13
4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi berasal dari kata ergo dan nomos, ergo yang artinya kerja dan nomor yang artinya hukum. Maka dari itu pengertian ergonomi adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. (Sritomo, 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology, Engineering Psychology, dan lainnya. Istilah ergonomi diresmikan pada tahun 1949, namun kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi telah muncul pada puluhan tahun yang lalu (Nugroho, 2008). Sejak 4000 tahun yang lalu, ergonomi telah menjadi bagian dari perkembangan budaya. Namun pengggunaan ergonomi secara terang - terangan dimulai saat Perang Dunia I yang digunakan untuk mengoptimalkan hubungan interaksi antara produk dengan manusia. Kemudian, penjelasan tentang ergonomi semakin meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II dengan bukti nyata berupa penggunaan peralatan yang sesuai dengan kemajuan manusia dalam meningkatkan pekerjaan agar lebih efektif. Bidang dalam ergonomi dikelompokkan secara rinci dan mencakup seluruh kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana (1979) ilmu ergonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah : 1. Antropometri Antropometri adalah keilmuan yang berhubungan dengan pengukuran keadaan fisik manusia. Dalam merancang alat atau sistem kerja yang aman dan nyaman membutuhkan informasi tentang dimesi tubuh yang sesuai. 2. Faal Kerja Faal kerja merupakan keilmuan yang mempelajari tentang pekerjaan manusia yang bersifat fisik dan mental serta mempunyai intensitas yang

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi berasal dari kata ergo dan nomos, ergo yang artinya kerja dan

nomor yang artinya hukum. Maka dari itu pengertian ergonomi adalah ilmu

yang membahas hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. (Sritomo,

2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor

Engineering, Biomechanics, Bio-Technology, Engineering Psychology, dan

lainnya.

Istilah ergonomi diresmikan pada tahun 1949, namun kegiatan yang

berhubungan dengan ergonomi telah muncul pada puluhan tahun yang lalu

(Nugroho, 2008). Sejak 4000 tahun yang lalu, ergonomi telah menjadi bagian

dari perkembangan budaya. Namun pengggunaan ergonomi secara terang -

terangan dimulai saat Perang Dunia I yang digunakan untuk mengoptimalkan

hubungan interaksi antara produk dengan manusia. Kemudian, penjelasan

tentang ergonomi semakin meningkat setelah terjadinya Perang Dunia II

dengan bukti nyata berupa penggunaan peralatan yang sesuai dengan kemajuan

manusia dalam meningkatkan pekerjaan agar lebih efektif.

Bidang dalam ergonomi dikelompokkan secara rinci dan mencakup seluruh

kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan. Menurut Sutalaksana (1979)

ilmu ergonomi dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, diantaranya

adalah :

1. Antropometri

Antropometri adalah keilmuan yang berhubungan dengan pengukuran

keadaan fisik manusia. Dalam merancang alat atau sistem kerja yang aman

dan nyaman membutuhkan informasi tentang dimesi tubuh yang sesuai.

2. Faal Kerja

Faal kerja merupakan keilmuan yang mempelajari tentang pekerjaan

manusia yang bersifat fisik dan mental serta mempunyai intensitas yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

5

berbeda – beda. Intensitas yang tinggi menunjukkan bahwa pemakaian

energi terlalu berlebihan, namun intensitas rendah dapat menimbulakn rasa

bosan.

3. Biomekanika Kerja

Biomekanika kerja adalah salah satu aplikasi mekanika teknik yang

digunakaan untuk meganalisa sistem dalam kerangka otot manusia.

4. Penginderaan

Secara biologis indera terdiri dari penglihatan, pendengaran, penciuman,

dan perasa. Masing – masing dari indera tersebut akan memberikan respon

terhadap kerja indera lainnya.

5. Psikologi Kerja

Psikologi kerja adalah keilmuan yang membahas perbedaan khusus pada

manusia diantaranya yaitu pendidikan, pengalaman, kepribadian, usia,

nilai, motivasi, dan lainnya.

2.2 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Keselamatan kerja merupakan hal penting yang ada hubungannya dengan

mesin, alat kerja, bahan baku, proses produksi, stasiun kerja, serta lingkungan

(Ridley,2004). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah pemikiran dan

upaya yang dilakukan untuk mencapai keutuhan dan kesempurnaan tubuh

tenaga kerja sehingga mendapatkan hasil karya yang baik. Sedangkan dalam

keilmuan, K3 merupakan penerapan dan ilmu pengetahuan dalam usaha

meminimalkan kemungkinan – kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit yang diakibatkan oleh kerja. K3 berhubungan erat dengan proses

produksi, karena kaitannya selalu dengan proses produksi baik dalam jasa

maupun industri. Tujuan dalam penerapan K3 adalah agar dapat menciptakan

tempat kerja yang sehat, aman, serta bebas dari pencemaran sehingga dapat

meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan pengertian –

pengertian yang telah dijelakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa peran

K3 antara lain adalah :

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

6

1. Seluruh pekerja berhak mendapat perlindungan keselamatan disetiap

pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan jumlah produk dan

produktifitas

2. Seluruh pekerja di tempat kerja harus terjamin keselamatannya.

3. Seluruh sumber produksi harus digunakan secara aman dan efisien.

4. Agar dapat mengurangi biaya pengeluaran perusahaan jika terjadi

kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan ketika bekerja karena telah

dipersiapkan tindakan antisipasi dari perusahaan.

Pada pasal 3 ayat 1 dan pasal 9 ayat 3 dalam Undang – Undang no. 1 tahun

1970 berbunyi “dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat – syarat

keselamatan kerja untuk :

1. Mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan.

2. Menghindari terjadinya kebakaran.

3. Menghindari terjadinya bahaya peledak.

4. Menyelamatkan diri sendiri pada waktu terjadinya kejadian yang

membahayakan.

5. Memberikan pertolongan jika terjadi kecelakaan.

6. Memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja.

7. Menghindari dan mengendalikan tibulkan penyakit akibat kerja.

8. Menciptakan dan memelihara kebersihan, ketertiban, dan kesehatan.

9. Mencapai hubungan yang seimbang antara tenaga kerja, cara kerja, alat

kerja, proses kerja, dan lingkungan.

10. Menyesuaikan keamanan pada pekerjaan yang memiliki risiko bahaya

tinggi.

Sedangkan pada bagian 6 dalam Undang – Undang Kesehatan No. 23 Tahun

1992 tentang kesehatan kerja, berbunyi : Kesehatan kerja dilakukan untuk

mendapatkan produktivitas kerja yang optimal.

1. Kesehatan kerja mencakup perlindungan kesehatan kerja, syarat

kesehatan kerja, dan pencegahan penyakit akibat kerja

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

7

2. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami oleh perusahaan

sebelum menerapkan K3, yaitu :

1. Aturan yang ada berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Diselenggarakan untuk melindungi para tenaga kerja.

3. Penyakit akibat kerja dan risiko terjadinya kecelakaan.

Sasaran dari penerapan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada suatu

perusahaan adalah :

1. Menjamin keselamatan operator dan orang lain.

2. Menjamin penggunaan peralatan yang aman untuk dioperasikan.

3. Menjamin proses produksi aman dan lancar.

Ada berbagai macam jenis bahaya yang ada dalam K3 dan telah

dikategorikan menjadi 3 jenis, diantaranya :

1. Jenis fisika adalah kerusakan pendengaran, pencahayaan yang kurang,

dan suhu tubuh yang tidak normal.

2. Jenis kimia adalah uap bahan kimia, gas bahan kimia, dan abu sisa

pembakaran bahan kimia.

3. Jenis proyek adalah pemindahan barang yang tidak hati – hati sehingga

melukai pekerja, kerusakan penglihatan, dan pengamanan yang kurang

lengkap.

2.3 Hazard (Bahaya) dan Risk (Risiko)

Hazard atau bahaya adalah suatu keadaan, perubahan, maupun tindakan

yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan (Sakit, 2015). Secara

umum terdapat 5 faktor bahaya di tempat kerja, diantaranya adalah :

1. Faktor bahaya biologi yaitu jamur, virus, bakteri

2. Faktor bahaya kimia yaitu gas, debu, bahan beracun

3. Faktor bahaya fisik / mekanik yaitu mesin, tekanan

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

8

4. Faktor bahaya biomekanik yaitu posisi kerja, gerakan

5. Faktor bahaya sosial psikologis yaitu stress, kekerasan

Sedangkan pengertian risiko adalah macam – macam kegiatan yang

mungkin terjadi dalam suatu kondisi tertentu (Labombang, 2011). Penilaian

risiko adalah hasil dari perkalian antara nilai keparahan (severity) dengan nilai

frekuensi (frequency) suatu risiko.

Menurut sumber – sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan menjadi

beberapa katergori, yaitu :

1. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari luar perusahaan

2. Risiko internal adalah risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri.

3. Risiko operasional adalah risiko lain yang tidak termasuk dalam kategori

risiko keuangan dan biasanya disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan

teknologi.

4. Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor – faktor

ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga dan tingkat bunga.

Manajemen risiko adalah proses mengukur, mengidentifikasi, dan

memastikan strategi untuk mengelola risiko tersebut. Manajemen risiko dapat

melibatkan metode, proses, maupun teknik yang dapat membantu manajer

proyek memaksimalkan probabilitas dan konsekuensi dari nilai positif dan

meminimalkan probabilitas serta konsekuensi nilai yang berlawanan.

Sedangkan manajemen risiko K3 adalah kegiatan yang dilakukan dengan

tujuah mencegah adanya kecelakaan kerja yang tidak diinginkan dalam sebuah

sustem.

2.4 Metode SWIFT (The Structured What – If Analysis)

Metode SWIFT adalah teknik yang digunakan untuk mengetahui bahaya

dari kegiatan – kegiatan yang ada serta disesuaikan dengan kemampuan analisa

dari setiap anggota dalam meningkatkan serta mempersiapkan checklist (daftar

periksa) yang digunakan untuk mengungkap kemungkinan – kemungkinan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

9

terjadinya risiko bahaya yang terjadi selama proses produksi (Destrianty,

Prassetiyo, & Ginanjar, 2012). Metode ini dikembangkan dengan tujuan dapat

menganalisa bahaya yang ada di pabrik, namun metode ini juga mampu

digunakan sesuai dengan sistuasi yang ada. Metode SWIFT ini mempunyai

prosedur tinggi, selain itu juga bersifat fleksibel dan dapat dimodifikasi atau

disesuaikan dengan keperluan setiap individu. Adapun tahapan dalam

melakukan metode SWIFT, diantaranya:

1. Prepare the Guidewords : Tahapan menentukan kata acuan yang dapat

digunakan sebagai alat dalam memudahkan untuk mengarahkan tim.

2. Assemble the Team : Menentukan anggota tim yang dapat dipercaya dalam

menjalankan metode SWIFT sesuai dengan objek yang akan dianalisa.

3. Background : Mengetahui alasan atau pemicu dilakukannya metode

SWIFT, seperti evaluasi kondisi.

4. Articulate the Purpose : Mengetahui tujuan yang diharapkan dapat tercapai

dalam penerapan metode SWIFT misalnya seperti meningkatkan

produktivitas pekerja.

5. Define the Requirement : Mengetahui tingkat kesuksesan yang akan

didapatkan.

6. Describe the System : Mengetahui pemahaman tingkat tinggi, misalnya

melakukan analisa risiko mengguakan tulisan atau gambar.

7. Identify the Risks / Hazards : Pada tahapan ini adalah permulaan

penggunaan metode SWIFT, dengan menggunakan checklist pada setiap

sistem atau proses. Seluruh partisipan harus melakukan contoh seperti

“Bagaimana jika...” atau “Bagaimana bisa...” untuk mengetahui risiko yang

berbahaya.

8. Asses the Risks : Pada tahapan ini memerlukan teknik analisa risiko untuk

menentukan hubungan antara risiko dengan ancaman yang telah

teridentifikasi.

9. Propose Actions : Tahapan ini adalah memberikan solusi untuk dilakukan

pengendalian risiko dengan tujuan meminimalkan dampak yang telah

ditimbulkan oleh risiko.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

10

10. Review the Process : Pada tahap ini yaitu menentukan metode SWIFT

sudah sesuai dengan tujuan diadakannya pengendalian risiko apa belum,

atau analisis risiko yang lebih rinci membutuhkan untuk bagian dalam

proses. 11. Overview : Menghasilkan hasil dari pelaksanaan metode SWIFT dalam

bentuk dokumen untuk dikomunikasikan dengan pihak terkait. 12. Additional Risk Assessment : Melakukan analisis risiko lebih detail atau

menggunakan teknik kuantitatif apabila diperlukan.

Kata - kata yang digunakan dalam penerapan metode SWIFT yaitu (Hakim,

Yuniar, & Irianti, 2015) :

1. Severity adalah nilai keparahan yang disebabkan oleh permasalahan dalam

sistem.

2. Frequency adalah jumlah untuk kemungkinan terjadinya kegagalan dalam

permasalahan tersebut.

3. Risk Rating Number (RRN) adalah hasil yang didapatkan dari perkalian

antara nilai severity dan nilai frequency. Hasil RRN digunakan untuk

mennetukan prioritas suatu risiko yang akan diusulkan untuk mendapatkan

perbaikan.

4. Safeguard adalah solusi yang diberikan untuk meminimalkan terjadinya

risiko bahaya pada objek penelitian.

Beberapa fitur khas SWIFT diantaranya adalah :

1. Mampu mengidentifikasi bahaya, mampu mengevaluasi risiko dalam

pengertian kualitatif, dan mampu merekomendasikan solusi yang sesuai.

2. Menggunakan keahlian kelompok dengan pengetahuan khusus tentang

kegiatan yang diteliti.

3. Metode ini merupakan metode yang menggabungkan antara pendapat, hasil

diskusi, dan checklist.

Laporan kerja SWIFT dibuat sampai penilaian risiko menggunakan metode

Risk Rating Number (RRN). Pada metode ini dilakukan proses penilaian risiko

dengan memperhatikan 2 aspek penting yaitu keparahan dan frekuensi.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

11

Tabel 2.1 Tingkat Keparahan Bahaya (Severity)

Deskripsi Kategori Nilai Definisi

Catastrophic I 4 Terjadinya kematian atau kehilangan pada

sebuah sistem

Critical II 3

Terjadinya luka berat yang dapat

menyebabkan cacat permanen

Penyakit parah yang diakibatkan kerja

Terjadinya kerusakan berat pada sistem

Marginal III 2

Terjadinya luka sedang, yang hanya

diperlukan perawatan medis

Penyakit ringan yang diakibatkan kerja

Terjadinya kerusakan sebagian pada sistem

Neglicable IV 1

Terjadinya luka ringan, yang hanya

diperlukan pertolongan pertama

Terjadinya kerusakan sebagian kecil pada

sistem

Tabel 2.2 Klasifikasi Frekuensi Bahaya

Deskripsi Level Nilai Keterangan

Frequent A 5 Kejadian yang sering terjadi

Probable B 4 Kejadian yang terjadi beberapa kali

Occasional C 3 Kejadian yang terjadi kadang – kadang

Remote D 2 Kejadian yang mungkin dapat terjadi

Improbable E 1 Kejadian yang tidak mungkin terjadi

Untuk mendapatkan nilai risiko dari sumber bahaya diperoleh dengan

menghitung nilai RRN (Risk Rating Number) sebagai berikut:

RRN = DPH x LO

Keterangan : DPH = Degree of Possble Harm (Severity)

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

12

LO = Likelihood of Occurance (Frequency)

Untuk melihat tingkat risiko setelah melakukan perhitungan RRN dapat

dilihat tabel 2.4

Tabel 2.3 Peta Prioritas Risiko

RRN Tingkat Risiko

0,1 – 0,3 Prioritas yang tergolong paling rendah

0,4 – 4,0 Prioritas yang tergolong rendah

6,0 – 9,0 Prioritas yang tergolong menengah

≥ 10 Prioritas yang tergolong utama

2.5 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA

Tabel 2.4 Perbedaan Metode SWIFT, HAZOP, dan FMEA

Keterangan SWIFT HAZOP FMEA

Pengertian

Teknik yang digunakan

untuk mengetahui

bahaya dari kegiatan –

kegiatan yang ada serta

mempersiapkan checklist

untuk mengungkap

kemungkinan terjadinya

risiko bahaya yang

terjadi selama proses

produksi

Teknik analisa

bahaya yang

digunakan untuk

mempersiapkan

keamanan dalam

sebuah sistem baru

untuk mengetahui

potensi bahaya.

Metode yang digunakan

dalam mengevaluasi

kegagalan ketika terjadi

dalam sebuah sistem, desain,

maupun pelayanan.

Fokus

Mempertimbangkan

penyimpangan dari

operasi normal

Perangkat keras Arus proses

Hasil Usulan rekomendasi

untuk keseluruhan mulai

Mengetahui tingkat

risiko tiap kegiatan

Usulan perbaikan untuk risiko

terbesar

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

13

dari tingkat risiko

prioritas utama

selama proses

produksi

Kelebihan

Metode yang membahas

kecelakaan kerja secara

spesifik dan lengkap

mulai dari aktivitas

operator, lingkungan,

peralatan dan mesin, dan

seluruh faktor eksternal

yang dapat menghasilkan

potensi bahaya.

Metode yang dapat

mengidentifikasi

risiko bahaya dengan

tepat dan tidak hanya

terfokus pada

keamanan melainkan

juga

mengidentifikasi

bahaya.

Metode ini meningkatkan

kepuasan pelanggan dan

dapat meningkatkan penilaian

yang baik pada perusahaan.

Kekurangan

Metode yang kurang

terstruktur dan jika orang

yang kurang

berpengalaman akan

mengalami kesulitas

ketika

mengaplikasikannya.

Metode ini

membutuhkan waktu

yang lama dan juga

melelahkan. Tak

hanya itu metode ini

tidak efektif jika

digunakan dalam

penerapan dengan

multiple failure.

Implementasi metodenya

membutuhkan input yang

cukup besar, sulit untuk

memperkirakan keadaan

kegagalan sebagian dari

bagian – bagian proses.

2.6 Penelitian Terdahulu

Metode SWIFT sebelumnya telah digunakan pada beberapa studi kasus

yang membahas tentang kecelakaan kerja, dimana metode ini sangat membantu

dalam meminimalkan terjadinya kecelakaan kerja.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

14

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu Metode SWIFT

No Penulis Judul Tahun Masalah Variabel /

Metode Hasil

1

Arie Desrianty,

Hendro

Prassetiyo,

Gilang Ginanjar

Rancangan Sistem

Keselamatan Kerja

Berdasarkan Metode

SWIFT (The

Structured What-If

Analysis), Studi

Kasus di Stasiun

Kerja Belt Grinding

Unit PRASKA PT.

PINDAD Persero

Bandung

2012

Penerapan SMK3

pada PT.

PINDAD belum

mendapatkan

sertifikasi dengan

alasan metode

identifikasi

bahaya yang

digunakan belum

cukup baik

karena hanya

menilai aktivitas

operator.

SMK3,

Perhitungan

RRN,

SWIFT

Setelah melakukan analisa

menggunakan metode

tersebut, didapatkan hasil

bahwa bahaya yang

mendapatkan tingkat risiko

prioritas utama adalah zat

kimia, beban postur tubuh,

dan lingkungan kerja yang

kurang baik. Dan akhirnya

didapatkan hasil

rekomendasi dalam bentuk

penggantian metode kerja,

pengadaan fasilitas

keamanan keselamatan

kerja, dan pengendalian

administratif dalam bentuk

display peringatan serta

pengadaan pelatihan

operator

2

Hadi Luqman

Hakim, Yuniar,

Lauditta Irianti

Usulan Perbaikan

Sistem Manajemen

Keselamatan dan

Kesehatan Kerja

(SMK3) di Pabrik

Wire Rod Mill

Berdasarkan Metode

SWIFT, Studi Kasus

di PT. X

2015

Sistem SMK3

yang kurang

ditinjau secara

berkala sehingga

banyak terjadi

kecelakaan kerja

hingga mencapai

40% dengan jenis

kecelakaan mulai

dari kecelakaan

SMK3,

Perhitungan

RRN,

SWIFT

Hasil yang didapatkan dari

penelitian ini yaitu dapat

menentukan prioritas

bahaya yang terjadi dan

kemudian dibuat solusi

perbaikan yang dapat

direkomendasikan oleh

perusahaan.

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

15

kecil hingga

besar.

3

Hendro

Prassetiyo, Arie

Desrianty

Rancangan Sistem

Keselamatan Kerja

Stasisun Kerja

Induksi Furnace

Berdasarkan Metode

SWIFT (The

Structured What - If

Analysis), Studi

kasus di Unit

PRASKA PT.

PINDAD Persero

Bandung

2013

SMK3 yang

diterapkan PT.

PINDAD hanya

menilai aktivitas

operator,

sedangkan faktor

- faktor lain

seperti utilitym

lingkungan,

peralatan dan

mesin, serta

faktor eksternal

yang dapat

menghasilkan

potensi bahaya

tidak

dipertimbangkan

SMK3,

Perhitungan

RRN,

SWIFT

Setelah didapatkan hasil

bahaya yang menjadi

prioritas utama, maka

selanjutnya dihasilkan

rekomendasi dalam bentuk

penggantian metode kerja,

pengadaan fasilitas

keamanan keselamatan

kerja, dan pengendalian

administratif dalam bentuk

display peringatan serta

pengadaan pelatihan

operator.

2.7 Metode – Metode Lain yang Berhubungan Dengan Identifikasi Risiko

Tabel 2.6 Metode – metode lain

Deskripsi Contoh

Keandalan teknik

analisis

Mengukur keandalan teknis. Masukan untuk analisis risiko

kuantitatif

FMEA/FMECA,

PDS

Konsekuensi

analisis

Mengidentifikasi efek dari beban kecelakaan dengan

menggunakan model fenomena fisik

FTA, ETA

Risiko kuantitatif

analisis

Mengidentifikasi dan menganalisis bahaya berdasarkan data

kuantitatif

QRA/TRA

Tugas analisis Metode faktor manusia untuk analisis tindakan dan keputusan

manusia. Dasar juga untuk analisis keandalan manusia.

HTA

Keandalan

manusia analisis

Mengukur probabilitas kesalahan manusia dalam proses kerja.

Masukan untuk analisis risiko kuantitatif.

HRA

Risiko organisasi

analisis

Analisis pengaruh faktor – faktor organisasi dan manajemen

dalam kaitannya dengan analisis risiko kuantitatif.

BORA

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomieprints.umm.ac.id/53148/3/BAB II.pdf · 2006). Ergonomi juga dikenal dengan berbagai istilah, misalnya Human Factor Engineering, Biomechanics, Bio-Technology,

16

Risiko kualitatif

analisis

Mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa yang tidak

diinginkan mungkin, penilaian kualitatif.

MANAGER,

MACHINE,

SAM, I-RISK,

ORIM, OMT,

WPAM, PHA

Model sistemik Menganalisa ketahanan sistem berdasarkan sosio – teknis SWIFT,

HAZOP,

HAZID, JSA,

FRAM, STAMP

Verifikasi analisis Melakukan verifikasi dan validasi manusia, teknis, organisasi,

serta kondisi

CRIOP