Upload
ledan
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
1. Tipe Humor Tuturan Tokoh dalam Rubrik “Mblaketaket” pada Koran Radar
Banyumas Edisi Januari 2016
Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Arief Panggih Rahayu mahasiswa
PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) tahun 2016. Pada penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan tipe humor tuturan tokoh dalam rubrik “mblaketaket” pada
koran Radar Banyumas edisi Januari 2016. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) tipe humor
berdasarkan pada motivasinya dan yang, (2) berdasarkan pada topiknya. Berdasarkan
motivasinya terdapat 52 tuturan tokoh yang menggunakan 6 tipe humor. Tipe humor
tersebut yaitu tipe humor satire, ada 4 tuturan tokoh, tipe humor sinisme ada 16
tuturan tokoh, tipe humor komik hanya ada satu tuturan tokoh, tipe humor olah logika
ada 19 tuturan tokoh, tipe humor ungul pecundang ada 9 tuturan tokoh, dan tipe
humor kelam ada 3 tuturan tokoh. Tipe humor berdasarkan topiknya terdapat 24
tuturan yaitu tipe humor seks ada 3 tuturan tokoh, tipe humor pendidikan ada 4 tuturan
tokoh, tipe humor politik ada 3 tuturan tokoh, tipe humor agama ada 3 tuturan tokoh,
tipe humor rumah tangga ada 6 tuturan tokoh, tipe humor percintaan ada satu tuturan
tokoh, dan ada 4 tuturan tokoh yang bertipehumor dokter. Persamaan penelitian Tipe
Humor Tuturan Tokoh dalam Rubrik “Mblaketaket” pada Koran Radar Banyumas
Edisi Januari 2016 dengan penelitian ini berada pada sumber datanya yaitu Radar
Banyumas. Sedangkan perbedaannya terletak pada masalah penelitian dan datanya.
8
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
9
2. Pro Kontra Pembangunan Rita Supermall (Analisis Framing Harian Radar
Banyumas dan Satelitpost)
Penelitian tersebut telah dilakukan oleh Rifatuts Tsaniyah mahasiswi Program
Studi Komunikasi Penyiaran Islam Jurusan Dakwahtahun 2013. Pada penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui frame pemberitaan masing-masing media yaitu harian
Radar Banyumas dan Satelitpost dalam memberikan masalah pro-kontra
pembangunan Rita Supermall. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Radar Banyumas cenderung
lebih pro terhadap pembangunan Rita Supermall yang melihat pada dampak kemajuan
ekonomi masyarakat Banyumas. Sedangkan Satelitpost lebih cenderung untuk kontra
terhadap pembangunan Rita Supermall tersebut, dengan asumsi bahwa pembangunan
Rita Supermall melanggar perda kabupaten Banyumas No. 6 yang melarang
pembangunan disekitar pendopo kabupaten lebih dari tiga lantai. Persamaan penelitian
Pro Kontra Pembangunan Rita Supermall (Analisis Framing Harian Radar Banyumas
dan Satelitpost) dengan penelitian ini berada pada sumber datanya yaitu Radar
Banyumas. Sedangkan perbedaannya terletak pada masalah penelitian dan datanya.
3. Analisis Kesalahan Ejaan Pada Karangan Berdasarkan Pengalaman Siswa
Kelas V SD Al Huda Kota Kediri Tahun Ajaran 2016/2017
Penelitian tersebut telah dilakukan olehBaiatul Aqobatil Ula(2017). Masalah
diteliti dalam penelitian ini adalah tentang kesalahan ejaan berdasarkan Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI) dalam karangan siswa kelas V SDI Al Huda. Tujuan daripenelitian ini
adalah mendeskripsikan bentuk kesalahan ejaan yang berfokus pada kesalahan
pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca dalam karangan siswa
kelas V SDI Al Huda. Penelitian diperdalam dengan jumlah karangan yang diteliti
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
10
yaitu 30 karangan. Pendekatan dan jenis penelitian ini adalah kualitatif deskripstif.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik penyediaan data, baca simak, dan
mencatat, sedangkan instrumen penelitian dengan menggunakan human instrument
dan tabel check-list sederhana untuk mempermudah menganalisis ejaan pada karangan
siswa. Keabsahan temuan diperoleh dari pengamatan secara teliti dan berulang-ulang.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kesalahan ejaan pada karangan siswa kelas V
SDI AlHuda Kota Kediri. (1) Kesalahan pemakaian huruf meliputi: kesalahan huruf
kapital pada huruf awal kalimat, unsur nama, unsur geografis, dan nama hari;
kesalahan mengeja yaitu mengeja huruf vokal, konsonan, gabungan huruf, dan kurang
huruf atau sebaliknya; kesalahan pemakaian huruf miring yaitupada kata asing. (2)
Kesalahan penulisan kata meliputi: kesalahan kata dasar dan bentukan yang serangkai
atau sebaliknya; kesalahan penulisan preposisi di dan ke; kesalahan kata ganti yaitu -
ku dan –nya. (3) Kesalahan penggunaan tanda baca sebesar meliputi: kesalahan
penggunaan tanda titik (.)pada akhir kalimat; kesalahan penggunaan tanda koma (,)
sebelum kata penghubung dan di belakang kata atau ungkapan penghubung;
penggunaan titik koma (;) pada kalimat majemuk.
Persamaan penelitian Analisis Kesalahan Ejaan Pada Karangan Berdasarkan
Pengalaman Siswa Kelas V Sdi Al Huda Kota Kediri Tahun Ajaran 2016/2017dengan
penelitian ini yaitu menganalisis kesalahan ejaan, sedangkan perbedaannya terletak
pada data, sumber data dan hasil. Perbedaannya yaitu jika pada penelitian Analisis
Kesalahan Ejaan Pada Karangan Berdasarkan Pengalaman Siswa Kelas V Sdi Al
Huda Kota Kediri Tahun Ajaran 2016/2017 hasilnya (1) Kesalahan pemakaian huruf
meliputi: kesalahan huruf kapital pada huruf awalkalimat, unsur nama, unsur
geografis, dan nama hari; kesalahan mengeja yaitu mengeja huruf vokal,konsonan,
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
11
gabungan huruf, dan kurang huruf atau sebaliknya; kesalahan pemakaian huruf miring
yaitupada kata asing, sedangkan pada penelitian ini hasil yang ditemukan yaitu
kesalahan pemakaian huruf miring. (2) Kesalahan penulisan kata meliputi: kesalahan
kata dasar dan bentukan yangserangkai atau sebaliknya; kesalahan penulisan preposisi
di dan ke; kesalahan kata ganti yaitu -ku dan –nya, sedangkan pada penelitian ini yang
ditemukan yaitu kesalahan kata berimbuhan, pemenggalan kata, kata depan di, dan
kesalahan penggunaan bilangan. (3) Kesalahan penggunaan tanda baca sebesar
meliputi: kesalahan penggunaan tanda titik (.) pada akhir kalimat; kesalahan
penggunaan tanda koma (,) sebelum kata penghubung dan di belakang kata atau
ungkapan penghubung; penggunaan titik koma (;) pada kalimat majemuk, sedangkan
pada penelitian ini hasil yang ditemukan yaitu kesalahan tanda baca koma, tanda baca
hubung, tanda baca petik, dan tanda baca penyingkat.
B. Ejaan
Menurut Kridalaksana (2008:48) Ejaan merupakan penggambaran bunyi
bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandarisasikan, yang lazimnya
mempunyai 3 aspek yakni aspek fonologis yang menyangut penggambaran fonem
dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut
penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang menyangkut penanda
ujaran berupa tanda baca. Dalam hal ini ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara
mengatur penulisan huruf menjadi satuan yang lebih besar, misalnya kata, kelompok
kata, atau kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca
pada satuan-satuan huruf tersebut (Setyawati, 2013: 139-140). Ejaan adalah
seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan,
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
12
penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan mengatur keseluruhan
cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata,dan tanda baca sebagai
sarananya. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk
akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna (Susanti, 2014: 28).
Ejaan ibarat rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika
pengemudi mematuhi rambu lalu lintas itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur,
dan tidak semrawut. Seperti itulah bentuk hubungan antara pemakai bahasa dan ejaan
(Finoza dalam Susanti, 2014: 28). Dalam penerapan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI), diantaranya meliputi: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan kata, (3)
pemakaian tanda baca, (4) penulisan unsur serapan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter,
2017: 1-69).
1. Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia terdiri dari
pemakaian (a) huruf abjad, (2) huruf vokal, (c) huruf konsonan, (d) huruf diftong, (e)
huruf gabungan konsonan, (f) huruf kapital, (g) huruf miring, dan (h) huruf tebal (Fitri
dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 1-17).
a. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas 26 huruf,
yaitu a, b, c, d, e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y, z (Fitri dan Tim
Ilmu Educenter, 2017: 1).
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
13
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a,
i,u, e, dan o. Untuk keperluan pelafalan kata yang benar, tanda aksen ( ʹ ) dapat
digunakan jikaejaan kata menimbulkan keraguan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter,
2017: 2). Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras)
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank Indonesia
Kami menonton film seri (séri)
Pertandingan itu berakhir seri
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. Huruf k
melambangkan bunyi hamzah. Huruf q dan x dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq
dan Xerox) dan keperluan ilmu (seperti status quo dn sinar-x) (Fitri dan Tim Ilmu
Educenter, 2017: 3).
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
dan oi(Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 4).
e. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-masing melambangkan
satu bunyi konsonan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 5).
Contoh:
kh → khusus ny→ nyata
ng→ bangun sy→ syarat
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
14
f. Huruf Kapital
Penggunaan huruf kapital pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia terdiri
dari (1) dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat, (2) ebagai huruf pertama unsur
nama orang, termasuk julukan, (3) dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung,
(4) dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan, (5) dipakai sebagai huruf pertama unsur
nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama
orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang dan dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi serta
nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan, (6) dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yanng dipakai
sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi atau tempat, (7) dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dn bahasa, (8) dipakai sebagai huruf pertama
nama tahun, bulan, hari, hari besar atau hari raya, dan huruf pertama unsur nama
peristiwa sejarah, (9) dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, (10) sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama
negara, lembaga, badan organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke,
dari, dan, yang, untuk, (11) sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari dan, yang, untuk yang
terletak pada posisi awal, (12) sebagai huruf pertama unsur singatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan, dan (13) sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain
yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017:
5-14)
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
15
Contoh:
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam oleh Amir Hamzah, M, Si pada hari
Kamis. Hal itu diungkapkannya “Satu jam lagi pekerjaan ini akan segera
selesai”. Hamzah adalah seorang yang memeluk agama Islam.
g. Huruf Miring
Penggunaan huruf miring pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yaitu
(1) untuk menuliskan judul buku, nama majalah atau nama surat kabar yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka, (2) untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kolompok kata dalam kalimat, dan (3)
untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing(Fitri dan
Tim Ilmu Educenter, 2017: 15-16) . Misalnya:
Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel Moeis.
Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian.
h. Huruf Tebal
Penggunaan huruf tebal dalam pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, yaitu
(1) untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring, dan (2) untuk
menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul, buku, bab, dan subbab (Fitri dan
Tim Ilmu Educenter, 2017: 17-18).
Contoh:
Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa
Indonesia.
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1 Latar Belakang
1.1.2 Masalah
2. Penulisan Kata
Penulisan kata pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, meliputi (a) kata
dasar, (b) kata berimbuhan, (c) bentuk ulang, (d) gabungan kata, (e) pemenggalan
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
16
kata, (f) kata depan, (g) partikel, (h) singkatan dan akronim, (i) angka dan bilangan, (j)
kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya, dan (k) kata sandang si dan sang (Fitri dan Tim
Ilmu Educenter, 2017: 19-40).
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan (Fitri dan Tim Ilmu
Educenter, 2017: 19). Misalnya:
Saya pergi ke sekolah.
Kantor pajak penuh sesak.
b. Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan dalam morfologi meliputi imbuhan (awalan, sisipan, akhiran)
ditulis seragkai dengan kata dasarnya.Penggunaannya dapat dilakukan sebagai
berikut; jika bentuk dasar gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai, dan jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi gabungan kata itu ditulis serangkai (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017:
19-21).Misalnya:
bergeletar
garis bawahi
menyebarluaskan
mancanegara
Catatan:
1. Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf
kapital, diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
17
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya:
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
c. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (Fitri
dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 21). Misalnya:
anak-anak gerak-gerik
d. Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 22-23).
Misalnya:
duta besar
orang tua
Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang menimbulkan kesalahan
pengertin, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara
unsur yang bersangkutan. Misalnya:
alat pandang-dengar
ibu-bapak kami
orang-tua muda
Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya:
acapkali
manakala
e. Pemenggalan Kata
Cara pemenggalan kata dasar terbagi menjadi beberapa yaitu (1) pemenggalan
kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
18
antara kedua huruf vokal itu, (2) Bagian kata yang terdiri atas satu huruf vokal
(termasuk akhiran –i) pemenggalannya dilakukan sebagai beriut, (3) suku kata yang
mengandung gugus vokal au, of, ae, ci, eu, dan ui, baik dalam kata-kata bahasa
Indonesia maupun dalam kata- kata serapan, diperlakukan satu suku kata, (4) yang
mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan, (5) yang
mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili sotu fonem
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu, (6) Pemenggalan kata yang di
tengahnya terdapat digraf atau gabungan huruf konsonan yang mewakili fone tunggal
dilakukan dengan tetap mempertahankan digraf itu, (7) yang mengandung tiga atau
empat huruf konsonan berurutan di tengahnya dilakukan di antara huruf konsonan
pertama dan huruf konsonan kedua, (8) yang mengandung bentuk trans, (9) yang
mengandung bentuk eks- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang
mengandung in- dan im-, pemenggalannya dilakukan antara eks- dan unsur
berikutnya, (10) Bentuk lain yang mengandung unsur eks- dipenggal sebagai kata
utuh. Pemenggalan dilakukan di antara k dan s, (11) yang terdiri atas lebih dari satu
unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, dilakukan di antara
unsur-unsurnya, (12) Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –ismeitu
didahului leh sebuah huruf vokal, dilakukan setelah huruf vokal, (13) Pemenggalan
unsur serapan asing yang berakhir –isme itu didahului leh sebuah huruf konsonan ,
dilakukan sebelum huruf konsonan, (14) Pemenggalan unsur serapan asing yang
berakhir –anda, -asi, -ida, -ika, ikel, dan –tas, (15) Pemenggalan unsur serapan asing
yang berakhiran –ak, -al, -ans, -at, -if, -ik, -is, -or, dan –ur, dan(16) Pemenggalan
unsur serapan asing yang berakhiran –i dan –iah (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017:
24-28).
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
19
Contoh:
bu.ah
a.da
au.la
ba.pak
Ap.ril
akh.lak
ben.trok
trans.mi.gra.si
eks.tra (bandingkan dengan intra)
ek.ses
endoskop endos-kop en.do.skop
egoisme e.go.is.me
absolutisme ab.so.lu.tis.me
propaganda pro.pa.gan.da
amoniak a.mo.ni.ak
monarki mo.nar.ki
f. Kata depan
Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 29). Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari
Bermalam semalam di sini
Di mana Siti sekarang?
g. Partikel
Penggunaan partikel pada pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, yaitu (1)
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis seragkai dengan kata yang mendahuluinya, (2)
Partikel pun ditulis terpish dari kata yang mendahuluinya, dan (3) Partikel per yang
berarti „demi‟, „tiap‟ atau „ mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (Fitri
dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 29-30). Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan
bijaksana.
Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
20
h. Singkatan dan Akronim
Penggunaan singkatan dan akronim pada pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia, yaitu (1) nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti degan
tanda titik pada setiap unsur singkatan, (2) nama lembaga dan ketatanegaraan lembaga
pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik dan kata yang bukan nama diri ditulis dengan huruf apital
tanpa tanda titik, (3) singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan
tanda titik, (4) singkatan yang terdiri atas dua huruf lazim dipakai dalam surat-
menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik, (5) lambang kimia, singkatan atau
ukuran takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik, (6) akronim nama
diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda
titik, (7) nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital, dan (8) akronim bukan nama
diri yang berupa gabugan huruf awal dan suku kata gabungan suku kata ditulis dengan
huruf kecil (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 31-34). Contoh:
A.H. Nasution kg
NKRI BIG
hlm. Kalteng
s.d. pemilu
i. Angka dan Bilangan
Angka arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau
nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500)
Penggunaan bilangan meliputi; (1) dalam teks yang dapat dinyatakan dengan
satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
21
dalam perincian, (2) pada awal kalimat ditulis dengan huruf dan apabila pada awal
kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunankalimatnya diubah,
(3) menunjukan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih
mudah dibaca, (4) untuk menyatakan ukuran, panjang, berat, luas, isi, waktu serta nilai
uang, (5) untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar, (6)
untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci, (7) penulisan bilangan huruf
seperti bilangan utuh dan bilagan pecahan, (8) penulisan bilangan tingkat, (9)
penulisan angka yang mendapat akhiran –an, (10) penulisan bilangan dengan angka
dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan
kuitansi, (11) penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf,
dan (12) bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Contoh:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
10 lliter
Jalan Wijaya No. 14
Surah Yasin: 9
dua belas (12)
Abad XX
uang 5.000-an (uang lima ribuan )
Telah diterima uang sebanyak Rp 2.950.000,00 (dua juta sembian ratus lima
puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.
Saya lampirkan tada terima uang sebesar Rp. 900.500,50 (sembilan ratus ribu
lima ratus rupiah lima puluh sen).
Kelapadua
j. Kata Ganti –ku, kau, -mu dan –nya
Kata ganti ku- dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -
mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya (Fitri dan Tim Ilmu
Educenter, 2017: 40). Misalnya:
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
22
Apa yang kumiliki boleh kau ambil
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
k. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya (Fitri dan Tim
Ilmu Educenter, 2017: 40). Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil
Surat itu sikirimkan kembali kepada si pengirim.
3. Tanda Baca
Tanda baca dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terdiri dari tanda
baca titik, tanda koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tada pisah,
tanda tanya, tanda seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung,
tanda kurung siku, tanda garis miring, tanda penyingkat (Fitri dan Tim Ilmu
Educenter, 2017: 42-68).
a. Tanda Titik (.)
Cara menggunakan tanda titik dibagi menjadi beberapa yaitu (1) dipakai pada
akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, (2) dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan ikhtisar atau daftar, (3) untuk memisahkan angka jam, menit
dan detik yang menunjukan waktu, (4) untuk memisahkan angka jam, menit dan detik
yang menunjukan jangka waktu, (5) dipakai dalam daftar pustaka di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak berakhiran dengan tanda tanya atau tanda seru, dan
tempat terbit, (6) dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan, (7) dipakai pada penulisan singkatan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter,
2017: 42-46).
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
23
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional mengadakan acara pertemuan bagi seluruh
lembaga. Pertemuan akan dilaksanakanpada pukul 1.35.30, pertemuan itu akan
dihadiri oleh:
III. Direktorat Jendral Pendidikan Menengah
A. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Masalah yang akan dibahas tentang banyak sekolah yang sudah melaksanakan
UNBK sekitar 1.200 sekolah di Indonesia. Pelaksanaan UNBK tidak dipungut
biasa tetapi masih banyak sekolah yang mengharuskan siswa membayar Rp
350.000,50 per siswa.
b. Tanda Koma (,)
Penggunaan tanda koma dibagi menjadi beberapa yaitu (1) dipakai di antara
unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan, (2) untuk memisahkan kalimat
setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi
atau melainkan, (3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya. (4) tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya, (5)
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu,
dan akan tetapi, (6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat, (7) untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, (8) dipakai di antar
nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, nama tempat dan wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan, (9) untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka, (10) dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan
kaki, (11) dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau negara, (12) dipakai di muka
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
24
angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka (Fitri
dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 46-52).
Contoh:
Anto membeli kertas, pena, dan tinta. Jumlah harga keseluruhan Rp 20.000,50.
Alat tersebut untuk persiapan besok sekolah, belajar di kelas. Pembelajaran
besok sangat ditunggu oleh karena itu, aku menyiapkan semuanya. Ya, hari
yang ditunggu akan segera tiba, “Saya gembira sekali” ucap Anto. Besok yang
mengajar di kelas guru yang sangat pandai, Pak Ahmadi.
c. Tanda Titik Koma (;)
Cara menggunakan tanda titik koma dibagi menjadi dua, yaitu (1) dipakai
untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara, (2) dipakai sebagai
pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 52-54).
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. Tetapi Ayah mengurus
sibuk tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur;
d. Tanda Titik Dua ( : )
Penggunaan tanda titik dua biasa dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian dan pemerian, sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian, dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan, dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, di antara bab dan ayat
dalam kitab suci, di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 54-55).
Contoh:
Sekolah Menengah Atas akan mengadakan lomba pembacaan puisi dengan
panitia yang akan bertanggung jawab:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
25
Dalam susunan acara tersebut juga tidak lupa pembacaan doa yaitu surah al-
baqarah: 98
e. Tanda Hubung ( - )
Ada beberapa cara menggunakan tanda baca hubung, yaitu (1) tanda hubung
menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris, (2)
menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian
kata di depannya pada pergantian baris, (3) menyambung unsur-unsur kata ulang, (4)
menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal, (5) Tanda
hubung boleh dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan, dan penghilangan bagian kelompok kata, (6) untuk merangkaikan se-
dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka
dengan –an, dan singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, nama jabatan
rangkap, (7) untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa Asing
(Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 56-58).
Contoh: Di samping cara lama diterapkan juga ca- ra baru untuk mendukung pihaknya yang sudah mem- beritahu dan mengundang DPP.Sehingga cara-cara tersebut akan digunakan pada tanggal 14-2-2017 dan akan digunakan oleh masyarakat se-Indonesia.
f. Tanda Pisah ( )
Penggunaan tanda pisah terbagi menjadi tiga, yaitu (1) membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat, (2)
menegaskanadanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas, (3) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
„sampai‟ (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 59-60).
Misalnya:
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
26
Keberhasilan itu saya yakin dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras. Sehingga Gerakan pengutamaan Bahasa Indonesia amanat Sumpah Pemuda harus terus ditingkatkan dari tahun 1928 sekarang.
g. Tanda Tanya (?)
Cara menggunakan tanda tanya dibagi menjadi dua, yaitu tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya, dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya ((Fitri dan
Tim Ilmu Educenter, 2017: 60). Misalnya:
Kapan anaknya dilahirkan? Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?).
h. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
emosi yang kuat (Tim Pengembangan Pedoman Bahasa Indonesia, 2017: 60-61).
Misalnya:
Alangkah indahnya taman laut ini!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
Merdeka!
i. Tanda Elipsis (...)
Penggunaan tanda elipsis dibagi menjadi dua, yaitu (1) dipakai dalam kalimat
yang terputus-putus, (2) untuk menunjukan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 61-62)
Misalnya:
Kalau begitu..., marilah kita laksanakan.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
27
(2) Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4
tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai penghilangan teks dan 1 tanda
titik untuk menandai akhir kalimat.
(3) Tanda elipsis pada akhir kalimat tidak diikuti dengan spasi. Misalnya
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan cermat ....
j. Tanda Petik ( “...” )
Penggunaan tanda petik dapat digunakan dengan beberapa cara, yaitu (1)
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lain, (2) mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat, (3) mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus, (4) tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung, (5) tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang di pakai dengan arti khusus pada
ujung kalimat atau bagian kalimat (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 62-63).
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira “tunggu sebentar!”.
Bacalah “Bola lampu” dalam buku Duri Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
Kata Tono, “ Saya juga minta satu”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda
petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
k. Tanda Petik Tunggal („...‟)
Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain dan mengapit makna. Terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing
(Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 63-64)
Misalnya:
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
28
Tanya Basri. “Kau dengar bunyi „kring-kring‟ tadi?”
feed-back „balikan‟
l. Tanda Kurung ((...))
Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan, untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan, untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan, dan untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 64-65).
Misalnya:
Ari sedang membuat SIM (surat iin mengemudi) dengan keterangan (lihat
tabel 10) untuk melengkapi persyaratan yang digunakan di (kota) surabaya.
Dia harus melengkapi berkasnya dengan melampirkan (1) Foto copy KTP, (2),
pas photo 2×3 2 lembar, dan (3) surat keterangan kesehatan.
m. Tanda Kurung Siku ([...])
Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah aslidan mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 66). Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Persamaan kesua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] jika tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
29
n. Tanda Garis Miring
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, da
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran
dan sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun (Fitri dan Tim Ilmu Educenter,
2017: 66-67).
Misalnya: No. 7/PK/2008 Jalan Kramat III/10 tahun ajaran 2008/2009 dikirim lewat darat/laut „dikirim lewat darat atau laut‟ harganya Rp 1.500, 00/lembar „harganya Rp 1.500,00 tiap lembar tindakan penipuan dan/atau penganiayaan „tindakan penipuan dan penganiayaan, tindakan penipuan, atau tindakan penganiayaan. Catatan: Tanda garis miring ganda (//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk memudahkan pembacaan naskah.
o. Tanda Penyingkat ( ' )
Tanda penyingkat menunjukan penghilangan bagia kata atau bagian angka
tahun (Fitri dan Tim Ilmu Educenter, 2017: 68). Misalnya:
Dia „kan sudah kusurati. („kan: bukan)
Januari „08
C. Analisis Kesalahan
Salah satu cara untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dalam pemakaian
bahasa Indonesia adalah dengan cara mengalisis kesalahan tersebut. Menurut
Depdiknas (2007: 37) analisis diartikan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui kedaan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian kesalahan menurut
Setyawati (2013: 11) dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata yang artinya
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
30
bernuansa kesalahan yaitu; penyimpangan, pelanggaran, dan kekhilafan. Kemudian,
Tarigan (2011: 152) analisis kesalahan berbahasa merupakan suatu proses.
Menurut Setyawati (2013: 13) kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa
baik baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu
berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyimpang dari
kaidah tata bahasa Indonesia. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur
yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan
sampel bahasa pelajar, penenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel
tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasiannya berdasarkan
sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya (Ellis
dalam tarigan, 2011: 153).
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018
31
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Kesalahan Ejaan pada Berita Pemilu dalam Rubrik “Utama”
Harian Radar Banyumas Periode Februari 2017
Kesalahan Ejaan
Penulisan Kata meliputi: Kata
Dasar, Kata Berimbuhan, Bentuk
Ulang, Gabungan Kata,
Pemenggalan Kata, Kata Depan,
Partikel, Singkatan dan Akronim,
Angka dan Bilangan, Kata Ganti ku-
, kau-, -mu, -nya.
Pemakaian Huruf
meliputi: Huruf
Abjad, Huruf Vokal,
Huruf Konsonan,
Huruf Diftong,
Gabungan Huruf
Konsonan, Huruf
Kapital, Huruf Tebal.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(Fitri dan Tim Ilmu Educenter)
Kesalahan Ejaan padaBeritaPemiludalam Rubrik “Utama”
HarianRadar Banyumas Periode Februari. 31
Pemakaian Tanda Baca meliputi:
Tanda Titik, Tanda Koma, Tanda
Titik Koma, Tanda Titik Dua,
Tanda Hubung, Tanda Pisah, Tanda
Tanya, Tanda Seru, Tanda Elipsis,
Tanda Petik, Tanda Petik Tunggal,
Tanda Kurung, Tanda Kurung Siku,
Tanda Garis Miring, Tanda
Penyingkat.
Penulisan Unsur
Serapan
Kesalahan Ejaan Pada..., Sri Yuningsih, FKIP UMP, 2018