24
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter 1. Pengertian karakter Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa Latin”kharakter”,”kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti berbuat membuat tajam, membuat dalam. 1 Pengertian karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagaimana dikutip oleh Zainal Aqib dan Sujak bahwa “ karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain”.Menurut Tadkirotun Musfiroh yang dikutip oleh Zainal Aqib dan Sujak “karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude), perilaku (behaviors), motivasi (motivasion) dan ketrampilan (skill). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai danmemfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku”. 2 Karakter menurut Alwisol sebagaimana yang dikutip oleh Arismantoro menjelaskan , “gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit”. 3 1 Abdul Madjid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011), 11. 2 Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendididkan Karakter (Bandung :YramaWidya, 2011), 2. 3 Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building (Yogyakarta : tiara kencana, 2008), 27.

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

13

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter

1. Pengertian karakter

Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa

Latin”kharakter”,”kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character

dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti

berbuat membuat tajam, membuat dalam.1

Pengertian karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

sebagaimana dikutip oleh Zainal Aqib dan Sujak bahwa “ karakter adalah

sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang

dari yang lain”.Menurut Tadkirotun Musfiroh yang dikutip oleh Zainal

Aqib dan Sujak “karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude),

perilaku (behaviors), motivasi (motivasion) dan ketrampilan (skill). Karakter

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai

danmemfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam

bentuk tindakan atau tingkah laku”.2

Karakter menurut Alwisol sebagaimana yang dikutip oleh

Arismantoro menjelaskan , “gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai

benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit”. 3

1Abdul Madjid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011),

11. 2Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendididkan Karakter (Bandung :YramaWidya,

2011), 2. 3Arismantoro, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building (Yogyakarta : tiara kencana, 2008),

27.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

14

Menurut Shimon Philips yang dikutip oleh Barnawi, “karakter

adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu system yang melandasi

pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan”.4

Dalam pandangan islam, karakter sama dengan akhlak.

Perkataan akhlak berasal dari kata “khuluqun” yang menurut logat diartikan

budi pekerti, perangai, tingkah laku. Rumusan pengertian akhlak timbul

sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khalik

dan makhluk serta antara makhluk dan makhluk.5

Perkataan ini bersumber dari kalimat yang tercantum dalam Al-

Qur’an surah al-Qalam:68 ayat 4

ع ظ يم خ خ م ع ع ع ى ع ظ ن ع

Artinya:“Sesungguhnya Engkau (ya Muhammad) mempunyai budi

pekertiluhur”.6

Demikian juga Hadits Nabi saw.:

بخ ظثأتخإظننعا ختعيع قظيعكعارظمعلظ لع عخأ الأ

Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti”. (HR.Ahmad)

Akhlak menurut Imam Al-Ghazali adalah :

لىأ ع خ أ م ظ خىخ أاع مااع ىأ عااختع أ خرخ علىأىعارعااظ ع االىن أ ظ ظ ىع أ ع ظ علأ ظبعارع ةأخ أ خ عااع م ع أظمظ

خرخ ظ ن ظكأ اظ ع 4Barnawi, Strategi & Kebijakan Pembelajaran., 21.

5Abdul Majdid dan Dian Andriyani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), 9. 6QS. Al-Qalam (68) : 4

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

15

Artinya: “Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-

perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa mempertimbangkan

pikiran terlebih dahulu.”7

Menurut Imam Al-Ghazali, lafadz khuluq dan khalqu adalah dua

sifat yang dapat dipakai bersama. Jika menggunakan kata khalqu maka yang

dimaksud adalah bentuk lahir, sedangkan jika yang menggunakan kata

khuluq maka yang dimaksud adalah batin. Karena manusia tersusun dari

jasad yang dapat disadari adanya dengan kasat mata (bashar), dan dari ruh

dan nafs yang dapat disadari adanya dengan penglihatan mata hati

(bashirah), sehingga kekuatan nafs yang adanya disadari dengan bashirah

lebih besar daripada jasad yang adanya disadari dengan bashar.

Jadi, pada hakikatnya khuluq atau akhlak adalah suatu kondisi

atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Disini

tumbuhlah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-

dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak

ilmu yang mengajarkan manusia berbuat dan mencegah perbuatan jahat

dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia, dan makhluk disekitarnya.

Lebih lanjut Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa, apabila perbuatan itu

baik, menurut akal dan syara’ maka disebut akhlak baik. Sebaliknya, jika

yang muncul adalah perbuatan yang jelek maka disebut akhlak yang jelek.8

7Al-Ghazali, Ihya ’Ulum Ad Din, juz III,49.

8Ibid., 49

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

16

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),

pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada

pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetauan kebaikan belum

tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya., jika tidak terlatih

(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. 9

Dapat disimpulkan bahwa karakter atau akhlak adalah sifat

yang sudah tertanam dalam diri manusia, yang akan memunculkan suatu

tindakan tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu.Jika tindakan atau

perilakunya baik maka karakternya baik tapi jika sebaliknya perilakunya

jelek maka karakternya jelek.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Damiyati dkk dalam Jurnal Riset Pendidikan dan

Pembelajaran,“pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak atau

pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan peserta

didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik

ini dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati”.10

Menurut Sofwan “pendidikan karakter adalah suatu sistem

penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dapat diartikan bahwa pendidikan

9Zainal Aqib dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendididkan., 3. 10

Sudaryono. “Pembinaan dan Pengembangan Karakter Siswa”., 821.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

17

karakter adalah suatu perilaku warga sekolah yang dalam

menyelenggarakannya pendidikan harus berkarakter.”

Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona yang dikutip

oleh Sofwan adalah “pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang

melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata

seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab,

menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya”.11

Menurut Dony Kusuma, “pendidikan karakter merupakan

dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri

manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan

diposisi aktif, stabil dalam diri individu. Dinamika ini membuat

pertumbuhan individu menjadi semakin utuh. Unsur-unsur ini menjadi

dimensi yang menjiwai proses formasi setiap individu”.12

Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin,

mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the

good), mencintai kebaikan (loving the good ), dan melakukan kebaikan

(doing the good). Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu sering kali

dirangkum dalam sederet sifat-sifat baik. Dengan demikian, maka

pendidikan karakter adalah upaya untuk membimbing perilaku manusia

menuju standar-standar baku.13

Pendidikan akhlak dalam islam

11

Sofwan, Implementasi Pendidikan Karakter., 4. 12

Dony Kusuma, Pendidikan Karakter (Jakarta : Grasindo, 2004), 104. 13

Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam ., 11.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

18

diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang

hakikatnya bukan kebahagiaan semu. Akhlak islam adalah akhlak yang

benar-benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat

sesuai dengan fitrahnya, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda : “kamu

tidak bisa memperoleh simpati semua orang dengan hartamu, tetapi dengan

wajah yang menarik (simpati)dan dengan akhlak yang baik” (HR. Abu

Yu’la dan Al-Baihaqi). Ajaran akhlak senantiasa bersifat praktis, dalam arti

langsung dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. 14

Menurut Ratna Megawangi, sebeagaimana yang dikutip oleh

Dharma Kesuma, dkk menjelaskan “pendidikdan karakter adalah sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.15

Berdasarkan grand design yang dikembangkan di

Kemendiknas , secara psikologis dan sosial kultural, pembentukan karakter

dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia

(kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks sosial cultural (dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat) yang berlangsung sepanjang hayat.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial

kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam Olah hati (spiritual and

14

Ibid.,60. 15

Dharma Kesuma, dkk, pendidikan karakter kajian teori dan praktek di sekolah (Bandung :

Remaja Rosda Karya, 2011),5.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

19

Emotional Development), Olah pikir (Intelectual Development), Olah Raga

dan Karsa yang secara diagram digambarkan sebagai berikut :16

Tabel 1

Ruang lingkup pendidikan karakter

OlahPikir

Cerdas

OlahHati

Jujur, bertanggungjawab

Olah Raga (Kinestetik)

Bersih, sehat, menarik

Olah Rasa Dan Karsa

Pedulidankreatif

Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang

dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru

membantu watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana

guru berperilaku, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana

guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. 17

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

merupakan upaya untuk membantu siswa memahami nilai-nilai perilaku

yang baik. Karena melalui pendidikan karakter, siswa tidak hanya unggul

dalam aspek kognitifnya saja tetapi juga unggul akhlaqnya. Sehingga

nantinya sekolah akan menghasilkan lulusan siswa yang berkarakter baik.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan nasional yang tercantum pada pasal 3 UU nomor 20 tahun 2003

16

Sofwan, Implementasi Pendidikan Karakter., 6. 17

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter .,19.

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

20

berbunyi “Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.18

Pendidikan karakter mempunyai peranan yang besar dalam

menyelamatkan pelajar dari bahaya dekadensi moral, karena pendidikan

karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang

salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan

(habituation), tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi

paham (kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan

(afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya.19

Pendidikan karakter pada hakikatnya ingin membentuk individu

menjadi seorang pribadi yang bermoral yang dapat menghayati kebebasan

dan tanggung jawabnya dalam relasinya dengan orang lain di dalam

komunitas lokal. Pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada

pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang terampil

dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun

kehidupan bersama.20

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

18

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Bandung : Fokus Media, 2010), 6. 19

Lupriya, “Selamatkan Pelajar Dari Bahaya Dekadensi Moral”., 21. 20

Sulistyorini, “Pendidikan Karakter dan Implikasinyadalam Pendidikan”, Jurnal Riset Pendidikan

dan Pembelajaran, 4 (Oktober, 2013), 413.

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

21

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu dan seimbang sesuai standar komptensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri

meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.21

Jadi dapat disimpulkan tujuan pendidikan karakter yaitu untuk

membentuk individuyang bermoral dan dapat menghayati serta

mengaplikasikan setiap pengetahuan yang dimiliki, dalam kehidupan sehari-

hari.

4. Nilai-Nilai Karakter

Sumantri yang dikutip oleh Heri Gunawan, menyebutkan bahwa

“nilai adalah hal yang terkandug dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih

memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan

dan efisiensi atau keutuhan kata hati”.

Nilai adalah merupakan standar untuk mempertimbangkan dan

meraih perilaku tentang baik atau tidak baik dilakukan. Jadi yang dimaksud

nilai-nilai karakter adalah sesuatu nilai yang dapat dilaksanakan karena

pertimbangan diatas.22

Character Count di Amerika sebagaimana dikutip oleh Majid

mengidentifikasi bahwa karakter – karakter yang menjadi pilar yang harus

21

Sofwan, Implementasi Pendidikan Karakter., 31 22

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep ., 31.

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

22

ditanamkan kepada siswa, mencakup 10 karakter utama, yang mencakup :

dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli,

kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun dan integritas.

Indonesian Heritage Foundation (IHF) dalam Majid

merumuskan Sembilan pilar karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan

karakter yaitu : 1. cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, 2.

tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, 3. jujur, 4. hormat dan santun, 5.

sayang, peduli, kerjasama, 6. percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang

menyerah, 7. keadilan dan kepemimpinan, 8. baik dan rendah hati, 9.

toleransi, cinta damai, dan persatuan.23

Ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan

karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh

tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter

tersebut dalam proses pendidikannya. 18 nilai-nilai dalam pendidikan

karakter menurut Diknas adalah:

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

23

Ibid.,32

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

23

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi

berbagai hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan

sebaik-baiknya.

6. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru

dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas.24

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

24

Zubaedi, Desain, 74

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

24

10. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan

bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

12. Menghargai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

14. Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.25

15. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang

memberikan kebajikan bagi dirinya.

25

Ibid., 75

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

25

16. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain

dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan

Yang Maha Esa.26

Nilai-nilai diatas harus di atas harus diinternalisasikan kepada

seluruh peserta didik sehingga tidak hanya sekedar dibacakan dan dihafal,

tetapi harus benar-benar terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari

mereka, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Para guru dan pimpinan

sekolah harus bertanggung jawab untuk memotivasi, mengawasi, dan

mengevaluasi pelaksanaan nilai-nilai karakter tersebut oelh para peserta

didik.27

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai karakter

adalah sesuatu nilai yang dapat dilaksanakan karena pertimbangan

perilaku yang baik dan tidak. Nilai yang terkandung dalam pendidikan

26

Ibid., 76 27

Marzuki, Pendidikan Karakter Islam (Jakarta : AMZAH, 2015), 112.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

26

karakter ini memiliki peran yang penting karena dapat mempengaruhi

perilaku siswa.

B. Metode Keteladanan

1. Pengertian Metode Keteladanan

Secara terminologi kata “keteladanan” berasal dari kata “teladan”

yang artinya “perbuatan atau barang dan sebagainya yang patut ditiru atau

dicontoh”. Sementara itu dalam bahasa arab kata keteladanaan berasal dari

kata “uswah”dan “qudwah”.

Sementara itu secara etimologipengertian keteladanan yang

diberikan oleh Al-Ashfahani, sebagaimana dikutip Armai Arief, bahwa

menurut beliau “al-uswah” dan “al-Iswah” sebagaimana kata “al-qudwah”

dan “al-Qidwah” berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti

manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau

kemurtadan”.Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief juga

mengutip pendapat dari seorang tokoh pendidikan islam lainnya yang

bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al-Faris Ibn Zakaria yang termaktub

dalam karyanya yang berjudul Mu’jam Maqayis al-Lughah, beliau

berpendapat bahwa “uswah” berarti “qudwah” yang artinya ikutan,

mengikuti yang diikuti. 28

Keteladanan hendaknya diartikan dalam arti luas, yaitu

menghargai ucapan, sikap, dan perilaku yang melekat pada pendidik. Jika

28

Metode keteladanan uswah“, http://habapendidikan.blogspot.co.id, , Diakses tanggal

29Nopember 2015.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

27

hal ini telah dilakukan dan dibiasakan dengan baik sejak awal maka akan

memiliki arti penting dalam membentuk karakter sebagai seorang guru yang

mendidik.29

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 :

ي ل لي ي ل ل ل ل ي ل الي يل د ك ي ل لي ل د يل د لي اد ف ل ي ل في ك د ل ةي ل ل ل ةي ف ل د ي ل الي ل ك دي ف ي ل ك وف ل ل د

ثف ي ل

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah. (Al-Ahzab: 21)30

Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah,

keteladanan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena

peserta didik pada umumnya cenderung meneladani (meniru) guru atau

pendidiknya. Hal ini memang karena secara psikologis siswa memang

senang meniru.31

Menurut Bambang Q-Anees “Manusia lebih banyak belahar dari

apa yang mereka lihat. Keteladanan menempati posisi yang sangat penting.

Guru harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Guru

harus terlebih dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Guru adalah

29

Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Membangun Pendidikan Positif Anak Bangsa (Bandung :

Yrama Widya , 2011), 86. 30

QS. Al-Ahzab ayat 21 31

Heri Gunawan, Pendidikan Karakter, 91.

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

28

yang digugu dan ditiru, peserta didik akan meniru apa yang akan dilakukan

guru”.32

Hal inilah membuat sukses tidaknya pendidikan karakter, guru

adalah figur yang diidolakan peserta didik, oleh karena itu guru harus

faham bahwa keteladanan lebih mengedepankan perilaku dalam bentuk

tindakan nyata, daripada sekedar berbicara tanpa aksi atau teori belaka.33

Keteladanan dapat ditunjukkan dalam perilaku dan sikap

pendidik dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh tindakan-

tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik

untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai contoh teladan merupakan

langkah awal pembiasaan, Jika pendidik dan tenaga kependidikan yang lain

menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan

nilai-nilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain

adalah orang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berperilaku

dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi,

datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih

sayang, perhatian dengan peserta didik juga menjaga kebersihan. Apabila

pendidik mengetahui adanya perilaku dan sikap yang kurang baik, maka

pada saat itu juga pendidik harus melakukan koreksi sehingga peserta didik

tidak akan melakukan tindakan yang tidak baik tersebut. 34

32

Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an (Bandung :

Simblosa Rekatama Media, 2009), 108-109. 33

Lupriya, “Selamatkan Pelajar dari Bahaya”, dalam ,Media, 29. 34

Zainal Aqib, Pendidikan Karakter., 92-93.

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

29

Dalam proses pendidikan berarti guru harus berusaha menjadi

teladan yang baik bagi siswanya. Diharapkan dengan keteladanan tersebut

siswa senantiasa mencontoh segala perbuatan dan perkataan yang baik dari

guru. Jadi metode keteladanan ini penting dalam membentuk karakter siswa.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Keteladanan

Sebagai suatu metode, keteladanan juga memiliki kelebihan dan

kelemahan. Adapun kelebihan metode keteladanan :

a. Metode keteladanan akan memudahkan peserta didik dalam

mempraktikkan dan mengimplementasikan ilmu yang dipelajarinya

selama proses pendidikan berlangsung.

b. Bila keteladanan di lingkungan keluarga, lembaga pendidikan atau

sekolah dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.

c. Metode keteladanan dapat menciptakan hubungan harmonis antara

peserta didik dengan pendidik.

d. Dengan metode keteladanan tujuan pendidikan yang ingin dicapai

menjadi lebih terarah dan tercapai dengan baik.

e. Dengan metode keteladanan pendidik secara tidak langsung dapat

mengimplementasikan ilmu yang diajarkannya.

f. Metode keteladanan juga mendorong pendidik untuk senantiasa berbuat

baik karena menyadari dirinya akan dicontoh oleh peserta didiknya35

35

“Penerapan metode uswatun hasanah ”,http://khazanahkeislaman.blogspot.co.id. Diakses tanggal

4 Desember 2015.

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

30

Selain mempunyai kelebihan dan keunggulan dibandingkan

dengan metode lainnya, dalam penerapannya metode keteladanan juga tidak

terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya yaitu sebagai berikut:

a. Jika dalam proses belajar mengajar figur yang diteladani dalam hal ini

pendidik tidak baik, maka peserta didik cenderung mengikuti hal-hal

yang tidak baik tersebut pula.

b. Jika dalam proses belajar menganjar hanya memberikan teori tanpa

diikuti dengan implementasi maka tujuan pendidikan yang akan dicapai

akan sulit terarahkan.

Jadi dari kelebihan dan kekurangan diatas dapat terlihat betapa

sentralnya peranan guru dalam hal ini merupakan sosok kunci yang akan

memberikan teladan kepada peserta didik, dan juga sosok yang akan

dijadikan model atau teladan oleh peserta didik, jadi dalam hal ini sukses

atau tidaknya Metode keteladalan dalam suatu pembelajaran sangat

tergantung pada sosok guru yang diteladani. Oleh karena itu, keteladanan

yang baik adalah salah satu metode yang bisa diterapkan untuk

merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki

peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan

pendidikan36

.

Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa metode itu

pasti memiliki kelebihan dan kekurangan tetapi disini guru harus berusaha

menjadi teladan yang baik bagi siswa. Metode keteladanan ini sangat

diperlukan dalam menanamkan karakter siswa di sekolah.

36

Zabid, “Metode pendidikan dalam islam.”, http://zabid27.blogspot.co.id. Diakses tanggal 4

Desember 2015.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

31

C. Metode Pembiasaan

1. Pengertian Metode Pembiasaan

Menurut Muhammad Qutbh yang dikutip Hasan Basri, Islam

telah membentuk suatu masyarakat yang di dalamnya hidup sebagai nilai

dan norma-norma, yang seharusnya menjadi kebiasaan pada peserta didik.

kebiasaan-kebiasaan baik tersebut telah menjadi unsur individual dan

masyarakat. Selanjutnya dari kebiasaan-kebiasaan tersebut akan tersusunlah

kaidah sosial yang kuat dan kokoh.37

Pendidikan melalui kebiasaan bisa dimulai dengan

dihidupkannya rasa kecintaan terhadap kebenaran diri, kemudian

diubahnya menjadi kegairahan berbuat demikian tanpa merasa berat

sedikitpun. Kebiasaan yang baik dapat dibangun dari dalam peserta didik

(internal) dan berasal dari luar dirinya (eksternal)

Kebiasaan yang dipergunakan oleh Al-Qur’an tidak terbatas

hanya kebiasaan yang baik dalam bentuk perbuatan melainkan juga dalam

bentuk perasaan dan pikiran. Berkaitan dengan ini semua harus disesuaikan

dengan tingkat perkembangan murid. Al-Ghazali yang dikutip Abdul

Madjid, misalnya menyarankan dipakainya metode yang berbeda antara

anak-anak dengan orang dewasa. Al-Ghazali berkata:”Kewajiban utama

dari seorang pendidik ialah mengajarkan kepada anak-anak, apa-apa yang

mudah dan gampang dipahaminya, oleh karena masalah-masalah yang

pelik akan mengakibatkan ia lari dari ilmu”.

37

Hasan Basri, Metode Pendidikan Islam Muhammad Qutbh (Kediri : STAIN Kediri Press,

2009),113.

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

32

Proses pembiasaan harus dimulai dan ditanamkan kepada anak

sejak dini. Potensi ruh keimanan manusia yang diberikan Allah harus

senantiasa dipupuk dan pelihara dengan memberikan pelatihan-pelatihan

dalam beribadah. Jika pembiasaan sudah ditanamkan, maka anak tidak akan

merasa berat lagi untuk beribadah, bahkan ibadah akan menjadi amal dan

sumber kenikmatan dalam hidupnya karena bisa berkomunikasi langsung

dengan Allah dan sesama manusia.38

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara

berulang-ulang agar sesuatu itu menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan ini

berintikan pengalaman. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu

yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena menjadi kebiasaan

yang melekat dan spontan, agar kegiatan itu dapat dilakukan dalam setiap

pekerjaan. 39

Kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara tidak terprogram

dapat dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut :

a. Kegiatan rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan secara terjadwal,

seperti shalat berjamaah, shalat dhuha bersama, upacara bendera,

senam, memelihara kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekolah.

b. Kegiatan yang dilakukan secara spontan adalah pembiasaan yang

dilakukan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, misalnya

pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada

tempatnya, melakukan antri.

38

Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam ., 130 39

Zainal Aqib, Pendidikan Karakter., 93

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

33

c. Kegiatan dengan keteladanan adalah pembiasaan dalam bentuk prilaku

sehari-hari, seperti berpakaian rapi, berbahasa yang baik dan santun,

rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang

ke sekolah dengan tepat waktu.

Dalam pendidikan karakter, pembiasaan peserta didik akan lebih

efektif jika ditunjang dengan keteladanan dari tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya. Oleh karenanya metode ini dalam pelaksanaannya

tidak akan terlepas dari keteladanan atau metode teladan. Dimana ada

pembiasaan disana ada keteladanan. Kebiasaan yang dilakukan secara

terus menerus ini yang dalam teori pendidikan akan membentuk karakter.40

Dalam membangun karakter yang baik sekolah dalam diri anak

didik, lembaga pendidikan atau setiap sekolah mestinya menerapkan

semacam “budaya sekolah” dalam rangka membiasakan karakter yang

akan dibentuk. Budaya sekolah dalam pembentukan karakter ini harus

terus-menerus dibangun dan dilakukan oleh semua yang terlibat dalam

proses pendidikan di sekolah. Lebih penting lagi, dalam ha ini adalah agar

mengambangkan karakter tersebut. sungguh, sebagus apapun karakter

yang dibangun dalam lembaga pendidikan apabila tidak ada suri teladan

dari para pendidiknya, akan sulit dapat tercapai apa yang telah

diharapkan.41

40

Ibid.,95. 41

Akhmad Muhaimin Azzet, urgensi pendidikan karakterdi Indonesia ( Jogjakarta : Ar-Ruzz

Media, 2011), 13.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

34

Dari paparan diatas disimpulkan bahwa kegiatan pembiasaan

sebagai proses membentuk karakter siswa. Karena metode pembiasaan

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan berulang-ulang.

Sehingga siswa dapat melaksanakan tanpa disadari. Maka dari itu, seorang

guru harus mampu mennyelaraskan antaraperkataan dan perbuatannya,

sehingga tidak ada kesan bahwa guru hanya mampu memberikan nilai

tetapi tidak mau mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak

didik. Jadi metode pembiasaan ini sangat diperlukan dalam proses

penanaman karakter siswa.

2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagai suatu metode, pembiasaan juga memiliki kelebihan dan

kelemahan. Adapun kelebihan metode pembiasaan :

a. Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan metode ini menambah

ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

b. Pemanfaatan pembiasaan-pembiasan tidak memrlukan banyak

konsentrasi dalam pelaksanaannya.

c. Pembentukan kebiasaan membuat gerakan yang komplek, rumit menjadi

otomatis.

Selain mempunyai kelebihan dan keunggulan dibandingkan

dengan metode lainnya, dalam penerapannya metode pembiasaan juga tidak

terlepas dari berbagai kekurangan, diantaranya yaitu sebagai berikut :

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

35

a. Kadang-kadang pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang

merupakan hal yang monoton dan membosankan.

b. Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan

untuk mendapatkan kecakapan memberikan respon secara otomatis

tanpa menggunakan intelegensinya.42

Metode pembiasaan ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan

maka dari itu sekolah atau guru harus mampu melakukan pembiasaan

dengan baik.Melalui metode pembiasaan ini siswa akan lebih terbiasa

melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

42

Rozak, “Metode pembiasaan dalam pembelajaran, http://kreatifrozak.blogspot.co.id.

Diaksestanggal 4 Desember 2015.

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan

36