88
BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras 2.1 Teknik Radiografi Dasar 1 Pengertian Posisi Objek adalah letak atau kedudukan dari sebagian tubuh pasien atau penderita yang perlu diatur dalam suatu pemotretan 2 2. Posisi pasien yang biasa dilakukan 2 - Supine Pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau biasa disebut posisi terlentang - Prone Pasien tengkurep diatas meja pemeriksaan dengan posisi perut berada di bawah - Erect Pasien Posisi berdiri - Lateral Pasien tidur miring ke kiri atau kanan - Oblique Pasien tidur dengan posisi 45 derajat (Sedikit miring) 3. Istilah-istilah sikap atau anatomi 2 - Superior = ( bagian atas )

BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat, Radiology, Konvensional, Rontgen, Body, Bone, X-Ray

Citation preview

Page 1: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

BAB II

Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras

2.1 Teknik Radiografi Dasar

1 Pengertian Posisi Objek

adalah letak atau kedudukan dari sebagian tubuh pasien atau penderita yang perlu

diatur dalam suatu pemotretan 2

2. Posisi pasien yang biasa dilakukan2

- Supine 

Pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau biasa disebut posisi terlentang 

- Prone 

Pasien tengkurep diatas meja pemeriksaan dengan posisi perut berada di bawah 

- Erect 

Pasien Posisi berdiri 

- Lateral 

Pasien tidur miring ke kiri atau kanan 

- Oblique 

Pasien tidur dengan posisi 45 derajat (Sedikit miring) 

3. Istilah-istilah sikap atau anatomi 2

- Superior = ( bagian atas ) 

- Inferior = ( bagian bawah ) 

- Anterior = ( bagian depan ) 

- Posterior = ( bagian belakang ) 

- Internal = ( bagian dalam ) 

- Eksternal = ( bagian luar ) 

- Dekstra = ( bagian kanan ) 

- Sinistra = ( bagian kiri ) 

- Lateral = ( bagian samping ) 

Page 2: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Medial = ( bagian tengah ) 

- Sentral = ( bagian pusat ) 

- perifer = ( bagian tepi ) 

- Profunda = ( dalam ) 

- Superfisial = ( dangkal ) 

- Asendens = ( bagian yang naik ) 

- Desendens = ( bagian yang turun ) 

- Kranial = ( bagian kepala ) 

- Kaudal = ( bagian ekor ) 

- Ventral = ( bagian depan ruas tulang belakang ) 

- Dorsal = ( bagian belakang ruas tulang belakang 

- Parietal = ( selaput bagian dalam ) 

- Viseral = ( selaput bagian luar ) 

- Transversal = ( melintang ) 

- Longitudinall = ( membujur ) 

4. Pengaturan sinar2

- FFD ( Film Focus Distance ) = Jarak antara film dengan objek

- CR ( Central Ray ) = Arah sinar yang digunakan dalam pemotretan yang

menunjukan arah atau jalannya sinar tersebut

- CP ( Central Point ) = Pusat sinar yang digunakan dalam pemotretan

5. Istilah-Istilah arah sinar2

- AP = Sinar dari depan ke belakang

- PA = sinar dari belakang ke depan

- Dorso Ventral = Sinar dari punggung ke perut

- Ventro Dorsal = Sinar dari perut ke punggung

- Dorso Plantar = Sinar dari punggung ke telapak

Page 3: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Planto Dorsal = Sinar dari telapak ke punggung

- Supero Inferior = Sinar dari atas ke bawah

- Infero Superior = Sinar dari bawah ke atas

- Latero Medial = Sinar dari tepi ke tengah

- Medio Lateral = Sinar dari tengah ke tepi

- Caudo Cranial = Sinar dari kaki ke arah kepala

- Cranio Caudal = Sinar dari arah kepala ke arah kaki

- Axial = Sinar menembus ke poros sendi

6. Pengaturan faktor eksposi 2

- kV ( Kilo Volt ) = Kualitas Sinar - x 

- mA ( Milli Ampere ) = Kuantitas Sinar - x 

- Second = satuan waktu dalam penyinaran

7. Faktor yang mempengaruhi besarnya faktor eksposi 2

- Ketebalan objek 

- FFD (Focus film distance) 

- Teknik Pemotretan yang dilakukan (Soft tissue teknik, high kV teknik)  

8. Gambaran Rontgen yang baik 2

adalah yang dapat memberikan informasi sebanyak-banyaknya untuk menentukan

diagnosa secara tepat, kriteria penilaian terdiri dari : Kualitas radiografi dan Seni

Radiografi.

9. Alasannya dilakukan rontgen atau pemotretan2

- Fraktur = patah atau retak pada tulang akibat benturan atau kekerasan

- Dislokasi = Terlepasnya atau bergesernya kepala sendi dari mangkok sendi

10. Prinsip-prinsip didalam pemotretan (rontgen) 2

Page 4: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- untuk mengurangi magnifikasi hendaklah pada setiap pemotretan, tempatkan

objke sedekat mungkin dengan film 

- luas lapangan penyinaran hendaklah dibuat sekecil mungkin, sesuai dengan

kebutuhan penyinaran 

- didalam melakukan pemotretan hendaklah dipilih teknik-teknik yang paling

menguntungkan, baik bagi kepentingan diagnosa, kenyamanan pasien maupun

proteksi radiasi 

- hindarilah pengulangan penyinaran akibat kesalahan dalam melakukan teknik

posisi atau dalam menentukan faktor eksposi

Gambar 2.1 meja pemeriksaan3

Gambar 2.2 Control Table :

Page 5: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

2.2. Pemeriksaan Radiologi Konvensional Tanpa Kontras Pada Tubuh

2.2.1 Cranial

a). Anatomi Cranial

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula

mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28

tulang termasuk tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang

rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding

lateralis dan septum hidung (nasal).3Adapun pembagiannya dapat di gambarkan

sebagai berikut :

1. 8 buah tulang tengkorak (cranial bones)

Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri

dari :

• 1 os. Frontal

• 2 os. Parietal

• 1 os. Occipital

• 1 os. Ethmoid

• 1 os. Sphenoid

• 2 os. Temporal

• 2 Os. Maleus

• 2 Os. Inkus

• 2 Os. Stapes . 3

2. 14 tulang rangka muka (facial bones)

Page 6: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Berfungsi memberi bentuk, struktur pada wajah serta menyokong

tulang-tulang di dalam wajah, Melindungi bagian tepi atas sistem

pernafasan dan saluran pencernaan, bersama-sama cranial

membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari :

• 2 os. maxillary bones

• 2 os. nasal

• 2 os. lacrimal

• 2 os. zygoma (malar)

• 2 os. Palatine

• 2 os. inferior nasal conchae

• 1 os. Vomer

• 1 os. Mandibula. 3

Gambar 2.3 Anatomi Cranial3

Page 7: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

b). Landmark dan baseline dalam pemeriksaan foto kepala

Landmark merupakan suatu tanda yang berada di daerah tubuh

yang digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan. Saat

memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi

anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan

setepat mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan

dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh seperti mastoid dan

orbital margin merupakan landmark yang tepat 4

Sedangkan baseline merupakan suatu garis khayal pada daerah

tubuh yang juga digunakan untuk membantu dalam suatu pemeriksaan.

Pada penjelaasan berikut akan dijelaskan beberapa landmark dan baseline

yang ada di kepala yang sering digunakan dalam pemeriksaan radiografi 4

- Landmark

1. Vertex

Suatu titik yang berada pada pertengahan MSP kepala pada tulang

parietal

2. Glabella

Suatu titik yang berada pada MSP sejajar dengan kedua alis mata pada

tulang frontal

3. Nasion

Suatu titik yang berada pada MSP setinggi kedua mata

4. Acanthio

Suatu titik yang berada pada MSP di antara lubang hidung dan bibir

Page 8: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

5. Infra Orbital Point

Suatu titik yang berada di bawah dari orbita

6. Outer Canthus of Eye

Suatu titik yang berada pada lateral dari orbita

7. Inner Canthus of Eye

Suatu titik yang berada pada medial dari orbita

8. Mental

Suatu titik yang berada pada MSP di bawah bibir

9. External Meatus Acusticus Ekternus (MAE)

Suatu titik yang berada tepat di lubang telinga

Gambar 2.4 Landmark pada cranial4

b. Baseline

1. Glabellomeatal Line

Page 9: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Garis yang menghubungkan MAE dengan Glabella

2. Orbito Meatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Orbita

3. Infra Orbito Meatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Infra Orbita Point

4. Acanthiomeatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Acanthio

5. Mentomeatal Line

Garis yang menghubungkan MAE dengan Mental

6. Glabelloalveolar Line

Garis yang menghubungkan Glabella dengan Alveola

Gambar 2.5 Baseline Cranial

c.) Teknik Radiografi Foto Cranial

Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan

radiografi

skull, yakni :

1. Postero-anterior (occipito-frontal) dan PA Axial projections

(Caldwell)

Tujuan PA: melihat detail-detail tulang frontal, struktur cranium disebelah

depan dan pyramid os petrossus 5

Page 10: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Tujuan PA Caldwell : melihat detail kavum orbita. Terlihat gambaran alae

major dan minor os sphenoidale superimposed terhadap orbita, petrosus

ridge yang merupakan tegmen timpani juga diproyeksikan didekat margo

inferior cavum orbita 5

Posisi pasien :

Duduk tegak atau prone

Atur MSP pada pertengahan lysolm

Fleksikan lengan , atur agar posisi tangan senyaman mungkin 4

Posisi obyek :

Atur kepala dan hidung agar menepel kaset dan MSP tegak lurus kaset

Atur OML agar tegak lurus kaset, tahan nafas saat 4

Gambar 2.6 Posisi PA Axial Caldwell

Gambar 2.7 Foto Polos Cranial Posisi Caldwell

Page 11: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.8 Caldwell Position

2. Lateral.

Tujuannya untuk melihat detail-detail tulang kepala, dasar kepala,

dan struktur tulang muka 6 .Patologi yang ditampakkan Fraktur,

neoplastic proscess, Paget’s disease, infeksi, tumor, degenerasi tulang.

Pada kasus trauma gambaran cranial lateral akan menampakkkan

fractur horisontal, air-fluid level pada sinus sphenoid, tanda-tanda

fraktur basal cranii apabila terjadi perdarahan intracranial 4

Posisi Pasien : Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim’s)

Position 4

Posisi Obyek

• Atur kepala true lateral dengan bagian yang akan diperiksa dekat

dengan IR

• Tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di

depan kepala dan bagian yang lain lurus dibelakang tubuh

• Atur MSP sejajar terhadap IR

• Atur interpupilary line tegak lurus IR

• Pastikan tidak ada tilting pada kepala

• Atur agar IOMLsejajar dengan IR 4

Page 12: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Struktur yang ditampakkan

Bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella

tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae

ditampakkan dengan jelas

Gambar 2.9 Posisi Lateral 7

Gambar 2.10 Foto Polos Cranial Posisi Lateral7

Page 13: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

3. Towne Position (Semi-axial / Grashey’s position)

Tujuannya melihat detail tulang occipital dan foramen magnum,

dorsum sellae, os petrosus, kanalis auditorius internus, eminentia arkuata,

antrum mastoideum, processus mastoideus dan mastoid sellulae.

Memungkinkan perbandingan piramida os petrosus dan mastoid

pada gambar yang sama 6 Posisi towne diambil dengan berbagai variasi

sudut angulasi antara 30-60 derajat ke arah garis orbitomeatal. Sentrasi

dari depan kira-kira 8 cm di atas glabela dari foto polos kepala dalam

bidang midsagital 8

Posisi pasien

• Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke

garis tengah grid.

• Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk

dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama.

• Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan.

• Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi

yang diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR

Caudad dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi

horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 40

Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam

proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. Metode Hass adalah

kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi memberikan hasil

sebanding 4

Posisi obyek

• Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset.

Page 14: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

• Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke

bidang film.

• Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah sehingga

garis infra orbito meatal tegak lurus dan kemudian menambah

sudut CR 7

• Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film

sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset

pada foramen magum.

• Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous

pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan

CR

• Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala.

• Tahan napas saat ekspose 4

Gambar 2.11 Towne’s Position

Gambar 2.12 Foto Polos Cranial Posisi Towne’s

4. Vertiko-submental (basal)

Page 15: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Tujuannya untuk melihat detail dari basis cranial. Patologi yang

ditampakkan adalah fraktur dan neoplatic/inflamantory process dari arc

zygomaticum 6

Posisi Pasien : Supine atau erect .Posisi erect akan membuat pasien

merasa lebih nyaman8

Posisi Obyek

• Hyperekstensikan leher hingga IOML // IR

• Vertex menempel pada IR

• Atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky

• Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting

Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan

dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin 4

Gambar 2.13 Vertico-submental position

5. Water’s Position

Tujuannya untuk melihat gambaran sinus paranasal 9

Patologi Yang Ditampakkan adalah inflamantory condition

(sinusitis, secondary osteomyelitis) dan polyp 9

Posisi Pasien : Erect

Posisi Obyek :

• Ekstensikan leher, atur dagu dan hidung menghadap

permukaan meja/bucky.

Page 16: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

• Atur kepala sehingga MML (mentomeatal line) tegak lurus terhadap

IR, OML akan membentuk sudut 370 derajat terhadap bidang IR.

• Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut dengan tidak

mengubah posisi atau ada pergerakan pada kepala dan MML menjadi

tidak tegak lurus lagi

• Atur MSP tegak lurus terhadap pertengahan grid atau

permukaan meja/bucky.

• Pastikan tidak ada rotasi atau tilting 4

Struktur Yang Ditampakkan :

Tampak bagian inferior Sinus maxillary bebas dari superimposisi

dengan processus alveolar dan petrous ridge, inferior orbital rim, dan

tampak gambaran sinus frontalis oblique. Sinus sphenoid tampak

apabila pasien membuka mulut

Gambar 2.14 Water’s Position

Page 17: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar\2.15 foto polos cranial dengan water’s position

d.) Sistematika pembacaan foto kepala

1. Perhatikan tabula interna, eksterna dan diploe bentuk kepala.

2. Pelajari garis-garis impresia, canal-canal dan sutura, misalnya :

a. Arachnoidal impression

b. Sutura

c. Sinus venosus

d. Pleksus venosus dalam diploe

e. Sebelum umur 16 tahun maka impresion digitae adalah normal

f. Bila ada penipisan atau penebalan calvaria, bandingkan dengan

yang

normal.

3. Daerah yang ada kalsifikasi, misalnya :

a. Glandula pinealis

b. Pleksus choroideus

c. Basal ganglia

d. Duramater

Page 18: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

e. CA deposit dalam arteri serebralis

4. Sella tursica

a. Harus diukur dan dilihat bentuknya

b. Prosesus clinoideus anterior dan posterior serta dorsum sella

diperiksa untuk melihat adanya erosi.

c. Normal bila lebarnya 4 – 16 mm dengan rata-rata 10,5 mm.

Dalamnya 4 – 12 mm dengan rata-rata 8 mm.

d. Perhatikan basis sella tursica untuk melihat adanya gambaran

double contour atau erosi.

5. Pelajari orbita, sphenoid ridge, petrous ridge tulang temporal.

6. Soft tissue.

7. Pada anak-anak perhatikan lebar dari sutura dan besarnya fontanel 10

Pada posisi vertiko-submental harus diperhatikan :

1. Foramen ovale

Dimana keluar cabang nervus mandibula dari nervus lima dan arteri

meningea yang kecil.

2. Foramen spinosum

Dimana keluar arteri meningea media

3. Foramen laserum yang terletak didekat apek dari piramid os

petrosus.

4. Carotic canal yang dapat dilihat di antero lateral pyramid os

petrosus, dari

carotic canal keluar arteria carotis

5. Sinus petrosus inferior

Dapat dilihat sebagai garis sempit antara cllvus dan pucuk dan

petrous pyramid.

6. Auditory canal

Dapat dilihat sedikit posterior dari temporo mandibula joint.

2.2 .2 Thorax

Page 19: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

a.) Struktur Anatomi & Isi Rongga Thorak4,11

o Untuk dapat menginterpretasikan proses patologi foto thorak, harus

dapat dimengerti struktur anatomi dan organ yang terdapat pada

rongga thorak.

o Tulang-tulang thorak :

- Tulang-tulang Costae

- Tulang Scapula

- Vertebrae & sternum.

o Jaringan-jaringan lunak :

- Disebelah depan.

- M.sternokleidomastoideus.

o Bangunan Intrathorakal.

Gambar 2.16Anatomi Thorax11

b.) Teknik Radiografi Konvensional Thorax2

Ada empat posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan

radiografi

Page 20: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

skull, yakni : AP, PA, Lateral, LLD / RLD dan Top Lordotik.

1. Posisi AP :

a. Posisi ini dilakukan biasanya untuk pasien yang tidak dapat

berdiri atau dalam keadaan darurat.

b. Pasien berdiri dengan posisi true AP dengan bagian punggung

menempel kaset (pasien tidur diatas meja pemeriksaan atau

berada di tempat tidur).

c. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.

d. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus PA

kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar

keluar.

e. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan

samping pinggir dada kanan dan kiri.

f. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Os Strenum.

- Kaset : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergantung bentuk tubuh

pasien.

- FFD : 150 cm

2. Posisi PA :

a. Pasien berdiri dengan posisi true PA dengan dada menempel

kaset.

b. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.

c. Tangan diletakkan di pinggang dengan posisi Os Manus AP

kemudian siku diarahkan ke depan agar Os Scapula terlempar

keluar.

Page 21: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

d. Batas luas lapangan penyinaran atas pada Vert. Cervicalis dan

samping pinggir dada kanan dan kiri.

e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Vertebrae Thoracalis IV.

- Kaset : (30 x 40 ; 35 x 35) cm tergantung bentuk tubuh pasien.

- FFD : 150 cm.

Gambar 2.17 Posisi pemeriksaan foto thorax posisi PA dan Lateral2

3. Posisi Lateral :

a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi dada kiri atau

kanan menempel kaset.

b. Kaset diletakkan setinggi ± 3 jari dari pundak.

c. Kedua tangan diangkat keatas kepala kemudian siku

dirapatkan.

d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vert. Cervicalis

sampai luas lapangan paru.

e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

Page 22: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Axilaris Line setinggi Vertebra Thoracalis VI.

- Kaset : (30 x 40 ) cm.

- FFD : 150 cm.

4. Posisi LLD/RLD :

a. Pasien tidur miring diatas meja pemeriksaan pada sisi yang sakit,

tangan diangkat keatas kepala kemudian siku dirapatkan, dada

menempel pada kaset, luas lapangan penyinaran sama dengan

posisi PA.

b. Dianjurkan pasien untuk menunggu (5 – 10) mt untuk

mendapatkan udara naik keatas.

c. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

- CR : Horizontal tegak lurus kaset.

- CP : Vertebrae Thoracalis VI.

- Kaset : (30 x 40) cm.

- FFD : 150 cm.

5. Posisi Top Lordotik :

a. Posisi berdiri pada jarak ± 30 cm dari stand Thorax dengan posisi

AP.

b. Pundak pasien diletakkan dengan cara membungkukkan ke

belakang dengan jarak setinggi ± 3 jari dari kaset.

Page 23: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

c. Posisi kedua tangan berada pada pinggang dan siku diarahkan

kedepan agar kedua Os Scapula terlempar keluar.

d. Usahakan posisi pasien senyaman mungkin untuk menghindarkan

pergerakan.

e. Saat exposi pasien dalam keadaan Full Inspirasi.

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Os Strenum.

- Kaset : (30 x 40) cm melintang

- FFD : 150 cm

Gambar 2. 18Posisi Pemeriksaan Thorak Posisi Lordotik dan RLD /LLD2

Page 24: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.19 Thorax Posisi PA

Page 25: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.20 Thorax Posisi True Lateral

c.) Penilaian Teknik Radiologi12

• Dasar penilaian teknik radiografik foto thorak : terlalu putih, terlalu

hitam, terlalu besar atau letak yang salah.

• Untuk menilai kualitas penetrasi sinar x, dapat dinilai dengan melihat

bayangan vertebrae.

• Apabila bayangan vertebrae sangat jelas terlihat hingga kebawah

jantung , dikatakan Over penetrasi.

• Apabila bayangan vertebrae ini tidak terlihat , maka foto ini dikatakan :

Under penetrasi.

d.) Menganalisa hasil foto thorak12

• Idealnya harus menggunakan lampu baca yang khusus, bukan

dengan sumber penerangan seadanya.

• Dari Jarak 4 feet atau 1,2 meter dan kemudian mendekat.

• Menggunakan Problem-oriented Approach.

• Untuk dapat melihat derajat inspirasi dapat ditentukan dengan

melihat jumlah costae yang berpotongan di tengah diafgrama kanan.

- Depan : 5 – 7 Costae

- Belakang : 9-10 Costae.

• Untuk dapat lurus atau tidak dapat dilihat dengan melihat

kedudukan kedua tulang clavicula terhadap vertebrae.

• Posisi kanan dan kiri pasien.

- Jangan selalu berasumsi jantung selalu di kiri.

- Apabila ada keraguan, segera periksa pasien.

• Dibaca secara sistematis

1. Lapangan Paru

Page 26: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

o Diharapkan mempunyai densitas yang benar, bukan terlalu

putih atau hitam.

o Semua corakan paru normalnya adalah vaskular.

o Struktur yang dapat diidentifikasi pada foto thorak yang baik

meliputi pembuluh darah, fissura interlobaris dan bagian

dinding bronkus besar.

o Membandingkan satu paru dan zona paru satu dengan yang

lainnya.

o Beberapa contoh lesi patologis yang dapat dilihat pada foto

thorak ; infiltrat, nodulus atau massa, garis-garis basal, pola

sarang tawon, dll.

2. Bagian Hilus

o Normalnya bayangan hilus hampir seluruhnya dibentuk oleh

pembuluh darah.

o Bentuknya menyerupai huruf V

o Bayangan hilus kiri lebih tinggi dibanding kanan, walaupun

selisihnya tidak melebihi 1 inci/2,5 cm.

o Menilai pembesaran hilus biasanya sangat sulit.

o Beberapa keadaan pembesaran hilus yang unilateral ;

karsinoma bronkial, limfoma primer, tuberkulosis, sarcoidosis,

aneurisma arteri pulmonalis, serta poststenosis arteri

pulmonalis.

o Pembesaran hilus yang bilateral contohnya ; sarcoid,

lymphoma, carsinoma bronkhial, metastasis tumor,

tuberkulosis, infeksi paru berulang, AIDS, berrylliosis dan

hipertensi pulmonal.

3. Bentuk Jantung13

o Idealnya untuk menilai bentuk jantung harus menggunakan

posisi kardial.

Page 27: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

o Normalnya 2/3-3/4 bentuk jantung akan terletak disebelah kiri

serta 1/4 -1/3 disebelah kanan garis tengah tubuh.

o Ukuran jantung harus selalu diperhatikan.

o Sebagai alternatif dapat dipakai cardiothoracis ratio (CTR)

4. Mediastinum14

o Bayangan mediastinum terdiri dari sejumlah struktur-struktur

penting.

o Terdapat beberapa faktor yang membantu kita dalam

mengevaluasi daerah mediastinum ; 1.bersebelahan dengan

paru yang radiolusen, 2. kolom udara yang terdapat pada

trakhea.

o Pembesaran mediastinum ; thymus, pembesaran thiroid,

pembesaran nodus limphatikus, dilatasi aorta dan tumor

esofagus.

5. Diafragma

o Dianterior : diantara costae 5 hingga 7

o Diafragma kanan lebih tinggi (1,2 inci/3 cm )

o Perhatikan juga sudut costophrenikus.

6. Trakhea

o Normalnya terletak sentral

o Sedikit deviasi kekanan.

7. Jaringan lunak pada rongga thorak12

o Dalam menginterpretasikan foto thorak harus diperhatikan juga

keadaan jaringan-jaringan lunak di rongga thorak, terutama

apabila ada pembesaran.

o Kelainan yang paling sering dijumpai adalah surgical

emphisema.

2.2.3 Vertebra

Page 28: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

2.2.3.1 Vertebra Cervicalis

a.) Teknik Radiografi Konvensional pada Vertebra Cervicalis2

Posisi pemeriksaan yang umumnya dilakukan untuk radiografi

konvensional pada vertebra cervikalis adalah AP, Lateral, RAO / LAO dan

open mouth position

1. Posisi AP 2:

a. Pasien berdiri dengan posisi true AP,

b. Vert. Cervicalis I–VII mencakup kaset, kedua tangan berada ke

bawah, agar bahu transversal leher sedikit extension.

c. Beri marker pada ujung kaset.

d. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas.

- CR : ∟ (15 – 20)° Cranially.

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

- Kaset : (18 x 24) cm.

- FFD : 100 cm.

2. Posisi Lateral 2:

a. Pasien berdiri dengan posisi true lateral, bagian sisi tangan kanan

atau kiri menempel pada stand kaset.

b. Kaset mencakup seluruh Vertebra Cervicalis I – VII,

c. Kedua tangan kebawah agar bahu transversal dan leher sedikit

extension.

d. Batas luas lapangan penyinaran mencakup Vertebra Cervicalis I –

VII, beri marker pada ujung kaset.

e. Saat exposi pasien dalam keadaan tahan nafas.

- CR : Tegak lurus kaset.

Page 29: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

- Kaset : (18 x 24) cm.

- FFD : 100 cm.

3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) 2:

a. Pasien berdiri dengan miring 45° membentuk posisi RAO,

b. Kedua tangan berada dibawah agar bahu transversal dan sisi

tangan kanan menempel pada stand Thorax.

c. Letakan kaset dibelakang leher sampai mencakup Vertebra

Cervicalis I – VII, leher sedikit extension dan saat exposi pasien

dalam keadaan tahan nafas.

- CR : ∟ (15 – 20)° Cranially.

- CP : Vertebrae Cervicalis IV

- Kaset : (18 x 24) cm.

- FFD : 100 cm.

Prosedur pemeriksaan Vertebra Cervicalis posisi LAO adalah

kebalikan dari prosedur pemeriksaan posisi RAO.

Page 30: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.21 Posisi pemeriksaan cervicalis posisi AP, Lateral,

LAO/RAO2

Page 31: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.22 Cervicalis Posisi AP, Lateral, LAO/RAO

4. Open Mouth Position/ Odontoid Position 2

Ukuran Kaset : 18 x 24 cm memanjang

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus bidang kaset

CP : Pertengahan mulut hingga mulut terbuka

Posisi Pasien 2:

a. Pasien di posisikan supine di atas meja pemeriksaan

b. Letakkan pertengahan tubuh pada garis midline meja pemeriksaan

c. Instruksikan kepada pasien untuk membuka mulut (Open Mouth) selebar

mungkin. Untuk mempertahankan posisi ini sebaiknya menggunakan Spon

d. Angkat dagu supaya gigi seri bagian atas terangkat keatas sehingga atlas

dan axis bisa terlihat

e. Instruksikan kepada pasien untuk mengucapkan kata " AH " selama

eksposi, supaya lidah berada dibawah mulut, sehingga bayangan lidah

tidak superposisi dengan atlas dan axis.

f. Pastikan selama eksposi pasien tidak bergerak dan mengikuti instruksi

g. Gunakan marker R / L sebagai penanda objek sebelah kanan atau kiri

Page 32: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

h. Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan

karet dari timbal atau apron

Gambar 2.23 posisi open mouth

Kriteria gambar3 :

- Terlihat jelas atlas dan axis pada proyeksi AP (Open Mouth)

- Terlihat jelas Processus Odontoid pada C1 dan C2

- Mandibula dan maxilla superposisi

- Jika dagu tidak diangkat dengan cukup, maka gigi akan superposisi

dengan processus odontoid

- Jika dagu diangkat terlalu tinggi, maka mandibula superposisi dengan

processus odontoid

- Struktur yang tergambar : Atlas, Axis, Processus odontoid (Dens), dan

Articulatio C1 dan C2

- Tampak marker R / L sebagai penanda sebelah kiri atau kanan

Gambar 2.24 Proyeksi open mouth

Page 33: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

b.) Interpretasi Pada Pemeriksaan Foto Polos Vertebrae Cervikal15

1. Posisi Lateral

- Adequacy : harus mencakup semua 7 vertebra dan C7-T1 junction. Hal

ini juga harus memiliki densitas yang benar dan menunjukkan jaringan

lunak dan struktur tulang dengan baik.

Gambar 2.25 Foto Lateral C-Spine yang baik15

- Alignment : Menilai empat garis paralel.\

o Anterior vertebral line (batas anterior dari vertebral bodies)

o Posterior vertebral line (batas posterior dari vertebral bodies)

o Spinolaminar line (batas posterior dari canalis spinalis)

o Posterior spinous line (ujung dari posesus spinous)

Page 34: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.26 Alignment pada C-spine proyeksi lateral15

- Bone :

Tulang-tulang vertebra cervicalis menikuti garis tak terputus dari

masing-masing vertebrae (termasuk Odontoid pada C2). Vertebral

bodies harus berbaris dengan lengkungan lembut (lordosis servikal

normal) menggunakan garis marjinal anterior dan posterior pada

tampilan lateral. Setiap bodies harus berbentuk persegi panjang dan

kira-kira berukuran sama meskipun beberapa variabilitas

diperbolehkan (tinggi keseluruhan C4 dan C5 mungkin sedikit

kurang dari C3 dan C6). Ketinggian anterior harus kurang lebih

sama tinggi posterior (posterior biasanya mungkin sedikit lebih

besar, hingga 3mm).

Pedikel terletak di posterior untuk mendukung pilar artikular,

membentuk margin superior dan inferior dari foramen

intervertebralis. Pedikel kiri dan kanan harus superimpose pada

pandangan lateral yang benar. Jika dicurigai fraktur, buatlah

proyeksi oblique atau CT.

Facets atau pilar artikular adalah massa osseous yang terhubung ke

aspek posterolateral dari tubuh vertebral melalui pedikel. Sendi

facet terbentuk antara masing-masing massa lateral. Pada

pandangan lateral, massa lateral yang muncul berbentuk sebagai

rhomboid-struktur memproyeksikan ke bawah dan posterior.

"Garis kortikal ganda" merupakan hasil dari arah yang sedikit

oblique dari proyeksi lateral. Jarak dari ruang sendi harus kurang

lebih sama di semua tingkatan.

Lamina: elemen posterior terlihat buruk pada film lateral. Terlihat

lebih baik pada CT-scan.

Page 35: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Proses spinosus: umumnya bisa semakin besar di badan vertebra

yang lebih rendah. Tulang belakang C7 serviks biasanya yang

terbesar.

Gambar 2.27 Bone pada C-spine proyeksi lateral15

- Cartilago space : Ruang Predental (jarak dari sarang ke tubuh

C1) tidak lebih dari 3 mm pada orang dewasa dan 5mm pada anak-

anak. Jika ruang meningkat, kemungkinan fraktur pada prosesus

Odontoid atau gangguan dari ligamentum transversal.

Page 36: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.28Cartilago space pada C-spine proyeksi lateral15

- Disc space: Disc space harus kurang lebih samadi margin

anterior dan posterior. Disc space harus simetris. Disc space juga

harus kira-kira sama di semua tingkatan. Pada pasien yang lebih

tua, penyakit degenative dapat menyebabkan dan memacu

kehilangan ketinggian diskus.

Gambar 2.29 Disc Space pada C-spine proyeksi lateral15

- Soft Tissue Space

Ketebalan maksimum Soft Tissue Space adalah sebagai berikut:

o Nasofaring space (C1) - 10 mm (dewasa)

o Retropharyngeal space (C2-C4) - 5-7 mm

o Retrotracheal space (C5-C7) - 14 mm (anak), 22 mm (dewasa).

Page 37: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.30 Soft Tissue Space pada C-Spine proyeksi lateral15

- Alignment pada tampilan AP harus dievaluasi dengan menggunakan

tepi badan vertebra dan pilar artikular.

- Tinggi vertebral bodies pada serviks harus kira-kira sama pada

tampilan AP.

- Tinggi masing-masing ruang sendi harus kurang lebih sama di semua

tingkatan.

- Proses spinosus terletak di tengah dan dalam alignment yang baik.

Gambar 2.31 Alignment pada proyeksi AP 15

Page 38: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

2.2.3.2 Vertebra Thoracalis dan Lumbal

a. Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Thoracalis

Persiapan pasien :

Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah

disediakan dan melepas BH serta perhiasan yang ada di leher.

Persiapan Alat/Bahan :

Tidak ada.

Posisi pemeriksaan :

AP, Lateral.

Prosedur pemeriksaan :

1. Posisi AP :

Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua

tangan lurus kebawah,

Kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki bertumpu pada meja

pemeriksaan.

Luas lapangan penyinaran mencakup Cervicothoracalis sampai Thora-

columbalis. Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan

nafas, marker diletakan

pada ujung kaset.

- CR : Vertical tegak lurus Kaset.

Page 39: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- CP : Vertebrae Thoracalis VI

- Kaset : (30 x 40) cm.

- FFD : 100 cm.

2. Posisi Lateral :

Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja

pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan

kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan,

usahakan buat posisi senyaman mungkin.

Untuk mendapatkan posisi Vertebra Thoracali true Lateral, sisi pinggang

pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan keatas.

Luas lapangan penyinaran mencakup Cervicothoracalis sampai

Thoracolumbalis.

Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung kaset.

- CR : Vertical tegak lurus Kaset.

- CP : Vertebrae Thoracalis VI

- Kaset : (30 x 40) cm.

- FFD : 100 cm.

Page 40: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.32 Prosedur pemeriksaan vertebrae thoracalis posisi AP

dan Lateral

Gambar 2.33 Vertebrae Posisi AP dan lateral

b. Prosedur Pemeriksaan Foto Konvensional Vertebra Lumbalis

Persiapan pasien :

Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah

disediakan.

Persiapan Alat/Bahan :

Page 41: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Tidak ada.

Posisi pemeriksaan :

AP, Lateral, RAO / LAO.

Prosedur pemeriksaan :

1. Posisi AP :

Pasien tidur supine diatas meja pemeriksaan dalam posisi true AP, kedua

tangan lurus kebawah, kedua lutut ditekuk dengan kedua telapak kaki

bertumpu pada meja pemeriksaan.

Luas lapangan penyinaran mencakup Thoraco-umbalis sampai

Lumbosacral.

Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung

kaset.

- CR : Vertical tegak lurus Kaset.

- CP : Vertebrae Lumbalis III.

- Kaset : (24 x 30) cm.

- FFD : 100 cm.

2. Posisi Lateral :

Pasien tidur miring dengan sisi tubuh kanan atau kiri menempel meja

pemeriksaan, kedua tangan berada diatas kepala dengan siku ditekuk dan

kedua kaki ditekuk kedepan sehingga dapat menahan berat badan,

usahakan buat posisi senyaman mungkin.

Page 42: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Untuk mendapatkan posisi Vertebra Lumbalis true Lateral, sisi

pinggang pasien yang menempel pada meja pemeriksaan dinaikan

keatas.

Luas lapangan penyinaran mencakup Thoracolumbalis sampai

Lumbosacral.

Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas, marker

diletakan pada ujung kaset.

- CR : Vertical tegak lurus Kaset.

- CP : Vertebrae Lumbalis III.

- Kaset : (30 x 40) cm.

- FFD : 100 cm.

3. Posisi Right Anterior Oblique (RAO) :

Pasien tidur dimana sisi kanan miring 45° membentuk posisi RAO,

kedua tangan berada diatas kepala dengan kedua sisi ditekuk, kaki kanan

sedikit ditekuk dan menempel meja pemeriksaan sedangkan kaki kiri

ditekuk dengan telapak kaki menumpu meja.

Usahakan posisi Vertebra Lumbalis berada di tengah kaset yang telah

terpasang pada Caset Try dengan Bucky.

Saat exposi pasien dalam keadaan expirasi dan tahan nafas.

- CR : Vertical tegak lurus Kaset.

- CP : Vertebrae Lumbalis III.

- Kaset : (30 x 40) cm.

Page 43: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.34 Prosedur Pemeriksaan Vertebrae Lumbalis Posisi AP, lateral,

LAO, RAO

Gambar 2.35 Vertebrae Posisi AP, Lateral, RAO dan LAO

4. Posisi Left Anterior Oblique (RAO) :

Page 44: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Prosedur pemeriksaan Vertebra Lumbalis posisi LAO adalah

kebalikan dari prosedur pemeriksaan posisi RAO.

c. Interpretasi Foto Vertebrae Thoracal dan Lumbal

1. Kurva (processus spinosus): kurva vertebrae lumbalis normal adalah

lordotik, kurvayang lurus menunjukkan adanya spasme otot.

2. Alignment  : pergeseran menunjukkan adanya spondilolistesis

3. Korpus vertebrae lumbalis: besar dan bentuk normal/tidak 

4. Pedikel : bilateral simetris

5. Spatium intervertebralis: normal/menyempit, terdapat

osteofit (spondilosis).

6. Soft tissue : normal/ada pembengkakan

7. Titik berat badan ( Ferguson’s weight bearing line): titik berat badan diukur

dengan menarik dua garis diagonal yang saling bersilangan dari sudut

corpus vertebrae lumbalis III. Dari titik persilangan dua garis diagonal

tersebut, ditarik garis vertikal ke arah promontorium os sacrum. Garis

vertikal (titik berat badan) yang normal akan jatuh pada promontorium os

sacrum. Garis vertikal yang jatuh di depan promontorium menyebabkan low

back pain dan menunjukkan unstable pelvic .Sudut lumbosakral (sudut

Ferguson) merupakan sudut yang terbentuk oleh pertemuan bidang

horizontal dan bidang yang melalui batas atas sakrum, dalam keadaan

normal antara 34°-48°. Sudut Ferguson yang meningkat mengindikasikan

kemungkinan adanya kekuatan yang menekan pada facet (facies articularis)

lumbaldan diskus posterior yang menyebabkan perubahan degeneratif dini.

Sementara itu sudut Ferguson yang menurun mempengaruhi titik berat

badan

2.2.4 Ekstremitas Atas

Page 45: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

1. Os Manus

a. Proyeksi PA2

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Oblique )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Metacarpophalangeal joint digiti 3

Posisi Pasien 2:

- Pasien berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan

- Letakkan lengan pasien di atas meja pemeriksaan dengan telapak tangan

menempel pada sisi kanan kaset

- Posisi kan pertengahan film pada metacarpophalangeal joint digiti 3

- Jari-jari sedikit di renggangkan secukupnya

- Diusahakan pasien tidak bergerak atau tidak mengalami rotasi pada saat

eksposi berlangsung

- Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan

karet dari timbal atau apron

Page 46: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.36Os Manus Proyeksi PA

Kriteria Gambar : 

- Tampak telapak tangan atau Os manus dengan proyeksi true PA

- Tampak Carpals, Metacarpals, dan Phalanges (kecuali thumb)

- Tampak jelas soft tissue dari Ossa Manus

- Tampak semua bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius

- Terbukanya metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint , ini

menunjukan bahwa tangan pasien diletakkan datar dan dekat dengan kaset

- Tampak sama jumlah soft tissue pada kedua sisi phalanx

Gambar 2.37 Pemeriksaan Manus Proyeksi PA

b. Proyeksi Oblique2

Ukuran Kaset : 24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Oblique )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Metacarpophalangeal joint digiti 3

Posisi Pasien 2: 

Page 47: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Pasien berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan

- Letakkan lengan pasien di atas meja pemeriksaan dengan telapak tangan

menempel pada sisi kiri kaset

- Posisi kan pertengahan film pada metacarpo phalangeal joint digiti 3

- Posisikan tangan kaset sekitar 45 Derajat

- Lindungi area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan

karet dari timbal atau apron

Gambar 2.38 Pemeriksaan Manus Posisi Oblique

Kriteria Gambar 2:

- Tampak posisi tangan pasien true PA Oblique kecuali thumb

- Tidak tampak superposisi antara jari-jari pada bagian proximal phalanx

- Tampak metacarpophalangeal joint dan interphalangeal joint

- Tampak semua bagian distal dari Os Ulna dan Os Radius

- Tampak soft tissue dan bony trabeculation

- Terpisahnya metacarpal ke 2 dan ke 3

Page 48: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.39 Manus Posisi Oblique

2. Wrist Joint

a. Proyeksi AP1

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan carpals atau wrist joint

Posisi Pasien 2:

- Pasien diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan

- Tangan pasien dalam posisi true supine dan letakkan wrist pada sisi

kanan kaset (bisa kanan / kiri)

- Berikan Sandbag atau pengganjal supaya pada saat eksposi tidak terjadi

pergerakan pada wrist pasien

- Arahkan pertengahan sinar pada pertengahan carpals dan posisi digiti

sedikit di tinggikan

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur ke pasien dan untuk kepentingan protesi radiasi.

Page 49: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.40 Prosedur Pemeriksaan Wrist Joint Posisi AP

Kriteria Gambar2 :

- Tidak tampak rotasi atau pergerakan pada carpals, metacarpals, Os ulna

dan Os radius

- Tergambar jelas soft tissue dan bony trabeculation pada wrist joint

- Tidak tampak overlapping atau obscuring pada metacarpals yang

diakibatkan karena fleksi yang berlebihan.

Gambar 2.41 wrist joint proyeksi AP

Page 50: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

b. Proyeksi Lateral2

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan carpals atau wrist joint

Posisi Pasien2 :

- Pasien diposisikan berdiri atau duduk di samping meja pemeriksaan

- Tangan dan lengan pasien diletakkan diatas kaset pada sisi kiri kaset

(Optional) dalam posisi Lateromedial (True Lateral)

- Pertengahan film pada pertengahan carpals

- Posisikan antebrachi serta tangan pasien sehingga wrist joint tampak true

lateral

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur ke pasien dan untuk kepentingan protesi radiasi.

Gamabr 2.42 Prosedur wrist joint proyeksi lateral

Kriteria Gambar2 :

Page 51: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Tampak gambaran setengah proximal dari metacarpals dan bagian distal

dari carpals, os ulna dan os radius

- Superposisi metacarpals

- Superposisi bagian distal dari os ulna dan os radius

- Tidak ada pergerakan atau rotasi pada wrist joint

Gambar 2.43 wrist joint proyeksi lateral

3. Antebrachi

a. Proyeksi AP1

Ukuran Kaset : 30 x 40 cm memanjang di bagi 2  (AP dan Lateral)

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan Antebrachi

Posisi Pasien2:

Page 52: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Pasien supine diatas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping

meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja

pemeriksaan supaya posisi antebrachi pada bidang yang sama

- Posisikan antebrachi pasien supaya pertengahan kaset tepat pada

pertengahan antebrachi

- Pastikan tidak ada pergerakan pada pasien selama eksposi dengan

berikan sandbag atau pengganjal untuk mengurangi pergerakan pada

lengan pasien

- Pastikan kedua sendi ( Wrist joint dan Elbow Joint ) masuk kedalam area

penyinaran

- Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label

berada dibawah kaset

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur ke pasien.

Gambar 2.44 Prosedur pemeriksaan anterbrachii posisi AP

Kriteria Gambar2 :

- Tampak jelas bagian wrist dan distal humerus

- Tidak tampak elongasi atau foreshortening pada epicondylus humeri

- Terbuka nya radioulnar space

- Tampak sedikit overlapping pada caput radii, collum radii dan

tuberositas ulnae

Page 53: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Tidak tampak rotasi pada lengan pasien.

Gambar 2.45 antebrachii proyeksi AP

\

b. Proyeksi Lateral 2

Ukuran Kaset : 30 x 40 cm memanjang di bagi 2  (AP dan Lateral)

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan Antebrachi

Posisi Pasien 3:

- Pasien supine diatas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping

meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih rendah dari meja

pemeriksaan sehingga humerus, sendi bahu, dan siku terletak pada bidang

yang sama 

- Posisikan antebrachi pasien supaya pertengahan kaset tepat pada

Page 54: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

pertengahan antebrachi

- Fleksikan elbow joint 90 derajat sehingga posisi lengan dalam posisi true

lateral

- Pastikan tidak ada pergerakan pada pasien selama eksposi dengan

berikan sandbag atau pengganjal untuk mengurangi pergerakan pada

lengan pasien 

- Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label

berada dibawah kaset

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur ke pasien.

Gambar 2.46 Prosedur pemeriksaan antebrachii proyeksi lateral

Kriteria Gambar3 :

- Tampak jelas bagian wrist joint dan distal humeri

- Tampak overlapping bagian distal dari os ulna dan os radius

- Tampak elbow joint dalam posisi fleksi 90 derajat

- Tampak tuberositas radii menghadap ke arah anterior

- Tidak tampak rotasi pada lengan pasien.

Page 55: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.47 antebrachii proyeksi lateral

4. Elbow Joint

a. Proyeksi AP2

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan elbow joint

Posisi Pasien 3:

- Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien di posisikan berdiri

atau duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih

rendah dari meja pemeriksaan sehingga humerus dan elbow joint pada

bidang yang sama (datar)

- Atur tangan pasien sehingga tangan pasien dalam posisi supine atau AP

dengan tujuan untuk mencegah adanya rotasi pada tulang lengan bawah

- Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada pertengahan elbow joint

- Pastikan selama eksposi tidak ada pergerakan pada pasien

Page 56: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label pada

kaset berada di bawah

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk kepentingan

proteksi radiasi untuk pasien.

Gambar 2.48 Prosedur pemeriksaan elbow joint proyeksi AP

Kriteria Gambar3 :

- Terbuka nya elbow joint

- Caput radii, collum radii, dan tuberositas radii sedikit superposisi dengan

bagian proximal os ulna

- Tidak tampak rotasi atau pergerakan pada epicondylus humeri

- Tampak soft tissue dan bony trabeculation

Page 57: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.49 elbow joint proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral2

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( AP dan Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset

CP : Pertengahan elbow joint

Posisi Pasien 3:

- Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien di posisikan berdiri

atau duduk di samping meja pemeriksaan dengan posisi pasien lebih

rendah dari meja pemeriksaan sehingga humerus dan elbow joint pada

bidang yang sama (datar)

- Posisi awal lengan pasien adalah supine kemudian perlahan-lahan

fleksikan elbow joint sebesar 90 derajat dan atur sedemikian rupa supaya

humerus dan lengan pasien kontak dengan meja pemeriksaan

- Atur pertengahan kaset sehingga terletak pada pertengahan elbow joint

- Pastikan posisi elbow joint pasien dalam keadaan true lateral dan selama

eksposi tidak terjadi pergerakan ataupun rotasi pada pasien

Page 58: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Jangan lupa untuk memberikan marker R atau L dengan posisi label pada

kaset berada di bawah

- Tempatkan karet timbal atau apron pada daerah pelvis pasien untuk

mencegah radiasi hambur yang mengenai pasien dan untuk kepentingan

proteksi radiasi untuk pasien.

Kriteria Gambar 3:

- Terbukanya elbow joint

- Tampak elbow joint dengan posisi 90 derajat

- Tuberositas radii menghadap anterior

- Processus olecranon tampak pada gambaran

- Sebagian caput radius tampak superposisi dengan processus coronoid

- Tampak superposisi pada epicondylus humeri.

Gambar 2.50 Elbow joint proyeksi lateral

Penilaian pada foto extremitas meliputi

 

1. Soft tissue : normal/terdapat pembengkakan2. Besar dan bentuk tulang

Page 59: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

3. Celah sendi: menyempit, melebar/normal4. Garis fraktur, dislokasi, dan osteofi

2.2.5 Ekstremitas Bawah

1. Os Calcaneus

Os. Calcaneus termasuk salah satu ketujuh Os. Tarsalia yang bersatu

membentuk tulang – tulang kaki. 2 Pemeriksaan radiografi calcanues ada 2

yaitu :

a. Proyeksi AP Axial2

Ukuran Kaset : 18 x 24 cm  melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan

Lateral )

FFD : 90 cm

CR AP Axial : 40 derajat cranially 

CP AP Axial :  pada pertengahan Os Calcaneus

Gambar 2.51Proyeksi AP Axial Os Calcaneus

Posisi Pasien2 :

- Atur pasien dalam posisi supine diatas meja pemeriksaan dengan

mengatur tungkai bawah full ekstensi

- Letakan kaset pada pergelangan kaki pasien .

- Pusatkan pertengahan kaset pada pertengahan pergelangan kaki.

- Untuk tambahan gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan

pada objek

Page 60: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

- Shield gonad

Kriteria Gambar2 :

- Tampak Os. Calcaneus dalam posisi planto-dorsal.

- Tampak marker R atau L pada sisi film.

- Tidak ada rotasi pada Os. Calcaneus.

b. Proyeksi Lateral3

Ukuran Kaset : 18 x 24 cm  melintang di bagi 2 ( Proyeksi AP Axial dan

Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Tegak lurus bidang kaset

CP :  pada pertengahan Os Calcaneus

Posisi Pasien23:

- Posisikan tungkai bawah pasien dalam posisi true lateral.

- Atur Os. Calcaneus dalam posisi true lateral pada pertengahan kaset.

- Gunakan spon atau sandbag agar tidak terjadi pergerakan pada objek.

- Lindungi gonad.

- Atur kolimasi secukupnya.

Kriteria Gambar 3:

- Tidak adarotasi dari Os. Clcaneus.

- Tampaksinus tarsi dan tuberesitas calcaneus.

2. Os Cruris

Os cruris biasa disebut tungkai bawah, didalam tungkai bawah terdapat 2

tulang yaitu os tibia dan os fibula. "Tibia" adalah kata Latin yang berarti

baik tulang kering dan seruling. Diperkirakan bahwa "tibia" mengacu pada

baik tulang dan alat musik karena seruling pernah kuno dari tibia

(hewan). Fibula ini berjalan bersama tibia. Kata "fibula" adalah kata Latin

yang menunjuk jepit atau bros. fibula itu disamakan dengan orang dahulu

Page 61: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

ke gesper memasangnya ke tibia membentuk bros7

a. Proyeksi AP2

Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi

AP dan Proyeksi Lateral)

FFD : 90 cm

CR : Tegak lurus bidang kaset

CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah

angkle joint

Posisi pasien 2: 

- posisikan supine diatas meja pemeriksaan.

- Atur tubuh pasien sehingga pelvis tidak rotasi.

- Atur kaki sehingga condyles femoralis searah dengan kaset atau film dan

vertical terhadap kaki.

- Fleksikan pergelangan kaki sampai kaki berada dalam posisi vertical

- Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan

pada objek

- Lindungi gonat dengan menggunakan apron atau gonad shield

Kriteria gambaran 2 

- Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas atas

knee joint dan batas bawah angkle joint)

- Kedua persendian tidak mengalami rotasi ( knee joint dan angkel joint )

- Artikulo tibia dan fibula tampak overleping sedang.

- Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik )

- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek

sebelah kiri atau kanan

- Tampak label sebagai penanda identitas pasien

Page 62: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.52 Os Cruris Proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral 3

Ukuran kaset : 30 x 40 cm atau 35 x 43 cm memanjang dibagi 2 (Proyeksi

AP dan Proyeksi Lateral)

FFD : 90 cm

CR : Tegak lurus bidang kaset

CP : Pertengahan Os Cruris dengan batas atas knee joint dan batas bawah

angkle joint

Posisi pasien 3:

- Pasien posisikan supine diatas meja pemeriksaan lalu perlahan posisikan

tubuh pasien pada posisi lateral atau sedikit oblique dengan kaki yang

tidak diperiksa melangkahi kaki yang diperiksa, dengan tujuan untuk

mendapatkan os cruris yang true lateral dan kenyamanan pasien.

- kedua sendi tercangkup dalam 1 film (knee joint dan angkle joint)

- Untuk tambahan, gunakan spon atau sandbag agar mencegah pergerakan

pada objek

- Lindungi area gonad pasien dengan menggunakan apron atau gonad

Page 63: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

shield.

Kriteria gambar 3:

-  Gambaran memperlihatkan kedua persendian dalam satu film. (batas

atas knee joint dan batas bawah angkle joint)

- Tampak Artikulo tibia dan fibula pada posisi lateral dan sedikit

overlaping

- Detail dan softissue baik ( gambaran organ baik )

- Tampak marker R atau L pada sisi bawah film sebagai penanda objek

sebelah kiri atau kanan

- Tampak label sebagai penanda identitas pasien

Gambar 2.53 Os Cruris Proyeksi LAteral

Catatan : jika dalam satu kaset digunakan dua gambaran. Sisi yang tidak

terekspos harus ditutup dengan Pb. Agar tidak terkena radiasi hambur.

Radiasi hambur yang dihasilkan akan tampak dalam fosfor imajing plate.

Sehingga akan menyebabkan artefak pada kedua sisi film atau kaset2.

Page 64: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.54 Contoh gambaran klinis fraktur dua gambar satu film.

3. Articulatio Genue

- Prosedur Pemeriksaan

a. Proyeksi AP2

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film

CP : Pada pertengahan patella

Posisi Pasien 2:

- Atur pasien pada posisi supine diatas meja pemeriksaan atau pasien

berdiri menghadap x-ray tube dan pastikan tidak ada rotasi atau

pergerakan pada panggul pasien.

- Dengan kaset dibawah lutut pasien, lokasikan bagian apex patella, dan

setelah itu pasien diinstruksikan untuk meregangkan bagian lututnya.

Pusatkan kaset sekitar setengah inci di bawah apex patella. dan pusatkan

bagian tengah kaset pada bagian tengah persendian lutut.

- Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan menggunakan

Page 65: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

karet dari timbal atau apron

Gambar 2.55 Genue Proyeksi AP

Kriteria Gambar 2:

- Terbukanya persendian femorotibial

- Tidak ada rotasi tulang paha dan tibia

- Tampak patella terproyeksi pada bagian pertengahan kaset

b. Proyeksi Lateral1

Ukuran Kaset :  24 x 30 cm melintang di bagi 2 ( Posisi AP dan

Lateral )

FFD : 90 cm

CR : Vertikal tegak lurus kaset atau film

CP : Pada pertengahan patella

Posisi Pasien2 :

- Perintahkan pasien untuk mengarah pada sisi yang akan diperiksa

- Fleksikan bagian lutut pasien pada ukuran 20-30 derajat dengan

tujuan untuk memaksimalkan rongga persendian lutut.(ada

beberapa rumah sakit yang menstandarkan fleksian lutut sebesar 45

sampai 90 derajat .sesuai permintaan radiolog)

- Lokasikan bagian persendian lutut di bawah apex patella

- Lindungi  area gonad pasien dari radiasi hambur dengan

Page 66: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

menggunakan karet dari timbal atau apron 

Gambar 2.56 Genue Proyeksi Lateral

Kriteria Gambar 2:

Berikut ialah beberapa hal yang wajib tercakup dalam radiografi lutut

proyeksi Lateral :

- Tampak pattela dalam proyeksi true lateral.

- Terbukanya articulasio pattelo femoralis.

- Caput Os.fibula dan Os.Tibia tampak super posisi.

- Terlihat soft tissue disekitar lutut.

- Tampak marker R atau L.

- Penilaian pada Foto Genue

1. Besar dan bentuk tulang: femur distal, tibia dan fibula proksimal

2. Garis fraktur, osteofit

3. Eminentia intercondylaris medial dan lateral: terdapat perkapuran

4. Patella: apakah terdapat fraktur, dislokasi, terdapat perkapuran

5. Celah sendi: normal / menyempit

Page 67: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

6. Soft tissue: pembengkakan / tidak

2.2.6. PELVIS

Posisi pemeriksaan :

AP

Prosedur pemeriksaan :

1. Posisi AP :

Pasien tidur diatas meja pemeriksaan dengan posisi tubuh true

AP.

Lengan tangan diposisikan sejajar dengan kepala., kaki di

extensikan sejajar

dengan tubuh, sehingga Pelvis tidak berotasi agar tulang paha,

Upper Femora dan sendi panggul serta Trochanter terlihat dengan

jelas.

Marker ditempelkan pada ujung kaset.

- CR : Tegak lurus kaset.

- CP : Pertengahan sagital dengan tubuh.

- Kaset : (35 x 35) cm.

- FFD : 90 cm.

Page 68: BAB II Pemeriksaan Radiologi Konvensional

Gambar 2.57 Os Pelvis Posisi AP