Upload
trinhnhi
View
232
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. (Engram, 1999)
Hipertensi adalah tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. (Doenges, 2000)
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Smeltzer ,
2001)
Hipertensi adalah tekanan darah secara terus menerus hingga melebihi
batas normal, tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg. (Reeves, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan
darah diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg menetap atau secara terus-menerus
serta mempunyai rentang dari tekanan darah normal tinggi hingga hipertensi
maligna.
Klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tingginya tekanan
darah(TD) dan etiologinya. Klasifikasi berdasarkan tingginya TD pada
penderita 18 tahun ke atas menurut The Joint National Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of high blood pressur, Amerika
7
Serikat, dalam laporannya yang ke-5 pada tahun 1992 (JNC-V), dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel A.1. Klasifikasi tekanan darah (TD)
Kategori TDD (mmHg) TDS (mmHg)
Normal < 85 <130
Normal tinggi 85-89 130-139
Hipertensi
Tingkat 1 ( ringan ) 90-99 140-159
Tingkat 2 ( sedang ) 100-109 160-179
Tingkat 3 ( berat ) 110-119 180-209
Tingkat 4 (
sangatbe
rat )
≥ 120 ≥ 210
Sumber: Arini. 1997. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.
8
B. Anatomi dan Fisiologi
Gambar b.1anatomi jantung
Menurut Guyton Arthur C 1997 sistem sirkulasi adalah sarana untuk
menyalurkan makanan dan oksigen dari traktusdisvitus dan dari paru –
paru ke seluruh tubuh . Selain itu juga sistem sirkulasi merupakan sarana
untuk membuang sisa – sisa metabolisme dari sel – sel ke ginjal paru –
paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa metabolisme. Organ
sirkulasi mencakup jantung pembuluh darah dan darah.
9
Jantung itu terdiri atas tiga tipe otot jantung utama yakni : otot
atrium, otot ventrikel, dan serat otot khusus pengantar rangsangan dan
pencetus rangsangan. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan
cara yang sama yaitu otot rangka, hanya saja lama kontraksi otot – otot
tersebut lebih lama. Sebaliknya, serat-serat ini hanya mengandung sedikit
serta kontraktif, malahan serat- serat ini menghambat irama dan berbagai
dan berbagai kecepatan konduksi , sehingga serat ini bekerja sebagai
system pencetus rangasangan bagi jantung.
1. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut , terletak di dalam thorax,
diantara paru- paru dan agak lebih kekiri.
Strukturjantung
a. Atrium Kanan
Atrium kanan berada di sepanjang sebelah kanan jantung dan
terbuka pada bagian kirinya kedalam segitiga ventrikel kanan.
Atrium kanan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
darah, dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik
kedalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru.
b. Ventrikel kanan
Atrium ini berada pada bagian depan jantung, dan
memompakan darah keatas masuk ke arteri pulmonalis. Pada
kontraksi vertikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan kekuatan
yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang diterimanya
10
dari atrium ke sirkulasi pulmonal ataupun sirkulasi sistemik.
Ventrikel kanan yang berbentuk bulan sabit yang unik berguna untuk
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah , dengan resistensi yang
jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari sisi ventrikel kanan, di
bandingakan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah
dari ventrikel kiri. Karena itu beban kerja ventrikel kanan lebih
ringan di bandingkan dengan ventrikel kiri.
c. Atrium kiri
Atrium ini berbentuk persegi tidak beraturan dengan vena
pulmonalis masuk kedalam setiap sudutnya. Atrium kiri ini
menerima darah yang dioksigenasikan dari paru-paru melalui empat
vena pulmonalis antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak
terdapat katup sejati. Karena itu perubahan tekanan dalam atrium kiri
mudah sekali membalik retrograde kedalam pembuluh paru-paru.
d. Ventrikel Kiri
Dinding vertikel kiri jauh lebih tebal dibandingkan dinding
vetrikel kanan namun strukturnya sama. dinding yang lebih tebal di
perlukan untuk memompa darah teroksigenasi dengan tekanan tinggi
melalui sirkulasi sistemik.
e. Katup bikuspidalis
Katup yang menjaga aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kanan.
11
f. Katuptrikuspidalis
Katup yang terdapat antara atrium kanan dengan ventrikel
kanan yang terdiri dari 3 katup.
g. Endokardium
Merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam
sekali, yang terdiri dari jaringan indotel atau selaput lendir yang
melapisi rongga jantung.
h. Myocardium
Merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot
jantung, otot jantung ini membentuk bundalan-bundalan otot.
i. Pericardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkus, terdiri dari 2 lapisanyaitu lapisan perieatal dan viseral
yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
2. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu
a. Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventrikel kiri dan kanan beberpa
pembuluh darah arteri yang penting :
1) Arteri Koronia
Arteri yang mendarahi dinding jantung
12
2) Arteri subklavikula
Arteri bawah selangka yang bercabang kanan kiri leher dan
melewati aksila.
3) Arteri brachialis
Arteri pada lengan atas
4) Arteriradialis
Arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
5) Arterikarotis
Arteri yang mendarahi kepala dan otak
6) Arteri temporalis
Arteri yang teraba denyutan di depan telinga
7) Arteri facialis
Teraba denyutan di sudut kanan bawah
8) Arteri fulmonalis
Arteri yang berjalan kebawah menyusuri paha menuju
kebelakang lutut
9) Arteri tibia
Arteri pada kaki
10) Arteri pulmonalis
Arteri yang menuju ke paru-paru
b. Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari
13
bawah mikroskop. Kapiler pembentuk anyaman di seluruh jaringan
tubuh. Kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi
darah yang lebih besar disebut vena.
c. Vena ( pembuluh darah balik )
Vena membawa darah kotor kembali kejantung
Beberapa vena yang penting :
1. Vena cava superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan membawa darah
kotor dari daerah kepala, thorax dan ektremitas atas.
2. Vena cava inferor
Vena yang mengembalikan darah kotor kejantung dari semua
organ tubuh bagian bawah.
3. Vena cava jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak kejantung.
4. Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah istor kejantung dari paru-
paru.
C. Etiologi
Menurut Mansjoer 2001), Berdasarkan penyebabnya hipertensi
dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95%
kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik,
14
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Ha dan Ca
intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti :
obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer dan
sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. (Arif Mansjoer, 1999 :
518)
D. Patofisiologi
Menurut Mansjoer (2001), pada stadium permulaan
hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah difus (konsentrik). Rasio
massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri meningkat tanpa
perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif ventrikel kiri. Pada
stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus, hipertrofi
menjadi tidak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran darah
koroner menjadi eksentrik. Berkurangnya rasio antara massa dan
volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini, penurunan fraksi
ejeksi, peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik,
peningkatan konsumsi oksigen otot jantung koroner.
15
Walaupun tekanan perfusi koroner meningkat, tahanan
pembuluh koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran darah
koroner berkurang. Perubahan hemodinamika sirkulasi koroner pada
hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot jantung
(Mansjoer, 2001).
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran
darah koroner (Mansjoer, 2001), yaitu:
a. Penebalan arteri olkoroner, yaitu bagian dari hipertrofi umum otot
polos pembuluh darah resistensi arteriol (arteriolar resistance
vessels) seluruh badan. Kemudian terjadi retensi garam dan air
yang mengakibatkan bekurangnya compliance pembuluh ini dan
meningkatnya tahanan perifer.
b. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi eksentrik.
Peningkatan jarak difusi antara kapiler dan serat otot yang
hipertrofi menjadi faktor utama pada stadium lanjut dari
gambaran hemodinamik ini.
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi
akibat penyakit, meskipun tampak sebagai penyebab patologis
yang utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri.
16
E. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer (2001), menyatakan bahwa individu yang
menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada biasanya menunjukkan kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang
divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai responds
peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi
melawan sistemik yang meningkat. Apabila jantung tidak mampu
lagi menahan peningkatan beban kerja maka terjadi gagal jantung
kiri. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai
nokturia (Peningkatan urinasi pada malam hari) dan azotemia
(Peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin). Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan
iskemik trasien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada
satu sisi (Hemiplegi) atau gangguan ketajaman penglihatan
(Smeltzer : 2001 ).
F. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi
normal, mengobati payah jantung karena hipertensi, mengurangi
17
mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler dan menurunkan faktor
resiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau 3 faktor fisiologis
(Mansjoer, 2001) yaitu, menurunkan isi cairan intravakuler dan Na darah
dengan diuretik (golongan thiazide), menurunkan aktivitas susunan saraf
simpatis dan respons kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergik
dengan obat dari golongan antisimpatis (β bloker, ACEi dan ARB), dan
menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator (ISDN, Ca
antagonis).
G. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi potensial yang mungkin
terjadi mencakup :
1. Perdarahan retina
2. Gagal jantung kongestif
3. Insufiensi ginjal
4. Cedera serebrovaskuler (CVA : Cerebrovaskuler Accident) atau stroke.
H. Pengkajian fokus
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
Takipnea.
18
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit serebrovaskuler, Episode
palpitasi, perspirasi.
Tanda : - Kenaikan tekanan darah
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen obat)
- Nadi : denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis;
perbedaaan denyut seperti denyut femoral melambat
sebagai kompensasi denyutan radialis atau brakialis;
denyut popliteal, tibialis posterior, pedialis tidak teraba
atau lemah.
- Denyut apikal : PMI kemungkinan bergeser dan / sangat
kuat
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar, S3 (CHF dini);
S4 (pergeseran ventrikel kiri / hipertensi ventrikel kiri)
- Murmur stenosis valvular.
- Desiran vaskuler terdengar diatas karotis, femoralis atau
epigastrium.
- DVJ (Distensi Vena Jugularis)
- Ekstermitas :perubahan warna kulit, suhu dingin,
pengisian kapiler lambat.
19
3. Integritas Ego
Gejala : - Riwayat perubahan kepribadian, anastesi, depresi,
euforia atau marah kronik.
- Faktor-faktor stress multipel
Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak.
- Gerak tangan empati, otot muka tegang, gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
5. Makanan / Cairan
Gejala : - Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam tinggi lemak, tinggi kolesterol, gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
- mual muntah.
- perubahan berat badan akhir-akhir ini.
- riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : berat badan normal atau obesitas.
Adanya edema, kongesti vena, DVJ, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : - keluhan pusing / pening.
20
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital.
- episode kebas dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh.
- Gangguan penglihatan
- Episode epitaksis
Tanda : - Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, pola / isi
bicara, efek, proses pikir atau memori.
- respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan dan
reflek tendon dalam.
- Perubahan-perubahan retina optik
- Perubahan sklerotik dengan edema, atau papiledema.
7. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala
oksipital berat, nyeri abdomen.
8. Pernafasan
Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja.
- Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksismal.
- Batuk dengan / tanpa pembentukan sputum.
- Riwayat merokok.
Tanda : Distres respirasi / penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakles/mengi sianosis)
9. Keamanan
21
Keluhan / gejala : gangguan koordinasi / cara berjalan episode
parestesia unilateral transien hipotensi postural
10. Pembelajaran / penyembuhan
Gejala : - faktor-faktor risiko keluaran : hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit
serebrovaskuler / ginjal
- Faktor-faktor risiko etnik seperti orang Afrika –
Amerika, Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain : penggunaaan
obat/alkohol.
Pertimbangan : DGR menunjukkan rerata lamanya diarawat : 4,2
hari
Rencana pemulangan : - Bantuan dengan pemantauan diri tekanan
darah.
- Perubahan dalam terapi obat.
(Doenges, 2000 : 39-41)
Pemeriksaan Penunjang
11. Hemoglobin / Hematokrit.
Mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap vaolume cairan
(Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko terhadap
hiperkoagulabilitas, anemia.
22
12. Kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
13. Glukosa
Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
14. Elektrokardiografi
Dapat menunjukan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi.
15. Kalium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
16. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
17. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
18. Asam Urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi.
23
I. Pathway dan Masalah Keperawatan
Pola Makan Obesitas
Garam, Lemak
Aldosteron Penimbunan Kolesterol Tekanan darah
Meningkat, Retensi di pembuluh darah meningkat
Na dan air usia
Edema Arteriosklerosis
Vasokontriksi Aliran darah Tekanan vaskuler
Pembuluh darah serebral
Suplai O2 dan
nutrisi
Perfusi jaringan otak Fatique
Gangguan
keseimban
gan cairan
(kelebihan)
KKerusakan
integritas
kulit
Cardiac Output menurun Nyeri (pusing)
Perubahanperfusijaringan
Intoleransi aktivitas
24
Sinkope
(Brunner & Suddarth, 2001 : 899)
I. Pathway dan Masalah Keperawatan
aayyyyy
Resiko tinggi cidera Kurang pengetahuan
25
(Brunner & Suddarth, 2001 : 899)
J. Fokus Intervensi
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload vasokonstriksi.
26
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan curah jantung
kembali normal.
Kriteria hasil :- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan
tekanan darah / berat badan jantung.
- Mempertahankantekanandarahdalam rentang
individu yang dapat diterima.
- Memperlihatkaniramadanfrekuensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau tekanan darah.
b. Catat keberadaaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.
e. Catat edema umum / tertentu.
f. Berikan lingkungan tenang, nyaman.
g. Pertahankan pembatasan aktivitas.
h. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung
dan leher.
i. anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
j. berikan obat-obatan sesuai indikasi yang diberikan dokter.
(Doenges, 2000 : 43)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
27
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai tingkat
kemampuan.
Kriteria hasil: - Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan /
diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas
yang dapat diukur.
- Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi fisiologi.
Intervensi :
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
b. Kaji respon terhadap aktivitas.
c. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi.
d. Berikan dorongan untuk melakukan akivitas / perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi.
e. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
(Doenges, 2000 : 44-45)
3. Nyeri (akut), sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri
berkurang sampai dengan hilang.
Kriteria hasil: - Melaporkan nyeri / ketidaknyamanan hilang /
terkontrol
28
- Mengungkapkan metode yang memberikan
pengurangan.
- Mengkuti regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
a. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
b. Berikan tindakan nonfarmakologi menghilangkan sakit kepala.
c. Hilangkan atau minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila
terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung untuk
menghentikan perdarahan.
(Doenges, 2000 : 45-46)
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
produksi ADH dan retensi natrium / air.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan volume cairan
kembali seimbang.
Kriteria hasil : - Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan
keseimbangan masukan dan pengeluaran.
- Bunyi nafas bersih / jelas.
- Tanda vital dalam rentang yang dapat diterima.
- Berat badan stabil
- Tak ada edema.
29
Intervensi :
a. Pantau / hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran
selama 24 jam.
b. Buat jadwal pemasukan cairan, digabung dengan keinginan
minum bila mungkin.
c. Timbang berat badan.
d. Pantau tekanan darah dan CVP.
e. Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan / atau bunyi
tambahan.
f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.
(Doenges, 2000 : 59-61)
5. Risiko tnggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kerusakan
integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil : - Mempertahankan integritas kulit.
- Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah
kerusakan kulit.
Intervensi :
a. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area
sirkulasinya tergangggu/pigmentasi, atau kegemukan/kurus.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih.
30
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang
gerak pasif/aktif.
d. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban / ekskresi.
e. Hindari obat intra muskuler.
f. Berikan tekanan alternatif kasur, kulit domba, perlindungan
siku/tumit
(Doenges, 2000 : 62-63)
6. Risiko tingggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan
dengan penurunan / penghentian aliran darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
perubahan perfusi jaringan/perfusi jaringan adekuat.
Kriteria hasil : - Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara
individual seperti kulit hangat dan kering, ada nadi
perifer/kuat, tanda vital dalam batas normal, pasien
sadar/berorientasi.
- Keseimbangan pemasukan/pengeluaran, tak ada
edema, bebas nyeri/ketidaknyamanan.
Intervensi :
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu.
b. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin lembab, catat
kekuatan nadi prefer.
c. Kaji tanda homan, eritema, edema.
31
d. Dorong latihan kaki aktif/pasif, hindari latihan isometrik.
e. Pantau pernafasan, catat perubahan haluaran urine.
f. Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN, kreatinin,
elektrlit.
(Doenges, 2000 : 93)
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit, rencana pengobatan
berhubungan dengan kurangnya infrmasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan
pasien tentang penyakitnya bertambah.
Kriteria hasil : - Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan.
- Mengidentifikasi efek samping obat dan
kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
- Mempertahankan tekanan darah dalam parameter
normal.
Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.
b. Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal.
c. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh
darah, ginjal dan otak.
d. Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor-faktor risiko
kardiovaskular yang dapat diubah.
32
e. Atasi malalah dengan pasien untuk mengidentifikasi cara
dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk
mengurangi faktor risiko.
f. Instruksikan dan peragakan teknik pemantauan tekanan darah
mandiri.
g. Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan
makanan/cairan tinggi kalium.
h. Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium.
i. Anjurkan pasien memantau respons fisiologi sendiri terhadap
aktivitas.
j. Dorong pasien untuk membuat program olah raga sendiri seperti
olah raga aerobik yang pasien mampu lakukan.
k. Jelaskan tentang oabt bersamaan dengan rasional, dosis, efek
samping yang diperkirakan serta efek yang merugikan.
(Doenges, 2000 : 49)
8. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral
sekunder akibat sinkope.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
cidera.
Kriteria hasil : - Individu akan mengidentifikasi faktor-faktor yang
meningkatkan kemungkinan terhadap cidera.
33
- Individu akan mengungkapkan suatu keinginan
untuk melakukan tindakan pengamanan sehingga
mencegah cidera.
- Individu akan mengungkapkan suatu maksud untuk
melakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Intervensi :
a. Orientasi setiap pasien baru terhadap sekelilingnya.
b. Awasi individu secara ketat selama beberapa malam pertama
untuk mengkaji keamanan.
c. Gunakan lampu malam.
d. Ajarkan individu untuk meminta bantuan selama malam hari.
e. Pertahankan tempat tidur pada ketinggian yang paling rendah
selama malam hari.
f. Kaji adanya efek-efek samping obat-obat yang dapat
menyebabkan vertigo.
(Carpenito, 2000 : 211-214)