Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori agensi menyatakan bahwa kondisi informasi yang
tidak lengkap dan penuh ketidakpastian akan memunculkan
masalah keagenan. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak
antara pihak pemberi wewenang dengan pihak penerima
wewenang (agen). Hubungan keagenan dapat menimbulkan
masalah pada saat pihak - pihak yang bersangkutan mempunyai
tujuan yang berbeda. Pemilik modal menginginkan bertambahnya
kekayaan dan kemakmuran. Sedangkan, manajer juga
menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer.
Sebagai agen, manajer bertanggung jawab untuk melaporkan
kinerja perusahaan secara transparan kepada pemilik saham.
Namun, terkadang manajer berusaha merekayasa laporan kinerja,
18
sehingga terjadi ketidakseimbangan informasi antara manajer dan
pemilik saham.1
2. Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengasumsikan bahwa perusahaan
yang berkembang pesat dapat menyebabkan masyarakat menjadi
sangat terkait dan memperhatikan perusahaan, sehingga
perusahaan perlu menunjukkan responsibilitas secara terbuka.
Teori stakeholder ini memberikan landasan bahwa suatu
perusahaan harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya yang
ditunjukkan melalui adanya penerapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Sehingga diharapkan terjalin hubungan yang baik
antara perusahaan dengan lingkungan sekitar.
Pemerintah sebagai regulator merupakan salah satu
stakeholder perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus
mengikuti aturan yang telah dibuat oleh pemerintah, salah
satunya yaitu ketaatan dalam membayar pajak.2
1 Harmono, Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2014), hlm. 3. 2 Ibid, hlm. 409.
19
3. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial atau corporate social
responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sebuah
organisasi perusahaan terhadap dampak dari keputusan-keputusan
dan kegiatan kepada masyarakat dan lingkungan. Tanggung
jawab sosial dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan
dan etis, sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan dan
kesejahteraan masyarakat, dengan mempertimbangkan harapan
para pemangku kepentingan (stakeholder), sejalan dengan hukum
dan norma yang berlaku.3 Sementara menurut World Business
Council on Sustainable Development (WBCSD), tanggung jawab
sosial perusahaan adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk
melaksanakan etika keperilakuan dan berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan. Komitmen lainnya adalah
meningkatkan kualitas hidup karyawan, komunitas lokal, dan
masyarakat luas.4
3 I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan
Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm. 12. 4 Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance:
Teori dan Implementasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hlm. 162.
20
Pada tahun 1950-an, tanggung jawab sosial menjadi topik
yang gencar diperbincangkan. Masalah kemiskinan dan
keterbelakangan mulai mendapat perhatian dunia internasional.
Periode ini dianggap sebagai awal era CSR, karena pada tahun
1953 muncul definisi dari Horward Bowen dalam bukunya yang
berjudul “Social Responsibility of the Businessman”. Menurutnya
CSR merupakan kewajiban seorang pebisnis untuk
mengusahakan dan melaksanakan tindakan-tindakan dalam
kerangka tujuan dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan.5 Istilah
tanggung jawab sosial mulai digunakan pada awal tahun 1970-an,
walaupun berbagai aspek tanggung jawab sosial telah menjadi
subyek kegiatan perusahaan dan pemerintah sejak akhir abad ke
19. Gagasan awal mengenai tanggung jawab sosial bertumpu
pada kegiatan filantropi (kedermawananan).6 Tanggung jawab
sosial perusahaan berbeda dengan charity atau sumbangan sosial.
Sebab sumbangan sosial bersifat sesaat dan memiliki dampak
sementara. Sedangkan, tanggung jawab sosial diterapkan pada
5 Hery, Akuntansi dan Rahasia di Baliknya Untuk Para Manajer Non-
Akuntansi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 140. 6 Suryani S. Motik, Pedoman KADIN Tentang Tanggung-Jawab
Sosial Perusahaan (CSR) Untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan,
(Jakarta: Kamar Dagang dan Industri Indonesia, 2015), hlm. 7.
21
suatu program yang disesuaikan dengan kebutuhan dan
keberlanjutan kegiatan dalam jangka panjang.7
Menurut Princes of Wales Foundation, ada faktor penting
yang dapat mempengaruhi implementasi tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR), pertama, menyangkut human capital atau
pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara
mengenai lingkungan. Ketiga, yaitu Good Corporate Governance
(GCG). Keempat, dalam melaksanakan tanggung jawab sosial
jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial (social
cohesion). Kelima, adalah economic strength atau
memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di bidang
ekonomi.8
Manfaat yang diperoleh perusahaan jika
mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan adalah
sebagai berikut.
7 Ujianto Singgih Prayitno, Corporate Social Responsibility Konsep,
Strategi dan Implementasi, (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi, 2015), hlm. 7. 8 Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, (Jakarta:
Sinar Grafika, 2009), hlm. 11-12.
22
a. Eksistensi perusahaan dapat tumbuh dalam jangka
panjang dan perusahaan memperoleh citra (image)
yang positif dari masyarakat.
b. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap
kapital (modal).
c. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya
manusia yang berkualitas.
d. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan
keputusan pada hal yang kritis dan mempermudah
pengelolaan manajemen risiko.9
e. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada
perusahaan yang memiliki reputasi baik, yang secara
konsisten menerapkan tanggung jawab sosial
perusahaan. Rasa bangga ini akan menghasilkan
loyalitas, sehingga mereka termotivasi untuk
berkontribusi memajukan perusahaan yang
mengakibatkan peningkatan kinerja dan
produktivitas.
9 Muh. Arief Effendi, Op.Cit., hlm. 165-166.
23
f. Memperbaiki dan mempererat hubungan antara
perusahaan dengan para stakeholder-nya.
g. Meningkatkan laba penjualan. Menurut riset Roper
Search Worldwide, yaitu bahwa konsumen akan
menyukai produk-produk yang dihasilkan oleh
perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung
jawab sosial dan memiliki reputasi baik.10
Dalam perspektif Islam, adanya kegiatan tanggung jawab
sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR) sangat
didukung karena tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis
menciptakan banyak permasalahan sosial, dan perusahaan
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.11
Allah berfirman
dalam QS. An-Nisaa ayat 85:
10
A.B. Susanto, Reputation-Driven Corporate Social Responsibility
Pendekatan Strategic Manajemen dalam CSR, (Jakarta: Esensi, 2009), hlm.
15. 11
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam,
(Malang: UIN Malang Press, 2007), hlm. 12.
24
Artinya: “Barang siapa memberikan hasil yang baik, niscaya ia
akan memperoleh bagian pahala. Dan barang siapa menimbulkan
akibat yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekuensinya.” 12
Ayat diatas menjelaskan bahwa menurut Islam, apapun
yang kita perbuat, maka kita akan memperoleh balasan yang
setimpal. Hal ini jika diumpamakan dengan perusahaan. Jika
perusahaan tersebut senantiasa menebarkan kebaikan dan peduli
dengan tanggung jawab sosialnya, maka masyarakat akan ikut
merasakan dampak positif dan dapat meningkatkan citra
perusahaan dalam pandangan masyarakat. Sehingga masyarakat
akan tertarik untuk membeli produk dari perusahaan tersebut dan
secara otomatis dapat meningkatkan laba penjualan. Begitu juga
sebaliknya, jika perusahaan tidak pernah menerapkan tanggung
jawab sosial, maka dapat mengakibatkan masyarakat kurang
mengetahui eksistensi perusahaan dan menurunkan citra
perusahaan dalam pandangan masyarakat. Sehingga masyarakat
merasa tidak tertarik untuk membeli produk yang telah
12
Q.S. An-Nisaa (4): 85
25
dipasarkan. Hal ini berdampak pada menurunnya laba penjualan,
bahkan bisa mengakibatkan kebangkrutan.
Pentingnya memiliki rasa kepedulian terhadap orang-
orang lemah dapat menumbuhkan sikap kasih sayang terhadap
sesama dengan cara memberi, di dalam hadits dinyatakan:
Artinya: Kalian hanya mendapat pertolongan (dari Allah)
disebabkan kaum dhu’afa kalian. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi
Ahmad dan selainnya).
Berdasarkan hadits di atas dapat dipahami bahwa orang
kaya harus memiliki rasa kepedulian kepada orang-orang lemah,
karena secara tidak langsung mereka ikut berperan langsung atau
tidak langsung dalam menghasilkan kekayaan. Salah satu bentuk
kepedulian kepada kaum lemah yaitu melalui kegiatan tanggung
jawab sosial ekonomi.13
Menurut Syed Nawab Heidar Naqwi, kegiatan tanggung
jawab sosial harus berlandaskan pada prinsip-prinsip ekonomi
13
M. Wiyono, Tanggung Jawab Sosial dalam Al Qur’an Analisis
Kritis Tafsir Tematik Kemenag RI, Diya al-Afkar, Vol. 4, No. 2, 2016, hlm. 13.
26
Islam yaitu tauhid, keseimbangan, dan kehendak bebas. Hal ini
dapat diwujudkan melalui kepedulian terhadap lingkungan dan
sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan mekanisme
sosial untuk mendistribusikan harta yang dititipkan oleh Allah
SWT kepada yang lebih berhak menerimanya.14
Indikator pengungkapan tanggung jawab sosial diukur
berdasarkan standar Global Reporting Initiative (GRI). GRI yaitu
jaringan berbasis organisasi yang mempelopori perkembangan
dunia. Total pengungkapan CSR yaitu sebanyak 78 item yang
terdiri dari indikator lingkungan (13 item), energi (7 item),
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (8 item), lain-lain tentang
tenaga kerja (29 item), produk (10 item), keterlibatan masyarakat
(9 item), dan umum (2 item).15
14
Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006), hlm. 49. 15
Eddy Rismanda Sembiring, Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang
Tercatat di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Maksi, Vol. 6, No.1, 2006, hlm. 83.
27
Selanjutnya total nilai pengungkapan digunakan untuk
mengukur indeks CSR. Adapun rumus yang bisa digunakan yaitu
sebagai berikut:16
Keterangan:
CSRDi : Indeks luas pengungkapan tanggungjawab sosial
dan lingkungan perusahaan i
Σ Xyi : Nilai 1 = jika item yi diungkapkan; 0 = jika item yi
tidak diungkapkan.
ni : Jumlah item untuk perusahan i, ni ≤ 78
4. Intensitas Modal
Intensitas modal atau capital intensity merupakan aktivitas
investasi perusahaan yang dikaitkan dengan investasi aset tetap
dan persediaan. Intensitas modal juga dapat didefinisikan dengan
bagaimana perusahaan berkorban mengeluarkan biaya untuk
aktivitas operasi dan pendanaan aktiva guna memperoleh
16
Muhammad Rizky Andrianto dan Achmad Fadjar, Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak,
Proceedings, (Bandung:Universitas Widyatama, 2017), hlm. 866.
CSRDi =
28
keuntungan perusahaan.17
Dalam penelitian ini, intensitas modal
diproksikan menggunakan rasio intensitas aset tetap. Aset tetap
adalah kekayaan perusahaan yang pemakaiannya dalam waktu
lama (lebih dari satu periode akuntansi). Aset tersebut memiliki
nilai material (relatif besar nilainya). Contohnya tanah,
gedung/bangunan, dan mesin.18
Rasio intensitas modal penting
bagi manajemen perusahaan, karena dapat menunjukkan tingkat
efisiensi aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan.
Semakin tinggi tingkat rasio intensitas modal, maka semakin
efisien penggunaan seluruh aktiva dalam operasi untuk
menghasilkan penjualan.19
Pentingnya modal dalam kehidupan manusia ditunjukkan
pada Q.S. Ali Imran (3) ayat 14 yang artinya: “Dijadikan terasa
indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta
17
Novia Bani Nugraha dan Wahyu Meiranto, Pengaruh Corpotate
Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan
Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak, Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 4, No. 4, 2015, hlm. 5. 18
Toto Sucipto, Akuntansi 1 Siklus Akuntansi Perusahaan Jasa dan
Perusahaan Dagang, (Jakarta: Yudhistira, 2011), hlm.6. 19
Lisa Suprihatin, Pengaruh Financial Distress, Leverage dan
Intensitas Modal Terhadap Konservatisme Akuntansi, Skripsi, (Lampung: UIN
Raden Intan, 2019), hlm. 27.
29
benda yang bertumpul dalam bentuk emas dan perak, kuda
pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa menurut Islam, modal atau aset
harus dikelola secara produktif, agar diperoleh manfaat dan
keberkahan di masa yang akan datang.20
Adapun hadits mengenai modal atau aset tetap berkaitan
dengan kejujuran pihak manajemen perusahaan dalam
mengungkapkan laporan keuangannya. Perusahaan harus jujur
dalam mengungkapkan jumlah modal maupun aset tetap, baik
yang masih ada umur manfaatnya atau yang telah habis umur
manfaatnya harus tersaji jelas dalam laporan keuangan. Hal ini
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, yaitu:
Artinya: “Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran
membawa kepada kebaikan dan kebaikan mengantarkan
seseorang ke Surga.” (HR. At-Tirmidzi).
20
Q.S. Ali Imran (3) : 14.
30
Menurut Imam al-Ghazali, modal dalam sistem ekonomi
Islam harus terus berkembang agar sirkulasi uang tidak berhenti.
Sebab jika uang atau modal terhenti maka harta itu tidak akan
memberi manfaat bagi orang lain. Namun, jika uang atau modal
dikelola dengan baik maka akan mendatangkan manfaat bagi
orang lain, misalnya menambah jumlah penyerapan tenaga
kerja.21
Intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan.Rumus
intensitas modal adalah sebagai berikut:22
Aset tetap dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak agar ETR perusahaan rendah.
Perusahaan dapat memanfaatkan beban penyusutan dari aset tetap
21
Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 222. 22
Sulastri Ambarita, Pengaruh Corporate Social Responsibility dan
Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011-2015,
Fundamental Management Journal, Vol. 2, No. 2, 2017, hlm.68
CINT =
31
yang secara langsung mengurangi laba perusahaan yang menjadi
dasar perhitungan pajak perusahaan.23
5. Agresivitas Pajak
Pajak yaitu iuran yang bersifat memaksa dan harus
dibayarkan kepada negara berdasarkan ketentuan undang-undang
yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak
sendiri memiliki fungsi sebagai sumber keuangan negara dan alat
untuk mencapai tujuan kebijakan pemerintah baik dalam bidang
sosial, pembangunan infrastruktur, dan sebagainya.24
Agresivitas
pajak adalah upaya tindakan perusahaan untuk mengurangi atau
meminimalisir beban pajak perusahaan melalui suatu
perencanaan pajak baik legal (tax avoidance), maupun ilegal (tax
evasion). Kegiatan ini mengakibatkan berkurangnya penerimaan
23
Muadz Rizki Muzakki, Pengaruh Corporate Social Responsibility
dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Studi Empiris pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Tahun
2011-2013), Skripsi, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2015), hlm. 22. 24
Siti Resmi, Perpajakan Teori dan Kasus, (Jakarta: Salemba Empat,
2017), hlm. 3.
32
kas Negara, sehingga dalam jangka panjang Negara akan
mengalami kerugian yang besar pada penerimaan sektor pajak.25
Faktor penyebab dari agresivitas pajak meliputi tarif pajak
yang terlalu tinggi, undang-undang yang tidak tepat, hukuman
yang tidak memberikan efek jera, dan ketidakadilan yang nyata.
Agresivitas pajak ada yang bersifat legal (tax avoidance) yaitu
perencanaan pajak dengan cara mengecilkan objek pajak yang
menjadi dasar pengenaan pajak sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Serta ada pula yang bersifat
ilegal (tax evasion) adalah manipulasi ilegal terhadap sistem
perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak. Tax evasion
cenderung mengabaikan undang-undang perpajakan secara
disengaja untuk menghindari pembayaran pajak, misalnya
pemalsuan pengembalian pajak.26
Selain karena adanya suatu kesengajaan untuk
mengurangi atau tidak memenuhi kewajiban perpajakannya,
wajib pajak juga sering bertindak lalai dan baru menyadari
25
Muhammad Rizky Andrianto dan Achmad Fadjar, Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak,
Proceedings, (Bandung: Universitas Widyatama, 2017), hlm. 864. 26
Abdul Halim, dkk, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi
Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2018), hlm. 8.
33
setelah ada pemeriksaan fiskus. Kelalaian memenuhi kewajiban
pajak yang harus dilakukan oleh wajib pajak tidak saja terbatas
pada kecurangan dan penggelapan dalam segala bentuknya,
namun kelalaian wajib pajak juga meliputi dalam hal
ketidaktahuan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan tersebut, kesalahan dalam menghitung data pajak,
salah menafsirkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dan wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta
bukti secara lengkap. Contoh tindakan yang termasuk kategori
tersebut adalah salah dalam pengisian SPT, tidak menyampaikan
SPT, tidak membayar pajak tepat waktu.27
Ada beberapa cara perusahaan dalam melakukan
agresivitas pajak, antara lain: (1) Menunjukkan laba dari aktivitas
operasional sebagai laba dari modal sehingga dapat mengurangi
laba bersih dan hutang pajak perusahaan. (2) Mengakui
pembelanjaan modal sebagai pembelanjaan operasional dan
dibebankan terhadap laba bersih, sehingga dapat mengurangi
27
Chairil Anwar Pohan, Optimizing Corporate Tax Management:
Kajian Perpajakan dan Tax Planning-nya Terkini, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), hlm.18-19.
34
hutang pajak. (3) Membebankan biaya pribadi sebagai biaya
bisnis untuk pengurangan laba bersih. (4) Membebankan
depresiasi yang berlebihan untuk mengurangi laba kena pajak. (5)
Mencatat pembuangan yang berlebihan dari bahan baku dalam
industri manufaktur untuk mengurangi laba kena pajak.
Tax avoidance secara hukum pajak tidak terlarang
meskipun seringkali mendapatkan sorotan yang kurang baik dari
kantor pajak karena dianggap memiliki respon negatif atau
dianggap kurang nasionalis. Berbeda dengan tax evasion
(penggelapan pajak), yang merupakan usaha-usaha memperkecil
jumlah pajak dengan melakukan pelanggaran terhadap peraturan
perpajakan yang berlaku. Pihak yang melakukan tindakan tax
evasion dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi
pidana berdasarkan perbuatannya.28
Dalam perspektif Islam, pemungutan pajak boleh diambil
dari kaum muslimin, jika memang negara sangat membutuhkan
dana. Hal ini didasarkan pada perintah Allah SWT dalam Q.S.
Al-Baqarah (2) ayat 177, yang artinya: “...dan memberikan harta
28
Diaz Priantara, Kupas Tuntas Pengawasan, Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 453-454.
35
yang dicintainya..” Pada ayat ini Allah memerintahkan kaum
Muslimin untuk memberikan harta selain zakat.
Selain itu, terdapat hadits mengenai pajak yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, yaitu:
Artinya: “di dalam harta terdapat hak-hak yang lain di samping
zakat.”
Dalil dan hadits diatas didukung oleh para ulama yang
membolehkan pemerintah mengambil pajak yaitu Imam Al-
Juwaini di dalam kitab Ghiyats al-Umam, Imam al-Ghazali di
dalam al-Mustafa, Imam asy-Syathibi di dalam al-I’tishom, dan
lain-lain. Mereka berpendapat bahwa diperbolehkannya
memungut pajak dengan tujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
umat, karena dana pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai
berbagai pengeluaran, yang apabila pengeluaran itu tidak
dibiayai, maka akan menimbulkan kemudharatan.29
29
https://aslibumiayu.net/10410-hukum-pajak-dalam-fiqih-islam-
bagaimana-kaum-muslimin-menyikapinya.html, diakses pada tanggal 01 Maret
2020, pukul 23.30 WIB.
36
Menurut Yusuf Qardhawy, bahaya yang diakibatkan oleh
praktik agresivitas (penghindaran) pajak ini adalah pendapatan
pajak yang berkurang akan membahayakan stabilitas keuangan
negara, terjadi ketidakadilan dalam pembayaran beban pajak,
menyebabkan naiknya tarif pajak yang ada atau ditetapkannya
kewajiban pajak baru untuk menggantikan kekurangan dari hasil
pajak akibat dari banyaknya oknum yang menghindari pajak,
serta hilangnya kejujuran dan lemah ikatan solidaritas antara
pribadi dan masyarakat.30
Agresivitas pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan
menggunakan effective tax rates (ETR), ETR adalah beban pajak
dibagi dengan laba sebelum pajak. Rumus dari ETR adalah
sebagai berikut:31
30
Yusuf Qardhawy, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera Antarnusa,
2006), hlm. 1095. 31
Muhammad Rizky Andrianto dan Achmad Fadjar, Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak,
Proceedings, (Bandung: Universitas Widyatama, 2017), hlm. 866.
ETR =
37
6. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan nilai gabungan dari nilai
pasar dari saham yang diterbitkan dan nilai pasar hutang dari
suatu perusahaan. Karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga
saham perusahaan meningkat.32
Nilai perusahaan dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan. Jika
nilai perusahaan tinggi, maka perusahaan akan dipandang baik
oleh calon investor. Bagi pihak calon investor berkaitan dengan
kegiatan sosial dan lingkungan, yakni semakin banyak program-
program tanggung jawab sosial dan lingkungan yang diterapkan,
maka perusahaan akan dinilai baik dan dianggap memiliki jiwa
sosial kemanusiaan yang tinggi. Hal ini membuat calon investor
tertarik untuk melakukan investasi di perusahaan tersebut. Begitu
pula sebaliknya, jika nilai perusahaan tersirat tidak baik, maka
investor akan menilai perusahaan dengan nilai rendah.33
32
Nike Beliza, Pengaruh Agresivitas Pajak, Tingkat Persistensi Laba,
dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), hlm. 17. 33
Michell Suharli, Studi Empiris Terhadap Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia,
Jurnal Manajemen Akuntansi, Vol. 6, No.1, 2006, hlm. 23-24.
38
Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan
menggunakan Price to Book Value (PBV). Price to Book Value
(PBV) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur nilai
perusahaan. PBV menunjukkan kemampuan perusahaan
menciptakan nilai perusahaan dalam bentuk harga terhadap
modal yang tersedia. Kesimpulannya, apabila semakin tinggi
hasil PBV menandakan bahwa perusahaan dapat dikatakan
berhasil menciptakan nilai dan kemakmuran pemilik. PBV
dihitung dengan menggunakan rumus:34
Harga saham merupakan harga suatu saham yang
terbentuk melalui suatu mekanisme permintaan dan penawaran
yang dilakukan oleh para investor di pasar jual beli saham. Harga
saham syariah maupun konvensional memiliki nilai harga yang
tidak tetap atau konstan, yang artinya harga saham ini
berfluktuatif.35
Harga saham dapat dibedakan menjadi, (1) Harga
34
Tjiptono Darmadji dan Hendry Fakhruddin, Pasar Modal di
Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 139. 35
Juhaya S. Pradja, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal
Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 113.
PBV =
39
nominal merupakan harga yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga
nominal tergantung dari keinginan emiten, emiten bebas
menetapkan harga per lembar sahamnya; (2) Harga perdana
merupakan harga sebelum saham tersebut dicatat di bursa efek.
Jadi setelah terjadinya negosiasi dengan penjamin emisi, maka
akan diketahui berapa saham perusahaan emiten akan dijual
kepada masyarakat.36
Menurut perspektif Islam, investasi dan jual beli saham
halal dan diperbolehkan. Namun, yang dianggap halal hanya
terbatas pada sahamnya, belum ke persoalan lain seperti jenis
perusahaannya, proses transaksinya, dan lain-lain. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 275 yang
artinya: “ ...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...” 37
Berdasarkan dalil di atas mengisyaratkan bahwa semua
transaksi jual beli yang sesuai dengan landasan syariah hukumnya
36
Sawidji Widioatmojo, Cara Sehat Investasi di Pasar Modal,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2005), hlm. 55-56. 37
Q.S. Al-Baqarah (2) : 275
40
halal, termasuk ketika seseorang ikut berinvestasi pada
perusahaan.
Adapun hadits mengenai transaksi saham yaitu: “Tidak
halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya, dan
tidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada
padamu.” (HR. Al Khomsah dari Amr bin Syuaib).38
Dari hadits
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan transaksi
saham, pihak pemilik dan perusahaan harus bersedia menanggung
resiko apabila nilai perusahaan mengalami penurunan drastis atau
kerugian.
Hal ini turut didukung oleh pendapat ulama, salah satunya
menurut Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni Juz 5/173 yang
menyatakan, “Jika salah seorang dari dua orang berserikat
membeli porsi mitra serikatnya, maka hukumnya boleh karena ia
membeli milik dari pihak lain.” Maksud dari pendapat ulama ini
adalah diperbolehkan pengalihan kepemilikan porsi suatu surat
38
HR. Al Khomsah dari Amr bin Syuaib
41
berharga selama terjadi kesepakatan dan diizinkan oleh pemilik
porsi lain dari suatu surat berharga.39
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian
terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.
Penelitian terdahulu tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hasil
Penelitian
1. Muadz
Rizki
Muzakki
(2015)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
dan Capital
Intensity
Terhadap
Penghindaran
Pajak (Studi
Empiris pada
Perusahaan
Manufaktur
Penelitian
terdahulu
pengungkapan
tanggung
jawab sosial
perusahaan
sebanyak 75
item.
Sedangkan,
pada
penelitian ini
pengungkapan
Variabel CSR
(tanggung
jawab sosial
perusahaan)
dan capital
intensity
(intensitas
modal)
berpengaruh
negatif
terhadap
penghindaran
39
www.analisis.co.id, diakses pada tanggal 01 Maret 2020, pukul
19.55 WIB.
42
yang Terdaftar
pada Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2011-
2013)
tanggung
jawab sosial
perusahaan
sebanyak 78
item.
pajak.
2. Arief
Raharjo
dan Indira
Djanuarti
(2014)
Pengaruh
Tanggung
Jawab Sosial
Perusahaan
Terhadap Nilai
Perusahaan
Studi Kasus
pada
Perusahaan
Pertambangan
yang Terdaftar
di BEI 2008-
2012
Penelitian
terdahulu ini
menggunakan
79 item
pengungkapan
tanggung
jawab sosial
perusahaan.
Sedangkan,
penelitian ini
menggunakan
78 item
pengungkapan
. Kemudian,
penelitian
yang diteliti
oleh Arief
menggunakan
proksi Tobin’s
Q pada
variabel nilai
perusahaan.
Sedangkan,
penelitian ini
menggunakan
proksi PBV
dalam mencari
nilai
perusahaan.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
tanggung
jawab sosial
perusahaan
berpengaruh
positif
terhadap nilai
perusahaan.
3. Nike
Beliza
(2015)
Pengaruh
Agresivitas
Pajak, Tingkat
Persistensi
Penelitian
yang diteliti
oleh Nike
menggunakan
Menunjukkan
bahwa
terdapat
pengaruh
43
Laba, dan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap Nilai
Perusahaan
(Studi Empiris
pada
Perusahaan
LQ-45 di
Bursa Efek
Indonesia
Tahun 2012-
2014)
proksi Tobin’s
Q untuk
mengukur
nilai
perusahaan.
Sedangkan,
penelitian ini
menggunakan
proksi PBV
sebagai alat
ukur menilai
perusahaan.
Lalu,
penelitian
Nike
menggunakan
proksi BTD
(Book Tax
Defferences)
untuk
menghitung
agresivitas
pajak.
Sedangkan,
penelitian ini
menggunakan
proksi ETR
dalam
menghitung
tingkat
agresivitas
pajak.
secara
simultan pada
variabel
(agresivitas
pajak, tingkar
persistensi
laba, dan
tanggung
jawab sosial
perusahaan)
terhadap nilai
perusahaan.
Variabel
agresivitas
pajak dan
tanggung
jawab sosial
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
karena
masing-
masing
variabel
memiliki
nilai sig. >
0.05.
4. Muhamma
d Rizky
Andrianto
dan
Achmad
Fadjar
Pengaruh
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
Terhadap
Penelitian
terdahulu ini
menggunakan
analisis regresi
sederhana.
Sedangkan,
Pengungkapa
n CSR
berpengaruh
positif dan
tidak
signifikan
44
(2017) Agresivitas
Pajak
penelitian ini
menggunakan
analisis jalur
terhadap
agresivitas
pajak.
5. Nyoman
Budhi
Setya
Darma dan
Naniek
Noviari
(2017)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
dan Capital
Intensity
Terhadap Tax
Avoidance
Penelitian
terdahulu
melakukan
penelitian
pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2012-2015.
Sedangkan,
penelitian ini
melakukan
penelitian
pada
perusahaan
sektor industri
barang
konsumsi di
ISSI periode
2016 -2018.
Hasil analisis
regresi
menunjukkan
bahwa
variabel CSR
dan capital
intensity
masing-
masing
berpengaruh
negatif dan
positif
terhadap tax
avoidance.
6. Sulastri
Ambarita
(2017)
Pengaruh
Corporate
Social
Responsibility
dan Capital
Intensity
Terhadap
Agresivitas
Pajak pada
Perusahaan
Pertambangan
yang Terdaftar
di Bursa Efek
Indonesia
Penelitian
yang
dilakukan oleh
Sulastri
mengacu pada
79 item
pengungkapan
tanggung
jawab sosial
peruaahaan.
Sedangkan,
penelitian ini
mengacu pada
78 item
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Corporate
Social
Responsibilit
y tidak
berpengaruh
terhadap
agresivitas
pajak.
Capital
Intensity
45
Periode Tahun
2011-2015,
pengungkapan
. Serta
menggunakan
teknik analisis
regresi linear
berganda.
Sedangkan,
penelitian ini
menggunakan
analisis jalur
tidak
berpengaruh
terhadap
agresivitas
pajak. Serta,
Corporate
Social
Responsibilit
y dan Capital
Intensity
secara
simultan
tidak
berpengaruh
terhadap
agresivitas
pajak.
Sumber: Data diolah peneliti
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian terdahulu yang
telah diuraikan di atas, maka terbentuklah kerangka pemikiran
dari penelitian ini. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah tanggung jawab sosial perusahaan dan intensitas modal,
sedangkan variabel dependen yaitu agresivitas pajak. Lalu,
terdapat nilai perusahaan sebagai variabel intervening.
Berikut ini adalah kerangka penelitian yang digambarkan
dalam penelitian ini:
46
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Keterangan:
H1: Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap
agresivitas pajak
H2: Intensitas modal berpengaruh terhadap agresivitas pajak
H3: Nilai perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak
H4: Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
Tanggung Jawab
Sosial
Perusahaan
(X1)
Nilai
Perusahaan
(Z)
Agresivitas
Pajak
(Y)
Intensitas Modal
(X2)
H6
H7
H3
H4
H5
H1
H2
47
H5: Intensitas modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan
H6: Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap
agresivitas pajak dengan nilai perusahaan sebagai variabel
intervening.
H7: Intensitas modal berpengaruh terhadap agresivitas pajak
dengan nilai perusahaan sebagai variabel intervening.
D. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang akan diuji
keberlakuannya, atau suatu jawaban sementara atas pertanyaan
penelitian.40
Karena sifatnya masih dugaan sementara, maka
diperlukan suatu pengujian untuk membuktikan kebenarannya
melalui uji hipotesis.
1. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak
Tanggung jawab sosial merupakan tanggung jawab
sebuah organisasi perusahaan terhadap dampak dari
keputusan-keputusan dan kegiatannya kepada masyarakat
40
Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif, Teori, dan
Aplikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 76.
48
dan lingkungan.41
Oleh sebab itu, perusahaan berupaya untuk
melakukan tindakan agresivitas pajak dengan cara
meminimalisir objek pajak yang menjadi dasar pengenaan
pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.42
Hal ini dimaksudkan agar
perusahaan tidak menggelontorkan dana atau biaya
pengeluaran dalam jumlah yang besar.
Menurut penelitian Muhammad Rizky Andrianto dan
Achmad Fadjar menunjukkan bahwa pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap agresivitas pajak. Perusahaan
yang memiliki tingkat pengungkapan CSR yang tinggi
mengakibatkan perusahaan lebih agresif terhadap pajaknya.43
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
41
I Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan
Praktik, (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm. 12. 42
Abdul Halim, dkk, Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh, dan
Studi Kasus, (Jakarta: Salemba Empat, 2016), hlm. 8. 43
Muhammad Rizky Andrianto dan Achmad Fadjar, Op.Cit., hlm.
862.
49
H1: Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh terhadap
agresivitas pajak
2. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak
Intensitas modal atau capital intensity merupakan
aktivitas investasi perusahaan yang dikaitkan dengan
investasi aset tetap dan persediaan. Intensitas modal juga
dapat didefinisikan dengan bagaimana perusahaan berkorban
mengeluarkan biaya untuk aktivitas operasi dan pendanaan
aktiva guna memperoleh keuntungan perusahaan.44
Aset
tetap dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melakukan
penghindaran pajak agar ETR perusahaan rendah.
Perusahaan dapat memanfaatkan beban penyusutan dari aset
tetap yang secara langsung mengurangi laba perusahaan yang
menjadi dasar perhitungan pajak perusahaan.45
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Nyoman Budhi Setya Dharma dan Naniek Noviari yang
44
Novia Bani Nugraha dan Wahyu Meiranto, Pengaruh Corpotate
Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan
Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak, Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 4, No. 4, 2015, hlm. 5. 45
Muadz Rizki Muzakki, Op.Cit., hlm. 22.
50
menunjukkan bahwa intensitas modal berpengaruh positif
terhadap agresivitas pajak.46
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2: Intensitas modal berpengaruh terhadap agresivitas pajak.
3. Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Agresivitas Pajak
Nilai perusahaan menunjukkan nilai asset yang dimiliki
perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan
salah satu asset berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai
perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi harga saham,
maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.47
Banyak perusahaan yang menganggap biaya pajak
sebagai aspek terbesar berkurangnya laba perusahaan
sehingga perusahaan melakukan berbagai cara untuk bisa
46
Nyoman Budhi Setya Dharma dan Naniek Noviari, Pengaruh
Corporate Social Responsibility dan Capital Intensity Terhadap Tax
Avoidance, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 18.1, 2017. 47
Martono dan Agus, Manajemen Keuangan, (Yogyakarta: Ekonesia,
2003), hlm. 3.
51
memaksimalkan laba dengan cara mengurangi biaya pajak.
Tindakan agresivitas pajak diharapkan dapat meningkatkan
laba perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh
perusahaan, semakin tinggi pula nilai perusahaan.48
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H3: Nilai perusahaan berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
4. Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan
Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bentuk
pertanggung jawaban sosial yang dilakukan perusahaan
kepada stakeholder dilingkungan sosial maupun lingkungan
hidup yang berkaitan dengan aktivitas operasi perusahaan.
Perusahaan saat ini tidak hanya berfokus pada tanggung
jawab keuangan saja, namun juga dituntut tanggung jawab
48
Heny Sidanti dan Vivi Cornaylis, Pengaruh Agresivitas Pajak
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi
(Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Sektor Pertanian Subsektor
Perkebunan di BEI), Jurnal Akuntansi Universitas PGRI Madiun, Vol. 1, No.
2, 2018, hlm. 202.
52
pada dimensi lingkungan dan sosial. Strategi perusahaan
dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan dapat
dilakukan untuk memberi citra baik di masyarakat sehingga
akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut.49
Nilai
perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan
atau kas yang diharapkan diterima pada masa yang akan
datang. Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat
sebagai tujuan perusahaan karena mempertimbangkan faktor
resiko, lebih menekankan pada arus kas daripada sekedar
laba, dan tidak mengabaikan tanggung jawab sosial.50
Hal tersebut didukung dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Arief Rahardjo dan Indira Djanuarti, hasil
penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.51
49
Bayu Suryonugroho, Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating, Skripsi,
(Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), hlm. 54-55. 50
I Made Sudana, Op.Cit., hlm. 9. 51
Arief Rahardjo dan Indira Djanuarti, Pengaruh Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di BEI 2008-2012, Diponegoro Journal of
Accounting, 2014, hlm. 1.
53
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H4: Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
5. Pengaruh Intensitas Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Teori intensitas modal adalah teori yang menjelaskan
bahwa kebijakan pendanaan perusahaan dalam menentukan
bauran antara hutang dan ekuitas bertujuan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan
diartikan sebagai ekspektasi nilai total perusahaan. Intensitas
modal juga mencerminkan seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan. Apabila rasio
intensitas modal perusahaan tinggi maka semakin tinggi juga
nilai perusahaan tersebut.52
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H5: Intensitas modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
52
Brigham dan Houston, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
(Jakata: Salemba Empat, 2006), hlm. 111
54
6. Pengaruh Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening
Antara Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap
Agresivitas Pajak
Arief Rahardjo dan Indira Djanuarti, dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.53
Kemudian menurut Heny, tindakan agresivitas pajak
dianggap dapat meningkatkan laba perusahaan. Semakin
tinggi laba yang diperoleh perusahaan, semakin tinggi pula
nilai perusahaan.54
Selain itu, Muhammad Rizky Andrianto
dan Achmad Fadjar dalam penelitiannya menemukan bahwa
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap agresivitas
pajak. Perusahaan yang memiliki tingkat pengungkapan CSR
53
Arief Rahardjo dan Indira Djanuarti, Pengaruh Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Studi Kasus pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di BEI 2008-2012, Diponegoro Journal of
Accounting, 2014, hlm. 1. 54
Heny Sidanti dan Vivi Cornaylis, Op.Cit., hlm. 202.
55
yang tinggi mengakibatkan perusahaan lebih agresif terhadap
pajaknya.55
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H6: Tanggung jawab sosial berpengaruh terhadap agresivitas
pajak dengan nilai perusahaan sebagai variabel
intervening.
7. Pengaruh Nilai Perusahaan Sebagai Variabel Intervening
Antara Intensitas Modal Terhadap Agresivitas Pajak
Rasio intensitas modal merupakan salah satu informasi
yang penting bagi investor karena dapat menunjukkan
tingkat efisiensi penggunaan modal yang telah ditanamkan.
Salah satu indikator prospek suatu perusahaan di masa
mendatang yang dapat digunakan untuk menilai suatu
intensitas modal mencerminkan seberapa besar modal yang
dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan dalam merebut
pasar yang diinginkan oleh perusahaan. Apabila rasio
55
Muhammad Rizky Andrianto dan Achmad Fadjar, Op.Cit., hlm.
862.
56
intensitas modal perusahaan tinggi maka semakin tinggi juga
nilai perusahaan tersebut.56
Sementara itu menurut Heny,
tindakan agresivitas pajak dianggap dapat meningkatkan laba
perusahaan. Semakin tinggi laba yang diperoleh perusahaan,
semakin tinggi pula nilai perusahaan.57
Kemudian, Nyoman
Budhi Setya Dharma dan Naniek Noviari dalam
penelitiannya menemukan bahwa intensitas modal
berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak.58
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H7: Intensitas modal berpengaruh terhadap agresivitas pajak
dengan nilai perusahaan sebagai variabel intervening.
56
Brigham dan Houston, Op.Cit., hlm. 111 57
Heny Sidanti dan Vivi Cornaylis, Op.Cit., hlm. 202. 58
Nyoman Budhi Setya Dharma dan Naniek Noviari, Pengaruh
Corporate Social Responsibility dan Capital Intensity Terhadap Tax
Avoidance, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 18.1, 2017.
57