36
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan menyajikan data kajian pustaka yang di antaranya adalah hakikat pendidikan, model pembelajaran PBL dan penerapan PBL dalam pembelajaran. A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Agama Islam Secara khusus Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang belum kepada kedewasaan dan perumusan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan, pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya, pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah maupun rohaniah. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi 1 , pendidikan Islam mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah”. Selanjutnya Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual dan sangat sadar akan nilai etis Islam. Adapun para ahli pendidikan Islam sudah sejak lama mencoba membuat rumusan definisi mengenai pendidikan Islam, diantaranya: 1 An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988)

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

  • Upload
    lythuan

  • View
    228

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan menyajikan data kajian pustaka yang di antaranya adalah hakikat

pendidikan, model pembelajaran PBL dan penerapan PBL dalam pembelajaran.

A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan Agama Islam

Secara khusus Pendidikan merupakan upaya manusia dewasa membimbing yang

belum kepada kedewasaan dan perumusan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan

secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Sedangkan, pendidikan dalam pengertian yang luas adalah meliputi perbuatan atau

semua usaha generasi tua untuk mengalihkan (melimpahkan) pengetahuannya,

pengalamannya, kecakapan serta keterampilannya kepada generasi muda, sebagai usaha

untuk menyiapkan mereka agar dapat memenuhi fungsi hidupnya, baik jasmaniah

maupun rohaniah.

Menurut Abdurrahman an-Nahlawi1, pendidikan Islam mengantarkan manusia

pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syariat Allah”. Selanjutnya

Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan

cara begitu rupa sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan, dan pendekatan

mereka terhadap segala jenis pengetahuan, mereka dipengaruhi sekali oleh nilai spritual

dan sangat sadar akan nilai etis Islam.

Adapun para ahli pendidikan Islam sudah sejak lama mencoba membuat

rumusan definisi mengenai pendidikan Islam, diantaranya:

1 An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

1. Omar Mohammad al-Toumy al-Saibany2, Pendidikan adalah usaha mengubah

tingkah laku individu manusia dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan

kemasyarakatannya dan dalam kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan

2. Abdul Fatah3, Pendidikan adalah proses yang mengarahkan manusia kepada

kehidupan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan

dasar dan kemampuan ajarnya.

3. Hasan Langgulung4, Pendidikan Islam adalah suatu proses spritual, akhlak,

intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya

nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan untuk

mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat.

Dengan demikian pendidikan Islam adalah segala upaya atau proses pendidikan

yang dilakukan untuk membimbing tingkah laku manusia baik individu maupun sosial

untuk mengarahkan potensi baik yang sesuai dengan fitrahnya melalui proses intelektual

dan spritual berlandaskan nilai Islam untuk mencapai kehidupan di dunia dan akhirat.

Dari pandangan ini, dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam bukan sekedar

“transfer of knowledge” ataupun “transfer of training”, tetapi lebih merupakan suatu

sistem yang ditata di atas pondasi “keimanan” dan “kesalehan”, yaitu suatu sistem yang

terkait secara langsung dengan Tuhan. Dengan demikian, dapat dikatakan pendidikan

Islam merupakan suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan

seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Maka sosok pendidikan Islam dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang

membawa manusia kearah kebahagian dunia dan akhirat melalui ilmu dan ibadah.

Karena pendidikan Islam membawa manusia untuk kebahagian dunia dan akhirat, maka

2 Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Thoumy, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulang Bintang, 1979) 3 Jalal, Abdul Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Ali. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988) 4 Langgulung, Hasan, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1992)

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

yang harus diperhatikan adalah “nilai-nilai Islam tentang manusia; hakekat dan sifat-

sifatnya, misi dan tujuan hidupnya di dunia ini dan akhirat nanti, hak dan kewajibannya

sebagai individu dan anggota masyarakat. Semua ini dapat kita jumpai dalam al-Qur'an

dan Hadits.

Jadi, dapat dikatakan bahwa “konsepsi pendidikan model Islam, tidak hanya

melihat pendidikan itu sebagai upaya “mencerdaskan” semata (pendidikan intelek,

kecerdasan), melainkan sejalan dengan konsep Islam tentang manusia dan hakekat

eksistensinya. Maka, pendidikan Islam sebagai suatu pranata sosial, juga sangat terkait

dengan pandangan Islam tentang hakekat keberadaan (eksistensi) manusia.

Oleh karena itu, pendidikan Islam juga berupaya untuk menumbuhkan

pemahaman dan kesadaran bahwa manusia itu sama di depan Allah dan perbedaanya

adalah terletak pada kadar ketaqwaan masing-masing manusia, sebagai bentuk perbedaan

secara kualitatif.

a. Istilah Pendidikan Dalam Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada tiga

pengertian yakni; al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut yang

populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah istilah al-tarbiyah.

Sedangkan dua istilah lainnya jarang sekali digunakan.

Kendatipun demikian dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki

kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara

tekstual maupun kontekstual. Berikut akan disampaikan sedikit uraian dan analisis

terhadap ketiga terma tersebut:

a) Al-Tarbiyah

Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini

memiliki banyak arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian

atau eksistensinya.

Dalam penjelasan lain, kata al-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu:

Pertama, rabba-yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang (QS. Ar-

Ruum/30 : 39). Kedua, rabiya-yarba berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu

berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan memelihara.

Kata rabb sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-Fatihah/1 : 2 (alhamdu

li Allahi rabb al-‘alamin) mempunyai kandungan makna yang berkonotasi dengan

istilah al-Tarbiyah. Sebab kata rabb (Tuhan) dan murabbi (pendidik) berasal dari

akar kata yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah adalah Pendidik Yang

Maha Agung bagi seluruh alam semesta.

Uraian di atas, secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan

Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai

“pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas,

pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-Tarbiyah terdiri atas

empat unsur pendekatan, yaitu: Memelihara dan menjaga fitrah anak menjelang

dewasa (baligh), mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan,

mengembangkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan dan melaksanakan

pendidikan secara bertahap.

Penggunaan kata al-Tarbiyah untuk menunjuk makna pendidikan Islam

dapat dipahami dengan merujuk salah satu firman Allah dalam surah Al-Israa

ayat 24 yang artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan

penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,

sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.

b) Istilah al-Ta’lim

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan

pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding

dengan al-Tarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha, misalnya mengartikan al-

Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu

tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.

Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada ayat yang artinya:

Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah

mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami

kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-

Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-

Baqarah : 151).

Kalimat wa yu’allimu hum al-kitab wa al-hikmah dalam ayat tersebut

menjelaskan tentang aktivitas Rasulullah Saw mengajarkan tilawat al-Quran

kepada kaum Muslimin. Menurut Abdul Fattah Jalal, apa yang dilakukan Rasul

bukan hanya sekedar membuat umat Islam bisa membaca, melainkan membawa

kaum Muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (pensucian diri) dari

segala kotoran, sehingga memungkinkannya menerima al-hikmah serta

mempelajari segala yang bermanfaat untuk diketahui.

Oleh karena itu, makna al-Ta’lim tidak hanya terbatas pada pengetahuan

lahiriah, akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan,

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan, perintah untuk

melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku.

Kecenderungan Abdul Fattah Jalal sebagaimana dikemukakan di atas,

didasarkan pada argumentasi bahwa manusia pertama yang mendapat pengajaran

langsung dari Allah adalah Nabi Adam as. Hal ini secara eksplisit disinyalir

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

dalam Q.S Al Baqarah/2: 31. Pada ayat tersebut dijelaskan, bahwa penggunaan

kata ‘allama untuk memberikan pengajaran kepada Adam as memiliki nilai lebih

yang sama sekali tidak dimiliki para malaikat. Dalam argumentasi yang agak

berbeda, istilah al-ilmu (sepadan dengan al-ta’lim) dalam Al Quran tidak terbatas

hanya berarti ilmu saja. Lebih jauh kata tersebut dapat diartikan ilmu dan amal.

c) Istilah al-ta’dib

Menurut al-Attas5, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan

pendidikan Islam adalah al-ta’dib. Konsepsi ini didasarkan kepada hadist Nabi

yang artinya: “Tuhan telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”.

(HR. al-‘Askary dari Ali r.a). Hadits di atas menggunakan kata addaba yang

dimaknai oleh al-Attas sebagai “mendidik”.

Selanjutnya ia mengemukakan, bahwa hadits tersebut bisa dimaknai

kepada Tuhanku telah membuatku mengenali dan membuatku dengan adab yang

dilakukan secara berangsur-angsur ditanamkan-Nya ke dalam diriku, tempat-

tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam penciptaan, sehingga hal itu

membimbingku ke arah pengakuan dan pengenalan tempat-Nya yang tepat di

dalam tatanan wujud dan kepribadian, serta sebagai akibatnya Ia telah membuat

pendidikanku yang paling baik.

Berdasarkan batasan tersebut, maka al-ta’dib berarti pengenalan dan

pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia

tentang tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.

Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah

pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan

kepribadiaannya.

5 Al-Attas, Muhammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, Terj. Haidar Bagir. (Bandung: Mizan, 1994)

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung

secara kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan

fungsi yang harus diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas

dan fungsi pendidikan memiliki sasaran agar manusia senantiasa tumbuh dan

berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya6.

Dari berbagai istilah di atas, dapat diambil suatu benang merah bahwa

Pendidikan dalam perspektif Islam sangat penting agar manusia senantiasa

berjalan ke arah kebaikan dan terhindar dari kejahatan atau keburukan. Allah

mengungkapkan dalam firman-Nya surah As-Syam ayat 7-8 yang artinya: Dan

jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada

jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.

b. Hakikat Pendidikan Islam

Kalangan ahli pendidikan berpendapat, secara pedagogis manusia dapat

disebut sebagai homo-educandum, makhluk yang dapat dididik. Melalui pendidikan

inilah manusia dapat dibentuk, dirubah dan dikembangkan kearah yang lebih baik.

Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia yang sebenarnya. Pendidikan

seyogyanya berusaha untuk mengembangkan potensi manusia secara baik dan benar,

yaitu sesuai dengan fitrahnya. Fitrah manusia sebagai homo divinans (makhluk ber

Tuhan) dan makhluk religius (makhluk beragama)7.

Fitrah manusia sebagai makhluk beragama sudah diisyaratkan oleh Allah Swt

melalui firman-Nya dalam Al Quran surah al-A’raf ayat 172: yang artinya: Dan

(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): 6 Achwan, Roihan, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan 7 An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam. (Bandung: CV. Diponegoro, 1988)

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

“Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami),

Kami menjadi saksi”. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu

tidak mengatakan: “Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang

lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.

Ayat di atas membuktikan, bahwa Allah mengikat janji kepada manusia agar

mengakui Allah ini sebagai illahnya atau sesembahannya, serta telah membuat

perjanjian kesaksian (amanat) dengan manusia agar berlaku adil dan baik hati.

Meskipun manusia sudah memiliki fitrah beragama, namun manusia tetap

memerlukan pendidikan dari lingkungannya, baik lingkungan keluarga (orang tua),

guru maupun masyarakat.

Tanpa adanya pendidikan dikhawatirkan fitrah beragama sebagai sifat bawaan

manusia akan berjalan liar atau tidak sesuai dengan tujuan Allah menciptakan

manusia. Sebagaimana yang terungkap dalam firman-Nya dalam Al Quran surah Adz-

Dzariyaat ayat 56: yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Manusia dibekali oleh Allah potensi berupa akal dan hati nurani. Melalui akal

dan hati nurani inilah yang bisa mengukur kadar baik dan buruk sesuatu hal.

Landasannya adalah ajaran agama, sebab tolok ukur perbuatan baik dan buruk yang

sebenarnya adalah bersumber dari ajaran agama yang diajarkan Allah kepada

manusia. Apa yang dikatakan baik oleh Allah itulah kebaikan yang sesungguhnya,

begitu pula sebaliknya.

Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada umat

manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Islam

mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan karena dalam

perspektif Islam, pendidikan juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang mutlak

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

harus dipenuhi demi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan dunia dan akhirat8.

Dengan pendidikan itu pula manusia akan mendapatkan berbagai macam ilmu

pengetahuan untuk bekal kehidupannya.

Allah berfirman dalam surat Yasin ayat 36 yang artinya: Maha suci Tuhan

yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang

ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka

ketahui. Seandainya tidak difirmankan “dari apa yang tidak mereka ketahui” tentu

saja akal dan ilmu pengetahuan manusia akan berhenti sebatas “yang diketahuinya

saja”.

Dengan adanya ayat ini, maka manusia menjadi sadar bahwa di samping hal-

hal “yang diketahuinya” juga ada masalah lain “yang tidak diketahuinya”. Dengan

demikian segala upaya yang timbul dari akal manusia pasti membenarkan ayat ini

karena merupakan salah satu bukti bahwa Al Quran mengandung ilmu pengetahuan.

Surah yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw

menekankan perlunya orang belajar baca tulis dan ilmu pengetahuan. Sebagaimana

firman Allah dalam surah al Alaq ayat 1-5 yang artinya: Bacalah dengan (menyebut)

nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia)

dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.

Dari ayat di atas jelaslah bahwa agama Islam mendorong umatnya agar

menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan dilanjutkan dengan

belajar berbagai macam ilmu pengetahuan.

Islam selain menekankan kepada umatnya untuk belajar juga menyuruh untuk 8 Abdullah, Abdurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Cet.III. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005)

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

mengajarkan ilmunya kepada orang lain. Jadi Islam mewajibkan umatnya untuk

belajar dan mengajar. Melakukan proses belajar dan mengajar adalah bersifat

manusiawi, yakni sesuai dengan harkat kemanusiaannya dalam kontek manusia

sebagai makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik.

Bahkan banyak ayat Al Quran dan Hadits yang menjelaskan hal tersebut,

antara lain: Surah At Taubah ayat 122 yang artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin

itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang

agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya9.

Surah Az-Zumar ayat 9 yang artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang

lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud

dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat

Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-

orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat

menerima pelajaran.

Adapun Surat Al-Mujaadilah ayat 11 yang artinya: Hai orang-orang beriman

apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila

dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Selain itu Rasulullah Saw juga bersabda yang artinya: “Belajarlah dan kemudian

9 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II. (Jakarta: Ciputat Press, 2005)

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

ajarkanlah kepada orang-orang lain, serta rendahkanlah dirimu kepada guru-gurumu

serta berlaku lemah lembutlah kepada murid-muridmu”. (HR. Thabrani).

Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang jelas

tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah manusia

yang condong kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat memfungsikan

dirinya sebagai hamba yang siap menjalankan risalah yang dibebankan kepadanya

sebagai khalifah dimuka bumi, sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya yang

artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya

aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa

Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat

kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih

dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya

aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah : 30)10

Selanjutnya Allah berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami telah

mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya

enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan

dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat

bodoh. (QS. Al-Ahzab : 72)

Oleh karena itu pendidikan berarti merupakan suatu proses membina seluruh

potensi manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertaqwa, berfikir dan berkarya,

sehat, kuat dan berketerampilan tinggi untuk kemaslahatan diri dan lingkungannya.

Pendidikan diharapkan tidak hanya fokus pada masalah intelektual tetapi juga

emosional dan spritual.

10 Al-Qurthuby, Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary, Tafsir al-Qurthuby, Juz I. (Kairo: Dar al-Sya’biy, tt)

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Walaupun kecerdasan intelektual (IQ) memiliki kedudukan dan posisi yang

sangat penting, akan tetapi tanpa kehadiran kecerdasan emosional (EQ) dan

kecerdasan spritual (SQ) yang merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan

perasaan yang bersumber pada hati, tidak akan optimal dan bermakna.11 Banyak

orang berusaha untuk merubah dunia, tetapi sedikit sekali orang terlebih dahulu

berusaha merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik dan shaleh. Orang sukses

sejati adalah orang yang terus menerus berusaha membersihkan hati.

Hakikat Pendidikan Islam bagi Pengembangan Pendidikan di Indonesia diakui

atau tidak, kualitas kepribadian anak didik kita belakangan ini kian memprihatinkan.

Maraknya tawuran antar remaja di berbagai kota ditambah dengan sejumlah perilaku

mereka yang cenderung anarkis, meningkatnya penyalahgunaan narkoba, dan

suburnya pergaulan bebas di kalangan mereka adalah bukti bahwa pendidikan kita

telah gagal membentuk akhlak anak didik. Pendidikan kita selama ini memang telah

melahirkan alumnus yang menguasai sains-teknologi melalui pendidikan formal yang

diikutinya.

Akan tetapi, pendidikan yang ada tidak berhasil menanamkan nilai-nilai

kebajikan. Kita lihat berapa banyak lulusan pendidikan memiliki kepribadian yang

justru merusak diri mereka. Tampak dunia pendidikan di Indonesia masih dipenuhi

kemunafikan karena yang dikejar hanya gelar dan angka. Bukan hal mendasar yang

membawa peserta didik pada kesadaran penuh untuk mencari ilmu pengetahuan

dalam menjalani realitas kehidupan.

Pendidikan semacam itu tidak terjadi di negeri ini sebab orientasinya semata-

mata sebagai sarana mencari kerja. Kenyataannya yang dianggap sukses dalam

pendidikan adalah mereka yang dengan sertifikat kelulusannya berhasil menduduki 11 Karim, M. Rusli, Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Citra dan Fakta, Editor : Muslih Usa, Cet. Pertama (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991)

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

posisi pekerjaan yang menjanjikan gaji tinggi. sementara nilai-nilai akhlak dan budi

pekerti menjadi `barang langka’ bagi dunia pendidikan12.

Melihat fenomena di atas, pendidikan Islam berupaya untuk menumbuhkan

pemahaman dan kesadaran pada diri manusia, maka sangat urgen sekali untuk

memperhatikan konsep atau pandangan Islam tentang manusia sebagai makhluk yang

diproses kearah kebahagiaan dunia dan akhirat, maka pandangan Islam tentang

manusia antara lain:

Pertama, konsep Islam tentang manusia, khsusunya anak, sebagai subyek didik, yaitu

sesuai dengan Hadits Rasulullah, bahwa “anak manusia” dilahirkan dalam fitrah atau

dengan “potensi” tertentu. Dalam al-Qur'an, dikatakan “tegakkan dirimu pada agama

dengan tulus dan mantap, agama yang cocok dengan fitrah manusia yang digariskan

oleh Allah. Tak ada perubahan pada ketetapan-Nya. (ar-Rum : 3013).

Dengan demikian, manusia pada mulanya dilahirkan dengan “membawa

potensi” yang perlu dikembangkan dalam dan oleh lingkungannya. Pandangan ini,

“berbeda dengan teori tabularasa yang menganggap anak menerima “secara pasif”

pengaruh lingkungannya, sedangkan konsep fitrah mengandung “potensi bawaan”

aktif (innate patentials, innate tendencies) yang telah di berikan kepada setiap manusia

oleh Allah.

Bahkan dalam al-Quran, sebenarnya sebelum manusia dilahirkan telah

mengadakan “transaksi” atau “perjanjian” dengan Allah yaitu mengakui keesaan

Tuhan,14 firman Allah surat al-A’raf : 172, "Ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan

keturunan Adam dari sulbi mereka dan menyuruh agar mereka bersaksi atas diri

12 Muhadjir, Noeng, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Suatu Teori Pendidikan, Edisi IV, Cet. I. (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1987) 13 Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir al-Quran al-Hakim; Tafisr al-Manar, Juz VII. (Beirut: Dar al-Fikr, tt) 14 Achwan, Roihan, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi Mursi, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Volume 1, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1991)

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

sendiri; "Bukankah Aku Tuhanmu?" firman Allah. Mereka menjawab; "ya kami

bersaksi" yang demikian agar kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak, "kami tidak

mengetahui hal ini”.

Apabila kita memperhatikan ayat ini, memberi gambaran bahwa setiap anak

yang lahir telah membawa “potensi keimanan” terhadap Allah atau disebut dengan

“tauhid”. Sedangakan potensi bawaan yang lain misalnya potensi fisik dan intelegensi

atau kecerdasan akal dengan segala kemungkinan dan keterbatasannya.

Selain itu, dalam al-Qur'an banyak dijumpai ayat-ayat yang menggambarkan

sifat-sifat hakiki manusia yang mempunyai implikasi baik terhadap tujuan maupun

cara pengarahan perkembangannya. Misalnya saja: tentang tanggung jawab, bahwa

manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi juga potensi untuk bertanggung jawab atas

perbuatannya dan sesuai dengan tingkat kemampuan daya pikul seseorang menurut

kodrat atau fitrah-nya (pada al-Mu’minun:115 dan al-Baqarah: 286).

Selain itu juga manusia pada hakikat dan menurut kejadiannya bersedia dan

sanggup memikul amanah (pada al-Ahzab : 72). Di samping itu, hal yang juga penting

implikasinya bagi pendidikan adalah tanggung jawab yang ada pada manusia bersifat

pribadi, artinya tidaklah seseorang dapat memikul beban orang lain, beban itu dipikul

sendiri tanpa melibatkan orang lain (pada Faathir:18). Sifat lain yang ada pada

manusia adalah manusia diberi oleh Allah kemampuan al-bayan (fasih perkataan -

kesadaran nurani) yaitu daya untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya melalui

kemampuan berkomunikasi dengan bahasa yang baik (pada ar-Rahman:3-4).

Pada hadits Rasulullah, "barang siapa ingin mencapai kebahagian dunia harus

ditempuh dengan ilmu dan barang siapa yang mencari kebahagiaan akhirat juga harus

dengan ilmu, dan barang siapa yang mencari keduanya juga harus dengan ilmu”. Dari

pandangan ini, dapat dikatakan bahwa tugas dan fungsi pendidikan adalah

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

mengarahkan dengan sengaja segala potensi yang ada pada seseorang seoptimal

mungkin sehingga ia berkembang menjadi seorang muslim yang baik.

Kedua, peranan pendidikan atau pengarah perkembangan. Potensi manusia

yang dibawah sejak dari lahir itu bukan hanya bisa dikembangkan dalam lingkungan

tetapi juga hanya bisa berkembang secara terarah bila dengan bantuan orang lain atau

pendidik. Dengan demikian, tugas pendidik mengarahkan segala potensi subyek didik

seoptimal mungkin agar ia dapat memikul amanah dan tanggung jawabnya baik

sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, sesuai dengan profil manusia

Muslim yang baik.

Ketiga, profil manusia Muslim. Profil dasar seorang Muslim yang baik adalah

ketaqwaan kepada Allah. Dengan demikian, perkembangan anak haruslah secara

sengaja diarahkan kepada pembentukan ketaqwaan.

Keempat, metodologi pendidikan. Metodologi diartikan sebagai prinsip-prinsip yang

mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seseorang, khususnya pada proses

belajar-mengajar. Maka, pandangan bahwa seseorang dilahirkan dengan potensi

bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dalam

lingkungannya, mempunyai implikasi bahwa proses belajar-mengajar harus

didasarkan pada prinsip belajar siswa aktif (student active learning).

Jadi, dari pandangan di atas, pendidikan menurut Islam didasarkan pada

asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu dengan membawa

“potensi bawaan” seperti potensi “keimanan”, potensi untuk memikul amanah dan

tanggung jawab, potensi kecerdasan, potensi fisik. Karena dengan potensi ini,

manusia mampu berkembang secara aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan

dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sengaja agar menjadi manusia muslim

yang mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada Allah.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah [Problem Based Learning (PBL)]

Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah

tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah15. PBL atau

pembelajaran berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata

lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali

penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi

pembelajaran.

Teori pembelajaran adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang

telah diuji kebenarannya melalui pendekatan ilmiah (behavioristik, kognitivistik,

konstruktivistik, perilaku sosial/social behavior). Disain pembelajaran adalah upaya

untuk merencanakan dan menyusun, melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai

hasil pembelajaran secara sistematis.

Pendekatan pembelajaran adalah muatan-muatan etis-paedagogis yang menyertai

kegiatan proses pembelajaran yang berisi religius/spiritual, Rasional/intelektual,

Emosional, Fungsional, Keteladanan, Pembiasaan, dan Pengalaman. Strategi

15 Kamdi, Waras, dkk. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Malang: UM Press, hal.77

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang digunakan secara sistematis & prosedural

dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Contoh : contextual teaching-learning, Quantum teaching-learning, Active learning,

Mastery learning, Discovery-inquiry learning, cooperative Learning.

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil belajar

yang berbeda dalam kondisi yang berbeda berdasarkan kompetensi pembelajaran yang

telah ditetapkan ( Ceramah, tanya jawab, diskusi, dll ). Model pembelajaran kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran (dick & carey, weils, benety,

dll)

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah merupakan

salah satu dari model pembelajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual.

Nurhadi mengatakan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model

pembelajaran yang meng-gunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa

untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran16.

Secara garis besar PBL terdiri atas menyajikan kepada siswa situasi masalah yang

otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan mereka untuk melakukan

penyelidikan dan inkuiri. PBL digunakan untuk merancang kemampuan berpikir tingkat

tinggi siswa dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya bagaimana siswa

belajar.

Berdasarkan dua penjelasan di atas diketahui bahwa pembelajaran dengan model

PBL diawali dengan penyajian suatu masalah yang ada dalam kehidupan sekitar (nyata)

16 Nurhadi dan Senduk, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK Malang.

Malang: Universitas Negeri Malang, hal. 56

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa dan ikut terlibat aktif dalam pembelajaran

dalam pemecahan masalah tersebut melalui suatu penyelidikan. Penyajian masalah yang

sesuai dengan situasi nyata memotivasi siswa untuk memecahkan masalah sehingga PBL

diterapkan untuk mengembangkan pembelajaran yang berfokus pada siswa (student

centered).

Delisle mengemukakan sebagai berikut:

Students make a greater attempt to understand and remember when they see connections between the material they study and their own lives. Students constantly ask why they need to study a subject or what use the information will be to them. PBL answers these questions by placing learning in the context of real life. Students acquire new knowledge or skills to solve a problem or complete a task that is highly relevant to their lives. Problem-based learning deals with problems that are as close to reallife situations as possible.17 Menurut Delisle, timbul rasa ingin mencoba yang besar saat siswa dihadapkan

dengan materi masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Rasa ingin tahu tersebut

membuat siswa bertanya, mencari informasi kemudian mengingatnya dan memahami

masalah tersebut untuk mendapatkan penyelesaian. PBL merupakan model pembelajaran

dengan belajar menggunakan konteks kehidupan nyata. Siswa akan mendapatkan

pengetahuan baru dari masalah yang muncul dari kehidupannya.

PBL memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut.

1. Belajar dimulai dengan suatu masalah,

2. Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa,

3. Mengorganisasikan di seputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu,

4. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan

menjalankan proses belajar mereka sendiri,

5. Menggunakan kelompok kecil, dan

17 Delisle, Robert. 1997. How To Use Problem Based Learning In The Classroom. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development, Hal. 08

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

6. Mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau

kinerja18.

Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL

dimulai oleh adanya masalah yang dalam hal ini dapat dimunculkan oleh siswa ataupun

guru, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah

ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memcahkan masalah tersebut. Siswa

dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka

terdorong berperan aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa

melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang

beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping

pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat

hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,

menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan

membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan

pengalaman yang kaya pada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat

meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan

mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

PBL merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja

teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang

dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan

masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu,

siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi

pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan

18 Kamdi, Waras, dkk. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Malang: UM Press,hal. 76-78

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan

pola berpikir kritis.

PBL dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa. PBL dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan

kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual yakni belajar

tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata

atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. 19

Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah apalagi kalau masalah

tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidak seimbangan kognitif pada diri

siswa.20 Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-

macam pertanyaan di sekitar masalah seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “mengapa

bisa terjadi…”, “bagaimana mengetahuinya…” dan seterusnya. Bila pertanyaan-

pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri siswa maka motivasi intrinsik siswa untuk

belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai fasilitator

untuk mengarahkan siswa tentang “konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan

masalah”, “apa yang harus dilakukan” atau “bagaimana melakukannya” dan seterusnya.

Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBL dalam pembelajaran

dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri. Pengalaman ini

sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan

pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menarik kesimpulan bahwa PBL sebaiknya

digunakan dalam pembelajaran karena dengan PBL akan terjadi pembelajaran yang

bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah akan membuat mereka

19 Nurhadi dan Senduk, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK Malang.

Malang: Universitas Negeri Malang, hal. 57 20 Baden, Maggie Savin and Claire. 2004. Foundation Of Problem Based Learning. New York: Great Britain

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang

diperlukannya.

Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin

bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep

tersebut diterapkan. Selain itu melalui PBL ini siswa dapat mengintegrasikan

pengetahuan dan ketrampilan secara berkesinambungan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan.

Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan aplikasi suatu konsep atau teori

yang mereka temukan selama pembelajaran berlangsung. PBL juga dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal

untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja

kelompok.

Wayan dalam Kamdi mengemukakan bahwa PBL sebaiknya digunakan dalam

pembelajaran karena:21

1. dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan

masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha

mengetahui pengetahuan yang diperlukan,

2. dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara

simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan,

3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa

dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan

interpersonal dalam bekerja kelompok.

Kutipan ini menerangkan dengan jelas bahwa siswa akan mendapatkan pelajaran

yang lebih bermakna saat mereka berhadapan dengan suatu permasalahan nyata.

21 Kamdi, Waras, dkk. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Malang: UM Press, hal. 79

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Permasalahan tersebut diselesaikan berdasarkan pemahaman konsep yang dibangun,

sehingga mereka tidak hanya belajar teori yang tidak nyata dan belum dipahami.

Pembelajaran dengan menggunakan model PBL ini sangat cocok diterapkan

dalam proses belajar PAI, karena model PBL berusaha membantu siswa menjadi

pembelajar yang mandiri dan otonom dengan menggunakan konteks nyata yang sering

dijumpai. Bimbingan guru yang berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa

untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka

sendiri. Seperti pendapat yang diajukan oleh John Dewey bahwa siswa sebaiknya

didorong untuk terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan membantu

mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial.

Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk menemukan pemecahan

masalah yang disajikan, kemudian dianalisis dan dicari informasi sebanyak-banyaknya

sehingga didapatkan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada. Siswa diharapkan

menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran

PAI dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya, sehingga dapat mengembangkan

keterampilan intelektual dan dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.

C. Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan metode pembelajaran yang

menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru. Seperti halnya CL, metode ini juga berfokus pada

keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan

materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional.

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan

mereka secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari

teori melalui praktek. Peserta didik bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu

menganalisis data.

Boud dan Felleti dalam Delisle menyatakan bahwa “Problem Based Learning is

a way of constructing and teaching course using problem as a stimulus and focus on

student activity”22. PBL adalah sebuah metode pembelajaran yang didasarkan pada

prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan

atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan demikian, masalah yang ada

digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong

keilmuannya.

PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan

masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk

mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka

punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk

pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil

merupakan poin utama dalam penerapan PBL.

Tidak selamanya proses belajar dengan metode PBL berjalan dengan lancar. Ada

beberapa hambatan yang dapat muncul. Yang paling sering terjadi adalah kurang

terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar

masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.

Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBM terkadang membutuhkan

waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi

22 Delisle, Robert. 1997. How To Use Problem Based Learning In The Classroom. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan

beban kurikulum.

Berikut langkah-langkah PBM. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi

permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa. Siswa terstimulus untuk berusaha

menyelesaikan permasalahan di lapangan. Siswa mengorganisasikan apa yang telah

mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba mengidentifikasi hal-hal terkait.

Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak

mereka pahami. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang

dianggap penting. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan. Pada awal sesi ini

siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh. Siswa menguji

validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya. Siswa berlatih mentransfer

pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.

Dengan menggunakan pendekatan PBL ini, siswa akan bekerja secara kooperatif

dalam kumpulan untuk menyelesaikan masalah sebenarnya dan yang paling penting

membina kemahiran untuk menjadi siswa yang belajar secara sendiri.23 Siswa akan

membina kemampuan berpikir secara kritis secara kontinu berkaitan dengan ide yang

dihasilkan serta yang akan dilakukan. Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBL ini,

Trianto telah menggariskan beberapa ciri-ciri utama seperti berikut:24

1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.

2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan

dihadapi oleh siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.

23 Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar

Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: penerbit MLC 24 Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Interaktif Berorientasi Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun

berdasarkan masalah.

4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.

5. Siswa aktif dengan proses bersama.

6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.

7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.

8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.

9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

D. Penerapan PBL Dalam Praktek Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah pendekatan

pengajaran yang memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata (terbuka) secara individu maupun kelompok. Berpikir

menggunakan aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah,

membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami, mencari jawaban

sebagai sebuah pencapaian makna.25

PBL memberi kesempatan pada siswa untuk bertanggung jawab pada proses

pembelajaran mandiri sekaligus mengembangkan keterampilan berpikir dan ketrampilan

evaluasi melalui analisa permasalahan kehidupan nyata. Model pembelajaran ini baik

diterapkan pada mata pelajaran PAI karena siswa tidak hanya mendapatkan konsep

namun mereka mendapatkan pengalaman dari penyelidikan yang dilakukan. Sesuai

pendapat yang dikemukakan oleh Barr dan Tagg (1995) dalam Baden bahwa pengetahuan

25 Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching And Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar

Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: penerbit MLC, hal. 187

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

akan tetap berada pada pikiran seseorang, jika pengetahuan yang didapatkan diperoleh

dari pengalaman yang telah disusun dan diciptakannya26.

Berdasarkan pendapat para ahli PBL di atas, pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman akan tetap diingat siswa. Pengetahuan tersebut berasal dari peristiwa atau

masalah yang memerlukan penyelesaian. Penyelidikan dilakukan untuk memperoleh

penyelesaian, dengan menyusun bagian-bagian menjadi sebuah kesatuan sehingga

diciptakan sebuah pengetahuan baru bagi siswa atau sebagai bukti dari pengetahuan yang

telah dimiliki oleh siswa.

Ada beberapa langkah cara menerapkan PBL dalam pembelajaran27. Secara umum

penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari

pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga

diberikan oleh guru. Siswa akan memusatkan perhatiannya di sekitar masalah tersebut.

Dengan begitu siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah

yang menjadi pusat perhatiannya.

Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode

ilmiah. Dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah secara sistematis dan

terencana. Oleh sebab itu, penggunaan PBL dapat memberikan pengalaman belajar

melakukaan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa. Adapun langkah-langkah

pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL ada delapan tahapan yaitu:28 (1)

identifikasi masalah, (2) mengum-pulkan data, (3) analisis data, (4) pemecahan masalah

berdasarkan analisis data, (5) memilih cara pemecahan masalah, (6) merencanakan

26 Baden, Maggie Savin and Claire. 2004. Foundation Of Problem Based Learning. New York: Great

Britain,hal.82 27 Delisle, Robert. 1997. How To Use Problem Based Learning In The Classroom. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development 28 Sudarman, 2007, Problem Based Learning, Suatu Metode Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan

Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, Samarinda, Jurnal Pendidikan Inovatif Vol 2 No. 2. Universitas Samarinda.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

penerapan pemecahan masalah, (7) ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan (8)

melakukan tindakan untuk pemecahan masalah. Dalam proses pemecahan masalah sehari-

hari, seluruh tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula ketrampilan

seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut.

Langkah mengidentifkasi masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam

PBL. Pemilihan masalah yang tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang

mencirikan kerja ilmiah seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya,

pemilihan masalah yang kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi

pembelajaran, atau suatu masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa

dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Oleh sebab itu, sangat penting adanya pendampingan oleh guru pada tahap ini.

Walaupun guru tidak melakukan intervensi terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan

melalui pertanyaan-pertanyaan agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap

masalah yang dipilih. Dalam hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator agar

pembelajaran tetap pada bingkai yang direncanakannya29.

Selain guru sebagai fasilitator, guru hendaknya juga menyadari arti penting suatu

pertanyaan dalam PBL. Pertanyaan hendaknya berbasis “Why” bukan sekedar “How”.

Oleh karena itu, setiap tahap dalam pemecahan masalah, ketrampilan siswa dalam tahap

tersebut hendaknya tidak semata-mata ketrampilan “How”, tetapi kemampuan

menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi. Tahapan dalam

proses pemecahan masalah digunakan sebagai kerangka atau panduan dalam proses

belajar melalui PBL. Para pengembang pembelajaran berbasis masalah telah

mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.:30

29 Sulistio, Faizin, 2008, Problem Based Learning Dan Alternatif Pembelajaran Problem Based Learning

dalam, Makalah disajikan dalam Workshop on teaching Grant-TPSDP LP3 Unibraw, 25-26 Januari 2006. 30 Baden, Maggie Savin and Claire. 2004. Foundation Of Problem Based Learning. New York: Great Britain

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

1. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah,

bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan

tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar

pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi

bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk

menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi

untuk situasi itu.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun PBL mungkin berpusat pada mata

pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya,

siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan

pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

Mereka harus menganalsis dan mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis

dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan

4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. PBL menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan

yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.

Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer.

Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain

tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar

terhadap laporan tradisional atau makalah.

5. Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang

bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok

Page 29: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam

tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog

dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

PBL biasanya terdiri dari lima tahapan utama yang dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan

analisis hasil kerja siswa31. Tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah atau PBL

dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Tahapan PBL Tahapan Tingkah laku guru

Tahap 1: Orientasi siswa kepada masalah

Guru mejnjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan mencari penjelasan dan pemecahan masalahnya.

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

31 Nurhadi dan Senduk, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK Malang.

Malang: Universitas Negeri Malang, hal. 59

Page 30: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

(Sumber: Nurhadi, 2004:60) E. Kemampuan Berpikir Kritis

Menurut Nurhadi berpikir adalah kemampuan untuk menganalisis, mengkritik,

dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang saksama.

Selain itu berpikir adalah proses secara simbolik menyatakan (melalui bahasa) obyek

nyata dan kejadian-kejadian serta penggunaan pernyataan simbolik untuk menentukan

prinsip-prinsip esensial tentang objek dan kejadian tersebut.

Resnik dalam Nurhadi menjelaskan bahwa berpikir tingkat tinggi cenderung

komplek, menghasilkan banyak solusi, melibatkan pencarian makna, dan terdapat

pengerahan mental besar-besaran saat melakukan berbagai jenis pertimbangan yang

dibutuhkan32. Jadi berpikir merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang untuk

menganalisis kejadian nyata, mencari penyelesaiannya dan menyimpulkan berdasarkan

informasi yang tepat.

Bloom dan kawan-kawannya mengklasifikasikan tujuan-tujuan pengajaran (tujuan

instruksional) menjadi tiga ranah atau bidang yaitu

1. Ranah kognitif bersangkutan dengan daya pikir, pengetahuan atau penalaran.

2. Ranah afektif bersangkutan dengan perasaan.

3. Ranah psikomotorik terutama bersangkutan dengan keterampilan fisik, keterampilan

motorik, atau keterampilan tangan.

Berdasarkan Taksonomi Bloom terdapat enam jenjang kognitif yang berurutan,

mulai dari jenjang rendah meningkat ke jenjang yang lebih tinggi. Jenjang yang lebih

tinggi dapat dicapai apabila jenjang yang lebih rendah telah dikuasai sebelumnya. 32 Nurhadi dan Senduk, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK Malang.

Malang: Universitas Negeri Malang, hal. 58

Page 31: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Menurut Taksonomi Bloom yang diperbaiki oleh Anderson dan Krathwohl, keenam

jenjang kognitif tersebut secara berurutan adalah mengingat, memahami dan menerapkan

disebut sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta disebut sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi. Terdapat

perbedaan pada tingkat kognitif antara Taksonomi Bloom Tahun 1956 dan Taksonomi

Bloom yang diperbaiki Anderson dan Krathwohl tahun 2001.

Perbedaan tersebut disajikan pada Gambar 2.1.

Bloom Tahun 1956

Anderson dan Krathwohl Tahun 2001

Gambar 2.1 Perbedaan Tingkatan Kognitif Taksonomi Bloom tahun 1956 dan Taksonomi Bloom

yang diperbaiki Anderson dan Krathwohl tahun 2001. (Leslie Owen Wilson. 2006).

Subiyanto menuturkan kemampuan menganalisis merupakan jenjang keempat

ranah kognitif. Analisis dapat diartikan sebagai pemecahan atau pemisahan (penguraian)

suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur penyusunnya, sehingga ide

Analisis

Penerapan

Evaluasi Sintesis

Pemahaman

Pengetahuan

Menganalisis

Menerapkan

Menciptakan Menilai

Memahami

Mengingat

Page 32: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

(pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas dan hubungan antara ide-ide menjadi

lebih eksplisit33.

Di tahap menganalisis siswa akan mampu mengolah konsep yang dimiliki dan

membagi-bagi atau menstrukturkan konsep ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungannya. Siswa mampu mengenali serta membedakan faktor

penyebab dan akibat dari suatu masalah yang rumit. Siswa dalam merespon pertanyaan

analisis membutuhkan waktu berpikir, sehingga pertanyaan tidak dapat dijawab tanpa

melalui proses berpikir mendalam.

Winkel mengemukakan bahwa evaluasi mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan

pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasarkan kriteria tertentu34. Sedangkan

menurut Subiyanto mengevaluasi bersangkutan dengan penentuan secara kuantitatif atau

kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk sesuatu maksud dengan memenuhi tolak

ukur tertentu. Kemampuan ini merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi kedua.

Pertanyaan yang mengacu pada tingkat berpikir evaluasi merupakan pertanyaan

yang menghendaki siswa menyusun, menentukan, dan memutuskan suatu jawaban

daripada hanya mengingat kembali. Mencipta merupakan kemampuan berpikir tingkat

tinggi ketiga di mana siswa sudah dapat menciptakan konsep-konsep baru. Kemampuan

mencipta mengembangkan unsur-unsur kedalam bentuk atau pola yang sebelumnya

kurang jelas hingga siswa mampu menjelaskannya sesuai dengan konsep yang mereka

miliki. Menciptakan dikenali dari kemampuan menggabungkan beberapa unsur menjadi

suatu bentuk kesatuan. Delisle menjelaskan:35

33 Subiyanto.1988. Evaluai Pendidikan Jakarta: DEPDIKBUD Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi,hal.51 34 Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana,hal.247 35 Delisle, Robert. 1997. How To Use Problem Based Learning In The Classroom. Alexandria: Association for

Supervision and Curriculum Development

Page 33: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Creating: Putting elements together to form a coheren or functional whole reorganizing elements into a new pattern or structure theough generating, plenning, or producing. Creating requires users to put parts together in a new way or synthesize parts into something new and different a new form or product. This process is the most difficult mental function in the new taxonomy.

Menurut Delisle menciptakan adalah meletakkan unsur-unsur bersama-sama

untuk membentuk suatu fungsional yang utuh atau padu; menyusun kembali unsur-

unsur ke dalam suatu struktur atau menggenerasi pola baru, merencanakan atau mem-

produksi. Menciptakan menghendaki pemakaian untuk membuat bagian secara baru

atau menyatukan bagian-bagian dalam suatu yang baru dan sesuatu produk berbeda

atau format baru.

Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa kemampuan mencipta

merupakan kemampuan di mana siswa mampu menyusun struktur baru dari berbagai

bagian. Kemampuan mencipta lebih banyak dihadapi siswa saat menyelesaikan

masalah di masyarakat. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dibutuhkan

kemampuan berpikir siswa yang meliputi kemampuan berpikir analisis, evaluasi dan

mencipta (creat) yang didasarkan pada perbaikan taksonomi Bloom.

F. Prestasi Belajar PAI

Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar. Prestasi diartikan sebagai

hasil yang dicapai, bila digabungkan prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan dalam

belajar. Usman menjelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa, yang

dilakukan melalui tes prestasi belajar yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang daya serap siswa, untuk menetapkan tingkat prestasi atau tingkat keberhasilan

belajar siswa terhadap suatu bahasan36.

36 Usman, Moh. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar: bahan kajian PKG, MGMP.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 9

Page 34: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

37Menurut Dimyati & Mudjiono, “Prestasi belajar merupakan suatu puncak proses

belajar, yang dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, keaktifan, prapengolahan,

pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkit pesan dan pengalaman”.

Dari pengertian tersebut maka prestasi belajar merupakan hasil dari suatu usaha, kemam-

puan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal dalam bidang pendidikan38.

Prestasi belajar banyak diartikan sebagai seberapa jauh hasil yang telah dicapai

siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau materi pelajaran yang diterima dalam jangka

waktu tertentu. Prestasi belajar pada umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf

sehingga dapat dibandingkan dengan satu criteria. Prestasi belajar kemampuan seorang

dalam pencapaian berfikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki tiga aspek, yaitu

kognitif, affektif dan psikomotor.

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam

pendidikan baik yang dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar dari siswa adalah

hasil yang telah dicapai oleh siswa yang didapat dari proses pembelajaran. Prestasi belajar

adalah hasil pencapaian maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu

terhadap sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, difahami dan diterapkan.

Bloom, dkk dalam Subiyanto mengklasifikasikan tujuan pembelajaran mencakup

tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam penelitian ini prestasi

belajar PAI merupakan hasil aspek kognitif yang dinyatakan dalam nilai atau skor, setelah

siswa mengikuti pembelajaran PAI.

Sesuai dengan taksonomi Bloom (dalam kamdi), aspek kognitif dapat di

deskripsikan dalam enam tingkatan yaitu:39

37 Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Rineka Cipta, hal 26 38 Ibid. 39 Kamdi, Waras, dkk. 2007. Model-model pembelajaran inovatif. Malang: UM Press, hal.29

Page 35: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

1. Mengingat (remember)

Tahapan ini merupakan tahapan terendah dari hasil belajar siswa. Siswa hanya dapat

mengingat pengetahuan yang didapatnya tanpa berpikir lebih mendalam. Misalnya,

definisi dari fluida atau istilah-istilah lainnya.

2. Pemahaman (understand)

Pada tingkat ini siswa dapat menyerap pengetahuan dari sumber belajar yang

dipelajari. Siswa tidak hanya menerima dan mengingat informasi yang diberikan tetapi

juga mulai mempelajari sendiri informasi dari sumber belajar yang lain. Misalnya,

balon udara apakah merupakan aplikasi dari hukum Archimedes atau apakah

kecepatan mempengaruhi energi potensial suatu benda.

3. Penerapan (apply)

Setelah siswa mendapatkan pengetahuannya dari proses belajar, pada tahap ini siswa

dapat menggunakan pemahaman tersebut dalam situasi baru yang konkret. Penerapan

dalam PAI sering dijumpai pada soal perhitungan.

4. Analisis (analyze)

Tingkat ini sudah menunjukkan tingkat berpikir kritis. Siswa mampu untuk merinci

suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik. Misalnya, menganalisis apa saja penyebab

diharamkan daging babi selain faktor kesehatan yang terjadi.

5. Evaluasi (evaluate)

Pada tahap ini siswa dapat mempertimbangkan nilai dari suatu materi untuk tujuan

yang telah ditentukan dan dipertimbangkan dengan jelas. Misalnya, dampak dari

adanya pemalsuan hadist nabi bagi umat Islam.

6. Mencipta (create)

Page 36: BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Hakikat Pendidikan ...digilib.uinsby.ac.id/1479/5/Bab 2.pdf · intelektual dan social yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

Ini merupakan tahapan berpikir tingkat paling tinggi. Siswa mampu menyusun bagian-

bagian dari suatu informasi menjadi keseluruhan informasi baru.

Prestasi belajar diukur dari kemampuan siswa menyelesaikan tes maupun

permasalahan yang berhubungan dengan konsep PAI. Tes prestasi dilakukan di akhir

Pembelajaran sebagai evaluasi hasil belajar selama kurun waktu yang dilampaui.

”Penilaian dalam pembelajaran dibuat berdasarkan informasi yang baik dan

didokumentasi secara ajeg” 40.

Prestasi belajar dalam penelitian ini yang diukur adalah nilai rata-rata siswa dalam

satu kelas dan ketuntasan belajar siswa dari nilai ulangan harian yang ditetapkan sekolah

atau Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 75 keatas. Ketuntasan belajar ini diukur

dari nilai pots test siswa yang mencapai 75 keatas dibagi siswa dalam satu kelas.

Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari selisih atau meningkatnya nilai rata-

rata dan ketuntasan belajar siswa dari sebelum diterapkannya model pembelajaran PBL

dengan setelah diterapkannya model PBL.

40 Nurhadi dan Senduk, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK Malang.

Malang: Universitas Negeri Malang,hal 25