22
BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflik Secara umum Degenova (2008) mengatakan bahwa konflik merupakan hal yang normal terjadi pada setiap hubungan, dimana dua orang tidak pernah selalu setuju pada suatu keputusan yang dibuat. Lewin (dalam Lindzey & Hall, 1985) menyatakan bahwa konflik adalah keadaan dimana dorongan-dorongan di dalam diri seseorang berlawanan arah dan hampir sama kekuatannya. Weiten (2004) mendefenisikan konflik sebagai keadaan ketika dua atau lebih motivasi atau dorongan berperilaku yang tidak sejalan harus diekspresikan secara bersamaan. Hal ini sejalan dengan defenisi yang diuraikan oleh Plotnik (2005) bahwa konflik sebagai perasaan yang dialami ketika individu harus memilih antara dua atau lebih pilihan yang tidak sejalan. Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu keadaan yang terjadi karena seseorang berada di bawah tekanan untuk merespon stimulus-stimulus yang muncul akibat adanya dua motif yang saling bertentangan dimana antara motif yang satu akan menimbulkan frustasi pada motif yang lain. Bahkan Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

  • Upload
    lekiet

  • View
    236

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konflik

1. Pengertian konflik

Secara umum Degenova (2008) mengatakan bahwa konflik merupakan hal

yang normal terjadi pada setiap hubungan, dimana dua orang tidak pernah selalu

setuju pada suatu keputusan yang dibuat. Lewin (dalam Lindzey & Hall, 1985)

menyatakan bahwa konflik adalah keadaan dimana dorongan-dorongan di dalam

diri seseorang berlawanan arah dan hampir sama kekuatannya.

Weiten (2004) mendefenisikan konflik sebagai keadaan ketika dua atau

lebih motivasi atau dorongan berperilaku yang tidak sejalan harus diekspresikan

secara bersamaan. Hal ini sejalan dengan defenisi yang diuraikan oleh Plotnik

(2005) bahwa konflik sebagai perasaan yang dialami ketika individu harus

memilih antara dua atau lebih pilihan yang tidak sejalan.

Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik

merupakan suatu keadaan yang terjadi karena seseorang berada di bawah tekanan

untuk merespon stimulus-stimulus yang muncul akibat adanya dua motif yang

saling bertentangan dimana antara motif yang satu akan menimbulkan frustasi

pada motif yang lain. Bahkan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

2. Konflik pernikahan

Finchman (1999) mendefenisikan konflik pernikahan sebagai keadaan

suami-istri yang sedang menghadapi masalah dalam pernikahannya dan hal

tersebut tampak dalam perilaku mereka yang cenderung kurang harmonis ketika

sedang menghadapi konflik. Konflik dalam pernikahan terjadi dikarenakan

masing-masing individu membawa kebutuhan, keinginan dan latar belakang yang

unik dan berbeda(Sprey dalam Lasswell & Laswell, 1987).

Menurut Sadarjoen (2005) konflik pernikahan adalah konflik yang

melibatkan pasangan suami istri dimana konflik memberikan efek atau pengaruh

yang signifikan terhadap relasi kedua pasangan. Lebih lanjut Sadarjoen (2005)

menyatakan bahwa konflik tersebut muncul karena adanya persepsi-persepsi dan

harapan-harapan yang berbeda serta ditunjang oleh keberadaan latar belakang,

kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka anut sebelum memutuskan

untuk menjalin ikatan pernikahan.

Jadi konflik pernikahan adalah perselisihan yang terjadi antara suami istri

yang disebabkan oleh keberadaan dua pribadi yang memiliki pandangan,

tempramen, kepribadian dan tata nilai yang berbeda dalam memandang sesuatu

dan menyebabkan pertentangan sebagai akibat dari adanya kebutuhan, usahan,

keinginan atau tuntutan dari luar yang tidak sesuai.

3. Sumber-sumber konflik pernikahan

Degenova (2008) menyatakan bahwa konflik bisa muncul karena empat

sumber. Sumber-sumber konflik tersebut terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

1. Sumber pribadi

Konflik pribadi yang berasal dari dorongan dalam diri individu, naluri

(instinct) dan nilai-nilai yang berpengaruh dan saling berlawanan satu sama lain.

Adanya ketakutan irasional dan kecemasan neuroticyang terjadi pada individu

seperti terlalu posesif menjadi sumber dasar dari perselisihan suami istri. Penyakit

emosional lainnya seperti depresi juga bisa menjadi sumber perselisihan.

Penyebab konflik utama individu melibatkan jauh di dalam jiwa individu tersebut,

apalagi kecemasan yang berasal dari pengalaman pada masa kanak-kanak.

2. Sumber fisik

Kelelahan fisik adalah salah satu sumber lainnya. Kelelahan dapat

menyebabkan individu cepat marah, tidak sabar, sedikitnya toleransi dan frustasi.

Hal ini menyebabkan seseorang dapat berkata atau melakukan sesuatu yang tidak

ingin dilakukannya. Kelaparan, beban kerja berlebih, gula darah yang menurun

dan sakit kepala juga merupakan beberapa sumber lainnya yang dapat

menyebabkan konflik dalam pernikahan.

3. Sumber hubungan interpersonal

Konflik ini terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Orang-orang yang

tidak bahagia dalam pernikahannya lebih sering mengeluh tentang perasaan

diabaikan, kekurangan cinta, kasih sayang, kepuasan seksual dan lainnya daripada

orang-orang yang bahagia dalam pernikahannya. Individu merasa bahwa

pasangan mereka terlalu membesar-besarkan masalah dan menganggap kecil

usaha yang dilakukan serta menuduh mereka akan sesuatu. Kesulitan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

menyelesaikan perbedaan dan kekurangan komunikasi juga menyebabkan

pernikahan tersebut menjadi penuh konflik dan tidak bahagia.

4. Sumber lingkungan

Konflik ini meliputi kondisi tempat tinggal, tekanan sosial pada anggota

keluarga, ketegangan budaya diantara keluarga dengan kelompok minoritas

seperti diskriminasi dan kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu

fungsi keluarga. Sumber stress utama bagi keluarga adalah saat wanita yang

memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga, merawat anggota keluarga

yang mengalami penyakit kronik. Hal ini dapat menyebabkan stress dan

kesejahteraan dirinya menjadi berkurang dan pada akhirnya menimbulkan konflik

dalam hidupnya.

4. Metode-metode menghadapi konflik pernikahan

Degenova (2008) membagi konflik ke dalam beberapa metode. Metode-

metode ini digunakan individu untuk menghadapi konflik yang terjadi dengan

pasangannya, metode-metode tersebut adalah:

a. Avoidance conflict

Konflik pertama ini merupakan metode dimana pasangan menghadapi

konflik yang terjadi dengan cara menghindar. Mereka mencoba mencegah konflik

dengan menghindari orang yang bersangkutan, situasinya dan hal-hal yang

berhubungan dengan hal tersebut. Dengan menghindari masalah, untuk sementara

keadaan memang cukup tenang tetapi masalahnya tidak akan selesai, masalah

akan berlarut-larut dan dapat merusak hubungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

Pasangan yang tidak pernah melakukan usaha untuk menghindari

pertentangan secara berkala akan menarik diri satu sama lainnya secara perlahan-

lahan dan pengasingan diri terjadi ketika pasangan berhenti berkomunikasi dan

memberi perhatian satu sama lainnya. Sebagai hasilnya, akan terjadi peningkatan

dalam kesendirian, hilangnya intimasi dan berdampak pada hal lainnya seperti

sexual intercourse.

b. Ventilation and catharsis conflict

Metode konflik yang kedua ini merupakan kebalikan dari avoidance, yaitu

individu mencoba menyalurkan konflik tersebut. Ventilation artinya

mengekspresikan emosi dan perasaan negatif. Sama halnya dengan catharsis

dimana individu yang sedang dalam masalah akan menyalurkan emosi dan

perasaan negatif yang dirasakannya, seperti berteriak, bernyanyi sekeras-kerasnya,

dan yang lainnya. Diharapkan setelah proses ini dilakukan seluruh emosi dan

perasaan negatif yang ada akan keluar dan diganti dengan emosi dan perasaan

yang lebih positif.

c. Constructive and destructive conflicts

Setiap pasangan tentu memiliki konflik, dan bagaimana seseorang mengatasi

konflik mempengaruhi perkembangan pribadi mereka. Metode konstruktif

(constructive) yaitu pasangan mengahadapi masalah pernikahannya dengan lebih

memahami dan berkompromi atau menerima solusi yang ditawarkan untuk

dipertimbangkan. Hal ini lebih kepada meminimalisir emosi negatif, menaruh

hormat dan percaya kepada pasangan serta dapat menyebabkan hubungan menjadi

lebih dekat.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

Metode destruktif (destructive) yaitu menyerang orang yang bermasalah

dengan dirinya. Mereka mencoba untuk mempermalukan pasangannya,

mengucilkan atau menghukum orang yang menjadi lawan konfliknya dengan

menghina dan menjelek-jelekkannya.

B. Pernikahan

1. Pengertian pernikahan

Pernikahan merupakan penyatuan dua pribadi yang unik dengan membawa

pribadi masing-masing berdasarkan latar belakang budaya serta pengalamannya.

Hal tersebut menjadikan pernikahan bukanlah sekedar bersatunya dua individu,

tetapi lebih pada persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan

pembangunan sebuah sistem yang baru (Santrock, 2009).

Duvall dan Miller (1986) mendefenisikan pernikahan sebagai hubungan

antara pria dan wanita yang diakui dalam masyarakat yang melibatkan hubungan

seksual, adanya penguasaan dan hak mengasuh anak dan saling mengetahui tugas

masing-masing sebagai suami istri. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang

Pernikahan No 1 menyatakan bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin

antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU RI

tentang Perkawinan).

Gardiner & Myers (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2008) menambahkan

bahwa pernikahan menawarkan intimasi, komitmen, persahabatan, kasih sayang,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

pemuasan seksual, pendampingan, dan peluang bagi pertumbuhan emosional serta

sumber identitas dan kepercayaan diri yang baru.

Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan

merupakan suatu ikatan lahir dan batin yang sah antara pria dan wanita yang

melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian peran

suami istri, adanya komitmen, keintiman, persahabatan, cinta dan kasih sayang

dimana dua individu tersebutmembawa pribadi masing-masing berdasarkan latar

belakang budaya serta pengalamannya.

2. Pernikahan antar budaya (Interculture)

Menurut Tseng (dalam McDemott & Maretzki, 1997) pernikahan antar

budaya (intercultural marriage) adalah pernikahan yang terjadi antara pasangan

yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Budaya menjadi suatu

aspek penting dalam pernikahan, dimana pasangan tersebut tentu memiliki nilai-

nilai budaya yang dianut, keyakinan dan kebiasaan, adat-istiadat dan gaya hidup

budaya.

Koentjaraningrat (1981, dalam Sedyawati, 2003) menyatakan bahwa di

dalam pernikahan juga disatukan dua budaya yang berbeda, latar belakang yang

berbeda dan suku yang berbeda. Latar belakang yang berbeda ini dapat

menimbulkan ketidakcocokan, dimana ketidakcocokan tersebut memungkinkan

dapat menimbulkan konflik di dalam hidup berumah tangga, baik tentang

kebiasaan, sikap perilaku dominan maupun campuran tangan keluarga (Purnomo

dalam Natalia & Iriani, 2

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

C. Budaya Jawa

1. Pengertian budaya Jawa

Budaya Jawa adalah salah satu budaya tradisonal di Indonesia yang sudah

cukup tua, dianut secara turun temurun oleh penduduk di sepanjang wilayah Jawa

Tengah dan Jawa Timur. Meskipun banyak orang Jawa menganggap bahwa

budaya Jawa itu hanya satu dan tidak terbagi-bagi, akan tetapi dalam

kenyataannya terdapat berbagai perbedaan sikap dan perilaku masyarakatnya di

dalam memahami budaya Jawa tersebut (Sedyawati, 2003). Perbedaan tersebut

antara lain disebabkan oleh kondisi geografis yang menjadikan budaya Jawa

terbagi ke dalam beberapa wilayah kebudayaan, dimana setiap wilayah

kebudayaan memiliki karakteristik khas tersendiri dalam mengimplementasikan

falsafah-falsafah budaya Jawa ke dalam kehidupan keseharian (Sujamto, 1997

dalam Sedyawati, 2003).

Salah satu unsur sistem budaya yang tetap dipertahankan dan diajarkan dari

generasi ke generasi berikutnya oleh masyarakat Jawa adalah falsafah hidup.

Falsafah hidup merupakan anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling umum

yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Falsafah hidup

menjadi landasan dan memberi makna pada sikap hidup suatu masyarakat yang

biasanya tercermin dalam berbagai ungkapan yang dikenal dalam masyarakat

(Sedyawati, 2003).

Endraswara (2003) mengatakan bahwa watak dasar orang Jawa adalah sikap

nrima. Nrima adalah menerima segala sesuatu dengan kesadaran spiritual-

psikologis, tanpa merasa nggrundel (menggerutu karena kecewa di belakang).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

Apapun yang diterima dianggap sebagai karunia Tuhan. Mereka cenderung

menerima dengan kesungguhan hati apapun hasilnya asalkan ada usaha yang lebih

dulu dilakukan. Jika usaha yang dilakukan gagal, orang Jawa cenderung

menerimanya sebagai sebuah pelajaran. Nrima bukan berarti tanpa upaya yang

gigih, namun hanya sebagai sandaran psikologis. Hal ini berarti orang Jawa

mempunyai kewajiban moral untuk menghormati tata kehidupan yang ada di

dunia ini. Mereka harus menerima kehidupan sebagaimana adanya sambil

berusaha sebaik-baiknya dan menumbuhkan kedamaian jiwa serta ketenangan

emosi. Ketika orang Jawa dihadapkan dengan suatu konflik, mereka cenderung

menghadapinya dengan memilih untuk diam dan tidak rewel (melawan) karena

prinsip dasar dari kebanyakan orang Jawa adalah “lebih baik hidup rukun

daripada harus berulah dengan orang lain”. Artinya orang Jawa begitu

menjunjung tinggi sifat keramahtamahan dan nilai kerukunan antar sesama

sehingga begitu menghindari konflik demi mencapai kedamaian dalam hidup

(Suseno, 2001). Lebih lanjut Bratawijaya (1997) mengatakan bahwa orang Jawa

dikenal memiliki sikap yang lamban, tidak mau tergesa-gesa dalam melakukan

pekerjaan, sopan santun, lemah lembut, ramah dan sabar.

2. Nilai-nilai budaya Jawa

Menurut Koentjaraningrat (1981 dalam Sedyawati, 2003) masyarakat Jawa

memiliki sistem nilai budaya yang terdiri dari lima hakekat pokok, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

1. Hakekat hidup

Orang Jawa memandang hakekat hidup sangat dipengaruhi oleh pengalaman

masa lalu dan konsep religiusitas yang bernuansa mistis. Mereka sangat

menghormati budaya, agama (Hindu dan Islam), dan kondisi geografis. Pada

dasarnya masyarakat Jawa menerima yang telah diberikan Tuhan secara apa

adanya, harus tabah dan pasrah dengan takdir serta ikhlas menerima segala hal

yang diperolehnya.

2. Hakekat kerja

Bagi masyarakat Jawa kelas bawah yang tinggal di pedesaan maupun

perkotaan cenderung beranggapan bahwa mereka harus terus berikhtiar dan

bekerja. Bagi mereka, bekerja merupakan suatu keharusan untuk

mempertahankan hidup. Sebaliknya bagi masyarakat kelas menengah dan atas

telah memiliki tujuan dari hakekat kerja, sehingga usaha yang dijalankannya

selalu dihubungkan dengan hasil yang diharapkan. Bagi mereka bekerja

adalah segala sesuatu yang dicita-citakan dan harus disertai dengan usaha

yang sungguh-sungguh, artinya untuk mewujudkan cita-cita diperlukan biaya

dan pengorbanan.

3. Hakekat waktu

Banyak orang berpendapat bahwa orang Jawa itu kurang menghargai waktu.

Hal ini disebabkan karena ada pemahaman mereka bahwa melakukan segala

sesuatu tidak usah terburu-buru, yang penting selesai. Melakukan sesuatu

pekerjaan dengan perlahan-lahan memang sudah merupakan sifat orang Jawa.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

4. Hakekat hubungan manusia dengan sesamanya

Masyarakat Jawa menghendaki hidup yang selaras dan serasi dengan pola

pergaulan saling menghormati. Hidup yang saling menghormati akan

menumbuhkan kerukunan, baik di lingkungan rumah tangga maupun di

masyarakat. Dua prinsip yang paling menentukan dalam pola pergaulan

masyarakat Jawa adalah rukun dan hormat. Dengan memegang teguh prinsip

rukun dalam berhubungan dengan sesama, maka tidak akan terjadi konfik.

5. Hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya

Pandangan hidup masyarakat Jawa adalah mengharuskan manusia

mengusahakan keselamatan dunia beserta segala isinya agar tetap terpelihara

dan harmonis. Artinya mereka berkewajiban untuk memelihara dan

melestarikan alam, karena alam telah memberikan kehidupan bagi manusia.

D. Budaya Batak

1. Pengertian budaya Batak

Batak adalah suatu suku atau etnis dari daerah Sumatera Utara yang terdiri

dari beberapa fouk, seperti Batak Toba, Dairi, Simalungun, Karo dan Mandailing.

Orang Batak Toba menyebutkan kampung halaman mereka sebagai Bonani

Pasogit atau tanah Batak yaitu daerah kelahiran yang menjalani kehidupan sehari-

hari berdasarkan falsafah-falsafah Batak yang dipegang kuat (Tinambunan, 2010).

Falsafah Batak adalah suatu kebenaran hakiki yang menggambarkan tentang

cirri-ciri khas Batak, yang mengatur perilaku hubungan kekerabatan dan interaksi

antara yang satu dengan yang lainnya yang saling mempengaruhi, saling

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

menentukan, saling berhubungan dan saling membutuhkan yang diikat dengan

sistem Dalihan Natolu (Tinambunan, 2010).

Orang Batak tidak seperti paradigma sebagian orang yang menganggap

bahwa penampilannya atau cara berinteraksinya kasar. Sebenarnya “kasar” itu

berarti orang Batak bicara dan bertindak tegas. Orang Batak digambarkan sebagai

orang yang tidak mau kalah, bersuara keras, egois, terbuka, spontan, agresif dan

pemberani kepada orang-orang yang khususnya di luar suku Batak (Tinambunan,

2010). Dengan demikian, orang Batak terkenal tidak takut berkonflik dengan

orang lain karena memiliki ajaran bahwa manusia adalah sederajat, tidak ada

manusia istimewa lebih dari orang lain.

2. Nilai-nilai budaya Batak

Menurut Tinambunan (2010), orang Batak berpegang teguh pada nilai-nilai

yang ditanamkan kepada mereka melalui 7 falsafah hidup yang menjadi pegangan

hidup, antara lain:

1. Mardebata

Mempunyai kepercayaan kepada Tuhan. Sejak zaman batu, orang Batak telah

mengenal adanya Tuhan yang disebut Ompu Mulajadi Nabolon.Oleh karena

itu, orang Batak selalu memperlihatkan hubungan yang dalam kepada Maha

Pencipta. Adanya kepercayaan inilah yang membuat mereka selalu menjalin

keakraban kepada sesama manusia yang diyakini bahwa setiap orang Batak

yang semarga adalah saudara dan sesama saudara tidak boleh saling menyakiti

sesuai dengan ajaran Tuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

2. Marpinompar

Mempunyai keturunan. Setiap marga Batak menghendaki adanya keturunan

sebagai generasi penerus, khususnya anak laki-laki agar silsilahnya tidak

terputus atau hilang. Oleh sebab itu, orang Batak yang belum punya anak laki-

laki belum bisa dianggap mimiliki hagabeon (memiliki anak lengkap,

perempuan dan laki-laki), walaupun sudah memilki hasangopan (terpandang)

di masyarakat dan memiliki hamoraon (punya harta). Oleh karena itu tentunya

sebagai orang Batak akan sangat diusahakan untuk memiliki keturunan

terutama laki-laki. Ketika hal ini tidak terjadi maka keluarga ataupun suami

istri akan selalu mempermasalahkan keadaan ini dalam kehidupan keluarga

mereka. Terkadang hal inilah yang menjadi akar permasalahan dari

pertengkaran yang terjadi pada pernikahan mereka.

3. Martutur

Mempunyai kekerabatan hierarki dalam keluarga yang dikuatkan dengan

Dalihan Natolu, yaitu dongan sabutuha (semarga) dengan panggilan

kekerabatan. Martutur (saling memberitahukan marga dan urutan generasi ke

generasi dalam susunan kekerabatan marga) sejak anak-anak telah diajarkan

oleh orangtua. Oleh karena itu kekerabatan masyarakat Batak dalam setiap

pertemuan baik dalam suka dan duka merupakan konsepsi sistem dalam

menjalankan Dalihan Notulu.

4. Maradat

Mempunyai adat-istiadat dengan pelaksanaan dalihan notulu (tiga tungku)

yang implementasinya hormat kepada keluarga pihak istri, hati-hati kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

yang semarga, dan mengasihi kepada boru (anak perempuan kita beserta

keluarga). Hal ini membuktikan bahwa orang Batak saling menghormati dan

mengasihi antar sesama keluarga.

5. Marpangkirimon

Mempunyai pengharapan (cita-cita), yakni mencapai hamoraon (pencapaian

harta/materi), hagabeon (mendapatkan anak laki-laki dan perempuan), dan

hasangapon (punya kedudukan dan dihormati dalam lingkungan masyarakat).

Hal ini yang menyebabkan orang Batak sangat begitu antusias dan keras

dalam menghendaki dan memperoleh sesuatu.

6. Marpatik

Mempunyai aturan dan undang-undang yang dapat mengikat semua

masyarakat Batak untuk tidak berbuat anarkis, dan lengkap dengan sanksi,

yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan raja-raja dan harus dihormati semua

pihak. Umumnya ini terjadi pada masyarakat Batak yang masih menganut

sistem tradisional. Walaupun begitu tetap pada masyarakat Batak, ada aturan

yang ditetapkan kepada mereka untuk tidak berperilaku kasar dan berbuat

anarkis kepada orang lain. Pada dasarnya yang membuat orang Batak sering

marah-marah dan berperilaku anarkis adalah karena hal tersebut sudah di luar

batas kewajaran dan tidak dapat ditolerir lagi.

7. Maruhum

Mempunyai hukum undang-undang yang baku ditetapkan oleh raja huta (raja

kampung) berdasarkan musyawarah yang harus dihormati dan dituruti oleh

semua pihak dan tidak boleh diubah-diubah atau dilanggar oleh siapa pun.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

Dari hukum yang berlaku, masyarakat Batak harus siap menghadapi dan

mengatasi 8 (delapan) penyakit hati, yaitu buruk sangka, buruk lisan, dengki,

dendam, marah, menggunjing, serakah, dan ria/pamer. Selain itu memiliki

kemampuan mewujudkan 7 (tujuh) sasaran utama jati diri, yaitu jati diri jelas,

semangat tinggi, wawasan luas, pengendalian diri, dapat membaca situasi,

persuasive dan soleder (setia kawan.

E. Dewasa Awal

1. Pengertian dewasa awal

Hurlock (2004) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada usia 18

sampai 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai

berkurangnya kemampuan reproduktif. Berbeda dengan Vaillant (dalam Papalia,

2008) yang membagi tiga masa dewasa awal yaitu masa pembentukan, masa

konsolidasi dan masa transisi. Masa pembentukan dimulai pada usia 20 hingga 30

tahun dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua,

membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan.

Masa konsolidasi (usia 30-40 tahun) merupakan masa konsolidasi karir dan

memperkuat ikatan pernikahan. Masa transisi (sekitar usia 40 tahun) merupakan

masa meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal

yang telah diperoleh.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu

yang menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan baru dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

masyarakat, pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis sesuai

dengan tugas-tugas perkembangan dan berusia antara 20 hingga 40 tahun.

2. Tugas-tugas perkembangan dewasa awal

Havighurs (dalam Hurlock, 2004) mengatakan bahwa dewasa awal memiliki

tugas-tugas perkembangan yang akan dipenuhi, yaitu:

1.Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

2. Mulai membina kehidupan rumah tangga dan mengasuh anak

3. Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga.

4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

5. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan

F. Gambaran Konflik Pernikahan pada Pasangan Berlatar Belakang Etnis

Jawa-Batak

Pernikahan merupakan hubungan sakral yang terjadi pada suami istri.

Hubungan pernikahan tidak pernah statis, namun secara konstan berubah-ubah

dan semakin berkembang. Terkadang hubungan ini membuat frustasi, tidak

memuaskan dan bermasalah karena pada dasarnya terdapat dua individu dari latar

belakang dan nilai yang berbeda disatukan dalam ikatan pernikahan (Degenova,

2008).

Pada pernikahan perlu ada penyesuaian pernikahan, agar pasangan dapat

menjalani kehidupan rumah tangganya dengan baik dan tentram. Oleh karena itu,

penyesuaian dalam pernikahan adalah penting untuk dilakukan. Menurut

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

Degenova (2008) banyak pasangan mengetahui bahwa pernikahan tidak berjalan

seperti yang mereka inginkan karena akan ada konflik yang menghampiri

pernikahan mereka. Akibatnya, mereka perlu melalui beberapa penyesuaian

dimana mereka mencoba mengubah perilaku dan hubungan untuk mencapai

tingkatan kepuasan paling tinggi dengan frustasi paling rendah.

Penyesuaian pernikahan dilakukan oleh semua pasangan, tidak terbatas pada

pasangan yang memiliki perbedaan. Hanya saja akan ditemui perbedaan dalam

melakukan penyesuaian pernikahan ketika terdapat pasangan yang memiliki

karakter, etnis serta nilai-nilai yang sama satu sama lain dimana akan lebih

dengan pasangan yang menikah beda etnis. Perbedaannya terletak pada adanya

kesepahaman dan kesepakatan yang lebih mudah dilakukan oleh pasangan satu

etnis daripada pasangan beda etnis (Bernard, dalam Santrock, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gurin dkk (dalam Dewi dan Basti,

2008) diperoleh bahwa konflik akan senantiasa terjadi dalam kehidupan

pernikahan. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitiannya dimana 45% orang yang

sudah menikah mengatakan bahwa dalam kehidupan bersama akan selalu muncul

berbagai masalah, dan 32% pasangan yang menilai pernikahan mereka sangat

membahagiakan melaporkan bahwa mereka juga pernah mengalami pertentangan

dan konflik dalam pernikahan.

Pernikahan umumnya terjadi pada masa dewasa awal yaitu pada rentang

usia 20-40 tahun (Papalia, 2008). Hal ini sejalan dengan tugas perkembangan

yang dituturkan oleh Havighurs (dalam Hurlock, 2004), yang menjelaskan bahwa

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

salah satu tugas perkembangan usia dewasa awal adalah mencari dan menemukan

calon pasangan hidup.

Secara umum banyak dijumpai pernikahan yang terjadi dari penyatuan dua

budaya atau latar belakang etnis yang berbeda. Hal ini sesuai dengan penuturan

McDermott dan Maretzki (1997) bahwa pernikahan beda budaya merupakan suatu

hal yang biasa terjadi pada masyarakat Indonesia. Terlebih dengan keadaan

geografis Indonesia dimana banyak ditemui wilayah-wilayah yang tentunya

masing-masing memiliki keragaman suku dan budaya yang berbeda-beda. Hal ini

menyebabkan besarnya kemungkinan untuk terjadinya pernikahan antar budaya

dimana disatukannya dua budaya yang berbeda, latar belakang yang berbeda, dan

suku yang berbeda yang dapat menimbulkan ketidakcocokan (Koentjaraningrat,

1981 dalam Sedyawati 2004).

Salah satu fenomena pernikahan beda etnis yang terjadi adalah pasangan

pernikahan beda etnis pada suku Jawa dan Batak. Suku Jawa merupakan salah

satu suku yang ada di Indonesia dan sampai sekarang masih merupakan salah satu

suku terbesar di Indonesia karena hampir menyebar merata di seluruh pelosok

tanah air. Keunikan dari masyarakat Jawa yang dikenal dengan sikap yang sopan

santun, lamban, lemah lembut, ramah dan sabar menjadikan suku ini memiliki

khas dengan nilai keramahtamahan n kerukunan yang tinggi (Bratawijaya, 1997).

Berbeda dengan Jawa, suku Batak dikenal dengan anggapan kebanyakan

masyarakatnya adalah orang-orang yang keras dan cenderung secara tegas dan

langsung dalam menjalani suatu pekerjaan tanpa ada toleransi dari apa pun,selain

itu juga orang Batak digambarkan sebagai orang yang tidak mau kalah, bersuara

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

keras, terbuka, spontan, agresif, pemberani pada orang di luar suku Batak

(Tinambunan 2010).

Adanya perbedaan yang muncul pada pasangan pernikahan dari latar

belakang etnis Jawa dan Batak, pastinya akan membuat pasangan ini melakukan

penyesuaian dalam pernikahan mereka dimana dalam proses ini akan muncul

konflik di dalam pernikahan mereka. Terlebih ketika kedua pasangan tidak

mampu mencari solusi dari konflik yang terjadi (Sadarjoen, 2005).

Menurut Hurlock (2004), laki-laki merupakan seseorang yang harus

memiliki male power dengan sifatnya yang maskulin, gagah, tegas dan berani,

sebaliknya perempuan yang dikenal dengan lebih feminim dan lembut. Hal ini

menarik untuk diteliti ketika male power yang harus dimiliki laki-laki menjadi

hilang ketika ada pengaruh dari latar belakang etnis Jawa yang dikenal sebagai

orang yang lemah dan menurut. Berbeda dengan perempuan yang seharusnya

lemah lembut serta menurut kepada suami, tetapi karena adanya pengaruh dari

budaya Batak yang karakternya keras, tekun dan tegas menjadikan istri memiliki

peran yang lebih dominan daripada suami (female power). Hal inilah yang pada

akhirnya akan menimbulkan ketegangan sehingga memunculkan konflik.

Konflik adalah sesuatu yang normal terjadi pada setiap hubungan dimana

dua orang tidak pernah selalu setuju pada sesuatu. Banyak keputusan yang bisa

saja membuat pasangan kecewa, frustasi dan membutuhkan penyesuaian antara

satu sama lain. Beberapa pasangan memiliki konflik lebih banyak dibandingkan

pasangan lainnya, dan beberapa pasangan bisa mengatasinya dengan cara yang

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

lebih konstruktif dibandingkan pasangan lainnya. Tetapi kemungkinan terjadinya

konflik akan selalu ada pada setiap hubungan manusia (Degenova, 2008).

Menurut Degenova (2008), konflik memiliki tiga metode dalam

menghadapinya, yaitu konflik (1) avoidance, yaitu metode dimana pasangan atau

salah satu dari mereka cenderung menghindar ketika menghadapi konflik, (2)

ventilation and catharsis, yaitu pasangan akan mengekspresikan emosi-emosi

negatifnya dengan kegitana lain, seperti berteriak, memukul bantal, dan yang

lainnya, (3) constructive and destructive, metodeconstructive merupakan bentuk

dimana pasangan lebih mencoba memahami dan menghadapi masalahnya dan

berkompromi dengan pasangan ketika menghadapi konflik, sementara destructive

adalah dengan menyerang orang yang bermasalah dengan dirinya.

Konflik dapat bersumber dari mana saja. Menurut Degenova (2008) konflik

bisa berasal dari pribadi, fisik, hubungan interpersonal dan lingkungan. Konflik

yang bersumber dari hubungan interpersonal salah satunya adalah konflik dalam

pernikahan. Orang-orang yang tidak bahagia dalam pernikahan lebih sering

mengeluh merasa diabaikan, kekurangan cinta, kasih sayang, kepuasan seksual

dan lainnya dari pada orang-orang yang bahagia dalam pernikahan.

Berkaitan dengan konflik yang terjadi pada pasangan Jawa-Batak, terdapat

hasil penelitian Andayani (2001) yang menyatakan pada umumnya orang Jawa

akan cenderung lebih menghindari konflik ketika ada masalah pada pernikahan

mereka dengan pertimbangan bahwa mereka tidak ingin masalah tersebut menjadi

besar dan berlarut-larut. Berbeda dengan metode konflik yang dialami oleh orang

Batak, sesuai dengan yang diungkapkan Bangun (1986, dalam Minauli, 2006)

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

yang menyatakan bahwa orang Batak tidak takut berkonflik dengan orang lain

secara umum lebih mengarah pada sikap destructive, dimana menurut Degenova

(2008) metode destruktif (destructive) yaitu menyerang orang yang bermasalah

dengan dirinya.

Hal ini pula yang menjadi pertimbangan peneliti untuk mengambil orang

Jawa dan Batak sebagai salah satu subjek pasangan dari pernikahan multikultural,

dimana peneliti ingin melihat bagaimana gambaran konflik pernikahan pada

pasangan dengan latar belakang etnis Jawa dan Batak.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik 1. Pengertian konflikrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33612/4/Chapter II.pdf · BAB II . LANDASAN TEORI . A. Konflik . 1. Pengertian konflik

KONFLIK

avoidance, ventilation & catharsis, and constructive & destructive

Sumber Pribadi

Sumber Fisik

Sumber

Hub.Interpersonal

Sumber

Lingkungan

*nrimo

*ramah

*penyabar

*tidak suka

berkonflik

*tegas

*agresif

*bersuara

keras

*tidak mau

mengalah

G. Paradigma Penelitian

Pasangan multikultur

Laki-laki (Jawa) Perempuan (Batak)

Menikah

Bersatunya dua individu pria dan wanita (Hurlock)

Penyatuan pola pikir perbedaan cara hidup

Melakukan penyesuaian Pernikahan

selama proses

Metode

menghadapi konflik

Universitas Sumatera Utara