Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
1. Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia
pada Surat Kabar Harian Banyumas Edisi Oktober-Desember 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Nani Herliyati, Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purwokerto tahun 2015 dengan penelitian ini terdapat perbedaan dan
persamaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti lakukan ada pada
data dan sumber data. Data yang dilakukan peneliti terdahulu adalah kata-kata serapan
bahasa Jawa yang mengandung jenis perubahan makna dan faktor penyebab
perubahan makna, sedangkan data yang dilakukan peneliti adalah kata pada berita
utama yang mengandung f/aktor penyebab perubahan makna dan jenis perubahan
makna. Sumber data pada penelitian terdahulu adalah surat kabar Harian Banyumas
edisi Oktober sampai dengan Desember 2014, sedangkan sumber data yang dilakukan
peneliti adalah surat kabar harian Suara Merdekaedisi Maret 2018.
Persamaan penelitian Nani Herliyati dengan peneliti yaitu ada pada
pendekatan, teori, dan media penyedia data yang digunakan. Penelitian yang
dilakukan Nani Herliyati menggunakan pendekatan yang sama dengan peneliti yaitu
pendekatan diskriptif kualitatif. Persamaan lain penelitian yang dilakukan Nani
Herliyati dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaiu ada pada teori yang
digunakan. Teori yang digunakan yaitu semantik perubahan makna. Begitu juga
dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan teori semantik
perubahan makna. Persamaan lain penelitian yang dilakukan Nani Herliyati dengan
8
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
9
penelitian yang dilakukan peneliti ada pada media penyedia data yang digunakan,
yaitu media cetak atau surat kabar.
2. Sebab dan Jenis Perubahan Makna Istilah Politik pada Rubrik “Nasional”
dalam Majalah Tempo Edisi Bulan Maret-April 2016
Penelitian yang dilakukan oleh Ulva Dwi Cahyanti, Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Purwokerto tahun 2017 dengan penelitian ini terdapat perbedaan dan
persamaan. Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti lakukan ada pada
objek, data, dan sumber data. Objek yang dilakukan peneliti terdahulu adalah istilah-
istilah Politik pada Rubrik “Nasional” dalam majalah Tempo edisi Maret-April 2016,
sedangkan objek yang dilkukan peneliti adalah kata-kata pada berita utama harian
Suara Merdeka edisi Maret 2018. Data yang dilakukan peneliti terdahulu adalah
istilah-istilah Politik dalam Rubrik “Nasional” yang mengandung faktor penyebab
perubahan makna dan jenis perubahan makna, sedangkan data yang dilakukan peneliti
adalah kata-kata pada berita utama yang mengandung faktor penyebab perubahan
makna dan jenis perubahan makna. Sumber data pada penelitian terdahulu adalah
majalah Tempo edisi Maret-April, sedangkan sumber data yang dilakukan peneliti
adalah surat kabar harian Suara Merdeka edisi Maret 2018.
Persamaan penelitian Ulva Dwi Cahyanti dengan peneliti yaitu ada pada
pendekatan dan teori yang digunakan. Penelitian yang dilakukan Ulva Dwi Cahyanti
menggunakan pendekatan yang sama dengan peneliti yaitu pendekatan deskriptif
kualitatif. Persamaan lain penelitian yang dilakukan Ulva Dwi Cahyanti dengan
penelitian yang dilakukan peneliti yaitu ada pada teori yang digunakan. Teori yang
digunakan yaitu semantik perubahan makna. Begitu juga dengan penelitian yang
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
10
dilakukan peneliti yaitu menggunakan teori semantik perubahan makna. Persamaan
lain penelitian yang dilakukan Nani Herliyati dengan penelitian yang dilakukan
peneliti ada pada media penyedia data yang digunakan, yaitu media cetak atau surat
kabar.
B. Perubahan Makna
Perubahan makna adalah berubahnya makna suatu leksem atau satuan leksikal,
yang didalam perubahanya dapat berupa perubahan konsep atau perubahan nilai rasa
(Manaf, 2010:106). Bahasa berkembang sesuai perkembangan pemikiran pemakai
bahasa, karena manusia menggunakan kata-kata dan kalimat dan sejalan dengan kata
itu kata dan kalimat berubah terus, maka akan sendirinya maknanyapun berubah
(Pateda, 2010: 158).Banyak kata-kata yang mengalami perubahan makna, makna kata
tersebut berbeda dengan makna masa lampau. Secara singkronis makna sebuah kata
tidak akan berubah, maka secara diakronis ada kemungkinan bisa diubah (Nugraheni,
2006: 6).
Dari 3 pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perubahan makna
adalah suatu gejala pada kata atau kumpulan kata yang mengalami peralihan dari
makna A menjadi bermakna B, atau di lain waktu akan beralih makna C atau D.
Perubahan tersebut banyak terjadi karena berkembangnya pemikiran pemakai bahasa.
Perkembangan makna juga memiliki unsur pembeda, yaitu makna singkronis dan
makna diakronis. Singkronis adalah makna yang bersangkutan dengan peristiwa
dalam suatu masa yang terbatas, dan tidak melibatkan perkembangan historis
(Kridalaksana, 2011: 198). Diakronis adalah makna yang berkenaan dengan
pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembanganya sepanjang waktu.
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
11
Makna tidak hanya akan berubah pada kondisi tertentu yang tidak mengindahkan atau
mengabaikan waktu. Makna akan berubah ketika dilihat dari sudut pandang yang luas
melalui perjalanan waktu. Disini peneliti menganalisis perubahan makna dari
makna sebelumnya ke makna sekarang. Perubahan makna mempunyai jenis
perubahan makna dan faktor penyebab perubahan makna, berikut penjelasan
selengkapnya:
1. Jenis Perubahan Makna
Jenis perubahan makna menurut Chaer (2009: 140: 144) yaitu (a) perubahan
makna meluas, (b) perubahan makna menyempit, (c) perubahan makna total, (d)
penghalusan (eufemia), (e) pengerasan (disfemia). Menurut Keraf (2010: 97) jenis
perubahan makna ada enam yaitu a) perluasan inti, (b) penyempitan inti, (c)
ameliorasi, (d) peyorasi, (e) metafora, (f) metonimi. Tarigan (1993: 85)
mengemukakan jenis perubahan makna ada enam juga yaitu (a) perluasan
(generalisasi), (b) pengkhususan (spesialisasi), (c) peninggian (ameliorasi), (d)
penurunan (peyorasi), (e) pertukaran (sinestesia), (f) persamaan (asosiasi).
Dari beberapa pendapat ahli tentang jenis-jenis perubahan makna, maka
peneliti menggunakan teorimengikuti ketiga pendapat para ahli di atas yaitu (a)
perubahan makna meluas, (b) perubahan makna menyempit, (c) perubahan makna
total, (d) penghalusan (eufemia), (e) pengerasan (disfemia),(f) peninggian
(ameliorasi), (g) penurunan (peyorasi),(h) metafora, (i) metonimi, (j) pertukaran
(sinestesia), (k) persamaan (asosiasi). Peneliti mengikuti pendapat dari ketiga ahli
karena masing-masing pendapat ada yang mendukung penelitian ini dan belum tentu
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
12
ada pada pendapat lainya. Berikut penjelasanya untuk masing-masing jenis perubahan
makna:
a. Perubahan Makna Meluas (Generalisasi)
Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau
leksem yang muda mulanya hanya memiliki sebuah „makna‟, tetapi kemudian karena
berbagai faktor menjadi memiliki makna lain (Chaer, 2009: 140). Menurut Keraf
(2010: 97) perluasan inti adalah suatu proses perubahan makna yang dialami sebuah
kata yang mengandung suatu makna yang khusus, tetapi kemudian meluas melingkupi
sebuah kelas makna yang lebih umum. Tarigan (1993: 86) mengemukakan
generalisasi atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang lebih
khusus ke yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa perubahan
makna meluas adalah berubahnya makna dari suatu kata yang tadinya memiliki makna
yang khusus, kemudian meluas menjadi makna yang umum. Seiring berkembangnya
kebahasaan, maka cakupan makna pada masa kini lebih luas daripada masa lampau.
Maka dapat dijelaskan secara singkat bahwa makna baru lebih luas daripada makna
lama. Sehingga makna baru dirasakan lebih banyak mengandung pengertian-
pengertian daripada makna lama atau sebenarnya masih dipakai maknaanya tetapi
mengalami penyempitan. Contoh kata “kakak” dulu dipakai dengan pengertian
seorang yang lebih tua serta memiliki hubungan sedarah atau sekandung. Sekarang
kata “kakak” digunakan untuk panggilan kepada orang, walaupun belum tentu orang
tersebut lebih tua dari orang yang memanggilnya. Sehingga kata kakak meluas
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
13
menjadi panggilan ke orang yang biasanya belum dikenal, dan tidak khusus hanya
orang yang punya hubungan darah.
b. Perubahan Menyempit (Spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada
umumnya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas
hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 2009: 142). Keraf (2010: 97) berpendapat
bahwa penyempitan arti adalah sebuah proses yang dialami sebuah kata dimana
makna yang lama lebih luas cangkupanya dari makna yang baru. Menurut Tarigan
(1993: 88) proses spesialisasi atau pengkhususan, penyempitan mengacu pada suatu
perubahan yang mengakibatkan makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit
dalam aplikasinya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa
perubahan makna menyempit adalah berubahnya makna dari suatu kata yang tadinya
memiliki makna yang luas, kemudian menjadi makna yang terbatas. Cakupan makna
yang dulu lebih luas maknanya daripada sekarang, sehingga makna yang terdahulu
lebih banyak pengertian-pengertianya daripada makna yang sekarang. Terdapat suatu
kata yang pada waktu belakangan ini mungkin semakin terbatas atau kian sempit dan
khusus dalam maknanya, padahal dulu kata tersebut memliki makna yang umum.
Contoh kata pendeta dahulu memiliki makna orang yang berilmu. Tetapi sekarang di
Indonesia maknanya menyempit menjadi seorang guru di agama kristen, katholik, dan
sejenisnya. Terdapat penyempitan makna karena adanya pandangan baru tentang
pendeta yang hanya diketahui oleh kalangan umat beragama kristen, ktholik, dan
sejenisnya. Kini kata pendeta juga dapat berarti pemuka agama yang hanya
dilingkungan agama Kristen dan katholik.
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
14
c. Perubahan Total
Menurut Chaer (2009: 142) perubahan total adalah berubahnya sama sekali
makna sebuah kata dan makna aslinya. Memang ada kemungkinan makna yang
dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal, tetapi sangkut
pautnya ini tampak sudah jauh sekali. Misalnya kata ceramah pada mulanya berarti
cerewet atau banyak cakap tetapi kini berarti „pidato‟atau „uraian yang diampaikan ke
banyak orang‟. Kata pena pada mulanya bulu. Kini maknanya sudah berubah total
karena kata pena yang berarti „alat tulis yang menggunakan tinta‟. Memang
sejarahnya ada, yaitu dulu orang menulis dengan tinta menggunakan bulu ayan atau
bulu angsa sebagai alatnya sedangkan bulu ini di dalam bahasa Sansekerta disebut
pena.
d. Penghalusan (Eufemia)
Penghalusan atau eufemia adalah gejala ditampilkanya kata-kata atau bentuk-
bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada
yang akan digantikan (Chaer, 2009: 143). Kecenderungan untuk menghaluskan makna
kata tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia.
Misalnya kata penjara atau bui diganti dengan kata atau ungkapan yang maknanya
dianggap lebih halus yaitu lembaga kemasyarakatan. dipenjara atau dibui diganti
menjadi dimasukan ke lembaga pemasyarakatan. Kata babu diganti dengan pembantu
rumah tangga dan kini diganti lagi menjadi pramuwisma. Penghalusan ini terjadi
lantaran makna sekarang lebih dirasa halus dalam penggunaanya dibandingkan
dengan kata asli.
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
15
e. Pengasaran (Disfemia)
Pengasaran atau disfemia yaitu usaha utuk mengganti kata yang maknanya
halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala
pengasaran ini biasanya dilakukan untuk orang dalam situasi yang tidak ramah atau
untuk menunjukan kejengkelan (Chaer, 2009: 144). Misalnya kata atau ungkapan
masuk kotak dipakai untuk mengganti kata “kalah” seperti dalam kalimat “Liem Swie
King sudah masuk kotak”. Selain itu juga kata mencaplok sipakai untuk mengganti
“mengambil dengan begitu saja” seperti dalam kalimat “dengan seenaknya Israel
mencaplok wilayah Mesir itu” dan kata mendepak di pakai untuk mengganti kata
“mengeluarkan” seperti pada kalimat “Dia berhasil mendepak babak A dari
kedudukanya.”
f. Peninggian (Ameliorasi)
Kata ameliorasi (yang berasal dari bahasa latin melior „lebih baik) berarti
membuat menjadi lebih baik, lebih tinggi, lebih anggun, lebih halus. Perubahan
amelioratif mengacu kepada peningkatan makna kata, makna baru dianggap lebih baik
atau lebih tinggi nilainya daripada makna dulu (Tarigan, 1993: 90). Menurut Keraf
(2010: 98) ameliorasi adalah suatu proses perubahan makna, dimana arti yang baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti yang lama. Berdasarkan
pendapa para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa perubahan makna ameliorasi
meupakan suatu proses perubahan makna kata baru yang dianggap lebih baik atau
lebih tinggi daripada makna sebelumnya. Makna sekarang lebih mempunyai makna
baik daripada makna dulu. Kemungkinan besar makna sekarang lebih banyak
digunakan karena nilainya lebih tinggi. Contoh kata wanita dirasakan nilainya lebih
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
16
tinggi dari kata „perempuan‟, kata istri atau nyonya dirasakan lebih tinggi dari kata
„bini‟, kata suamiatau tuan dirasakan lebih tinggi dari kata „laki‟, kata anak atau
ananda/adinda dirasakan lebih tinggi dari kata „bocah‟.
g. Penurunan (Peyorasi)
Menurut Keraf (2010: 98) peyorasi adalah suatu proses perubahan makna
sebagai kebalikan dari ameliorasi. Peyorasi dalam arti yang baru dirasakan lebih
rendah nilainya dari arti yang lama. Tarigan (1993: 92) mengemukakan bahwa
peyorasi adalah proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah
dari makna semula. Kata peyorasi berasal dari bahasa Latin pejor yang berarti jelek,
buruk. Berdasarkan beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa peyorasi
adalah gejala pada suatu kata yang dulu mempunyai makna baik, tetapi sekarang
mempunyai makna yang lebih buruk atau kebalikan dari ameliorasi. Makna sekarang
mempunyai nilai buruk dari pada makna dulu. Kemungkinan makna dulu sering dan
banyak digunakan karena mempunyai makna yang baik atau lebih tinggi daripada
makna sekarang. Contoh kata bisu dirasakan lebih kasar daripada „tunawicara‟, dan
kata idiot dirasakan lebih kasar daripada kata „tunagrahita‟.
h. Metafora
Keraf (2010: 98) berpendapat bahwa metafora adalah perubahan makna karena
persamaan sifat antara dua objek. Contoh kata matahari, putri malam (bulan), pulau
(empu laut), semuanya dibentuk berdasarkan metafora. Ada juga metafora yang masih
jelas sebagai gaya bahasa yang termasuk dalam perubahan makna yang sudah
membeku. Metafora semacam itu termasuk gaya bahasa. Bila mendengar orang
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
17
berkata “Saya tidak ingin mendengar serigala berbicara dan berlagak sebagai domba-
domba dalam ruangan sidang ini”. Kata serigala dan domba-domba merupakan
metafora yng menyangkut gaya bahasa yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk singkat seprti bunga bangsa, buaya darat, buah hati,
cindera mata, dan sebagainya. Metafora juga merupakan pemakaian kata atau
kelompok kata bukan sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan
persamaan atau perbandingan. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak
mempergunakan kata seperti, bak, bagai, bagaikan, dan sebagainya.
i. Metonimi
Menurut Keraf (2010: 99) metonimi adalah suatu proses perubahan makna
yang terjadi karena hubungan erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama, dan dapat diklasifikasikan menurut tempat atau waktu,
menurut hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat. Hubungan sebab
akibat ini akan saling terkait pada makna asal dengan makna baru. Kata Istana
awalnya mempunyai makna tempat tinggal raja. Kini kata Istana dapat memiliki
makna baru yaitu presiden atau pemerintah yang berkuasa.
j. Pertukaran (Sinestesia)
Menurut Tarigan (1993: 95) sinestesia adalah perubahan makna yang terjadi
sebagai akibat pertukaran tanggapan dua indra yang berbeda. Keraf (2010: 99)
berpendapat bahwa sinestesia adalah perubahan makna berdasarkan pergeseran istilah
antara dua indra. Berdasarkan pendapat beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa
sinestesia merupakan perubahan makna yang disebabkan oleh adanya pergeseran
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
18
makna dan pertukaran tanggapan antara dua indra. Misalnya dari indra peraba ke indra
penglihatan. Penglihatan yang “tajam”, walaupun kata “tajam” sebenarnya
menyangkut indra peraba. Wajahnya sangat “manis”, walaupun “manis” sebenarnya
menyangkut indra perasa. Pertukaran tanggapan indra tersebut juga memiliki nama
jenis perubahan makna yang sama yaitu sinestesia. Hubungan sebab akibat inilah yang
kemudian menjadi penjelasan lebih lanjut dari perubahan makna yang disebabkan oleh
adanya perbedaan tanggapan indra.
k. Persamaan (Asosiasi)
Menurut Tarigan (1993: 96) asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi
sebagai akibat persamaan sifat. Misalnya kursi itu telah lama diidam-idamkanya. Kata
kursi pada kalimat tersebut berasosiasi atau bersamaan sifat dengan „kedudukan‟,
„jabatan‟, atau „posisi‟. Kata garuda yang bermakna „kapal terbang‟, terlebih-lebih
„Garuda Indonesia Airways‟. Kata benalu yang bermakna „bunga putri malu‟
diasosiasikan dengan „pengganggu‟, dimana sifat tumbuhan benalu merupakan
tumbuhan yang mengganggu tumbuhan lain dengan cara hidup dengan menyerap
makanan dari inangnya. Kata merah yang bermakna „warna‟ diasosiasikan dengan
„mendapat nilai jelek‟, „buruk‟, „tidak baik‟. Rasakan, kini kena „batunya‟. Kata batu
yang bermakna „benda keras‟ diasosiasikan dengan „akibat buruk‟. Kata batu juga
dapat menggambarkan sesuatu yang keras atau tidak dapat menerima pendapat orang
lain.
2. Faktor Penyebab Perubahan Makna
Sebab-sebab perubahan makna ada sembilan, yaitu (a) perkembangan ilmu dan
teknologi, (b) perkembangan sosial budaya, (c) perbedaan bidang pemakaian, (d)
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
19
adanya asosiasi, (e) pertukaran tanggapan indra, (f) perbedaan tanggapan, (g)adanya
pengistilahan, (h) proses gamatikal, dan (i) pengembangan istilah (Chaer, 2009:131-
140). Faktor penyebab perubahan makna menurut Pateda (2010: 160) ada 3 yaitu (a)
faktor kebetulan, (b) faktor kebutuhan baru, (c) faktor tabu. Menurut Ullman (dalam
Pateda, 2010: 163-167). Dari pendapat para ahli di atas dapat diambil simpulan bahwa
penyebab perubahan makna ini akan mempengaruhi perkembangan bahasa dalam
masyarakat. Sehingga masyarakat sendiri yang akan memilih bahasa sesuai kebutuhan
mereka.Kata-kata yang dianggap sesuai dengan perkembangan akan dipakai dan
dikembangkan secara terus-menerus.Penjelasan selengkapnya tentang sebab
perubahan makna sebagai berikut:
a. Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan makna sebuah kata (Chaer, 2009: 131). Ullman (dalam Pateda,
2010: 167) menyatakan bahwa perubahan makna karena faktor kebutuhan kata baru
dapat dijelaskan dai segi kebutuhan pemakai bahasa. Kustriyono (2016:17)
berpendapat bahwa sebuah kata yang pada mulanya mengandung konsep yang
sederhana samapai kini masih dipakai meskipun makna yang dikandungnya telah
berubah. Telah diketahui bahwa pemikiran manusia berkembang terus sesuai dengan
kebutuhanya. Kebutuhan tersebut memerlukan nama atau kata baru.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwasanya seiring
kemajuan zaman, manusia selalu dihadapkan dengan hal yang baru. Kata yang tadinya
mempunyai konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan
walaupun konsep makna yang terkandung telah berubah sebagai akibat dari adanya
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
20
pandangan baru dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Perubahan makna kata
“sastra” dan makna “tulisan” sampai pada makna “karya imaginatif” adalah salah satu
contoh perkembangan bidang keilmuan. Begitu juga dengan contoh lain, seperti pada
kata “kereta api”. Walaupun kini, sebagai akibat perkembangan teknologi, sudah tidak
digunakan lagi lokomotif bertenaga uap, tetapi perusahaan kereta api itu masih
menggunakan nama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Memang ada juga usaha
untuk menggunakan istilah KRD (kereta rel diesel) dan KRL (kereta rel listrik),
namun nama “kereta api” itu masih digunakan secara umum.
b. Perkembangan Sosial dan Budaya
Perkembangan dalam bidang sosial dapat menyebabkan terjadinya perubahan
makna. Perkembangan sosial dan budaya sama dengan yang terjadi sebagai akibat
perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata yang pada mulanya
bermakna “A”, lalu berubah menjadi bermakna “B” atau “C” (Chaer, 2009:132).
Menurut Djajasudarma (2009:80) lingkungan masyarakat dapat menyebabkan
perubahan makna suatu kata. Kata yang dipakai di dalam lingkungan tertentu belum
tentu sama maknanya dengan kata yang dipakai di lingkungan ini. Ullman (dalam
Pateda, 2010: 165) berpendapat bahwa perubahan makna yang disebabkan oleh faktor
sosial dihubungkan dengan perkembangan makna kata dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa faktor
perkembangan sosial dan budaya sangat mempengaruhi perkembangan kata di
masyarakat. Kata yang dipakai di lingkungan tertentu dengan yang dipakai di
lingkungan lain, belum tentu sama maknanya. Contoh kata “sarjana”, menurut bahasa
jawa kuno, kata “sarjana” bermakna seorang yang pandai atau cendekiawan. Sekarang
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
21
kata “sarjana” mempunyai makna yaitu seseorang yang sudah menuntaskan
pendidikan di perguruan tinggi, meskipun barangkali hanya mempunyai indeks
prestasi yang pas-pasan atau belum bisa dikatakan pandai. Sebaliknya, walaupun
seseorang tersebut mempunyai kepandaian yang di atas rata-rata, jika belum
menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi, makan orang tersebut belum bisa
dikatakan sarjana. Dengan kata lain, kata sarjana sekarang adalah suatu gelar yang
didapatkan ketika selesai menempuh suatu tingkatan jenjang pendidikan.
c. Perbedaan Bidang Pemakaian
Menurut Chaer (2009: 134) setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki
kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam
bidang tersebut. Contoh dalam bidang pertanian ada kata benih, menuai, panen,
menggarap, membajak, menabur, menananm, pupuk, dan hama. Dalam bidang
pendidikan formal di sekolah ada kata-kata murid, guru, ujian menyalin, menyontek,
membaca, dan menghapal. Dalam bidang agama islam ada kata-kata iman, imam,
khotib, adzan, halal, haram, subuh, puasa, zakat, dan fitrah. Kata-kata yang menjadi
kosakata dalam bidang-bidang tersebut dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari
dapat terbantu dari bidangnya yang digunakan dalam bidang lain dan menjadi
kosakata umum. Oleh karena itu, kata-kata tersebut memiliki makna baru atau makna
lain di samping makna aslinya (makna yang belaku dalam bidangnya). Misalnya kata
menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya,
seperti tampak dalam frase menggarap sawah, tanah garapan, dan petani penggarap,
kini banyak juga digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna „mengerjakan‟
seperti tampak pada frase menggarap skripsi, menggarap usul para anggota,
menggarap generasi muda, dan menggarap naskah drama.
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
22
d. Adanya Asosiasi
Menurut Chaer (2009: 135) adanya asosiasi adalah hubungan atau pentautan
maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang asalnya. Djajasudarma (2009:
85) berpendapat bahwa perubahan makna akibat asosiasi adalah hubungan antara
makna asli (makna di dalam lingkungan tempat tumbuh semula kata yang
bersangkutan) dengan makna yang baru (makna di dalam lingkungan tempat kata itu
dipindahkan ke dalam pemakaian bahasa). Makna asosiasi dapat dihubungkan dengan
waktu atau peristiwa, makna asosisi dapat pula dihubungkan dengan tempat atau
lokasi, dan makna asosiasi dapat pula dihubungkan dengan tanda (gambar) tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa faktor
perubahan makna dengan adanya asosiasi merupakan perpindahan makna pada kata-
kata yang digunakan diluar bidangnya, dari makna asalnya yang sudah di sepakati di
bidang barunya. Muncul kata yang bermakna baru tersebut dipengaruhi oleh adanya
suatu hal atau peristiwa yang berhubungan dengan kata tersebut. Contoh kata amplop
yang mempunyai arti awal yaitu sampul surat. Tetapi sekarang ketika kita akan
menghadiri sebuah perayaan pernikahan dan sejenisnya, kemudian seorang teman
bertanya “kamu kasih amplop berapa?” maka asosiasi kita bukan lagi amplop yang
berfungsi sebagai sampul surat, tetapi amplop yang berisi uang sumbangan terhadap
acara tersebut.
e. Pertukaran Tanggapan Indra
Menurut Djajasudarma (2009: 81) berpendapat bahwa sinestesi merupakan
istilah yang digunakan untuk perubahan makna akibat pertukaran indra
(sinestesi/sun= sama dimakna akibat pertukaran tanggapan indra). Kata sinestesi
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
23
berasal dari bahasa Yunani sun (sama) di tambah aisthetikos (nampak). Chaer (2009:
136) juga berpendapat bahwa ada lima alat indra yang masing-masing mempunyai
fungsi untuk menangkap gejala-gejala. Misalnya, rasa pahit, getir, dan manis harus
ditanggap oleh alat perasa lidah. Rasa panas, dingin, dan sejuk harus ditanggap oleh
alat perasa pada kulit.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam
pertukaran tanggapan indra: pencium, peraba, perasa, pendengaran, penglihatan
masing-masing memiliki fungsi yang berbeda satu sama lain. Indra pencium
menggunakan hidung sebagai alat mencium bau, indra peraba menggunakan tangan
sebagai alat peraba, indra perasa menggunakan lidah sebagai alat pengecap, indra
pendengaran menggunakan telinga sebagai alat pendengaran, indra penglihatan
menggunakan mata sebagai alat untuk melihat. Adapun terjadinya kasus pertukaran
tanggapan indra, sudah banyak terjadi di dalam penggunaan bahasa. Contoh pada kata
manis yang biasanya dapat dirasakan melalui indra perasa/pengecap yaitu lidah,
mengalami pertukaran dengan indra penglihatan seperti tampak pada kalimat “wanita
itu manis sekali”. Contoh lain misalnya kata tajam dalam kalimat “mataku tajam
bagaiakan elang”, indra penglihatanmengalami pertukaran dengan indra peraba,
karena tajam dapat dirasakan dengan meraba. Gejala Sinestesia tersebut sudah banyak
terjadi dalam pemakaian bahasa Indonesia secara umum. Contoh lain yaitu kata-
katanya sungguh pedas, sedap dipandang, suaranya enak didengar, dan lain-lain.
f. Perbedaan Tanggapan
Chaer (2009: 137) berpendapat bahwa setiap unsur leksikal atau kata
sebenarnya secara singkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun
karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
24
maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang „rendah‟, kurang
menyenangkan. Selain itu juga ada yang memiliki nilai rasa „tinggi‟ atau yang
menyenangkan. Kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini lazim disebut
peyoratif, sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut amelioratif.
Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan perkembangan budaya
dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya peyoratif dan amelioratifnya
sebuah kata. Menurut Djajasudarma (2009: 83) makna kata dapat mengalami
perubhan akibat tanggapan pemakai bahasa. Perubahan tersebut cenderung ke hal-hal
yang menyenangkan atau ke hal-hal yang sebaliknya, tidak menyenangkan.
Dari beberapa pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa perubahan makna
yang dipengaruhi adanya perbedaan tanggapan dikarenakan adanya dua hal atau dua
pandangan di dalam kehidupan masyarakat, yang di masing-masing hal tersebut
mempunyai nilai rasa yang saling bertolakbelakang. Kedua nilai rasa tersebut yaitu
nilai rasa yang rendah atau hal yang kurang menyenangkan (peyoratif), dan nilai rasa
tinggi atau hal yang menyenangkan (amelioratif). Pandangan pemikiran masyarakat
satu ke masyarakat lain berbeda sehingga timbul perbedaan tanggapan anara ke arah
menyenangkan yaitu amelioratif, atau ke arah yang kurang menyenangkan yaitu
peyoratif. Contoh urutan kata cuci tangan yang dahulu dihubungkan dengan kegiatan
mencuci tangan setelah bekerja atau makan. Kini gabungan kata tersebut mempunyai
makna tidak bertanggung jawab di suatu persoalan atau tidak mau ikut campur karena
kegiatanya membahayakan diri sendiri.
g. Adanya Penyingkatan
Chaer (2009: 138) berpendapat bahwa dalam bahasa Indonesia ada sejumlah
kata atau ungkapan yang karena sering digunakan, maka tanpa diucapkan atau
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
25
dituliskan secara keseluruhan, orang akan mengerti maksudnya. Oleh karena itu,
kemudian orang lebih banyak menggunakan singkatanya saja daripada menggunakan
bentuk utuhnya. Contoh, dikatakan Ayahnya telah berpulang, tentu maknanya adalah
Ayahnya telah meninggal dunia atau berpulang ke Rahmatullah. Terdapat singkatan
lain misalnya dok yang berarti dokter, kep yang berarti kapten, serta bentuk akronim
seperti asdos atau asisten dosen, satpam untuk satuan pengamanan dan lain-lain.
Penyingkatan bukanlah suatu peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna
atau konsep itu tetap. Gejala penyingkatan ini terjadi pada perubahan bentuk makna
atau bentuk-benuk yang sudah dipendekan.
h. Pengembangan Istilah
(Chaer, 2009: 139) berpendapat bahwa salah satu upaya dalam pengembangan
atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakata bahasa
Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan
makna tersebut, meluaskan, maupun memberi arti baru sama sekali. Misalnya kata
papan yang semula bermakna lempengan kayu (besi) tipis, kini diangkat menjadi
istilah perumahan. Kata sandang yang semula bermakna selendang kini diangkat
menjadi istilah untuk makna pakaian. Contoh lain, perubahan makna sebagai akibat
usaha dalam pembentukan istilah seperti kata-kata canggih, gaya, tapak, paket,
menanyakan, menggalakan. Perubahan makna tersebut timbul sebagai akibat
perkembangan istilah dari zaman ke zaman yang terus berubah.
C. Surat Kabar Harian Suara Merdeka
Djuroto (2004: 11) berpendapat bahwa surat kabar adalah kumpulan berita,
artikel, cerita, iklan, dan sebagainya yang dicetak dalam lembaran kertas ukuran
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
26
plano, terbit secara teratur, biasa setiap hari atau seminggu satu kali. Unong Uchjana
Effendy (Effendy,1993: 241) juga mengemukakan pendapatnya bahwa surat kabar
merupakan lembaran tercetak yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja
di seluruh dunia untuk diketahui oleh pembaca. Menurut Komaruddin (2000: 258)
surat kabar merupakan suatu alat komunikasi tertulis yang berisi berita, tajuk rencana,
artikel, dan reportase, kadang-kadang disertai dengan tulisan hasil kesenian, gambar,
karikatur, surat pembaca, dan iklan.
Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa surat kabar
merupakan media masa yang memberikan informasi-informasi penting dimana
informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Melalui surat kabar,
masyarakat dapat mengetahui kabar-kabar atau informasi terkini di lokal maupun
mancanegara, tanpa harus melihat langsung di tempatnya. Surat kabar harian dalam
penelitian ini yaitu harian Suara Merdeka. Dalam satu bulan dapat terbit 26 hingga 27
kali, karena surat kabar tersebut tidak terbit pada setiap hari Minggu. Pendiri Harian
Suara Merdekaadalah H. Hetami. Harian Suara Merdekamerupakan surat kabar
harian baru yang terbit di Kota Semarang. Harian ini memiliki sirkulasi terbatas pada
area Jawa Tengah. Suara Merdeka merupakan surat kabar dengan pangsa pasar
terbesar di Jawa Tengah. Surat Kabar Suara Merdekadicetak oleh PT Mascom Graphy
di Semarang.
D. Wacana Berita
Kridalaksana (2011:231) berpendapat bahwa wacana adalah satuan bahasa
terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
27
terbesar. Stubbs (dalam Tarigan, 1993:25) menjelaskan bahwa wacana adalah
organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dengan perkataan lain unit-unit
linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti pertukaran-pertukaran
percakapan atau teks tertulis.
Menurut Romli (2009:3), berita (news) merupakan sajian utama sebuah media
massa di samping views (opini). Charnley (dalam Romli, 2009:5) berpendapat bahwa
berita adalah lampiran tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual,
penting, dan menarik bagi sebagaian besar pembaca. Menurut Nothclif (Romli, 2009:
4), berita pada unsur keanehan atai ketidaklaziman, sehingga mampu menarik
perhatian dan rasa ingin tahu.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa wacana berita
adalah satuan bahasa tertinggi dengan satuan gramatikal tinggi yang membawakan
suatu informasi dari peristiwa-peristiwa yang menarik untuk di baca. Wacana berita
memberikan informasi yang aktual dan sesuai fakta yang ada. Adapun contoh dari
wacana berita dapat dilihat pada media cetak seperti koran, majalah, dan lain-lain.
Tidak hanya media cetak, tetapi wacana berita sekarang merambah ke media
elektronik, seperti internet, Televisi, dan lain-lain. Wacana berita informasi yang
beragam dari berbagai bidang dan dari berbagai belahan dunia.
E. Peta Konsep
Skripsi berjudul Analisis Perubahan Makna dalam Berita Utama Surat Kabar
Harian Suara MerdekaEdisi Maret 2018 menekankan pada analisis semantik karena
banyaknya kata yang mengalami perubahan makna. Fenomena ini dapat mengubah
makna kata dari makna sebelumnya menjadi makna sekarang. Teori yang akan
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
28
digunakan untuk menganalisis data yaitu jenis perubahan makna dan faktor penyebab
perubahan makna. Jenis perubahan makna meliputi (1) meluas, (2) menyempit, (3)
total, (4) penghalusan, (5) pengasaran, (6) peninggian, (7) penurunan, (8) metafora,
(9) metonimi, (10) pertukaran, dan (11) persamaan. Faktor penyebab perubahan
makna yaitu (1) perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, (2) perkembangan
sosial dan budaya, (3) perbedaan bidang pemakaian, (4) adanya asosiasi, (5)
pertukaran tanggapan indra, (6) perbedaan tanggapan, (7) adanya penyingkatan, (8)
proses gramatikal, dan (9) pengembangan istilah. Berikut peneliti paparkan dalam
bentuk peta konsep:
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018
29
Bagan 1
Analisis Perubahan Makna Dalam Wacana Berita Halaman Pertama Surat Kabar Harian Suara Merdeka Edisi Maret 2018
Surat Kabar harian Suara Merdeka Semantik
1. Perubahan Makna Meluas (generalisasi)
2. Perubahan Makna Menyempit
3. Perubahan Total
4. Penghalusan
5. Pengasaran
6. Peninggian
7. Penurunan
8. Metafora
9. Metonimi
10. Pertukaran
11. Persamaan
Perubahan Makna
Pengertian Perubahan Makna
Jenis Perubahan Makna
Faktor Penyebab Perubahan Makna
1. Perkembangan dalam Bidang Ilmu dan
Teknologi
2. Perkembangan Sosial dan Budaya
3. Perbedaan Bidang Pemakaian
4. Adanya Asosiasi
5. Pertukaran Tanggapan Indra
6. Perbedaan Tanggapan
7. Adanya Penyingkatan
8. Proses Gramatikal
9. Pengembangan Istilah
Wacana Berita
Halaman Pertama Surat Kabar Harian
Suara Merdeka Edisi Maret 2018
29
Analisis Perubahan Makna... Rifanggi Ardianto Aji, FKIP UMP, 2018