Upload
vuongdan
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
METODE CERITA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Metode Cerita
1. Pengertian
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang metode cerita,
beberapa peneliti menjelaskan sebagai berikut:
a. Metode
Menurut Armai Arif, metode mengandung arti adanya urutan
kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen
ilmiah guna mencapai tujuan yang direncanakan.1
Chalidjah Hasan memberi definisi bahwa metode adalah cara
yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.2
Jadi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode secara
terencana dan sistematis merupakan tolok ukur pencapaian tujuan yang
telah direncanakan.
b. Cerita
Cerita dalam bahasa arab adalah “qishash”. Sedangkan menurut
’Abdul Aziz’ Abdul Majid adalah salah satu bentuk sastra yang
memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri serta merupakan sebuah
bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang
tidak bisa membaca.3
Sa’id Mursy menjelaskan bahwa cerita adalah pemaparan
pengetahuan kepada anak kecil dengan gaya bahasa yang sederhana
dan mudah dipahami.4
1 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Al Ikhlas,
1994), hlm 87. 2 Chalidjiah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Al Ikhlas, 1994),
hlm 12 3 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terjemah Neneng Yanti dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 8 4 Muhammad Sa’id Mursy, Seni Mendidik Anak. (Jakarta: Arroyan, 2001), hlm 117
13
Armai Arief memberikan definisi bahwa cerita adalah penuturan
secara kronologis tentang terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya
terjadi ataupun hanya rekaan saja.5
Dari beberapa pengertian diatas, secara umum dapat diambil
suatu pengertian bahwa metode cerita adalah kerja yang terencana dan
sistematis dalam bentuk lisan yang memaparkan pengetahuan kepada
anak didik dengan gaya bahasa sederhana dan mudah dipahami sesuai
urutan terjadinya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan
didasarkan ajaran Islam yang terdapat dalam al Qur’an dan Hadits.
2. Macam Metode Cerita
Dalam dunia pendidikan Islam, metode qishash atau bercerita
dibagi menjadi dua yaitu:
a. Metode Cerita Qur’ani
Menurut Abdurrahman Umdirah, Metode cerita Qur’ani adalah
“suatu cara Allah mendidik umat agar beriman kepada-Nya dengan
mempelajari dan menelaah kisah-kisah al-Qur'an secara benar”.6
Adapun ayat yang berkaitan dengan metode cerita sebagai sarana
mendidik umat adalah tercantum dalam Q.S. Yusuf: 111
رعب صهمكان في قص اب لقد111: يوسف(ة لأولي الألب(
“Sesungguhnya di dalam kisah-kisah mereka terdapat ibarat bagi orang-orang yang berakal………” (Q.S. Yusuf: 111)7
Kemudian firman Allah tentang kebenaran metode cerita dalam
Q.S Ali Imron: 62
قالح صالقص وذا له62: ال عمران(إن ه(
“Sesungguhnya ini adalah cerita-cerita yang benar”. (Q.S. Ali imran: 62)8
5 Armai Arief, Loc Cit. hlm.160 6Abdurahman Umdirah, Metode Al-Qur'an dalam Pendidikan, Terjemahan. Abdul Hadi
Basulthanah, (Surabaya: Mutiara Ilmu, tth), hlm 247 7Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV. Thoha Putra, 2002)hlm. 366 8 ibid, hlm 85
14
b. Metode Cerita Nabawiyah
Kisah nabawiyah yang didasarkan pada cerita-cerita dalam
hadist nabi Muhammad SAW, cenderung berisi yang lebih khusus
seperti menjelaskan pentingnya keikhlasan beramal, menganjurkan
bersedekah dan mensyukuri nikmat Allah.9
Lebih jauh lagi kisah nabawiyah dalam hadist berdasarkan pada
urutan-urutan penceritaan adalah:
حد ثنا ابن فضيل عن , حممد بن الصالء العمد اىن, حد ثناأبو كريب! هللايا رسول ا: قال رجل: عن أىب هريرة قل, عن عمارة بن القضاع, ابيه
) مث أدناك أدناك, مث أبوك, مث امك, امك:(من احقا حبسن الصحيه ؟ قل 10 )راوه مسلم(
“Abu Khuraib, Muhammad Ibnu Alai Al Hamdaniyu telah menceritakan kepada saya, Ibnu Fudhail dari bapaknya telah menceritakan kepada saya, dari Umarah Ibnu Koqkoq, dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah, berkata: seorang anak laki-laki berkata: “wahai Rasulullah! Siapakah yang lebih berhak dihormati? Kata Rasulullah ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian yang dekat dengan mu dan yang dekat dengan mu”. (H.R Muslim).
Kisah Qur’an dan Nabawi mampu menyentuh hati manusia
karena menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh,
sehingga pembaca dan pendengar mampu menghayati atau merasakan
isi kisah seolah-olah mereka sendiri yang menjadi tokohnya.
3. Bentuk dan Tujuan Metode Cerita
a. Bentuk Metode Cerita
Bentuk penceritaan umumnya mengikuti perkembangan jaman
dan media yang digunakan semakin bervariasi dengan situasi dan
kondisi dalam proses belajar mengajar. Adapun bentuk metode cerita
adalah:
9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2000) hlm 141.
15
a. Reading directly from a book (bercerita melalui buku)
Untuk memberikan gambaran yang tepat mengenai hal-hal
yang dibacakan guru dan yang didengar murid, penceritaan
hendaknya dilakukan dengan suara jelas dan didengar siswa.
b. Using the illustration of a book (bercerita menggunakan ilustrasi
dalam buku)
Bentuk cerita ini berfungsi sebagai pembentuk fantasi anak
sehingga penggambaran isi cerita tidak menyimpang dari yang
dimaksudkan guru.
c. Telling the story with flannel board (bercerita menggunakan papan
panel)
Sambil bercerita seorang guru meletakkan guntingan-
guntingan gambar orang, binatang dan benda yang ada dalam
cerita papan bertujuan menjelaskan isi cerita berdasar urutan
kejadiannya.
d. Telling a story with puppets (bercerita menggunakan boneka)10
Boneka digerakkan seolah-olah mampu berbicara, berjalan,
berlari, menangis dan sebagainya sehingga peran tokoh dalam
penceritaan berkesan hidup.
e. Bercerita tanpa alat bantu
Bentuk cerita ini adalah bentuk yang tertua dan setiap anak
pernah mengalami pada penceritaan dari orang tua mereka. Hal
yang utama adalah gerak-gerik dan suara yang menguatkan
imajinasi anak didik.
f. Bercerita dengan menggunakan kaset-kaset cerita.
g. Bercerita dengan menggunakan video risalah Islam11
Anak didik diharapkan lebih mudah memasuki dunia
khayalan sesuai dengan cerita yang dibacakan dan didengar,
10 Verna Hildebrand, Introduction to Early Children Education. (New York: Mc. Millan
Publishing Co-Inc, 1971) hlm 193 11 Muhammad Said Mursy, Op.Cit, hlm 118
16
sehingga penggambaran sifat dan fisik tokoh-tokoh cerita,
keadaan, lingkungan, serta alur cerita mudah dipahami.
b. Tujuan Metode Cerita
Menurut beberapa ahli pendidikan, tujuan penggunaan metode
cerita dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Ahmad Tafsir
Menurut Ahmad Tafsir tujuan kisah Qur’ani adalah:
a. Menggunakan kemantapan wahyu dan risalah Allah
b. Menjelaskan secara keseluruhan al-Din yang datang dari Allah
c. Menjelaskan pertolongan dan kecintaan Allah pada Rasul-Nya
serta kaum mu’min.
d. Menguatkan keimanan kaum muslim
e. Menunjukkan permusuhan abadi kaum muslimin dengan
syaitan.12
Sedangkan tujuan kisah Nabawiyah adalah:
a) Menjelaskan pentingnya berbuat amaliah
b) Memberikan tauladan yang baik dari Nabi Saw
c) Memberikan wacana dalam bersikap positif terhadap diri dan
lingkungan
d) Menganjurkan untuk mensyukuri nikmat Allah.13
2. Abdul ‘Aziz’ Abdul Majid
Menurut Abdul Aziz Abdul Majid, tujuan penceritaan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk menghibur siswa
b. Menambah wawasan agama
c. Menambah perbendaharaan bahasa dan kosa kata
d. Menumbuhkembangkan daya imajinasi anak
e. Membersihkan cita rasa (feeling)
f. Melatih siswa mengungkapkan ide.14
12 Ahmad Tafsir, Loc Cit, hlm.142 13 Ibid
17
3. Shaleh Al Khalidy
a. Membentuk hakikat imaniah yang positif dalam kehidupan
rohani berupa keimanan dan keberanian menghambakan diri
kepada Allah.
b. Meningkatkan keyakinan dan keridhaan kepada Allah.15
4. Muhammad Said Mursy
Menurut Muhammad Said Mursy, penceritaan al-Qur'an dan
para nabi bertujuan sebagai peringatan dan pelajaran bagi seluruh
umat.16
Cerita merupakan salah satu senjata Allah yang dapat meneguhkan
hati para walinya. Kisah merupakan pencerminan adab suatu kaum yang
mempunyai pengaruh yang besar dalam menarik perhatian dan
meningkatkan kecerdasan berfikir seorang anak karena memiliki
keindahan dan kenikmatan tersendiri.
Firman Allah dalam Q.S Huud: 120.
قذه الحفي ه اءكجو كادبه فؤ تثبا نل مساء الربأن من كليع قصا نكلومننيؤى للمذكرعظة ووم17 )120: هود( و
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul yang kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu dan didalamnya terdapat kebenaran sebagai nasihat dan pengingat bagi orang-orang mu’min”.(Q.S. Huud: 120)
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Cerita
Sebaik apapun cerita yang disampaikan oleh pendidik, akan sulit
diterima anak didik apabila teknik pelaksanaan kurang sesuai dengan
kemampuan kognitif dan afektif yang selanjutnya berimbas pada
penerapan dalam kehidupan.
14 Abdul ‘Aziz’ Abdul Majid, Mendidik Anak Lewat Cerita, Terj. Syarif Hade Musyah dan Mahfud Luqman Hakim. (Jakarta: Mustaqin, 2002), cet 3. hlm 81
15 Shalah Al Khalidy, Kisah-kisah al-Qur'an: Pelajaran dari orang-orang terdahulu, (Jakarta: gema Insani Press, 2000), hlm 52
16 Muhamad Sa’id Mursy, Loc Cit.hlm.118 17 Op Cit, hlm 345
18
Penyampaian materi dalam belajar mengajar biasanya diawali
dengan penceritaan oleh guru dengan gaya bahasa yang menarik dan
berdasarkan pada kronologis terjadinya cerita. Siswa dengan seksama
mendengarkan, menghayati dan mampu menyimpulkan hikmah dari
penceritaan untuk selanjutnya diwujudkan ke dalam pertanyaan-
pertanyaan kepada guru.
Beberapa langkah pelaksanaan metode cerita menurut beberapa ahli
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Menurut Verna Hildebrand, langkah-langkah pelaksanaan metode
cerita adalah:
a. Choosing a Story, yaitu pemilihan cerita sesuai dengan situasi dan
kondisi proses belajar mengajar.
b. Size of Story Group, yaitu pengorganisasian kelompok cerita,
semakin sedikit jumlah anggota dalam kelompok penceritaan
semakin efektif proses dan hasilnya.
c. Chair or Floor for Story time, yaitu penataan posisi tempat duduk
siswa yang biasanya dilakukan diatas kursi/ lantai dengan
informasi setengah lingkaran.
d. Transition To Story Time, yaitu perubahan dalam penceritaan yang
merangsang aktivitas siswa untuk mendengarkan penceritaan
dengan perilaku dan sedikit kekacauan.18
2. Agus F. Tangyong, dkk, berpendapat bahwa ;
a. Anak didik dibiasakan mendengarkan cerita dari guru.
b. Guru sering meminta anak didik menceritakan kejadian penting
yang dialami.
c. Guru bercerita melalui gambar, kemudian siswa menceritakan
kembali dengan kalimatnya sendiri.19
3. Sheilla Ellison and Barbara Ann Barnett, Ph D.
Shella Ellison dan Barbara Ann Barnet berpendapat bahwa:
18 Verna Hildebrand, Op Cit, hlm 187 19 Agus F. Tangyong, dkk, Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. (Jakarta: PT
Gramedia, 1990) hlm 119
19
“Kids Love hearing what their parents were like at their age. Let your
child tell you a story about their life now, their friends, toys, games,
events and hobbies”.20
“Anak-anak sering mendengarkan cerita tentang apa yang orang tua
mereka suka di waktu kecil. Bukankah anak muda mengungkapkan
suatu cerita tentang kehidupan mereka saat ini, teman-teman mereka,
boneka-boneka main mereka, permainan, kegiatan-kegiatan dan
kebiasaan yang mereka suka”.
4. Abdul Majid Abdul Aziz
Menurut Abdul Majid Abdul Aziz bahwa:
a. Guru sebaiknya memilih cerita yang sesuai dengan kondisi jiwanya
saat bercerita, karena keadaan jiwa pendongeng akan berpengaruh
pula pada setiap penceritaan.21
b. Mempersiapkan cerita sebelum masuk kelas yang bertujuan untuk
mengetahui peristiwa beserta kronologis terjadinya cerita.
Kegiatan persiapan akan sangat membantu dalam membawakan
sebuah penceritaan dengan mudah dan lancar, serta dapat
menyampaikan semua peristiwa cerita di depan anak-anak dengan
jelas seakan-akan cerita tersebut adalah gambaran khayal yang
hidup.
c. Posisi duduk para murid ketika cerita berlangsung
Posisi duduk dalam penceritaan bertujuan untuk merangsang siswa
mendengarkan proses penceritaan dengan potensi yang ada pada
diri mereka. Yang lebih utama adalah murid bisa memposisikan
dirinya mendengarkan berita dengan spontan. Dan posisi duduk
yang paling baik bagi siswa adalah mengelilingi guru dengan
bentuk setengah lingkaran.
20 Sheilla Ellison and Barbara Ann Barnett, 365 Ways to Help Your children Grow,
(Noperville: Illionis Source Books. Inc, 1996) hlm 251 21 Abdul Aziz Abdul Majid, Op cit, hlm 30
20
d. Cara seorang guru membawakan cerita yang berdasarkan plot
cerita dan pemecahan masalah, selain itu pengutaraan intonasi/
volume suara serta improvisasi yang selaras dengan alur cerita.22
5. Quthb
Menurut Quthb sebagaimana dikutip Lift Anis Ma’sumah
bahwa guru dapat memberikan cerita-cerita yang sederhana dan
mampu dipahami oleh siswa.23
Hal ini akan menunjukkan daya tarik yang menyentuh
perasaan dan mempunyai pengaruh terhadap jiwa yang tentunya sesuai
dengan perkembangan jiwa anak.
Contoh penyampaian cerita/ kisah
Metode : Cerita
Teknik : Menggunakan buku bacaan (teks)
Langkah-langkah pelaksanaan:
1. Guru mempersiapkan alat peraga yang diperlukan
2. Guru mengatur organisasi kelas
3. Guru memberikan stimulus agar siswa mau mendengarkan/
apersepsi
4. Guru bercerita
5. Pemberian tugas.24
22 Abdul Aziz Abdul Majid, Op cit, cet 3 hlm 44 23 Lift Anis Ma’sumah, Pembinaan Kesadaran Beragama Pada Anak, Dalam Ismail SM
(eds), Paradigma Pndidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001) hlm 223 24 Agus F. Tangyung, dkk, Loc Cit.
21
Contoh cerita:
NABI YUSUF DIMASUKKAN KE DALAM SUMUR
Pada suatu malam ketika Yusuf masih muda, ia pernah bermimpi
melihat bintang, matahari dan bulan. Pada pagi harinya mimpi itu diceritakan
kepada ayahnya. Pada waktu itu ibu dari golongan Yahuda sedang mengintip dan
mendengarkan cerita Yusuf. Maka ayahnya membisiki kepadanya arti mimpi
tersebut, ia berkata: “Adapun bintang yang sebelas itu adalah ke-11 saudara-
saudaramu, matahari itu ayahmu dan bulan adalah ibumu, semuanya akan
menghormati kepadamu, maka dari itu jangan sampai saudara-saudaramu tahu.
Setelah ibu dari golongan Yahuda mendengar, diberitahulah anak-
anaknya. Mereka timbul dengki kepada Yusuf dan berdaya upaya untuk
memisahkan Yusuf dari ayahnya. Sesudah saudara-saudaranya berunding, selain
Bunyamin yang saudara ibu dengan Yusuf, mereka minta izin kepada ayahnya
untuk mengajak Yusuf berjalan-jalan pada keesokan harinya.
Mula-mula ayahnya tidak percaya dan melarang. Tetapi melihat
kesanggupan mereka untuk menjaga anaknya, maka diberi izin oleh sang ayah.
Setelah perjalanan makin jauh, Yusuf akan dibunuh tetapi tidak jadi. Salah
seorang saudaranya mempunyai pikiran yang lain : dimasukkan saja ke dalam
sumur supaya nanti diketemukan orang. Maka jadilah Yusuf dimasukkan ke
dalam sumur oleh saudara-saudaranya. Dengan pertolongan Allah terhindarlah
ia dari mara bahaya.
Setelah pulang mereka memberi tahu kepada Ayahnya bahwa Yusuf
telah mati dimakan singa. Mereka menunjukkan bukti baju yang telah diberi darah
binatang yang telah dibunuhnya. Tetapi di dalam hati, Nabi Ya’kub tidak
mempercayainya karena sudah ada tanda-tanda dan ia tahu sebelumnya. Karena
sangat susah memikirkan anaknya itu, sehingga kedua matanya tidak dapat
melihat lagi dan menjadi putih seluruhnya.
Kejadian ini tidak lain adalah ujian bagi Yusuf yang kelak akan
mendapat kemuliaan dan menjadi pesuruh Allah.
22
B. Pengertian Metode Cerita Dalam Pendidikan
Metode cerita dalam pendidikan merupakan masalah yang penting
dalam pencapaian tujuan. Sebab metode cerita merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan keberhasilan dan juga sarana dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Pada prinsipnya semua metode adalah baik. Sebab antara satu metode
dengan metode yang lain saling mendukung dan melengkapi. Tidak ada
satupun metode yang dapat berhasil diterapkan dalam proses kegiatan
pendidikan yang tidak berhubungan dengan metode lain, sebab setiap metode
mempunyai satu kelebihan ataupun kekurangannya.
Dalam kaitan ini penulis akan mengemukakan tentang pengertian
metode yang dimulai dari segi istilah. Kata metode berasal dari bahasa
Yunani. adalah kata “metha” dan “hodos’, metha berarti melalui atau melewati
dan hodos berarti jalan atau cara. Jadi metode berarti suatu jalan yang dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.25 Dalam bahasa Arab disebut “Thariqat” dalam
mengajar.
Jadi pengertian metode cerita disini adalah cara yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil-hasil yang baik melalui
suatu ungkapan, atau tulisan yang berisikan urutan peristiwa atau kejadian.
Dalam proses pembelajaran.
Dalam pendidikan Islam penggunaan metode yang dipahami adalah
bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakekat metode dan
relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu, terbentuknya
pribadi yang beriman yang senantiasa siap mengabdi kepada Allah Swt.
Disamping itu, pendidik juga perlu membuat prosedur pembuatan metode
pendidikan Islam dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yaitu meliputi:
1. Keadaan anak didik
Keadaan anak didik ini mencakup pertimbangan tentang tingkat
kecerdasan, kematangan perbedaan individu lainnya.
25 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI). (Bandung: Pustaka Setia, 1997) hlm 136
23
2. Situasi
Situasi ini mencakup hal yang umum seperti situasi kelas dan situasi
lingkungan
3. Fasilitas/ alat-alat
Faktor ini akan mempengaruhi pemilihan metode yang digunakan dalam
pemakaian alat-alat ini dipertimbangkan juga akan kualitas dan kuantitas.
4. Pribadi Pendidik
Kemampuan pengajaran sangat menentukan, dimana mencakup
kemampuan fisik dan keahlian.
Disamping itu, pendidik juga harus memperhatikan prinsip-prinsip
pokok metode dalam pendidikan Islam yang menurut “Prof. Dr. Omar
Muhammad Al-Toumy As Syaibani”, membagi pada tujuh prinsip pokok
metode pendidikan Islam, yaitu bahwa pendidik perlu:
a) Mengetahui motivasi, kebutuhan dan minat anak didik.
b) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum
pelaksanaan pendidikan.
c) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan serta perubahan anak didik.
d) Mengetahui perbedaan-perbedaan individu dalam anak didik.
e) Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan integrasi
pengalaman dan kelanjutannya, keasliannya, pembaharuannya dan
kebebasan berfikir.
f) Menjadikan proses pendidikan sebagai proses pengalaman yang
menggembirakan bagi anak didik.
g) Menegakkan “uswatun hasanah” 26
Setelah memperhatikan prinsip-prinsip metode dalam pendidikan
Islam maka seorang Pendidik atau guru apabila ingin berhasil dalam aktivitas
pendidikannya, guru di tuntut dapat memilih dan menggunakan metode
pendidikan secara sesuai dengan kondisi yang diinginkan.
26 Omar Muhammad Al- Toumy Al Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Bandung:
Bulan Bintang, 1979), hlm 399
24
C. Dasar Dan Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
1. Dasar Metode Pendidikan Islam
Metode dalam pendidikan Islam, seperti juga kurikulum yang
bersangkutan dengannya, mempunyai dasar-dasar yang prinsip.
Adapun dasar metode Pendidikan Islam dapat digolongkan sebagai
berikut:
a) Dasar agama
Yang dimaksud dasar agama adalah prinsip-prinsip, asas dan
fakta-fakta umum yang pada dasarnya diambil dari agama Islam dan
syariat pada sumbernya yang induk dan cabang-cabangnya dan dari
peninggalan orang-orang yang shalih. Pendidikan muslim banyak
mengambil cara dan tujuan, serta prinsip-prinsip dari kitab Allah dan
sunnah Nabi, dan juga perkataan dan amalan ulama-ulama Islam dan
orang-orang yang shalih.
Tentang penentuan macam atau teknik yang dapat dipakai
dalam mengajar, maka ia dapat cara-cara pendidikan yang terdapat
dalam al-Qur'an, sunnah nabi. Sahabat-sahabat dan pengikutnya
peluang yang luas sekali memilih diantaranya yang sesuai dengan mata
pelajaran perkara yang diajarkan, umur murid-murid suasana alam
sekitarnya dan suasana pembelajaran di mana ia berada.
Kemudian sunnah nabi dan perkataan dan amal salafush shalih
telah menambah penjelasan dan uraian terhadap teknik-teknik ini.
Diberikan teknik dan metode-metode lain yang bersifat terperinci,
setelah belajar dari faktor-faktor yang baru timbul dalam masyarakat
Islam sesudah abad pertama hijriyah, sebab meluasnya bacaan, tulisan
dan kebudayaan-kebudayaan lain yang memiliki teknik dan metode
pendidikan dan juga terutama perhubungan dengan falsafah dan logika
Yunani.
b) Dasar Biologis
Tentang segi atau dasar biologis maka adalah kewajiban guru
untuk memelihara dalam metode teknik pengajaran ciri-ciri kebutuhan
25
jasmani dan tahap kematangan murid. Guru harus memperhatikan
bahwa murid-murid itu mempunyai kebutuhan bio-fisik yang harus
dipuaskan dan dipenuhi supaya tercapai penyesuaian jasmani, psikologis
dan sosial yang sehat, seperti kebutuhan udara yang bersih, kebutuhan
gerakan dan aktivitas, dan kebutuhan kepada istirahat, tidur dan lain
sebagainya.
c) Dasar Psikologis
Dasar psikologis menyangkut sejumlah kekuatan psikologis
termasuk motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan,
kejadian, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektual). Guru harus
menjaga kekuatan-kekuatan emosi, dan kesediaan-kesediaan serta
kecakapan intelektual dan tingkah laku.
Diantara kebutuhan-kebutuhan jiwa yang patut dipelihara
dalam metode dan cara mengajarnya adalah kebutuhan kepada
ketrampilan, kebutuhan kepada kecintaan, kebutuhan kepada
penghargaan, kebutuhan untuk menyatakan diri, kebutuhan kepada
kebebasan, pembaharuan, kejayaan dan kebutuhan untuk berkumpul.
d) Dasar Sosial
Metode pendidikan Islam disamping terpengaruh oleh prinsip-
prinsip agama Islam, dasar biologis, dan psikologis juga terpengaruh
oleh faktor-faktor masyarakat tempat tinggalnya. Dalam penerapan
metode mengajarkan nya seharusnya disesuaikan dengan nilai-nilai
masyarakat. Dan tradisi-tradisi yang baik, dengan tujuan kebutuhan
dan harapan sesuai dengan tuntutan kehidupan yang ada dalam
masyarakat. Begitu juga harus menjaga perubahan-perubahan yang
berlaku didalamnya dan berusaha membedakan perubahan yang baik,
mengambil manfaat dari fasilitas dan peluang-peluang yang ada di
masyarakat sekitarnya.
Keempat dasar pendidikan tersebut bermuara pada sumber
utama yaitu al-Qur'an dan as-Sunnah Nabi, guna mempersiapkan diri
manusia guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya.
26
2. Macam-Macam Metode Pendidikan Islam
Adapun metode-metode pendidikan Islam yang dapat digunakan
oleh pendidik dalam pelaksanaan pendidikan Islam menurut M. Arifin
terbagi atas sembilan metode, yaitu:
a. Metode Mutual Education
Yaitu suatu metode yang memberikan manfaat secara langsung dengan
mendidik secara kelompok yang pernah dicontohkan seperti dalam
mengajarkan shalat dengan demonstrasi cara-cara shalat yang baik.
b. Metode dengan Bercerita
Yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa
lampau yang menyangkut ketaatan nya/ kemungkaran nya dalam hidup
terhadap perintah Allah yang dibawakan nabi atau Rasul yang hadir
ditengah mereka.
c. Metode Perintah atau Larangan
Yaitu metode pendidikan yang sifatnya memberikan perintah/ larangan
dalam mendidik peserta didik.
d. Metode Peragaan
Yaitu metode yang diberikan dengan menggunakan peralatan media,
baik visual maupun audio visual.
e. Metode Pendidikan dengan Menggunakan Cara Instruksional
Yaitu metode yang sifatnya mengajar tentang ciri-ciri orang yang
beriman dan bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat
mengetahui bagaimana seharusnya mereka bersikap dan bertingkah
laku setiap hari.
f. Metode Acquisition (Self-Education)
Yaitu metode yang diberikan agar menjadi diri sendiri dan mendidik
dirinya sendiri ke arah yang sebenarnya.
g. Metode Exposition
Yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberi dorongan
(motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bisa mendapatkan sukses
27
dalam kebaikan, sedangkan bila tidak sukses karena tidak mau
mengikuti petunjuk yang benar akan mendapat kesusahan.
h. Metode Pendidikan dengan Praktek
Yaitu metode yang sifatnya memberikan pengertian dan kemudian
untuk dipraktekkan secara bersama-sama.
i. Metode Explanation
Yaitu memberikan penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas, serta
memberikan pengarahan agar manusia bersedia menjalankan perintah-
perintah dan menjauhi segala larangan-larangan27
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam ajaran
Islam banyak didapati metode-metode penyampaian ajaran Islam kepada
umatnya. Namun perlu di ketahui bahwa metode-metode tersebut masih
dalam bentuk pedoman-pedoman yang bersifat umum, sehingga
diperlukan kecakapan para pendidik sendiri untuk mengambil dan
menerapkan nya secara khusus terhadap tiap-tiap bahan pelajaran yang
akan disampaikan kepada murid.
Salah satu metode yang paling efektif dari berbagai metode diatas
adalah metode dengan bercerita dengan tidak mengesampingkan peranan
metode yang lain, yaitu cerita yang didalamnya mengisahkan peristiwa
sejarah hidup manusia masa lampau yang mengangkut ketaatan/
kemungkaran dalam hidup perintah Tuhan yang dibawakan oleh nabi atau
Rasul yang hadir di tengah mereka.
Cerita yang mengisahkan peristiwa baik cerita fiktif maupun non
fiktif yang dapat diambil dalam pelajaran. Dalam cerita terdapat ide,
tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut
berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Dari sinilah tumbuh
kepentingan untuk mengambil manfaat dari cerita di sekolah. Pentingnya
memilih cerita sebagai metode dan bagaimana menyampaikan nya pada
27 Nur Uhbiyanti, Op Cit, hlm 158
28
anak. Oleh karena itu, penetapan pelajaran bercerita sebagai salah satu
metode adalah bagian terpenting dari pendidikan.28
Dalam penyampaian cerita yang baik, yang terpenting adalah
pengungkapan yang baik pula. Jika dilakukan dengan penuh kesabaran,
sebuah cerita akan dapat membangkitkan kehidupan yang baru, menambah
nilai seni, dan anak sebagai pendengar dapat menikmati. Dengan cerita
diharapkan anak lebih menjadi lebih senang dan termotivasi untuk menjadi
pemberani dan menimbulkan daya kreatif dan lebih kaya imajinasi.
Melalui metode bercerita, anak-anak akan mudah memahami sifat-
sifat, figur-figur dan perbuatan-perbuatan mana yang baik dan mana yang
buruk. Dengan bercerita pula orang tua (pendidik) dapat memperkenalkan
akhlak dan figur seorang muslim yang baik dan pantas sebagai contoh.
Demikian pula sebaliknya dengan bercerita dapat berperan dalam proses
pembentukan watak seorang anak, terlebih dalam dunia pendidikan
khususnya pendidikan Islam.
D. Cerita Sebagai Metode Dalam Pendidikan Islam
a). Pandangan al-Qur'an / Hadits Tentang Cerita
Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat
berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan al-Qur'an pun berisi banyak
sekali cerita-cerita yang sebagian di ulang-ulang dengan gaya bahasa yang
berbeda.
Dengan demikian, secara khusus Allah hendak mengajarkan kepada
Rasulullah dan tentu pada para pengikutnya yang setia, bahwa cerita
adalah metode pendidikan yang bagus serta dapat untuk mendidik jiwa
manusia, karena itulah Allah sering menggunakan tamsil-tamsil,
perumpamaan-perumpamaan dan pelukisan-pelukisan antar lain di ambil
dari dunia tumbuhan dan binatang, yang erat sekali kaitannya dengan
dunia cerita.
28 Abdul Majid Abdul Aziz, Op Cit, Hlm 5
29
Ketika Rasulullah Saw sedang berkhalwat di gua Hira’ beliau
mendapatkan wahyu dari Allah Swt lewat malaikat Jibril. “ Iqra’ “
(bacalah) itulah yang diperintahkan Malaikat Jibril kepada Rasulullah
Saw. Secara khusus kita bahkan menemukan pernyataan bahwa Allah
mempergunakan tamsil-tamsil yang diambil dari dunia binatang.
Kisah Qur’an dan Nabawiyah menyentuh nurani manusia dalam
keadaan yang utuh menyeluruh, sebagaimana terjelma dalam tokoh-tokoh
utama yang sengaja diceritakan al-Qur'an kepada umat manusia. Firman
Allah al-Qur'an surat Yusuf: 3
Dalam kisah-kisah al-Qur'an dan Nabawiyah membiasakan dampak
psikologis dan edukatif yang baik, konstan dan cenderung mendalam
sampai kapanpun. Kisah-kisah Nabawiyah mempunyai tujuan pendidikan
tak lengkap yang menyangkut aspek-aspek tertentu, dari kehidupan susila.
Kisah riwayat Nabawiyah dapat dibedakan menjadi 3 bentuk:
1). Kisah merupakan pelengkap, penjelas, dan penjabaran apa yang
terdapat dalam al-Qur'an, yang merujuk kepada kisah-kisah yang
disajikan dalam al-Qur'an .
2). Sebagian kisah-kisah itu seluruhnya tidak memperkatakan Rasulullah
saw melainkan merupakan kisah yang membendung pelajaran, dan
dalam penyajian nya terdapat faedah yang baik.
3). Peristiwa sejarah dan peperangan Rasulullah Saw adalah kisah yang
berkesinambungan dan saling berkait antara bagian yang satu dengan
lainnya
Lebih dari itu Rasulullah Saw adalah seorang ahli bercerita
membagi-bagikan nikmat Allah saat mempelajari dan menjelaskan
berbagai masalah kepada sahabat melalui cerita. Tentang “ridha Allah”
misalnya, dijelaskan Rasulullah Saw dengan bercerita adalah biasa orang
yang sedang melakukan perjalanan mereka melalui sebuah gua yang biasa
dipergunakan untuk istirahat dan berteduh, mereka pun memasukkan nya,
tiba-tiba menggelinding sebuah batu besar hingga menutupi pintu gua,
sehingga mereka tak dapat keluar dari gua. Ketiga orang yang
30
terperangkap dalam gua itu kemudian mawas diri tentang apa-apa yang
dilakukannya dalam hidup ini semata-mata untuk mengharapkan ridho
Allah.
b). Cerita Sebagai Metode Pendidikan Islam
Cerita selain merupakan seni hiburan bagi anak-anak juga
merupakan sarana pendidikan membentuk budi pekerti dan sekaligus
untuk mengakrabkan hubungan antar anak dan orang itu. Melalui cerita
pula orang tua bisa juga menanamkan tauhid lebih jauh pada diri anak.
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang
melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta aktivitas di dalam jiwa,
yang selanjutnya memotivasi manusia untuk merubah perilaku dan
memperbarui tekadnya sesuai dengan tuntutan, pengarahan dan akhir
kisahnya.
Agar cerita menarik, terutama melalui buku-buku cerita, maka
perlunya kita mengenal tentang buku cerita itu. Daya tarik buku cerita dan
bercerita, tidak semata-mata ditentukan oleh gaya bahasa, ilustrasi dan
tebal tipisnya buku. Namun minat baca dan perhatian adalah faktor yang
menentukan anak tertarik menikmati buku cerita yang di bacanya.
Dan agar anak-anak timbul perhatiannya, maka bahan bacaan/ cerita
harus disesuaikan dengan usia perkembangan anak. Banyak orang tua
yang menginginkan anaknya mempunyai kecintaan dalam membaca dini
mungkin. Tetapi ada yang perlu diperhatikan. Bahwa kadang orang tua
berlebihan dan kadang malah bukan membuat akan tumbuh rasa cinta
membaca tetapi sedikitnya anak akan semakin malas membaca.29
E. Fungsi Cerita dalam Pendidikan Islam
Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat
berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan al-Qur'an pun berisi banyak sekali
cerita-cerita sebagai diulang-ulang dengan gaya yang berbeda. Dalam
29 Imam Musbikin, Kudidik Anak Ku dengan Bahagia, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2203) hlm 284
31
mengemban tugas dakwah. Untuk membuka hati manusia, Allah
memerintahkan pada rasulullah untuk banyak-banyak bercerita dengan bahasa
perintah yang cukup tegas, Allah berfirman: )176: ال ععراف(فاقصص القصص لعلهم يتفكرون
“Maka ceritakan lah kisah-kisah (cerita) itu, agar mereka berfikir (merenungkan)” (al-Qur'an surat Al-A’raf: 176)30
Dengan demikian, sejarah khusus Allah hendak mengajarkan kepada
Rasulullah, dan tentu pada para pengikutnya, bahwa bercerita adalah metode
pendidikan yang bagus serta tepat untuk mendidik manusia.
Metode cerita sangat efektif sekali dalam mendidik hati manusia, hal
itu disebabkan antara lain:
a. Cerita pada umumnya lebih berkesan dari pada nasehat murni, sehingga
umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-
cerita yang kita dengar di masa kecil masih bisa kita ingat secara utuh
selama berpuluh-puluh tahun kemudian.
b. Melalui cerita manusia diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa
digurui.
Kedudukan strategis cerita dalam dunia pendidikan, termasuk menurut
sudut pandang al-Qur'an, telah tergambar dengan amat jelas diatas. Cerita
memang banyak sekali fungsi dan manfaat nya bagi anak-anak, antara lain.31
a. Pendidikan akhlak kepada anak
Akhlak merupakan kondisi utama dalam pembentukan pribadi
manusia seutuhnya, pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi
berakhlak merupakan hal utama yang harus dilakukan sebab akan
melandasi kestabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.
Pendidikan akhlak merupakan misi utama pendidikan nabi yang
ditegaskan dengan firman Allah Swt Q.S al- Qalam: 4.32
30 Depag RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra 2002), hlm. 31 T. Handayu, Op Cit, hlm 71 32 Al Haramain, Op Cit. hlm 960
32
)4: القلم(وإنك لعلى خلق عظيم
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) berbudi pekerti yang agung” (Q.S al-Qalam: 4)
Melalui cerita anak diajak untuk melakukan proses identifikasi
diri maupun identifikasi perbuatan, dari para tokoh yang diceritakan.
b. Penanaman moral rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru, aneh atau
bersifat rahasia. Jadi moral dan budi pekerti bisa lebih mudah ditanamkan
melalui contoh-contoh konkrit, seperti cerita yang memberi teladan bahwa
sifat yang baik akan menyebabkan seseorang disukai dan sebaliknya, anak
yang jahil akan dijauhi oleh teman-temannya.
c. Penanaman kepekaan perasaan
Hal penting yang dapat dilakukan orang tua (guru) dalam mendidik
anak-anaknya adalah upaya untuk membantu mengembangkan pola pikir
yang nyata, yaitu bersikap jujur dan terbuka. Namun memberi contoh
berfikir nyata dan bersikap terbuka hanya bisa efektif dilakukan bila orang
tua atau guru menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan anak
nya secara khusus atau waktu-waktu tertentu.
d. Cerita mempengaruhi pola berfikir anak
Cerita menjadi sarana efektif untuk mempengaruhi cara berfikir
dan berperilaku anak-anak karena mereka senang mendengarkan atau
dibacakan berulang-ulang. Perulangan ini dipadukan dengan imajinasi
anak-anak dan tak terhingga nya nilai kehadiran orang tua, menjadikan
cerita sebagai salah satu cara terbaik untuk mempengaruhi cara berfikir
mereka.
e. Penanaman nilai ketauhidan
Penyampaian nilai-nilai agama melalui cerita biasanya lebih di
dengarkan anak. Karena anak-anak senang mendengarkan cerita, maka
secara otomatis pesan-pesan keagamaan yang disisipkan akan di
dengarkan anak dengan senang hati pula.
33
Melalui cerita, orang tua dapat menyajikan kemungkinan peristiwa
dalam kehidupan manusia dan pengalaman atau sejarah kehidupan yang
riil. Pengalaman batin sangat membantu proses kematangan jiwa anak.
Jiwa yang matang dan kokoh tidak mudah tergoyahkan atau terombang-
ambing oleh rayuan, godaan dan pantangan.33
Cerita secara faktual erat sekali hubungannya dengan pembentukan
karakter, bukan saja karakter manusia secara individual, tetapi juga
karakter manusia dalam sebuah bangsa. Tidak heran bila banyak pakar
kebudayaan yang menyatakan bahwa nilai jati diri, karakter dan
kepribadian sebuah bangsa, dapat dilihat dari cerita rakyat yang hidup di
bangsa itu.
Penerapan metode bercerita sebagai salah satu aspek untuk
penanaman nilai-nilai moral, hendaknya dapat menghadirkan pengalaman
baru yang memperkaya jiwa anak-anak kita. Jika kita pernah
mendengarkan kata mutiara, experience is the best teacher, kata itulah
ungkapan yang paling tepat diutarakan, bahwa pengalaman adalah guru
terbaik dalam kehidupan.
33 T. Handayu, Op Cit, hlm 68