Upload
ngokhue
View
221
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengelolaan
Pengelolaan atau manajemen memiliki pengertian
sangat luas dan beragam. Beberapa ahli dalam bidang
ini mendefinisikan dan merumuskannya menurut
pandangan sendiri. Sudjana (2000:17) mengemukakan
bahwa:
Manajemen atau pengelolaan adalah merupakan
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorgani-
sasikan, menggerakkan, mengendalikan, dan me-ngembangkan terhadap segala upaya dalam meng-
atur dan mendayagunakan sumber daya manusia,
sarana dan prasarana secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Paturusi (2012: 2)
menjelaskan bahwa manajemen atau pengelolaan pada
dasarnya merupakan seni atau proses dalam menyele-
saikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tuju-
an. Slameto (2009: 1) mengartikan manajemen adalah
suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, pengkoordinasian dan
pengawasan dengan menggunakan berbagai sumber
daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
14
Dari pandangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa manajemen atau pengelolaan adalah seni
dalam proses perencanaan, pengorganisasian, penga-
rahan, dan pengendalian serta pengembangan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi.
Sekolah adalah sebuah kelompok masyarakat
kecil terdiri dari kepala sekolah, guru, karyawan,
siswa didik, serta komite sekolah. Dari beberapa
macam unsur yang ada di sekolah, maka sekolah akan
mempunyai beberapa macam adat dan budaya yang
dibawa oleh penghuni sekolah tersebut. Sagala (2000:
77) mengatakan sekolah merupakan masyarakat mini
yang menjadi pusat pengembangan para siswa, seko-
lah bukan merupakan sebuah birokrasi yang sarat
dengan beban-beban administrasi. Untuk itu kegiatan
yang ada di sekolah adalah merupakan proses pela-
yanan. Siswa adalah merupakan pelanggan (client)
yang datang ke sekolah untuk mendapatkan pelayan-
an yang sebaik-baiknya, siswa bukanlah sebuah
bahan baku mentah (raw input) yang akan dicetak
untuk menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi.
Dengan adanya beberapa unsur yang ada di
sekolah, maka manajeman sangat diperlukan oleh
sekolah maupun oleh guru guna memberi pelayanan
sebaik mungkin terhadap peserta didik, sehingga
peserta didik merasa nyaman dengan pelayanan yang
ada di sekolah, dan pada akhirnya dapat memberikan
out came yang baik yang dapat memenuhi tuntutan
masyarakat.
15
Paparan di atas merupakan gambaran penge-
lolaan secara umum, maka pendekatan pengelolaan
yang diambil dalam penelitian ini adalah pendekatan
proses pencapaian tujuan pendidikan. Menurut
Suryosubroto (2004: 22) “ciri manajemen yaitu adanya
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, peng-
koordinasian, dan penilaian”.
2.1.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses yang sistematis
dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang
akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Dise-
but sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan
dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu. Peren-
canaan menurut Sudjana (2000: 61) “prinsip prinsip
perencanaan mencakup pengambilan keputusan,
penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah,
serta tindakan atau kegiatan yang terorganisir”.
Sedangkan Uno (2006:1) menyatakan bahwa:
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan
untuk membantu kegiatan agar dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai
tujuan yang telah ditetap-kan.
Menurut Handoko (1992: 34), perencanaan adalah:
a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organi-sasi, dan b) penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metode, sistem, ang-
garan, dan standar yang dibutuhkan untuk men-capai tujuan tertentu.
16
Majid (2007: 15) berpendapat bahwa “perencanaan
merupakan suatu usaha untuk menyusun langkah-
langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan”.
Dari beberapa pendapat tersebut hampir semua-
nya menyatakan bahwa fungsi organisasi tegantung
dari perencanaan, karena perencanaan merupakan
pembuka jalan. Apabila jalan itu salah maka tidak
akan sampai tujuan, tetapi apabila jalan itu benar
maka tujuan akan bisa dicapai. Perencanaan sebagai
suatu strategi untuk mencapai tujuan yang dibuat
sebelum mengambil suatu tindakan, program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan, menentukan dan
menetapkan kegiatan yang ingin dicapai, bagaimana
cara mencapainya, dan berapa lama waktu yang
dibutuhkan. Proses perencanaan harus dilakukan
secara rasional dengan mempertimbangkan berbagai
aspek untuk mengatasi berbagai permasalahan.
Dari beberapa pendapat dan kajian di atas maka
pengertian perencanaaan dapat disimpulkan sebagai
berikut: Perencanaan adalah menentukan apa yang
akan dilakukan. Perencanaan mengandung banyak
rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelas-
an dari tujuan, penentuan kebijakan, program,
metode-metode dan prosedur tertentu, serta kegiatan
berdasarkan jadwal yang ada.
17
2.1.2 Pengorganisasian (Organizing)
Sepanjang perkembangannya, pengorganisasian
sebagai salah satu fungsi manajemen memiliki penger-
tian yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebab-
kan oleh perbedaan latar belakang keahlian para
pakar yang memberikan pengertian masalah pengorga-
nisasian, serta sangat dipengaruhi oleh kondisi ling-
kungan dalam menerapkan fungsi pengorganisasian
tersebut.
Menurut Sudjana (2000: 116):
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk memben-tuk organisasi. Organisasi ini mencakup sumber-
sumber manusiawi yang akan mendayagunakan
sumber-sumber lainnya untuk menjalankan ke-giatan sebagaimana direncanakan dalam menca-
pai tujuan yang telah ditentukan.
Adapun Handoko (1992: 34) mengemukakan
pengorganisasian sebagai:
(1) penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organi-
sasi; (2) perancangan dan pengembangan suatu
organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kearah tujuan; (3) pe-
nugasan tanggungjawab tertentu; (4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-indi-vidu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Sementara itu Paturusi (2012: 76) menyatakan
bahwa pengorganisasian adalah “kegiatan manajerial
suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan
siapa yang akan melaksanakan tugas terentu untuk
mencapai tugas yang diinginkan organisasi”.
18
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, maka
dapat dipahami bahwa pengorganisasian adalah suatu
usaha untuk menstrukturkan dan menetapkan kerja-
sama di antara orang-orang yang ada dalam kelompok,
yang meliputi: tugas-tugas, wewenang, tanggung-
jawab, serta tata hubungan masing masing orang.
2.1.3 Penggerakan (Actuating)
Menurut Sutomo (2009: 14), pergerakan dapat
didefinisikan sebagai:
Keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode
untuk mendo-rong para anggota organisasi agar
mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin
demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis.
Menggerakkan adalah kemampuan membujuk
orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah dite-
tapkan dengan penuh semangat (Paturusi, 2012: 79).
Dengan demikian dalam pengelolaan pembelajaran,
kemampuan untuk menggerakkan sangatlah penting
agar siswa tidak menyimpang dari arah yang telah
ditetapkan. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang
diperkirakan dapat timbul dalam kegiatan pembela-
jaran.
2.1.4 Pengkoordinasian (Coordination)
Dalam pembelajaran sangat diperlukan sebuah
koordinasi, karena dengan koordinasi kegiatan akan
berjalan sesuai yang diharapkan. Suryosubroto (2004:
19
25) mengartikan pengkoordinasian sebagai usaha
untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai indi-
vidu atau unit yang ada agar kegiatan mereka berjalan
selaras dalam rangka mencapai suatu tujuan.
Paturusi (2012: 81) menyatakan:
Pengkoordinasian harus dilakukan dalam organi-sasi pendidikan, karena dalam organisasi pendi-
dikan ada pembagian kerja yang amat substansi
yaitu pekerjaan mendidik dan pekerjaan manaje-
men satuan pendidikan dan manajemen pembela-jaran untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai
mutu yang diharapkan”.
Dengan demikian pengkoordinasian dalam pem-
belajaran sangat penting dimiliki oleh guru, karena
dengan kemampuan mengkoordinasi maka pembela-
jaran akan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
2.2 Pengelolaan Pembelajaran
Pembelajaran adalah sebuah istilah baru sebagai
pengganti istilah belajar mengajar. Kedua istilah ter-
sebut hampir mengandung arti yang sama, hanya saja
istilah pembelajaran menitikberatkan pada bagaimana
membelajarkan siswa didik secara optimal. Dengan
kata lain peran siswa didik harus lebih aktif dibanding
dengan guru dalam proses pembelajaran.
Sanjaya (2006: 97) mempunyai anggapan bahwa
peran guru di dalam kelas bukan sebagai sumber
belajar, tetapi sebagai fasilitator. Artinya guru harus
lebih banyak membantu siswa didik untuk belajar.
20
Sementara menurut Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 6):
“pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membu-
at orang belajar, tujuannya adalah membantu orang
belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga mem-
beri kemudahan bagi orang yang belajar”.
Hasil suatu pendidikan ditentukan oleh efektif
tidaknya guru dalam mengatur atau mengelola pem-
belajaran. Dengan pengelolaan pembelajaran yang
baik akan mengasilkan tujuan pembelajaran yang baik
pula. Menurut Seivert (2005: 1) “intensitas dan
efektivitas hasil pendidikan (out put/graduated) sangat
ditentukan oleh manajemen mutu pembelajaran dan
instruksi yang dijalankan dalam lembaga pendidikan
tersebut”.
Guru sebagai tenaga pendidik harus profesional,
dan dapat menunjukkan keprofesionalnnya melalui
bentuk pelayanan jasa kepada masyarakat. Layanan
jasa itu diwujudkan dengan pelayanan yang memuas-
kan terhadap siswa didiknya. Agar masyarakat menda-
patkan pelayanan yang memuaskan, maka guru harus
bisa melaksanakan manajemen yang baik dalam
menjalankan tugas kesehariannya. Dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab XI,
pasal 39, ayat 2 dinyatakan bahwa:
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
21
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penilaian dan pengabdian kepada ma-
syarakat terutama bagi pendidik pada perguruan
tinggi.
Slameto (2009: 123) menyatakan bahwa manaje-
men atau administrasi pengajaran adalah keseluruhan
proses penyelenggaraan kegiatan di bidang pengajaran
yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran ter-
laksana secara efektif dan efisien. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana
Pendidikan (1996-1997: 35) mengemukakan:
Fungsi dan tugas guru sebagai seorang pendidik
dan pengajar adalah: (a) menyusun perangkat program pengajaran, (b) pelaksanaan pelajaran,
(c) evaluasi, (d) analisa hasil ulangan, dan (e) pe-
laksanaan program perbaikan dan pengayaan.
Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-
ma (2005: 1) bahwa:
Rincian subtansi manajemen pembelajaran terdiri:
a) perencanaan meliputi: membuat AMP, menyu-sun kalender pendidikan, menyusun program
tahunan, menyusun program semester, menyusun
program satuan pelajaran, dan menyusun RPP, b) pengorganisasian meliputi: penyusunan jadwal ke-
giatan, c) pelaksanaan yaitu: melaksanakan ke-
giatan pembelajaran, dan d) pengawasan yaitu kegiatan evaluasi proses pembelajaran dan hasil
kegiatan pembelajaran.
Penulis sependapat dengan Slameto yang
menyatakan bahwa pengelolaan pembelajaran adalah
suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang
22
guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksana-
kan pembelajaran, mengevaluasi pelaksanaan pem-
belajaran, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan
tindaklanjut hasil evaluasi agar dapat berjalan dengan
lancar, efektif dan efisien. Dengan kata lain seorang
guru dalam melaksanakan tugas kesehariannya tidak
hanya melakukan fungsi instruksionalnya saja, me-
lainkan juga harus melaksanakan tugas manajerial.
2.3 Pendidikan Jasmani Olah Raga dan
Kesehatan
2.3.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan
Seiring perkembangan bangsa dengan berbagai
macam problematika yang menyertainya, maka dipas-
tikan akan berpengaruh pula terhadap pelaksanaan
pendidikan. Oleh sebab itu sistem pendidikan harus
mampu menghadapi perkembangan pendidikan, dan
kurikulum dapat diubah sesuai kebutuhan. Perubah-
an kurikulum tersebut, mengakibatkan perubahan
nama mata pelajaran yang di dalamnya termasuk
mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan.
Perubahan nama atau istilah pendidikan jas-
mani olahraga dan kesehatan dapat kita lihat pada
setiap kali perubahan kurikulum. Dalam Kurikulum
1994 dikenal dengan nama pendidikan jasmani,
kemudian muncul Kurikulum 2004 yang kita kenal
23
dengan Kurikulum Berbasis Kompeteni (KBK). Dalam
kurikulum tersebut muncul nama pendidikan jasmani
dan olahraga. Dua tahun kemudian tepatnya tahun
2006 pemerintah mengganti lagi dengan kurikulum
baru yaitu Kurikulum 2006 yang sering kita kenal
dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Dalam kurikulum 2006 tersebut muncul
istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
(penjasorkes).
Pengertian pendidikan jasmani menurut Depdik-
bud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktoran Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 2)
adalah:
Proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengeta-huan dan perilaku hidup sehat dan aktif, dan
sportif, serta kecerdasan emosi.
Menurut Khomsin (2001: 4) bahwa:
Pendidikan jasmani adalah proses pemenuhan
kebutuhan pribadi siswa yang meliputi aspek kog-nitif, afektif, dan psikomotor yang secara ekplisit
dapat terpuaskan melalui semua bentuk kegiatan
jasmani yang diikutinya.
Pada prinsipnya pendidikan jasmani adalah
sebuah bentuk pendidikan yang mengutamakan gerak
manusia dengan tanpa mengesampingkan perkem-
bangan aspek yang lain yaitu sikap dan pengetahu-
annya. Dengan kata lain, bahwa pendidikan jasmani di
samping mengutamakan aspek psikomorik juga mem-
24
perhatikan aspek yang lain yaitu afektif dan kognitif.
Pengertian pendidikan jasmani olahraga dan kesehat-
an yang muncul dalam KTSP atau Kurikulum 2006
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah, seperti yang saya
uraikan pada bab I, mengatakan bahwa:
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meru-
pakan bagian integral dari pendidikan secara kese-
luruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keteram-pilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola
hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, terpilih yang direncana-
kan secara sistematis dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
merupakan suatu proses pembinaan manusia yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah-
sekolah memiliki peran yang sangat penting, karena
melalui pendidikan ini anak didik dapat terlibat secara
langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui
aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan. Dengan
pengalaman belajar tersebut siswa memperoleh pembi-
naan pertumbuhan fisik dan mengalami pengem-
bangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk
pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
25
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
istilah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
pada prinsipnya adalah sama, yaitu melakukan gerak
sepanjang hayat yang merupakan pendorong pertum-
buhan fisik, perkembangan psikis, serta keterampilan
motorik. Hanya saja pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan mengandung makna yang lebih luas yaitu
pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk
merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas
fisik dan psikis yang seimbang.
2.3.2 Hakikat Pendidikan Jasmani
Tim KBK Penjas Direktorat Menengah Kejuruan
(2003:3) mengatakan bahwa “manusia itu terdiri dari
dua komponen utama yang dengan sendirinya dapat
terpilah-pilah, yaitu komponen jasmani dan rohani
(dikhotomi). Pandangan semacam ini mempunyai ang-
gapan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kese-
hatan hanya semata-mata mendidik jasmani saja atau
sebagai penyeimbang serta penyelaras pendidikan
rohani. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya
sebagai pelengkap. Pandangan seperti di atas bisa
menimbulkan salah kaprah seorang guru pendidikan
jasmani dalam merumuskan tujuan, program pelak-
sanaan, dan penilaian. Pada akhirnya pelaksanaan
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan cende-
rung hanya mengarah kepada upaya dalam memper-
kuat badan, memperhebat keterampilan fisik, dan
mengarah pada kemampuan jasmaniah saja. Guru
26
lupa bahwa sebenarnya manusia juga terdiri dari
unsur rohaniah dan sosial.
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan
pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan
sebagai media untuk mencapai perkembangan indi-
vidu secara menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani,
siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani
termasuk keterampilan olahraga. Oleh karena itu,
tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang
meyakini bahwa pendidikan jasmani merupakan bagi-
an dari pendidikan menyeluruh, dan sekaligus memi-
liki potensi yang strategis untuk mendidik.
Pendidikan jasmani (physical education) merupa-
kan bagian integral dari sistem pendidikan. Pendidik-
an jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari program pendidikan. Berkaitan dengan pendidik-
an jasmani, Aip dan Muhadi (1991/1992:4) menyata-
kan bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas
jasmani yang dirancang dan disusun secara siste-
matik untuk merangsang pertumbuhan dan per-kembangan, meningkatkan kemampuan dan ke-
terampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan
watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga negara dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.
Dari pandangan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia.
27
Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan berkaitan dengan hubungan antara gerak
manusia dan wilayah pendidikan yang lainnya dan
hubungan dari perkembangan tubuh fisik dengan
pikiran serta jiwanya.
Jadi melalui pembelajaran pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan sekaligus akan diperoleh tiga
aspek, yaitu: psikomotorik; afektif; dan kognitif. Itulah
yang menjadikan ciri bahwa mata pelajaran pendidik-
an jasmani olahraga dan kesehatan berbeda dengan
mata pelajaran yang lain. Tidak ada mata pelajaran
lainnya yang seperti mata pelajaran pendidikan jas-
mani olahraga dan kesehatan yang mempunyai kepen-
tingan dengan perkembangan manusia secara menye-
luruh.
2.3.3 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan
Bucher yang dikutip oleh Khomsin (2001: 5),
mengatakan bahwa:
Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehat-
an dapat diklasifikasikan menjadi lima bagian utama yaitu: (1) Organi, aspek ini terkait dengan
kekuatan otot, kelentukan, dan daya tahan kardi-
osvaskular, (2) Interperatif, aspek ini terkait dengan
masalah kemampuan siswa untuk menyelidiki, menemukan, memperoleh pengetahuan dan mem-
buat penilaian, (3) pekembangan neuromoskuler,
(4) untuk perkembangan faktor sosial, aspek ini terkait dengan kemampuan menilai diri sendiri dan
orang lain dengan menghubungkan individu untuk
masyarakat dan lingkungan, (5) sebagai perkem-bangan emosional, aspek ini terkait dengan ke-
28
mampuan melakukan respon yang sehat terhadap
kegiatan fisik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 22 tahun 2006, tujuan mata
pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
diberikan di sekolah adalah agar para siswa didik
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
(1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan
kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui
berbagai aktifitas jasmani dan olahraga yang terpilih; (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan
pengembangan psikis yang lebih baik; (3) Mening-
katkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar; (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat
melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung
didalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehat-an; (5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disi-
plin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri,
dan demokratis; (6) Mengembangkan keterempilan
untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; (7) Memahami konsep aktivitas
jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebu-
garan, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Pendidikan jasmani merupakan jenis pendidikan
yang mengutamakan aktivitas gerak sebagai media
pendidikan. Tujuan pendidikan jasmani dan olahraga
yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekali-
gus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek
fisik, mental, sosial, emosional, maupun moral
(Paturusi, 2012: 15).
29
Dari beberapa pandangan tentang tujuan pem-
belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
seperti telah diuraikan di atas, maka guru berperan
sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidak-
nya pembelajaran. Hasil akhir dari sebuah pembela-
jaran dituangkan dalam nilai rapor.
Menutur buku laporan hasil belajar siswa yang
dibuat oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa tengah,
aspek-aspek yang dinilai pada mata pelajaran pendi-
dikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah meli-
puti: Permainan dan Olahraga, Aktivitas Pengembang-
an, Uji diri/Senam, Aktivitas Ritmik, dan Aquatik/
Pendidikan luar sekolah.
Lutan (2000: 4) menggambarkan pendidikan
jasmani menuju perkembangan menyeluruh sebagai
berikut:
30
Gambar 1 Skematis Pendidikan Jasmani
menuju Perkembangan Menyeluruh
(Lutan 2000: 4)
Gambar tersebut menunjukkan cakupan tujuan
ideal pendidikan jasmani yang pelaksanaanya dilan-
daskan pada pendekatan pengajaran yang berorientasi
pada taraf perkembangan dan pertumbuhan anak.
Dari beberapa pendapat tersebut menunjukkan,
pendidikan jasmani di Sekolah Menengah Pertama
bertujuan untuk mengembangkan kebugaran jasmani,
pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, meningkat-
Pendidikan Jasmani
Praktik Pengajaran berorientasi pada
Karakteristik perkembangan dan pertumbuhan anak
Psikomotorik
Kesegaran
Jasmani
Perseptual
motorik
Afektif Kognitif
Konsep Diri Intelegensia emosional
dan watak
Penalaran dan pembuatan
keputusan
Pengetahuan tentang penjas, olahraga dan
kesehatan
31
kan keterampilan gerak, membentuk karakter moral
yang baik, menumbuhkan sikap sportif, mengembang-
kan keterampilan menjaga keselamatan dan pencapai-
an pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup yang
sehat dan kebugaran serta memiliki sikap yang sportif.
2.3.4 Manfaat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum.
Melalui program pendidikan jasmani dapat diupaya-
kan peranan pendidikan untuk mengembangkan
kepribadian individu. Tanpa ada pendidikan jasmani
di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terha-
dap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruh-
an. Mahendra (2004: 7-8) mengatakan bahwa:
Secara umum manfaat pendidikan jasmani di
sekolah mencakup: (1) Memenuhi kebutuhan anak
akan gerak, (2) Mengenalkan anak pada lingkung-an dan potensi dirinya, (3) Menanamkan dasar-
dasar keterampilan yang berguna, (4) Menyalurkan
energi yang berlebihan, (5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental
maupun emosional.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan,
banyak manfaat yang diperoleh dari pendidikan
jasmani di antaranya: sebagai pemenuhan akan gerak
anak; mengenalkan lingkungan dan potensi anak;
menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna;
untuk menyalurkan energi yang berlebihan; dan seba-
gai proses secara serempak baik fisik, mental, maupun
32
emosional. Pendidikan jasmani merupakan suatu pen-
didikan yang di dalamnya mencakup pengembangan
individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan
jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi
juga aspek mental, emosional dan spiritual.
2.3.5 Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
Ruang lingkup pendidikan jasmani mencakup
banyak aspek. Menurut Furqon (2007: 4) bahwa:
Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga meli-
puti aspek-aspek sebagai berikut: permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan diri meliputi, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air,
pendidikan luar kelas, kesehatan.
Pendapat tersebut menunjukkan, ruang lingkup
pendidikan jasmani meliputi enam aspek yaitu: olah-
raga permainan, pengembangan diri, aktivitas ritmik,
aktivitas air, pendidikan luar kelas, dan budaya hidup
sehat. Dari masing-masing aspek tersebut di dalamnya
terdiri beberapa macam cabang olahraga yang telah
diatur berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Olahraga permainan, meliputi permainan bola
besar, permainan bola kecil, bela diri dan atletik.
Permainan bola besar terdiri dari sepak bola, bola voli,
bola basket. Permainan bola kecil meliputi tenis meja,
bulu tangkis. Bela diri merupakan bagian dari olah-
raga permainan. Dalam kurikulum SMP, beladiri yang
diajarkan adalah pencaksilat. Atletik juga merupakan
salah satu aspek permainan olahraga yang diajarkan
33
di Sekolah. Cabang olahraga atletik terdiri dari bebe-
rapa macam nomor, yaitu: lari, lompat, dan lempar.
Aspek pengembangan diri meliputi kebugaran
jasmani dan senam lantai. Aktivitas ritmik meliputi
senam irama. Aktivitas air atau aquatik adalah kegiat-
an yang berhubungan dengan air, dalam hal ini adalah
renang. Pendidikan luar kelas meliputi penjelajahan,
berkemah.
2.4 Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Seperti telah penulis uraikan di atas bahwa
seorang guru dituntut bisa mengelola atau mengatur
tugas-tugas pokok sebagai seorang guru dalam melak-
sanakan pembelajaran. Pakar pendidikan Hamalik
(2001: 123-124) menyatakan:
Peran guru dapat juga sebagai seorang pemimpin,
artinya guru berkewajiban mengadakan supervisi
atas kegiatan belajar murid, membuat rencana
pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manaje-men belajar sebaik-baiknya, melakukan manaje-
men kelas, mengatur disiplin kelas secara demo-
kratis.
Majid (2007:112) mengatakan bahwa: “guru
dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya.
Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang
ada ketika proses belajar mengajar berlangsung”.
Pendapat lain dari Yamin (2007: 55) adalah:
34
Guru memiliki peran ganda di sekolah. Mutu
pendidikan menjadi tanggung jawab guru. Guru juga sebagai seorang menajerial yang akan menge-
lola proses pembelajaran, merencanakan pembela-
jaran, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan meng-
adakan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi
siswa masing-masing.
Uraian di atas menggambarkan bahwa dalam
menjalankan tugasnya seorang guru (termasuk guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan) harus
bisa mengelola atau mengatur pembelajarannya, kare-
na apabila guru dapat mengatur pembelajarannya
dengan baik miscaya hasil yang diharapkan juga akan
lebih baik. Seperti disampaikan Sukardi (2006:26):
Sebagai seorang guru yang profesional dan harus
dilakukan oleh setiap guru di sekolah, memiliki
lima tugas pokok, yaitu merencanakan, melaksa-nakan pembelajaran, mengevaluasi hasil pembela-
jaran, menindaklanjuti hasil pembelajaran, serta
melakukan bimbingan dan konseling.
Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa
seorang guru termasuk di dalamnya guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan dalam menjalankan
tugas kesehariannya harus bisa mengatur atau
mengelola pembelajarannya dengan sebaik mungkin.
Karena pengertian pengelolaan pembelajaran mengan-
dung arti yang sangat luas, maka dalam tulisan ini
penulis membatasi tentang pengertian pengelolaan
pembelajaran termasuk di dalamnya pengelolaan pem-
belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah sebagai berikut: pengelolaan pembelajaran
35
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah
suatu usaha atau upaya yang dilakukan oleh seorang
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran, mengevaluasi proses pembela-
jaran, dan melakukan tindaklanjut hasil evaluasi.
Untuk itu seorang guru pendidikan jasmani
olahraga dan kesehatan dalam melaksanakan manaje-
men pembelajaran di kelas harus melaksanakan
kegiatan yang terdiri dari empat tahapan, yaitu:
(1) membuat perencanaan pembelajaran, (2) pelaksa-
naan pembelajaran, (3) melaksanakan evaluasi, dan
(4) melaksanakan tindaklanjut hasil evaluasi.
2.4.1 Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memainkan peran
yang sangat penting dalam memandu guru untuk
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan mela-
yani siswanya. Perencanaan pembelajaran juga meru-
pakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan
dalam pembelajaran. Apabila perencanaan dipersiap-
kan dengan baik maka tujuan pembelajaran juga akan
tercapai dengan baik pula. Sebaliknya apabila peren-
canaan pembelajaran kurang dipersiapkan dengan
baik maka pelaksanaan pembelajarannya juga menjadi
kurang baik, sehingga hasil yang diharapkan pun juga
menjadi tidak baik pula. Majid (2007: 22) mengemu-
kakan bahwa, terdapat beberapa manfaat perencana-
an pembelajaran, yaitu:
36
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam menca-
pai tujuan;
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan
wewenang bagi setiap unsur yang terlibat
dalam kegiatan;
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik
guru maupun siswa;
4. Sebagai alat ukur efektif dan tidaknya suatu
pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui kete-patan dan kelambanan kerja;
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi
keseimbangan kerja;
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat,
dan biaya.
Sementara Hamalik (2001:135) berpendapat bahwa
“guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar
pelaksanaan pembelajaran berhasil”.
Salah satu faktor yang bisa membawa keber-
hasilan itu adalah guru tersebut senantiasa membuat
perencanaan pembelajaran sebelumnya. Begitulah
betapa pentingnya sebuah perencanaan pembelajaran
bagi seorang guru yang akan melaksanakan action di
depan siswa didiknya. Dengan perencanaan pembela-
jaran yang baik, maka guru tersebut tidak akan
kehilangan arah untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Sukardi (2006: 26-27) mengatakan bahwa
“fungsi perencanaan pembelajaran adalah untuk mem-
permudah guru dalam melaksanakan tugas selanjut-
nya”. Oleh sebab itu tidaklah benar bahwa membuat
perencanaan pembelajaran hanya akan merepotkan
pekerjaan guru. Selanjutnya Sukardi juga membagi
37
beberapa bentuk kegiatan persiapan pembelajaran
yang berupa penyusunan (1) analisis materi pelajaran
(AMP); (2) program tahunan dan program semester
(Prota dan Promes); (3) silabus; (4) rencana program
pembelajaran (RPP); dan (5) program perbaikan dan
pengayaan. Sedangkan menurut Depdikbud Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Sarana
Pendidikan (1996-1997: 35), tugas guru sebagai pen-
didik dan pengajar dalam pelaksanaan perencanaan
pembelajaran adalah menyusun perangkat program
pengajaran. Adapun perangkat program pengajaran
terdiri dari: (1) Analisis Materi Pelajaran (AMP);
(2) program tahuan; (3) program semester; (4) rencana
satuan pelajaran; (5) rencana pengajaran.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
tugas seorang guru yang baik dalam kegiatan peren-
canaan pembelajaran dapat dibuktikan dengan:
(1) tersajinya AMP; (2) tersajinya program tahunan dan
program semester; (3) tersajinya pemetaan; (4) tersaji-
nya silabus; dan (5) tersajinya rencana program pem-
belajaran (RPP) sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan denga baik. Dengan perencanaan yang baik
maka proses kegiatan berikutnya akan dapat berjalan
dengan baik pula.
2.4.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam
kelas merupakan salah satu kegiatan inti guru di
38
sekolah. Setelah guru selesai merencanakan pem-
belajaran maka guru harus melakukan kegiatan beri-
kutnya yaitu mempraktikkan perencanaan yang telah
dibuat di dalam kelas melalui pelaksanaan pembela-
jaran. Menurut Usman (2006: 4):
Pelaksanaan pembelajaran sama artinya dengan kegiatan belajar mengajar yang berarti merupakan
suatu proses yang mengandung serangkaian per-
buatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edu-katif untuk mencapai tujuan tertentu.
Sementara Sukardi (2006: 28) mengatakan
bahwa:
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran se-orang guru harus benar-benar siap materi, siap
mental, siap metodologi, siap media, dan siap
strategi pembelajaran. Hal ini akan didapat apa-
bila sebelumnya guru tersebut melaksanakan langkah pertama yaitu membuat perencanaan
pembelajaran dengan baik.
Khomsin (2001: 8) berpendapat bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani olah-
raga dan kesehatan di sekolah, kemampuan guru
dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat meru-
pakan salah satu faktor penting dalam mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pendapat di atas maka penulis
sependapat dengan Sukardi, karena seorang guru
harus mampu menampilkan diri seprima mungkin
saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Artinya
seorang guru harus menunjukkan kemampuan ter-
39
baiknya di depan para siswanya, penjelasannya
mudah dipahami, penguasaan keilmuannnya benar,
menguasai metodologinya, serta mempunyai strategi
pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan sebagai salah satu disiplin ilmu yang di-
ajarkan di sekolah-sekolah masih sering menemui
persoalan klasik tentang pola-pola mengajar yang ber-
sifat memaksakan kemampuan siswa yang sebetulnya
memiliki kecenderungan bermain. Akibatnya siswa
kurang memiliki daya tarik dan merasa bosan untuk
mengikuti pelajaran praktik penjas, sehingga pada
akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajar mereka.
Selain metode pembelajaran, pendidik juga
dapat melakukan dengan metode lain seperti berpikir
kritis, pemecahan masalah, interaktif dan inkuiri
(menggunakan metode pendekatan bermain untuk
meningkatkan prestasi). Dengan metode bermain diha-
rapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar-
nya, sehingga terjadi proses pembelajaran yang mena-
rik dan berkesan. Hal ini akan memberi penguatan
terhadap materi yang diberikan di sekolah sehingga
siswa mampu meningkatkan hasil belajarnya dan
dapat mencapai prestasi yang gemilang.
1. Strategi Pembelajaran
Menurut Sudjana (2005: 6):
Strategi pembelajaran mencakup penggunaan pen-dekatan, metode dan teknik, bentuk media,
40
sumber belajar, pengelompokan peserta didik,
untuk mewujudkan interaksi edukatif antara pendidik dengan peserta didik, dan antara peserta
didik dan lingkungannya, serta upaya pengukuran
terhadap proses, hasil, dan/atau dampak kegiatan pembelajaran.
Sagala (2007: 221) berpendapat bahwa konsep
dasar strategi belajar mengajar meliputi:
(1) menentukan spesifikasi dan kualifikasi peru-bahan perilaku belajar; (2) menentukan pilihan
berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah
belajar, memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar; dan (3) norma dan kriteria
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Sanjaya (2007: 126) “dalam dunia pen-
didikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai pe-
rencanaan yang berisi rangkaian kegiatan yang di-
desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu rencana atau
tindakan yang di dalamnya termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam
pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tuju-
an tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan
penyusunan strategi pembelajaran adalah pencapaian
tujuan, sehingga penyusunan langkah pembelajaran,
pemanfaatan sumber dan fasilitas semuanya diarah-
kan pada pencapaian hasil belajar.
2. Tahapan Pembelajaran
Sagala (2007: 225) mengatakan, ada tiga hal
pokok yang harus dilaksanakan oleh guru dalam
41
melaksanakan mengajar, yakni tahap permulaan (pra-
instruksional), tahap pengajaran (instruksional), serta
tahap penilaian dan tindaklanjut.
Gambar 2 Tahapan Pembelajaran
(Sagala (2007: 225)
Ketiga tahapan ini harus ditempuh oleh seorang
guru setiap melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Jika salah satu tahapan tersebut ditinggalkan, maka
sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses
pembelajaran (Sagala, 2007: 226).
1. Tahap Pra-Instruksional
Tahap pra-instruksional adalah tahapan yang
ditempuh oleh seorang guru pada saat ia memulai
pembelajaran. Tujuan dari tahapan ini adalah meng-
ungkap kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang
telah diterimanya, dan menumbuhkan kondisi belajar
dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu. Dalam
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kegiatan
semacam ini disebut dengan pemanasan.
2. Tahap Instruksional
Tahap instruksional sering disebut dengan
tahap pembelajaran atau tahap inti, yakni tahap mem-
Tahap
Praintruksionall
Tahap
Intruksional
Tahap Evaluasi &
Tidak Lanjut
42
berikan bahan pelajaran yang telah disusun guru
sebelumnya. Secara umum tahap ini dapat diuraikan
sebagai berikut: (1) menjelaskan kepada siswa tentang
tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) menentu-
kan materi pokok atau kompetensi dasar yang akan
dipelajari, (3) membahas pokok materi yang telah
ditentukan, (4) penggunaan alat bantu atau media
pembelajaran, dan (5) menyimpulkan hasil pembahas-
an dari pokok materi.
3. Tahap Penilaian dan Tindaklanjut
Tahap penilaian dan tindak lanjut bertujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kegiatan
intruksional. Adapun kegiatan pada tahap ini adalah:
(1) mengajukan pertanyaan atau siswa disuruh mela-
kukan kegiatan tentang materi yang telah dipelajari-
nya; (2) apabila 75% siswa belum bisa melakukan,
maka guru hendaknya mengulangi kembali penjelasan
meteri yang telah diberikan; (3) guru bisa memberikan
tugas-tugas di rumah yang ada hubungannya dengan
materi pokok; dan (4) mengakhiri pelaksanaan pem-
belajaran.
Wahjoedi (2005: 1) memaparkan, pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan umumnya
dilakukan dalam serangkaian dari tiga tahapan, yaitu:
pemanasan (warming up), latihan inti, dan pendingin-
an (cooling down). Latihan inti mendapat porsi waktu
terbesar setiap kali pertemuan yaitu 70% sampai 80%,
sisanya 10% sampai 15% untuk pemanasan, dan 5%
43
sampai 10% untuk pendinginan.
Dari berbagai pandangan tersebut maka dapat
disampaikan bahwa banyak faktor yang menentukan
keberhasilan proses pembelajaran penjasorkes, salah
satu di antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama
karena peran guru sebagai seorang pembimbing,
pengajar, dan panutan bagi semua siswanya. Guru
merupakan pribadi kunci yang memiliki pengaruh
sangat besar terhadap keberhasilan proses pembela-
jaran, karena itu guru sebagai seorang pemimpin
dalam kelas harus memiliki sejumlah kompetensi yang
diperlukan untuk menjalankan fungsinya. Kompetensi
berarti kemampuan, kecakapan (ability). Kompetensi
guru adalah kemampuan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya.
2.4.3 Evaluasi Hasil Belajar
Langkah ketiga yang harus dilakukan oleh seo-
rang guru setelah melakukan kegiatan pembelajaran
adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Kegiatan
evaluasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan umpan
balik (feet back) atas kegiatan pembelajaran yang
sudah dilakukan oleh guru. Dengan evaluasi, kita
dapat mengetahui pencapaian standar kompetensi
atau pencapaian tujuan yang diharapkan. Selain itu
evaluasi juga dimaksudkan untuk mengetahui efektivi-
tas pembelajaran yang dilakukan, karena seorang
guru tidak akan mungkin mengetahui perkembangan
siswa didiknya tanpa melakukan evaluasi.
44
Menurut Hamalik (2001: 145-146), istilah evalu-
asi sering disebut juga assessment yang mempunyai
arti serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai
hasil dari suatu program instruksional. Majid (2007:
185) menyebutkan sebagai berikut:
Evaluasi merupakan pengukuran ketercapaian
program pendidikan, substansi pendidikan termasuk
kurikulum dan pelaksanaannya, pengadaan dan
peningkatan kemampuan guru, pengelolaan pendidik-
an, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan.
Sudjana (2007: 243) membagi evaluasi menjadi dua
yaitu: (1) evaluasi proses pengajaran; dan (2) evaluasi
hasil pengajaran. Evaluasi terhadap proses pengajaran
dilakukan guru sebagai bagian integral dari pengajar-
an itu sendiri, artinya evaluasi harus tidak terpisah-
kan dengan penyusunan dan pelaksanaan pengajaran,
sedangkan evaluasi hasil pengajaran merupakan
bentuk hasil akhir dari sebuah pengajaran.
Dari beberapa pendapat di atas penulis dapat
menyimpulkan bahwa evaluasi yang harus dilakukan
oleh guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
adalah evaluasi proses bukan evaluasi hasil, karena
evaluasi hasil cenderung mengukur prestasi. Evaluasi
pembelajaran akan lebih baik apabila menggunakan
evaluasi proses. Dalam pembelajaran, terutama pem-
belajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,
penampilan gerak dan kesegaran jasmani adalah
merupakan tujuan utama dari pembelajaran tersebut.
45
Namun karena evaluasi dapat berfungsi sebagai
umpan balik dan remidial pengajaran, apa pun hasil
evaluasi tersebut bisa menjadi bahan pertimbangan
guru untuk melaksanakan strategi pembelajaran
berikutnya. Dengan demikian strategi pembelajaran
guru dari waktu ke waktu akan selalu berubah
menyesuaikan kondisi lapangan.
2.4.4 Analisis Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan kegiatan evaluasi, guru kemu-
dian melaksanakan kegiatan berikutnya, yaitu analisis
hasil evaluasi. Analisis ialah proses untuk mengetahui
informasi yang telah dikumpulkan. Analisis termasuk
mengolah data yang telah dikumpulkan untuk menen-
tukan kesimpulan yang telah didukung data tersebut,
seberapa banyak ia mendukung dan seberapa banyak
ia tidak mendukung. Farida (2008:112) mengatakan:
Tujuan dari analisis ialah membuat singkatan dari
data dan menyimpulkan pesan-pesan yang ada di
dalamnya sebagai informasi yang dapat dipakai
sebagai dasar yang tentatif untuk mengambil suatu keputusan.
Hasil penilaian belajar dianalisis untuk menda-
patkan umpan balik tentang berbagai komponen
dalam proses pembelajaran. Analisis untuk ulangan
harian dengan tengah semester ditekankan untuk
memperoleh informasi tentang latar belakang dan
faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai
kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari
46
batas minimal ketuntasan belajar diberikan remidial,
sedangkan bagi anak yang nilainya telah mencapai
batas ketuntasan minimal diberikan pengayaan.
Lebih lanjut Farida (2008:114) mengatakan:
Analisis hasil evaluasi dilaksanakan setelah data
atau informasi terkumpul. Analisis berwujud des-
kripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi. Analisis hasil
evaluasi didahului dengan langkah skoring sebagai
tahapan penentuan capaian penguasaan kompe-tensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terha-
dap tugas dan/atau pekerjaan siswa harus dilak-
sanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara
objektif. Untuk menjamin keobjektifan skoring
guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai
dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah
suatu kegiatan menganalisis data dari evaluasi pem-
belajaran yang telah dilakukan. Adapun tujuan dari
analisis evaluasi pembelajaran adalah untuk mengeta-
hui tingkat keberhasilan pembelajaran dilaksanakan.
Karena pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
direncanakan dengan seksama, sehingga dengan kata
lain analisis hasil evaluasi pembelajaran adalah ke-
giatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
tinggi keberhasilan dari suatu pembelajaran yang
direncanakan.
47
2.4.5 Tindaklanjut Hasil Evaluasi
Setelah dilakukan kegiatan analisis hasil evalu-
asi, guru kemudian melaksanakan kegiatan berikut-
nya yaitu tindaklanjut hasil evaluasi. Kegiatan ini di-
maksudkan untuk perbaikan dan pengayaan, perbaik-
an dilakukan terhadap anak yang belum mencapai
ketuntasan belajar, sedangkan pengayaan dilakukan
kepada siswa yang sudah mencapai ketuntasan, atau
yang sering kita kenal dalam pembelajaran tuntas.
Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan
Pertama (2004: 21) mengatakan program layanan
dalam pembelajaran tuntas adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa yang belum mencapai skor 75 untuk
kompetensi dasar (KD) tertentu, maka siswa
yang bersangkutan harus diberi layanan yang berupa program remedial (perbaikan);
b. Bagi siswa yang mencapai skor untuk kompe-
tensi dasar (KD) tertentu antara 75 – 90, ke-lompok siswa ini perlu diberikan program peng-
ayaan (enrichment);
c. Sedangkan siswa yang skor penguasaan kompe-
tensi dasar (KD) tertentu lebih dari 90, maka siswa tersebut sebaiknya diberikan layanan
program percepatan (akselerasi).
Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Perta-
ma (2006: 20) mengatakan:
Sekolah boleh menetapkan atau membuat sendiri
kriteria ketuntasan minimum (KKM) boleh lebih rendah atau kalau mungkin boleh lebih tinggi dari
75% dengan memperhatikan dan mempertimbang-
48
kan tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat ke-
mampuan rata-rata siswa, dan tingkat kemampu-an daya dukung dari sekolah tersebut.
Secara skematis ketiga bentuk program layanan
tersebut, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004: 21) menggam-
barkan sebagai berikut:
Gambar 3 Skema Bentuk Program Layanan
(Depdiknas, 2004: 21)
1. Program Perbaikan
Majid (2006: 236) menyatakan: “program per-
baikan adalah merupakan bentuk khusus dari peng-
ajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa
>90 Percepatan
Mencapai ketuntasan
KD
1
Tes K
D1 75-90 Pengayaan
KD
2
KD
3
Belum
mencapai
Ketuntasan
(< 75)
Remidial Mencapai
Ketuntasan
49
orang siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar”.
Jadi program perbaikan adalah sebuah proses pem-
belajaran yang bertujuan untuk memperbaiki atau
melayani peserta didik yang kesulitan dalam melak-
sanakan pembelajaran dengan bentuk mengulangi
kompetensi dasar (KD) yang belum dikuasai siswa.
Adapun model atau cara yang dapat ditempuh untuk
pelaksanaan kegiatan remedial adalah seperti yang
diuraikan oleh Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 25)
sebagai berikut:
a. Menjelaskan kembali kompetensi dasar (KD)
yang bersangkutan dengan penyederhanaan
materi;
b. Pemberian bimbingan secara khusus;
c. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan
(treatment) secara khusus, yang sifatnya penye-
derhanaan dari pelaksanaan pembelajaran regular;
d. Guru dapat memanfaatkan model pembelajaran
tutor sejawat (peer tutor).
2. Program Pengayaan
Kondisi yang sebaliknya terjadi dari program
remedial adalah: program pengayaan. Menurut Majid
(2006: 240), program pengayaan adalah suatu bentuk
pembelajaran khusus yang diberikan kepada siswa
yang sangat cepat dalam pembelajaran. Siswa yang
cepat menguasai kompetensi semacam ini tidak boleh
diterlantarkan. Menurut Departemen Pendidikan
50
Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama
(2004: 30), siswa yang sudah tuntas dalam kompetensi
dasar tertentu tidak boleh diterlantarkan agar siswa
tersebut tidak terganggu dalam belajarnya.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama (2004: 23) mengatakan,
cara yang ditempuh guru dalam melaksanakan
program pengayaan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan bacaan tambahan atau berdiskusi yang dapat memperluas wawasan;
2. Pemberian tugas untuk melakukan analisis
gambar, model, grafik, bacaan/paragrap, dll;
3. Memberikan soal-soal atau latihan-latihan tam-
bahan yang bersifat pengayaan;
4. Membantu guru membimbing teman-teman yang belum mencapai ketuntasan.
2.5 Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Siswanto dengan
judul Manajemen Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan SMP Kota Magelang (2008),
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
manajemen pembelajaran pendidikan jasmani olah-
raga dan kesehatan yang dilaksanakan oleh guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SMP/MTs
yang ada di wilayah kota Magelang. Melalui penelitian
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa guru pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan SMP kota Magelang
51
pada prinsipnya telah membuat perencanaan pembela-
jaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaku-
kan evaluasi dan melaksanakan tindak lanjut evaluasi
dengan baik, namun dalam kegiatan tindak lanjut
belum semuanya terlaksana dengan baik.
Penelitian oleh Saleh dengan judul Manajemen
Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan di SMP se-Kecamatan Muncar Kabupaten
Banyuwangi (2011), bertujuan untuk mengetahui dan
mengkaji perencanaan pembelajaran, pengorganisasi-
an atau pengelolaan kelas, pelaksanaan pembelajaran
dan pengawasan pembelajaran atau penilaian pem-
belajaran pendidikan jasmani di SMP se Kecamatan
Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui kegiatan
perencanaan termasuk dalam kategori cukup baik
(75%). Dalam pengorganisasian, guru merasa telah
melakukan pengorganisasian dengan baik (94%),
namun dalam penilaian, siswa menganggap kurang
baik (54,03%); pada tahap pelaksanaan guru meng-
anggap dirinya termasuk dalam kategori baik (95%),
sedangkan menurut penilaian siswa kurang baik
(57,7%); dan pada tahap pengawasan guru menilai
dirinya sendiri termasuk dalam kategori sangat baik
(96%) namun menurut penilaian siswa cukup baik
yaitu 64,1%.
Manajemen pembelajaran pendidikan jasmani di
SMP se Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi
52
secara keseluruhan guru menganggap manajemen
yang dilakukannya cukup baik, namun guru tidak
pernah tahu bagaimana penilaian siswa tentang
manajemen yang dilakukan oleh guru, sehingga siswa
menilai guru kurang baik dalam memanage pembela-
jaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Penelitian Puspawati (2008) tentang Manajemen
Pembelajaran Pengalaman Lapangan Bidang Studi
Matematika Kelompok Belajar Paket A Nusa Indah di
Kecamatan Bandar, Batang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi objektif perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pengalaman
lapangan bidang studi matematika di kelompok belajar
Paket A Nusa Indah, Kabupaten Batang. Hasil pene-
litian terebut menunjukkan bahwa perencanaan pem-
belajaran pengalaman lapangan bidang studi mate-
matika di kelompok belajar paket A Nusa Indah,
Kabupaten Batang telah dilaksanakan sesuai tahapan
yang ditetapkan, yaitu: (1) mengadakan rapat; (2) me-
nyusun rencana kebutuhan; (3) menyusun langkah
langkah pelaksanaan; dan (4) membagi tugas sesuai
peran. Pelaksanaan pembelajaran pengalaman lapang-
an juga telah dilaksanakan sesuai langkah-langkah
mulai dari: (1) kegiatan pendahuluan; (2) penjelasan
pokok bahasan dan tujuan; (3) penjajagan awal;
(4) pengelompokan peserta didik; (5) pembagian media;
(6) penjelasan cara pelaksanaan; (7) pelaksanaan
praktik pengalaman lapangan; (8) pembuatan laporan,
9) kesimpulan, 10) penguatan dan penegasan.
53
Evaluasi pembelajaran pengalaman lapangan di-
peroleh hasil bahwa peserta didik menunjukkan sikap
senang dan tertarik dengan metode pembelajaran
pengalaman lapangan. Penggunaan metode tersebut
memiliki kelemahan dan kekuatan. Dari evaluasi
tersebut ditemukan adanya ketidaksiapan pendidik
dalam hal penyiapan media belajar yang merupakan
kebutuhan mutlak pembelajaran pengalaman lapang-
an.
Penelitian Astuti (2009) tentang Manajemen
Kurikulum dan Pembelajaran Pondok Pesantren
Mu’adalah dan Ghoiru Mu’adalah (Studi Multi Kasus
di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Salafiyah
Pasuruan dan Madrasah Aliyah Pondok Pesantren
Darul Karomah Gunung Jati Pasuruan). Penelitian ini
bertujuan mendeskripsikan manajemen kurikulum
dan pembelajaran pondok pesantren. Dalam penelitian
ini penulis memaparkan empat hal yang dideskrip-
sikan berdasarkan manajemen kurikulum dan pem-
belajaran pondok pesantren untuk memperoleh status
kesetaraan/mu’adalah, yaitu: (1) perencanaan kuri-
kulum dan pembelajaran; (2) pengorganisasian kuri-
kulum dan pembelajaran; (3) implementasi kurikulum
dan pembelajaran; (4) evaluasi kurikulum dan pem-
belajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama,
perencanaan kurikulum dan pembelajaran merupakan
kunci awal dalam pelaksanaan manajemen kurikulum
dan pembelajaran. Perencanaan kurikulum dan pem-
54
belajaran Madrasah Aliyah pondok pesantren dengan
memperhatikan visi, misi dan tujuan dari Madrasah
Aliyah dan pondok pesantren. Kedua, pengorganisasi-
an kurikulum dan pembelajaran Madrasah Aliyah
pondok pesantren dimulai dari pengorganisasian
elemen pelaksanaannya, yaitu guru dan elemen lain-
nya agar dapat melaksanakan fungsi berdasarkan
tugas masing-masing. Kemudian dilanjutkan dengan
pengorganisasian materi-materi umum dan agama
agar dapat dikemas secara rapi dalam suatu pembela-
jaran dan kemudian disajikan dalam jenjang-jenjang
yang sudah disiapkan. Ketiga, pelaksanaan kurikulum
dan pembelajaran diselenggarakan dalam bentuk
klasikal/madrasah, ada yang telah membuat serang-
kaian perangkat pembelajaran dengan beberapa meto-
de pembelajaran. Media dan strategi pembelajaran
sebagai pendukung keefektifan dan efisiensi pelaksa-
naannya namun masih ada yang belum. Keempat,
penilaian yang dilakukan sudah berorientasi pada
input, proses dan output.
Penelitian Ainii Firdaus (2009) tentang Manaje-
men Pembelajaran Sekolah Unggulan (Studi Multi
Kasus Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 2 dan
Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Malang), bertujuan
untuk menjelaskan bentuk manajemen pembelajaran
yang diterapkan dan upaya yang dilakukan guru
dalam mendukung pelaksanaan pembelajaran di MIN
Malang 2 dan MI Al-Huda Malang. Dari penelitian yang
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
55
deskriptif analisis melalui rancangan studi multi kasus
ini, ditemukan bahwa bentuk manajemen pembelajar-
an MIN Malang 2 dan MI Al-Huda Malang meliputi:
(1) Perencanaan berdasar pada prinsip amanah;
(2) Pengelolaan guru yang diarahkan kepada pening-
katan kompetensi dan profesionalismenya; (3) Pengelo-
laan siswa melalui seleksi siswa secara ketat, penge-
lompokan secara heterogen-klasikal, pengelompokan
siswa berdasarkan kemampuan dan aspek psikologis,
dan pembinaan belajar dan ibadah siswa; (4) Pengelo-
laan pembelajaran berupa penyambutan guru kepada
para siswa saat datang ke sekolah, pelaksanaan pra-
pembelajaran, dan pelaksanaan proses pembelajaran;
(5) Pengelolaan metode, berupa pemilihan metode
Quantum Teaching and Learning serta kolaborasi ber-
bagai motode pembelajaran modern; (6) Evaluasi
dalam bentuk supervisi, self assessment dan evaluasi
hasil belajar siswa (formatif dan sumatif).
Dari beberapa hasil penelitian terdahulu, penulis
tertarik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siswanto dengan judul Manajemen Pembelajaran
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP
Kota Magelang. Tulisan ini menguraikan pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru penjasorkes.
Penulis akan meneliti pada wilayah yang lebih kecil,
karena menurut pendapat penulis keberhasilan pem-
belajaran penjasorkes akan diawali dengan pengelola-
an pembelajaran yang baik pada sekolah, sehingga
akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan secara
56
keseluruhan.
Banyak faktor yang menentukan keberhasilan
proses pembelajaran penjasorkes, salah satu di
antaranya adalah faktor guru. Hal ini terutama karena
peran guru sebagai seorang pembimbing, pengajar,
dan panutan bagi semua siswanya. Guru merupakan
pribadi kunci yang memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Guru sebagai seorang pemimpin dalam kelas penjas-
orkes harus memiliki kemampuan mengelola pembela-
jarannya, karena kompetensi guru adalah kemampuan
guru dalam menjalankan profesi keguruannya.
2.6 Kerangka Pikir
Kurikulum merupakan salah satu bagian
penting dalam lembaga pendidikan. Kegiatan dalam
belajar mengajar di sekolah berpedoman pada kuri-
kulum. Kualitas kurikulum akan dapat menggambar-
kan dan mencerminkan sistem suatu pendidikan.
Pada dasarnya kurikulum suatu pendidikan di dalam-
nya berisi mata pelajaran yang harus ditempuh sesuai
dengan jenjang pendidikan masing-masing. Suatu
kurikulum terdiri atas empat komponen penting yaitu:
tujuan, isi, organisasi dan penilaian. Keempat kom-
ponen kurikulum tersebut saling berkaitan satu
dengan lainnya yang akan menentukan kualitas dari
suatu pendidikan.
57
Salah satu bagian dalam kurikulum sekolah
yaitu pendidikan jasmani dan olahraga. Pendidikan
jasmani dan olahraga merupakan salah satu mata
pelajaran yang mempunyai peran penting untuk
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara
keseluruhan. Karena pentingnya peranan pendidikan
jasmani dan olahraga, maka pendidikan jasmani dan
olahraga diajarkan dari tingkat sekolah paling rendah
yaitu Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi.
Guru memegang peranan penting dalam kegiat-
an pembelajaran guna menentukan dan mengarahkan
segala kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar
mengajar tersebut diarahkan dan diupayakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan,
bukan sekedar formalitas saja akan tetapi harus
diikuti dengan kemampuan pendidik itu sendiri sesuai
tugas-tugasnya.
Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan
olahraga dibutuhkan suatu pengelolaan yang berupa
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut
hasil evaluasi. Hal ini artinya, keberhasilan dalam
belajar mengajar pendidikan jasmani dan olahraga
sangat dibutuhkan pengelolaan yang baik dan benar.
Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan kerang-
ka pikir dalam pengelolaan pembelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP Negeri 5
Ambarawa, seperti berikut ini:
58
Pelaksanaan Analisis hasil Evaluasi
Gambar 4 Kerangka Pikir
Pengelolaan
pembelajaran
Penjasorkes
SMP Negeri
5 Ambarawa
Perencanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan Evaluasi
Pembelajaran
Pelaksanaan
Analisis hasil
Evaluasi
Pelaksanaan
Tindak lanjut
hasil Evaluasi
Hasil
Belajar
K U
R I
K U
L U
M