Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Stakeholder
Konsep tanggung jawab social perusahaan telah mulai dikenal sejak awal
1970an, yang secara umum dikenal dengan teori stakeholder (stakeholder theory),
artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan
stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat
dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk kontribusi dalam
pembangunan seccara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi
repository.unisba.ac.id
bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari
kegiatan usaha (Freeman, 2002).
Teori stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi juga harus memberikan
manfaat bagi para stakeholder (Ghozali dan Chariri, 2007). Hal ini dikarenakan
kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan yang diberikan oleh
para stakeholdernya. Stakeholder perusahaan tidak hanya terdiri dari stakeholder
(investor dan kreditur) tetapi juga pelanggan, pemasok, pegawai, pemerintah,
badan regulator, masyarakat, termasuk lingkungan hidup sebagai bagian dari
kehidupan sosial.
Teori stakeholder juga memberikan gambaran bahwa tanggung jawab
social perusahaan seyogyanya melampaui tindakan memaksimalkan laba untuk
kepentingan pemegang saham (stockholder). Kesejahteraan yang dapat diciptakan
oleh perusahaan sebenarnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham
tetapi juga untuk stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan
atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2008).
Timbulnya stakeholder theory ini lebih didasari oleh suatu keadaan
(hokum) yang mengutamakan kepentingan pemegang saham dan sebaliknya,
menomorduakan kepentingan pemasok, pelanggan, karyawan, dan masyarakat
sekelilingnya. Dua aspek penting yang dikemukankan stakeholder theory adalah
hak (right) dan akibat (effect). Aspek utama, hak pada dasarnya menghendaki
bahwa perusahaan dan para manajernya tidak boleh melanggar hak dan
menentukan masa depan pihak lain (stakeholder). Sedangkan yang kedua, akibat,
repository.unisba.ac.id
menghendaki agar manajemen perusahaan bertanggung jawab atas semua
tindakan yang dilakukan. Teori ini dengan jelas menampilkan corak baru dalam
mempresepsikan perusahaan dalam bentuk yang ebih social dan humanis, serta
memberikan kesadaran etis tentang tanggung jawab social (Sudryanto, 2011).
Teori stakeholder telah menjelaskan mengenai apa yang menyebabkan
perusahaan melakukan pengungkapan tanggung jawab social terhadap masyarakat
dimana perusahaan ini menjalankan kegiatannya. Pada dasarnya pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan untuk memperlihatkan kepada
masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan pengaruhnya
terhadap masyarakat. Dalam hal ini keamanan perusahaan yang pada akhirnya
berujung pada kepentingan pemilik perusahaan merupakan motivasi manajer
melakukan pengungkapan tanggung jawab social (Sudaryanto, 2011).
2.1.2 Kinerja Lingkungan
Menurut ISO 14001, dari ISO 14001 oleh Ikhsan (2009) kinerja
lingkungan adalah hasil yang dapar diukur dari sistem manajemen lingkungan,
yang terkait dengan kontrol aspek-aspek lingkungannya. Pengkajian kinerja
lingkungan didasarkan pada kebijakan lingkungan, sasaran lingkungan dan target
lingkungan.
Kinerja lingkungan kuantitatif adalah hasil yang dapat diukur dari sistem
manajemen lingkungan yang terkait kontrol aspek lingkungan fisiknya. Kinerja
lingkungan kualitatif adalah hasil yang dapat diukur dari hal-hal yang terkait
dengan ukuran aset non fisik, seperti prosedur, proses inovasi, motivasi, dan
repository.unisba.ac.id
semangat kerja yang dialami manusia pelaku kegiatan, dalam mewujudkan
kebijakan lingkungan organisai, sasaran dan targetnya (Purwanto, 2000).
Purwanto (2000) mengungkapkan terdapat dua indikator kinerja
lingkungan, yaitu :
1. Indikator lagging yaitu ukuran kinerja end-process, mengukur output
hasil proses seperti jumlah polutan yang dikeluarkan.
2. Indikator leading yaitu ukuran kinerja in-proces.
Jenis indikator yang sudah banyak dikenal adalah indikator lagging.
Indikator jenis ini adalah mudah digunakan dan mudah dimengerti. Keinginan
utamanya adalah sesuai namanya yaitu indikator tertinggal (lag), mereka
mencerminkan situasi dimana aksi korektif hanya dapat diambil setelah kejadian,
dan bahkan setelah memakan biaya tertentu, apakah itu denda atau turunnya citra
perusahaan akibat keluhan dari masyarakat. Indikator ini juga tidak
mengidentifikasi akar penyebab defisiensi dan bagaimana kejadiannya dapat
dicegah. Efek dari tindkan korektif tidak akan muncul sampai tahun yang akan
datang, sehingga ukuran kinerja akan terasa terlambat (Purwanto, 2000).
Jenis indikator yang kedua adalah leading atau indiiator in-process adalah
indikator yang mengukur implementasi prosedur yang dilakukan atau mengukur
faktor apa yang diharapkan membawa pada perbaikan kinerja lingkungan.
Manfaat utama jenis ini adalah koreksi seringkali dapat diambil sebelum kejadian
defisiensi muncul yang mengurangi kinerja lingkungan. Sayangnya, indikator ini
seringkali sulit dihitung (beberapa bahkan cenderung kualitatif dari pada
kuantitatif), dan hasilnya tidak mendapat perhatian dari pemegang saham
(termasuk publik) (Purwanto, 2000).
repository.unisba.ac.id
2.1.3 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER)
2.1.3.1 Latar Belakang PROPER
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang disingkat (PROPER) merupakan salah satu upaya yang
dilakukan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mendorong penataan
perusahaan dalan pengelolaan lingkungan hidup instrumen informasi.
Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong penataan
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen intensif reputasi
bagi perusahaan yang memiliki kinerja pengelolaan lingkungan yang baik dan
instrumen disinsentif reputasi bagi perusahaan yang mempunyai kinerja
pengelolaan ,lingkungan yang buruk. Program PROPER ini merupakan gabungan
dari beberapa program Kementrian Lingkungan Hidup lainnya, yang terdiri dari
pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan
limbah B3, AMDAL, serta pengendalian pencemaran laut. Sistem peringkat
kinerja PROPER mencakupi pemeringkatan perusahaan dalam 5 (lima) peringkat
warna yang mencerminkan kinerja pengelolaan lingkungan secara keseluruhan
yaitu, emas, hijau, biru, merah, dan hitam. Perusahaan berperingkat merah dan
hitam merupakan perusahaan yang belum taat, perusahaan yang berperingkat biru
adalah perusahaan yang taat, sedangkan perusahaan yang berperingkat hjau dan
emas adalah perusahaan yang pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyaratkan. Dengan demikian perusahaan yang berperingkat emas, hijau, dan
repository.unisba.ac.id
biru mendapatkan intensif reputasi, sedangkan perusahaan yang berperingkat
merah dan hitam mendapatkan disintensif reputasi. Pelaksanaan PROPER
merupakan salah satu bentuk perwujudan transparasi dan perlibatan masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia, dengan kata lain PROPER juga
perwujudan dari demokrtisasi dalam pengendalian dampak llingkungan.
PROPER memberikan kesempatan bagi masyarakat luas untuk berperan
secara aktif dalam pengendalian dampak lingkungan. Sebagaimana layaknya
demokratisasi, peranan masyarakat dan individu secara aktif dituntut baik sebagai
individu maupun kelompok. Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER
legistimate dimata masyarakat, maka pelaksanaan PROPER menerapkan prinsip-
prinsip Good Enviromental Governance (GEG), antara lain transparasi, partisipasi
multi stakeholder dan akuntable (http://proper.menlh.go.id/).
2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran PROPER
Tujuan dari program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup (PROPER), yaitu :
1. Mendorong terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan;
2. Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya peestarian
lingkungan;
3. Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan;
4. Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk menaati
peraturan perundang-undangan dibidang lingkungan;
5. Meningkatkan penataan dalam pengendalian dampak lingkungan
melalui peran aktif masyarakat;
6. Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap lingkungan.
Selain mempunyai tujuan, program penilaian peringkat kinerja perusahaan
dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) juga memiliki sasaran, yaitu :
repository.unisba.ac.id
1. Mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundang-
undangan melalui instrumen insentif dan disinsentif reputasi;
2. Mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya untuk
menerapkan produksi bersih (cleaner production).
Sumber : http://proper.menlh.go.id/
2.1.3.3 Fakto Kunci Keberhasilan dan Strategi
Faktor dari kunci keberhasilan program penilaian peringkat kinerja
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup (PROPER) adalah :
1. Tumbuhnya sikap proaktif dan kesadaran para pelaku dunia usaha dan
masyarakat dalam mensikapi paket informasi penataan yang telah
dikeluarkan oleh KLH merupakan salah satu faktor penting dari
keberhasilan pelaksanaan PROPER;
2. Kualitas informasi PROPER yang dismpaikan kepada stakeholder
sehingga mampu mendorong para stakeholder melakukan langkah
proaktif;
3. Kepedulian perusahaan terhadap reputasi atau citra sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan PROPER.
Sumber : http://proper.menlh.go.id/
Disamping itu PROPER juga memiliki strategi-straregi di dalam
menjalankan programnya, yaitu :
1. Paket informasi PROPER yang disampaikan harus dapat dengan
mudah dimengerti oleh para stakeholder. Untuk memudahkan langkah-
langkah proaktif para stakeholder, maka peringkat kinerja penataan
perusahaan dalam PROPER dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat
warna, yaitu :
repository.unisba.ac.id
a. Peringkat emas – untuk usaha atau kegiatan yang telah berhasil
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup dan atau melaksanakan produksi bersih dan telah
mencapai hasil yang sangat memuaskan;
b. Peringkat hijau – untuk untuk usaha atau kegiatan yang telah
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan dan mencapai hasil lebih baik dari persyaratan yang
ditentukan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang
berlaku;
c. Peringkat biru – untuk usaha dan atau kegiatan yang telah
melakukan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup dan telah mencapai hasil yang sesuai dengan
persyaratan minimum sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Peringkat merah – untuk usaha dan atau kegiatan yang telah
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup tetapi belum mencapai persyaratan minimum
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
e. Peringkat hitam – umtuk usaha dan atau kegiatan yang belum
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup yang berarti.
repository.unisba.ac.id
2. PROPER harus harus dilakukan oleh lembaga yang bersifat
independen dan kredible di mata para stakeholder. Untuk itu
pelaksanaan PROPER dilakukan melalui perlibatan multi stakeholder.
3. PROPER perlu diarahkan kepada perusahaan yang peduli terhadap
reputasi atau citranya dimata para stakeholdrenya.
4. Pelaksanaan PROPER harus dilakukan secara bersma-sama dengan
instrument penataan lainnya, seperti: instrument ekonomi dan
instrument penegakan hukum.
5. Pelaksanaan PROPER kedepan harus melibatkan jumlah perusahaan
yang lebih banyak sehingga dapat mencerminkan tingkat penataan
perusahaan secara keseluruhan, dan tercapainya kon-sistensi serta
keadilannya pengelolaan lingkungan di Indonesia.
6. Meningkatkan peran aktif Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota agar
pelaksanaan PROPER dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sumber : http://proper.menlh.go.id/
2.1.3.4 Indikator Keberhasilan
Untuk mewujudkan akuntabilitas pelaksanaan PROPER maka beberapa
hal dibawah ini dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan
PROPER:
1. Menurunnya beban pencemaran (pollution load) yang dikeluarkan
perusahaan ke lingkungan;
2. Menurunnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan;
repository.unisba.ac.id
3. Meningkatnya kualitas lingkungan;
4. Meningkatnya jumlah perusahaan yang menaati peraturan lingkungan;
5. Meningkatna kepercayaan para stakeholder terhadap hasil penilaian
kinerja perusahaan yang telah dilakukan.
Sumber : http://proper.menlh.go.id/
2.1.3.5 Keuntungan PROPER bagi para stakeholder
Pelaksanaan PROPER memberikan berbagai keuntungan bagi perusahaan
dan para stakeholder lainnya, antara lain :
1. Sebagai instrumen benchmarking bagi perusahaan untuk mengukur
kinerja pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan dengan
melakukan pembandingan kinerja dengan perusahaan lainnya secara
nasional (non financial benchmarking);
2. Sebagai media untuk mengetahui status ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Sebagai salah satu clearing house bagi investor, perbankan,
masyarakat, dan LSM sekitar perusahaan untuk mengetahui kinerja
pengelolaan lingkungan perusahaan;
4. Sebagai alat promosi bagi perusahaan yang berwawasan lingkungan
terutama untuk meningkatkan daya saing perusahaan dalam
perdagangan;
repository.unisba.ac.id
5. Sebagai bahan informasi bagi pemasok tekhnologi lingkunga terutama
berkaitan dengan tekhnologi yang ramah lingkungan yang dibutuhkan
oleh perusahaan;
6. Meningkatkan citra dan kepercayaan perusahaan dimata stakeholder;
7. Memberikan ruang partisipatif bagi para stakeholder untuk terlibat
secara langsung dalam upaya pengendalian dampak lingkungan yang
ditimbulkan dari kegiatan perusahaan.
Sumber : (http://proper.menlh.go.id/)
2.1.3.6 Kriteria Penilaian PROPER
Peringkat kerja PROPER berorientasi kepada hasil yang telah dicapai
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan yang mencakup 7 (tujuh) aspek, yaitu :
1. Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran air;
2. Penataan terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara;
3. Penataan terhadap peraturan pengelolaan limbah B3;
4. Penataan terhadap peraturan AMDAL;
5. System manajemen lingkungan;
6. Penggunaan dan pengelolaan sumber daya;
7. Community Development, participation, dan Relation.
Sumber : (http://proper.menlh.go.id/)
2.1.4 Profitabilitas
2.1.4.1 Pengertian Profitabilitas
Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa :
Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya
repository.unisba.ac.id
semesteran, triwulanan dan lain-lain) untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam beroperasi secara efisien.
Munawir (2007 : 33) mengemukakan rentabilitas atau profitabilitas adalah
:
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Profitabilitas
suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara
keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok
perusahaan dengan kekayaan/ asset yang digunakan untuk
menghasilkan keuntungan tersebut (operating assets).
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena pdofitabilitas
menunjukkan apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa
yang akan datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha
meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi profitabilitas suatu badan
usaha, maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan semakin terjamin.
Seperti yang diungkapkan oleh Battazzi, Secchi, dan Tamagni (July 2008) dalam
jurnalnya yang berjudul “Productivity, Profitabilty, and Financial Performance”
menyatakan bahwa :
A comparative analysis of two crucial dimensions of firms
performance: profitability and productivity, and find
independently from the particular sector of activity and from
financial conditions, there seems to be weak market pressure and
little behavioral inclination for the more efficient and more
profitable firms to grow faster.
2.1.4.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
repository.unisba.ac.id
Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi
pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan,
terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan
perusahaan. Kasmir (2011:197), yang menyatakan bahwa tujuan dan manfaat
penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar
perusahaan, adalah :
Tujuan :
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat
Manfaat dari penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan atau bada usaha
adalah :
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.1.4.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio
profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas
digunakan untuk menilai dan mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu
repository.unisba.ac.id
periode tertentu atau untuk beberapa periode. Susan Irawati (2006:58), meyatakan
bahwa, di dalam rasio keuntungan atau profitability ratios ini ada rumusan yang
digunakan, di antaranya adalah :
1. Gross Profit Margin
2. Opering Profit Margin
3. Operating Ratio
4. Net Profit Margin
5. Return On Asset (ROA)
6. Return On Investment (ROI)
7. Return On Equity (ROE)
8. Earning Per Share (EPS)
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Earning Per Share
(EPS)
2.1.4.4 Earing Per Share (EPS)
Diniarti (2007) dalam penulisannya menjelaskan bahwa earning per share
(EPS) merupakan jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham adalah
keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan, dengan cara membagi jumlah
keuntungan yang ersedia untuk pemegang saham biasa dengan jumlah lembar
sham biasa yang beredar.
Sedangkan Houston dan Brigham (2001) berpendapat, laba per lembar
saham atau EPS adalah kemampuan perusahaan untukmendistrbusikan
pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang
saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya.
repository.unisba.ac.id
Earning per share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan jumlah saham yang bebredar. Menurut Subramanyam dan John J. Wild
(2013), EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
Laba bersih – Deviden saham preveren
EPS =
Jumlah saham yang beredar
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah hasil dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti trdahulu, yang mana penelitian tersebut memiliki
kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Hasil-hasil penelitian yang
berkaitan dengan faktor fundamental danprofitabilitas sebagai acuan.
Hasil penelitian Alifitriah (2015) tentang pengaruh kinerja lingkungan
terhadap profitabilitas dan return saham menunjukkan bahwa kinerja lingkungan
pada perusahaan yang lebih taat berpengaruh positif terhadap profitabilitas
namun tidak berpengaruh terhadap return saham, kinerja lingkungan pada
perusahaan yang taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan return
saham, dan kinerja lingkungan perusahaan belum taat tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas namun berpengaruh negatif terhadap return saham.
Rahma (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi
Enviromental Performance terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa melalui
environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan
dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas
repository.unisba.ac.id
(earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental
disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance
dengan peningkatan profitabilitas perusahaan.
Sarumpaet (2005) melakukan penelitian tentang hubungan antara kinerja
lingkungan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang ada di Indonesia.
Sebagian besar penelitian ini menggunakan kinerja keuangan sebagai variable
dependen dan kinerja lingkungan sebagai variable independen. Hasil dari
penelitian ini, menunjukkan bahwa kinerja lingkungan tidak signifikan dengan
kinerja keuangan di Indonesia, namun sangat bermakna jika dikaitkan dengan
ukuran perusahaan.
Dibawah ini disajikan rangkuman penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, yang mana penelitian tersebut
memiliki kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variable
Dependen
Variable
Independen Hasil
1. Susi Sarumpaet (2005) Kinerja
keuangan.
Kinerja
lingkungan
Tidak ada hubungan
yang signifikan
antara kinerja
lingkungan terhadap
kinerja keuangan
perusahaan.
2. Qisthi Alifitriah (2015) Profitabilitas dan
Return Saham.
Kinerja
lingkungan.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
kinerja lingkungan
pada perusahaan yang
lebih taat
berpengaruh positif
repository.unisba.ac.id
terhadap
profitabilitas namun
tidak berpengaruh
terhadap return
saham, kinerja
lingkungan pada
perusahaan yang taat
tidak berpengaruh
terhadap
profitabilitas dan
return saham, dan
kinerja lingkungan
perusahaan belum
taat tidak
berpengaruh
terhadap
profitabilitas namun
berpengaruh negatif
terhadap return
saham
3. Fia Rahma (2013) Profitabilitas. Implementasi
Enviromental
performance
Hasil dari penelitian
ini menunjukkan
bahwa melalui
environmental
disclosure,
environmental
performance yang
dilakukan perusahaan
dapat meningkatkan
economic
performance dan
beberapa proksi
profitabilitas (earning
per share dan net
profit margin). Oleh
karena itu,
environmental
disclosure berperan
sebagai media
perantara antara
environmental
performance dengan
peningkatan
profitabilitas
perusahaan.
Sumber : diringkas untuk penelitian (2015)
repository.unisba.ac.id
2.3 Kerangka Pemikiran
Berikut kerangka berpikir yang diajukan dalam penelitian ini untuk
menguji kondisi kinerja lingkungan dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik
merupakan berita baik bagi investor maupun calon investor. Perusahaan yang
memiliki tingkat kinerja lingkungan yang tinggi akan direspon positif oleh
investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan
secara relatif dalam industry yang bersangkutan merupakan cerminan pencapaian
kinerja finansial perusahaan.
Menurut Suratno et al (2006) informasi mengenai aktivitas atau kinerja
perusahaan adalah hal yang sangat penting bagi stakeholder khususnya inverstor,
sebab pengungkapan informasi mengenai hal tersebut merupakan keuntungan bagi
stakeholder. Perusahaan yang memiliki good news akan meningkatkan
pengungkapan kinerjanya dalam laporan tahunan. Good news tersebut diharapkan
akan direspon positif oleh investor yang nantinya akan berdampak positif terhadap
kinerja keuangan perusahaan, karena semakin baik kinerja lingkungan suatu
perusahaan maka semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan tersebut.selain
itu, semakin sebuah perusahaan meningkatkan kualitas kinerjanya terhadap
lingkungan dan kemudia mngungkapkan kinerjanya tersebut ke dalam laporan
tahunannya, akan semakin baik pula perusahaan di mata investor maupun
masyarakat. Hal ini akan mencerminkan transparasi perusahaan tersebut bahwa
perusahaan juga berkepentingan dan brtanggung jawab terhadap ap yang telah
repository.unisba.ac.id
dilakukannya sehingga masyarakat juga akan menegtahui seberapa besar andil
perusahaan terhadap lingkungannya (Fitriyani, 2012).
Berdasarkan pendapat di atas dan diperkuat oleh beberapa penelitian
terdahulu yang dilakukan Alifitriah (2015) tentang pengaruh kinerja lingkungan
terhadap profitabilitas dan return saham menunjukkan bahwa kinerja lingkungan
pada perusahaan yang lebih taat berpengaruh positif terhadap profitabilitas
namun tidak berpengaruh terhadap return saham, kinerja lingkungan pada
perusahaan yang taat tidak berpengaruh terhadap profitabilitas dan return
saham, dan kinerja lingkungan perusahaan belum taat tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas namun berpengaruh negatif terhadap return saham.
Rahma (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi
Enviromental Performance terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa melalui
environmental disclosure, environmental performance yang dilakukan perusahaan
dapat meningkatkan economic performance dan beberapa proksi profitabilitas
(earning per share dan net profit margin). Oleh karena itu, environmental
disclosure berperan sebagai media perantara antara environmental performance
dengan peningkatan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik suatu kerangka berpikir
dengan bagan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Kinerja Lingkungan Profitabilitas
repository.unisba.ac.id
2.4 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Rahma (2013) tentang Pengaruh
Implementasi Enviromental performance terhadap profitabilitas. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa melalui environmental disclosure,
environmental performance yang dilakukan perusahaan dapat meningkatkan
economic performance dan beberapa proksi profitabilitas (earning per share dan
net profit margin). Oleh karena itu, environmental disclosure berperan sebagai
media perantara antara environmental performance dengan peningkatan
profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan kerangka berpikir di atas, maka
penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara
dari peneliti sebagai berikut :
H1 : kinerja lingkungan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Metode Penelitian Yang Digunakan
Definisi objek penelitian menurut Arikunto (2010) adalah variabel atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian sedangkan subjek penelitian
adalah tempat variabel itu melekat. Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini
adalah kinerja lingkungan dan profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang
repository.unisba.ac.id