BAB II Lapkas Kista Ovarium

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kista

Citation preview

BAB IIISTATUS PASIENI. IDENTITAS PASIENNama: Ny. RJenis kelamin: PerempuanUmur: 32 tahunStatus: Sudah MenikahAgama: Islam Tgl masuk RS: 19 Januari 2016II. ANAMNESISA. KELUHAN UTAMA Pasien mengeluhkan perut masih tetap bengkak meskipun sudah melahirkan sejak 2 bulan yang lalu B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien mengeluhkan perut masih tetap bengkak meskipun sudah melahirkan sejak 2 bulan yang lalu. Perut semakin lama semakin membesar. Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri. Pasien juga mengatakan haid tidak lancar semenjak keluhan ini dirasakan.C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULUPasien tidak pernah mengalami keluhan serupa, riwayat penyakit DM dan hipertensi disangkal. D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGATidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan.E. RIWAYAT KEBIASAANriwayat merokok (-), riwayat meminum alkohol (-) mengangkat beban yang berat (+)

I. PEMERIKSAAN FISIK a. Status GeneralisKeadaan umum : tampak sakit sedangKesadaran : compos mentisVital Sign Tekanan darah: 120/80 mmHg Respirasi: 18 kali/menit Nadi: 78 /menit Suhu: 36 CKepala Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera iktenk -/-Hidung : Discharge (-) epistaksis (-), deviasi septum (-)Mulut : Bibir kering (-), hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)Gigi : Gigi palsu (-)Telinga : Discharge (-), deformitas (-)Leher : Pembesaran tiroid dan limfe (-), JVP tidak meningkatThorax : Paru : Inspeksi: bentuk dada normal, gerakan dada simetris kanan-kiri, retraksi dinding dada (-)Palpasi: vokal fremitus kiri = kananPerkusi: sonor di seluruh lapang paruAuskultasi: Bronkovesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)Jantung :Inspeksi : iktus cordis tidak terlihatPalpasi : iktus cordis terabaPerkusi : batas jantung kanan di RIC 4 linea parasternalis dextra, batas jantung kiri di RIC 4 linea midclavicularis sinistra.Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen:Inspeksi : Perut membesar, Tidak ditemukan perubahan warna kulit, tidak ditemukan jaringan parut.auskultasi: Bising usus normalPerkusi: Terdapat timpani pada seluruh lapangan abdomenPalpasi: Hepar dan lien tidak teraba, tidak ditemukan nyeri tekan +, teraba massa padatPemeriksaan ren: tidak dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan nyeri ketok ginjal: tidak dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan asites: tidak dilakukan pemeriksaan Extremitas: akral hangat, CRT < 2detik, edema tungkai (-/-)Vertebra: Tidak ada kelainan

II. PEMERIKSAAN LABORATORIUMTanggal 19-01-2016Pemeriksaan darah lengkap :Hemoglobin: 13 g/dl Leukosit : 8.000 ul Hematokrir : 35,7 % Trombosit : 262.000/ul Hitung Jenis Leukosit :Eosinofil: 2%Basofil : 0%Netrofil Stab: 3%Netrofil Seg: 45%Lymfosit: 44%Monosit: 6%Pemeriksaan ginjalCreatinin : 0,6 mg/dLUreum: 18 mg.dLDiabetes Glukosa Darah Sewaktu: 86 mg/dLIII. DIAGNOSIS KLINISDiagnosis pre operasi: Kista Ovarium Dextra Diagnosis post operasi: Kista Ovarium Dextra Post Ovariektomi

IV. STATUS ANASTESI ASA II (Pasien dengan gangguan sistemik ringan, perubahan anatomi dan fisiologi dalam masa kehamilan)

V. TINDAKANDilakukan:Laparotomi + Ovariektomi DextraTanggal:20 Januari 2016

VI. LAPORAN ANESTESIa. Persiapan Anestesi Informed concent PuasaPengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi Pemasangan IV lineSudah terpasang jalur intravena menggunakan IV catheter ukuran 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2

b. Penatalaksanaan AnestesiJenis anestesi: Anastesi regional yaitu spinal anastesiPremedikasi : Ondansetron IV 4 mg

Medikasi intra operatif: Bupivacain spinal IV 2,5 cc (12,5 mg)

Medikasi post operatif: Tramadol 100 mg

Teknik anestesi : Pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala menunduk,dilakukan desinfeksi di sekitar daerah tusukan yaitu di regio vertebra lumbal 4-5. Dilakukan Sub arakhnoid blok dengan jarum spinal no. 27 pada regio vertebra lumbal 4-5 dengan tusukan paramedian.LCS keluar (+) jernihRespirasi : Spontan Posisi : SupineJumlah cairan yang masuk : Kristaloid = 1500 cc 3 kolof RL (kristaloid)

Pemantauan selama anestesi :Mulai anestesi: 14.15 WIBMulai operasi: 14.30 WIBSelesai operasi: 15.10 WIB

Tekanan darah, saturasi oksigen dan frekuensi nadi :

Waktu Tekanan darah Saturasi oksigenNadi

14.15130/80 mmHg100%100 x / Menit

14.30140/80 mmHg100%98 x / Menit

14.45120/70 mmHg100%78 x / Menit

15.00120/70 mmHg100%78 x / Menit

15.10120/80 mmHg100%80 x / Menit

VII. PROGNOSAQuo ad vitam: Dubia ad bonamQuo ad functionam: Dubia ad bonamQuo ad kosmetikum: Dubia ad bonam

BAB IVPEMBAHASANA. PRE OPERATIFPersiapan anestesi dan pembedahan harus selengkap mungkin karena dalam pemberian anestesi dan operasi selalu ada risiko. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan alat, penilaian dan persiapan pasien, dan persiapan obat anestesi yang diperlukan. Penilaian dan persiapan penderita diantaranya meliputi : informasi penyakit, anamnesis/alloanamnesis kejadian penyakit, riwayat imunisasi, riwayat alergi, riwayat sesak napas dan asma, diabetes melitus, riwayat trauma, dan riwayat operasi sebelumnya, riwayat keluarga (penyakit dan komplikasi anestesi), makan minum terakhir untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat anestesi, sehingga pada pasien dianjurkan untuk berpuasa 6-8 jam pada dewasa sebelum operasi. Salah satu persiapan operasi yang penting yaitu informed consent, suatu persetujuan medis untuk mendapatkan ijin dari pasien sendiri dan keluarga pasien untuk melakukan tindakan anestesi dan operasi, sebelumnya pasien dan keluarga pasien diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi selama operasi dan post operasi. Setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien, maka pasien termasuk dalam klasifikasi ASA II.Salah satu komplikasi anestesi spinal adalah mual-muntah. Pada pasien ini diberikan premedikasi ondansentron sebanyak 4 mg secara intravena. Pemberian obat anti mual dan muntah ini sangat diperlukan dalam operasi dengan anestesi spinal untuk mencegah adanya aspirasi dari asam lambung.

B. INTRA OPERATIFTindakan pemilihan jenis anestesi pada pasien diperlukan beberapa pertimbangan. Teknik anestesi disesuaikan dengan keadaan umum pasien, jenis dan lamanya pembedahan dan bidang kedaruratan. Pada pasien ini digunakan teknik anastesi regional yaitu memberikan hambatan impuls nyeri pada suatu bagian tubuh sementara tanpa menhilangkan kesadaran. Jenis anastesi regional yang dipilih yaitu Sub Arakhnoid Block (SAB), yaitu pemberian obat anestesi lokal ke ruang subarakhnoid, Teknik ini sederhana dan cukup efektif. Jenis anastesi ini dipilih sesuai dengan indikasi dilakukannya anastesi regional.Induksi menggunakan Bupivacaine HCL yang merupakan anestesi lokal golongan amida. Obat anestesi regional bekerja dengan menghilangkan rasa asakit atau sensasi pada daerah tertentu dari tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer jaringan tubuh, bersifat reversibel. Setelah itu posisi pasien dalam keadaan terlentang (supine).Anestesi spinal mulai dilakukan, posisi pasien duduk tegak dengan kepala menunduk hingga prossesus spinosus mudah teraba. Dicari perpotongan garis yang menghubungkan kedua crista illiaca dengan tulang punggung yaitu antara vertebra lumbal 4-5, lalu ditentukan tempat tusukan pada garis tengah. Kemudian disterilkan tempat tusukan dengan alkohol dan betadin. Jarum spinal nomor 27-gauge ditusukkan dengan arah paramedian, barbutase positif dengan keluarnya LCS (jernih) kemudian dipasang spuit 3 cc yang berisi obat anestesi dan dimasukkan secara perlahan-lahan.Monitor tekanan darah setiap 15 menit sekali untuk mengetahui penurunan tekanan darah yang bermakna. Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan tekanan darah sebesar 20-30% atau sistole kurang dari 100 mmHg. Hipotensi merupakan salah satu efek dari pemberian obat anestesi spinal, karena penurunan kerja syaraf simpatis. Bila keadaan ini terjadi maka cairan intravena dicepatkan, bolus ephedrin 5-15 mg secara intravena, dan pemberian oksigen.Pada pasien ini berikan cairan infus RL sebagai cairan fisiologis untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang. Pasien sudah tidak makan dan minum 14 jam, maka kebutuhan cairan pada pasien dengan BB = 50 kg: Pemeliharaan cairan per jam:(4 X 10) + (2 X 10) + (1 X 30) = 90 mL/jam Pengganti defisit cairan puasa:14 X 90 mL = 1260 mL Kebutuhan kehilangan cairan saat pembedahan:8 X 50 = 400 mL Jumlah terapi cairan :90 + 1260 + 400 = 1750 4 kolof RLTramadol 100 mg dalam 500 mL Ringer laktat diberikan sesaat sebelum operasi selesai. Tramadol efektif diberikan untuk nyeri akut atau kronik yang berat dan pasca pembedahan. Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem syaraf pusat sehingga memblok sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri.

C. POST OPERATIFSetelah operasi selesai, pasien bawa ke ruang observasi. Pasien berbaring dengan posisi terlentang karena efek obat anestesi masih ada dan tungkai tetap lurus untuk menghindari edema. Observasi post operasi dilakukan selama 2 jam, dan dilakukan pemantauan vital sign (tekanan darah, nadi, suhu dan respiratory rate) setiap 30 menit. Oksigen tetap diberikan 2-3 liter/menit. Setelah keadaan umum stabil, maka pasien dibawa ke ruangan bedah untuk dilakukan tindakan perawatan lanjutan.

BAB VKESIMPULAN Seorang wanita, usia 32 tahun dengan kista ovarium dekstra, datang ke rumah sakit dengan keluhan perut semakin lama semakin membesar setelah melahirkan 2 bulan yang lalu, teraba seperti ada massa dan nyeri juga dirasakan. Dilakukan tindakan laparotomi dan ovariektomi pada tanggal 20 Januari 2016 di ruangan operasi RSUD Bangkinang atas indikasi pengangkatan kista ovarium. Teknik anestesi dengan spinal anestesi (subarachnoid blok) merupakan teknik anestesi sederhana, cukup efektif. Induksi anestesi dengan menggunakan Bupivacain spinal 2,5 cc (12,5 mg) dan untuk mengatasi nyeri digunakan tramadol sebanyak 100 mg. Perawatan post operatif dilakukan dibangsal dan dengan diawasi vital sign, tanda-tanda perdarahan.

26