Upload
phungthuan
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Persepsi memiliki definisi yang berbeda-beda satu diantara yang lain.
Menurut Jalaluddin Rakmat (2001: 51) menyatakan bahwa “Persepsi adalah
proses pemberian arti terhadap lingkungan seorang individu, persepsi juga
meliputi pengetahuan”. Jadi persepsi mencakup penafsiran objek, tanda dan orang
dari sudut pengalaman. Dengan kata lain persepsi mencakup penerimaan stimulus
yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan
membentuk sikap.
Bimo Walgito (2004: 88) mengemukakan bahwa ”Persepsi itu
merupakan pengorganisasian, penginterprestasian, terhadap stimulus yang
diindranya sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan respon yang
menyeluruh (intergrated) dalam diri individu”. Sementara Slameto (2003: 102)
menyatakan bahwa:
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat indranya, yaitu indra penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti yang dipergunakan
oleh seseorang atau individu untuk memahami dunia sekitarnya yaitu dengan cara
memahami, mengorganisasi dan menafsirkan suatu stimulus sehingga
memungkinkan individu untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek, situasi
atau peristiwa yang dapat mempengaruhi perilaku.
9
10
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Persepsi
Persepsi merupakan hal yang bersifat subjektif, yaitu melibatkan tafsiran
pribadi masing-masing individu, sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja
yang berasal dari dalam individu atau dapat dikatakan faktor intern. Menurut
Bimo Walgito (2004: 68), faktor-faktor tersebut adalah:
1) Stimulus dan Respon Stimulus adalah bagian dari respon stimuli yang berhubungan
dengan kelakuan sedangkan respon adalah reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera.
2) Perhatian Perhatian merupakan proses penyeleksian terhadap stimulus,
dengan demikian apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu.
3) Keadaan diri (Personality) Keadaan diri individu itu berupa pengalaman, latar belakang
individu, dan pendidikan. 4) Kebermaknaan (Meaningsful)
Kebermaknaan merupakan hasil dari proses pemahaman dari kesatuan stimulus dan respon, perhatian, keadaan diri (Personality) ataupun informasi yang diterima mengenai ketentuan-ketentuan yang ada.
5) Penilaian (Pengambil Keputusan) Penilaian berhubungan dengan pemberian kesan atau anggapan
sebagai respon yang integrated dalam diri individu.
Menurut Robbins (2001: 134), selain faktor yang berasal dari dalam
individu, ada faktor-faktor lainnya yang berasal dari luar individu atau faktor
ekstern, yaitu:
1) Faktor Objek Meliputi ukuran, intensitas dan kontras atau pertentangan.
Semakin besar ukuran objek tertentu, maka persepsi seseorang terhadap objek tersebut akan semakin jelas dan mudah dipahami. Kemudian jika intensitas objek yang dipersepsikan semakin sering ditunjukkan, maka objek tersebut semakin diperhatikan sehingga akan lebih mudah untuk dipersepsikan. Objek semakin bertentangan atau kontras dengan sekitarnya akan lebih menarik orang sehingga akan lebih mudah dipersepsikan oleh orang.
2) Faktor Situasi Adalah kondisi lingkungan dimana individu mempersepsikan
objek tertentu.
11
Secara ringkas faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu individu
yang mengadakan persepsi, situasi dan objek yang dipersepsikan. Individu
dipengaruhi oleh faktor stimulus dan respon, perhatian, keadaan diri
(Personality), kebermaknaan (Meaningsful), dan penilaian (Pengambil
Keputusan).
c. Prinsip-Prinsip Dasar Persepsi
Setiap hal atau benda mempunyai karakteristik atau prinsip yang
mendasarinya. Slameto (2003: 103) mengungkapkan bahwa ”Lima prinsip
dasar persepsi, yaitu relative bukannya absolud, persepsi itu selektif, persepsi
itu mempunyai tatanan, persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan
penerima rangsangan dan persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh
berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama”.
Berikut ini diuraikan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1.) Persepsi itu relative bukannya absolud
Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala
sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat menyebut
secara persis berat suatu benda yang dilihatnya atau kecepatan sebuah
mobil yang sedang lewat, tetapi seseorang dapat secara relatif menerka
berat berbagai benda atau kecepatan mobil-mobil berdasarkan sifatnya
yang relatif, maka dampak dari suatu perubahan rangsangan dirasakan
lebih besar dari pada rangsangan yang datang kemudian, sehingga persepsi
seseorang dapat diprediksi berdasarakan persepsi orang tersebut
sebelumnya pada objek yang sama.
2.) Persepsi itu selektif
Individu hanya memperhatikan rangsangan dari semua rangsangan
yang ada di sekelilingnya, rangsangan yang diterima akan tergantung pada
apa yang pernah dipelajarinya, apa yang pada suatu saat menarik perhatian
dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan. Individu
mempunyai keterbatasan untuk menerima rangsangan.
12
3.) Persepsi itu mempunyai tatanan
Individu menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan,
melainkan dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok.
Apabila rangsangan yang datang tidak lengkap, maka akan dilengkapi
sendiri oleh penerima sehingga hubungan tersebut menjadi jelas.
4.) Persepsi di pengaruhi oleh harapan dan kesiapan dalam penerima
rangsang
Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana
yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang
dipilih itu akan ditata dan diinterpretasi.
5.) Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi
orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.
Persepsi yang dimiliki seseorang maupun suatu kelompok dapat
berbeda dengan orang lain atau kelompok lain, perbedaan ini disebabkan
adanya perbedaan-perbedaan masing-masing individu, perbedaan dalam
kepribadian, perbedaan latar belakang sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
budaya dan adat individu tersebut dibesarkan, karena adat istiadat suatu
daerah akan berpengaruh pada cara berfikir individu yang berasal dari
daerah itu.
d. Proses Dan Langkah Terjadinya Persepsi
Bimo Walgito (2007: 54) dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum
mengemukakan:
Proses terjadinya persepsi adalah objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudia terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang diterimanya melalui alat indera atau reseptor
13
Menurut kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya
persepsi melalui tiga tahapan, yaitu: tahap pertama yang dinamakan tahap fisik
atau kealaman, tahap kedua yang disebut sebagai tahap fisiologis dan tahap ketiga
yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang menyadari apa yang
individu terima melalui otak.
Adapun langkah-langkah terjadinya persepsi dapat diungkapkan sebagai
berikut:
1) Persepsi dimulai dari menghimpun informasi yang masuk dari dunia luar
melalui panca indera
2) Begitu banyaknya informasi yang masuk melalui indera maka tidak semua
dapat di catat dan tidak dapat memuaskan pada semuanya sekaligus. Oleh
sebab itu harus menentukan pilihan atau harus menyeleksi mana yang menjadi
perhatian utamanya.
3) Pada langkah ini informasi diubah dari tidak lengkap kemudian dilengkapi
menjadi proses yang lebih aktif dan kreatif, terdapat usaha untuk menambah
terhadap apa yang diketahui dan dipercayai.
4) Setelah langkah mencampur dan menambah seleksi, maka capuran itu
diorganisir dan di koordinir menjadi bentuk-bentuk yang teratur
5) Arti dan bentuk yang teratur adalah usaha memberikan makna atau arti dari
bentuk yang teratur disebut tingkat menginterpretasi sehingga tercapai
pemahaman tentang pengertian pesan atau informasi dari yang telah
disampaikan. Artinya ide yang dapat diterima adalah apakah mempunyai
kesamaan antara ide yang dikirim dan semua itu tergantung oleh berbagai
faktor baik internal maupun eksternal. Hal itu karena keterbatasan-
keterbatasan, terutama dari individu yang bersangkutan.
Menurut uraian di atas disimpulkan bahwa hasil persepsi diperoleh
melalui beberapa tahapan yaitu menghimpun informasi, penyeleksian stimulus
atau informasi, dan menginterpretasi stimulus.
14
e. Definisi Operasional Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1. Stimulus dan Respon
Dalam psikologi menyatakan bahwa stimulus adalah bagian dari respon
stimuli yang berhubungan dengan kelakuan. Sedangkan dalam fisiologi, stimulus
adalah perubahan lingkungan internal atau eksternal yang dapat diketahui. Ketika
stimulis dimasukan kedalam reseptor sensoris, stimulus akan mempengaruhi
refleks melalui transduksi stimulus.
Wangmuba (2009: 5) menyatakan bahwa ”Respon adalah istilah yang
digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang
diterima oleh panca indera”. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku
yang dimunculkan setelah dilakukan perangsangan. Teori Behaviorisme
menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan rangsang dalam
menjelaskan proses terbentuknya perilaku. Respon adalah perilaku yang muncul
dikarenakan adanya rangsang dari lingkungan. Jika rangsang dan respon
dipasangkan atau dikondisikan maka akan membentuk tingkah laku baru terhadap
rangsang yang dikondisikan.
Hubungan stimulus dan respon bersifat mekanistis, stimulus akan
berperan dalam menentukan respon. Namun tidak semua stimulus akan direspon
oleh individu, respon akan diberikan oleh individu terhadap stimulus yang ada
penyesuaian atau yang menarik perhatian individu. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa semakin tinggi atau semakin menarik stimulus yang
diterima individu maka kemungkinan respon yang ditunjukkan juga semakin baik
dan sebaliknya jika stimulus yang diterima individu rendah atau kurang menarik
maka kemungkinan respon yang ditunjukkan juga kurang baik. Terkait dengan
sertifikasi, misalkan stimulus itu adalah pemberian tunjangan profesi sebesar gaji
pokok yang diterima. Kemungkinan ada sebagian guru yang menganggap
sertifikasi itu penting karena dapat meningkatkan penghasilan yang diterima
sehingga akan mengakibatkan persepsi yang baik. Sebagian guru ada yang
menganggap sertifikasi itu kurang penting karena beranggapan untuk
mendapatkan tambahan penghasilan harus mengikuti sertifikasi guru dengan
berbagai syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu dan itu memberatkan
15
mereka, sehingga akan menyebabkan persepsi yang kurang baik terhadap
sertifikasi.
2. Perhatian
Perhatian merupakan proses penyeleksian terhadap stimulus, dengan
demikian apa yang diperhatikan akan betul-betul disadari oleh individu. Jika
perhatian kepada stimulus semakin tinggi maka respon juga akan semakin baik
dan sebaliknya jika perhatian kepada stimulus rendah maka respon juga akan
kurang baik. Terkait dengan penelitian ini, kemungkinan ada guru yang lebih
memberikan perhatian terhadap stimulus sebab sertifikasi ini dipandang
memberikan pengaruh positif terhadap profesi mereka sehingga memungkinkan
persepsi mereka terhadap sertifikasi akan baik, yaitu dengan cara mempersiapkan
syarat-syarat sertifikasi yang dapat guru penuhi terlebih dahulu. Sedangkan
kemungkinan terdapat guru yang kurang memberikan perhatian terhadap
stimulus. Hal ini disebabkan karena ketentuan dalam uji sertifikasi dipandang
kurang menguntungkan sebagian guru sekolah dasar sehingga memungkinkan
persepsi mereka terhadap sertifikasi kurang baik, yaitu dengan ditetapkannya
syarat kualifikasi akademik minimal S-1 atau D-4 karena sebagaian besar guru
sekolah dasar adalah lulusan Diploma (D-1 dan D-2) atau karena usia yang sudah
mendekati pensiun.
3. Keadaan diri (Personality)
Persepsi itu tidak hanya ditentukan oleh stimulus tetapi juga akan
ditentukan atau dipengaruhi oleh keadaan diri orang yang mempersepsi. Terkait
dengan sertifikasi, keadaan diri individu itu bisa berupa pengalaman (Masa
Kerja) dan pendidikan (Kualifikasi Pendidikan). Guru sekolah dasar yang
memiliki pengalaman kerja yang cukup, usia yang mendekati pensiun, cenderung
belum memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-4 padahal kualifikasi akademik
S-1 atau D-4 merupakan ketentuan mutlak yang harus dipenuhi untuk lulus uji
sertifikasi maka dimungkinkan guru tersebut akan menganggap sertifikasi itu
kurang penting, sedangkan kecenderungan guru yang memiliki pengalaman kerja
yang minim, usia yang masih muda cenderung memiliki kualifikasi akademik S-1
atau D-4 kemungkinan akan menganggap sertifikasi itu penting.
16
4. Kebermaknaan (Meaningsful)
Persepsi guru terhadap sertifikasi timbul sebagai hasil proses pemaknaan
atau pemahaman dari kesatuan stimulus, perhatian, keadaan diri (Personality)
ataupun informasi yang diterima mengenai ketentuan-ketentuan sertifikasi
sehingga yang dimaksud kebermaknaan disini apakah sertifikasi itu bermakna
atau tidak bermakna bagi guru. Kemungkinan ada guru yang menganggap
sertifikasi itu bermakna atau bermanfaat karena dengan sertifikasi seorang guru
bisa mendapat tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok yang dapat
meningkatkan kesejahteraan guru sehingga persepsi terhadap sertifikasi itu akan
baik dan sebaliknya kemungkinan ada guru yang menganggap sertifikasi kurang
bermakna karena untuk mendapat tunjangan profesi saja harus mengikuti
sertifikasi sehingga kemungkinan persepsi guru tersebut terhadap sertifikasi juga
kurang baik.
5. Penilaian (Pengambil Keputusan)
Penilaian berhubungan dengan pemberian kesan atau anggapan sebagai
respon yang menyeluruh (integrated) dalam diri individu. Penilaian ini
dipengaruhi oleh perhatian terhadap stimulus, keadaan diri (Personality) serta
interpretasi dalam proses kebermaknaan. Dengan adanya penilaian akan
berdampak pada pengambilan sebuah keputusan. Berdasarkan uraian di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan ada guru yang memiliki
persepsi yang baik terhadap sertifikasi sehingga mereka akan mengikuti program
sertifikasi, sedangkan ada guru yang memiliki persepsi yang kurang baik
terhadap sertifikasi yang menyebabkan mereka enggan untuk mengikuti program
ini.
6. Objek
Objek yang menjadi kajian penelitian adalah sertifikasi guru yang
ditetapkan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Objek meliputi ukuran,
intensitas dan kontras atau pertentangan, Semakin besar ukuran objek tertentu,
maka persepsi seseorang terhadap objek tersebut akan semakin jelas dan mudah
dipahami. Terkait dengan sertifikasi guru, ukuran objek disini adalah penilaian
orang terhadap dampak guru yang telah disertifikasi dan yang belum disertifikasi
17
yaitu guru yang telah tersertifikasi maka kesejahteraannya akan lebih baik
daripada guru yang belum tersertifikasi sesuai dengan UU RI No. 14 tahun 2005
pasal 16 yang menyebutkan bahwa “Guru yang memiliki sertifikat pendidik
memperoleh tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta
dibayar pemerintah”. Dengan adanya undang-undang tersebut jelas dijelaskan
bahwa guru yang telah sertifikasi akan mendapatkan tunjangan profesi yang
dapat meningkatkan kesejahteraan guru.
Jika intensitas objek yang dipersepsikan semakin sering ditunjukkan,
maka objek tersebut semakin diperhatikan sehingga akan lebih mudah untuk
dipersepsikan. Dalam dunia pendidikan saat ini, Sertifikasi guru merupakan suatu
kebijakan yang akan membawa dampak terhadap peningkatan kesejahteraan yang
lebih baik bagi guru-guru yang telah tersertifikasi. Jadi perhatian guru terhadap
sertifikasi guru akan menjadi lebih besar sehinga akan lebih mudah
dipersepsikan.
Suatu objek yang semakin bertentangan atau kontras dengan sekitarnya
akan lebih menarik orang sehingga akan lebih mudah dipersepsikan oleh orang.
Dengan adanya sertifikasi guru membuka peluang pro dan kontra di antara
profesi yang lain menyangkut peningkatan kesejahteraan. Sehingga menimbulkan
kecemburuan sosial bagi tiap-tiap profesi.
7. Situasi
Situasi merupakan kondisi lingkungan dan keadaan di mana individu
mempersepsikan objek. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah
dan keluarga. Untuk lingkungan masyarakat tidak begitu dibahas karena sebagian
masyarakat yang tidak begitu paham dengan sertifikasi guru, yang mereka tahu
adalah semua guru akan mendapatkan kenaikan gaji padahal kenyataan tidak
demikian.
2. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian
18
sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru.
Sertifikasi pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada
guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Sertifikasi adalah prosedur yang
digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa sesuatu
produk, proses atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan (Mulyasa,
2007: 34).
Sertifikat pendidik adalah sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan
tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas
guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.(Suyatno, 2008: 2).
Jurnal National Commission on Education Services (NCES) yang telah dikutip
oleh Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan Sertifikasi
Guru (2007: 34) menyatakan “Certification is a procedure whereby the state
evaluates and reviews a teacher candidate’s credential and provides him or her a
license to teach”. Artinya sertifikasi merupakan prosedur untuk menentukan
apakah seorang guru layak diberikan izin dan kewenangan untuk mengajar.
Berdasarkan rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru
merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu pendidikan
tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga
sertifikasi. Oleh karena itu, proses sertifikasi di pandang sebagai bagian esensial
dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai kompetensi yang telah di
tetapkan dalam sertifikasi kompetensi adalah sertifikat kompetensi pendidik.
Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi
standar untuk melakukan pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
b. Tujuan Sertifikasi Guru
Menurut Mulyasa (2007) mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru
adalah:
(1)Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu dan melindungi
19
lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa tujuan
sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran, (2) meningkatkan profesionalisme guru, (3)
meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4) mempercepat terwujudnya tujuan
pendidikan nasional.
Ibrahim Bafadal (2003: 53-54) menyatakan “Program sertifikasi
bertujuan untuk menciptakan tenaga guru dan kependidikan yang lebih berkualitas
sehingga kemampuan guru dapat meningkat dan memiliki standar kualifikasi”.
Atau dengan kata lain target akhir sertifikasi ini sebagai berikut :
1) Tersedianya tenaga guru terdidik atau terlatih yang memiliki standar
kualifikasi dan kompetensi.
2) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga guru
Berdasarkan rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
sertifikasi sebagai salah satu upaya peningkatan mutu atau kualifikasi kompetensi
dan kesejahteraan guru yang berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru serta meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan secara berkelanjutan.
c. Manfaat Sertifikasi Guru
Menurut Ditjen PMPTK (2007: 2) mengungkapkan bahwa manfaat dari
sertifikasi yaitu :
1) Melindungi profesi guru dari praktek-praktek yang tidak berkompeten, yang dapat merusak profesi citra guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktek-praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
3) Meningkatkan kesejahteraan guru.
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007: 35-36) mengemukakan bahwa
sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
20
1) Pengawasan Mutu a) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan menentukan
seperangkat kompetensi yang bersifat unik. b) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi untuk
mengembangkan tingkat kompetensinya secara berkelanjutan. c) Peningkatan profesionalisme mekanisme seleksi, baik pada waktu
awal masuk organisasi profesi maupun mengembangkan karier selanjutnya.
d) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
2) Penjaminan Mutu a) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi
terhadap kinerja praktisi akan menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap organisasi profesi beserta anggotanya dan sebaliknya organisasi profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para pelanggan atau pengguna.
b) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para pelanggan atau penguna yang ingin mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Mulyasa (2007: 191-194) mengemukakan “Standar sertifikasi guru, uji
kompetensi sertifikasi guru baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat
yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan”. Pentingnya uji
kompetensi dalam standar sertifikasi guru antara lain dapat dikemukakan berikut
ini:
1) Sebagai Alat Untuk Mengembangkan Standar Kompetensi Guru
Uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengembangkan standar
kompetensi guru yaitu kemampuan rata-rata guru, aspek mana yang perlu
ditingkatkan, dan siapa guru yang perlu mendapat pembinaan secara
berkesinambungan (continue), serta siapa yang telah mencapai standar
kemampuan minimal.
2) Untuk Pengelompokkan Guru
Hasil uji kompetensi guru dapat digunakan untuk mengelompokkan dan
menentukan mana guru yang profesional yang berhak menerima tunjangan
profesional, tunjangan jabatan dan penghargaan profesi serta guru yang tidak
profesional tidak berhak menerimanya.
21
3) Setiap Bahan Acuan Dalam Pengembangan Kurikulum
Keberhasilan pendidikan tercermin dalam kualitas pembelajaran, dan
keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini harus dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru karena
keberhasilan tersebut terletak pada berbagai komponen dalam proses
pendidikan dilembaga pendidikan.
4) Merupakan Alat Pembinaan Guru
Adanya syarat menjadi kriteria calon guru, maka akan terdapat
pedoman para administrator dalam memilih, menyeleksi dan menempatkan
guru sesuai dengan karakteristik serta jenjang sekolah.
5) Mendorong Kegiatan dan Hasil Belajar
Kegiatan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik sebagian besar
ditentukan oleh guru. Oleh karena itu, uji kompetensi dalam standar sertifikasi
guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal.
Berdasar rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih mengacu kepada
pengawasan dan penjaminan mutu tenaga pendidik.
d. Prinsip Sertifikasi Guru
Setiap hal atau benda mempunyai karakteristik atau prinsip yang
mendasarinya. Ditjen PMPTK (2007: 4-5) mengungkapkan bahwa “Lima prinsip
dasar sertifikasi guru, yaitu dilaksanakan secara objektif, transparan dan
akuntabel, berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui
peningkatan guru dan kesejahteraan guru,dilaksanakan sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan, dilaksanakan secara terencana dan sistematis, dan
jumlah peserta sertifikasi guru di tetapkan oleh pemerintah”.
Berikut ini diuraikan prinsip-prinsip sertifikasi tersebut sebagai berikut:
1) Dilaksanakan secara objektif, transparan dan akuntabel
Objektif yaitu mengacu kepada proses perolehan sertifikasi pendidik
yang impartial, tidak diskriminatif, dan memenuhi standar pendidikan
nasional. Transparan yaitu mengacu kepada proses sertifikasi yang
22
memberikan peluang informasi tentang proses dan hasil sertifikasi. Akuntabel
merupakan proses sertifikasi secara administratit, financial dan akademik.
2) Berujung pada peningkatan mutu pendidikan nasional melalui peningkatan
guru dan kesejahteraan guru.
Sertifikasi guru merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu
guru yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru. Guru yang telah
lulus uji sertifikasi guru akan diberi tunjangan profesi sebesar satu kali gaji
pokok sebagai bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
guru. Dengan peningkatan mutu dan kesejahteraan guru maka diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara berkelanjutan.
3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi
amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahnu 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Sertifikasi mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru
kompetensi guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi
paedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Sedangkan standar
kompetensi guru mencakup kompetensi inti guru.
5) Jumlah peserta sertifikasi guru di tetapkan oleh pemerintah
Jumlah peserta pendidikan profesi dan uji kompetensi tahunnya di
tetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan jumlah yang di tetapkan pemerintah
tersebut, maka di susunlah quota guru peserta sertifikasi untuk masing-masing
provinsi dan kabupaten atau kota.
Menurut uraian di atas disimpulkan bahwa sertifikasi dilaksanakan
sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas
pendidik dan kesejahteraan pendidik dengan didasarkan atas keobjektifan,
transparansi, terencana, dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
23
e. Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen pasal 11 ayat (2) dinyatakan “Sertifikasi pendidik
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah“. Dengan
demikian sertifikasi guru diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun
2007 tentang Sertifikasi Guru Dalan Jabatan. Oleh karena itu, persyaratan
perguruan tinggi negeri maupun swasta yang dapat melaksanakan sertifikasi guru
yaitu (1) memiliki program studi pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi sesuai peraturan yang berlaku, (2) ditetapkan oleh menteri
pendidikan nasional (Ditjen PMPTK, 2007: 4-5).
Penilaian guru peserta sertifikasi dilakukan oleh asesor yang telah
ditetapkan dan diseleksi oleh perguruan tinggi penyelengaraan sertifikasi,
sedangkan yang menetapkan asesor adalah rektor perguruan tinggi yang ditunjuk
sebagai pelaksanaan sertifikasi. Tugas asesor adalah menilai kompetensi guru
sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan (Ditjen PMPTK, 2007:
5). Contoh bentuk lembar penilaian sertifikasi untuk asesor selengkapnya dapat
dilihat dalam lampiran 23. Kriteria asesor yang ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional dikutib Suyatno (2008: 8-9) yaitu:
1) WNI yang berstatus sebagai dosen, widyaiswara, instruktur/guru senior, atau pengawas di lingkungan Dinas Penddidikan yang bersertifikasi pendidik.
2) Sehat jasmani dan rohani, sehingga mampu melaksanakan tugas sertifikasi guru.
3) Memiliki komitmen dan sanggup melaksanakan sertifikasi guru secara objektif.
4) Berpendidikan minimal S-2 (ada unsur kependidikan). 5) Berpengalaman mengajar, melatih, atau membimbing guru atau
calon guru dalam rentang 5 (lima) tahun terakhir dalam bidang.
Menurut uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sertifikasi
guru adalah perguruan tinggi negeri dan swasta yang memiliki program
24
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan di tetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional, sedangkan yang berhak memberikan penilaian adalah asesor
yang telah di tetapkan dan diseleksi oleh perguruan tinggi penyelenggara
sertifikasi.
f. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru
Menurut Permendiknas Nomor 18 tahun 2007, persyaratan utama peserta
sertifikasi bagi guru adalah guru yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana
Strata Satu (S-1) atau Diploma Empat (D-4). Selain itu, peserta sertifikasi tiap
tahun dibatasi oleh quota karena jumlah guru yang memenuhi persyaratan
kualifikasi akademik lebih besar daripada quota. Oleh karena itu, Dinas
Pendidikan Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota dalam menetapkan peserta
sertifikasi juga mempertimbangkan kriteria penetapan peserta. Penentuan guru
calon peserta sertifikasi menggunakan sistem rangking bukan berdasarkan seleksi
melalui tes. Masnur Muslich (2007: 19) menyatakan bahwa “Kriteria penyusunan
rangking penetapan peserta yaitu: masa kerja atau pengalaman mengajar, usia,
pangkat/golongan, beban mengajar, jabatan atau tugas tambahan, dan prestasi
kerja”. Kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Masa kerja atau pengalaman mengajar
Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik
sebagai PNS maupun non PNS.
2) Usia
Usia yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci sampai dengan bulan
supaya dapat terlihat perbedaannya.
3) Pangkat/golongan
Kriteria ini khusus untuk guru PNS saja. Pangkat atau golongan adalah
pangkat/golongan yang sedang di duduki guru saat ini.
4) Beban mengajar
Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar per minggu yang dilakukan oleh
guru saat di daftarkan sebagai pesrta sertifikasi guru.
25
5) Jabatan atau tugas tambahan
Jabatan atau tugas tambahan adalah jabatan atau tugas tambahan yang
disandang oleh guru saat yang bersangkutan di usulkan mengikuti sertifikasi
guru. Tugas tambahan tersebut adalah sebagai kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, ketua program/jurusan dan lain-lain
6) Prestasi kerja
Prestasi kerja yang dimaksudkan disini adalah prestasi yang pernah diraih
guru seperti meraih predikat sebagai guru teladan, guru berprestasi, guru
berdedikasi, disiplin, dedikasi, dan loyalitas, pembimbinga teman sejawat,
pembimbingan siswa sampai mendapatkan penghargaan baik tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional maupun internasional.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peserta uji
sertifikasi di tetapkan oleh pemerintah dengan memperhatikan ketentuan uji
sertifikasi yang harus dipenuhi seorang guru.
g. Prosedur Sertifikasi Guru
Ditjen PMPTK (2007: 13-15) menyatakan bahwa “Mekanisme
pelaksanaan sertifikasi guru ada tiga yaitu melalui portofolio bagi guru,
pendidikan profesi bagi calon guru, dan pendidikan dan lanjutan profesi guru
(PLPG).
Berikut ini diuraikan mekanisme pelaksanaan sertifikasi guru:
1) Melalui penilaian portofolio bagi guru
Sertifikasi guru dilaksanakan melalui penilaian portofolio. Penilaian
portopolio tersebut merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru
dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendeskripsikan:
a) Kualifikasi akademik
Yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan
guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2 atau S-3)
maupun non gelar (D-4), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik
yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijazah atau sertifikasi
diploma.
26
b) Pendidikan dan pelatihan
Yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam rangka pengembangan atau peningkatan kompetensi
dalam melaksanakan tugas sebagai tugas sebagai pendidik, baik pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam,
atau surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.
c) Pengalaman mengajar
Yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik
pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga
yang berwenang (dapat dari pemerintah, atau kelompok masyarakat
penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa
surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.
d) Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
Yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling
tidak memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan
pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario
pembelajaran, dan penilain proses dan hasil belajar. Bukti fisik dari sub
komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran
(RP/RPP/SP/RPI) yang diketahui disahkan oleh atasan.
e) Penilaian dari atasan dan pengawas
Yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas dan
pembelajaran individual. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran
(pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti (penguasaan
materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar,
evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup (refleksi, rangkuman, dan
tinda lanjut). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian
oleh kepala sekolah atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran
yang dikelola oleh guru.
27
f) Prestasi akademik
Yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan
bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik
(juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau
non kependidikan), pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti,
tutor), dan pembimbingan siswa kegiaitan extra kurikuler (pramuka,
drumband, madding, karya ilmiah remaja (KIR), dan lain-lain). Bukti fisik
yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau
sertifikat yang dikeluarkan berupa surat penghargaan, surat keterangan
atau sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.
g) Karya pengembangan profesi
Yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil
pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi
buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau
nasional. Artikel yang dimuat dalam media jurnal/majalah/bulletin yang
tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional, menjadi reviewer buku,
penulis soal EBTANAS/UN, modul/buku cetak lokal (kabupaten/kota)
yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester,
media/alat pembelajaran dalam bidangnya, laporan penelitian tindakan
kelas (individu/kelompok) dan karya seni patung, rupa, tari, lukis, sastra,
dan lain-lain). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari
pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut.
h) Keikutsertaan dalam forum ilmiah
Yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan
bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,
nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah maupun sebagai
peserta. Bukti fisik yang dilampirkan berupak makalah dan
sertifikasi/piagam bagi nara sumber, dan sertifikat/piagam bagi peserta.
28
i) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
Yaitu pengalaman guru menjadi pengurus organisasi kependidikan,
organisasi sosial atau mendapat tugas tambahan. Pengurus organisasi di
bidang kependidikan antara lain: pengurus Forum Komunikasi Kepala
Sekolah (FKKS), Forum Kelompok Kerja Guru (FKKG), Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia
(ISPI), Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI), Asosiasi
Bimbingan dan konseling Indonesia (ABKIN), dan Ikatan Sarjana
Manajemen Pendidikan Indonesia (ISMaPI), dan Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Pengurus organisasi sosial anatar lain: ketua RT, ketua
RW, ketua LMD/BPD, dan pembina kegiatan keagamaan. Mendapat tugas
tambahan antara lain: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan,
kepala laboratorium, kepala bengkel, kepala studio, kepala klinik
rehabilitasi, dan lain-lain. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat
keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
j) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
Yaitu pernghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan
dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria
kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos
kerja), dan relevan (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik yang
dilampirkan berupa fotokopi sertifikat, piagam, atau surat keterangan
(Ditjen PMPTK, 2007: 4-7).
Guru yang memiliki nilai portofolio di atas batas minimal (850)
dinyatakan lulus penilaian portofolio dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Namun, guru yang hasil penilaian portofolionya memperoleh nilai kurang sedikit
dari batas minimal diberi kesempatan untuk melengkapi portofolio. Setelah
lengkap guru dinyatakan lulus dan berhak menerima sertifikat pendidik.
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru adalah untuk menilai kompetensi
guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran.
29
Kompetensi paedagogik dinilai melalui dokumen kualifikasi akademik,
pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai melalui
dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai
melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman
mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi akademik
(Ditjen PMPTK, 2003: 3). Selain fungsi di atas, portofolio juga berfungsi sebagai:
a) Wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan untuk kerjaannya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung.
b) Informasi atau data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
c) Dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikasi pendidikan atau belum).
d) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru (Ditjen PMPTK, 2007: 3).
2) Melalui pendidikan profesi bagi calon guru
Diberlakukan bagi guru yang memperoleh nilai jauh di bawah batas
minimal lulus wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang
akan dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh menteri
pendidikan nasional. Pada akhir diklat profesi guru, dilaksanakan ujian dengan
materi uji menckaup empat kompetensi guru yaitu kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Bagi
guru yang lulus ujian berhak menerima sertifikat pendidik, dan guru yang
belum lulus diberi kesempatan untuk mengulang materi diklat yang belum
lulus sebanyak dua kali kesempatan.
3) Melalui pendidikan dan lanjutan profesi guru (PLPG)
Menurut Ditjen Dikti (2007: 4-7) dalam rambu-rambu pelaksanaan
pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), dinyatakan bahwa PLPG
diberlakukan bagi guru peserta sertifikasi yang belum lulus pada penilaian
portofolio dan direkomendasikan untuk mengikuti PLPG oleh rayon LPTK
penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan di Kabupaten/Kota.
30
Pelaksanaan PLPG ini dengan membentuk rombongan belajar yang
diupayakan satu bidang mapel/keahlian atau jika dari segi jumlah tidak
memungkinkan dapat dilakukan berdasarkan rumpun. Penyelenggaraan PLPG
ini diselenggarakan dengan bobot 90 jam pertemuan dengan alokasi 30 jam
pertemuan teori dan 60 jam pertemuan praktek. Pelaksanaan PLPG ini diakhiri
dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan ujian kinerja (praktek
pembelajaran bagi guru kelas/bidang studi).
Ujian tulis dalam PLPG mencakup kompetensi profesional dan
kompetensi paedagogik, sedangkan ujian kinerja mencakup kompetensi
profesional, kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik, sedangkan yang tidak
lulus diberi kesempatan untuk mengikuti ujian ulang yang dilaksanakan LPTK
penyelenggara sebanyak-banyaknya dua kali dengan tenggang waktu
sekurang-kurangnya dua minggu sejak tanggal pengumuman. Peserta yang
telah mengikuti ujian ulang sebanyak dua kali namun masih belum lulus maka
diserahkan kembali ke Dinas Pendidikan atau Kandepag kabupaten/kota.
Secara umum menurut Suyatno (2008) prosedur pelaksanaan sertifikasi guru
disajikan pada gambar berikut ini:
Sertifikat Pendidik
Guru dalam jabatan S1/D4
Penilaian portofolio
Kegiatan melengkapi portofolio
Dinas Pendidikan
DIKLAT PROFESI GURU
Pelaksanaan diklat
Ujian
Ujian ulang
Lulus
Tidak lulus
Gambar 1. Prosedur Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan
Lulus
tidak lulus Lulus
tidak lulus
31
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa prosedur sertifikasi meliputi
hal-hal sebagai berikut :
1) Guru peserta sertifikasi menyusun dokumen portofolio dengan mengacu pada
panduan penyusunan perangkat sertifikasi bagi guru dalam jabatan.
2) Dokumen portofolio yang telah disusun, diserahkan kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota untuk diteruskan kepada LPTK induk untuk dinilai oleh
asesor di rayon tersebut.
3) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi, bila mencapai skor minimal
kelulusan dan dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat pendidik.
4) Hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi yang belum mencapai skor
minimal kelulusan, Rayon LPTK akan merekomendasikan kepada peserta
dengan alternative sebagai berikut :
a. Melakukan kegiatan untuk melengkapi kekurangan dokumen
portofolio
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru (Diklat Profesi Guru
atau DPG) yang diakhiri dengan ujian.
c. Materi DPG mencakup 4 (empat) kompetensi yakni kepribadian,
paedagogok, profesional dan sosial.
5) Pelaksanaan DPG di atur oleh LPTK penyelenggara dengan memperhatikan
skor hasil penilaian portofolio dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).
a. Peserta DPG yang lulus ujian akan memperoleh sertifikasi pendidik.
b. Peserta yang tidak lulus diberi kesempatan mengikuti ujian ulang
sebanyak dua kali, dengan tenggang waktu sekurang-kurangnya dua
minggu. Apabila tidak lulus peserta diserahkan kembali ke Dinas
Pendidikan kabupaten/kota.
6) Untuk menjamin standarisasi prosedur dan mutu lulusan maka rambu-rambu
mekanisme, materi, dan sistem ujian DPG dikembangkan oleh Konsorsium
Sertifikasi Guru (Ditjen PMPTK, 2007:4).
Berdasarkan rumusan di atas maka disimpulkan bahwa pelaksanaan
sertifikasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian portofolio dan
32
pendidikan profesi. Penilaian portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap
kumpulan dokumen, sedangkan pendidikan profesi diberlakukan bagi guru yang
memperoleh nilai jauh di bawah minimal lulus.
B. Penelitian yang Relevan
1. Tri Winarsih. Persepsi Guru terhadap Undang-Undang Republik Indonesia
Nomer 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Studi Kasus pada SMK
Negeri 6 Surakarta Tahun 2006/2007). Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitiannya membahas
tentang profesi guru terkait dengan profesionalisme guru dan program
sertifikasi guru. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa guru SMK N 6
memiliki persepsi yang baik terhadap Undang-Undang tersebut, karena
Undang-Undang tersebut merupakan suatu upaya untuk melakukan
peningkatan kualitas profesi guru sekaligus sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan bagi guru.
2. Lina Dewi Susilowati. Perbedaan Persepsi Guru terhadap Sertifikasi Ditinjau
dari Guru Senior dan Guru Junior Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitiannya membahas
tentang ada tidaknya perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap
sertifikasi antara guru senior dengan guru junior sekolah dasar se-Kecamatan
Sawangan Kabupaten Magelang. Hasil penelitian ini adalah tidak ada
perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap sertifikasi antara guru senior
dan guru junior se-Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang.
C. Kerangka Pemikiran
”Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan” (Jalaluddin Rakhmat, 2001: 51). Persepsi mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih,
berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
33
rangsangan (Winkel 1996: 249). Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu
reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan atau stimulus dan
perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada. Persepsi satu orang dengan
orang yang lainnya berbeda sebagai bukti keunikan manusia. Perbedaan persepsi
tersebut dipengaruhi oleh faktor pribadi seseorang dan faktor dari luar, sehingga
walaupun objek yang dipersepsi sama hasilnya dapat berbeda-beda. Guru sekolah
dasar memiliki persepsi yang bebeda-beda terhadap sertifikasi guru. Sertifikasi
guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada suatu
pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi.
Persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang
diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak kemudian
diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian
dihasilkan persepsi. Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus,
pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah
diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk
sikap. Stimulus yang berkaitan dengan sertifikasi guru dapat berupa peningkatan
kesejahteraan guru yang lebih baik yang diwujudkan dalam pemberian tunjangan
dan kenaikan gaji sebesar satu kali gaji pokok.
Kemudian setelah adanya stimulus, akan ditafsirkan melalui respon guru
terhadap sertifikasi guru yang dipengaruhi oleh faktor perhatian, keadaan diri,
kebermaknaan, objek, situasi dan penilaian diri. Sehingga akan membentuk suatu
persepsi yang akan menentukan cara guru sekolah dasar berperilaku terhadap
suatu objek dalam hal ini adalah sertifikasi.
34
Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini skema kerangka
pemikiran yang akan mempermudah dalam memahaminya.
Stimulus dan Respon
Penilaian atau Pengambilan Keputusan
Keadaan Diri (Personality)
Kebermaknaan (Meaningsful)
Perhatian
Persepsi Guru
Program
Sertifikasi Guru
Situasi
Objek
Gambar 2. Kerangka Pemikiran