Upload
others
View
28
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kesiapan
2.1.1 Pengertian Kesiapan
Kesiapan merupakan suatu kondisi dimana seseorang dapat merespon dan
mempraktekkan kegiatan yang memuat sikap dan keterampilan yang harus
dimiliki dan dipersiapkan selama mengikuti kegiatan tertentu.
Menurut Slameto yang dimaksud dengan kesiapan:
“Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang
membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam
cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi.”5
Hal ini dapat memiliki arti bahwa seorang guru haruslah siap dalam
menghadapi segala situasi dan kondisi yang berhubungan dengan kelangsungan
kegiatan belajar mengajar. Jadi, kesiapan dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana seseorang benar-benar mantap dan siap merespon segala sesuatu yang
berhubungan dengan fisik maupun non fisik.
2.1.2 Aspek – aspek Kesiapan
Slameto mengemukakan aspek – aspek kesiapan antara lain:
“a. Kondisi fisik, mental, dan emosional
b. Kebutuhan atau motif tujuan
c. Keterampilan, pengetahuan, dan pengertian yang lain yang
telah dipelajari
5Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 113.
8
Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip readiness
atau kesiapan yaitu:
a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh
mempengaruhi).
b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk
memperoleh manfaat dari pengalaman.
c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif
terhadap kesiapan.
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode
tertentu selama masa pembentukan dalam masa
perkembangan.”6
Adapun faktor-faktor yang menentukan kesiapan, yaitu :
“ 1) Kematangan (maturation)
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan yang
ditentukan oleh proses pembawaan. Proses kematangan ini
belajar tanpa adanya usaha usaha yang disengaja untuk
mempercepat proses ini, dan proses kematangan ini juga
berjalan jika ada usaha-usaha untuk tantangan (challenges).
Dalam hampir semua perubahan dalam kelakuan seseorang,
ada dua tenaga yaitu proses belajar dan kematangan.
Dalam proses kematangan terdapat tiga hal pokok:
a) Kematangan mengandung arti bahwa tidak semua
perubahan dan kemajuan yang kita lihat pada anak terjadi
karena pengaruh lingkungan, terutama pendidikan dan
pengajaran, tetapi sebagian besar terjadi karena
perkembangan dari dalam diri anak.
b) Proses kematangan terjadi melalui beberapa tingkat atau
fase terlepas dari bakat dan individu yang bersangkutan
tidak ada fase yang tidak muncul atau bertukar nomor
dalam urutannya.
c) Sebagian besar dari proses perkembangan psikis pada
anak hendaklah dipandang sebagai suatu kerjasama yang
kompleks antara kematangan batiniah dan hasil belajar
yang diberikan oleh lingkungannya.
Kematangan membentuk sifat dan kekuatan dalam diri
untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness”.
Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk bertingkahlaku,
baik tingkahlaku yang instingtif (melalui proses hereditas),
maupun tingkahlaku yang dipelajari.
6Ibid., h. 14-15.
9
2) Pengalaman (eksperince)
Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami
(dijalani, dirasakan, ditanggung, dsb) baik yang sudah lama
atau baru saja terjadi. Sebelum seseorang dapat mengerjakan
suatu tugas yang kompleks,ia harus dahulu mempunyai
kecakapan dasar, misalnya bila seorang anak belum mempunyai
readiness untuk membaca, maka ia tentu belum dapat membaca
sesuatu.
Jika seorang murid belum memiliki pengalaman, maka
sukar menelaah materi yang disampaikan oleh gurunya.
Dengan memiliki pengetahuan yang banyak, seorang murid
juga perlu memiliki banyak pengalaman seperti ilmu terapan
dan membaca buku.
3) Kesesuaian bahan dengan metode pengajaran
Kalau kita bandingkan cara dan bahan pengajaran
dengan kemampuan seorang anak sejak lahir, maka dengan
mudah kita dapat memilih metode apa yang digunakan agar
siswa sesuai mendapatkan apa yang diinginkan. Dalam hal
ini,kita harus melihat sejauh mana kesiapan seorang siswa
dalam menerima pembelajaran. Dengan begitu seorang
pengejar juga akan lebih mudah menentukan cara apa/metode
apa yang harus digunakan, dan melalui bahan yang sesuai
untuk di ajarkan.
Untuk pengajaran yang bersifat skill (kecakapan) harus
dihubungkan dengan sesuatu objek yang mempunyai arti
(meaningfull), misalnya kecakapan harus yang berhubungan
dengan sesuatu mata pelajaran.
4) Sikap emosional dan penyesuaian diri
Sikap emosional adalah suatu kemampuan yang dapat
mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui
bagaimana emosi diri sendiri terekspresikan untuk
meningkatkan maksimal etis sebagai kekuatan pribadi.”7
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi fisik, mental, dan
emosional, kebutuhan atau motif tujuan, keterampilan dan pengetahuan sangat
penting kaitannya dengan kesiapan. Dalam kesiapan ada faktor-faktor yang
menentukan diantaranya kematangan, pengalaman, kesesuaian bahan dengan
metode pengajaran, serta sikap emosional dan penyesuaian diri.
7http://kesiapanbelajar.blogspot.co.id/2013/05/faktor-faktor-yang-menentukan-
readiness.html, diakses 1 Januari 2016 pukul 23.42
10
2.2 Guru
2.2.1 Pengertian Guru
Sebutan “GURU” harus dihayati dan dilaksanakan dengan sungguh-
sungguh, bukan sekedar sebutan tanpa makna. Wibowo dan Hamrin
mengemukakan arti kata guru sebagai berikut:
“Pertama, huruf “G” bermakna gagasan. Artinya, semua guru harus
memiliki gagasan-gagasan yang baru dan membangun. Gagasan itu
tidak sekedar diucapkan di kelas saja, tetapi ada keberanian untuk
menyebarkannya melalui tulisan.
Kedua, huruf “U” bermakna usaha. Artinya, kompetensi,
profesionalisme dan perubahan itu bisa dicapai dengan usaha.
Ketiga, huruf “R” bermakna rasa yang meliputi asah, asih, dan asuh.
Setiap guru harus memiliki rasa itu, dan menanamkannya kepada
anak didik.
Keempat, huruf “U” bermakna uang/harta. Artinya, guru dituntut
memiliki modal yang cukup untuk mencapai profesionalisme dan
kompetensi. Uang juga diperlukan untuk meningkatkan martabat dan
kewibawaan guru di tengah masyarakat yang serba matrealistik dan
hedonis.”8
Menjadi guru adalah tugas kemanusiaan. Mengajar dengan ketulusan adalah
kata kunci pendidikan untuk pengabdian dan sebagai proyek kemanusiaan, bukan
proyek untuk meningkatkan gaji. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Guru berkewajiban untuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi pembelajaran,
juga meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
8Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012), h. 38.
11
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah
seorang teladan yang diharapkan dapat bekerja secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
2.2.2 Peran
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan dikaji
oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein (1997)
yang dikutip oleh Fatah.
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :
“ a. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan
identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh
karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang
mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peran
guru sebagai pendidik berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan
kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa
yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan,
pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-
hal yang bersifat personal dan spiritual.
Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak agar tingkah laku anak tidak
menyimpang dengan norma-norma yang ada.
b. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam
kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di
atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat
belajar dengan baik.
12
Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi
peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah. Ada
beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu; membuat ilustrasi, mendefinisikan,
menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan,
menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang
bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar,
menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada
perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-
guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika
mempelajari materi standar.
c. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal
ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga
perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual
yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi
yang tinggi untuk melaksanakan empat hal berikut:
2. Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi
kompetensi yang hendak dicapai.
3. Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara
jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat secara psikologis.
4. Guru harus memaknai kegiatan belajar.
5. Guru harus melaksanakan penilaian.
d. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu
pengetahuan. Guru menjadi pemimpin bagi peserta didiknya.
e. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran.
Selain itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan
keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman.
f. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik
dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat
kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini
tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan,
tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat
sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru.
13
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru; sikap
dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui
pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan,
proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan,
gaya hidup secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi
peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup
pribadinya sendiri. Guru yang baik adalah yang menyadari
kesenjangan antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada
pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
g. Guru Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat.
Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam
pembangunan disegala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat
mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang yang
dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara
lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan.
Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang
bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
h. Guru Sebagai Administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi
juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan
pengajaran. Guru akan dihadapkan pada berbagai tugas
administrasi di sekolah. Oleh karena itu seorang guru dituntut
bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam
kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan
sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah
melaksanakan tugasnya dengan baik.
i. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus
sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk
membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada
gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang
kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus
memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.
j. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
14
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini,
terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua
memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta
didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan
diwujudkan dalam pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman
yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa modern yang
akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara
generasi tua dan genearasi muda, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
k. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreatifitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan
menunjukkan proses kreatifitas tersebut. Kreatifitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreatifitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan
untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik,
sehingga peserta didik akan menilaianya bahwa ia memang
kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja.
Kreatifitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
sebelumnya.
l. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta
didik, menghormati setiap insan dan menyadari bahwa
kebanyakan insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan.
Guru mengetahui bahwa pengalaman, pengakuan dan dorongan
seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang
tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai
emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara
moril dan mengalami berbagai kesulitan dibangkitkan kembali
menjadi pribadi yang percaya diri.
m. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan
hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila
berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat
dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik apapun yang
15
dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut.
n. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara
bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan
rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi,
suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa
mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator
terpadu dengan peran sebagai evaluator.”9
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu.
Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang
begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru
mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi tantangan
dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di masyarakat harus
ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu masyarakat tidak akan
terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan akhirnya masyarakat tersebut
bergerak menuju kehancuran.
2.3 Profesional
2.3.1 Pengertian Profesional
Profesional adalah pekerja yang menjalankan profesi. Setiap profesional
berpegang pada nilai moral yang mengarahkan dan mendasari perbuatan luhur.
Dalam melakukan tugas profesi, para profesional harus bertindak objektif, artinya
bebas dari rasa malu, sentimen, benci, sikap malas, dan enggan bertindak.
9Fatah Ahmadi, Makalah Peran dan Fungsi Guru, 2012, diakses dari
http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/, pada tanggal 2 April 2016 pukul 15.23
16
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu
yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus,
dan disamping itu pula ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi)
didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk
membedakannya dengan kerja biasa yang semata bertujuan untuk mencari nafkah
atau kekayaan materi duniawi.
2.3.2 Karakteristik
Lieberman (1956) dalam Saud, mengemukakan bahwa karakteristik profesi
kalau dicermati secara seksama ternyata terdapat titik-titik persamaannya. Di
antara pokok-pokok persamaannya itu ialah sebagai berikut.
“ a. Sebuah layanan yang unik, pasti, dan penting
Profesi merupakan suatu jenis pelayanan yang unik karena
berbeda dari jenis pekerjaan yang lain. Selain itu, profesi
bersifat definitif dalam arti jelas batas-batas kawasan cakupan
bidang garapannya. Profesi amat dibutuhkan oleh pihak
penerima jasanya sementara pihaknya sendiri tidak memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk
melakukannya sendiri.
b. Penekanan pada teknik intelektual dalam melakukan pelayanan
Pelayanan profesi amat menuntut kemampuan kinerja
intelektual yang berlainan dengan keterampilan atau pekerjaan
manual semata-mata, tetapi terkadang peralatan manual juga
masih digunakan.
c. Suatu periode panjang pelatihan khusus
Pendidikan keprofesian lazimnya diselenggarakan pada jenjang
pendidikan tinggi, dengan proses pemagangannya sampai batas
waktu tertentu dalam bimbingan para seniornya.
d. Berbagai otonomi untuk kedua praktisi individu dan kelompok
kerja secara keseluruhan
Individu-individu dalam kerangka kelompok asosiasinya pada
dasarnya relatif bebas dari pengawasan, dan secara langsung
mereka menangani prakteknya. Dalam hal menjumpai suatu
kasus yang berada di luar kemampuannya, mereka membuat
rujukan kepada orang lain yang dipandang lebih berwenang,
atau membawanya ke dalam suatu panel atau konferensi kasus.
17
e. Penerimaan oleh praktisi dari tanggung jawab pribadi yang
luas untuk penilaian yang dibuat dan tindakan yang dilakukan
dalam lingkup otonomi profesional
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang
tenaga praktisi profesional itu berarti ia memikul
tanggungjawab pribadinya harus secara penuh.
f. Penekanan pada layanan yang akan diberikan, daripada
keuntungan ekonomi kepada praktisi, sebagai dasar bagi
organisasi dan kinerja pelayanan sosial didelegasikan kepada
kelompok kerja
Hendaknya kinerja pelayanan lebih mengutamakan kepentingan
pelayanan pemenuhan kebutuhan, dibandingkan untuk
kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan
diterimanya.
g. Sebuah organisasi pemerintahan sendiri yang komprehensif dan
praktis
Pelayanan bersifat teknis sehingga masyarakat menyadari
bahwa pelayanan hanya mungkin dilakukan penanganannya
oleh mereka yang kompeten. Karena masyarakat awam di luar
yang kompeten yang bersangkutan, maka kelompok para
praktisi itu sendiri satu-satunya institusi yang seharusnya
menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi
atas dirinya sendiri.
h. Sebuah kode etik yang telah diklarifikasi dan diinterpretasikan
pada titik-titik ambigu dan ragu dengan kasus-kasus konkret
Bertindak sesuai kewajiban dan tuntunan moralnya baik
terhadap klien maupun masyarakatnya. Adanya suatu perangkat
kode etika yang telah disepakati bersama oleh yang
bersangkutan seyogyanya membimbing hati nuraninya dan
mempedomani segala tingkah lakunya.”10
2.3.3 Syarat
Robert W. Richey (1974) yang dikutip oleh Saud mengemukakan syarat-
syarat profesi sebagai berikut:
“ a. Lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan yang ideal
dibandingkan dengan kepentingan pribadi.
b. Seorang pekerja profesional, secara aktif memerlukan waktu
yang panjang untuk mempelajari konsep-konsep serta prinsip-
prinsip pengetahuan khusus yang mendukung keahliannya.
10
Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 9.
18
c. Memiliki kualifikasi tertentu untuk memasuki profesi tersebut
serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan
jabatan.
d. Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku,
sikap dan cara kerja.
e. Membutuhkan suatu kegiatan intelektual yang tinggi.
f. Adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar
pelayanan, disiplin diri dalam profesi, serta kesejahteraan
anggotanya.
g. Memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan
kemandirian.
h. Memandang profesi suatu karier hidup (alive career) dan
menjadi seorang anggota yang permanen.”11
Syarat-syarat seperti yang telah dikemukakan di atas sangat penting untuk
diperhatikan bagi calon guru profesional. Seorang guru profesional tidak boleh
mementingkan egonya sendiri. Mereka harus mau memberikan pelayanan yang
baik tanpa mengharapkan imbalan.
2.4 Guru Profesional
2.4.1 Pengertian Guru Profesional
Guru merupakan salah satu profesi yang mulia. Profesi guru dapat diartikan
sebagai pekerjaan atau keahlian khusus yang harus memenuhi kompetensi-
kompetensi tertentu dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan.
Menurut Kunandar pengertian guru profesional adalah sebagai berikut:
“Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya, yaitu
dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta
didik untuk belajar.”12
Hal lain ditambahkan oleh Sidi (2003) yang dikutip oleh Kunandar:
11
Ibid., h. 15.
12
Kunandar, loc. cit.
19
“Guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan
minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang
memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang
ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan
anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos
kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi,
internet, buku, seminar, dan semacamnya.”13
Jadi, guru profesional adalah orang yang berprofesi sebagai guru yang telah
memenuhi persyaratan-persyaratan khusus sehingga mampu melaksanakan tugas
dan fungsinya secara maksimal.
2.4.2 Ciri-ciri
Ciri-ciri guru profesional dapat menjadi panutan bagi setiap guru untuk
mengembangkan diri agar benar-benar menjadi guru yang profesional. Berikut
adalah ciri-ciri guru profesional:
“a. Guru harus selalu mempunyai tenaga untuk siswanya. Guru
yang baik akan memberi perhatian pada siswa di setiap obrolan
atau diskusi yang dilakukan dan punya kemampuan mendengar
dengan seksama.
b. Seorang guru harus mempunyai tujuan yang jelas. Ciri guru
profesional adalah menetapkan tujuan setiap pelajaran secara
jelas dan bekerja guna memenuhi tujuan dalam setiap kelas.
c. Mempunyai keterampilan untuk mendidik agar murid disiplin.
Guru harus mempunyai keterampilan disiplin yang efektif. Hal
ini agar bisa memberi promosi atas perubahan perilaku positif
di dalam kelas.
d. Mempunyai keterampilan manajemen di dalam kelas yang baik.
Guru harus mempunyai keterampilan manajemen di dalam kelas
yang baik serta bisa memastikan agar perilaku siswa menjadi
baik saat siswa belajar dan bekerja sama.
e. Guru harus bisa berkomunikasi secara baik dengan orang tua
murid. Seorang guru harus menjaga komunikasi yang baik
dengan orang tua dan bisa membuat mereka selalu mengerti
tentang informasi yang sedang terjadi.
13
Kunandar, op. cit., h. 50.
20
f. Guru mempunyai ekspektasi yang tinggi pada muridnya. Guru
profesional memiliki ekspektasi besar pada siswa serta memacu
semua siswa untuk terus bekerja dan mengerahkan potensi
terbaik yang mereka miliki.
g. Mempunyai pengetahuan perihal kurikulum. Guru harus
mempunyai pengetahuan yang mendalam mengenai kurikulum
sekolah dan standar yang lain. Guru dengan sekuat tenaga akan
memastikan bahwa pengajaran yang mereka lakukan sudah
memenuhi standar-standar tersebut.
h. Mempunyai pengetahuan mengenai subyek yang diajarkan.
Meskipun sudah jelas, namun terkadang diabaikan. Guru
profesional memiliki pengetahuan yang sangat baik dan
antusiasme terhadap subyek yang diajarkan. Guru tersebut
selalu siap untuk menjawab semua pertanyaan dan menyimpan
berbahai bahan yang menarik bagi siswa.
i. Guru selalu memberikan yang paling baik bagi anak didik di
dalam proses pengajaran. Ciri guru profesional adalah selalu
bergairah dalam mengajar dan bekerja bersama dengan anak
didik. Guru akan merasa gembira ketika bisa mempengaruhi
siswa dalam kehidupannya dan memahami efek yang mereka
miliki.”14
Jadi guru profesional harus selalu mempunyai tenaga untuk siswanya dan
mempunyai tujuan yang jelas yang telah terangkum dalam RPP. Selain itu guru
juga harus terampil agar murid disiplin, berkomunikasi baik dengan murid dan
orang tua murid, dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi
muridnya dalam proses pengajaran.
2.4.3 Sifat dan Sikap Profesional
Guru profesional harus memiliki sifat dan sikap seperti yang dikemukakan
oleh Sukmadinata, yaitu:
“ a. Fleksibel, tidak kaku dalam menyatakan dan menyampaikan
prinsip dan pendiriannya.
b. Bersikap terbuka, menerima kedatangan siswa untuk ditanya,
diminta bantuan, dan mengoreksi diri.
14
http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/4-kompetensi-guru-profesional.html,
diakses 28 Maret 2016 pukul 22.17
21
c. Berdiri sendiri, baik secara intelektual, sosial maupun emosional.
d. Peka, cepat mengerti, memahami atau melihat dengan perasaan
apa yang diperlihatkan oleh siswa.
e. Tekun dalam mempersiapkan, melaksanakan, menilai maupun
menyempurnakan pengajarannya.
f. Realistik, melihat kenyataan apa adanya.
g. Melihat ke depan, membina siswa sebagai generasi penerus bagi
kehidupan di masa yang akan datang.
h. Rasa ingin tahu, selalu belajar, mencari dan menemukan sendiri
untuk memajukan siswanya.
i. Ekspresif, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
dengan memancarkan emosi dan perasaan yang menarik.
j. Menerima diri, menerima keadaan dan kondisi dirinya, berusaha
untuk selalu memperbaiki dan mengembangkannya.”15
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa guru profesional
tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dan kecakapan, tetapi juga harus
memiliki sifat dan sikap yang fleksibel, terbuka, mandiri, peka, tekun, realistik,
modern, ingin tahu, ekspresif, dan menerima diri.
2.4.4 Tanggungjawab Profesional
Dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian
dan nilai-nilai yang diinginkan membutuhkan peran guru. Menurut Buchari Alma
ada enam tugas dan tanggungjawab guru dalam mengembangkan profesinya,
yakni:
“ a. Guru bertugas sebagai pengajar, lebih menekankan kepada tugas
dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
b. Guru bertugas sebagai pembimbing, memberi tekanan kepada
tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
c. Guru bertugas sebagai administrator kelas, jalinan antara
ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada
umumnya.
15
Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 256-258.
22
d. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum, berusaha untuk
mempertahankan apa yang sudah ada serta mengadakan
penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan.
e. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi, tuntutan dan
panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggungjawab profesinya.
f. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat,
guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian
integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaharu
masyarakat.”16
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tanggungjawab
guru profesional adalah mengajar, membimbing, mengembangkan kurikulum dan
profesi, juga untuk membina hubungan dengan masyarakat.
2.5 Kompetensi
Guru yang profesional memiliki empat kompetensi atau standar kemampuan
yang meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran.
Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif dalam
mnenyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya,
memilih dan menetukan sebuah metode pembelajaran yang sesuai dengan
indikator pembahasan.
16
Alma, Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 132-133.
23
Menurut Surya (2005) yang dikutip oleh Kunandar tentang kompetensi
guru.
“Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang
harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara
tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi
intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial,
dan kompetensi spiritual."17
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru, Bagian Kesatu Kompetensi, Pasal 3 disebutkan bahwa ada 4
kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pendidikan. Empat
kompetensi tersebut adalah :
“a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurangnya meliputi:
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman terhadap peserta didik;
3) pengembangan kurikulum atau silabus;
4) perancangan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
6) pemanfaatan teknologi pembelajaran;
7) evaluasi hasil belajar; dan
8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang:
1) beriman dan bertakwa;
2) berakhlak mulia;
3) arif dan bijaksana;
4) demokratis;
5) mantap;
6) berwibawa;
7) stabil;
8) dewasa;
17
Kunandar, op. cit., h. 55.
24
9) jujur;
10) sportif;
11) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat;
12) secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
13) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik. sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Sekurang-
kurangnya meliputi kompetensi untuk:
1) berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun;
2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional;
3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame
pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta didik;
4) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan
mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku; dan
5) menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat
kebersamaan.
d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan Guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan:
1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan
standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan
2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni
yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau
koheren dengan program satuan pendidikan, mata
pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.”18
Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat disimpulkan sebagai
penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi
sebagai guru.
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008, Tentang Guru, Bagian
Kesatu Kompetensi, Pasal 3.
25
Sebagai calon guru profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus dikuasai dengan
baik dan benar. Keempat kompetensi ini dapat menjadi tolok ukur seberapa siap
seseorang menjadi guru profesional.
2.6 Kerangka Berpikir Penelitian
Mahasiswa Progdi PE
FKIP UKSW Salatiga
Kesiapan Menjadi Guru
Profesional
Standar Kompetensi
Pendidik
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi Sosial
Kompetensi Profesional