Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Kecerdasan Interpersonal
1. Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan merupakan bagian dari faktor internal dan merupakan
unsur psikologis yang dapat mempengaruhi kegiatan dan prestasi belajar.
Menurut Gardner dalam Kusmayadi (2011 : 23) kecerdasan
merupakan kemampuan menangkap situasi baru, serta kemampuan untuk
belajar dari pengalaman masa lalu seseorang.6
Menurut Gardner dalam Uno menuruntnya kecerdasan sebagai :
1. Kemmapuan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam
kehidupan manusia
2. Kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk
diselesaiakan
3. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa
yang akan memnimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Franklin dalam Alder menurutnya “ Kecerdasan adalah kemapuan
untuk mengambil sikap yang tepat untuk menghadapi situasi dalam sebuah
lingkungan.7
6 Heru Fatkhur Rohman, “Pengaruh Kecerdasan Interpersonal dan Kebiasaan Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Matematika Kelas VII " Jurnal Volume 3, Nomor 2, Juli 2015, 8-16 7 Fitria Aprilia, Skripsi “Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan Perilaaku
Kenakalan Remaja Siswa SMA Negeri 1 Grobogan”(Semarang : UNS, 2013), 34
12
Dari pendapat para ahli ditas dapat didimpulkan bahwa kecerdasan
adalah kempuan jiwa seseorang untuk menyelesaikan maslaha dan
menghasilkan sesutau dalam lingkunagn masyarakat.
2. Pengertian Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpesonal di definisikan kecerdasan yang dimiliki
oleh masing-masing individu.8 Bagaimana diri kita mampu membangun
hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia atau
orang lain merupakan bagian dariketrampilan interpersonal.
Kecerdasan ini merujuk pada kemapuan anak untuk bersosialisasi
dan bekerja sama, berhubungan baik dengan orang lain, kemampuan anak
berempati dan memahami perasaan dan kebutuhan orang lain selama
berinteraksi dan mapu memperhitungkan keberadaanya dan menempatkan
diri sendiri dengan kebiasaan yang berlaku.9
Menurut Uno mendifinisikan kecerdasan interpersonal merupakan
kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Mereka
cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehiongga
muda bersosialiasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
8 Arjun Fatah Amitha, “Hubungan Kecerdasan Interpersonal Dengan Hasil Belajar Pada Mata
Pelajaran IPS KELAS V di SD Intis School Yogyakarta,” E-Jurnal Prodi Teknologi Pendidikan
Vol. V Nomor 6 Tahun 2016 t.t., 139. 9 Neni Hermita DKK, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak, (Yogyakarta : Deepublish,
2017), 13
Menurut Gardner kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana
mereka bekerja, dan bagaimana bekerja sama dengan mereka.10
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan interpersonal adalah kecakapan yang harus dibawa seseorang
dalam memulai, mengembangkan dan memelihara hubungan dengan orang
lain secara tatap muka agar dapat melakukan interaksi secara efektif.
3. Dimensi Kecerdasan Interpersonal
Menurut Anderson, yang tercantum dalam kutipan oleh Safaria,
mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai tiga dimensi
utama. Yang mana dimensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh
serta ketiganya saling mengisi serta mendukung satu sama lainnya. Berikut
tiga dimensi kecerdasan interpersonal :11
a. Social Sensitivity
Kemapuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi
atau perubahan orang lain yang ditunjukkan baik secara verbal maupun
non-verbal.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa social sensitivity
atau sensivitas social berkaitan erat dengan kemampuan individu yang
meliputi :
10
Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta : Prenadamedia
Group, 2015), 263-237 11
Fitria Aprilia, “Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan Perilaku Kenakalan Remaja
Pada Siswa SMA N 1 Grobogan,” Journal of Social and Industrial Psychology 2 (1) 2013, 59.
1. Sikap Empati.
Empati adalah sikap yang kompleks karena empati merupakan
kemampuan manusia untuk merasakan keadaan emosional
orang lain. Secara umum, arti kata empati dapat didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang untuk memahami orang lain
dengan memposisikan diri sebagai orang lain tersebut.
2. Sikap Prososial
Perilaku Prososial adalah yang digunakan oleh para pskologi
sebuah tindakan moral yang harus dilakukan secara cultural
seperti berbagi, membantu seseorang yang membutuhkan,
bekerja sama dengan orang lain, dan mengungkapkan simpati.
b. Social Insight
Kemampuan seseeorang untuk memahami dan mencari pemecahan
masalah yang efktif dalam sustui interaksi social, sehingga maasalah-
masalah terebut tidaak menghambat apali menghancurtkan relasi social
yang telah dibangun.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Social Insight atau
berkaitan erat dengan kemampuan individu yang meliputi :
1. Berkembangnnya kesadaran diri
Menurut Fenisgstain dalam Safaria mendefinisikan kesadaran diri
sebagai kecenderungan individu untuk dapat menyadari dan
memperhatikan aspek internal dan eksternal.
Jadi, maksud dari penyataan tersebut adalah individu memiliki dua
aspek dalam kesadaran akan dirinya yaitu aspek diri internal (privat)
yang berkaitan dengan kemapuan individu dalam menyadari
kempuan internalnyaseperti pikiran, perasaan, emosi-emosi,
pengalaman, dan tindakan-tindakan yang diambil. Sedangkan aspek
diri eksternal (pulblik) adalah menyadari penampilan, pola interaksi
dengan lingkungan sosila, dan menyadari situasi yang terjadi di
sekeliling individu.
2. Pemahaman situasi sosial dan etika sosial
Safari menjelaskan untuk sukses dalam membina dan
mempertahankan sebuah hubungan, individu perlu memahami
norma-norma social yang berlaku. Dalam bersosialisasi individu
harus memahami kaidah moral. Ada perbuatan yang harus
dilakukan dan ada pula perbuatan yang tidak boleh dilakukan. Etika
adalah suatu kaaidah social yang mengatur mana yang yang harus
dilkukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Aturan ini
mencakup banyak hal seperti bagaimana etika dalam bertemu,
berteman, makan, minum, bermain, meminjam, meminta tolong,
dan banyak lagi.
3. Pemecahan masalah efektif
Setiap individu membutuhkan ketrampilan dalam memecahkan
masalah secara efektif, apalagi jika masalah tersebut berkaitan
dengan konflik interpersonal. Semakin tinggi kemampuan anak
dalam memecahkan masalah, maka akan semakin positif hasil yang
akan didapatkan dari penyelesaian konflik abatar pribadi tersebut.
c. Social Communication
Penguasaan keterampilan berkomunikasi soal dalah kemmapuan
indivisu untuk menggunakan proses komunikasi dalam menjalin dan
membangun hubungan interpersonal yang sehat dalam proses
menciptakan, membangun dan mempertahankan relasi social, maka
sembutuhkan sarannya.12
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Social
Communication atau berkaitan erat dengan kemampuan yang meliputi :
1. Kemampuan berkomunikasi dengan santun
De Vito dalam safari menjelaskan komunikasi dapat didefinisikan
sebagai proses penyampaian informasi, pengertian dan pemahaman
anatar pengirim dan penerima.
2. Kemampuan mendengarkan efektif.
Safari menyatakan bahwa mendengarkan adalah proses aktif
menerima rangsangan (stimulus) telinga (aural) dalam bentuk
gelombang-gelombang suara.
4. Unsur – Unsur Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal memiliki beberapa unsur penting.
Beberapa penelitian telah menelaah unsur-unsur dalam kecerdasan
12
Fitria Aprilia, Skripsi “Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dengan Perilaaku
Kenakalan Remaja Siswa SMA Negeri 1 Grobogan”(Semarang : UNS, 2013), 36.
interpersonal. Beberapa unsur ini dikemukakan oleh Daniel Goleman
diantaranya:
1. Kesadaran sosial, kesadaran ini menentukan bagaimana kita
mengenai suatu hubungan. Hal ini meliputi :
a. Empati dasar, kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan
kepentingan orang lain.
b. Penyelarasan, menyusuaikan diri dengan keadaan atau situasi
tertentu yang melibatkan orang atau hal lain diluar dirinya.
c. Ketepatan empatik, memahami pikiran, perasaan, dan maksud
orang lain.
d. Kognisi sosial, pengetahuan yang berkaitan dengan bagaimana
dunia sosial bekerja.13
Dari paparan diatas siswa yang memiliki kecerdasan
interpersonal memiliki beberapa unsur yang khas. Jadi hal yang
membedakan antara siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal
yang tinggi diantaranya dalah empati social yang tinggi, memiliki
kecakapan social yang baik, mampu menjadi pendengar bagi oorang
lain, dapat berbicara dengan baik serta mampu membaur dimananpun
dia berada.
13
Monowati, “Hubungan Kecerdasan Interpersonal dengan Prestasi Belajar " Jurnal Pesona
Dasar Volume 3, Nomor 3, November 2015. 25-26
5. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Kecerdasan Interpersonal
Beberapa hal yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal
diantaranya:
a. Genetik
b. Pola asuh
c. Lingkungan
Genetik merupakan faktor untuk menurunkan sifat dari orang tua
kepada anak. Hal ini juga disampaikan oleh Atkinson (Rita Eka
izzaty,dkk) yang menjelaskan bahwa genlah yang menentukan warna
rambut,warna kulit, ukuran tubuh, jenis kelamin, kemampuan intelektual.
Menurut George Boeree menyatakan bahwa untuk menghindari
kesalahpahaman bahwa harus ditekankan bahwa aksi gen selalu berkaitan
dengan lingkungan baik biokimia maupun ekologis (ekologi sering
diartikan sebagai lingkungan kultural atau hubungan interpersonal)
sehingga dapat diartikan bahwa efek genetika terhadap perkembangan sifat
selalu dipengaruhi dengan efek lingkungan begitu juga sebaliknya.
Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
anak adalah pola asuh. Pola asuh orang tua yangpermisif, otoriter,
demokratis sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Menurut Rita
Eka Izzaty, dkk. bahwa setiap gaya pengasuhan yang diberikan oleh orang
tua akan memberikan pengaruh dan dampak berbeda pada setiap individu.
Gaya pengasuhan yang dberikan orang tua dibagi menjadi 3 tipe ( Rita Eka
Izzaty) yaitu :
a. Tipe Permisif: merupakan pola pengasuhan dimana orangtua
cenderung lebih membebaskan anaknya dalam menentukan segala
pilihan yang dimilikinya. Orang tua dengan tipe ini sangat
membebaskan anaknya sehingga anak terkadang merasa kurang
diperhatikan.
b. Tipe Otoriter: merupakan tipe pengasuhan dimana orang tua cenderung
memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan anak. Anak berada
dalam pengawasan penuh orang tua serta memiliki kebebasan terbatas.
Orang tua cenderung memiliki pengaruh serta otoritas yang besar
dalam kehidupan anak.
c. Tipe Otoritatif: merupakan pola asuh yang merupakan perpaduan dari
pola otoriter serta permisif dimana orang tua tetap mengawasi serta
memberikan afeksi tetapi juga memberikan kebebasan pada anak untuk
menentukan sesuatu.
Menurut George Boeree sekolah mempengaruhi kecerdasan
dalam beberapa cara, yang paling jelas adalah dengan menyediakan
perkembangan keterampilan intelektual yang signifikan, yang
berkembang, untuk tingkat yang berbeda dan untuk anak yang
berbeda .Selain itu menurut George Boeree faktor lain yang
mempengaruhi diantaranya:
a. Lingkungan keluarga dimana anak memerlukan perawatan serta
perhatian orang tua.
b. Nutrisi dimana pengaruh kekurangan nutrisi tidak terjadi secara
langsung. Anak yang mengalami kekurangan gizi biasanya kurang
responsif pada saat dewasa, kurang termotivasi untuk belajar, dan
kurang aktif dalam mengeksplorasi daripada anak-anak yang cukup
mendapatkan nutrisi.
c. Pengalaman hidup individu.
Pada dasarnya hal-hal yang mempengaruhi kecerdasan
interpersonal memiliki porsi yang berbeda pada setiap individu.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal
yang mempengaruhi kecerdasan interpersonal yang dimiliki oleh
seseorang diantaranya, 1) genetik, 2) lingkungan, 3) pengetahuan,
4) pengalaman serta 5) nutrisi.14
B. Kajian Tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan
seseorang untuk kelompok orang tertentu bergerak unutk melakukan
keinginan mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan
dengan perbuatannya.15
Kata motivasi berasal adri kata “motif”, yang berarti alasan
melakukan sesuatu, sebuah kegiatan yang menyebabkan seseorang
bergerak melakukan suatu kegitan. Sondang P Siagan mengungkapkan
bahwasannya motivasi sebagai daya doiongan yang melibatkan seseorang
14
Monowati, “Hubungan Kecerdasan Interpersonal dengan Prestasi Belajar " Jurnal Pesona
Dasar Volume 3, Nomor 3, November 2015. 26-27 15
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa,
(Yogyakarta : CV Budi Utama, 2017), hlm. 267
mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan, tenaga dan waktunya
dalam rangka pencapain tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan belajar merupakan proses dasar dari perkembangan
hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan
kualitatif imndividu sehingga tinghkah lakunya berkembang.
Menurut Mc. Donaldd mengatakan bahwasanya Motivation is a
energy xhange within person characterized affective arosousal and
anticipatpry goal reactions (Motivasi adalah suatu perubahan energy
didalam diri pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya efektif
(perasaan)dan reaksi untuk mencapai tujuan).16
Hakim mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan
kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan tertentu.17
Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan keefektifan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik akan
belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya yaitu motivasi
belajar. Peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh jika memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah suatu dorongan yang didalam diri seseorang dalam diri
seseorang untuk melakukan sesuatu untuk memperoleh perubahan tingkah
16
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013), 148 17
Siti Suprihatin, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa,” Promosi (Jurnal
Pendidikan Ekonomi) 3, no. 1 (30 Mei 2015): 74, https://doi.org/10.24127/ja.v3i1.144.
laku yang ditandari dengan perasan atau ereaksi dalm berinteraksi dengan
lingkunagn untuk memcapai suatu tujuan.
2. Peran dan Fungsi Motivasi Belajar
Menurut Hamzah B. Uno, peran penting motivasi belajar dan
pembelajaran, antara lain:
a. Peran motivasi belajar dalam menentukan penguatan belajar. Motivasi
dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang
sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang menentukan
pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilalui.
b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Peran motivasi
dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan
belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari
itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh
anak.
Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah
termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan baik dan
tekun dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.
Selain itu, Oemar Hamalik (2011: 108), menyebutkan fungsi
motivasi itu meliputi:18
1. Mendorong timbulnya kelakuan / suatu perbuatan.
18 Dewi and Kurniawan, “Hubungan Kecerdasan Interpersonal dan Motivasi Belajar terhadap
Hasil Belajar Matematika.”Jurnal Universitas Semarang PRISMA 2 (2019): 228-233
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarah pada perbuatan
ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya sebagai motor
penggerak dalam kegiatan belajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan
fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong usaha dan
pencapaian prestasi sehingga untuk mencapai prestasi tersebut peserta
didik dituntut untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
3. Indikator- indikator Motivasi Belajar
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan
sehingga semakin besar motivasi yang dimiliki seseorang, semakin besar
pula kesuksesan belajarnya. Seseorang yang memiliki motivasi belajar
tinggi, dapat dilihat sebagai berikut : Sardiman A. M, yaitu:19
a. Tekun menghadapi tugas-tugas dan dapat bekerja terus-menerus
sampai pekerjaannya selesai.
b. Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.
c. Memungkinkan memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah.
d. Lebih sering bekerja secara mandiri.
e. Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.
f. Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.
19
Masayu Endang Apriyanti, “Hubungan Motivasi Belajar Dan Kecerdasan Interpersonal Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial” Faktor Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol.
3 No. 3 (2016): 8. 289-296.
g. Tidak akan melepaskan sesuatu yang telah diyakini.
h. Sering mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang memiliki kriteria seperti di atas, berarti
orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Seorang yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan memiliki beberapa ciri yang
membedakan dengan dirinya bila dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki motivasi yang rendah.
C. Kajian Teori Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “Prestasi”
dan “Belajar”. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka
perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “Prestasi”
dan apa yang dimaksud dengan “Belajar”. Secara etimologis istilah
prestasi merupakan kata serapan dari bahasa belanda yaitu dari kata
prestatie yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “Prestasi”
yang bisa diartikan sebagai hasil usaha, atau suatu hasil yang telah
dicapai, baik itu dilakukan ataupun dikerjakan.20
Prestasi dalam Kamaus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, adalah
“Hasil yang telah dicapai”.21
Hasil ini berupa hasil yang memuaskan
yang membuat orang mencapai menjadi senang dan bahagia.
20
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung : Alfabeta,
2013), 153 21
Meity Taqdir Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011) ,427
Menurut Poerwodarminto mengatakan bahwa yang dimaksud
prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh
seseorang.22
Menurut Saiful Bahri Djamarah dalam bukunya Prestasi
Belajar dan Kompetensi Guru, bahwa prestasi adalah apa yang telah
dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
diperoleh dengan jalan keuletan.
Pengertian prestasi dari beberapa tokoh diatas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah suatu hasil
yang telah dicapai dengan cara diciptakan atau diperoleh dengan kerja
keras sehingga dapat menyenangkan seseorang yang melakukan.
Usaha yang dilakukan kerja keras itu dapat beraneka ragam bentuknya.
Lebih penting lagi usaha yang dilakukan itu dapat menimbulkan
perasaan senang kepada orang yang melakukanya.
Setelah membahas pengertian dari kata prestasi selanjutnya
membahas pengertian dari kata belajar.
Abdul Majid mengatakan bahwa “Belajar adalah perubahan
tingkah laku para peserta didik, baik pada aspek pengetahuan, sikap
maupun ketrampilan sebgai hasil respon pembelajaran yang dilakukan
guru”23
Menurut Trianto Ibnu Badar Al-Tabany “Belajar secara umum
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui
22
Noor Komari Pratiwi, “Pengaruh Tingkat Pendidikan, Perhatian Orang Tua, dan Minat Belajar
Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMK Kesehatan di Kota Tangerang " Jurnal Pujangga Volume 1, Nomor 2, Desember 2015. ,81 23 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran (Bandung : Remaja Rosadakarya, 2012 ), 107
pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir”24
Menurut Kunandar “Belajar adalah suatu aktivitas yang
mengharapkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.
Periubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang
bersangkutan.25
Menurut Slameto “Belajar yaitu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Berdasarkan pengertian belajar dari pendapat beberapa tokoh
diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku dalam diri organisme sebagai hasil dari pengalaman dan
latihan. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan)
Setelah mengetahui makna dari prestasi dan belajar, barulah dapat
dimengerti tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri. Prsetasi belajar
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Untuk Pelajar adalah “Penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
24
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Jakarta : Prenadamedia Group, 2014), 18 25
Vina Rahmayanti, “Pengaruh Minat Belajar Siswa dan Persepsi Upaya Guru Dalam Memotivasi
Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa SMP di Depok " Jurnal SAP
Volume 1, Nomor 2, Desember 2016. 212
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru”26
Heri Gunawan mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah aspek
aspek kecakapan yang dimiliki oleh siswa sebagai hasil usaha dan kegiatan
belajar yang ditempuh, dipandang sebagai indikator penting dalam
keseluruhan proses pendidikan pada umumnya dan proses elajar mengajar
pada khususnya”.27
Agoes Dariyo mengatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil
pencapaian yang diperoleh seorang pelajar setelah mengikuti ujian dalam
suatu pelajaran tertentu”.28
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, definisi prestasi belajar adalah
“hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun kelompok.”29
Sedangkan Nasution menyatakan bahwa prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prestasi belajar dapat ditunjukkan dengan penilaian ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
26
Meity Taqdir Qodratillah, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar (Jakarta : Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011) ,427 27
Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung : Alfabeta,
2013), 153 28
Agoes Dariyo, dasar-dasar Pedagogi Modern (Jakarta : Indeks, 2013), 89 29
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 58-
59.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa
pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual (Chatarina Tri
Anni, 2004: 6-7). Ranah kognitif mencakup enam kategori yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau
mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Pemahaman (comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna
dari materi pembelajaran dengan bahasa atau ungkapan sendiri.
3) Penerapan (application)
Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi
pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan
kongkrit.
4) Analisis (analysis)
Analisis mengacu pada kemampuan menguraikan suatu fakta,
konsep, pendapat, asumsi dan semacamnya atas elemen-elemennya
sehingga dapat menentukan hubungan masing-masing elemen.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian
dalam rangka membentuk struktur yang baru.
6) Penilaian (evaluation)
Penilaian mengacu pada kemampuan menilai suatu pendapat,
gagasan, produk, metode dan semacamnya dengan suatu kriteria
tertentu.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap. Krathwohl
(Chatarina Tri Anni, 2004: 8-10) membagi taksonomi ranah afektif
menjadi lima kategori yaitu:
1) Penerimaan (receiving)
Penerimaan mengacu pada kesadaran, kemauan, perhatian individu
untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari
lingkungannya.
2) Penanggapan (responding)
Penanggapan mengacu pada adanya rasa kepatuhan individu dalam
hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda atau
sistem nilai.
3) Penghargaan terhadap nilai (valuing)
Penghargaan terhadap nilai menunjukan sikap menyukai,
menghargai dari seseorang individu terhadap suatu gagasan,
pendapat atau sistem nilai.
4) Pengorganisasian (organization)
Pengorganisasian menunjukan adanya kemauan membentuk sistem
nilai dari berbagai nilai yang dipilih.
5) Pembentukan Pola Hidup (organization by a value complex)
Pembentukan pola hidup menunjukan kepercayaan diri untuk
mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang
lengkap dan meyakinkan serta mampu mengembangkannya
menjadi karakteristik gaya hidupnya.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukan adanya kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan
koordinasi syaraf. Elizabet Simpson membagi ranah psikomotorik
menjadi tujuh kategori yaitu (Chatarina Tri Anni, 2004: 10):
1) Persepsi (perception)
Persepsi ini berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan
untuk memperoleh petunjuk yang membantu kegiatan motorik.
2) Kesiapan (set)
Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan tertentu.
Kategori ini mencakup kesiapan mental dan jasmani.
3) Gerakan terbimbing (guided response)
Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam
belajar keterampilan komplek. Gerakan terbimbing meliputi
peniruan dan mencoba-coba.
4) Gerakan terbiasa (mechanism)
Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan unjuk kerja dimana
gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan
dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.
5) Gerakan kompleks (complex overt response)
Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran unjuk kerja dari
tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang
kompleks.
6) Penyesuaian (adaptation)
Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan
sangat baik sehingga individu dapat memodifikasi pola-pola
gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika
menemui situasi masalah baru.
7) Kreativitas (creativity)
Kreativitas mengacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk
disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil belajar yang dicapai seseorang yang dapat dinyatakan
dengan angka.
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dari beberapa tokoh di
atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar siswa yang dapat
dinyatakan dengan angka. Hasil tersebut dapat berupa hasil dalam aspek
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (ketrampilan).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Slameto (2010:54) “Faktor-faktor yang
memepengaruhi belajar abnyak jenisnya tetapi dapat digolongkan ke
dalam dua golongan saja, yaitu : factor intern dan factor ekstern.
Adapun uraian dari kedua faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Faktor internal dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Faktor jasmani (fisiologi)
Faktor jasmani baik yang bersifat bawaan maupun
bukan bawaan, yang termasuk faktor ini misalnya, penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Keadaan atau
kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatatar
belakangi kegiatan belajar, keadaan jasmani yang optimal akan
lain sekali pengaruhnya, bila dibandingkan dengan keadaan
jasmani yang lemah dan lelah.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun
bukan bawaan di antaranya:
a) Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan
diri terhadap lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Faktor kecakapan nyata
Yaitu prestasi yang telah dimiliki seseorang,
misalnya ketrampilan, melukis dan lain-lain. Faktor non
intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti
sikap, minat, motivasi, Konsep diri, emosi, penyesuaian
diri, kebiasaan dan kebutuhan.
c) Faktor kematangan fisik maupun psikis
Kematangan merupakan tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru, misalnya anak
sudah siap dengan kakinya untuk berjalan, serta tangan
dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis.
b. Faktor eksternal (dari luar)
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan Keluarga
Mahfud Shalahudin menjelaskan bahwa: Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan tingkat pemula bagi
anak-anak. Pendidikan keluarga merupakan fundamen atau
dasar dari pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Lingkungan sosial yang lebih
banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan
keluarga siswa sendiri.
b) Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah seperti para guru, para staf
administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi
semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan
sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri
teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar.
c) Lingkungan Masyarakat
Dalam pendidikan masyarakat yang dimaksud
adalah pendidikan dan pengaruh-pengaruh yang disengaja
oleh anggota-anggota sebagai golongan masyarakat tertentu
di mana seseorang atau individu itu berbeda, seperti
pengaruh paman, nenek, organisasi, teman atau kekasih.
2) Faktor Budaya
Seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian, hal ini mempengaruhi proses belajar. Makin modern
kebudayaan suatu masyarakat, maka makin modern pula alat-
alat yang digunakannya, khususnya dalam hal pendidikan,
semua itu dapat menunjang keberhasilan proses belajar.
3) Faktor lingkungan fisik
Seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, semua itu
harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu,
menguntungkan, dan menimbulkan rasa aman dalam proses
belajar mengajar.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan
Hal ini sangat berpengaruh terhadap ketenangan jiwa
seseorang, apabila suasana ingkungan kacau, kemungkinan
besar aktivitas belajar akan terganggu, tetapi bila keamanan
lingkungan terjamin, maka konsentrasi fikiran akan terpusat
pada belajar.30
D. Kajian Tentang Mata Pelajaran Akhidah Ahklak
1. Pengertian Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
Mata pelajaran aqidah akhlak ini merupakan cabang dari
pendidikan Agama Islam, menurut Zakiyah Daradjat pendidikan
Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Aqidah dilihat dari segi bahasa (etimologi) berarti “ikatan”.
Aqidah seseorang, artinya “ikatan seseorang dengan sesuatu”. Kata
aqidah berasal dari bahasa arab yaitu „aqoda, ya‟idu, aqdan,
„itiqodaan yaitu : kepercayaan hati atau keyakinan.
Sedangkan meneurut istilah aqidah yaitu keyakinan atau
kepercayaan terhadap sesuatu yang dalam setiap hati seseorang
30
Monowati, “Hubungan Kecerdasan Interpersonal dengan Prestasi Belajar " Jurnal Pesona
Dasar Volume 3, Nomor 3, November 2015. , 29-31
yang membuat hati tenang. Dalam Islam akidah ini kemudian
melahirkan iman, menurut Al-Ghozali, sebagai mana dikutip oleh
Hamdani Ihsan dan A. Fuad Ihsan, iman adalah mengucapkan
dengan lidah mengakui kebenarannya dengan hati dan
mengamalkan dengan anggota.
Ahklak menurut Al-ghazali adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa seseoarang yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan mudah dilakukan tanpa perlu kepada pemikiran dan
pertimbangan.
Sedangkan menurut Miqdad Yaljan, ahklak adalah setiap
tingkah laku yang mulia, yang dilakukan oleh manusia dengan
kemauan yang mulia dan untuk tujuan yang mulia pula.31
Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa ahklak
merupakan suatu keyakinan di dalam hati seseorang tentang
keagamaan seorang yang dianut, dan menjadi cirri khas dari
pedoman dalam kehidupan sehari-harinya.
Pendidikan Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan
meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan
sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.
31
Muhammad Abdurahman, Ahklak Menjadi Seseorang Muslim Berahklak Mulia (Jakarta : Raja
GRAFINDO Persada, 2016), 6
Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dan
hubunganya dengan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai
landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan
masyarakat harus ditingkatkan, karena jika pendidikan Agam Islam
(yang meliputi: Aqidah Akhlak, Qur’an Hadits, Fiqih, Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Bahasa arab) yang dijadikan landasan
pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka
kehidupan masyarakat akan lebih baik.
Pendidikan atau mata pelajaran Aqidah Akhlak di
Madrasah Tsanawiyah sebagai bagian integral dari pendidikan
Agam Islam, memang bukan satu-satunya faktor yang menentukan
dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Tetapi secara
substansial mata pelajaran pelajaran Aqidah Akhlak memiliki
konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk memperaktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid)
dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu setelah mempelajari materi yang ada
didalam mata pelajaran Aqidah Akhlak diharapkan siswa dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
salah satu pedoman kehidupannya.
2. Tujuan Mata Pelajaran Akhidah Ahklak
Tujuan pendidikan merupakan suatu faktor yang sangat
penting didalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang
hendak dicapai atau yang hendak ditinjau oleh pendidikan.
Adapun tujuan yang hendak ingin dicapai dalam pembelajaran
akhidah ahklak menurut Departemen Agama yaitu :
1. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan keyakinan
kepada siswa akan hal yang harus diimani, sehingga
tercermin dalam sikap dan tingkah lakunya.
2. Memberikan pengethuan, penghayatan, dan keamanan yang
kuat untuk mengamalkan ahklak yang baik, dan menjahui
ahklak yang buruk dalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, dengan sesame manusia, maupun
dengan alam lingkungannya.
3. Memebrikan bekal kepada anak atau siswa tentang akhidah
dan ahklak untuk melanjutkan pelajaran ke jenjang
pendidikan menengah.32
Dalam pasal 3 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
32
Chairul Anas, Skripsi “Hubungan Antara Pemeblajaran Akhidah Ahklak Dengan Kecerdasan
Interpersonal Siswa Kelas XI MAN 2 Yogyakarta”(Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2018), 20.
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa.
Tentang tujuan pendidikan nasional dengan tujuan pendidikan
agama Islam tidak jauh beda. Pendidikan Agama Islam di sekolah
atau madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang
Agam Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Jadi mata pelajaran akidah akhlak bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan siswa yang
diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta
pengalaman siswa tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan
meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan peribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
E. Hubungan kecerdasan interpersonal terhadap prestasi belajar
Menurut teori Umar menyebutkan banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, diantaranya adalah faktor psikologi.
Faktor psikologi antarnya adalah intelegensi, lingkungan belajar, dan
metode pembelajaran.33
Namun peneliti mengambil intelengensi yaitu
kecerdasan interpersonal.
Pada Pembelajaran dengan menekaknakan kecerdasan
interpersonal ternyata mampu mengubah perilaku dan sikap peserta
didik terhadap pelajaran yang dianggap sulit, semula kurang semngat,
kurang menarik, serta membosankan, hal ini bisa dibukikan dalam
kegiatan kelompok, munculnya keberanian dalam mengungkpkan
pendapat, ide dan gagasan karena guru mengharigai pertanyaan, atau
jawaban yang diajukan.
Hasil pemeblajaran siswa dapat meningkat yang dibuktikan secara
kognitif dengan meingkat nilainya yang diperoleh dari tes atau hasil
pembelajaran baik secara individu, berpasangan, maupun kelompok.
Secara efektif yaitu peribahan tingkah laku siswa dengan semakin
aktif dan semgatnya dalam mengemukakan pendapat.34
33 Azril, Skripsi “Faktor-faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Hang
Tuah 1 Jakarta”(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 3. 34 Herman Lasrin dan Kendra Hartaya, “Hubungan Antara Kecerdasan Interpersonal Dan Motivasi
Belajar Siswa Dengan Hasil Belajar Fisika (Survei Pada Peserta Didik Kelas X di SMA Kosgoro
Bogor),”Jurnal Jurnal Teknologi Pendidikan 4, no. 1 (14 Juli 2015),
https://doi.org/10.32832/tek.pend.v4i1.473.
F. Hubungan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Menurut teori Wlodkowski dan Jaynea, menyatakan bahwa
motivasi juga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Menurut
Wlodkowski dan Jaynea Motivasi belajar adalah sebua nilai dan
hasrat untuk belajar.35
Motivasi yang tinggi akan akan selalu mendorong siswa untuk
berusaha sampai yang diharapkannya terwujud. Berbeda dengan
orang yang memiliki motivasi yang rendah maka hasilnya juga
rendah. Motivasi sesungguhnya berkaitan erat dengan keinguinan
peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajran.
Motivasi sangat penting dalam meningkatkan prestasi seorang
peserta didik. Pada umumnya pesreta didik yang memiliki motivasi
yang tinggi akan mampu meraih kebehasilan proses maupun hasil
pembeljaran. Berdasarkan pemahaman ini, terdapat hubungan antar
motivasi dan prestasi belajar.
G. Hubungan Kecerdasan Interpersonal dan Motivasi belajar
terhadap Prestasi Belajar
Menurut teori Smith dalam Dalyono, prestasi belajar dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Salah
35 Azril, Skripsi “Faktor-faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Hang
Tuah 1 Jakarta”(Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 4
satunya faktor internal adalah intelegensi dan motivasi yang
mempengaruhi prestasi belajar.36
Kecerdasan interpersonal yang dimiliki seorang pesrta didik tinggi
akan mudah bersosialisasi atau membaur dengan lingkungan diantara
siswa mapun siswi lainnya serta guru-guru disekolah. Apabila seorang
siswa mapu melakukan komunikasi yang efektif baik diluar ataupun
saat proses kegiatan belajar dikelas, maka akan mempermudah siswa-
siswi melkukan diskusi yang baik.
Motivasi belajar peserta didik itu sendiri berala dari dalam diri
sendiri (internal) bukan berasal dari luar diri peserta didik (eksternal).
Seorang peserta didik mempunyai motivasi yang berasal dari dalam
akan sunguh-sungguh untuk belajar, dan tidak mudah untuk mengubah
niatnya. Peserta didik yang memiliki motivasi dari luar akan belajra
apabila ada dorongan yang muncul dari luar yang menjadikan untuk
belajar. Oleh karena itu motivasi dari dalam atau dari luar dapat
dipadukan menjadi sebuah kekuatan untuk meningkatkan motivasi
untuk belajar.
Keberhasilan peserta didik dalm proses belajar selain ditentukan
oleh kecerdasan interpersonal juga ditentukan oleh motivasi
belajarnya. Motivasi yang dilkukan dengan sungguh-sungguh dan
terus-menerus dapat menemukan cara belajar yang benar, tepat dan
efektif yang akhirnya dapat meningkatklan prestasi belajar.
36 Baskoro Eriyanto Putro, Skripsi “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Mata
Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI Program Keahlian Keuangan SMK Negeri 1
Kendal”(Semarang : UNNES, 2011), 10
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal dan
motivasi belajar siswa yang timggi secara bersama-sama akan
memproleh prestasi belajar yang tinggi. Dengan kata lain terdapat
hubungna antar kecerdasan interpersonal dan motivasi belajar terhadap
prestasi belajar siswa.