Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Karier
Menurut Gibson dkk (2000) karir merupakan urutan pengalaman dan
kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan dan yang menciptakan sikap dan
perilaku tertentu pada diri seseorang. Menurut Handoko (2000) karir adalah
seluruh pekerjaan atau jabatan yang ditangani atau dipegang selama kehidupan
kerja seseorang. Suatu karir terdiri dari urutan pengalaman atau suatu rangkaian
kerja yang dipegang selama kehidupan seseorang yang memberikan
kesinambungan dan ketentraman sehingga menciptakan sikap dan perilaku
tertentu.
Menurut Murray (dalam Mamat, 2009), menjelaskan bahwa karier dapat
dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan;
dalam hal ini seseorang memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai
perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai satu
rentang hidupnya sendiri. Definisi ini memandang karier sebagai rentangan
aktivitas pekerjaan yang diakibatkan olehadanya kekuatan inner person pada diri
manusia.
Surya (dalam Sunardi, 2008) menegaskan bahwa karir erat kaitannya
dengan pekerjaan, tetapi mempunyai makna yang lebih luas dari pada pekerjaan.
Karir dapat dicapai melalui pekerjaan yang direncanakan dan dikembangkan
secara optimal dan tepat, tetapi pekerjaan tidak selamanya dapat menunjang
8
pencapaian karir. Dengan demikian pekerjaan merupakan tahapan penting dalam
pengembangan karir. Sementara itu, perkembangan karir sendiri memerlukan
proses panjang dan berlangsung sejak dini serta dipengaruhi oleh berbagai factor
kehidupan manusia.
Munandir (dalam Sunardi, 2008) menyatakan bahwa karir erat kaitannya
dengan pekerjaan dan hal memutuskan karir bukanlah peristiwa sesaat ,
melainkan proses yang panjang dan merupakan bagian dari proses perkembangan
individu. Hoyt selanjutnya menjelaskan bahwa karir adalah totalitas dari
pengalaman pekerjaan/jabatan seseorang dalam sepanjang hidupnya.
2.2 Kemantapan Pengambilan Keputusan karier
Donald Super, (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2004), menjelaskan bahwa
manusia itu bisa melakukan banyak hal namun jalan ditempat dan perubahan yang
terjadi pada individu itu berkelanjutan. Teori ini merupakan model perkembangan
yang sangat komperehensif yang mencoba untuk menjelaskan berbagai pengaruh
penting pada seseorang saat mereka/individu mengalami peran dalam pengalaman
hidup yang berbeda dan berbagai tahap kehidupan. Berikut adalah beberapa
prinsip utama dari teori ini:
1) Setiap orang mempunyai potensi. Seseorang mempunyai kemampuan dan
bakat yang mereka kembangkan sesuai dengan peran kehidupan yang
berbeda dan membuat mereka mampu melakukan berbagai tugas dan
berbagai pekerjaan.
9
2) Dalam membuat pilihan kejuruan, seorang individu mengekspresikan
pemahaman dan konsep dirinya Orang-orang mencari kepuasan kerja
melalui karir dimana mereka dapat mengekspresikan diri mereka dan
menerapkan dan mengembangkan konsep-diri. Pengetahuan diri adalah
kunci untuk pilihan karier dan kepuasan kerja.
3) Pengembangan karir adalah kehidupan panjang dan terdiri dari lima tahap
utama kehidupan: Growth, Exploration, Establishment, Maintenance and
Disengagement. Setiap tahap memiliki seperangkat tugas unik dalam
pengembangan karirnya dan penghitungan untuk perubahan dan keputusan
yang orang dari karir awal hingga masa pensiun.
4) Ada lima tahapan berurutan. Seseorang melalui siklus dari masing-masing
tahapan ketika mereka mulai memasuki transisi karir.
Seseorang memainkan peran yang berbeda sesuai dengan kehidupannya
termasuk peran sebagai pekerja. Kepuasan kerja meningkat ketika self conceptnya
memandang working selfnya teritegrasi dengan peran kehidupannya. Teori ini
menekankan pada pentingnya pengembangan self concept. Menurut Super, self
concept berubah tiap waktu dan perkembangannya menghasilkan pengalaman
baru.
Super berpendapat bahwa jabatan pilihan dan kompetensi sejajar dengan
situasi kehidupan sesorang, disetiap waktu dan pengalaman. Super
mengembangkan konsep vocational maturaty, yang mungkin cocok atau tidak
dengan chronological age : siklus ini dialami seseoarang pada saat tahapan
dimana mengalamai transisi karir.
10
Adapun pentahapan – pentahapannya sendiri menurut tahapan usia berikut
karakteristiknya adalah sebagai berikut :
Tahapan Usia Karakteristik
Pertumbuhan
(growth)
Sejak lahir
hingga usia 14
atau 15
Pembentukan konsep diri, mengembangkan kapasitas, sikap,
minat, dan kebutuhan serta membentuk sebuah pemahaman
umum dari dunia kerja
Eksplorasi
(eksploration)
15 – 24 tahun ”try out” melalui kelas – kelas, pengalaman kerja, hobi – hobi.
Mengumpulkasn informasi yang relevan. Pilihan tentative dan
pengembangan skill – skill terkait.
Memulai
(establishment)
25 – 44 tahun Memasuki pembangunan skill dan stabilisasi melalui pengalaman
kerja
Pemeliharaan
(maintenance)
45 – 64 tahun Proses penyesuaian berlanjut untuk meningkatkan posisi
Penurunan
(decline)
65 tahun ke atas Mengurangi output, menyiapkan diri untuk masa pensiun
Individu berubah seiring waktu dan pengalaman, serta mengalami kemajuan
melalui tahapan perkembangan vokasional berikut ini:
Vokasional Usia Karakteristik Umum/Tugas Perkembangan
Crysrallization 14 – 18 tahun Mengembangkan dan merencanakan sebuah tujuan
vokasional yang mungkin untuk diraih
Spesifikasi 18 – 21 tahun Menegaskan tujuan vokasional
Implementasi 21 – 24 tahun Pelatihan dan menghasilkan pekerjaan
Stabilisasi 24 – 35 tahun Bekerja dan menegaskan pilihan karir
Konsolidasi 35 tahun ke atas Peningkatan dalam karir
Walaupun sebenarnya Super menghadirkan tahapan–tahapan dan tugas–
tugas dalam sebuah rangkaian, ia kemudian menambahkan bahwa kita berputar
dan melakukan putaran sepanjang kehidupan kita sebagaimana kita mengadaptasi
11
perubahan dalam diri kita sebaik trend yang juga berkembang dalam dunia kerja.
Memahami usia-usia ini dan menghubungkan tahapan-tahapan dari
pengembangan karir membantu fasilitator memilih respon-respon dan aktivitas
yang tetap.
Donald Super, (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2004), mengidentifikasikan
6 faktor dalam kedewsaan vokasional:
1. Kesadaran akan perencanaan ke depan
2. Kemampuan pembuatan keputusan
3. Pengetahuan dan penggunaan sumber – sumber informasi
4. Informasi karir umum
5. Dunia umum dari informasi pekerjaan
6. Informasi detail tentang preferensi pekerjaan
Super juga melihat pada peran berbeda yang kita mainkan sepanjang
kehiidupan kita dan kepentingan relatif yang kita berikan pada peran-peran ini
sepanjang kehidupan kita. Singkatnya, teori konsep diri menghipotesiskan
bagaimana seorang individu, secara sadar atau tidak sadar, mendefinisikan diri
mereka dari sebuah istilah predisposisi konsep diri untuk mencari tipe pilihan
karir.
Individu yang memiliki cita-cita tentang pekerjaannya, memilih pekerjaan,
menyelesaikan permasalahan masa transisi dari sekolah ke dunia kerja, proses
menyesuaikan diri di dunia kerja, adalah proses-proses yang dilalui oleh individu
ketika mulai masuk ke dunia kerja atau biasa disebut dengan berkarir. Donald. E
Super (1990) memiliki pandangan mengenai dunia kerja atau individu yang
12
berkarir dipengaruhi oleh rentang perkembangannya. Super memandang erat
kaitannya antara perjalanan hidup individu dengan proses yang harus dilaluinya
ketika hendak berkarir.
Keputusan karir adalah penentuan pilihan karir. Pilihan karier adalah
pilihan-pilihan kegiatan yang mendukung atau relevan dengan karier masa depan
siswa. Dengan demikian, membuat keputusan karier berarti proses penentuan
pilihan-pilihan kegiatan yang mendukung atau relevan dengan karier masa depan
siswa.
(Akhsanul 2012), menjelaskan bahwa dalam perspektif perkembangan
sepanjang hayat (life span), keputusan karier terjadi pada sepanjang rentang
kehidupan manusia. Sejak bayi sampai akhir kehidupan terjadi keputusan karier.
Misalnya, seorang anak SMP berminat menjadi perancang busana. Lalu siswa
sering menonton film dan membaca majalah atau buku yang berkaitan dengan
busana. Bagi anak SMP ini keputusan untuk menonton film dan membaca
merupakan salah satu keputusan karier yang tepat. Namun, jika siswa lebih suka
menonton film dan membaca majalah atau buku yang tidak berkaitan dengan
rancang busana seperti film perang, dapat dikatakan bahwa pilihan itu merupakan
salah satu keputusan karier yang kurang tepat. Siswa SMP diharapkan mampu
membuat keputusan karier dengan tepat. Artinya, siswa mampu menentukan
kegitan yang mendukung karier masa depannya.
Kemampuan itu didasari oleh pengetahuan, kesiapan, dan keterampilan
siswa. Selanjutnya dijelaskan bahwa pengetahuan yang mendasari kemampuan
13
membuat keputusan karier adalah pengetahuan mengenai tujuan hidup, diri
sendiri, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja, dan pengetahuan tentang keputusan
karier. Tujuan hidup siswa sangat dipengaruhi oleh filosofi yang dijadikan
referensi masyarakat tempat siswa berada, baik filosofi budaya, agama, maupun
kehidupan berbangsa dan bernegara. Misalnya, tujuan hidup berdasarkan filosofi
agama adalah bahagia dunia dan akhirat. Artinya, jika siswa orang beragama,
untuk membuat keputusan karier yang tepat ia harus paham betul tujuan hidup
sesuai dengan agama yang dianutnya.
Pengetahuan tentang diri sendiri adalah pengetahuandan pemahaman
tentang karakteristik diri sebagai atribut pribadi yang tercakup dalam keunggulan
dan kelemahan diri. Siswa mestinya mengetahui kelemahan dan keunggulan diri
sendiri. Di samping itu, siswa memahami upaya-upaya untuk menutupi
kelemahan dan mengaktualkan keunggulan diri. Lalu siswa menganalisis apakah
keputusan karier yang saya ambil sudah sesuai dengan keunggulan diri. Atau
siswa berpikir apa yang dapat dilakukan agar kelemahan diri tidak menjadi
penghambat keputusan karier yang diambil.
Pengetahuan tentang lingkungan adalah pengetahuan tentang berbagai jenis
lingkungan, budaya, dan tuntutannya. Untuk mengembil keputusan karier dengan
tepat, siswa harus mengetahui lingkungan tempat ia berada. Apakah ia berada di
lingkungan industri, pertanian, atau perdagangan. Apakah siswa berada di
lingkungan yang sangat kental dengan nilai agamaatau di lingkungan bebas nilai.
Pengetahuan tentang dunia kerja adalah pengetahuan berbagai informasi
tentang dunia kerja, baik informasi dunia kerja secara umum maupun informasi
14
pekerjaan yang diminati saja. Termasuk didalam pengetahuan tentang dunia kerja
adalah pengetahuan tentang cara memasuki dunia kerja, persyaratan dan
kewajiban kerja, cara orang lain berkarier dalam dunia kerjanya, dan informasi
dunia kerja lainnya.
Pengetahuan tentang keputusan karier adalah pengetahuan tentang cara dan
langkah-langkah membuat keputusan karier, cara orang berhasil dalam berkarier
membuat keputusan karier, dan pengetahuan tentang cara menggunakan
pengetahuan dan pemikiran untuk membuatkeputusan karier.
Kemandirian merupakan salah satu faktor psikologis yang penting bagi
siswa yang menggambarkan bentuk sikap di mana seorang siswa mampu untuk
memahami diri dan keampuannya, menemukan sendiri apa yang dilakukan,
menentukan dalam memilih kemungkinan-kemungkinan dari hasil perbuatannya
dan akan memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya oleh dirinya.
Berdasarkan fenomena yang ada, banyak ditemukan bahwa siswa lulusan SMK
ketika mencari pekerjaan tidak sesuaidengan kemampuan yang dimiliki.
Akibatnya dalam kondisi demikian banyak lulusan dari Sekolah Menengah
Kejuruan yang tidak optimal dalam mengeluarkan kemampuan yang dimiliki.
Salah satu cara untuk membentuk sikap tersebut secara optimal, di SMK diadakan
program bimbingan karir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) kemantapan memiliki arti
“Hal (keadaan) mantap (stabil, aman, teguh hati, tetap tidak berubah)”.
Selanjutnya menurut Terry (dalam Manrihu, 1992) menjelaskan bahwa “Definisi
15
pengambilan keputusan (decision making) adalah pemilihan alternatif perilaku
dari dua alternatif atau lebih”. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan
oleh Basori (2004) menyebutkan bahwa “pengambilan keputusan merupakan
suatu proses untuk menentukan berbagai alternatif yang berkaitan dengan suatu
hal sesuai dengan keadaan diri dan lingkungannya”.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pengambilan keputusan
karir menurut Basori (2004), terdiri dari dua faktor yakni faktor pribadi dan faktor
lingkungan: Faktor pribadi, antara lain: a) tipe kepribadian dan ciri-ciri sifat yang
menonjol, b) bakat atau kemampuan bidang akademis, c) bakat atau kemampuan
bidang nonakademis, d) minat terhadap suatu jabatan/pekerjaan, e) nilai
kehidupan pribadi, f) Hobi dan kesenangan. Sementara itu faktor lingkungan,
antara lain: a) nilai-nilai kehidupan masyarakat, b) Keadaan ekonomi keluarga/
orangtua, c) kebutuhan/prospek lapangan pekerjaan yang terkait, d) kesempatan
mendapatkan peluang suatu jabatan/ pekerjaan
Memilih lapangan pekerjaan serta mempersiapkan untuk memangku jabatan
adalah menghadapkan remaja pada tantangan yang berat karena banyak hal yang
harus ditinjau dan diperhitungkan sekaligus (Sukardi, 2007).
Pengambilan putusan karier yang belum matang dalam bentuk munculnya
permasalahan pemelihan jurusan atau program studi merupakan indikasi kurang
efektifnya bantuan layanan informasi yang diberikan kepada para siswa
khususnya dalam bimbingan karier. Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke
Sekolah menegah atas, akan dihadapkan pada masalah jurusan apakah yang paling
tepat untuk dimasuki dengan segala konsekuensinya ke SMA/ MA/ SMK. Siswa
16
yang tidak melanjutkan ke SMA/ MA/ SMK, masalah yang dihadapi adalah
jenjang pekerjaan apa yang tersedia bagi lulusan SMP. Apakah tersedia faktor
pendukung bagi pilihan kerja yang telah diputuskan. Lebih dari itu, baik bagi
yang mau lanjutkam ke SMA/ MA/ SMK atau yang memilih utuk memasuki
dunia kerja, keyakinan atau rasa percaya diri terhadap kemampuannya merupakan
faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan pilihan karier
Gibson dan Mitchell dalam Akhsanul, (2012) mejelaskan bahwa terdapat
beberapa prinsip- prinsip dalam bimbingan karir yang berkaitan dengan program
pemberikan kesempatan perkembangan karir menuju tercapainya putusan karir
secara tepat, yaitu:
a. Siswa harus diberi kesempatan untuk mengembangkan suatu yang tidak bias
berdasarklan putusan karirnya.
b. Sejak awal dan seterusnya, perlu dikembangkan sikap positif terhadap
pendidikan.
c. Siswa harus diajar untuk memandang karir sebagai suatu jalan hidup dan
pendidikan sebagai persiapan untuk hidup.
d. Siswa harus dibantu untuk menghubungkan antara perkembangan sosial
pribadi dengan perencanaan karir.
e. Semua tingkatan siswa harus diberi pemahaman tentang hubungan antara
pendidikan dan karir.
f. Siswa dalam setiap jenjang pendidikannya harus mengalami orientasi karir
yang sesuai dengan tingkat kesiapannya dan realistis.
17
g. Siswa diberi kesempatan untuk menguji konsep, keetrampilan, dan peran
untuk mengembangkan nilai yang digunakan untuk menentukan karir masa
depannya.
h. Program bimbigan karir dipusatkan di kelas, melalui koordinasi dan konsultasi
dengan konselor sekolah, orang tua, sumber, dan masyarakat.
i. Program bimbingan/konseling karir di sekolah harus diintegrasikan dalam
fungsi bimbingan dan konseling dan program pendidikan secara utuh.
Untuk memudahkan dalam menentukan pilihan karir, maka diperlukanlah
pemahaman diri yang baik. Yos and Corbishley (dalam Mamat Supriatna 2010)
menerangkan bahwa pemahaman diri adalah proses memahami berbagai
karakteristik diri. Istilah memahami mengandung makna bukan sekadar
mengetahui, tetapi mampu menjelaskan, menilai, menganalisis, bahkan
menyintesiskan berbagai karakteristik diri. Karakteristik diri yang perlu dipahami
karena erat kaitannya dengan karier masa depan adalah karakteristik fisik,
kamampuan dasar umum (IQ), kemampuan dasar khusus (bakat), minat, dan
prestasi (achievement)
a. Memahami karakteristik fisik
Fisik merupakan salah satu faktor penting yang perlu dipahami dan
dijadikan dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan karier atau berkarier.
Tercakup ke dalam faktor fisik yang perlu dipahami, antara lain, tinggi dan berat
badan, bentuk tubuh, dan kesehatantubuh. Pentingnya faktor fisik tersebut
dipahami terkait erat dengan berbagai variabel diri yang dapat berpengaruh pada
perkembangan seseorang,lebih-lebih pada perkembangan karier masa depannya.
18
Berkaitan dengankarier masa depan, hampir semua bidang pekerjaan
mensyaratkan adanya kriteria faktor fisik tertentu. Misalnya, untuk menjadi
pramugari diperlukan fisik yang relatif tinggi dengan tingkat kesehatan yang
relatif stabil.
b. Memahami kamampuan dasar umum (IQ)
Kemampuan dasar umum atau IQ (Intelligence Quotion) adalah kemampuan
seseorang untuk memecahkan masalah dengancepat. Jika kreativitas merupakan
kemampuan memecahkan masalah secara divergent, yakni dengan menggunakan
kemampuan berpikir dari berbagai arah, kecerdasan dalam arti
intelligencemerupakan kemampuan memecahkan masalah secara konvergent,
yakni kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan berpikir memusat
dan mendalam. Inteligensi dibawa secara hereditas atau keturunan dan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ini berarti inteligensi tidak mungkin berkembang
dengan optimal tanpa lingkungan. Namun ukuran inteligensi tidak bisa diubah
oleh lingkungan. Jadi, lingkungan hanya bersifat sebagai fasilitator perkembangan
inteligensi dan tidak dapat mengubah ukurannya
c. Memahami kemampuan dasar khusus (bakat)
Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Perbedaan itu terletak
pada jenis bakat, yang satu berbakat musik, yang lain berbakat mengoperasikan
angka-angka, dan yang lain lagi berbakat teknik. Selain itu, perbedaannya terletak
pula pada derajat atau tingkat pemilikan bakat tertentu.
Bakat (aptitude) adalah kemampuan bawaan yang berpotensi untuk
dikembangkan atau dilatih (Conny Semiawan, dkk. 1984). Ia menegaskan juga
19
bahwa bakat merupakan kemampuan yang inherent (telah ada dan menyatu)
dalam diri seseorang sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Kemampuan itu
biasanya dikaitkan dengan tingkat intelegensi seseorang yang mencakupi
pengertian hasil perkembangan semua fungsi otak, terutama apabila kedua
belahan otak kanan ataupun kiri berkembang seimbang dan optimal.
d. Memahami minat
Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap objek tertentu. Berbeda
dengan inteligensi dan bakat, determinan perkembangan minat adalah faktor
lingkungan. Akibatnya, minat cenderung berubah-ubah sesuai dengan tuntutan
lingkungan, kecuali jika individu sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan diri pada objek yang diminatinya.
e. Memahami prestasi (achievement).
Secara garis besar prestasi (achievement) terbagi menjadi dua kelompok,
yakni prestasi akademik dan non akademik. Prestasi akademik adalah segala
sesuatu yang dapat dicapai individu dalam dalam bidang akademik. Misalnya,
nilai rapor dan nilai tes formatif yang diperoleh siswa. Yang termasuk ke dalam
prestasi non-akademik di antaranya kemampuan sosialisasi, kejujuran, dan
kesabaran yang dapat dibuktikan seseorang dalam perilaku nyata.
Pentingnya memahami prestasi untuk pengembangan karier masa depan
merupakan dasar pertimbangan dalam memilih keputusan karier. Secara teori,
prestasi yang diraih seseorang merupakan cerminan kecakapannya dalam bidang
tertentu. Misalnya, jika dominasi nilai terbaik siswa dalam bidang numericalatau
yang berkaitan dengan angka, dapat dikatakan siswa tersebut memiliki kecakapan
20
dalam bidang numerical. Ini berarti pada saat siswa tersebut akan mengambil
keputusan karier masa depannya, sebaiknya memilih bidang karier yang ada
kaitannya dengan bidang numerical, seperti akuntan dan perbankan.
2.2.1 Strategi Pengambilan Keputusan
Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan.
Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara
alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup yang
dialaminya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus
menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses
inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan. Esensi dari sebuah
pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilhan. Hanya saja pada
kenyataannya ada individu yang mampu dengan tepat mengambil keputusan ada
juga yang tidak mampu. Kenyataan ini terjadi karena berbagai hal. Kenyataan
seperti ini terjadi mungkin disebabkan oleh kesalahan strategi yang digunakannya.
Oleh sebab itu pada bagian ini dikemukakan strategi pengambilan keputusan,
yang di dalamnya dibahas tentang tipe strategi pengambilan keputusan,
mengantisipasi sebuah pilihan, dan tahapan pengambilan keputusan.
2.2.2 Tipe Strategi Pengambilan Keputusan
Menurut Dinklage (Sharf, 1992), ada delapan tipe strategi pengambilan
keputusan. Empat strategi merupakan cara yang tidak menghasilkan suatu
keputusan, yakni tipe delaying, fatalistic, compliant, dan tipe paralytic. Empat
21
tipe lainnya dipandang sebagai cara yang efektif dalam mengambil keputusan,
yakni tipe intuitive, impulsive, agonizing, dan tipe planful.
a. Delaying
Pada prinsipnya tipe strategi ini merupakan salah satu dari model
penangguhan atau semacam prokrastinasi. Individu memutuskan bahwa ia akan
mengambil keputusan pada waktu yang lama. Termasuk dalam contoh strategi ini
adalah siswa yang menunggu sampai kesempatan paling akhir dalam
menyelesaikan tugas dan dibiarkannya tugas itu berlarut-larut sampai kehabisan
waktu sehingga tugasnya tidak sempat dikumpulkan.
b. Fatalistic
Tipe ini merupakan salah satu tipe yang tidak menentukan piihan.
Individu dengan tipe ini tidak melakukan aksi apapun terhadap pilihan-
pilihan yang ada. Misalnya, siswa bangun tidur kesiangan dan waktu masuk
sekolah tinggal 20 menit lagi. Dalam menghadapi situasi iniia berpikir dalam
waktu 20 menit tidak mungkin cukup untuk mandi, shalat sudah kesiangan,
dan jalan ke sekolah 10 menit. Lalu ia memutuskan untuk berdiam saja.
Padahal pada situasi seperti ini mungkin tidak usah mandi yang penting cuci
muka dan merapikan badan, lalu wudlu dan shalat, setelah itu cari ojeg
tercepat, atau lari untuk pergi kesekolah tepat waktu.
c. Compliant
Tipe strategi ini terjadi jika seseorang mengalah pada rencana
pihak lain yang telah membuat keputusan untuknya. Ia sangat pasif atau
terbebani oleh otoritas figur. Contoh yang amat klasik antaralain: orang tua
22
memutuskan anaknya untuk menjadi doctor tetapi anaknya tidak mau masuk
dunia kedokteran.
d. Tipe Paralytic
Tipe strategi terjadi ketika seseorang sangat takutatau sangat cemas
untuk membuat suatu keputusan. Ia merasa tidak mampu memutuskan. Ia
mungkin merasa tertekan atau didesak oleh dirinya sendiri atau orang lain
untuk membuat keputusan, tetapi takut oleh konsekuensi dari keputusan yang
diambilnya.
e. Intuitive
Strategi intuitif merupakan strategi dalam membuat keputusan
yang berdasarkan pada perasaan dari pada pemikiran. Hasilnya disebut
keputusan intuitif. Keputusan ini mungkin tepat, tetapi tidak disertai atas hasil
analisis keunggulan diri seperti bakat, kemampuan, minat, dan lain-lain.
f. Impulsive
Strategi impulsif adalah proses pengambilan keputusan yang tidak
mempertimbangkan alternatif lain. Pada strategi iniindividu begitu
menggebu-gebu pingin langsung mengambil keputusan tertentu. Ia tidak
mengidentipikasi dan menganalisis alternatif lain.
g. Agonizing
Agonize berarti menyakitkan sekali. Strategi agonizing berarti
strategi pengambilan keputusan yang hasilnya sangat mungkin menyakitkan
atau membuat orang kepayahan atau cape diakrenakan kurang memiliki
informasi yang lengkap tentang keputusan yang diambilnya. Misalnya,
23
seseorang yang paham betul bahwa dirinya ingin menjadi seorang teknokrat,
tetapi ia tidak memahami cabang-cabang keteknikan, teknik apa yang harus
diambil. Mungkin ia memperoleh tentang spesialisasi keteknikan dari sekolah
tetapi tidak lengkap.
h. Planful
Pada strategi ini, individu dapat membuat perencanaan ketika
mengambil keputusan. Ia memutuskan atas dasar perencanaannya itu. Ia
mempertimbangkan baik perasaan maupun pengetahuan tentang kemampuan,
bakat, minat, dan nilai-nilai dalam membuat suatu keputusan, termasuk
keputusan karier.
2.2.3 Tahapan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika, Sharf (1992)
menjelaskan sekuensi pengambilan keputusan, yang lebih dikenal dengan tahapan
pengambilan keputusan karier.
a. Mendefinisikan dan menstrukturkan keputusan (defining and
structuring the decision) Tahap awal yang harus jelas dalam tahapan
pengambian keputusan, terutama keputusan karier, adalah definisi
keputusannya. Artinya, harus jelas benar apa yang akan diputuskan.
Misalnya, apakah yang akan dipilih oleh seseorang itu persoalan
memilih sekolah, mata pelajaran, atau tentang suatu pekerjaan. Pada
tahap ini harus ditonjolkan hal yang khusus yang akan diputuskan.
24
b. Identifikasi aspek-aspek yang relevan (Identify relevant aspects) Jika
definisi masalah yang akan diputuskan sudah jelas, proses
pengambilan keputusan dapat dilanjutkan dengan proses identifikasi
aspek-aspek yang relevan dengan masalah atau definisi keputusan.
Misalnya, yang akan diputuskan adalah melanjutkan studi. Maka,
aspek yang perlu diidentifikasi antara lain sekolah yang diminati
mana saja, keunggulan, dan kelemahan diri apa saja.
c. Memeringkatkan aspek-aspek penting (rank aspects by importance)
Jika aspek-aspek telah teridentifikasi, dilanjutkandengan
memerikatkan aspek tersebut. Jika yang menjadi ukuran adalah minat,
memeringkatkan dilakukan dari mulai yang diminati sampai dengan
kepada yang kurang diminati. Jika ukurannya gaji, memeringkatkan
dimulai dari pekerjaan yang gajinya paling besar sampai yang paling
rendah. Jadi, untuk memeringkatkan bergantung pada ukuran
peringkatnya.
d. Identifikasi aspek paling penting yang dapat diterima (Identify the
acceptable range for the most important aspect not yet consider)
Sesungguhnya, untuk mengidentifikasi aspek paling penting yang
dapat diterima sudah tampak pada proses pemeringkatan. Hanya pada
tahap ini perlu ditegaskan peringkat teratasnya saja. Misalnya, yang
dapat diterima hanya peringkat tiga besar.
e. Membuang pekerjaan yang karakteristiknya tidak sesuai dengan
aspek-aspek yang diterima Setelah teridentifikasi aspek-aspek yang
25
dapat diterima, yang tidak diterima dibuang dan yang sesuai dengan
karakteristik yang diharapkan diambil sebagai alternatif yang akan
diputuskan.
f. Alternatif untuk dieksplorasi lebih jauh ditentukan alternatif yang
diambil sebagai hasil keputusan yang akan dieksplorasi lebih jauh
2.2.4 Kesiapan Membuat Keputusan Karier
Kesiapan membuat keputusan karier adalah kesanggupan untuk menentukan
pilihan karier. Kesiapan siswa membuat keputusan karier didasari oleh keyakinan
dan keinginan. Keyakinan adalah kepercayaan diri bahwa ia akan mampu dengan
tepat mengambil keputusan karier. Untuk memunculkan keyakinan ini, siswa
perlu memiliki pengetahuan karier yang lengkap. Oleh sebab itu, yang perlu
diberikan paling awal pada layanan pengembangan kemampuan membuat
keputusan karier adalah pengembangan pengetahuan keputusan karier secara
lengkap. Setelah pengetahuannya berkembang, bangunlah keyakinan diri siswa
bahwa ia mampu membuat keputusan karier dengan tepat.
Untuk membangun keyakinan tersebut dapat dilakukan melalui bimbingan
kelompok, dapat pula melalui bimbingan individual. Setelah keyakinan diri
terbangun, guru mulail mengembangkan keinginan untuk mengambil keputusan
karier. Keinginan adalah dorongan-dorongan yang mengarahkan siswa pada
proses pembuatan keputusan karier yang tepat.
26
2.3 Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian Riyan Kawenggo (2010), studi kasus tentang kematangan karir
siswa kelas IX SMPN 7 Gorontalo, menjelaskan bahwa 70% dari total sampel
sebanyak 120 siswa bingung dan mengalami kesulitan dalam menentukan
keputusan karir.
Penelitian Nur Muzidin (2006), tentang perkembangan karir dan
kemantapan memilih studi lanjut pada siswa kelas IX SMPN 6 Yogyakarta
dijelaskan bahwa. Kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menentukan putusan
karir karena adanya harapan orang tua yang berlebihan terhadap apa yang harus
dicapai oleh siswa. Pada aspek pemilihan karir dijelaskan bahwa dalam
pengambilan keputusan, 100% ditentukan oleh orang tua. Jadi dapat disimpulkan
bahwa siswa SMP belum matang dalam pengambilan putusan karir
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bahwa siswa belum
mantapan dalam pengambilan keputusan karir.