18
BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hendra Bharata. Penelitian tersebutu tentang gaya bahasa sindiran pada rubrik komik. Penelitian tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi April-Juni 2014. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa wacana kartun yang mengandung gaya bahasa sindiran pada rubrik kartun terbitan Kompas edisi April-Juni 2014. Penelitian ini menggunakan tiga tahap penelitian yaitu tahap. Pada tahap penyediaan data, peneliti menggunakan teknik simak, dan teknik lanjutannya yaitu teknik simak bebas libat cakap. Dalam tahap analisis data, peneliti menggunakan metode agih dengan teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung (teknik BUL). Adapun teknik lanjutannya yakni menggunakan teknik ganti. Dalam tahap penyajian hasil analisis data, peneliti menggunakan metode informal. Hasil dari penelitian tersebut adalah pada rubrik kartun terbitan Kompas terdapat 4 jenis gaya bahasa sindiran dan 3 fungsi gaya bahasa. Jenis gaya bahasa sindiran yang ditemukan adalah ironi, sinisme, sarkasme, inuendo. Ironi, data yang ditemukan sebanyak 12 data. Sinisme, data yang ditemukan sebanyak 23 data. Sarkasme, data yang ditemukan sebanyak 12 data. Inuendo, data yang ditemukan sebanyak 5 data. Selain itu ditemukan 3 fungsi gaya bahasa meliputi personal, instrumental, imajinatif. Personal, data yang ditemukan sebanyak 15 data. Instrumental, data yang ditemukan sebanyak 7 data, imajinatif, data yang ditemukan sebanyak 7 data. Kesamaan atau relevansi penelitian yang berjudul Gaya Bahasa 9 Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang gaya bahasa pernah dilakukan oleh Hendra Bharata.

Penelitian tersebutu tentang gaya bahasa sindiran pada rubrik komik. Penelitian

tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

April-Juni 2014. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data

dalam penelitian ini berupa wacana kartun yang mengandung gaya bahasa sindiran

pada rubrik kartun terbitan Kompas edisi April-Juni 2014. Penelitian ini menggunakan

tiga tahap penelitian yaitu tahap. Pada tahap penyediaan data, peneliti menggunakan

teknik simak, dan teknik lanjutannya yaitu teknik simak bebas libat cakap. Dalam

tahap analisis data, peneliti menggunakan metode agih dengan teknik dasar yaitu

teknik bagi unsur langsung (teknik BUL). Adapun teknik lanjutannya yakni

menggunakan teknik ganti. Dalam tahap penyajian hasil analisis data, peneliti

menggunakan metode informal. Hasil dari penelitian tersebut adalah pada rubrik

kartun terbitan Kompas terdapat 4 jenis gaya bahasa sindiran dan 3 fungsi gaya

bahasa. Jenis gaya bahasa sindiran yang ditemukan adalah ironi, sinisme, sarkasme,

inuendo. Ironi, data yang ditemukan sebanyak 12 data. Sinisme, data yang ditemukan

sebanyak 23 data. Sarkasme, data yang ditemukan sebanyak 12 data. Inuendo, data

yang ditemukan sebanyak 5 data. Selain itu ditemukan 3 fungsi gaya bahasa meliputi

personal, instrumental, imajinatif. Personal, data yang ditemukan sebanyak 15 data.

Instrumental, data yang ditemukan sebanyak 7 data, imajinatif, data yang ditemukan

sebanyak 7 data. Kesamaan atau relevansi penelitian yang berjudul Gaya Bahasa

9

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

10

Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi April-Juni 2014 dengan

penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti masalah gaya bahasa.

Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hendra Bharata membahas gaya

bahasa sindiran pada rubrik kartun terbitan Kompas dengan menggunakan metode

agih, sedangkan pada peneliti membahas gaya bahasa sindiran dalam rubrik komik

“Cempluk” pada tabloid Cempaka dengan menggunakan metode padan.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Dewi Widyantika Eka Putri berjudul

Gaya Bahasa Sindiran pada Novel Pelangi di Pasar Kembang Karya Dion Febrianto

(Sebuah Kajian Stilistika). Penelitian tersebut memperoleh hasil, (1) gaya bahasa

sindiran yang terdapat dalam Novel Pelangi di Pasar Kembang karya Dion Febrianto,

meliputi gaya bahasa ironi, sinisme, sarkasme, antifrasis, dan inuendo. Gaya bahasa

yang paling banyak digunakan dalam novel tersebut adalah gaya bahasa sindiran ironi

(6 data atau 35, 29%), sedangkan gaya bahasa sindiran yang paling sedikit digunakan

adalah gaya bahasa sindiran inuendo dan antifrasis (1 data atau 5, 88%), (2) dari segi

fungsi bahasa, ditemukan gaya bahasa sindiran dengan fungsi emotif, retorikal,

interpersonal, dan fungsi imajinatif. Fungsi bahasa yang paling banyak digunakan

dalam gaya bahasa sindiran adalah fungsi imajinatif (10 data atau 58, 82%), karena

pengarang menggunakan gaya bahasa tersebut hanya sebagai gurauan untuk

kesenangan penutur atau pendengarnya saja. Fungsi bahasa yang paling sedikit

digunakan yaitu fungsi emotif (2 data atau 11, 76%). Kesamaan atau relevansi

penelitian yang berjudul “Gaya Bahasa Sindiran pada Novel Pelangi di Pasar

Kembang Karya Dion Febrianto (Sebuah Kajian Stilistika)”dengan penelitian yang

peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti masalah gaya bahasa sindiran.

Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan Dewi Widyantika Eka Putri membahas

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

11

gaya bahasa sindiran dalam Novel Pelangi di Pasar Kembang Karya Dion Febrianto,

sedangkan pada peneliti membahas gaya bahasa sindiran dalam rubrik komik

“Cempluk” tabloid Cempaka.

B. Gaya Bahasa

1. Pengertian Gaya Bahasa

Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style.

Kata style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada

lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya

tulisan pada lempengan tadi. Kelak penggunaannya dititikberatkan pada keahlian

untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk

menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Keraf, 2010:112). Menurut

Sudaryat (2009:92) majas atau gaya bahasa (Ing: style) adalah bahasa berkias yang

disusun untuk meningkatkan efek dan asosiasi tertentu. Persoalangaya bahasa meliputi

semua hierarki kebahasaan yaitu: pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan

kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Bahkan, nada

yang tersirat di balik sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi,

jangkauan gaya bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur

kalimat yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam

retorika-retorika klasik (Keraf, 2010:112).

Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya

bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang

yang mengunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula

penilaian orang terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

12

pula penilaian diberikan padanya (Keraf, 2010:113). Depdikbud (dalam Pateda,

2001:233) secara leksikologis yang dimaksud dengan gaya bahasa, yakni: (1)

pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis, (2)

pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, (3) keseluruhan ciri

bahasa, (4) cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan

atau lisan. Slamet Muljana (dalam Waridah, 2016:364) mengemukakan gaya bahasa

adalah susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul atau hidup dalam

hati penulis, yang menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.

Gaya bahasa disebut pula majas. Gaya bahasa adalah bahasa kias dan indah

yang digunakan untuk mempercantik susunan kalimat yang dipergunakan untuk

tujuan menimbulkan kesan imajinatif serta mampu menciptakan efek-efek tertentu

baik itu melalui lisan atau tertulis untuk pembaca dan pendengarnya (Tim Ilmu

Bahasa, 2016:71). Gaya bahasa seseorang pada saat mengungkapkan perasaannya,

baik secara lisan maupun tulisan dapat menimbulkan reaksi pembaca berupa

tanggapan. Menurut Minderop (2011:51) gaya bahasa adalah semacam bahasa yang

bermula dari bahasa yang biasa digunakan dalam gaya tradisional dan literal untuk

menjelaskan orang atau objek. Beberapa definisi mengenai gaya bahasa yang

dikemukakam oleh Ratna (2013:10) adalah sebagai berikut: (1) ilmu tentang gaya

bahasa, (2) ilmu interdisipliner antara linguistik dengan sastra, (3) ilmu tentang

penerapan kaidah-kaidah linguistik dalam penelitian gaya bahasa, (4) ilmu yang

menyelidiki pemakaian bahasa dalam karya sastra, (5) ilmu yang menyelidiki

pemakaian bahasa dalam karya sastra, dengan mempertimbangkan aspek-aspek

keindahannya sekaligus latar belakang sosialnya.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

13

Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

adalah perwujudan penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengungkapkan

gagasan, pendapat, pikiran, dan perasaan. Pengungkapannya dalam bentuk tulisan

maupun lisan dengan kata-kata indah. Cara pengungkapannya tidak hanya

menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan frasa, kalusa, dan kalimat.

Menggunakan gaya bahasa berdasarkan perasaan dari hati seorang penulis (pemakai

bahasa) untuk menimbulkan suatu perasaan dalam hati pembaca. Penggunaan gaya

bahasa dapat menilai watak, pribadi, dan kemampuan seseorang (pemakai bahasa).

2. Sendi Gaya Bahasa

Menurut Keraf (2010:113-115) sebuah gaya bahasa yang baik harus

mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Sejalan dengan

Keraf, Sudaryat (2009:92) berpendapat bahwa terdapat syarat-syarat tertentu yang

harus dipenuhi oleh sebuah majas yang baik, ialah kejujuran, sopan-santun, dan

menarik. Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita

melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Kejujuran dalam

bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam

berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat

yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Di pihak lain,

pemakaian bahasa yang berbelit-belit menandakan bahwa pembicara atau penulis

tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangannya

di balik berondongan kata-kata hampa. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan

bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi

kejujuran.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

14

Sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang

diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa

dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan. Menyampaikan sesuatu secara

jelas berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk mencari

tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Kejelasan akan diukur dalam beberapa butir

kaidah berikut, yaitu: (1) kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat, (2)

kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-kata atau

kalimat tadi, (3) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis, (4) kejelasan dalam

penggunaan kiasan dan perbandingan. Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada

jalinan yang berliku-liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk

mempergunakan kata-kata secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih

yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi; atau mengadakan repetisi

yang tidak perlu. Di antara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran sopan-santun,

syarat kejelasan masih jauh lebih penting daripada syarat kesingkatan.

Kejujuran, kejelasan serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan

langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga)

kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak

menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Sebuah gaya yang

menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat,

pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).

Penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam nada, struktur, dan pilihan

kata. Untuk itu, seorang penulis perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata, memiliki

kemauan untuk mengubah penjang pendeknya kalimat, dan struktur-struktur

morfologis. Humor yang sehat berarti: gaya bahasa itu mengandunng tenaga untuk

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

15

menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan

yang berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman.

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Menurut Waridah (2016:364) secara garis besar, gaya bahasa terdiri atas empat

jenis, yaitu majas penegasan, majas pertentangan, majas perbandingan, dan majas

sindiran. Begitu pula menurut Ratna (2013:439) majas dibedakan menjadi empat

macam, yaitu: penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran (dihimpunan dari

berbagai sumber, khususnya Gorys Keraf (1996), disusun secara alfabetis). Menurut

Fitri (2015:100-107) gaya bahasa (majas) terdiri atas empat bagian, yaitu majas

penegasan, majas sindiran, majas pertentangan, dan majas perbandingan. Sejalan

dengan Keraf, Ganesha Operation (2012:169-170) mengemukakan bahwa gaya bahasa

dibagi menjadi empat bagian, yaitu gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa

penegasan, gaya bahasa pertentangan, dan gaya bahasa sindiran.

Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh

sebab itu, sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat

menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Gaya bahasa berdasarkan langsung

tidaknya makna dibedakan menjadi dua, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa

kiasan. Gaya bahasa retoris terdiri atas aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis,

apostrof, asindenton, polisindenton, kiasmus, elipsis, eufemismus, litotes, histeron,

pleonasme, perifasis, prolefsis, erotesis, silepsis, koreksio, hiperbola. Sedangkan gaya

bahasa kiasan terdiri atas persamaan, metafora, alegori, personifikasi, metonimia,

ironi, sarkasme, inuendo, dan antifrasis. Menurut Waridah (2016:372) gaya bahasa

sindiran terdiri atas ironi, sarkasme, sinisme, antifrasis, dan inuendo. Pandangan-

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

16

pandangan atau pendapat-pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-

kurangnya dapat dibedakan, pertama, dilihat dari segi nonbahasa, dan kedua dilihat

dari segi bahasanya sendiri (Keraf, 2010:116). Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-

unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik

tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu: (1) gaya bahasa berdasarkan pilihan

kata, (2) gaya bahasa berdasarkan nada yang terkadung dalam wacana, (3) gaya

bahasa berdasarkan struktur kalimat, (4) gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna.

a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling

tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya

penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat (Keraf,

2010:117). Dengan kata lain, gaya bahasa ini mempersoalkan ketepatan dan

kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. Dalam hal ini, kita dapat

menilai pribadi, watak, dan kemampuan seseorang dalam mempergunakan gaya

bahasa ketika menghadapi situasi-situasi tertentu. Gaya bahasa berdasarkan pilihan

kata dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak

resmi, dan gaya bahasa percakapan.

1) Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi menurut Keraf (2010:117) adalah gaya dalam bentuknya

yang lengkap, gaya bahasa yang digunakan dalam situai resmi. Contohnya yaitu pada

saat amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah mimbar, pidato, artikel-

artikel yang bersifat serius atau esai yang memuat subyek-subyek penting. Gaya

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

17

bahasa resmi menggunakan gaya bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi

dan sering digunakan dalam pidato-pidato umum. Lalu contoh yang lain yaitu pada

Mukadimah UUD ‟45. Dapat dikatakan bahwa nadanya bersifat mulia dan serius.

Kecenderungan kalimatnya adalah panjang-panjang dan biasanya mempergunakan

inversi. Tata bahasanya lebih bersifat konservatif dan sering sintaksisnya agak

kompleks. Gaya ini memanfaatkan secara maksimal segala perbendaharaan kata yang

ada, dan memilih kata-kata yang tidak membingungkan. Selain itu, gaya bahasa resmi

juga memanfaatkan bidang-bidang bahasa yang lain, seperti nada, tata bahasa, dan tata

kalimat. Namun, unsur yang paling penting adalah pilihan kata yang diambil dari

bahasa baku.

2) Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi menurut Keraf (2010:118)adalah gaya bahasa yang

umum dan normal bagi kaum terpelajar. Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini

dapat juga memperlihatkan suatu jangka variasi, mulai dari bentuk informal yang

paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati gaya resmi) hingga gaya bahasa

tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa percakapan kaum

terpelajar. Gaya bahasa tak resmi biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis,

buku-buku pegangan, artikel dalam perkuliahan. Pilihan kata yang digunakan lebih

sederhana dan santai, serta kalimatnya lebih singkat dibandingkan dengan gaya bahasa

resmi. Sebagai pengguna bahasa tidak boleh menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan

dengan gaya bahasa resmi lebih bagus dari tulisan-tulisan dengan gaya bahasa tak

resmi, atau sebaliknya. Secara ideal, penggunaan gaya bahasa disesuaikan dengan

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

18

situasi dan topiknya, serta pembaca atau pendengar. Bagi pendengar atau pembaca

tertentu gaya dan kelincahan bahasa resmi lebih menarik. Tetapi bagi pendengar atau

pembaca yang lain dalam situasi yang sama, kejelasan dan kemudahan untuk

menangkap maknanya lebih penting. Karenanya, mereka lebih menyukai gaya bahasa

tak resmi.

3) Gaya Bahasa Percakapan

Pilihan kata dalam gaya bahasa percakapan menurut Keraf (2010:120) adalah

kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Namun, di sini harus ditambahkan segi-

segi morfologis dan sintaksis, secara bersama-sama membentuk gaya bahasa

percakapan ini. Jika dibuat perbandingan, gaya bahasa resmi diumpamakan sebagai

pakaian resmi, pakaian upacara; dan gaya bahasa tak resmi diumpamakan sebagai

pakaian kerja (berpakaian secara baik), maka gaya bahasa percakapan ini dapat

diumpamakan sebagai dalam pakaian sport.

b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada Yang Terkadung Dalam Wacana

Gaya bahasa berdasarkan nada tergantung pada sugesti yang dipancarkan dari

rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Seringkali sugesti ini akan

lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicara. Menurut Keraf

(2010:121)antara rangkaian kata yang terkandung dalam wacana dengan sugesti suara

dari pembicara memiliki hubungan yang erat. Hubungan tersebut akan menghidupkan

wacana yang dibaca menggunakan suara dan nada yang tepat. Jenis gaya bahasa

berdasarkan nada dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gaya sederhana, gaya

mulia dan bertenaga, dan gaya menengah.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

19

1) Gaya Sederhana

Gaya ini dipakai dalam memberikan instruksi, perintah, pelajaran, dan

sebagainya. Menurut Keraf (2010:121) gaya ini juga digunakan untuk menyampaikan

fakta atau pembuktian-pembuktian. Untuk membuktikan sesuatu, kita tidak perlu

memancing emosi dengan menggunakan gaya mulia dan bertenaga. Apabila untuk

maksud-maksud tersebut kita menggunakan emosi, maka fakta atau jalan pembuktian

akan merosot peranannya. Gaya ini dapat memenuhi keinginan dan keperluan dalam

penggunaan tanpa bantuan gaya mulia dan bertenaga.

2) Gaya mulia dan bertenaga

Gaya mulia dan bertenaga penuh dengan vitalitas dan energi, dan biasanya

dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu (Keraf, 2010:122). Menggerakkan sesuatu

tidak saja dengan menggunakan tenaga dan vitalitas pembicara, tetapi juga

mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan

sanggup pula menggerakkan emosi setiap pendengar. Dalam keagungan terselubung

sebuah tenaga yang halus tetapi aktif.

3) Gaya menengah

Menurut Keraf (2010:122) gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada

usaha untuk menimbulkan suasana senang dan damai. Tujuan dari gaya

menengahyaitu menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya juga bersifat

lemah lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat. Pada

kesempatan-kesempatan khusus seperti pesta, pertemuan, dan rekreasi, orang lebih

menginginkan ketenangan dan kedamaian. Akan ganjil rasanya apabila suatu pesta

pernikahan ada orang yang memberi sambutan berapi-api, mengeluarkan segala emosi

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

20

dan tenaga untuk menyampaikan sepatah kata. Sifatnya yang lemah lembut dan sopan

santun, maka gaya ini biasanya mempergunakan metafora dalam memilih kata. Lebih

menarik bila mempergunakan perlambang-perlambang. Kata-kata seolah-olah

mengalir dengan lemah lembut bagaikan sungai yang jernih, bening airnya dalam

bayangan dedaunan yang hijau di hari cerah.

c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya

bahasa. Struktur kalimat merupakan tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan

dalam kalimat tersebut. Ada kalimat yang bersifat periodik, apabila yang terpenting

atau gagasan yang mendapat penekanan di tempatkan pada akhir kalimat. Ada kalimat

yang bersifat kendur, yaitu bila bagian kalimat yang mendapat penekanan ditempatkan

pada awal kalimat. Bagian-bagian yang kurang penting atau semakin kurang penting

dideretkan sesudah bagian yang dipentingkan tadi. Jenis yang ketiga adalah kalimat

berimbang, yaitu kalimat yang mengandung dua bagian atau lebih yang

kedudukannya sama tinggi atau sederajat. Jenis gaya bahasa berdasarkan struktur

kalimat dapat dibedakan menjadi lima jenis, yaitu klimaks, antiklimaks, paralelisme,

antisesis, dan repetisi (Keraf, 2010:124).

d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Menurut Keraf (2010:129) gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari

langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan

makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. Bila acuan yang digunakan itu

mempertahankan makna dasar, maka bahasa itu masih bersifat polos. Tetapi bila

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

21

sudah ada perubahan makna, entah berupa makna konotatif atau sudah menyimpang

jauh dari makna denotatifnya, maka acuan itu dianggap sudah memiliki gaya bahasa.

Jenis gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dapat dibedakan menjadi

dua, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan (a) gaya bahasa retoris terdiri

atas aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis, apostrof, asindenton, polisidenton, kiasmus,

alipsis, aufemismus, litotes, histeron, pleonasme, perifasis, prolefsis, arotesis, silepsis,

koreksio, hiperbola; dan (b) gaya bahasa kiasan terdiri atas persamaan, metafora,

alegori, personifikasi, metonimia, ironi, sarkasme, inuendo, antifrasis.

C. Gaya Bahasa Sindiran

Gaya bahasa sindiran ialah kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk

meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca (Fitri,

2015:102). Menurut Tim Ilmu Bahasa (2016:77) gaya bahasa atau majas sindiran ialah

kata-kata berkias yang menyatakan sindiran untuk meningkatkan kesan dan

pengaruhnya terhadap pendengar atau pembaca. Majas sindiran dibagi menjadi 5,

yaitu: ironi, sinisme, sarkasme, satire, dan inuendo. Gaya bahasa sindiran menurut

Fitri (2015:102) terdiri atas ironi, sinisme, dan sarkasme. Sejalan dengan Fitri, Pusat

Bimbingan Belajar Ganesha Operation (2012:170) gaya bahasa sindiran terbagi atas

gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Menurut Ratna (2013:447) majas sindiran

ada 6, yaitu antifrasis, inuendo, ironi, permainan, sarkasme, dan sinisme. Sedangkan

menurut Waridah (2016:372) gaya bahasa sindiran terdiri atas ironi, sarkasme,

sinisme, antifrasis, dan inuendo. Oleh karena itu berikut penulis paparkan jenis gaya

bahasa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menurut Waridah antara lain: ironi,

sarkasme, sinisme, antifrasis, dan inuendo.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

22

1. Ironi

Ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura.

Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah suatu acuan yang ingin mengatakan

sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam

rangkaian kata-katanya. Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif karena ia

menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan yang besar. Entah dengan

sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud

yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan

maksud yang disembunyikan di balik rangkaian kata-katanya (Keraf, 2009:143).

Rakhmat (2006:130) berpendapat bahwa ironi (berasal dari kata Yunani eiron

“seseorang yang mengatakan lebih sedikit dari apa yang dipikirkan”) adalah

penggunaan kata-kata untuk menyampaikan makna yang bertentangan dengan makna

harfiahnya. Ironi adalah sindiran halus (Ratna, 2013:447). Menurut Fitri (2015:102)

ironi adalah majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud

menyindir. Sedangkan pendapat Waridah (2016:372) ironi adalah gaya bahasa untuk

mengatakan suatu maksud menggunakan kata-kata yang berlainan atau bertolak

belakang dengan maksud tersebut. Contoh dari gaya bahasa ironi: Rapi sekali

kamarmu sampai-sampai tidak satupun sudut ruangan yang tidak ditutupi sampah

kertas. Rapi sekali berarti tempat yang bersih dan tertata rapi. Hal yang berlawanan

dengan rapi sekali adalah tidak satupun sudut ruangan yang tidak tertutupi sampah

kertas. Penggunaan kata rapi sekali, tidak secara langsung menyebutkan kata kotor

(ruangan kotor). Namun, bagian kalimat tidak satupun sudut ruangan yang tidak

tertutupi sampah kertas menyebutkan bahwa ruangan tersebut sangat kotor. Jadi,

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

23

dapat disimpulkan ironi adalah sindiran halus bertujuan untuk menyatakan sesuatu

dengan menggunakan kata-kata yang bertentangan atau bertolak belakang dengan

maksud yang ingin disampaikan.

2. Sarkasme

Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia

adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme

dapat saja bersifat ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini

selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Kata sarkasme diturunkan dari

kata Yunani sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dari kata kerja sakasein yang

berarti “merobek-robek daging seperti anjing”, “menggigit bibir karena marah”, atau

“berbicara dengan kepahitan”. MenurutRatna (2013:447) berpendapat bahwa

sarkasme adalah sindiran kasar. Selaras dengan pendapat Ratna, Tim Ilmu Bahasa

(2016:78) sarkasme adalah majas sindiran yang paling kasar. Sarkasme adalah majas

sindiran yang biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah (Fitri, 2015:102).

Sedangkan menurut Waridah (2016:372) sarkasme adalah gaya bahasa yang berisi

sindiran kasar. Contoh dari gaya bahasa sarkasme: Mulutmu harimaumu. Mulut

adalah alat ucap manusia, sedangkan harimau adalah binatang yang menakutkan.

Ungkapan tersebut dapat diartikan bahwa dalam berbicara kita harus hati-hati, karena

apa yang kita ucapkan dapat saja menjatuhkan diri sendiri. Pada kalimat di atas, mulut

manusia disamakan dengan harimau karena kata-kata yang dikeluarkan dari mulut

manusia dapat menjatuhkan dirinya sendiri. Jadi, dapat disimpulkan sarkasme adalah

sindiran yang kasar, mengandung kepahitan dan celaan untuk mengungkapkan rasa

marah. Gaya bahasa ini kurang enak didengar sehingga menyakiti hati.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

24

3. Sinisme

Sinisme diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang

mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Sinisme diturunkan dari

nama aliran filsafat Yunani yang mula-mula mengajarkan bahwa kebajikan adalah

satu-satunya kebaikan, serta hakikatnya terletak dalam pengendalian diri dan

kebebasan. Selanjutnya, mereka menjadi kritikus yang keras atas kebiasaan-kebiasaan

sosial dan filsafat-filsafat lainnya (Keraf, 2009:143). Menurut Ratna (2013:447)

sinisme adalah sindiran agak kasar. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran

secara langsung (Fitri, 2015:102). Sedangkan Waridah (2016:372) menyebutkan

bahwa sinisme merupakan sindiran yang berbentuk kesangsian terhadap cerita atau

mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh dari gaya bahasa

sinisme: Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik di seantero jagad ini

yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini. Tuturan tersebut

menggambarkan seorang wanita pekerja tuna susila, karena dengan kecantikan yang

dia miliki, dia dapat melakukan apa saja termasuk menghancurkan generasi muda. Hal

inilah yang menyebabkan moral masyarakat dan moral bangsa menjadi hancur. Gadis

tercantik dapat diartikan sebagai gadis yang pekerjaannya adalah sebagai kupu-kupu

malam (wanita tuna susila), pekerjaan mereka selalu menggoda para lelaki atau pun

menjajakan dirinya di pinggir jalan. Jadi, dapat disimpulkan sinisme adalah sindiran

secara langsung, agak kasar dan berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan

secara langsung.

4. Antifrasis

Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata

dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

25

kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya (Keraf

2009:145). Menurut Ratna (2013:447) antifrasis adalah sindiran dengan makna

berlawanan. Selaras dengan Ratna, Waridah (2016:372) mengemukakan bahwa

antifrasis adalah gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya

berlawanan. Contoh dari antifrasis: Lihatlah sang Raksasa telah tiba (maksudnya si

Cebol). Raksasa adalah sosok yang sangat besar dan menakutkan, tetapi pada contoh

tersebut maksudnya adalah si Cebol, yang artinya pendek sekali. Bila diketahui yang

datang adalah seorang Cebol, maka contoh tersebut jelas disebut antifrasis karena

tidak memiliki maksud agar pembaca melakukan sesuatu terhadap hal yang

bersangkutan. Dapat disimpulkan antifrasis adalah sindiran semacam ironi dengan

menggunakan kata yang mengasilkan makna berlawanan. Gaya bahasa antifrasis

hanya mengungkapkan sindiran dengan makna yang berlawanan tidak memiliki

maksud yang lain. Antifrasis akan diketahui dengan jelas, bila pembaca atau

pendengar mengetahui bahwa yang dikaitkan itu adalah sebaliknya. Berbeda dengan

gaya bahasa ironi, selain menyindir halus dengan tujuan untuk menyatakan hal yang

bertentangan juga memiliki maksud agar pembaca melakukan sesuatu terhadap hal

yang bersangkutan.

5. Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang

sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering

tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu (Keraf, 2009:144).

Menurut Tim Ilmu Bahasa (2016:78) inuendo adalah sindiran yang bersifat

mengecilkan fakta sesungguhnya. Inuendo adalah sindiran berupa mengecilkan

keadaan yang sesungguhnya (Ratna, 2013:447). Waridah (2016:373) menjelaskan

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevanrepository.ump.ac.id/4227/3/DIAN FITRI APRILIANI BAB II.pdf · Dari pengertian gaya bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa

26

bahwa inuendo adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.

Contoh dari gaya bahasa inuendo: Setiap kali ada pesta, pasti ia akan mabuk karena

terlalu banyak minum. Minum adalah suatu kegiatan yang selalu kita lakukan setiap

hari. Namun, minum yang dimaksud di sini adalah minum alkohol yang dapat

menyebabkan orang bisa menjadi mabuk. Jadi dapat disimpulkan inuendo adalah

sindiran dengan mengecilkan kenyataan atau fakta yang sesungguhnya.

Gaya Bahasa Sindiran..., Dian Fitri Apriliani, FKIP UMP, 2017