Upload
dangduong
View
242
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
11
BAB II
METODE PERANCANGAN
A. Analisis Permasalahan
Berdasarkan fokus permasalahan di atas, ada permasalahan yang muncul
dalam perancangan batik pewarna alam dengan inspirasi tanaman Indigofera
tinctoria. Pemahaman tentang konsep perancangan merupakan pijakan dasar
dalam perancangan sebuah karya. Konsep perancangan ini meliputi bagaimana
mengeksplorasi tanaman Indigofera tinctoria dengan teknik batik tulis yang
diarahkan untuk pakaianeksklusif wanita. Sesuai dengan inspirasi tersebut, harus
melakukan pendalaman tentang potensi tanaman Indigofera tinctoria sebagai
pewarna alam serta penerapan bentuk visual tanaman tersebut sebagai motif
dengan teknik batik tulis.
Pemilihan teknik harus benar – benar dipahami, karena teknik
mempengaruhi proses produksi. Ada bermacam macam teknik batik seperti teknik
batik tulis, teknik batik cap, teknik batik lukis, teknik batik sablon malam dan lain
sebagainya. Untuk perancangan ini dipilih teknik batik tulis dalam berkarya. Hal
ini dikarenakan teknik batik tulis mampu menghasilkan goresan yang lebih artistik
dan produk yang lebih eksklusif.
Tuntutan kebutuhan terhadap produk ramah lingkungan, membuat
pemilihan bahan menjadi salah satu aspek penting dalam perancangan batik.
Pemilihan bahan yang dipilih harus memenuhi kriteria diantaranya: bahan dapat
diproses dengan teknik batik tulis, terbuat dari serat organik , dapat diproses
12
melalui pewarna alam, memiliki sifat anti bakteri, nyaman, dan memiliki daya
serap tinggi mengingat Indonesia memilki intensitas panas yang ditinggi .
Aspek estetis merupakan ilmu dasar dalam perancangan yang
berhubungan dengan hasil akhir dari keseluruhan aspek teknik, bahan, desain,
motif yang akan ditetapkan. Unsur estetis yang dimunculkan dalam perancangan
ini adalah menciptakan karakter khas dari warna alami biru indigo di atas bahan
Tencel yang terbuat dari serat kayu putih dan motif terinspirasi dari daun
Indigofera tinctoria dengan teknik batik tulis sebagai produk fesyen pakaian
eksklusif wanita.
B. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi yang ditempuh untuk memecahkan masalah adalah dengan
melakukan pengumpulan data dari berbagai macam sumber. Data yang
dikumpulkan adalah data yang berhubungan proses batik tulis dengan pewarna
alam indigo dan potensi tanaman Indigofera tinctoria dijadikan inspirasi dalam
perancangan. Untuk pemecahan masalah penulis melakukan survey, studi
pustaka,wawancara, studi visual, studi bahan, studi teknik dan proses produksi
yang berhubungan dengan batik pewarna alam indigo.
Teknik yang digunakan dalam perancangan adalah teknik batik tulis. Motif
yang dirancang terinspirasi dari bentuk visual daun Indigofera tinctoria.
Perancangan ini difungsikan sebagai produk fesyen pakaian eksklusif wanita.
Untuk itu, penulis melakukan pendalaman karakter terhadap tanaman Indigofera
tinctoria dengan melakukan pengamatan langsung di perkebunan Indigofera
tinctoria di Ambarawa , Jawa Tengah.
13
Sebelum menentukan teknik yang digunakan pada perancangan ini harus
melaui uji coba, guna mengetahui teknik apa yang tepat digunakan dalam
perancangan ini. Teknik yang digunakan pada perancangan ini adalah batik tulis.
Beberapa tahapan dalam melakukan perancangan dengan teknik batik meliputi
tahap mendesain pencantingan atau perintangan malam, mordanting, pewarnaan,
dan pelorodan.
Pemilihan bahan merupakan hal penting dalam proses perancangan batik
tulis dengan pewarna alami. Dibutuhkan data tentang bahan atau material yang
dapat digunakan dalam proses batik tulis yang terbuat dari serat organik alami.
Sesuai dengan perancangan ini jenis kain yang cocok untuk digunakan pada
teknik batik tulis adalah kain yang tebuat dari serat alami dengan daya serap
tinggi. Berdasarkan proses uji coba kain yang tepat pada perancangan ini adalah
bahan organik dari serat kayu putih yaitu kain Tencel yang telah terbukti ramah
lingkungan dan memiliki daya serap tinggi terhadap pewarna alam.
Proses produksi merupakan proses penting yang paling menentukan dalam
mewujudkan sebuah karya. Diperlukan pemahaman untuk mempersempit
kemungkinan kegagalan pada saat melakukan proses produksi. Maka dari itu
untuk memperkuat proses produksi maka butuh ujicoba dan riset, selain itu juga
dilakukan pengamatan terhadap konsumen mengenai produk yang mereka
butuhkan. Untuk mewujudkan perancangan ini ada beberapa tahapan yang harus
dilalui antara lain: pembuatan desain, perintangan malam atau pencantingan,
mordanting, pewarnaan, pelorodan malam hingga menjadi kain batik yang siap
digunakan.
14
C. Pengumpulan Data
Perancangan dapat diwujudkan menjadi sebuah karya yang baik dan sesuai
dengan sasaran apabila diiringi dengan data yang mampu mendukungnya
sehingga perlu adanya pengumpulan data. Terkait pengumpulan data yang
digunakan yaitu observasi, studi visual, studi proses produksi, wawancara dan
ujicoba.
1. Studi Literatur
Buku karangan Santoso Doellah 2002 dengan judul Batik Pengaruh
Zaman dan Lingkungan didapatkan pemahaman tentang definisi batik yang
merupakan salah satu warisan adiluhung bangsa Indonesia yang telah di akui oleh
dunia. Seni batik bukan hanya sebatas motif tetapi sehelai kain yang dibuat secara
tradisional dengan beragam hias pola batik tertentu yang pembuatannya
menggunakan teknik celup rintang dengan malam ‘lilin batik’sebagai bahan
perintang warna.
Buku karangan Iwan Tirta 2009 dengan judul Batik Sebagai Lakon dan
buku karangan Iwet Ramadhan 2013 dengan judul Cerita Batik didapatkan
pemahaman tentang tradisi pewarnaan indigo di pulau Jawa yang dipercaya karya
dari roh halus . Maka dari itu, diadakan upacara dengan meletakan sesaji di
sekeliling bak pencelupan . Dikemukakan pula bahwa tanaman Indigofera telah
ditanam oleh masyarakat Jawa sejak zaman penjajahan Belanda melalui sistem
tanam paksa dan dikenal sebagai ‘Keringat Biru Orang Jawa’.
Laporan penelitian karangan Dra. Muzayyinah M.Si. dan Suratman S.Si,
M.Si 2010 dengan judul Pemetaan Sumber Genetik Plasmanutfah Tumbuhan
Tarum (Indigofera sp) di Jawa Sebagai Upaya Peestarian Bahan Pewarna Alami
15
Batik didapatkan pemahaman mengenai morfologi tanaman Indigofera tinctoria
yaitu memiliki ciri umum berupa tanaman perdu, memiliki tinggi 1- 2 meter, daun
majemuk berwarna hijau dengan bentuk lonjong memanjang dan tulang daun
menyirip.
Jurnal penelitian karangan Dra. Muzazzinah, M.Si. dkk 2013 dengan
judul Biodiversitas dan Strategi Konsevasi Pada Kebun Plasma Nutfah Tanaman
“TOM” (Indigofera) didapatkan pemahaman tentang daerah persebaran tanaman
Indigofera di pulau Jawa, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat , Jawa Timur, dan
Madura dengan ketinggian tumbuh 1-1100m dpl.
Jurnal penelitian karangan Sri Herlina 2007 dengan judul Daun Indigofera
Sebagai Zat Pewarna Alam Untuk Tekstil didapatkan pemahaman mengenai
kandungan indoksil pada tanaman Indigofera yang mampu menghasilkan warna
biru indigo karena terjadi oksidasi antara indoksil dengan udara.
Buku karangan Faber Birren 2003 dengan judul Color Psychology and
Color Theraphy didapatkan pemahaman tentang makna psikologi warna indigo.
Indigo adalah warna kombinasi antara biru dan violet. Warna ini melambangkan
kekuatan spiritual, intuisi, meditasi, integritas dan struktur.
2. Studi Visual
Untuk mencari gagasan awal mengenai produk batik pewarna alami indigo
penulis melakukan pengumpulan data visual untuk mengetahui perkembangan
tentang batik pewarna Indigo.
16
Gambar 3. Outer dengan teknik batik tulis pewarnaan indigo produk Kana
Goods, Jakarta
Sumber :www. kompasiana.com, 2016
Gambar 4. motif batik geometris produk batik Losari, Ambarawa
Sumber : Safira Hanif Purnama,2016
17
Gambar 5. Motif batik Lasem dengan warna alam indigo produksi Nila Batik
Pewarna Alam
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016.
Gambar 6. Batik indigo di atas tenun Ulap Doyo produksi Tinctori, Ambarawa.
Sumber: Safira Hanif Purnama,2016
Gambar 7. Scraft indigo produksi Batu Indigo Dyed Goods, Jakarta.
Sumber :Safira Hanif Purnama,2016
18
3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan produk batik ramah
lingkungan dalam tren dimasa sekarang dan pewarnaan alami dari Indigofera
tinctoria. Perkembangan batik sekarang sudah beragam, keberagaman tersebut
meliputi keberagaman motif batik, keberagaman warna batik, jenis bahan, teknik
dan desain untuk busana.
a. Balai Besar Batik Yogyakarta jalan Kusumanegera No.7 Yogyakarta.
Hasil observasi tersebut dapat dijelaskan bahwa tradisi batik dengan
pewarna alami telah ada sejak dahulu dan di wariskan secara turun temurun
Dahulu perbatikan klasik di Indonesia memanfaatkan tumbuhan yang ada
disekitar untuk menghasilkan pewarna alami. Pewarna alami di Indonesia telah
memanfaatkan tumbuhan seperti Mangifera indica (mangga), Curcuma Longa
(kunyit), Indigofera sp (indigo atau tarum), Morinda citrifolia (pace), Swietenia
mahagoni (maghoni) dan sebagainya. Pigmen warna dihasilkan oleh bagian
tanaman seperti akar, kulit, batang , kayu daun, buah dan biji.
b. Tinctori Batik di Desa Jambu, Ambarawa, Jawa Tengah
Observasi dilakukan di UKM batik dan shibori dengan pewarna alam
indigo. Di tempat ini terdapat budidaya perkebunan Indigofera tinctoria yang
dibudidayakan oleh petani di sekitar ambarawa. Tanaman Indigo dapat tumbuh di
dataran tinggi. Kualitas pasta indigo sangat bergantung pada pH tanah dan iklim.
Untuk menghasilkan 1 kg pasta indigo dibutuhkan 15-20 kg daun indigo.
Tumbuhan indigo siap dipanen jika telah berumur 3 bulan.
19
Proses pewarnaan indigo harus melalui pencelupan. Untuk mendapatkan
biru pekat dibutuhkan 15 kali pencelupan. Zat pengunci pada indigo sudah
terdapat pada kandungan pasta indigo yang telah dicampur kapur.
Gambar 8. Perkebunan Indigofera tinctoria di ambarawa
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
4. Studi Produksi
Studi produksi dilakukan untuk mengetahui proses produksi dengan
teknik batik tulis guna mendukung desain yang ingin dicapai . Teknik batik tulis
menggunakan canting untuk menggambar pada selembar kain. Proses batik tulis
dengan pewarna alam indigo dimulai dari pembuatan desain, proses mengeblat,
pencantingan , lalu pencelupan dalam zat warna indigo setelah itu dilakukan
peloradan dan pencucian.
20
Gambar 9. Proses penggambaran motif
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
Gambar 10. Proses pencantingan
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
Gambar 11. Proses pencelupan pada zat warna alam indigo
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
21
Gambar 12. Hasil batik tulis motif daun Indigofera
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
Gambar 13. Proses pelorodan malam
Sumber :Safira Hanif Purnama, 2016
22
5. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperkuat data dan memperoleh
keterangan yang tidak terdokumentasi. Wawancara tentang pengetahuan zat
pewarna alami dan tanaman Indigofera sp sebagai penghasil warna biru indigo
untuk batik tulis.
a. Nidiya Kusmaya pendiri Oldtjikko Discovers, Natural textile artisan di jalan
Cimanuk no. 6 Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan wawancara dengan Nidiya Kusmaya, pendiri Oldtjikko
Discovers menjelaskan bahwa pewarna alami sangat ramah lingkungan. Isu
tentang sustainable enviroment, membuat desainer harus peka akan penggunaan
pewarna alam yang ada di sekitar. Tren penggunaan pewarna alam pada
konsumen di Indonesia sudah mulai meningkat. Hal ini dikarenakan produk yang
menggunakan pewarna alam memiliki kesan eksklusif, unik, menenangkan dan
tidak menimbulkan alergi pada kulit sensitif.
Penggunaan pewarna alam dapat diserap dengan baik pada serat alami
baik tumbuhan maupun hewan, seperti bahan wool, katun, dan cocon sutera liar.
Tingkatan pewarna alam sangat bergantung pada lamanya pencelupan dan
penggunaan mordant, juga pada pH asam maupun basa.
b. Agus Haerudin, Pakar Pewarna Alam, Balai Besar Kerajinan Batik Yogyakarta
Dari hasil observasi wawancara oleh Bapak Agus Herudin dijelaskan
bahwa penggunaan pewarna alam tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
Jumlah pewarna yang dihasilkan oleh zat pewarna alam terbatas tidak seperti
pewarna sintetis yang beraneka ragam.
23
Sedangkan menurut Bapak Agus Herudin pewarna sintetis dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan. Kandungan zat karsinogen pada Naftol
dapat menyebabkan kanker kulit jika digunakan secara terus menerus. Hal ini teah
dibuktikan berdasarkan penelitian Balai Besar Batik mengenai pewarna sintetis .
c. Saiful Nuruddin, pendiri Tinctori Batik Ambarawa
Menurut Saiful Nuruddin, pewarna indigo dari tanaman Indigofera
tinctoria memiliki ketahanan yang tinggi dibandingkan pewarna alam
lainnya.Untuk mendapakan kualias pewarna indigo yang baik, pasta indigo
berwarna biru pekat dengan kondisi jika dilarutkan dalam air, larutan berwarna
hijau. Batik dengan pewarnaan indigo umumnya dilakukan pencelupan sebanyak
8- 15 kali pencelupan untuk mendapatkan biru indigo yang pekat.Setelah dicelup
dalam larutan indigo, kain dicuci lalu dijemur agar terkena oksidasi udara.
D. Uji Coba
Uji coba dilakukan pada pengembangan desain yang meliputi dua
percobaan, meliputi uji coba pewarnaan dan uji coba teknik. Uji coba dilakukan
pada 3 jenis kain organik, berbahan dasar serat kayu putih dan serat kapas. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui karakter pewarna alam indigo pada ketiga jenis
bahan.
24
A. Uji Coba Bahan dan Teknik
Bahan Deskripsi
Teknik batik tulis pada kain
organik Lyco lawn ( 50% Tencel,
50% katun)
Dilakukan 8 kali pencelupan zat
warna indigo.
Memiliki daya serap sangat baik
Teknik batik tulis pada kain
organik Euca linen ( 100%
Tencel)
Dilakukan 6 kali pencelupan zat
warna indigo.
Memiliki daya serap sangat baik.
Teknik batik tulis pada kain
organik cotton woven
Dilakukan 10 kali pencelupan zat
warna indigo.
Memiliki daya serap baik,
sebelumnya dilakukan proses
penghilangan kanji.
Tabel 1. Hasil Uji Coba Teknik dan Bahan
25
b. Uji Coba Warna
Berikut hasil skema warna alam indigo pada tiga jenis kain organik, lyco lawn,
euca tencel, dan cotton woven.
Skema warna Deskripsi
Bahan : Euca Linen
Serat : 100% kayu putih
Pencelupan: 1- 5 kali
Daya serap : sangat baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
muda, dibutuhkan larutan indigo sisa
pemakaian, setelah 2-3 hari pencelupan
pertama.
Bahan : Euca Linen
Serat : 100% kayu putih
Pencelupan: 3-8 kali
Daya serap : sangat baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
tua, dibutuhkan larutan indigo dengan
perbandingan 1 kg pasta indigo dicampur
dengan 10 liter air dan 1/3 zat kapur.
1 x3 x5 x
3x 5x 8x
26
Bahan : Lyco Lawn
Serat : 50% kayu putih, 50% katun
Pencelupan: 1- 5 kali
Daya serap : sangat baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
muda, dibutuhkan larutan indigo sisa
pemakaian, setelah 2-3 hari pencelupan
pertama.
Bahan : Lyco Lawn
Serat : 50% kayu putih, 50% katun
Pencelupan: 3-8 kali
Daya serap : sangat baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
tua, dibutuhkan larutan indigo dengan
perbandingan 1 kg pasta indigo dicampur
dengan 10 liter air dan 1/3 zat kapur.
Bahan : Cotton Woven
Serat : 100% katun
Pencelupan: 1- 5 kali
Daya serap : baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
muda, dibutuhkan larutan indigo sisa
pemakaian, setelah 2-3 hari pencelupan
pertama.
1x 3x 5x
3x 5x 8x
1x 3x 5x
27
Bahan :Cotton Woven
Serat : 100% katun
Pencelupan: 3-8 kali
Daya serap : sangat baik
Untuk mendapatkan pigmen biru indigo
tua, dibutuhkan larutan indigo dengan
perbandingan 1 kg pasta indigo dicampur
dengan 10 liter air dan 1/3 zat kapur.
Tabel 2. Hasil Uji Coba Warna Indigo pada tiga jenis kain
c. Uji Coba Visual
Uji coba visual dilakukan untuk menciptakan karakter dari daun
Indigofera tinctoria sebagai moti utama yang akan divisualisasikam kedalam
desain batik.
No Sumber Inspirasi Penggayaan figuratif
1.
Daun Indigofera tinctoria
3x 5x 8x
28
29
2.
Benih Indigofera tinctoria
3.
Aliran Air
4.
Bukit, tempat Indigofera tumbuh
Tabel 3. Hasil Uji Coba Visual
30
3. Analisis Percobaan
Berdasarkan analisa yang dilakukan melalui beberapa ujicoba didapatkan
hasil berupa pemilihan bahan, teknik, warna serta motif yang akan dirancang pada
karya sebagai berikut:
a. Pemilihan bahan yang dipilih adalah bahan yang berasal dari serat organik yaitu
bahan Tencel (Euca Line, Lyco Lawn, dan Euca Canvas ) yang terbuat dari serat
kayu putih. Material ini cocok dalam perancangan karya produk ramah
lingkungan dikarenakan bahan memiliki daya serap sangat baik terhadap pewarna
indigo. Karakter bahan memiliki sifat anti bakterial, nyaman, dan cocok
digunakan untuk konsumen Indonesia yang memiliki iklim tropis. Selain itu,
digunakan padu padan bahan Cotton Woven yang memiliki karakter kain
bertekstur dan memiliki kesan kaku .
b. Pemilihan warna menggunakan skema padu pada biru indigo (biru muda
sampai biru tua). Hal ini dikarenakan untuk menciptakan karakter kuat pewarna
alam indigo dari tanaman Indigofera Tinctoria.
c. Pemilihan motif digunakan sebagai pendukung karakter pewarnaan indigo dan
desain fesyen yang diterapkan . Untuk itu motif yang dipilih terinspirasi dari
bentuk daun tanaman Indigofera Tinctoria sebagai motif utama yang diolah dalam
gaya figuratif.
d. Pemilihan teknik adalah teknik batik tulis. Teknik ini dipilih karena teknik batik
tulis dapat menciptakan goresan tangan yang artistik melalui pencantingan. Selain
itu produk yang dihasilkan bersifat terbatas dan eksklusif.
31
E. Gagasan Awal Perancangan
Pada setiap awal perancangan desain diperlukan gagasan awal untuk
membatasi suatu masalah guna mempermudah proses perancangan karya.
Gagasan awal perancangan Tugas Akhir ini adalah merancang batik dengan
mengangkat tanaman Indigofera tinctoria sebagai pijakan dalam berkarya.
Perancangan ini diarahkan pada pembuatan tekstil dengan pewarna alam indigo
dan bahan Tencel dari serat kayu putih , yang diaplikasikan sebagai bahan pakaian
eksklusif wanita.
Pengolahan motif digunakan sebagai pendukung desain fesyen, penerapan
visual motif terinspirasi dari tanaman Indigofera tinctoria yang diolah dengan
gaya gambar figuratif. Motif ini dipilih karena figur daun Indigofera yang
menarik serta memperkenalkan tanaman penghasil warna indigo yang diterapkan
dalam motif dengan karakter batik tulis .
32