Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Etos Kerja
a. Pengertian Etos Kerja
Etos berasal dari bahasa Yunani yang artinya sikap,
sesuatu yang dipercayai, persepsi, serta cara berbuat
terhadap nilai kerja. Dari kata itu muncullah kata “ethic”
yang artinya moral, dasar, dan tindakan, atau yang biasa
dikenal dengan etiket yang mempunyai arti cara bersopan
santun. Etos kerja tidak hanya mengenai sikap atau
kepribadian, tetapi menyangkut harga diri, jati diri dan
martabat seseorang. Seseorang meyakini akan mampu
mewujudkan nilai-nilai islam saat ia merasakan hasil
pekerjaan yang baik dan sempurna.7
Menurut Anoraga, “Etos kerja adalah suatu sikap
dan pandangan suatu individu atau kelompok terhadap
kerja”. Apabila pandangan atau sikap dinilai rendah
terhadap suatu kehidupan, maka dapat dikatakan seseorang
tersebut memiliki etos kerja yang relatif rendah, dan
sebaliknya apabila individu memandang suatu sikap
sebagai sesuatu yang luhur terhadap eksistensi manusia
maka dapat dikatakan seseorang tersebut memiliki etos
kerja yang relatif tinggi.8
Menurut Octarina, “Etos kerja merupakan suatu
sikap pemberian makna, mengekspresikan, meyakini dan
mendorong terhadap sesuatu dalam mencapai suatu sikap
yang optimal”. Sedangkan menurut Sinamo, “Etos kerja
adalah suatu tindakan yang bersumber dari keyakinan
dasar terhadap model kerja yang terintegrasi”.9 Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etos
kerja ialah tindakan total seorang pegawai yang disertai
7 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan
Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Swadaya, 2012), 95. 8 Sri Langgeng Ratnasari dan Yenni Hartati, Manajemen Kinerja Dalam
Organisasi, (Pasuruan: Qiara Media, 2019), 205. 9 Stela Timbuleng dan Jacky S. B. Sumarraw, “Etos Kerja, Disiplin Kerja,
dan Komitmen Organisasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT
Hasjrat Abadi Cabang Manado”, Jurnal EMBA Vol. 3 No.2 (2015), 1052.
7
dengan komitmen dan mengarah pada tindakan positif
terhadap hasil kerjanya.
b. Etos Kerja dalam Perpektif Islam
Menurut Asifudin, “etos kerja Islami adalah
kepribadian seseorang yang berkaitan dengan kerja yang
dilihat dari sistem keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan
yang menjadi dasar dalam kehidupannya”. Dan didukung
dengan pendapat Tasmara, bahwa didalam etos kerja islam
terdapat dorongan dalam menghindarkan dalam segala
kerusakan dan mendekatkan pada suatu kesempurnaan
serta ditujukan dalam mengurangi atau bahkan
menghilangkan adanya suatu kerusakan dalam
pekerjaannya. Beliau juga beranggapan bahwa etos kerja
berisi moral yang dijadikan sebagai landasan dalam
mencari ridha Allah, mencari kebahagiaan fiddunya wal
akhirah (dunia dan akhirat). Jadi etos kerja ini tidak hanya
sekedar bergerak dan bekerja saja tetapi berkenaan dengan
kejujuran, semangat dan keahlian dalam bidangnya.10
Bekerja keras dalam mencapai prestasi, pemenuhan
kebutuhan, serta pencapaian kesuksesan merupakan hal
pokok yang diharapkan semua manusia, dan ini
membutuhkan etos kerja yang tinggi yang juga merupakan
anjuran Islam terhadap semua hambanya. Ada atau
tidaknya etos kerja dapat menentukan kesuksesan lahiriah,
sedangkan sikap dan keagamaan dibutuhkan dalam
mendapatkan kesuksesan jiwa atau batiniyah. Jadi dapat
diketahui kesuksesan seseorang dapat diraih dengan
adanya etos kerja islam yang tinggi. Hasan Al-Banna
berpendapat bahwa Islam tidak mengharapkan seseorang
untuk menganggur dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan memperbaiki kondisi keluarganya. Ini berarti
Islam peduli terhadap etos kerja serta menganjurkan
umatnya untuk selalu berusaha dan berdoa.11
Pendapat
tersebut sejalan dengan al-Qur’an surat an-Najm ayat 39:
10
Putri Mauliza, dkk., “Pengaruh Etos Kerja Islami dan Gaya
Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen Organisasional Serta
Implikasinya pada Kinerja Pegawai Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh,” Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, Volume 2 Nomor 2, (2016), 191. 11
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami
untuk Dunia Usaha, (Bandung: Alfabeta, 2013), 119.
8
ب عؼ إل غ ظ ىل أ ى ٩٣ Artinya: “Dan bahwasannya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya”. (Q.S an-Najm: 39).
Ayat diatas menjelaskan bahwa usaha tidak akan
pernah menghianati hasil, maksudnya seseorang itu pasti
mendapat sesuatu sesuai dengan apa yang diusahakan.
Misalnya seseorang mempunyai keinginan untuk
mendapatkan bonus tambahan, sedangkan dia tidak
mempunyai etos kerja sama sekali, dapat dipastikan dia
tidak akan pernah mendapatkan bonus tambahan itu
dengan harapannya. Tapi sebaliknya, jika dia mempunyai
etos kerja yang bagus pasti dia mampu mendapatkan bonus
tersebut karena usaha tidak pernah menghianati hasil.
c. Ciri-ciri Etos Kerja Islam
Individu yang memiliki etos kerja dapat dilihat dari
perilaku dan sikap pada kehidupan sehari-hari dengan
keakinan bahwa “berprestasi itu indah dan bekerja adalah
ibadah”. Toto Tasmara menyebutkan bahwa terdapat
ajakan dari hati nurani dalam memperbaiki diri secara
kontinu dalam mendapatan hasil terbaik dan bukan sekedar
ambisi semata untuk menjadi bagian dari khairu ummah
atau umat yang baik.
Perilaku dan sikap yang termasuk etos kerja Islami
harus dimiliki oleh para pemimpin dan pelaku bisnis dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Perilaku dan sikap yang
mencirikan seseorang memiliki etos kerja Islam antara
lain:
1. Menghargai Waktu
Seseorang yang memiliki etos kerja Islam pasti
tidak akan menyia-nyiakan waktu, mereka akan selalu
menghargai waktu dan menggunakan waktu dengan
sebaik-baiknya dalam setiap detik dan menitnya. Al-
Qur’an memberikan anjuran kepada semua umatnya
untuk mempersiapkan diri dalam menyiapkan diri
dalam kehidupan selanjutnya yang lebih haqiqi,
dijelaskan pada Qur’an surat al-Hasyr ayat 18:
ب أ ا ٱىز ٱرقا ءا ذ ٱلل ب قذ ىزظش فظ ه ٱرقا ىغذ ٱلل إ ٱلل ي ب رؼ ث
١خجش
9
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah
sesungguhnya Allah maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan”. (Q.S al-
Hasyr:18)12
Begitu berharganya waktu menurut al-Qur’an,
dan kita sendiri sangat memerlukan instropeksi diri
dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Kita perlu
melihat melalui hati yang dalam secara jernih, berapa
kali kita sering melalaikan waktu yang menjadikan kita
masuk kedalam kerugian dan keterpurukan.
2. Ikhlas
Seseorang yang mempunyai jiwa ikhlas dalam
melakukan aktiitas, mengangap pekerjaannya
merupakan bentuk tanggung jawab, pengabdian dan
dikerjakan tanpa ambisi atau pretesi apapun. Hati yang
rela, yang melakukan suatu amal tanpa mengharapkan
balasan apapun melainkan dalam menjalankan amanat
dengan sebaik-baiknya dimiliki oleh orang yang
mempunyai jiwa keikhlasan. Adanya bonus atau reward
bukanlah merupakan pokok tujuan, melainkan imbalan
atas wujud mengabdi dengan ikhlas. Ikhlas menjadi
energi dalam yang bisa menjaga diri dari berbagai
macam hal kotor
3. Jujur
Orang yang menerapkan kejujuran didalam diri
innerbeauty yang memancarkan keberpihakan terhadap
sesuatu hal yang benar, sikap yang terpuji serta amanah
dala menyelesaikan pekerjaannya, yang menjadikan dia
sebagai orang yang mempunyai integritas dan karakter
yang baik. Salah satu mutiara akhlak adalah mempunyai
sifat jujur yang dapat menempatkan kita pada derajat
yang tinggi. Sikap yang terbuka, menjauhi adanya
kebohongan dan kepalsuan dimiliki oleh orang yang
12
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin:
Aswaja Pressindo, 2014), 81-82.
10
jujur dan yang menjadikan hatinya selalu tenang serta
tetap berada pada jalan kebaikan yang diridhai Allah.13
4. Komitmen
Keyakinan dan menjadikan diri seseoran kukuh
serta berperilaku terhadap sesuatu hal yang diyakini
disebut sebagai komitmen. Biasanya tingkat setres
paling rendah dialami oleh pegawai yang memiliki
komitmen tinggi terhadap pekerjaan dan organisasinya.
5. Istiqamah
Orang yang mempunyai konsistensi dalam
menjaga prinsip dan keyakinan dan mengabaikan
adanya resiko buruk yang akan dialaminya dinamakan
orang yang istiqamah. Orang yang istiqomah dapat
menjaga keadaan dan memanage emosi dengan baik.
Pemimpin dan pembisnis handan mempunyai sikap
yang konsisten terhadap tugasnya serta mengusahakan
agar organisasi mampu mencapai tujuannya dengan
baik.
6. Kreatif
Dalam mencapai efektivitas dan efisiensi didunia
kerja, orang kreatif tidak pernah lupa untuk mencoba
gagasan-gagasan baru. Data dan informasi yang relevan
selalu dikemukakan dengan sistematis oleh orang
kreatif. Dalam mencari jawaban dan pemecahan
masalah atas pertanyaan “why and what if”dan “what
and how”?, orang kreatif biasa menggunakan otak
kanan untuk berpikir.
7. Disiplin
Disiplin merupakan suatu sikap pengendalian
diri serta selalu pauh meskipun pada kondisi yang
menekan. Dalam mengelola pekerjaan, orang disiplin
sangat berhati-hati dan penuh tanggung jawab dalam
menyelesaikan pekerjaannya.14
8. Percaya Diri
Keberanian, kekuatan, tegas dalam menentukan
keputusan yang berat dilahrkan dari sikap percaya diri
meskipun harus menghadapi rintangan dari sisi lain.
13
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin:
Aswaja Pressindo, 2014), 84-85. 14
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin:
Aswaja Pressindo, 2014), 89-90.
11
Orang yang percaya diri selalu tegas tanpa terlihat
defensif dan semena-mena namun tetap teguh dalam
pendiriannya.
9. Bertanggung Jawab
Suatu sikap menerima segala sesuatu sebagai
sebuah amanat, menganggap pekerjaannya sebagai
sebuah amanah dan bersungguh-sungguh dalam bekerja
disebut sebagai sikap tanggung jawab. Orang yang
bertanggung jawab pasti menjalankan dan
mengusahakan tugasnya agar terselesaikan dengan
maksimal.
d. Indikator Etos Kerja
Beberapa hal penting yang berhubungan dengan etos
kerja antara lain: hemat, tanggung jawab dan sederhana,
dengan adana disiplin waktu dapat menjadikan diri untuk
menghargai waktu untuk hal yang penting dalam mencapai
efektivitas dan efisiensi dalam bekerja, selain itu
persaingan sehat dan tidak mudah patah semangat juga
merupakan hal penting dalam etos kerja.15
Menurut Muhammad Syafi’i dan Muhammad Ulin
Nuha, indikator etos kerja terdiri dari sikap kerja
karyawan, kemauan karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan, perasaan karyawan dalam bekerja, serta
kesungguhan karyawan ketika bekerja.16
1. Sikap kerja karyawan, sikap kerja karyawan ini dapat
berupa keluwesan saat bekerja serta penyesuaian kerja
2. Kemauan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan,
kemauan ini dapat dilihat ketaatan dan kepatuhan serta
kemauan dalam menyelesaikan pekerjaan dengan baik
3. Perasasaan karyawan dalam bekerja, persaan karyawan
ini dapat dilihat apabila seorang karyawan mempunyai
etos kerja yang baik, pasti melakukan pekerjaan dengan
senang tanpa adanya rasa berat hai atau terpaksa.
15
Marsyaf Renaldi, “Pengaruh Disiplin Kerja dan Etos Kerja serta Gaya
Kepemimpinan Situasional terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu”, Palu: e-Jurnal Katalogis, Volume
4 Nomor 10, (2016), 162. 16
Muhammad Syafi’i dan Muhammad Ulin Nuha, “Pengaruh etos Kerja
dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja PT. Ananda Jataka Bayu Sejahtera
(AJBS) di Kota Gresik”, Gema Ekonomi, Jurnal Fakultas Ekonomi, Vol.7 No.1,
(2018), 63.
12
4. Kesungguhan karyawan ketika bekerja, karyawan yang
mempunyai etos kerja dapat dilihat dari keseriusan
karyawan atas tanggung jawab kerja dan hasilnya.
e. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Etos Kerja
Doni Juni Priansa memandang beberapa faktor yang
mempengaruhi etos kerja antara lain:
1. Faktor Internal
a. Agama, nilai-nilai keyakinan dan perilaku dibentuk
oleh agama. Pola hidup penganutnya akan
dipengaruhi oleh sistem nilai tersebut. Ajaran agama
yang dianut pasti mewarnai cara berpikir, bertindak
dan bersikap seorang pegawai.
b. Pendidikan, pendidikan merupakan proses yang
berkelanjutan dan tingginya etos kerja dapat
diinternalisasikan oleh pendidikan yang baik.
c. Motivasi, motivasi yang tinggi dimiliki oleh individu
yang mempunyai etos kerja tinggi pula. Etos kerja
adalah perilaku dan pandangan yang dipengaruhi
adanya motivasi pada diri yang pastinya didasari
dengan nilai-nilai yang diyakininya.
d. Usia, karyawan yang memiliki usia 30 ke atas
cenderung mempunyai etos kerja yang relatif rendah
dibandingk dengan karyawan yang memiliki usia 30
ke bawah. Hal ini didapatkan dari hasil penelitian
yang dilakukan beberapa orang yang menjelaskan
bahwa etos kerja dipengaruhi oleh usia.
2. Faktor Eksternal
a. Budaya, etos budaya merupakan suatu dorongan,
sikap mental, semangat serta disiplin kerja.
a. Sosial politik, struktur politi mempengaruhi baik
atau tidaknya etos kerja dilingkungannya karena
mendorong masyarakat dalam melaksanakan
kegiatan kerja dalam mencapai hasil yang maksimal
dari kerja keras tersebut
b. Kondisi geografis atau lingkungan, munculnya etos
kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Manusia didukung dan dipengaruhi oleh
lingkungan allam dalam melakukan aktivitas
pengelolaan dan pengambilan manfaat serta menarik
minat pendatang untuk ikut serta dalam hidupnya
lingkungan tersebut
13
c. Struktur ekonomi, dukungan negara terhadap
tumbuh kembangnya produk dan hasil karya dalam
negri dapat mendorong kemandirian masyarakat
negara mendukung tumbuh kembangnya produk
dalam negri dan mendukung kemandirian bangsa
untuk maju dan berkembang
d. Kesejahteraan, etos kerja yang tinggi mampu
mendorong negara menuju kesuksesan, kemajuan
serta kemakmuran.17
2. Komitmen Organisasi
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Komitmen mempunyai pengertian yang sangat
bervarasi dari beberapa pakar. Ada yang menyatakan
sebagai komitmen organisasional dan ada yang
menyatakan komitmen saja. Komitmen organisasional
komitmen organisasional merupakan komitmen masing-
masing pegawai terhadap suatu organisasi tempat ia
bekerja. Sedangkan komitmen individual adalah perilaku
atau sikap untuk bertahan dan mengabdi dari setiap
individu. Menurut Ivancevich, Mattesn, dan Konopaske,
“Komitmen adalah suatu sikap mengidentifikasi, loyal,
serta rasa keterlibatan pada perusahaan”. Sedangkan
menurut Schermehom, Osborn, Hunt dan Uhl-Bien,
“Komitmen adalah sikap loyal seorang pegawai terhadap
organisasinya”. Individu akan merasa bangga menjadi
bagian dari organisasi dan memperjuangkan kemajuan
organisasi apabila individu tersebut memiliki komitmen
organisasional yang tinggi.
Keinginan pada setiap karyawan untuk tetap menjadi
bagian dari organisasi disebut sebagai komitmen
organisasional. Loyalitas atau komitmen organisasional
adalah tahapan dimana pegawai melakukan identifikasi diri
serta ingin tetap aktif melanjutkan partisipasi didalam
suatu organisasi. Perusahaan pada tingkat emosional sangat
berhubungan kuat dengan komitmen. Dalam misi dan
17
Rohana Sianipar dan Vania Salim, “Faktor Etos Kerja dan Lingkungan
Kerja dalam Membentuk :Loyalitas Kerja” Pegawai pada PT Timur Raya Alam
Damai”, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Manajemen (JIAM), Vol.15 No.1, (2019),
17-18.
14
tujuan perusahaan, pekerja sering mencerminkan
keyakinan dan keinginan meningkatkan usaha dalam
pemecahan dan mempunyai ambisi untuk tetap kerja
disana. Orang yang memiliki komitmen biasanya lebih
bertahan lama dan lebih tangguh daripada pekerja
berjangka panjang.
Dari beberapa pendapat diatas, ada yang
menyamakan komitmen sama dengan loyalitas. Dimana
loyalitas merupakan salah satu unsur dari komitmen
organisasional. Unsur pertama adalah identifikasi, yaitu
individu yang merasa menjadi bagian dari organisasi.
Unsur kedua adalah pelibatan, individu berperan aktif
dalam melakukan aktifitas organisasi. Unsur ketiga adalah
loyalitas, yaitu individu yang setia dan patuh terhadap
organisasi. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan
bahwa komitmen organisasional merupakan rasa, perilaku
dan tindakan pegawai dalam mengakui dirinya sebagai
bagian dari perusahaan, ikut serta dalam aktivitas
organisasi dan mempunyai loyalitas tinggi dalam
memajukan organisasi.18
b. Komitmen Organisasi dalam Perspektif Islam
Dalam Islam komitmen sering disebut sebagai
i’tikad, artinya sebuah keyakinan yang kuat akan
mengarahkan seseorang dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Orang yang tingkat setresnya rendah dan
sering puas dengan hasil kerjanya, biasanya memiliki
loyalitas yang kuat terhadap pilihan pekerjaannya.
Komitmen membangun sebuah keyakinan, pilihan yang
mendorong aktivitas yang kuat. Komitmen adalah tentang
kesungguhan, tindakan dan kesinambungan.19
Seorang muslim dianjurkan untuk memiliki
komitmen terhadap organisasi dengan satu ketentuan
bahwa segala perkembangan dan kemajuan ekonomi harus
diusahakan untuk membentuk kesejahteraan, peningkatan
ketaqwaan spiritual serta kebaikan bagi organisasi
maupunindividu sebagai bentuk pertanggung jawaban
18
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
429-431. 19
Budi Rahmat Hakim, Manajemen Berbasis Syariah, (Yogyakarta:
Aswaja Pressindo, 2013),118-119.
15
selaku khalifah atau pemimpin di muka bumi ini. Mulyadi
menyatakan bahwa seorang pegawai tidak boleh
melakukan pekerjaan dengan seenaknya dan sesuka
hatinya. Karena ini sama saja tidak menghargai Allah atau
merendahkan maksud demi ridha Allah. Firman Allah
dalam surat al-Kahfi ayat 110:
حذ قو إى ن ب إى أ إى ح ثين ب أب ثشش إ
شجا ىقبء سث مب ل ۦف ب يحا لا ص و ػ فيؼ
شش ا ۦ ك ثؼجبدح سث أحذ
Artinya: “Katakanlah: “sebenarnya aku ini makhluk
biasa layaknya kamu yang diwahyukan
kepada saya: “bahwa sebernarnya Tuhan
kamu adalah Tuhan yang Esa”. Siapa saja
yang menginginkan pertemuannya dengan
Tuhan, maka kerjakan perbuatan yang baik
serta janganlah dia menduakan apapun
dalam beribadah kepada Tuhan””. (Q.S al-
Kahfi:110)
Melakukan perbuatan baik dalam ayat diatas
maksudnya adalah melakukan pekerjaan dengan maksimal
serta terpuji, sedangkan kalimat “janganlah dia menduakan
apapun dalam beribadah kepada Tuhan”, berarti tidak
memalingkan tujuan ia bekerja kepada selain Allah.20
Komitmen tidak hanya dibutuhkan dalam organisasi
tapi juga dibutuhkan pada kehidupan beragama. Komitmen
harus dimiliki pada setiap diri seorang muslim dalam
menjauhi larangan dan melaksanakan perintah Allah.
Dalam pandangan Islam segala aktivitas yang dilakukan itu
mencerminkan komitmen seseorang. Wujud loyalitas
seorang manusia sebagai makhluk Tuhan adalah komitmen
dalam menjauhi larangan Allah dan menjalankn segala
perintah Allah. Seperti firman Allah dalam Qur’an surat
an-Nisa ayat 146:
20
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan
Budaya Mutu, (Malang: UIN Press, 2010), 80.
16
إل ٱىز أصيحا ا ربثا ث ٱػزص أخيصا ٱلل غ ئل
ى فأ لل د ؤ ف ؤد ٱى ع ٱلل
ؤ ب ٱى ا ٤١أجشا ػظ
Artinya: “Kecuali orang-orang yang bertaubat dan
mengadakan perbaikan dan berpegang teguh
pada (agama) Allah dan tulus ikhlas
(mengerjakan) agama mereka karena Allah.
Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang
beriman pahala yang besar”. (Q.S an-Nisa:
146)
Ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang akan
diberi pahala yang besar apabila mau bertaubat dan
menjalankan kebaikan serta berpegang erat pada Allah dan
ridho menjalankan semua kebaikan karena Allah SWT.21
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa komitmen merupakan bagian penting dalam
pandangan Islam, komitmen dari dalam diri dipandang
Islam dalam menjalankan amanat yang diberikan untuk
nantinya akan dipertanggung jawabkn dikehidupan yang
haqiqi. Dengan adanya keyakinan dalam hati dari setiap
individu pegawai mendorong diri untuk tetap bertanggung
jawab dan konsisten baik lahir maupun batin dalam
melaksanakan kontrak dengan perusahaan sehingga
mencapai tujuan yang merupakan kesepakatan bersama.
c. Dimensi dan Indikator Komitmen Organisasi
Menurut teori Meyer dan Allen komitmen
organisasi memiliki tiga dimensi beserta indikatornya,
antara lain:
1. Komitmen Afektif dengan beberapa indikator:
a. Kuatnya kepercayaan dan menerima ketentuan
perusahaan
b. Adanya loyalitas pada perusahaan
21
A. Jamil, Pengaruh Etika Kerja Islam Terhadap Sikap-sikap Pada
Perubahan Organisasi: Komitmen Organisasi Sebagai Mediator, (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2007), 32.
17
c. Rela melakukan apapun untuk kepentingan
perusahaan
2. Komitmen Kontinu dengan beberapa indikator:
a. Memperkirakan laba yang akan didapatkan untuk
masih melakukan pekerjaan pada perusahaan
b. Memikirkan kerugian yang didapatkan apabila
meninggalkan perusahaan
3. Komitmen normatif dengan beberapa indikator:
a. Kemauan untuk melakukan pekerjaan
b. Bertanggungjawab dalam memajukan organisasi.22
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen
Komitmen karyawan dalam perusahaan melewat
tahapan-tahapan proses dan relatif panjang, tidak terjadi
begitu saja. Selain itu, beberapa faktor juga menentukan
komitmen pegawai pada organisasi.
Sopiah mengidentifikasi komitmen karyawan
terhadap organisasi dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
1. Ciri masing-masing pegawai, termasuk masa kerjanya
pada perusahaan, keinginan serta keperluan dari setiap
pegawai yang berbeda-beda
2. Ciri pekerjaannya, misalnya bentuk pekerjaan serta
peluang berkomunikasi bersama teman sekerjanya
3. Pengalaman dalam bekerja, misalnya kemahiran ia
bekerja di waktu lalu dan tentang cara karyawan lain
mengungkapkan dan menjaga perasaannya di dunia
kerja.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
komitmen pegawai dalam organisasi menurut David antara
lain:
1. Faktor pribadi: jenis kelamin, usia, pengalam kerja,
pendidikan, dan kebiasaan
2. Karakter karier atau pekerjaan: konflik peran pada
karier, lingkup jabatan serta tantangan pada karier
3. Karakter struktur:bentuk organisasi, besar atau
kecilnya organisasi, kedatangan serikat kerja, tingkat
pengendalian organisasi
22
Muhammad Busro, Teori-teori Manajemen Sumber Daya Manusia,
Edisi Pertama, (Jakarta: Prenadamedia, 2018), 86.
18
4. Pengalaman dalam bekerja: karyawan yang belum
lamabekerja dengan karyawan yang lebih lama
pengalaman kerjanya memiliki tingkat komitmen yang
berbeda.23
3. Motivasi Kerja
a. Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi menurut Heller ialah keinginan untuk
berbuat. Sedangkan menurut Robbins, “Motivasi adalah
jalan yang menjadikan arah, intensitas, serta ikhtiar yang
kontinu yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu
tujuan”. Intensitas menandakan seberapa besar seseorang
berikhtiar. Namun tingginya intensitas belum tentu menuju
pada output kerja yang optimal, kecuali ikhtiar yang
dikerjakan menuju jalan memberikan keuntungan pada
organisasi. Oleh karena itu bobot usaha harus
dipertimbangkan secara terus menerus. Seberapa lama
seseorang dapat menjaga usaha dapat diukur dengan
motivasi. Seseorang yang memiliki motivasi cenderung
mampu bertahan lama dalam melaksanakan pekerjaannya
dalam pencapaian tujuan.
Menurut Greenberg dan Baron, “Motivasi adalah
sekumpulan aktivitas yang membangun, memusatkan,
mengarahkan tindakan seseorang dalam mencapai tujuan.
Membangun berhubungan dengan dorongan dibalik
aktivitas. Motivasi juga berhubungan dengan arah perilaku
dan pilihan yang dilakukan seseorang. Dari berbagai
pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi adalah dorongan terhadap sekumpulan tindakan
seseorang dalam mencapai apa yang diinginkan. Dan
bagian yang terdapat pada motiasi terdiri dari unsur
mengendalikan, melindungi, membangkitkan, adanya
tujuan, memperlihatkan kesungguhan dan kontinu.24
Ernest J. Mc. Cormick menyatakan hubungan
motivasi dengan lingkungan kerja adalah “work
23
Sri Gustina Pane dan Fatmawati, “Pengaruh Komitmen terhadap
Kinerja Pegawai pada Badan Pertahanan Nasional Kota Medan”, Jurnal Riset
Manajemen & Bisnis (JRMB) Vol.2 No.3, (2017), 68. 24
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
322-323.
19
motivationis defined as conditions, which influene the
arousal, direction and maintance of beharviora relevant in
worksetting”. Maksudnya, motivasi kerja diartikan suatu
keadaan yang memberikan pengaruh dalam membangun,
mengenndalikan serta menjaga tindakan yang berkaitan
dengan lingkungan kerja.25
Beberapa metode yang dapat dilakukan dalam
memberikan motivasi. Metode pertama yaitu dengan
metode langsung, dimana pemberian pemberian dorongan
secara langsung kepada individu pegawai dalam memenuhi
kepuasan serta kebutuhan. Jadi dalam bentuk tertentu
seperti pemberian penghargaan, reward, penghargaan,
sertifikat dan lain-lain. Metode kedua yaitu dengan tidak
langsung, biasanya berupa akomodasi yang membantu
spirit kerja atau kemudahan tugas, jadi dalam melakukan
pekerjaannya, pekerja selalu semangat serta betah.
b. Motivasi dalam Perspektif Islam
Salah satu kewajiban dalam Islam adalah mencari
nafkah. Islam adalah agama yang suci, salah satu keperluan
semua orang adalah keperluan fisik. Bekerja merupakan
salah satu cara untuk mencukupi keperluan fisik. Motivasi
kerja menurut Islam bukan untuk memburu kesenangan
semata, tidak juga untuk suatu kedudukan, apalagi
memburu kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara.
Oleh karena itu, motivasi kerja Islam tidak hanya dalam
mencukupi kebutuhan saja, melainkan sebagai sikap
tanggung jawab dalam beribadah kepada Allah sesudah
ibadah wajib yang lain. Jadi, motivasi kerja Islam ialah
tanggungjawab yang menghubungkan antara pegawai
dengan Tuhannya menyangkut dunia kerja.26
Pemberian motivasi diberikan secara optimal dari al-
Qur’an kepada hambanya untuk tetap beriman kepada
Allah, melakukan kebajikan, baik kaitannya dengan
sesama manusia manupun kepada Allah. Motivasi
diberikan supaya kita mendapat berkah serta ridho dari
Allah. Seperti dalam Q.S al-Baqarah ayat 148:
25
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 94. 26
Bhirawa Anoraga, “Motivasi Kerja Islam Karyawan Bank Jatim
Syariah Cabang Surabaya”, JSST Vol 2, No. 7 (2015), 533-534.
20
ىنو ب ف ى ده ٱعزجقا جخ ش ب رنا ٱىخ أ
أد ثن ٱلل إؼبه ج ء قذش ٱلل مو ش ٤١ػي
Artinya: “Dan untuk setiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka
beromba-lombalah dalam berbuat kebaikan.
Dimana kamu berada niscaya Allah akan
mengumpulkan kamu semua (pada hari
akhir). Sesungguhnya Allah Maha kuasa
atas segala sesuatu”. (Q.S al-Baqarah: 148)
Motivasi yang memberi energi utama bagi orang
Islam adalah keimanan, yaitu kepercayaan serta keyakinan
kepada Allah, Rasul, kitab seta hari akhir. Semua aktivtas
dan tindakan seorang muslim merupakan perwujudan dari
keimanannya. Selalu taat kepada Allah merupakan
kewajiban setiap individu selaku umat muslim. Maka,
maka motivasi merupakan anugrah dari Allah yang
diberikan kepada hambanya sebagai petunjuk batin yang
ada pada setiap makhluknya. Kerja organisasional dan
produktif merupakan salah satu bentuk tugas muslim sejati
dengan tujuan mendapatkan ridha Allah SWT.
Sejatinya seorang muslim wajib meyakini adany hari
akhir, pembalasan, pembangkitan, timbangan amal serta
penetapan pahala dan hukuman. Kita harus meyakini
bahwa catatan semua amal perbuatan kita akan dimintai
pertanggung jawaban di hari kebangkitan nanti.
Sebagaimana dalam firmal Allah Q.S Saba’ ayat 3-4:
ح ف ... ثقبه رس د ل ؼضة ػ ل ف ٱىغ ٱلسض ت ل أمجش إل ف مز ىل
ر ل أصغش ج
٩ جض ى يا ٱىز ػ ا ذه ءا يح ئل ى ٱىص ى أ
سصق مش غفشح ٤
Artinya: “...Tidak juga sebesaar dzarroh dapat terhindar
dari-Nya di langit dan di bumi kecuali
mempunyai catatan yang jelas, dan
mengerjakan segala perbuatan baik. Untuk
mereka belas kasih serta rezeki yang
banyak”. Q.S Saba” 3-4).
21
Ayat diatas menjelaskan setiap perilaku (termasuk
perilaku kerja) akan berpengaruh terhadap hari
pembalasan, pahala dan hukuman yang perlu diperhatikan
di dunia ini. Dengan demikian, pemberian motivasi
merupakan hal yang tepat peningkatan peruatan manusia
dengan adanya harapan mendapat ridha Allah sebagai
tuuan akhir aktivitas manusia.27
c. Teori Motivasi yang berhubungan dengan Kinerja
Menurut Kinicki dan Kreitner motivasi bisa didapat
melalui:
1. Kebutuhan (Needs)
Kekurangan psikologis dan isiologis yang
ditimbulkan perilaku menunjukkan adanya kebutuhan.
Abraham Maslow mengemukakan teori motivasi
berlandaskan hierarki kebutuhan yang menjelaskan
kebutuhan manusia itu bertahap dari fisiologis,
keamanan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri.
Penejelasan dari teori Maslow menunjukkan rasa
puas terhadap pemenuhan kebutuhan mampu
menghilangkan kekuatan motivasi. Oleh karena itu
manager diharapkan mampu memberikan dorongan
karyawan melalui pembagian agenda atau aktivitas
dengan maksud pemberian kepuasan pada kebutuhan
yang belum terpenuhi ataupun yang baru muncul.
Dalam menghadapi pemberhentian atau downsizing
yang mampu mengakibatkan setres dan ketidaknyaman
ketika bekerja, perusahaan bisa membuat agenda
pendukung serta pengurangan gaji dalam karyawan
mengendalikan emosi, feel serta kebutuhan keuangan.
Menurut Mc Clelland dalam teori kebutuhan
menyatakan adanya tiga kebutuhan (kebutuhan dalam
berprestasi, kebutuhan afiliasi, serta kebutuhan akan
kekuasaan). Manajer dapat memperhatikan beberapa hal
yaitu menyediakan pelatihan dalam peningkatan
motivasi untuk mendapatkan prestasi, aliansi, serta
kekuatan untuk dipikirkan pada tahap penyaringan
menuju penempatan yang layak.28
27
Taha Jabir, Bisnis Islam, (Yogyakarta: AK Group, 2005), 144-145. 28
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
331-332.
22
2. Desain Pekerjaan
Desain pekerjaan merupakan kegiatan mengolah
informasi atau aktivitas keja khusus dalam menambah
nilai puas dalam bekerja. Beberapa teknik desain kerja
yang dapat digunakan yaitu manajemen saintifik, rotasi
kerja, perluasan kerja serta pengkayaan kerja. Frederick
Taylor mengembangkan manajemen saintifik
menggunakan task study and time dalam memikirkan
teknik yang paling aman serta efisien dalam
menyelesaikan tugas. Perluasan kerja berhubungan
dengan pembuatan variasi yang lebih banyak dalam
pekerjaan yang dikombinasikan dengan pekerjaan
khusus pada tingkat kesulitan seimbang. Rotasi kerja
adalah pemindahan kejra dari satu pekerjaan khusus ke
pekerjaan lainnya. Pemberian kesempatan kepada
pekerja untuk melakukan pekerjaan lebih dari satu
pekerjaan yang berbeda dengan dasar rotasi kerja,
daripada hanya menyelesaikan satu pekerjaan saja.
Pengkayaan kerja adalah meningkatkan prestasi,
menggiatkan pekerjaan, rekognisi serta tanggung jawab
dalam kemajuan organisasi.29
3. Kepuasan
Kepuasan kerja berkaitan dengan motivasi kerja.
Kepuasan kerja merupakan perilaku yang berpengaruh
terhadap berbagai bentuk pekerjaan. Pengertian tersebut
mempunyai arti bahwasannya kepuasan kerja tidaklah
kesatuan konsep. Seseorang yang cenderung merasakan
kepuasan dalam satu hal pekerjaan cenderung tidak
merasakan kepuasan dalam hal lain. Sebab, adanya
hubungan kepuasan kerja dengan motivasi, oleh karena
itu perlu mempelajari penyebab dan konsekuensi
kepuasan kerja. Kepuasan kerja memiliki model utama
penyebab adanya rasa puas dalam bekerja yaitu
terpenuhinya kebutuhan, ketidakjelasan, pemenuhan
nilai, keseimbangan dan faktor keturunan.
Sedangkan konsekuensi kepuasan kerja dapat
diliat dari korelasinya dengan motivasi, komitmen
29
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
332-333.
23
organisasi, organizational, pelibatan kerja, pergantian,
ketidakhadiran, perasaan stress serta kinerja.
4. Keadilan
Keadilan merupakan jenis dorongan yang
menerangkan mengenai seseorang dalam menerima
keadilan serta kejujuran pada kehidupan sosial, atau
adanya aktivitas menerima serta memberi.30
5. Harapan
Teori harapan beranggapan bahwa seseorang
yang bertindak, terdorong untuk mendapatkan suatu hal
yang bermanfaat dan berharga. Dalam teori harapan,
apresiasi memiliki kedudukan utama karena
mengutamakan keahlian intelektual dalam
mempersiapkan peluang konsistensi seseorang. Teori
ini biasanya digunakan untuk meramal tindakan pada
situasi dimana dua atau lebih pilihan yang harus
dilakukan.
6. Penetapan Tujuan
Tujuan merupakan usaha yang ingin dicapai
individu dalam mendapatkan apa yang diusahakan,
yang merupakan objek dari suatu tindakan. Pengaruh
motivasional adanya tujuan kerja telah diketahui sejak
lama. Seperti yang diungkapkan oleh Frederick Taylor
yang membentuk banyak pekerjaan dengan kualitas
spesifik individu yang ditugaskan untuk bekerja setiap
hari. Dia menawarkan bonus yang didasarkan pada
penyelesaian standar output. Penetapan tujuan tumbuh
menjadi suatu manajemen yang menghubungkan umpan
balik, penetapan tujuan dan pengambilan keputusan.31
d. Indikator Motivasi Kerja
Hasibuan menyatakan bahwa motivasi merupakan
pendukung dalam melakukan pekerjaan untuk memperoleh
sesuatu secara optimal. Kinerja yang tinggi akan dimiliki
oleh karyawan yang memiliki motivasi kerja yang tinggi
juga. Indikator motivasi terdiri dari:
30
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
335. 31
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
337.
24
1. Pekerjaan yang dilakukan, seorang karyawan yang
bekerja keras dan tekun karena nyaman dengan
pekerjaan yang mereka sukai
2. Adanya pengakuan dari orang lain, terkadang orang
akan bersemangat jika dirinya dianggap akan
keberadaannya
3. Rasa tanggung jawab, seseorang yang memiliki rasa
tanggungjawab akan termotivasi untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan tepat waktu
4. Upah atau gaji, besar kecilnya upah mempengaruhi
semangat kerja pegawai
5. Relasi kerja, hubungan baik dengan rekan kerja
mempengaruhi motivasi pegawai dalam
keberlangsungan kerjanya
6. Lingkungan kerja, lingkungan kerja yang damai dan
tenang mendukung seseorang dalam menyelesaikan
tugasnya.32
4. Kinerja Karyawan
a. Pengertian Kinerja
Kinerja ialah tingkat dimana pekerja melaksanakan
semua pekerjaan dan tanggung jawabnya baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.33
Kinerja yang baik pada
dasarnya selalu taat akan prosedur yang sudah ditentukan
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Maka dari itu kita
harus memperjuangkan serta menilai hasil kerja kita
dengan memberikan timbal balik melalui naiknya
pendapatan, yang dapat dilihat dari pemberian transport,
upah maupun tunjangan lainnya yang sudah sesuai
denganperaturan organisasi, dan setelah itu maka
tercapailah peningkatan keuangan keluarga dari
pendapatan yang diterima.34
32
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 67. 33
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), 67. 34
Bakti Toni Endaryono, dkk., “Kinerja dapat Meningkatkan Pendapatan
untuk Peningkatan Ekonomi Keluarga Menurut Perspektif Islam”, Sosio e-Kons
Vol. 10, No.1 (2018), 14..
25
Hasil kerja berkaitan dengan aktivitas pekerjaan dan
hasil yang hendak dicapai, karena kinerja merupakan hasil
kerja yang berkaitan dengan tujuan pokok organisasi,
pemberian sokongan pada ekonomi dan kepuasan
konsumen. Dapat juga dipahami bahwa kinerja berkaitan
dengan hal yang dilakukan serta bagaimana tindakan untuk
menyelesaikannya. Kinerja merupakan hasil segala
aktivitas dari proses manajemen karena kinerja tidak dapat
dilakukan begitu saja tanpa melalui adanya proses.35
Kinerja menurut Pauliner dan John Wasterman
adalah gabungan dari perilaku, prestasi yang diinginkan,
dan bagian syarat-syarat pekerjaan karyawan yang terdapat
pada organisasi. Menurut Mathis dan Jackson, “Kinerja
adalah prestasi ataupun hasil kerja pekerja yang
berpengaruh terhadap banyaknya kontribusi yang diberikan
pekerja kepada organisasi”. Kegiatan yang dapat dilakukan
dalam penyesuaian diri terhadap perubahan serta
perkembangan pekerja adalah dengan melakukan
pembinaan dan pengembangan karyawan baik karyawan
lama maupun karyawan baru pada sebuah organisasi.36
b. Kinerja dalam Perspektif Islam
Islam memandang kinerja sebagai sekumpulan hasil
yang didapatkan melalui usaha, keahlian dan peluang
dalam waktu yang ditentukan, dan untuk meraih tujuan
tersebut harus berusaha dengan sungguh-sungguh sevagai
bukti pengabdian diri terhadap Tuhan (Allah).37
Kinerja
adalah hasil yang diharapkan dari sebuah organisasi demi
kejayaan organisasi itu sendiri serta peningkatan
kesejahteraan bagi para anggota. Seperti dalam al-Qur’an
surah az-Zumar ayat 39:
35
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin:
Aswaja Pressindo, 2014), 259. 36
Putri Mauliza, dkk., “Pengaruh Etos Kerja Islami dan Gaya
Kepemimpinan Transformasional terhadap Komitmen Organisasional Serta
Implikasinya pada Kinerja Pegawai Wilayatul Hisbah Kota Banda Aceh”, Jurnal
Perspektif Ekonomi Darussalam, Volume 2 Nomor 2, (2016), 189. 37
Angga Bayu Pradana dan Ari Prasetyo, “Faktor Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Islam Pada Karyawan Muslim Tenaga Kependidikan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga”, JESTT, Volume 1 Nomor
1, (2014), 55.
26
قو ق يا ٱػ ف رؼي و فغ إ ػ نبزن ٩٣ػيArtinya: “Katakanlah “Hai kaumku, bekerjalah sesuai
dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan
mengetahui”. (Q.S az-Zumar: 39).
Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah ayat
105: قو يا فغش ٱػ سعى ٱلل ين ۥػ ؤ ٱى
ي ػ إى عزشد ت ذح ٱىغ ٱىش ب مز فجئن ث
ي ١رؼ
Artinya: “Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan meihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S
az.Zumar: 105)
Kedua firman diatas menjelaskan bahwa
meningkatnya kinerja pada setiap individu pada
perusahaan sangat penting pada pemerintahan baik daerah
maupun pusat semakin memerlukan seseorang yang
memiiki jiwa pegawai yang mampu menghormati hal baru,
memiliki inisiatif, serta mampu mewujudkan pemikiran
baru.38
Ekonomi Islam berpandangan bahwa hasil kerja
berkaitan dengan segala aktivitas individu sejalan dengan
ketentuan organisasi, dan segala yang dikerjakan akan
dipertanggung jawabkan. Disebutkan dalam al-Qur’an
salah satunya pada surah al-Kahfi ayat 87-88:
ث قبه ف ؼز فغ ظي ب ۥأ سث شد إى ث ۦث ۥفؼز
ا ب نشا ب ١٨ػزاثا أ ب في يحا و ص ػ ءا جضاء ۥ
١١ ...ٱىحغ
38
Mahadin Shaleh, Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai,
(Makassar: Aksara Timur, 2018), 54-55.
27
Artinya: “Barang siapa berbuat dzalim, kami akan
menghukumnya, lalu dia dikembalikan
kepada Tuhannya, kemudian Tuhan
mengazabnya dengan azab yang sangat
pedih. Adapun orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan, maka dia
mendapat pahala yang terbaik sebagai
balasan...” (Q.S al.Kahf: 87-88)39
Secara syari’ah, prinsip penilaian kinerja pegawai
adalah mempersiapkan, mengawasi dan memperbaiki
kemampuan syariah para pegawai. Kemampuan syari’ah
penting untuk diperbaiki serta dikembangkan karena searah
dengan harapan organisasi, yaitu keuntungan serta
keridhoan Allah. Tetapi, dalam mengukur hasil kerja yang
“intangibel” bukanlah suatu yang mudah. Misalnya
bagaimana kita mampu mengukur keimanan kita kepada
Allah? Tidak ada “takwa meter” yang dapat mengukur
secara mudah sekaligus cepat.40
c. Tujuan Kinerja
Kinerja memiliki tujuan secara umum yaitu
membentuk kebiasaan individu maupun kelompok dalam
mengemban tanggung jawab dalam usaha kemampuan
yang bersinambung dan peningkatan proses kerja. Secara
khusus tujuan kinerja antara lain:
1. Mendapat kenaikan hasil kerja yang berkesinambungan
2. Membawa pembaharuan yang fokus pada hasil kerja
3. Mengajak karyawan dalam mengembangkan
kemampuan, menambah kepuasan kerja, serta
memanfaatkan kemampuan individu bagi perusahaan
4. Menambah komitmen dan motivasi karyawan
5. Menciptakan ikatan yang transparan serta positif
diantara manager dan karyawan pada dialog lanjutan
yang berkaitan dengan aktifitas di perusahaan
39
Bakti Toni Endaryono, dkk., “Kinerja dapat Meningkatkan Pendapatan
untuk Peningkatan Ekonomi Keluarga Menurut Perspektif Islam”, Sosio e-Kons
Vol. 10, No.1 (2018), 13. 40
Abu Fahmi, dkk., HRD Syariah Teori dan Implementasi Manajemen
Sumber daya Manusia Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Gramedia Pusaka Utama,
2014), 183.
28
6. Menciptakan konsensus sasaran dalam wujud tujuan
serta standr hasil kerja
7. Peningkatan kinerja dapat dilakukan dengan
memfokuskan perhatian kepada kompetensi yang
dibutuhkan
8. Menyiapkan standar penilaian dan pengukuran yang
objektif dan akurat berkaitan dengan tercapainya target
yang sudah menjadi kesepakatan
9. Pemberian balasan atas prestasi pegawai baik finansial
ataupun non finansial
10. Mempertahankan pekerja dalam mengembangkan
keterampilan kerja serta mampu mempertanggung
jawabkan pekerjaannya
11. Membantu peningkatan kemajuan organisasi.41
d. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membentuk
Kinerja yang Baik
1. Pernyataan mengenai Tujuan dan Nilai
Pernyataan mengenai tujuan diartikan sebagai
organisasi yang ditata dalam melakukan sesuatu
sehingga berorientasi pada manfaat daripada sekedar
pernyataan mengenai misi. Pernyataan pengenai tujuan
diartikan sebagai “apa yang hendak diraih” sedangkan
sistem nilai diartikan sebagai tindakan yang diharapkan
dalam meraih tujuan tersebut. Dua-duanya meliputi
aspek berlangsungnya kerja, mengutamakan kualitas,
bersifat menghargai individu serta memberi perhatian
pada pelanggan.
2. Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah sekumpulan
tindakan serta kebijakan yang mampu mempengaruhi
implementasi serta formulasi dari rencana yang disusun
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Gambaran umum
mengenai apa dan bagaimana akan meraih tujuan
perusahaan di waktu mendatang merupakan pokok
pikiran dalam manajemen strategis. Dalam mencapai
tujuan perusahaan, manajemen strategis merumuskan
berbagai faktor yang perlu dilakukan dan diarahkan.
41
M. Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah, (Banjarmasin:
Aswaja Pressindo, 2014), 260.
29
Manajemen stratgis menurut Burtol dan Martin
adalah suatu proses strategi manajemen yang
diformulasikan dan mengimplementasikan strategi
dalam mencapai tujuan strategi pada kondisi internal
dan keadaan lingkungan.
3. Manajemen Sumber Daya Manusia
Praktik kinerja tinggi SDM menurut Guess dapat
dilakukan melalui: penentuan syarat bagi semua staff,
penyesuaian kriteria, penggunaan tes psikolog pada
proses rekrutmen, komunikasi secara formal,
meningkatkan organisasi pembelajaran, menyusun
pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan
keterampilaan, dan lain sebagainya.42
e. Indikator Kinerja
Bastian mendefinisikan kinerja organisasi sebagai
cerminan seberapa besar tercapainya realisasi pekerjaan
pada organisasi, dalam rangka mencapai target, visi misi
serta tujuan perusahaan. Menurut Robbins terdapat
beberapa indikator pengukuran kinerja pegawai antara
lain:
1. Kualitas kerja, dalam mengukur kualitas dapat
ditimbang melalui pandangan pegawai terhadap hasil
kerja dan kesempurnaan tugas pada kemampuan dan
keterampilan pegawai.
2. Kuantitas, adalah pernyatan yang dijelaskan dalam
bentuk angka seperti banyaknya siklus aktivitas,
banyaknya unit, jumlah produk yang dihasilkan
3. Ketepatan waktu, adalah tingkatan memaksimalkan
waktu yng ada dalam suatu aktivitas yng dilihat dari
hasil output
4. Efektivitas, adalah tingkat ketepatan dalam
menggunakan sumber daya (bahan baku, uang tenga
dan teknologi) dalam rangka meningkatkan hasil dari
setiap bagian
5. Kemandirian, adalah sikap karyawan yang mampu
mengaplikasikan komitmen kerja dan tanggung jawab
42
Wibowo, Manajemen Kinerja Edisi Kelima, (Depok: Rajawali, 2017),
70-71.
30
dalam menjalankan fungsi kerjanya terhadap
organisasi.43
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini dijelaskan mengenai penelitian
terdahulu yang sudah dilaksanakan sebelumnya yang ada
kaitannya dengan etos kerja, komitmen organisasi dan motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai.
Penelitian yang dilakukan oleh Stela Timbuleng dan
Jacky S. B. Sumarrau pada tahun 2015 tentang etos kerja, disiplin
kerja dan komitmen oranisasi pengaruhnya terhadap kinerja
karyawan pada PT Hasjrat Abadi cabang Manado. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel bebas
yaitu etos kerja, disiplin kerja dan komitmen organisasi dan satu
variabel terikat yaitu kinerja karyawan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian ini
adalah asosiatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
simultan etos kerja, disiplin kerja dan komitmen organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Dan secara parsial etos kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
karyawan, sedangkan disiplin kerja dan komitmen organisasi
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.44
Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian yang saya teliti adalah lokasi penelitian
dimana penelitian ini pada PT Hasjrat Abadi Cabang Manado,
sedangkan lokasi yang akan saya teliti adalah pada Koperasi
Karyawan Pura Group Kudus. Perbedaan lain pada penelitian ini
tidak terdapat variabel motivasi kerja. Sedangkan persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti adalah
sama-sama mengeksplorasi etos kerja dan komitmen organisasi
terhadap kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Respatiningsih dan
rans Sudirjo pada tahun 205 tentang pengaruh komitmen
organisasi, motivasi kapabilitas dan kepuasan kerja terhadap
kinerja pegawai (studi kasus pada inspektor kabupaten
Pemalang). Variabel padapeneltian ini terdiri dari tiga variabel
43
Herlambang Rahmadhani, Budaya Organisasi dan Kinerja,
(Yogyakarta: Budi Utama, 2019), 119-120. 44
Stela Timbuleng dan Jacky S. B. Sumarauw, “Etos Kerja, Disiplin
Kerja Dan Komitmen Organisasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT Hasjrat Abadi Cabang Manado”, Jurnal EMBA, Vol.3, No. 2, (2015), 1054-
1059.
31
bebas yaitu komitmen organisasi, motivasi, kapabilitas dan
kepuasan kerja, serta satu variabel terikat yaitu kinerja pegawai.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil
penelitian ini menemukan secara parsial terdapat pengaruh positif
daan signiikan antara motivasi kerja terhadap kinerja pegawai;
secara parsial terdapat pengaruh positif dan signifikan antara
kapabilitas terhadap kinerja pegawai dan secara parsial terdapat
pengaruh positi dan signiikan antara kepuasan kerja terhadap
kinerja pegawai.45
Perbedaan penelitian ini dengan yang akan
saya teliti adalah lokasi penelitian dimana penelitian ini pada
Inspektor Kabupaten Pemalang, sedangkan lokasi yang akan saya
teliti adalah pada Koperasi Karyawan Pura Group Kudus.
Perbedaan lain pada penelitian ini tidak membahas variabel etos
kerja. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan saya teliti adalah sama-sama mengeksplorasi
mengenai komitmen organisasi dan motivasi kerja terhadap
kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hosnawati pada tahun
2016 tentang pengaruh motivasi kerja dan komitmen organisasi
terhadap kinerja karyawan dengan etos kerja sebagai variabel
moderasi pada PT Adira Dinamika pada PT Adira Dinamika
Multifinance Tbk di surabaa. Variabel dalam penelitian ini terdiri
dari dua variabel bebas yaitu motivasi kerja dan komitmen
organisasi, sera satu variabel terikatnya adalah kineja karyawan.
Peneitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
menggunakan metode survei. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa motivasi kerja dan komitmen organisasi berpengaruh
signiikan terhadap kinerja karyawan, etos kerja dapat
memperkuat pengaruh motivasi kerja dan komitmen organisasi
terhadap kinerja karyawan.46
Perbedaan penelitian ini dengan
yang akan saya teliti adalah lokasi penelitian dimana penelitian
ini pada PT Adira Dinamika Multifinance Tbk di Surabaya,
sedangkan lokasi yang saya teliti adalah pada Koperasi
Karyawan Pura Group Kudus. Perbedaan lain pada penelitian ini
45
Ida Respatiningsih dan Frans Sudirjo, “Pengaruh Komitmen Organisasi,
Motivasi, Kapabilitas Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi
Kasus Pada Inspektor Kabupaten Pemalang”, Serat Acitya, Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang , Vol. 4, No. 3, (2015), 56. 46
Hosnawati, “Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kinerja Karyawan dengan Etos Kerja Sebagai Variabel Moderasi,
Jurnal Profita Edisi 3,( 2016), 12.
32
tidak terdapat variabel etos kerja. Sedangkan persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti adalah
sama-sama mengeksplorasi motivasi kerja dan komitmen
organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Salsabil Maulidia Luthfia,
dkk pada tahun 2017 tentang pengaruh etos kerja, disiplin kerja
dan komitmen organisasi terhadap kinerja pegawai kantor
kementrian Agama Kota Batu. Variabel pada peneitian ini teiri
dari tiga variabel bebas yaitu etos kerja, disiplin kerja dan
komitmen organisasi, serta satu variabel terikat yaitu kinerja
pegawai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan metode penelitian asosiatif yang menggunakan analisis
regresi berganda. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa etos kerja, disiplin kerja dan komitmen organisasi secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai kantor kementrian Agama Kota Batu.47
Perbedaan penelitian ini dengan yang akan saya teliti adalah
lokasi penelitian dimana penelitian ini pada kantor kementrian
Agama Kota Batu, sedangkan lokasi yang saya teliti adalah pada
Koperasi Karyawan Pura Group Kudus. Perbedaan lain pada
penelitian ini tidak terdapat variabel motivasi kerja. Sedangkan
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti
adalah sama-sama mengeksplorasi etos kerja dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Derry Pratama Citra, dkk
pada tahun 2018 tentang pengaruh etos keja Islami dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan Bank Tabunan Negara
Syariah (BTN) KC Malang. Variabel dari penelitian ini terdiri
dari dua variabel bebas yaitu etos kerja Islami dan komitmen
organisasi, serta satu variabel terikat yaitu kinerja karyawan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menunakan metode analisis data regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa etos kerja Islami dan
komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
47
Salsabil Maulidia Luthfia, dkk., “Pengaruh Etos Kerja, Disiplin Kerja
Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Kementrian
Agama Kota Batu”, E-Jurnal Riset Manajemen Prodi Manajemen Fakultas
Ekonomi Unisma, 94-97.
33
karyawan.48
Perbedaan penelitian ini dengan yang akan saya teliti
adalah lokasi penelitian dimana penelitian ini pada BTN KC
Malang, sedangkan lokasi yang akan saya teliti adalah pada
Koperasi Karyawan Pura Group Kudus. Perbedaan lain pada
penelitian ini tidak terdapat variabel motivasi kerja. Sedangkan
persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti
adalah sama-sama mengeksplorasi etos kerja dan komitmen
organisasi terhadap kinerja karyawan.
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan bentuk trsnsendental
hubungan beberapa variabel dalam penelitisn. Kerangka berfikir
dibuat melalui hasil penelitian terdahulu, teori dan kepustakaan
yang telah dijelaskan dan dianalisa dengan sistematis serta kritis
sehingga mengetahui keterkaitan antar variabel yang diteliti.
Setelah keranga berfikir, kemukian meyusun hipotesis penelitian.
Menurut Sugiyono, kerangka berfikir yang bagus akan
memaparkan dengan detil hubungan antar variabel yang diteliti.
Sehingga dalam teori butuhdideskripsikan pertautan antar
variabel bebas dengan variabel terikat. Apabila terdapat variabel
intervning dan moderator yang mampu memperkuat dan
memperlemah hubungan antar variabel dalam penelitian, perlu
dideskripsikan penyebab diikutkannya variabel tersebut.
Selanjutnya keterangan antarvariabel disusun dalam bentuk
paradigma penelitian. Dengan demikian, kerangka berikir
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan model pengkajian.49
Dari penjelasan tersebut, kerangka berfikir pada penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
48
Derry Pratama Citra, dkk, “Pengaruh Etos Kerja dan Komitmen
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Bank Tabungan Negara Syariah (BTN)
KC Malang”, Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 3, No. 2, (2018), 30-32. 49
Muchson, Metode Riset Akuntansi, (Bogor: Guepedia, 2017), 60-61.
34
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 menjelaskan mengenai kerangka berikir pada
peneliian ini dimana H1 menjelaskan pengaruh etos kerja (X1)
terhadap kinerja karyawan (Y) pada Koperasi Karyawan Pura
Group Kudus, H2 menjelaskan pengaruh komitmen organisasi
(X2) terhadap kinerja karyawan (Y) pada Koperasi Karyawan
Pura Group Kudus, H3 menjelaskan pengaruh motivasi kerja (X3)
terhadap kinerja karyawan (Y) pada Koperasi Karyawan Pura
Group Kudus, dan H4 menjelaskan pengaruh etos kerja,
komitmen organisasi, dan motivasi kerja secara bersama-sama
terhadap kinerja karyawan pada Koperasi Karyawan Pura Group
Kudus.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ialah dugaan sementara atas
beberapa rumusan masalah penelitian. Dengan demikian rumusak
masalah biasanya dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Disebut
sementara karena jawaban yang ada hanya berlandaskan atas
teori yang relevan, belum berlandaskan pada realita yang
didapatkan melalui pengumpulan data dan penelitian langsung.
Maka hipotesis juga bisa dikatakan sebagai jawaban secara teori
35
atas rumusan penelitiansebelum adanya jawaban empiris.50
Hipotesis penelitian ini antara lain:
1. H0: Diduga etos kerja tidak terdapat pengaruh terhadap kinerja
karyawan
H1: Diduga komitmen organisasi terdapat pengaruh terhadap
kinerja karyawan
2. H0: Diduga komitmen organisasi tidak terdapat pengaruh
terhadap kinerja karyawan
H2: Diduga komitmen organisasi terdapat pengaruh terhadap
kinerja karyawan
3. H0: Diduga motivasi kerja tidak terdapat pengaruh terhadap
kinerja karyawan
H3: Diduga motivasi kerja terdapat pengaruh terhadap kinerja
karyawan
4. H0: Diduga etos kerja, komitmen organisasi dan motivasi kerja
secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh terhadap kinerja
karyawan
H4: Diduga etos kerja, komitmen organisasi dan motivasi kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan
50
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014), 120.