalaborasi (standar) untuk semua ibu yang mengalami
kehamilan ektopik
Komplikasi Potensial pada Kehamiln Ektopik : HEMORAGI
Komplikasi Potensial pada Kehamilan Ektopik : ILEUS
PARALITIK
Komplikasi Potensial pada Kehamilan Ektopik : ANEMIA
Komplikasi Potensial Intervensi Bedah pada Kehamilan
Ektopik : Infeksi
Komplikasi Potensial Intervensi Bedah pada Kehamilan
Ektopik : Sentisasi Rh
2) Rencana Asuhan Keperawatan Individual
Nyeri Akut
Ketakutan
Duka Cita Adaptif
18
ASUHAN KOLABORASI (STANDAR) UNTUK SEMUA IBU YANG MENGALAMI
KEHAMILAN EKTOPIK
Lakukan pengkajian komprehensif untuk mengidentifikasi kebutuhan individu terhadap penyuluhan,
dukungan emosi dan perawatan fisik
KOMPLIKASI POTENSIAL pd kehamiln ektopik : HEMORAGI
Lihat rencana asuhan keperawatan kolaborasi umum komplikasi ptensial: hemoragi di bab4
Pengkajian fokus Rasional
1. Ukur tnda-tanda vital yang
denyut nadi pernaoasan dan
TD
2. Kaji adanya perdarahan yang
tampak (jumlah dan
karakteristik)
3. Kaji adanya tekanan dan/
nyeri abdomen bawah selain
bahu
4. Observasi adanya gangguan
pencernaan (“nyeri uluh
hati.”) berat
5. Kaji setiap nyeri hebat dan
tiba-tiba
6. Dapatkan specimen urine.
1. Membatu mendiagnosis perdarahan
tersembunyi di dalam peritoneum. Tanda-
tanda vital pada mulanya mungkin tetap
dalam batas normal. Dengan volume
intravascular yang berkurang TD menurun,
tekanan nadi menyempit, dan nadi serta
pernapasan meningkat untuk mengompensasi
TD yang rendah karna sebagian besar
perdarahan adalah internal, evaluasi terhadap
tanda-tanda vital harus dilakukan. Bagi ibu
yang mendapatkan terapi metotreksat yang
berhasil atau akibat kehamilan ektopik yang
menglami rupture. Bila ibu mengalami
hipotesi, takikardia ortostatik, atau HT turun,
rupture tuba dapat dicurigai dapat terjadi dan
sebaiknya dapat dilakukan pembedahan.
2. Setelah kematian embrio didalam tuba
jaringan desidua akan hancur sehingga
menyebatkan perdarahan bercak vagina
3. Setelah kematian embrio plasenta terlepas
secara perlahan lahan dan darah berkumpul
dalam cul-de-sac. Tekanan pada saraf frenikus
menyebabkan nyeri alih pada bahu. Tekanan
19
dan nyeri biasanya timbul sebelum terjadi
rupture tuba dan perdarahan masiv.
4. Rupture tuba kadang kadang dimanifestasikan
dengan gangguan pencernaan berat atau nyeri
ulu hati yang disebabkan oleh iritasi saraf
akibat volume darah yang banyak di dalam
abdomen.
5. Nyeri hebat biasanya muncul akibat rupture
tuba, dan selanjutnya syok hipopolemik dapat
terjadi dengan cepat karna darah amsuk ke
rongga peritoneum. Nyeri kolik abdomen
sementara juga lazim terjadi pada ibu yang
mendapat terapi metotriksat sebagai
penunjang pembedahan. Nyeri biasanya
berlangsung selama 3 hingga 7 hari setelah
terapi awal dan bertahan hingga 4-12 jam.
Tanda-tanda vital dan pemeriksaan
laboratorium perlu dilakukan pada ibu ini
untuk menentukan penyebab nyeri.
6. Berat jenis yang tinggal adalah indicator
kekurangan volume cairan. Ketika darah
hilang ginjal akan menyimpan air dan natrium
sebagai upaya untuk menstabilkan tekanan
darah; dengan demikian, urine akan di
perketat dan volume akan berkurang.
Tindakan Keperawatan Prefentif Rasional
Tekankan identifikasi dini
bila terjadi perdarahan
Anjurkan ibu yang
mendapatkan terapi
metotreksat untuk
menghindari makanan yang
Tindakan ini membantu memulai intervensi
medis/beda sebelum terjadi rubtur tuba dan
perdarahan masiv
Menghindari diagnosis yang salah. Nyeri gas
akibat makanan ini mungkin dianggap keliru
untuk nyeri kalori yang menyertai terapi
20
menghasilkan gas
(mis,kubis,bawang)
Pasang kateter urin menetap
metotreksat atau untuk rubtur tuba
Untuk memantau dengan lebih mudah bila
terjadi perdarahan hebat. Haluaran urine
adalah indicator yang baik untuk kekurangan
volume cairan dan pemulihan hipopolemia
KOMPLIKASI POTENSIAL PADA KEHAMILAN EKTOPIK: ILEUS PARALITIK
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji bising usus (menurun) Ileusparalitik dapat terjadi karena
letak usus berdekata dengan bagian
yang terganggu. Selain itu,
pembedahan dan anastesia
menurunkan atau menghentikan
motilitas usus
TINDAKAN KEPERAWATAN
PREVENTIF
RASIONAL
Dorong ambulansi
Pertahankan status puasa hingga
bising usus dapat di auskultasi
Menstimulasi usus, yang
meningkatkan peristaltic dan
pergerakan flatus
Mencegah mual dan muntah yang di
sebabkan oleh distensi lambung
Karen tidak ada motilitas usus
KOMPLIKASI POTENSIAL PADA KEHAMILAN EKTOPIK: ANEMIA
Lihat rencana asuhan keperawatan kolaborasi umum komplikasi potensial : anemia
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji adanya hitung Hb dan sel darah Jumlah eritrosit dalam sirkulasi
21
merah yang rendah berkurang akibat perdarahan sehingga
jumlah Hb tidak adekuat, dan
kapasitas darah mengngankut oksigen
berkurang
KOMPLIKASI POTENSIAL INTERVENSI BEDAH PADA KEHAMILAN EKTOPIK:
infeksi
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji sushu (meningkat)
Kaji adanya nyeri abdomen
Kaji indicator diagnostic (MIS, Sel
darah putih lebih dari 10.000,
pergeseran neutrofil ke kiri).
Sebagai akibat dari organism yang
menimbulkan infeksi atau inflamasi
atau respons imun ibu, suhu tubuh di
atur pada level yang lebih tinggi dari
normal. Demam adalah mekanisme
protektif untuk menyingkirkan
organism pathogen dari tubuh
Darah di dalam rongga peritoneum
mengakibatkan inflamasi peritoneum,
yang menyebabkan pembengkakan
(terlihat seperti distensi) dan nyeri.
Produksi limfosit meningkat sebagai
bagian dari pertahanan tubuh
melawan pathogen. Persentase sel
darah putih spesifik yang di produksi
akan bergeser (berubah) bergantung
pada jenis organism yang
menginfeksi.
Tindakan Keperawatan Preventif Rasional
Jelaskan tanda dan gejala infeksi pada
klien
Untuk deteksi dan penanganan dini.
Akibat kehilangan darah yang
22
Berikan antibiotic sesuai program
medis
Pertahankan asepi medis dan bedah
banyak, mekanisme resistensi bawaan
tubuh mengalamai kerusakan (MIS,
Fagosit dan antibody hilang), yang
mencetus infeksi pada individu
Tindakan ini merupakan profilaksisi
infeksi
Mencegah masuknya patogen
KOMPLIKASI POTENSIAL INTERVENSI BEDAH PADA KEHAMILAN EKTOPIK:
SENTISASI Rh
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji factor Rh Semua ibu yang memiliki Rh-negatif
mendapat imunoghlobulin Rh6D untuk
mencegah sentisisasi jika janin memiliki Rh
positif atau Rh tidak di ketahui. Apakan
terjadi isoimunisasi atau tidak bergantung
pada usia gestasi pada saat rupture. Sebelum
usia generasi 6 hingga 8 minggu, darah janin
yang ada mungkin tidak cukup untuk
menyebabkan sentisisasi. Karena pengarus
isoimunisasi dapat membahayakan, RhoGAM
biasanya diberikan sebagai pencegahan,
bahkan bila rupture terjadi pada awal
kehamilan
Tindakan Keperawatan Preventif Rasional
Berikan RhoGAM dalam 72 jam
setelah rupture tuba/ pembedahan
Untuk mencegahisoimunisasi dan
kerusakan pada janin berikutnya
KOMPLIKASI POTENSIAL INTERVENSI BEDAH PADA KEHAMILAN EKTOPIK:
23
INFERTILITAS ATAU KEHAMILAN EKTOPIK BERULANG
Pengkajian Fokus Rasional
Kaji tingkat pengetahuan ibu atau
keluarga
Jika satu tuba rusak atau telah
diangkat, resiko kehamilan ektopik
berulang menjadi lebih besar. Selain
itu tuboplasti tidak menjamin
fertilisasi selanjutnya. Diskusi
megenai kehamilan di masa depan
dan penilaian terhadap pemahaman
ibu harus dilakukan sehingga
penyuluhan yang tepat dapat
direncanakan
Tindakan Keperawatan Preventif Rasional
Jelaskan dan tinjau tanda implantasi
ektopik
Berikan penyuluhan mengenai
metode kontrasepsi sesuai kebutuhan
Anjurkan untuk mengobati infeksi
genetalia. IMS, dan pelvic
inflammatory disease(PID)
secepatnya
Untuk drtrksi dini pada kehamilan
selanjutnya
Kontrasepsi harus digunakan
sekurang-kurangnya tiga siklus
menstruasi untuk memberikan
kesempatan pemulihan. AKDR dapat
menyebabkan kehamilan ektopik
Factor tersebut mendorong terjadinya
kehamilan ektopik dengan
menyebabkan pembentukan jaringan
parut pada tuba fallopi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDUAL
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik
Diagnosis keperawatan : Nyeri akut
Factor yang berhubungan: tekanan yang disebabkan oleh pengumpulan darah di dalam cul-
24
de-sac, nyeri alih (bahu), rupture padatuba fallopi, pengumpulan darah di dalam rongga
peritoneum.
Batasan karakteristik: mengungkapkan nyeri pada abdomen, bahu atau punggung (mungkin
ringan atau berat; tumpul atau kolik); prilaku berjaga;meringis,otot tegang; peningkatan nadi,
TD dan respons simpatis lain.
Hasil Noc Tujuan Dan Kriteria Evaluasi
Tingkat kenyamanan(2100): tingkat
ketentraman fisik dan psikologis
Pengendalian nyeri (1605): tindakan
personal untuk mengendalikan nyeri
Efek yang mengganggu (2101):
pengaruh nyeri yang mengganggu
emosi dan prilaku yang dilaporkan
atau diobservasi
Tingkat nyeri (2102): keparahan
nyeri yang dilaporkan atau
ditampilkan
Merasa puas dengan pengendalian
nyeri (mis,. Kurang dari 3 pada skala
1 hingga 10).
Meperlihatkan kemampuan untuk
berkonsentrasi dan berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan diri.
Tidak ada tanda fisik nyeri (mis,.
Ekspresi wajah, kegelisahan,
perubahan tanda-tanda vital,
mengerang)
Intervensi Nic
Pemberian analgesic (2210): menggunakan agens farmakologi untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Penurunan ansietas (5820): memin imalkan rasa cemas, takut yang ekstrim, persangka
buruk, atau gelisah yang berhubungan dengan sumber baya yang diperkirakan, namun
tidak diketahui
Penatalaksanaan lingkungan: kenyamanan (6482): memanipulasi lingkungan klien
untuk meningkatkan kenyamanan secara optimal
Penatalaksanaan nyeri (1400): mengurangi atau meredakan nyeri ketingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh klien
Sentuhan terapeutik (5465): menyesuaikan dengan medan penyembuhan yang universal,
bertindak sebagai instrument untuk mendapatkan efek efek menyembuhkan, dan
25
menggunakan kepekaan alami tangan untuk memuaskan dan mengarahkan proses
intervensi dengan lembut
Tindakan Keperawatan Rasional
Pengkajian
Tentukan sifat, keparahan, dan lokasi
nyeri (dengan menggunakan skala 1
hingga 10)
Penyuluhan klien atau keluarga
Jelaskan semua prosedur dan jawab
pertanyaan mengenai diagnosis dan
prognosis
Tindakan kolaborasi
Untuk nyeri hebat, berikan narkotik,
sesai program atau prosedur
Jika ibu mrndapatkan metotreksat, iya
tidajk boleh menggunakan obat yang
lebih kuat dari ibuprofen untuk
mengatasi nyeri.
Memfasilitasi perencanaan intervensi
yang tepat (misalnya, tindakan non
farmakologi versus analgetik)
Lihat rencana asuhan keperawatan
ansietas di bab3. Ansietas
meningkatkan persepsi nyeri,
sedangkan informasi dapat
menurunkan ansietas
Tindakan ini biasanya dilakukan
sebagai bagian dari persiapan
pembedahan. Narkotik mengubah
transmisi dan persepsi impuls nyeri
pada system saraf pusat (SSP).
Pada situasi ini, penanganan yang
harus dilakukan tidak boleh keliru
mengatasi nyeri akibat efek
metotreksat dengan nyeri yang di
sebabkan oleh rupture tuba. Jika nyeri
tidak dapat dikendalikan secara
adekuat dengan ibuprofen, ibu harus
menghubungi penyediaan layanan
kesehatan secepatnya.
Ansietas meningkatkan persepsi
nyeri.
26
Lain-lain
Mulai tindakan untuk mengurangi
ansietas (lihat rencana asuhan
keperawatan ketakutan, dibawah ini
Diagnosis keperawatan : KETAKUTAN
Rujuk pada rencana suhan keperawatan umum ketakutan di bab3
Faktor yang berhubungan dengan: kondisi ibu yang serius, awitan nyeri akut yang tiba-tiba,
ancaman terhadap fertilitas di masa depan
Batasan karakteristik: otot tegang, stimulasi simpatis, ketidak mampuan berkonsentrasi dan/
mematuhi perintah, dilatasi pupil
Hasil noc
Sama dengan rencana asuhan
keperawatan umum di bab3
Tujuan dan kriteria evaluasi
Ibu dan atau pasangan (keluarga)
Berkonsentrasi dan berpartisispasi
dalam pengambilan kepeutusan
menyangkut perawatan dan penangan
diri
Mengidentifikasi dan menggunakan
individu pendukung (misalnya,
pasangan, pemberi asuhan)
Mengungkapkan penerimaan terhadap
situasi
Meminta bantuan saat diperlukan.
27
Intervensi Nic
Teknik penanganan : menurunkan ansietas pada klien yang mengalami distress akut, kehadiran:
ditemani individu lain, secara fisik dan psikologi, selama dibutuhkan, terapi relaksasi sederhana:
menggunakan teknik untuk mendukung dan mencapai relaksasi guna mengurangi tanda dan gejala
yang tidak diinginkan, seperti nyeri, otot tegang, atau ansietas. Sentuhan :memberikan kenyamanan
dan komunikasi melalui kontak taktil yang bertujuan :
Tindakan keperawatan Rasional
Penyuluhan klien atau keluarga
Tunda penyuluhan hingga klien pulih
dari pembedahan dan nyeri sudah
terkontrol
Lain-lain
Bersikap supportif terhadap metode
kopping yang dipilih ibu dan tidak
menghakimi respon emosional ibu
Untuk tindakan keperawatan lain,
lihat rencana asuhan keperawatan
ansietas/ketakutan pada topic
perdarahan antepartum (plasenta
prefia dan abrubsio plasenta) di
bawah ini.
Untuk memastikan daya terima
terhadap penyuluhan. Nyeri,
anestetik, dan ansietas mengganggu
kemampuan ibu untuk berkonsentrasi
atau belajar.
Karena kehamilan ektopik dapat
disebabkan oleh IMS dan
mengakibatkan PID , ibu mungkin
menganggap kehamilan ektopik
sebagai “hukuman”. Dukungan yang
tulus dari perawat menunjukan sikap
yang tidak menghakimi
Diagnose keperawatan : DUKA CITA ADAPTIF
Factor yang berhubungan: kehilangan janin akibat rupture tuba fallopi atau pembedahan;
kemungkinan intefertilitas setelah rupture tuba
28
Batasan karakteristik mengungkapkan kemarahan, kehilangan, dan bersalah; mengingkari
kemungkinan kehilangan janin; menarik diri dan menolak untuk berkomunikasi; menangis.
Hasil noc
Koping (1302): tindakan untuk
mengatasi stressor yang membebabni
sumber daya individu-
Koping keluarga (2600): tindakan
keluarga untuk mengatasi stressor
yang membebani sumber daya
keluarga
Resolusi duka cita (1304):
penyesuaian terhadap kehilangan
yang akan terjadi atau actual
Adaptasi psikososial : perubahan
hidup (1305) penyesuaian psikososial
individu terhadap perubahan hidup
Tujuan dan kriteria evaluasi
Ibu dan/atau pasangan (keluarga)
Mengidentifikasi menggunakan
strategi koping yang efektif
Mencari bantuan professional sesuai
kebutuhan
Saling mengungkapkan dan berbagi
perasaan secara terbuka
Mengungkapkan realitas terhadap
kehilngan
Mengungkapkan penerimaan terhadap
kehilangan
Maju melewati tahap berduka
Mengungkapkan optimisme tentang
masa depan
Intervensi Nic
Mendengar aktif (4920): memperhatikan dengan cermat dan memahami pesan verbal dan
nonverbal klien. Dukungan emosi (5270): memberikan kenyamanan, penerimaan, dan
dukungan selama stress berlangsung. Fasilitasi penyaluran duka cita (5290): memberikan
bantuan untuk kehilangan yang berarti. Pemberian harapan (5310): memfasilitasi timbulnya
pandangan positif terhadap situasi yang sedang terjadi. Kehadiran(5340): membantu klien
untuk merasakan keseimbangan dan hubungan dengan kekuatan yang lebih besar.
Peningkatan system pendukung (5440): memfasilitasi dukungan untuk klien oleh keluarga,
teman, dan masyarakat.
TINDAKAN KEPERAWATAN RASIONAL
29
Pengkajian
Observasi ekspresi bersalah, marah,
dan menangis.
Perhatiak bahasa tubuh, serta nada
dan perubahan suara.
Kaji ketersedian system dukungan
(mis., keluarga besar, dukungan
financial).
Penyuluhan klien/keluarga
Berikan informasi yang realistis
mengenai kemungkinan kehamilan
berikutnya dan kehamilan ektopik
berulang.
Jelaskan tahap proses berduka.
Tegaskan bahwa kondisi ini bukan
kehamilan normal dan tidak akan
menghasilkan bayi yang sehat.
Dengan mengidentifikasi tingkat
ketakutan/ansietas memudahkan
pilihan intervensi.
Klien/keluarga perlu merasa yakin
bahwa perawat tenang dan
mengendalikan situasi. Perilaku non
verbal dapatmencerminkan ansietas
yang tidak di ungkapkan dengan kata
kata perawat.
Kedua pasangan mungkin merasa
berduka; oleh sebab itu, dukungan
dari keluarga besar dan teman
mungkin diperlukan untuk
memfasilitasi penyesuaian dan
adaptasi.
Menglarifikasi setiap informasi yang
salah; membantu mengurangi rasa
bersalah; dan memfasilitasi adaptasi
Membantu mempertahankan harga
diri dengan mendorong pasangan
untuk menyadari bahwa perasaan
tersebut adalah normal
Beberapa ibu yang sangat menentang
aborsi mungkin mengalami kesulitan
untuk memahami perlunya terminasi
kehamilan, bahkan untuk
menyelamatkan hidup mereka
Ibu dan keluarga mungkin
mempunyai kebutuhan spiritual yang
30
Tindakan kolaborasi
Sediakan penasehat spiritual sesuai
pilihan ibu
Rujuk untuk konseling atau kelompok
pendukung jika diperlukan.
Lain-lain
Dorong ibu atau keluarga untuk
mengungkapkan perasaan berduka
dengan cara membuat dengan cara
yang membuat mereka merasa
nyaman.
Dorong untuk mengungkapkan
perasaan cemas, marah, atau sedih.
Berikan dukungan yang sesuai
dengan fase berduka (mis.,
menyangkal, marah, tawar menawar
dan menerima).
Bersikap peka terhdap kebutuhan dan
praktik budaya serta spiritual (mis.,
fasilitasi penggunaan doa dan ritual
keagamaan lain).
Temani ibu, namun jangan
mengharapkan adanya interaksi atau
tidak dapat dipenuhi oleh perawat
Konseling dan aktifitas kelompok
bersama individu lain yang memiliki
pengalaman sama (mis., kehilangan
janin) dapt membantu pasangan
menjalani proses berduka.
Memfasilitasi komunikasi terbuka;
perasaan harus dapat diungkapkan
agar dapat diatasi.
Memfasilitasi komunikasi terbuka;
perasaan harus diungkapkan agar
dapat diatasi. Marah, cemas, dan
sedih adalah perasaan yang biasa
muncul ketika terjadi kehamilan tuba
Membantu ibu/ keluarga melewati
tahap berduka dan mengatasinya
dengan baik.
Individu dari semua budaya dan
agama mengalami duka cita. Akan
tetapi, cara mereka
mengungkapkannya mungkin sangat
berbeda. Intervensi keperawatan harus
disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan individu
Meningkatkan keamanan dan
mengurangi ketakutan; jika ibu
dikuasai oleh stimulus berbicara dapat
meningkatkan stress. Tingkat ansietas
yang tinggi mengganggu kemapuan
klien untuk berkomunikasi dan
membuat keputusan .
Membantu mengurangin ansietas
31
pengambilan keputusan saat terjadi
stress akut (mis,. Tepat sebelum
operasi, selama periode nyeri akut,
ketika baru mengetahui diagnosis
kehamilan tuba).
Gunakan sentuhan untuk
menyampaikan perhatian, jika
diperlukan.
Hindari kalimat klise (mis.,”seiring
waktu kamu akan merasa lebih baik”;
“ini pasti kehendak tuhan”; “aku
mengerti perasaanmu”).
Jelaskan pada teman dan keluarga
bagaimana mereka dapat membantu.
dengan meningkatkan perasaan aman
dan percaya. Sentuhan dapat
memberian penanganan dan
menyampaikan perhatian.
Kalimat tersebut mengecilkan
perasaan dan menghambat
komunikasi.
Anggota keluarga mungkin berharap
dapat membantu, namun memerlukan
bimbingan mengenai detail yang
spesifik. Keluarga dapat merasa ragu-
ragu sebab mereka menganggap
perawat sebagai orang yang ahli, atau
karena mereka takut akan menyakiti
ibu.
32