Upload
doanthuan
View
261
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
44
BAB II
PENERJEMAHAN POLA PENYUSUN KLAUSA PASIF
DALAM TEKS MAULIDUL-BARZANJIY
Teks Maulidul-Barzanjiy karya A’s-Sayyid Jaʻfar al-Barzanj yang
diterjemahkan oleh Sidqi dan Anwar dan diterbitkan oleh Sinar Baru Algesindo
tahun 2013 merupakan teks terjemahan Maulidul-Barzanjiy yang banyak memiliki
susunan klausa pasif. Jumlah klausa pasif dalam teks terjemahan mencapai 156
klausa. Sementara pada teks terjemahan Maulidul-Barzanjiy yang diterjemahkan
oleh Asrori (2009) dan Muhammad (1983) klausa pasif tidak banyak ditemukan.
Pokok pembahasan bab ini adalah menganalisis penerjemahan klausa
pasif. Menurut Kridalaksana (2009:125) klausa pasif (passive clause) adalah
klausa transitif yang menunjukkan bahwa subjek merupakan tujuan dari pekerjaan
dalam predikat verbalnya. Dengan demikian klausa pasif didukung oleh predikat
verbal dan subjek berperan menjadi penderita. Dalam teks Maulidul-Barzanjiy
klausa pasif tidak hanya disusun oleh predikat verbal, akan tetapi predikat juga
disusun oleh ism atau kata benda. Oleh karena itu, peneliti membagi pembahasan
bab ini berdasarkan unsur penyusun klausa pasif, antara lain:
a. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh Fiʻl Majhu >l Bahasa Sumber
b. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh Fiʻl Maʻlu>m Bahasa Sumber
c. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh Shi >ghah Mafʻu>l Bahasa
Sumber
d. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh Ism Mashdar Bahasa Sumber
e. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh Ism Zama>n, Maka >n dan Cha >l
Bahasa Sumber
45
A. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh
Fiʻl Majhu>l Bahasa Sumber
Klausa pasif BSa yang disusun oleh fiʻl majhu >l BSu adalah bentuk klausa
pasif BSa yang terdiri dari predikat verbal pasif BSu. Dalam teks Maulidul-
Barzanjiy, peneliti menemukan bentuk fiʻl majhu >l yang selalu muncul dalam
klausa. Dengan adanya fiʻl majhu >l yang selalu muncul tersebut, peneliti
memberikan nama pada pola-pola yang ditemukan. Pada klausa pasif BSa yang
disusun oleh fiʻl majhu>l BSu peneliti memberi kode (nomor urut data)/(nomor
urut pola)/(pola)/(halaman data dalam teks Maulidul-Barzanjiy),
contoh:01/01/FU/04. Penejelasan kode data adalah data tersebut bernomor urut 1,
data mengikuti pola pertama yaitu pola faʻala-yafʻulu dan variannya serta data
tersebut diambil dari buku Maulidul-Barzanjiy halaman 4.
Berdasarkan kaidah yang berlaku dalam bahasa Arab, menurut Syekh
Syarifuddin Yahya dalam kitab Al-Imrithi (1965:11) perubahan klausa aktif
menjadi klausa pasif adalah dengan menggunakan wazn فعل -ي فعل fuʻila-yufʻalu.
Wazn tersebut didapatkan dari rumus ضم أوله و كسر ما ق بل األخي dhumma awwaluhu
wa kusira ma > qablal-akhi >r untuk fiʻil-ma>dhi. Adapun rumus pada fiʻl mudha>riʻ
adalah ضم أوله و فتح ما ق بل األخي dhumma awwaluhu wa futicha ma> qablal-akhi >r.
Kaidah yang berlaku dalam fiʻl ma>dhi yaitu memberikan charakat dhammah pada
huruf di awal kata dan memberikan charakat kasrah pada huruf sebelum akhir.
Adapun pada fiʻl mudha >riʻ, berlaku kaidah memberikan charakat dhammah pada
huruf awal dan charakat fatchah pada huruf sebelum akhir dari kata tersebut.
Rumus ini merupakan kaidah yang banyak digunakan untuk mengubah fiʻl malu>m
menjadi fiʻl mahju >l.
46
Sebuah klausa dapat dikatakan klausa pasif apabila klausa tersebut disusun
oleh kata kerja yang memiliki ciri-ciri terdiri dari kata kerja transitif dan kata ganti
persona, kata kerja pasif dengan prefiks di-, kata kerja pasif yang tidak terikat
persona tetapi menggunakan prefiks di- atau konfiks ke-an (Putrayasa, 2009:94).
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, pembahasan sub-bab pertama ini dibagi menjadi
empat bagian yaitu kata kerja dan kata ganti persona, kata kerja dengan prefiks
di-, kata kerja dengan prefiks ter-, dan kata kerja dengan konfiks ke-an.
1) Kata Kerja dan Kata Ganti Persona
Kata kerja dan kata ganti persona pada klausa pasif adalah kata kerja
yang menggunakan kata ganti persona untuk menunjukkan kata kerja pasif
(Putrayasa, 2009:94) contoh:Silakan kau layani pembeli itu!
Dalam teks Maulidul-Barzanjiy kata kerja dan kata ganti persona tidak
ditemukan dalam pola penyususn klausa pasif BSa berupa pola فعل -ي فعل fuʻila-yufʻalu.
2) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks di-
Kata kerja pasif dengan prefiks di- adalah kata kerja pasif yang pada
kata kerjanya mendapat prefiks di- serta membutuhkan objek (Putrayasa,
2009:79). Dalam teks Maulidul-Barzanjiy kata kerja pasif prefiks di- dapat
ditemukan dalam data 02/01/FU/05:
(٥ : ٣١۰٢)صدق، القصية قضاعة بلد ف لت قاصيه بقصي ي س ممع واسه قصي إبن
Ibni Qushayyi wa’s-muhu Mujammiʻun summiya bi Qushayyi li
taqa >shi >hi fi> bila >di Qudha> atal-Qashiyyah (Sidqi, 2013:5)
‘Dia (Al-Mughirah) adalah putra Qushay, nama aslinya adalah
Mujammi’, ia dinamakan Qushay karena pengembaraannya yang
jauh hingga sampai di Negeri Qudha’ah’ (Sidqi, 2013:5).
47
Dalam klausa pasif “ia dinamakan Qushay karena pengembaraannya
yang jauh” terdapat fiʻl majhu >l dengan prefiks di- yaitu kata “dinamakan”.
Dalam klausa tersebut dapat diketahui bahwa kata “nama” membutuhkan
objek, akan tetapi karena objek dalam klausa tidak disebutkan, maka kata
“Qushay” berperan sebagai pelengkap (dalam bahasa Arab berkedudukan
sebagai na>ibul-fa> il). Subjek dalam klausa tersebut ditunjukkan oleh kata “ia”
sedangkan predikatnya berupa kata “dinamakan”. Kata “ia” merupakan
subjek pasif karena kata tersebut menjadi sasaran kata “dinamakan” dan kata
tersebut tidak melakukan aktivitas apa-apa. Adanya prefiks di- pada kata
“nama” memberikan pengaruh pasif pada subjek dalam klausa sehingga kata
mujammi’un menjadi subjek penderita.
Dalam penyebutan pelaku kegiatan, pelaku boleh tidak ditampilkan
dalam klausa pasif. Hal ini dikarenakan apabila pelaku merupakan pelaku
yang sudah diketahui secara umum sebab sifat klausa pasif dalam bahasa
Arab adalah agentless (tidak menyebutkan pelaku). Oleh karena itu, pelaku
kegiatan dalam klausa pasif di atas adalah “masyarakat setempat”. Sebab bisa
nama “Qushay” diberikan oleh masyarakat Qudha’ah karena pengembaraan
Mujammi’un sangat jauh hingga negeri Qudha’ah Qashiyyah.
Mujammiʻun Summiya Bi Qushay
Subjek Predikat Pelengkap
Berdasarkan makna leksikal, kata “dinamakan” merupakan hasil
terjemahan dari kata سي summiya. Kata tersebut awalnya adalah fiʻl maʻlu >m
mengikuti wazn ف عل -ي فعل faʻʻala-yufaʻʻilu kemudian kata tersebut diubah
48
menjadi fiʻl majhu >l dengan mengikuti wazn ي فعل- ف عل fuʻʻila-yufaʻʻalu
sehingga kata سى samma> berubah menjadi سي summiya. Adapun kaidah dari
wazn ini adalah untuk لنسبة المفعول إل أصل الفعل li nisbatil-mafʻu>l ila> ashlil-fiʻil
yaitu me-nisbah-kan mafʻu>l pada bentuk asli fiʻl. Dengan demikian nisbah
kata “nama” adalah kembali kepada kata “Qushay”.
Secara harfiah, سي summiya yang berasal dari kata يسمو- سو samawa-
yasmu>, berarti ‘menamakan atau memberi nama’ (Al-Munawwir, 1997:664).
Data tersebut dinilai akurat karena makna secara harfiah telah sepadan
dengan makna pada hasil terjemahan Maulidul-Barzanjiy.
Penjelasan di atas adalah penjelasan mengenai fiʻl majhu >l BSu pada
kala lampau, sedangkan fiʻl majhu >l kala sekarang dapat ditemukan dalam teks
Maulidul-Barzanjiy data nomor 03/01/FU/06:
(٦ : ٣١۰٢)صدق، القرشية البطون ت نسب وإليه
Wa ilaihi tunsabul-buthu >nul-qurasyiyyah (Sidqi, 2013:6)
‘Semua puak Kabilah Quraisy menamakan dirinya dikaitkan
dengan namanya’ (Sidqi, 2013:6)
Kata ت نسب tunsabu berasal dari kata ي نسب- نسب nasaba-yansubu yang
berarti ‘menisbatkan’ (Al-Munawwir, 1997:1411). Fiʻl ma >dhi dari kata
tersebut diambil dari wazn فعل ي - ف عل faʻala-yafʻulu. Dari wazn tersebut, kata
-ي فعل nasaba diubah menjadi mengikuti wazn نسب فعل fuʻila-yufʻalu sehingga
menjadi ي نسب -نسب nusiba-yunsabu. Setelah diubah menjadi kata kerja pasif,
maka kata tersebut memiliki makna ‘dinisbatkan atau disandarkan’. Hasil
terjemahan ini mendapatkan nilai 2,6 dari responden, berarti hasil terjemahan
pada data tersebut akurat. Hal ini dikarenakan hasil terjemahan memiliki
kesepadanan makna dan bentuk. Sehingga dalam hal makna tidak ada
49
permasalahan kesepadanan. Pada data tersebut, pelaku dapat diketahui yaitu
Puak Kabilah Quraisy. Mereka bertindak sebagai pelaku yang mengaitkan
nama kabilah Quraisy dengan nama Qushay karena nama asli Qushay adalah
Quraisy.
Adapun dalam teks Maulidul-Barzanjiy, data yang memiliki hasil
terjemahan dengan prefiks di- dapat dilihat dalam lampiran 5.1 pada data
yang memiliki kode /FU/.
3) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks ter-
Kata kerja pasif prefiks ter- adalah konstruksi kata kerja yang
mendapatkan imbuhan ter- dan imbuhan tersebut sebagai salah satu ciri kata
kerja pasif (Putrayasa, 2009:80). Dalam teks Maulidul-Barzanjiy hasil
terjemahan berupa kata kerja pasif ditunjukkan oleh data nomor 01/01/FU/04:
طلب عبد ابن الل عبد ابن ممد سيدنا هو فأق ول وب عد خصاله حدت المد شيبة واسه امل
(.٤ : ٣١۰٢)صدق، السنية
Wa baʻdu fa aqu >lu huwa sayyiduna > Muhammadub-ni ‘Abdillahib-
ni ‘Abdil-Muthallibi wa’s-muhu Syaibatul-Chamdi chumidat
khisha >luhu’s-saniyyah (Sidqi, 2013:4)
‘Wabaʻdu, aku katakan bahwa beliau (Nabi SAW) adalah
junjungan kita, putra Abdullah putra Abdul Muthalib, nama
aslinya adalah Syaibatul Chamd, karena budi pekertinya yang
sangat terpuji’ (Sidqi, 2013:4).
Klausa pasif yang disusun oleh fiʻl majhu >l di atas, memiliki kesamaan
yaitu ditemukannya kata kerja pasif baik pada teks BSa maupun teks BSu.
Klausa dalam teks BSa termasuk dalam kategori klausa pasif karena perhatian
pembaca tertumpu pada pujian budi pekerti. Adapun dalam teks sumber,
klausa pasif pada data di atas ditemukan pada kata حدت chumidat yang
50
berarti ‘terpuji’. Secara leksikal, kata حدت chumidat berasal dari
kata يمد- حد chamida-yachmadu yang berarti ‘memuji’ (Al-Munawwir,
1997:294). Kemudian kata يمد- حد chamida-yachmadu diubah menjadi fiʻl
majhu>l sehingga menjadi chumida-yuchmadu maka makna yang يمد -حد
dihasilkan adalah ‘dipuji’.
Akan tetapi apabila kata حد chumida diterjemahkan sesuai bentuk
aslinya yaitu fiʻl majhu >l, maka kata yang sesuai digunakan adalah ‘dipuji’.
Sebagaimana bila diterjemahkan ‘Wabaʻdu, aku katakan bahwa beliau (Nabi
SAW) adalah junjungan kita, putra Abdullah putra Abdul Muthalib, yang
nama aslinya adalah Syaibatul Chamd, dia dipuji karena budi pekertinya’.
Pada data di atas pelaku tidak disebutkan, sedangkan perhatian klausa
hanya pada tindakannya. Sebagaimana apabila diuraikan sebagai berikut:
chamdi-Syaibatul Chumidat -luhu’s>Khisha
saniyyah
Subjek Predikat Pelengkap
Pelaku tidak disebutkan karena yang memuji Syaibatul-chamdi adalah
manusia pada umumnya dan orang-orang yang hidup pada masanya
khususnya. Sedangkan kata khisha >luhu’s-saniyyah menempati kedudukan
sebagai pengganti objek yang dihilangkan. Bentuk pasif dari klausa tersebut
adalah Syaibatul-chamdi dipuji karena budi pekertinya yang luhur.
Adapun data klausa pasif dengan prefiks ter- dari kaladan sekarang,
dapat ditemukan dalam data 20/01/FU/53:
(٥١ : ٣١۰٢)صدق، مسراه فيه يمد عظيم بأ ن له والل هو وقال
Wa qa >la huwa’l-La>hu lahu naba’un ʻadzi >mun yuchmadu fi >hi masra >h
(Sidqi, 2013:53)
51
‘Abu Thalib mengatakan, demi Allah dia (Nabi SAW) mempunyai
berita yang sangat besar yang membuat sepak terjangnya terpuji’
(Sidqi, 2013:53)
Data di atas merupakan klausa pasif yang disusun oleh fiʻl majhu >l
dengan penanda pasif berupa prefiks ter-. Fiʻl majhu >l dalam data tersebut
adalah kata “terpuji”. Kata يمد yuchmadu merupakan fiʻl majhu >l, yang
berasal dari fiʻl maʻlu>m berupa chamida-yachmadu yang berarti “memuji”
(Al-Munawwir, 1997:294). Apabila kata kerja tersebut diubah menjadi fiʻl
majhu>l, maka makna yang dihasilkan berupa kata “dipuji”. Akan tetapi dalam
hasil terjemahan kata “dipuji” mengalami perubahan menjadi kata “terpuji”.
Hal ini disebabkan penerjemah meletakkan kata tersebut sebagai sifat dari
“sepak terjang Nabi Muhammad SAW”. Adapun jika tetap ingin
mempertahankan bentuk fiʻl majhu >l dengan prefiks di- sebagai penanda kata
kerja pasif, maka klausa مد فيه مسراه ن بأ عظيم ي ه ل lahu naba’un ʻadzi >mun
yuchmadu fi >hi masra >h dapat diterjemahkan “dia memiliki keunggulan yang
besar dan kelak keunggulannya itu akan dipuji”.
Begitu juga pada data nomor 37/01/FU/83:
ين سهل (٣١ : ٣١۰٢)صدق، احديداب حسن العرني أق ناه ي رى ف أنفه ب عض الد
Sahlal-khaddaini yura > fi > anfihi baʻdhu’ch-di >da>bin chasanal-ʻirni >ni
aqna>h (Sidqi, 2013:83)
‘Kedua pipinya datar, hidungnya sedikit agak tinggi hingga nampak
mancung’ (Sidqi, 2013:83).
Klausa “hidungnya sedikit agak tinggi hingga nampak mancung”
merupakan klausa pasif, karena dalam data tersebut perhatian terpusat pada
kata “nampak mancung”. Klausa tersebut termasuk klausa pasif dengan
penanda pasif berupa prefiks ter-. Akan tetapi penanda afiks tersebut tidak
52
terlihat jelas pada kata kerja, karena kata “nampak” menunjukkan konstruksi
kata kerja pasif. Hal ini diperkuat dengan adanya sinonim pada kata
“mancung”. Dalam KBBI (2008:1429) kata “nampak” bersinonim dengan
kata “dapat dilihat atau terlihat”. Oleh sebab itu, kata “nampak” termasuk
konstruksi kata kerja pasif karena mengandung prefiks ter-.
Berdasarkan makna leksikal, kata “nampak” sepadan dengan kata ي رى yura >. Kata ي رى yura > termasuk fiʻl majhu >l yang berasal dari kata ىي ر -رأى ra’a-
yara > yang memiliki makna “melihat” (Al-Munawwir, 1997:460). Sedangkan
kata ي رى yura > bermakna “dapat dilihat” (Al-Munawwir, 1997:460). Dilihat
dari konstruksi kata kerja kedua bahasa, maka kata kerja BSu telah
disampaikan dengan sepadan namun menggunakan sinonim pada kata kerja
BSa. Namun demikian, hasil terjemahan tetap dikatakan akurat dengan hasil
penilaian yang didapatkan sebesar 3.
Adapun data-data lain baik klausa pasif untuk kala lampau
maupunyang memiliki hasil terjemahan berupa klausa pasif dengan penanda
pasif pada predikat berupa prefiks ter- dapat dilihat dalam lampiran 5.2.
4) Kata Kerja Pasif dengan Konfiks ke-an
Kata kerja pasif dengan konfiks ke-an merupakan susunan kata kerja
pasif dengan penanda pasif berupa konfiks ke-an. Akan tetapi, dalam teks
terjemahan Maulidul-Barzanjiy, klausa pasif BSa yang disusun oleh fiʻl
majhu>l atau mengikuti wazn ي فعل- فعل fuʻila-yufʻalu dengan konfiks ke-an
tidak ditemukan.
53
B. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh
Fiʻl Maʻlu>m Bahasa Sumber
Klausa pasif BSa yang disusun oleh fiʻl maʻlu>m BSu merupakan sebuah
pola klausa pasif bahasa Indonesia yang predikatnya berupa kata kerja pasif, akan
tetapi kata kerja pasif merupakan hasil terjemahan kata kerja aktif BSu. Pada pola
ini, data-data dari teks Maulidul-Barzanjiy diberi kode (nomor urut data)/(nomor
pola wazn)/(pola)/(halaman data pada teks Maulidul-Barzanjiy),
contoh:64/02/MAD/FA/72. Penjelasan kode data adalah data tersebut memiliki
nomor urut ke 64, data tersebut mengikuti pola kedua yaitu pola faʻala-yafʻulu
dan diambil dari teks Maulidul-Barzanjiy halaman 72.
Pola kedua ini memiliki jumlah dan varian paling banyak dibandingkan
dengan pola yang lain. Hal ini dikarenakan kata kerja aktif dalam teks Maulidul-
Barzanjiy terdiri dari berbagai macam wazn, antara lain wazn فعل -ي ن إن فعل infaʻala-
yanfaʻilu, ي فعل- ف عل faʻala-yafʻulu, ف عل -ي فعل faʻʻala-yufaʻʻilu, ل فع ي -afʻala أف عل -
yufʻilu, ي فتعل- ل ع ت ف إ iftaʻala-yaftaʻilu, ي ت فاعل- ت فاعل tafa > ala-yatafa > alu, فعل ي ت ت فعل -tafaʻʻala-yatafaʻʻalu, يست فعل- إست فعل istafʻala-yastafʻilu dan ي فعل- فعل faʻila-yafʻilu.
Data yang dikategorikan dalam pola fiʻl maʻlu>m+dhami >r tersebut termasuk
hasil terjemahan klausa pasif. Hasil terjemah dapat berupa klausa pasif
dikarenakan padanan kata yang paling sesuai dalam BSa adalah konstruksi pasif.
Dalam pembahasan ini, klausa pasif BSa dalam teks Maulidul-Barzanjiy memiliki
banyak ciri. Oleh karena itu, klausa pasif BSa dianalisis berdasarkan penanda
pasif yang terdapat dalam klausa.
54
1) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks di-
Dalam teks terjemahan Maulidul-Barzanjiy terdapat beberapa data
berupa kata kerja pasif dengan prefiks di-. Akan tetapi, kata kerja pasif dalam
BSa merupakan terjemahan dari kata kerja aktif BSu. Adapun kata kerja aktif
dalam BSu memiliki banyak bentuk. Oleh karena itu, pembahasan tentang
kata kerja pasif dengan prefiks di- akan dibagi lagi ke dalam kata kerja aktif
berdasarkan kala dan konstruksi kata kerja tersebut. Point (a) adalah kata
kerja pasif dengan prefiks di- yang memiliki konstruksi kata berupa huruf asli
(tidak ada tambahan huruf). Adapun pada point (b) sampai dengan (h) adalah
kata kerja pasif dengan prefiks di- yang memiliki konstruksi kata yang
mengandung tambahan huruf.
a) Wazn ي فعل- ف عل faʻala-yafʻulu
Wazn ي فعل- ف عل faʻala-yafʻulu adalah konstruksi kata kerja yang
hanya terdiri dari tiga huruf asli atau tidak ada tambahan tasydid, charf ta’,
dan yang lainnya serta wazn ini menunjukkan kala lampau. Data yang
termasuk dalam wazn ini diterjemahkan menjadi kata kerja pasif dengan
prefiks di- sebagai penanda pasif. Dari 28 total data dari wazn ini
(kode:FA) terdapat 25 data diterjemahkan pasif dengan penanda prefiks
di-, seperti pada data nomor 64/02/MAD/FA/72:
(٢٢ : ٣١۰٢)صدق، ف األزل وقضاه كما شاءه جر المسي ولا أ
Wa laha > ajrul-khamsi >na kama > sya>ahu fil-azali wa qadha>h
(Sidqi, 2013:72)
‘Tetapi, pahala shalat lima waktu itu sama dengan pahala lima
puluh kali shalat, sehingga segala sesuatu yang dikehendaki
oleh Allah dan diputuskanNya dizaman azali’ (Sidqi, 2013:72).
55
Klausa pasif dalam BSa termasuk pasif dengan adanya prefiks di-.
Kata شاء sya>’a berasal dari kata ‘menghendaki, menginginkan,
menakdirkan’ (Al-Munawwir, 1997:754). Meskipun berasal dari klausa
aktif, tetapi makna yang dihasilkan adalah klausa pasif. Penerjemahan
menjadi klausa pasif ini dikarenakan adanya huruf ma> yang mendahului ما
kata شاء sya >’a. Menerjemahkan klausa dengan pola demikian merupakan
opsi atau pilihan agar memudahkan pemahaman pembaca.
Apabila kata yang telah didahului oleh kata ما ma> tetap
diterjemahkan sesuai bentuk aslinya yaiitu aktif, maka klausa Terjemahan
yang dihasilkan menjadi kurang efektif karena membolak-balikkan subjek
dan objek. Sebagaimana jika diartikan, ‘seperti apa-apa yang Dia
menghendakinya’. Penerjemahan akan berbeda apabila klausa aktif diganti
menjadi klausa pasif, yaitu ‘seperti apa yang dikehendakiNya’. Rasa
bahasa dan keberterimaan hasil terjemahan adalah lebih sesuai
penerjemahan dengan pola klausa pasif. Data ini mendapat nilai 2,6 atau
tergolong dalam kategori data akurat. Penerjemahan yang demikian juga
dapat dilihat pula dalam Al-Qur’an:
١٢ : من كل أواب حفيظ ﴿ق ما ت وعدون هذا﴾
Ha>dza > ma> tu> adu>na min kulli awwa>bin chafi >dh (Qaf:32)
‘Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba
yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturanNya)’
٢١ : ﴿الديد ا أتكم لكيل تأسوا على ما فاتكم ول ت فرحوا ب﴾
Li kaila ta’sau ʻala > ma> fa>takum wa la > tafrachu > bima> a >takum
(Al-Chadi >d:23)
‘(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan
berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
56
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu.’
Berdasarkan contoh di atas, maka dapat diketahui bahwa kata kerja
aktif dari bahasa Arab dapat dijadikan kata kerja pasif apabila dalam
klausa tersebut tersusun oleh subjek, predikat, dan objek sekaligus. Seperti
kata با أتكم bima> a>ta>kum berarti ‘terhadap apa yang diberikanNya
kepadamu’.
Bi ma> A Ata > Kum
Konjungsi Subjek Predikat Objek
Kata أتى a>ta> termasuk predikat, namun juga mengandung subjek,
yaitu Allah. Sedangkan kata كم kum merupakan objek berupa kata benda
‘kalian’. Secara harfiah, kata با أتكم bima> a>ta>kum dapat diartikan ‘dengan
apa yang Dia memberikan kepadamu’. Akan tetapi, hasil terjemahan yang
demikian kaku dan kurang berterima dalam kaidah bahasa Indonesia,
sehingga hasil terjemahan demikain perlu diubah menjadi klausa pasif,
sehingga menjadi ‘terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu’. Begitu
juga pada kata هذا ما ت وعدون ha>dza > ma > tu> adu>n subjek, predikat dan objek
bergabung langsung dalam satu kata, tetapi subjeknya tersimpan (tidak
tampak langsung) karena bahasa Arab memiliki kata kerja yang
mengandung subjek tersimpan.
Akan tetapi, klausa berikut menunjukkan klausa pasif dengan
penanda pasif berupa pengedepanan objek.
٤ : الل ﴿املائدة ا علمكم بي ت علمون هن م وما علمتم من اجلوارح مكل﴾
Wa ma > ʻallamtum minal-jawa >richi mukallibi >na
tuʻallimu >nahunna mimma> ʻallamakumu’l-La>hu (Al-Maidah:4)
57
‘Dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang buas yang telah
kamu ajar dengan melatih nya untuk berburu; kamu
mengajarnya menurut apa yang telah Allah ajarkan kepadamu.’
٣ : التغابن﴿ ر ي ب خ ن و ل م ع ا ت ب الل و﴾
Wa’l-La>hu bima> taʻmalu>na khabi >r (A’t-Tagha >bun:8)
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kata kerja yang diawali
oleh kata ما ma> memiliki hasil terjemahan berupa kata kerja pasif. Jika
hasil terjemahan berupa kata kerja aktif, maka akan mengganggu
pemahaman pembaca yang mungkin dapat menyebabkan salah paham.
Selain itu, perubahan kata kerja aktif menjadi kata kerja pasif ini dapat
menjadikan hasil terjemahan lebih mudah dibaca dan dipahami.
b) Wazn ف عل -ي فعل faʻʻala-yufaʻʻilu
Klausa pasif dengan penanda prefiks di- pada wazn ini terdapat
dalam data nomor 73/02/MAD/FL/63:
(٦١ : ٣١۰٢)صدق، ووقاه الت ث بت الل با ق لبه من النساء خدية و
Wa mina’n-nisa >i Khadi >jatu’l-lati > tsabbata’l-La>hu bima > qalbahu
wa wa >qa>h (Sidqi, 2013:63)
‘Dari kalangan wanita adalah Siti Khadijah yang dijadikan Allah
sebagai peneguh hati Nabi dan yang melindunginya’ (Sidqi,
2013:63).
Klausa tersebut merupakan susunan jumlah ismiyah, yang terdiri
dari mubtada’+khabar.
Wa Mina’n-nisa >’i Khadi >jah
Konjungsi Predikat Subjek
Secara leksikal, makna dari kata بت ث tsabbata adalah ‘tetap, kekal,
stabil’ (Al-Munawwir, 1997:145). Apabila Terjemahan yang diinginkan
58
adalah klausa aktif, maka dengan cara mendahulukan subjek yang terletak
di dalam susunan sifat itu dan tetap pada makna leksikal. Sehingga
menjadi, ‘dari kalangan wanita adalah Siti Khadijah, yang Allah
menetapkannya sebagai pelindung dan peneguh hati Nabi’.
c) Wazn ل فع ي - أف عل afʻala-yufʻilu
Wazn ل فع ي - أف عل afʻala-yufʻilu yang menghasilkan terjemahan
dengan penanda pasif berupa prefiks di- dapat ditemukan dalam data
nomor 81/20/MAD/AF/53:
(١٥ : ٣١۰٢)صدق، أب و لب أعت قهاالت
Al-lati > aʻtaqaha > Abu> Lahab (Sidqi, 2013:35)
‘Yaitu seorang budak wanita yang dimerdekakan oleh Abu
Lahab’ (Sidqi, 2013:81).
Data di atas termasuk dalam kategori pola الفعل املعلوم+ضمي fiʻl
maʻlu >m+dhami >r yang tersusun dari أفعل+ضمي afʻala+dhami >r. Secara
leksikal, kata أعت قها aʻtaqaha> berasal dari kata ي عتق- عتق ʻataqa-yaʻtiqu yang
berarti ‘merdeka atau bebas dari perbudakan’ (Al-Munawwir, 1997:893).
Perubahan kata kerja aktif menjadi pasif dalam data tersebut dikarenakan
adanya perubahan pola klausa yang dibalik yaitu P+O+S. Kata أعت قها
aʻtaqaha>, kata أعتق aʻtaqa adalah predikat, dhami >r ها ha> menjadi objek
yang kembali kepada ‘seorang budak wanita’, dan kata أب و لب Abu> Lahab
menjadi subjek.
A’l-lati > Aʻtaqa Ha> Khadi >jah Abu Lahabin
Konjungsi Predikat Objek Objek Subjek
59
Meskipun berasal dari kata kerja aktif, akan tetapi hasil terjemahan
yang didapatkan dalam teks Maulidul-Barzanjiy adalah kata kerja pasif.
Akan tetapi pada teks Terjemahan Maulidul-Barzanjiy diartikan menjadi
klausa pasif. Dalam kitab Al-Amtsilatu’t-Tashrifiy (1965:14), kaidah dari
wazn ل فع ي :afʻala-yufʻilu antara lain أف عل -
a) للت عدية li’t-taʻdiyyah yaitu me-mutaʻadi-kan fiʻl lazim
b) للدخول ف شيئ li’d-dukhu>li fi > syai’ yaitu masuk pada sesuatu
c) لقصد المكان li qashdil-maka>n yaitu hendak ke suatu tempat
d) لوجود ما اشتق منه الفعل ف الفاعل li wuju >di ma> isytaqa minhul-fiʻli fil-fa> il
yaitu untuk menunjukkan adanya barang pada faʻil yang mana
faʻilnya dimusytaq dari mana barang tersebut
e) للمبالغة lil muba >laghah yaitu melebihkan atau menyangatkan
f) لوجدان الشيئ ف صفة li wijda>ni’sy-syai’i fi > shifat yaitu merasakan adanya
sesuatu di dalam suatu sifat
g) رورة li’sh-shairu>rah yaitu menjadi للصي
h) للتصغي li’t-tashghi>r yaitu menampakkan kecil
i) للسلب li’s-salbi yaitu menghilangkan
j) ن ونة lil-chainu للحي >nah yaitu tiba masanya
Dari uraian kaidah di atas, maka dapat diketahui bahwa penyebab
perubahan kata kerja aktif menjadi kata kerja pasif adalah:
a. Mengikuti kaidah nomor tujuh yaitu للصي رورة li’sh-shairu >rah berarti
‘menjadi’.
b. Susunan terbalik, yaitu objek didahulukan sementara subjek berada
setelah predikat verba.
60
d) Wazn ي فتعل- ل ع ت ف إ iftaʻala-yaftaʻilu
Hasil terjemahan dari wazn ي فتعل- ل ع ت ف إ iftaʻala-yaftaʻilu yang
berupa kata kerja pasif dengan penanda prefiks di-, terdapat pada data
nomor 96/02/MAD/IFT/50:
(۰٥ : ٣١۰٢)صدق، واجتباه بالنب وة ت عال الل أكرمه من ه فإن
Fainnahu mimman akramahu’l-La>hu Taʻa>la> bi’n-nubuwwati
wajtaba>hu (Sidqi, 2013:50)
‘Karena sesungguhnya dia adalah seorang yang dimuliakan
oleh Allah SWT dan dipilihnya sebagai Nabi’(Sidqi, 2013:50)
Kata اجتباه ijtaba >hu disusun oleh بناء ناقص الياء binaʻ na >qish ya >’i.
Adapun asal kata اجتباه ijtaba >hu adalah يب- جب jaba >-yajbiy yang berarti
‘menarik, mengumpulkan, atau menghimpun’ (Al-Munawwir, 1997:167).
Kemudian kata tersebut mendapat tambahan sehingga disebut ى الفعل الثلث
al-fiʻlu’ts-tsula مزيد >tsi mazi >d menjadi kata اجتب ijtaba > mengikuti wazn ي فتعل-
ل ع ت ف إ iftaʻala-yaftaʻilu. Apabila dilihat dalam kamus Al-Munawwir
(1997:167) kata اجتباه ijtaba >hu bermakna ‘memilih’.
Adapun kaidah dari wazn ي فتعل- ل ع ت ف إ iftaʻala-yaftaʻilu dalam Yahya
(1965:24) adalah:
a) "ملطاوعة "ف عل li mutha >waʻah ‘faʻala’ yaitu sebagai mutha>waʻah dari fiʻl
wazn fa> ala
b) اذ lil ittikha>dzi yaitu untuk membuat للت
c) لزيادة المبالغة ف المعن li ziya >datil-muba>laghati fil-maʻna> yaitu untuk
menambah makna penyangatan
d) لمعن ف عل li maʻna> faʻala yaitu untuk makna faʻala atau pekerjaan
e) لمعن ت فاعل li maʻna tafa > ala yaitu untuk makna tafa > ala atau saling
61
Berdasarkan kaidah wazn di atas, maka kata اجتباه ijtaba>hu memiliki
kaidah untuk لزيادة المبالغة ف المعن li ziya >datil-muba>laghati fil-maʻna> yaitu
untuk menambah makna penyangatan. Kata tersebut diterjemahkan
menjadi kata kerja pasif dikarenakan untuk menunjukkan makna
penyangatan bahwa Nabi Muhammad SAW itu adalah manusia yang
benar-benar Allah pilih sebagai manusia yang sangat mulia dan bertugas
untuk memimpin umat manusia.
Data-data tersebut merupakan kata kerja aktif, akan tetapi berubah
menjadi kata kerja pasif setelah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh:
a) Adanya susunan klausa yang terbalik. Jika dalam klausa biasanya
susunannya adalah S+P+O maka dalam data ini adalah P+S+O.
Sebagaimana jika diuraikan, kata اجتب ijtaba > merupakan predikat yang
mengandung subjek yang tersimpan atau dhami >r mustatir berupa
Allah. Sedangkan objeknya berupa dhami>r muttashil berupa ه hu yang
kembali kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa beliau telah dipilih
oleh Allah SWT.
b) Membuat struktur klausa yang sesuai dan berterima dalam Bahasa
Indonesia.
Jika kata اجتباه ijtaba >hu diterjemahkan secara harfiah, maka menjadi
‘maka sesungguhnya dia adalah orang yang Allah memuliakannya dan
Allah memilihnya sebagai Nabi’. Namun agar berterima dalam BSa dan
karena cha >l didahulukan, maka terjemahan menjadi demikian. Selain
62
dengan Terjemahan di atas, klausa BSu tersebut dapat juga diterjemahkan
menjadi ‘maka sesungguhnya dia adalah orang yang dimuliakan dan
dipilih menjadi Nabi’.
Penerjemahan dengan pola klausa seperti beberapa contoh di atas
dapat ditemukan dalam Al-Qur’an berikut:
ر األولي ﴾٥ : فهي تلى عليه بكرة وأصيل ﴿الفرقان اكتتب هاو قالوا أساطي
Wa qa >lu> asa >thi >rul-awwali >nak-tatabaha > fahiya tumla > ʻalaihi
bukratan wa ashi >lan (Al-Furqa >n:5)
‘Dan mereka berkata:"Dongengan-dongengan orang-orang
dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah
dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang’.
(٣٣٤:٢00٥سوفرنوا دان أزهار, ) كثي ر من الناس يتاجه العال
Al-ʻa>limu yachta >juhu katsi >run mina’n-na>s (Suparno dan
Azhar, 2005:114)
‘Ulama dibutuhkan banyak orang’ (Suparno, 2005:114)
Kata yang bergaris bawah pada BSu merupakan kata kerja aktif.
Akan tetapi, karena bergabung dengan dhami>r yang berkedudukan sebagai
objek, maka terjemahan yang dihasilkan adalah klausa pasif.
e) Wazn ي ت فاعل- ت فاعل tafa> ala-yatafa > alu
Data dalam Maulidul-Barzanjiy yang mengikuti wazn ini terdapat dalam
data nomor 99/02/MAD/TFL/25:
(٢٥ : ٣١۰٢)صدق، الواتف بشرى ت والت و
Wa tawa >lat busyral-hawa >tifi (Sidqi, 2013:25)
‘Ucapan selamat yang disampaikan oleh yang tak berwujud
datang bertubi-tubi’ (Sidqi, 2013:25).
63
Kata ت والت tawa>lat yang merupakan kata kerja yang mengikuti wazn
-ي ت فاعل ت فاعل tafa > ala-yatafa > alu. Adapun makna leksikal dari kata ت والت
tawa >lat memiliki makna yang sepadan dengan kata ت تابع tata >baʻa yang
berarti ‘berturut-turut’ (Al-Munawwir, 1997:1582). Dalam hasil
terjemahan di atas, ditemukan adanya kata kerja pasif yaitu ‘disampaikan’.
Data dari BSa tersebut secara harfiah tidak dijumpai dalam BSu. Kata
‘disampaikan’ berasal dari kata الواتف al-hawa >tif. Akan tetapi hasil
terjemahan pada data di atas mendapat banyak tambahan kata sehingga
kurang wajar dan kurang akurat, seperti kata ‘ucapan selamat, yang tak
berwujud, dan datang’. Apabila ditelusuri lebih dalam asal kata dari BSu,
maka akan jelas terlihat adanya penambahan yang tidak perlu ditambahkan
dalam terjemah. Sehingga data di atas dapat diterjemahkan menjadi ‘kabar
gembira itu disampaikan secara berturut-turut’.
Adapun dalam Al-Qur’an kata yang mengikuti wazn ي ت فاعل- ت فاعل
tafa > ala-yatafa > alu rata-rata memiliki makna klausa aktif, sebagaimana
dapat dilihat dalam kutipan ayat berikut:
٣ : به و األرحام ﴿النساء تسائ لون وات قوا الل الذى﴾
Wa’t-taqu’-La>ha’l-ladzi > tasa >alu >na bihi> wal-archa>m (A’n-
Nisa’:1)
‘Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim’.
٢١ : ﴿القلمي تخاف ت ون فانطلقوا وهم﴾
Fan-thalaqu > wahum yatakha>fatu >n (Al-Qalam:23)
‘Mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik.’
64
Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa kata kerja yang mengikuti
wazn ي ت فاعل- ت فاعل tafa> ala-yatafa > alu memiliki makna kata kerja aktif. Hal
ini karena kaidah dari wazn ي ت فاعل- اعل ت ف tafa> ala-yatafa > alu berdasarkan
Yahya (1965:18) yaitu:
a. للمشاركة ب ي اث ن ي فأكث ر lil-musya>rakah bainats-naini fa aktsara yaitu
persekutuan timbal balik antara dua orang atau lebih
b. ظهار ما ليس ف الواقع ل li idhha >ri ma > laisa fil-wa>qiʻ yaitu menunjukkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi atau pura-pura
c. للوق وع تدريا li wuqu> i tadri >jan yaitu menunjukkan pekerjaan secara
berangsur-angsur
d. لتأدية معن المجرد li ta’diyah maʻnal-mujarrad yaitu berlaku seperti makna
mujarradnya
e. "لمطاوعة "فاعل li mutha >waʻah “fa > ala” yaitu sebagai mutha>waʻah dari fiʻl
wazn fa > ala
Berdasarkan uraian kaidah-kaidah di atas, maka dapat diketahui
bahwa kutipan ayat Al-Qur’an yang telah disampaikan menunjukkan
adanya penggunaan kaidah yang pertama yaitu adanya kegiatan ‘saling’
dari kedua belah pihak atau للمشاركة ب ي اث ن ي فأكث ر lil-musya>rakah bainats-
naini fa aktsara. Kaidah ini sering ditemukan dalam beberapa kata bahasa
Arab. Sedangkan data pada Maulidul-Barzanjiy di atas menunjukkan
kaidah untuk menunjukkan pekerjaan secara berangsur-angsur atau للوق وع
<li wuqu تدريا i tadri>jan. Oleh karena itu, kedua kaidah yang berlaku dan
juga bukti lain dari klausa yang berwazn فاعل ي ت - ت فاعل tafa> ala-yatafa > alu
65
maka klausa yang mengikuti wazn tersebut pasti memiliki makna klausa
aktif.
f) Wazn ي ت فعل- ت فعل tafaʻʻala-yatafaʻʻalu
Wazn ini dapat ditemukan dalam data nomor 100/02/MAD/TF’L/61:
(٦٣ : ٣١۰٢)صدق، وي ت لقاه تهاد واج بد وي قابله
Wa yuqa >bilahu bi jiddin waj-tiha >du wa yatalaqqa >hu (Sidqi,
2013:61)
‘Dan menerimanya dengan penuh kesungguhan serta segala
kemampuan yang dimilikinya’ (Sidqi, 2013:61).
Secara harfiah, kata ي ت فعل- tafaʻʻala-yatafaʻʻalu bermakna ت فعل
melakukan. Begitu juga dapat dilihat pada beberapa kosa kata lain (dalam
kamus Al-Al-Mawrid) yang mengikuti wazn ي ت فعل- ت فعل tafaʻʻala-yatafaʻʻalu
juga memiliki makna aktif, seperti kata تلب tachallaba mengeluarkan (180),
تدب ر ,tachammala membawa (181) تمل tadabbara mempertimbangkan (184),
dan lain-lain. Oleh karena itu, wazn ini hanya mendapatkan nilai 1,6 atau
tidak akurat.
Klausa yang mengikuti wazn ي ت فعل- ت فعل tafaʻʻala-yatafaʻʻalu akan
memiliki makna pasif apabila:
a. Klausa tersebut bersambung dengan dhami>r muttashil (kata ganti yang
bersambung langsung dengan kalimat)
b. Menempati kedudukan sebagai objek.
Pada klausa tersebut, dhami >r ه hu pada kata ي ت لقاه yatalaqqa >hu
berkedudukan sebagai objek.
66
وي قابل ه بد واجته اد وي ت لق ا ه
Objek Kata
Kerja
Kata
Kerja
Keterangan
Keadaan Objek
Kata
Kerja
Bahwa yang dimaksud ه (hu) “dia” adalah Nabi Muhammad SAW
yang saat itu mendapat wahyu Al Qur’an, beliau menerima wahyu itu dengan
segala kemampuan yang dimilikinya setelah dua kali menolak.
Akan tetapi, apabila dhami>r yang bersambung itu berkedudukan
sebagai subjek, maka klausa yang dihasilkan adalah klausa aktif. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya kalimah dalam Al Qur’an:
٣٢ : القرأن ﴿النساء ي تدب رون أفل﴾
Afala > yatadabbaru >nal-qur’a>n (A’n-Nisa’:82)
‘Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al Qur’an?’
Pada klausa tersebut, kata ي تدب رون yatadabbaru >na diartikan menjadi
klausa aktif, yaitu “menghayati/mendalami”. Penerjemahan yang demikian
disebabkan oleh adanya subjek yang melekat pada kata ي تدب رون yatadabbaru >na
yang memiliki kedudukan sebagai subjek atau فاعل fa> il dalam kalimat.
ا ﴾٢٢ : ملائدةمن المتقي ﴿ا الل ي ت قبل قال إن
Qa>la innama > yataqabbalu’l-La>ha minal-muttaqi >n (Al-Ma>idah:27)
‘Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima
(amal) dari orang yang bertakwa”
Pada kutipan kedua ayat di atas menunjukkan bahwa klausa yang
mengikuti wazn ل ي ت فع - ت فعل tafaʻʻala-yatafaʻʻalu dengan adanya dhami >r baik
mustatir maupun muttashil asalkan dia bersambung dengan isim maupun
67
dhami>r yang berkedudukan sebagai subjek, maka Terjemahan yang
dihasilkan adalah klausa aktif. Kata ي تدب رون yatadabbaru >na memiliki dhami>r
mustatir berupa هو huwa, yang berfungsi sebagai subjek kalimat, sedangkan
kata ي ت قبل الل yataqabbalu’l-La>ha memiliki subjek berupa الل A’l-La>hu.
Sehingga ketika menerjemahkan klausa yang mengikuti wazn tersebut perlu
mempertimbangkan bentuk dan makna.
Makna pasif, apabila dilihat dari bentuknya klausa tersebut bergabung
dengan dhami>r mustatir ataupun dhami>r muttashil dan kedudukannya
sebagai objek kalimat.
Makna aktif, apabila klausa bergabung dengan dhami >r muttashil
maupun dhami>r muttashil dengan kedudukannya sebagai subjek
kalimat.
g) Wazn يست فعل- إست فعل istafʻala-yastafʻilu
Wazn ini dapat dilihat pada data 102/02/MAD/ISTF/26:
(٢٦ : ٣١۰٢)صدق، استحسن القيام هذا وقد
Hadza > waqadis-tachsanal-qiya>ma (Sidqi, 2013:26)
‘Mengingat hal tersebut, maka dianjurkan berdiri’ (Sidqi, 2013:26)
Kutipan teks Maulidul-Barzanjiy tersebut menunjukkan bahwa
klausa yang mengikuti wazn يست فعل- إست فعل istafʻala-yastafʻilu dapat
diterjemahkan menjadi klausa pasif. Kata استحسن istachsana secara harfiah
berarti “menganggap baik atau bagus” (Al-Munawwir, 2007:265).
68
Data ini mendapatkan nilai 2,4, berarti hasil terjemahan dinilai
kurang akurat. Kurangnya akurat hasil terjemahan ini karena klausa pasif
yaitu yang bergaris bawah, diterjemahkan berdasarkan hasil penafsiran
serta merupakan terjemahan komunikatif. Secara makna leksikal, hasil
terjemahan kurang memenuhi syarat kesepadanan dalam hal bentuk dan
makna. Meskipun bila pembaca melihat hasil terjemahan mampu
memahami maksud kalimat, akan tetapi hasil terjemahan pada data ini
kurang sepadan. Karena kaidah dari fiʻl yang berwazn يست فعل- إست فعل
istafʻala-yastafʻilu adalah untuk meminta. Hasil terjemahan yang mungkin
dapat dijadikan alternatif adalah dengan mengganti bentuk klausa yang
awalnya berfungsi meminta diganti dengan kata “lebih baik”.
Akan tetapi jika dhami>rnya menunjukkan subjek kegiatan, maka
terjemahan yang dihasilkan adalah klausa aktif. Karena secara leksikal
kata يست فعل- إست فعل istafʻala-yastafʻilu memiliki kaidah untuk meminta,
sehingga dhami >r yang bersambung pasti berkedudukan sebagai subjek
kegiatan karena dia yang meminta. Sehingga hal ini berpengaruh terhadap
makna yang dihasilkan, yaitu klausa aktif. Seperti pada contoh:
ها عذاب أليم ست عجلتم بل هو ما ﴾٢٤ : ﴿األحقاف به ريح في
Bal huwa mastaʻjaltum bihi ri>chun fi >ha> ʻadza >bun ali >m (Al-
Achqa >f:24)
‘Bahkan itulah adzab yang kamu minta supaya datang dengan
segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih.’
Adapun kaidah dari wazn tersebut antara lain (Yahya, 1965:26):
a. لطلب الفعل li thalabil-fiʻli yaitu untuk meminta
69
b. للوجدان على صفة lil-wijda>ni ʻala > shifah yaitu untuk menemukan suatu sifat
yang dimiliki oleh mafʻu>l
c. للتحول lit-tachawwuli yaitu perubahan keadaan fa> il kepada asal fiʻil.
d. للتكلف lit-takalluf yaitu pelaku berusaha untuk lebih menampakkan
sesuatu dari dalam dirinya.
e. لمعن ف عل المجرد li maʻn faʻalal-mujarrad yaitu makna ف عل faʻala mujarrad
f. للمطاوعة lil-mutha>waʻah yaitu menjadi mutha>waʻahnya wazn فاعل fa> ala
dan wazn أف عل afʻala
Berdasarkan data hasil terjemahan dan perbandingannya dengan
kutipan ayat Al Qur’an, maka wazn يست فعل- إست فعل istafʻala-yastafʻilu tidak
dapat dijadikan alternatif untuk membuat klausa aktif dalam BSu menjadi
pasif dalam BSa. Wazn ini hanya sebagai alternatif untuk penerjemahan
apabila sulit untuk mnyepadankan makna BSu ke BSa. Akan tetapi, wazn
ini bukan sebagai rumus untuk menerjemahkan klausa aktif menjadi klausa
pasif.
h) Wazn ي فعل- faʻila-yafʻilu فعل
Data yang termasuk dalam wazn ini adalah data nomor
105/02/MAD/FIL/89:
(٣٨ : ٣١۰٢)صدق، بالسلم من لقيه وي بدأ
Wa yabda’u man laqiyahu bi’s-sala >m (Sidqi, 2013:89)
‘Dan selalu memulai salam kepada orang yang dijumpainya’
(Sidqi, 2013:89).
70
Data tersebut merupakan data dari kalimah fiʻl maʻlu >m dengan
mengikuti wazn ي فعل- فعل faʻila-yafʻalu. Klausa tersebut berasal dari kata
ي لقى-لقي laqiya-yalqa yang berarti “bertemu” (Al-Munawwir, 1997:1282).
Nilai akurasi menunjukkan nilai 2,6, hal ini berarti data pada teks tersebut
termasuk dalam kategori akurat.
Pada kutipan tersebut terdapat dua kata kerja atau fiʻl dalam satu
kalimat, akan tetapi yang menjadi predikat adalah kata ي بدأ yabda’u.
Sedangkan kata من لقيه man laqiyahu menjadi objek, karena kata لقيه
laqiyahu bersambung dengan dhami >r serta didahului oleh kata من man.
Sehingga kata kerja kedua berfungsi sebagai isim, yang kemudian
diterjemahkan menjadi klausa pasif. Dalam bahasa Arab, kata ه من لقي man
laqiyahu berkedudukan sebagai mafʻu >l bih, sehingga data tersebut masuk
dalam kategori klausa pasif.
Adapun klausa dalam Al-Qur’an yang memiliki pola seperti pada
data di atas yaitu:
١٨ : لى صراط مستقيم ﴿األنعاميعله ع يشأ ومن يضلله يشإ الل من﴾
Man yasya’i’l-La>hu yudhlilhu wa man yasya’ yajʻalhu ʻala > shira >thin mustaqi>m (Al-Anʻa>m:39)
‘Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya
disesatkanNya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (untuk
diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas
jalan yang lurus.’
Beberapa kata yang bergaris bawah pada klausa di atas, merupakan
konstruksi klausa aktif. Akan tetapi dalam hasil terjemahan klausa yang
dijumpai adalah klausa pasif. Hal ini dikarenakan adanya susunan yang
71
sama serta fenomena yang sama pada data dalam Maulidul-Barzanjiy di
atas.
Semua kata kerja pasif dengan penanda pasif berupa prefiks di-
dapat dilihat pada lampiran 5.1.
2) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks ter-
Kata kerja dengan prefiks ter- dapat ditemukan dalam teks
Terjemahan Maulidul-Barzanjiy pada data nomor 70/02/MAD/FA/89:
(٣٨ : ٣١۰٢)صدق، ف رائده ب نان السنة السنية نطمت وهذا سلك
Wa ha >dza > silkun nadhdhamat fara >iduhu bana >nu’s-sunnati’s-
saniyyah (Sidqi, 2013:89)
‘Demikianlah rentetan nasab yang butiran-butiran mutiaranya
tersusun dalam sunnah yang shahih’ (Sidqi, 2013:89).
Secara keseluruhan kalimat, hasil terjemahan tersebut dapat
dipahami dengan mudah. Akan tetapi di sini terjadi perubahan dari klausa
aktif menjadi klausa pasif yaitu kata ‘menyusun’ menjadi ‘tersusun’. Secara
leksikal, kata نطم nadhdhama bermakna ‘menyusun, mengatur, dan
merangkai’ (Al-Munawwir, 1997:1435).
Adapun perubahan klausa aktif menjadi klausa pasif ini disebabkan
oleh:
a) Susunan klausa yang terbalik dan mengubah objek menjadi sifat
Sebagaimana diuraikan berikut ini
Wa ha>dza Silkun Nadzdzanat
Konjungsi Subjek Predikat
72
Pada klausa tersebut, objek didahulukan dalam klausa Terjemahan
dengan mengubahnya menjadi sifat. Sifat ini digunakan untuk
menerangkan rentetan nasab. Klausa tersebut dapat pula diterjemahkan
“demikianlah rentetan nasab yang tersusun”.
b) Penekanan pada inti kalimat
Bentuk penekanan inti klausa dapat dilihat dalam klausa BSu, yaitu
dengan pendahuluan kata لك س silkun atau rentetan nasab. Jika bukan
karena penekanan intik kalimat, maka susunan kalimatnya adalah dengan
mendahulukan kata ف رائده fara >iduhu atau mutiara. Sehingga kalimatnya
menjadi ‘ini adalah mutiara dalam sunnah yang shachih yang menyusun
rentetan nasab’.
Akan tetapi data tersebut dapat tetap menjadi klausa aktif apabila
mendahulukan objek. Sebagaimana terjemahan berikut:‘Ini adalah butiran
mutiara dalam sunnah yang shahich yang menyusun rentetan nasab’. Akan
tetapi penerjemahan demikian kurang mudah untuk dipahami karena inti
klausa berada di akhir. Sehingga perubahan menjadi klausa pasif dapat
menjadi sebuah alternatif untuk penerjemahan klausa dengan pola demikian
bahkan menjadi suatu keharusan jika ada sebab-sebab yang dapat merusak
dan membuat hasil terjemahan menjadi ambigu. Data-data lain yang
menunjukkan hasil terjemahan dengan prefiks ter- dapat dilihat dalam
lampiran tabel 5.2.
73
3) Kata Kerja Pasif dengan Konfiks ke-an
Kata kerja pasif dengan konfiks ke-an merupakan kata kerja yang
mendapat konfiks ke-an sehingga kata kerja berubah menjadi pasif, seperti
contoh:Rumahnya kemasukan pencuri (Putrayasa, 2009:79). Adapun dalam
teks Maulidul-Barzanjiy hasil terjemahan yang mendapatkan konfiks ke-an
pada kata kerja hanya dapat ditemukan dalam data nomor
41/02/MAD/INF/31:
دائن الي وان وانصدع (١٣ : ٣١۰٢)صدق، الكسروية بامل
Wa’n-shadaʻal-I>wa>nu bil-mada>inil-Kisrawiyyah (Sidqi, 2013:31)
‘Gedung Iwan (balai pertemuan) Kaisar Persia pun mengalami
keretakan’ (Sidqi, 2013:31)
Pada teks terjemah, terdapat kata ‘keretakan’. Kata tersebut termasuk
konstruksi pasif yang predikatnya berisi kata kerja yang mendapatkan konfiks
ke-an. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Muhammad (2006:26)
bahwa ل و ه ج م ال ة غ ي الص a’sh-shi >ghatul-majhu >l mengikuti wazn ل ع ف fuʻila, إن فعل
infa > ala, dan إف ت عل iftaʻala. Maka pendapat ini sesuai dengan fenomena pada
data nomor 40, bahwa kata yang mengikuti wazn فعل infaʻala-yanfaʻilu إن فعل -ي ن
dapat menjadi terjemahan yang akurat apabila diartikan ke dalam klausa
pasif. Secara leksikal, kata انصدع inshadaʻa bermakna ‘terbelah atau terpecah’
(Al-Munawwir, 1997:520). Bentuk ini juga telah dinilai oleh lima responden,
yang semuanya menyatakan akurat pada data tersebut dengan nilai rata-rata
sebesar 2,6.
74
Adapun faedah dari wazn ini sebagaimana disebutkan dalam Yahya
(1965:24) antara lain:
a) “ ة ع او ط م ل ”ف عل li mutha >waʻah faʻala (sebagai mutha >waʻah dari fiʻl wazn
faʻala). Mutha >waʻah adalah peristiwa terjadi oleh sebab pekerjaan fiʻl
mutaʻaddi. Contoh: فانكسر , كسرت الزجاج kasartu’z-zuja >ja, fankasara aku
memecahkan gelas, maka gelas itu pecah.
b) ل ي ل ق “ ف عل أ ة ع او ط م ل ” li mutha >waʻah “afʻala” qali>lan (sebagai mutha >waʻah
dari fiʻl wazn afʻala). Contoh: فان زعج , أزعجها azʻajahu, fan-zaʻaja dia (lk)
mengganggunya, maka dia (pr) terganggu.
Berdasarkan kaidah yang ada di atas, maka wazn ini memiliki fungsi
yang sama, yaitu sebagai akibat dari fiʻl wazn ف عل faʻala dan ف عل أ afʻala. Oleh
karena itu, klausa yang mengikuti wazn إن فعل infaʻala memiliki makna klausa
pasif, meskipun bentuk dhahir-nya adalah kalimah dari غة المجهول -a’sh الصي
shigha >tul-majhu >l. Akan tetapi, berdasarkan fenomena pada hasil penelitian
dan beberapa teks yang sejenis, maka wazn إن فعل infaʻala ini dapat menjadi
opsi untuk membuat sebuah fiʻl maʻlu>m menjadi fiʻl majhu >l. Kaidah ini juga
dapat dibuktikan dengan beberapa teks terjemahan berikut:
١٢ : ﴿الرحان ان ه الد ك ة د ر و ت ان ك ف اء م الس ت ق ش ان ا ذ إ ف﴾
Fa idzan-syaqqati’s-sama>u fa ka >nat wardatan ka’d-diha >n (A’r-
Rachma >n:37)
‘Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi mawar merah
seperti (kilapan) minyak’
٣ : ﴿النفطار ان فطرت إذا السماء﴾
Idza’s-sama> un fatharat (Al-Infitha >r:1)
75
Apabila langit terbelah” (Q.S. Al-Infitha>r:1)
Dari contoh wazn di atas, maka dapat diketahui bahwa kalimat-klausa
yang berwazn إن فعل infaʻala memiliki makna klausa pasif. Akan tetapi,
perubahan klausa aktif menjadi pasif ini hanya berlaku apabila dhami >r yang
bersambung dengan wazn إن فعل infaʻala adalah dhami>r atau kata benda yang
berkedudukan sebagai subjek serta tidak dapat melakukan aktifitas, seperti
langit, bumi, batu, dan lain-lain. Akan tetapi apabila dhami>r atau kata benda
yang bersambung ini berupa subjek kegiatan serta dapat melakukan aktifitas,
maka makna yang dihasilkan adalah klausa aktif, seperti pada contoh berikut:
٣٢٤ : بنعمة من الل و فضل ﴿ال عمران ان قلب واف﴾
Fanqalabu > bi niʻmatin mina’l-La>hi wa fadhl (Ali Imra >n:174)
‘Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besarr)
dari Allah.’
(١0٢:٢00٥سوفرنوا دان أزهار, ) رؤساء القوم و أشراف هم ان ت فض و
Wan-tafadha ru’asa >ul-qaumi wa asyra >fuhum (Suparno dan
Azhar, 2005:307)
‘Pemimpin dan pemuka masyarakat beranjak.’
Kedua klausa tersebut memiliki makna aktif, karena pemimpin,
pemuka kaum, dan mereka adalah subjek yang hidup dan memiliki
kemampuan untuk beraktifitas, sehingga makna yang ditimbulkan dari wazn
عل إن ف + ضمي infaʻala+dhami >r adalah klausa aktif. Data hasil terjemahan
dengan konfiks ke-an dapat dilihat dalam lampiran 5 tabel 5.3.
76
C. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh
Shi>ghah Mafʻu >l Bahasa Sumber
Klausa pasif BSa yang disusun oleh shi >ghah mafʻu>l BSu adalah klausa
BSa yang unsur pendukungnya (predikat) disusun oleh shi >ghah mafʻu>l. Shi >ghah
mafʻu>l merupakan bentuk kata benda yang jatuh setelah fiʻl yang keberadaann ism
dapat disebutkan maupun ditiadakan serta tidak merubah bentuk fiʻl (Ghula>yaini,
2005:434). Pasif BSa dari shi >ghah mafʻu >l BSu merupakan penerjemahan dari
bentuk املفعول al-mafʻu>l menjadi kata kerja pasif. Jika dilihat dari kedudukannya
dalam kalimat, املفعول al-mafʻu>l adalah kata benda yang dikenai pekerjaan, namun
tetap menghadirkan kata kerja yang dibendakan karena املفعول al-mafʻu>l adalah ism
yang dibentuk dari kata kerja berdasarkan proses tashri >f.
Pola mafʻu>l ini terdapat 15 data dari total data 157. Pola ini terdapat pada
nomor data 107-121, yang menunjukkan adanya klausa pasif yang kedudukannya
dalam klausa menjadi objek kegiatan. Pola ini memiliki varian yang banyak,
karena berasal dari fiʻl ma>dhi yang berbeda-beda, sehingga bentuk mafʻu>lnya pun
berbeda. Pada pola ini, data-data dari teks Maulidul-Barzanjiy diberi kode (nomor
urut data)/(nomor pola wazn)/(pola)/ (halaman data pada teks Maulidul-
Barzanjiy), contoh:109/03/MF/87. Penjelasan kode data adalah data tersebut
memiliki nomor urut ke 109, data tersebut mengikuti pola ketiga yaitu pola mafʻu>l
dan diambil dari buku Maulidul-Barzanjiy halaman 87. Adapun varian-varian
mafʻu>l tersebut dapat dilihat dalam uraian berikut:
77
1) Kata Kerja dan Kata Ganti Persona
Kata ganti persona adalah kata ganti yang menyatakan orang atau
pelaku. Dalam teks Maulidul-Barzanjiy pola seperti ini dapat ditemukan
dalam data nomor 110/03/MF/11:
جيب القريب وخصها (٣٣ : ٣١۰٢)صدق، لمصطفاه اما تكون بأن امل
Wa khashshaha >l-qari >bul-muji >bu bi an taku >na umman li
mushthafa >h (Sidqi, 2013:11)
‘Yang mendekatkan lagi Maha Memperkenankan (doa) telah
mengkhususkan Siti Aminah sebagai ibu dari insan pilihan-Nya’
(Sidqi, 2013:11)
Pada klausa “ibu dari insan pilihan-Nya” terdapat kata ganti persona,
yaitu “Nya”. Kata ganti tersebut kembali kepada Allah SWT karena yang
memilih insan tersebut adalah Allah SWT. Dengan demikian kata “insan
pilihan-Nya” menjadi kata pasif karena kata tersebut menjadi tujuan atau
sasaran serta tidak melakukan aktivitas. Sebagaimana apabila diterjemahkan
dengan menggunakan prefiks di- maka akan menjadi “insan yang dipilih
oleh-Nya” sehingga terlihat bahwa kata “insan pilihan-Nya” merupakan kata
pasif. Klausa pasif ini tidak hanya menampilkan kata ganti persona sebagai
ciri-ciri pasif namun juga menampilkan kata ganti “Nya” yang fungsinya
dalam kalimat adalah sebagai objek.
Adapun dalam Bahasa Arab, klausa BSa berasal dari klausa اما
umman li mushthafa لمصطفاه >h. Klausa BSu tidak menunjukkan adanya
predikat atau kata kerja pasif, tetapi dalam BSa terdapat predikat yang berupa
kata kerja pasif oleh kata ganti persona. Perolehan kata kerja pasif ini
78
dikarenakan kata مصطفا mushthafa > merupakan bentuk mafʻu>l yang merupakan
bentuk kata benda pasif yang sering diterjemahkan menjadi kata benda pasif
atau kata benda penerima kegiatan atau sasaran kegiatan.
2) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks di-
Kata kerja pasif dengan prefiks di- dapat dilihat dalam hasil
terjemahan pada data nomor 118/03/MF/34:
: ٣١۰٢)صدق، مروية للعلماء اق وال على ي ومها وف شهرها وف ولدته عام ف واختلف ١٤)
Wakh-tulifa fi > ʻa>mi wila >datihi wa fi> syahriha > wa fi > yaumiha > ʻala> aqwa >lin lilʻulama>i marwiyyah (Sidqi, 2013:34)
‘Tahun, bulan, dan tanggal kelahiran Rasulullah SAW masih
diperselisihkan oleh berbagai pendapat yang diriwayatkan oleh
para ulama’ (Sidqi, 2013:34).
Dalam klausa BSa ditemukan klausa pasif berupa “pendapat yang
diriwayatkan oleh ulama”. Klausa pasif tersebut disusun oleh kata kerja pasif
berupa “diriwayatkan” dengan penanda pasif berupa prefiks di-. Kata
“diriwayatkan berasal dari kata مروية marwiyyah.
Kata tersebut merupakan varian ism mafʻu>l dari kata ي روى- روي
rawiya-yarwa yang berarti ‘meriwayatkan atau menceritakan’ (Al-
Munawwir, 1997:551). Kata روي rawiya merupakan kata yang disusun dari بناء
ملقرونلفيف ا bina’ lafi >f maqru >n. Kata kerja pasif tersebut mengikuti wazn مفعل
mafʻillun. Maka kata روي rawiya apabila mengikuti wazn مفعل mafʻillun
berubah menjadi مروي marwiyyun, karena yang diriwayatkan kata benda
jama’, maka kata مروي marwiyyun mendapat tambahan ta’ marbutah penanda
79
feminin. Maka makna yang dihasilkan adalah ‘yang diriwayatkan’. Hasil
terjemahan ini telah mencapai kesepadanan dalam hal makna dan bentuk,
sehingga mendapatkan nilai 3 atau akurat. Begitu juga pola seperti data
tersebut dapat dilihat pada data nomor 128 yang mendapatkan nilai 3, yaitu
kata المقضية al-maqdhiyyah yang berarti ‘yang diputuskan takdirnya’. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa kata yang mengikuti wazn مفعل mafʻillun
mencapai kesepadanan dalam penerjemahan.
3) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks ter-
Kata kerja pasif dengan awalan ter- dapat ditemukan dalam data
nomor 122/24/MSD/17:
(٢٣ : ٣١۰٢)صدق، الذى ق ربه الل فيه أدناه مقام المكافحة ال
Ila> maqa>mil-muka>fachati’l-ladzi > qarrabahu’l-La>hu fi>hi adna >h
(Sidqi, 2013:71)
‘Hingga sampailah beliau pada kedudukan terbukanya semua
tirai penghalang, di tempat itulah beliau didekatkan dan
ditemui oleh Allah’ (Sidqi, 2013:71)
Kata المكافحة al-muka>fachah berasal dari kata يكفح- كفح kafacha-
yakfachu yang berarti ‘menghadadapi’ (Al-Munawwir, 1997:1217). Pada data
ini, kata كفح kafacha mengikuti wazn يكافح- كافح ka>facha-yuka>fichu, sehingga
bentuk mafʻu >l menjadi مكافح muka>fachun. Adapun faedah dari wazn ي فاعل-
<faفاعل ala-yufa > ilu adalah untuk mengumpulkan dua benda (Yahya, 1965:14).
Berubahnya مكافح muka>fachun menjadi مكافحة muka>fachatun karena yang
dikumpulkan adalah dua benda, sehingga kata tersebut berubah menjadi
feminin karena merupakan benda tidak berakal.
80
Hasil terjemahan pada data ini mendapatkan nilai 2,8 atau akurat.
Pada data-data sebelumnya, data dengan pola املفعول al-mafʻu>l mendapat nilai
3, akan tetapi data ini hanya mendapat nilai 2,8 karena penerjemahan secara
keseluruhan terdapat kata yang kurang sesuai. Secara leksikal, makna مكافحة
muka>fachatun dalam kamus dan dalam hasil terjemahan terdapat perbedaan.
Data tersebut dapat diterjemahkan ‘Beliau sampai pada hadapan yang telah
Allah dekatkan kedudukannya’.
4) Kata Kerja Pasif dengan Sufiks -an
Sufiks -an merupakan konstruksi kata kerja pasif dengan
menggunakan akhiran. Kata kerja pasif dengan penanda akhiran –an ini
merupakan pola tambahan, contoh:Dia bertemu kenalannya di alun-alun kota.
Akan tetapi dalam teks Maulidul-Barzanjiy ini ditemukan satu bentuk lagi
yaitu kata kerja dengan sufiks –an. Data yang mengandung kata kerja pasif
dengan sufiks –an ini terdapat pada data nomor 116/23/MF/50
ران وخدمت (١٢ : ٣١۰٢)صدق، ة الفارسي بالممالك دة املعب و الن ي
Wa khamadati’n-ni >ra>nul-maʻbu >datu bil-mama >likil-Fa>risiyyah
(Sidqi, 2013:32)
‘Kemudian padamlah api sesembahan kerajaan Persia’(Sidqi,
2013:32)
Pada klausa “padamlah api sesembahan kerajaan Persia” merupakan
konstruksi pasif dengan sufiks –an. Sufiks tersebut terdapat pada kata
“sesembahan”. Kata “sesembahan” termasuk dalam kata pasif karena kata
tersebut menjadi objek atau sasaran kerajaan Persia, sehingga kata
“sesembahan” tidak melakukan aktifitas apapun. Kata “sesembahan” awalnya
81
adalah bentuk kata kerja yang kemudian mengalami proses pembendaan
karena menjadi objek, sehingga kata “sembah” apabila dibendakan akan
menjadi “sesuatu yang disembah”. Dalam klausa tersebut, sesuatu yang
disembah adalah api, sehingga kata “sesembahan” menjadi sifat dari objek
tersebut.
Adapun klausa dalam BSu dapat diketahui adanya bentuk mafʻu>l
pada kata املعب ودة al-maʻbu>dah yang dalam Bahasa Indonesia, bentuk mafʻu>l
diterjemahkan menjadi konstruksi pasif. Hal ini dapat dibuktikan dalam
Kamus Al-Munawwir (1997:887) bahwa kata املعب ودة al-maʻbu>dah memiliki
makna “sesuatu yang disembah”.
D. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun oleh
Ism Mashdar Bahasa Sumber
Ism mashdar adalah ism yang menunjukkan suatu kejadian yang tidak
menggunakan semua huruf dari fiʻl, tetapi dapat berubah lafazhnya (Ghula>yaini,
2005:140). Dalam bahasa Arab, mashdar dibentuk dari fiʻl ma>dhi, contoh: ق رأ
qara’a yang berarti membaca menjadi قرأة qira’atan yang berarti bacaan. Klausa
pasif dalam teks terjemahan Maulidul-Barzanjiy adalah klausa yang berasal dari
pola ر ي م ض + مصدر mashdar+dhami >r. Pada pola ini terdapat 17 data yaitu data nomor
122 sampai dengan data nomor 138. Pada klausa pasif BSa yang disusun oleh
mashdar BSu peneliti memberi kode (nomor urut data)/(nomor urut
pola)/(pola)/(halaman data pada teks Maulidul-Barzanjiy), contoh:
125/04/MSD/100. Penejelasan kode data adalah data tersebut bernomor urut 125,
data mengikuti pola keempat yaitu pola mashdar dan variannya serta data tersebut
82
diambil dari buku Maulidul-Barzanjiy halaman 100. Data-data dari pola ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
1) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks di-
Kata kerja pasif dengan prefiks di- dapat ditemukan dalam data
nomor 124/04/MSD/03:
(١ : ٣١۰٢)صدق، لطأ وخطاه ف خطط ا وحفظا من الغواية
Wa chifdhan minal-ghawa >yati fi> khithathil-khatha’i wa khutha >h
(Sidqi, 2013:3)
Juga memohon (kepadaNya) agar dipelihara dari ketergelinciran
yang menyebabkan terjerumus ke dalam kekeliruan (Sidqi,
2013:03).
Klausa pada data di atas dalam Maulid al-Barzanjiy berada dalam a’n-
natsr pertama atau cerita yang disajikan pertama. Adapun isi dari a’n-natsr
pertama adalah kata sambutan dari penulis yang disertai dengan doa.
Sehingga dalam data tersebut dijumpai beberapa permohonan do’a dari
penulis. Beberapa kata tersebut ada yang menggunakan konstruksi kata benda
atau mashdar dengan hasil terjemahan berupa kata kerja pasif. Kata حفظا
chifdhan bermakna ‘penjagaan’ (Al-Munawwir, 1997:279). Perubahan bentuk
mashdar menjadi kata kerja pasif tersebut terjadi karena:
a. Penerjemah menemukan kesulitan untuk menyepadankan makna
b. Penghilangan kata yang menunjukkan do’a dan penerjemah tetap harus
menerjemahkan do’a tersebut
Apabila klausa tersebut tetap diterjemahkan sesuai dengan bentuk
aslinya yaitu mashdar, maka akan membuat pembaca kurang paham bahkan
83
salah paham, sebagaimana diterjemahkan ‘penjagaan dari ketergelinciran’,
maka doa yang dipanjatkan penulis kurang dapat dipahami. Oleh karena itu,
penerjemah menambahkan kata ‘dan memohon agar dijaga’. Namun
demikian, klausa tersebut dapat juga diterjemahkan seperti ini ‘dan
penjagaan dari ketergelinciran yang menyebabkan terjerumus ke dalam
kekeliruan’, dengan menghilangkan kata ‘juga memohon’ karena kata
tersebut telah ada pada klausa sebelumnya serta mengubahnya menjadi klausa
aktif. Data hasil terjemahan yang menunjukkan kata kerja pasif dari pola
mashdar dengan penanda pasif berupa prefiks di- dapat dilihat dalam
lampiran 5 tabel 5.1.
2) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks ter-
Kata kerja pasif dengan prefiks ter- pada teks Maulidul-Barzanjiy
dapat ditemukan dalam data nomor 128/04/MSD/34:
(١٤ : ٣١۰٢)صدق، تشاه حادث بصاب يصاب ان من حذرا
Chadzaran min an yusha >ba bi masha >bi cha >ditsin takhsya >h (Sidqi,
2013:34)
‘Diserahkannya beliau untuk menghindarkannya agar jangan
sampai tertimpa musibah hingga membuat Halimah khawatir
akan keselamatannya’ (Sidqi, 2013:34).
Klausa yang bergaris bawah merupakan mashdar muawwal yaitu
kata yang diawali dengan أن مصدرية an mashdariyyah. Klausa pada hasil
terjemahan yang dihasilkan dari pola tersebut adalah klausa pasif karena
mashdar muawwal telah bersambung dengan fiʻl majhu >l yaitu kata يصاب
yusha >ba. Dalam kamus Al-Munawwir (1997:800), kata يصاب yusha >ba berasal
dari kata يصيب- أصاب asha >ba-yushi >bu yang berarti ‘menimpa’. Secara
84
keseluruhan, klausa pada hasil terjemahan tersebut kurang akurat dan kurang
sepadan karena terlalu banyak tambahan. Akan tetapi jika hanya melihat pada
pola mashdar+dhami >r saja, maka hasil terjemahan ini dinilai akurat yaitu 2,6.
Adapun alternatif penerjemahan pada keseluruhan klausa data tersebut adalah
‘agar waspada dari musibah yang terjadi menimpanya dan membuatnya
takut’.
Begitu juga penerjemahan mashdar muawwal memiliki makna klausa
pasif sebagaimana dapat ditemukan dalam Al-Qur’anul-Karim berikut:
۰١ : الل ﴿النسان أن يشاء وما تشاءون إل﴾
Wa ma > tasya>u>na illa > an yasya >a’l-La>h (Al-Insa>n:30)
‘Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu) kecuali bila
dikehendaki Allah.’
٢٨ : الل رب العالمي ﴿التكوير أن يشاء وما تشاءون إل﴾
Wa ma > tasya>u>na illa > an yasya >a’l-La>hu Rabbul-ʻA>lami >n (A’t-
Takwi >r:30)
‘Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu) kecuali bila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.’
Kedua contoh di atas merupakan klausa yang disusun oleh mashdar
muawwal. Jika pada data Maulidul-Barzanjiy mashdar berupa huruf أن
an+kata kerja pasif, maka pada contoh di atas huruf أن an+kata kerja aktif.
Hasil terjemahan yang dihasilkan juga menunjukkan klausa pasif. Oleh
karena itu, dapat diketahui bahwasannya klausa yang disusun oleh mashdar
muawwal+fiʻl majhu>l maupun kata kerja aktif dapat menghasilkan
85
terjemahan klausa pasif, namun bukan suatu keharusan untuk menerjemahkan
menjadi klausa pasif.
Selain itu, klausa pasif dengan prefiks ter- dapat dijumpai dalam data
nomor 138/04/MSD/09:
(٨ : ٣١۰٢)صدق، اليتيمة العصماء أنت فيه
Anta fi >hil-yati>matul-ʻashma>u (Sidqi, 2013:9)
‘Sedangkan engkau bagaikan liontin yang terpelihara’ (Sidqi,
2013:09).
Secara leksikal, kata العصماء ʻashma >u berasal dari fiʻl atau kata kerja
عصما-ي عصم -عصم ʻashama-yaʻshimu yang berarti ‘menjaga atau melindungi’
(Al-Munawwir, 1997:938). Adapun kata العصماء ʻashma>u merupakan mashdar
yang dalam klausa tersebut merupakan kata sifat dari kata ‘liontin’.
Anta Fi >hi Yati>matul-ʻashma >u
Subjek Konjungsi Predikat
Dalam klausa tersebut, kata benda dapat berubah menjadi kata kerja
pasif karena pada dasarnya kata العصماء ʻashma>u merupakan ism musytaq,
yaitu Ism yang diambil dari kata kerja. Sedangkan jenisnya berupa ism
mufrad. Sehingga ketika ism tersebut berkedudukan sebagai objek dalam
kalimat, maka hasil terjemahan kembali lagi menjadi kata kerja yang tidak
beraktifitas serta berubah bentuk menjadi kata kerja pasif.
3) Kata Kerja Pasif dengan Konfiks ke-an
Kata kerja pasif dengan konfiiks ke-an dapat ditemukan dalam data
nomor 139/05/ISM/03:
(١ : ٣١۰٢)صدق، وخطاه ف خطط الطأ وحفظا من الغواية
86
Wa chifdz >an minal-ghawa >yati fi > khithatil-khatha’i wa khutha >h
(Sidqi, 2013:3)
‘Juga memohon (kepadaNya) agar dipelihara dari ketergelinciran
yang menyebabkan terjerumus ke dalam kekeliruan’ (Sidqi,
2013:3).
Kata “ketergelinciran” merupakan konstruksi pasif yang disebabkan
oleh adanya sufiks ke-an. Kata tersebut berasal dari kata الغواية al-ghawa >yah.
Adapun kedudukan subjek dan predikat pada klausa tersebut adalah:
Wa Chifdzan Min Ghawa >yah
Konjungsi Subjek Konjungsi Predikat
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diketahui bahwa konstruksi
pasif BSa dapat diperoleh dari bahasa Arab yang mengandung bentuk
mashdar. Bentuk mashdar seperti kata الغواية al-ghawa>yah dapat
diterjemahkan menjadi kata kerja pasif dengan sufiks ke-an.
E. Klausa Pasif Bahasa Sasaran yang Disusun Oleh Ism Zama>n,
Maka >n dan Cha>l Bahasa Sumber
Pada sub-bab kelima ini terdapat hasil terjemahan Maulidul-Barzanjiy
yang berasal dari pola ضمي+ الو الكان املو الزمان إسم ismu’z-zama>n wal-maka >n wal-
cha>l +dhami>r yaitu kata keterangan waktu, tempat dan keadaan+kata ganti
persona. Ism zama >n adalah ism yang menunjukkan keterangan waktu, ism maka>n
adalah ism yang menunjukkan keterangan tempat, sedangkan cha>l adalah shi >fat
yang disebutkan untuk menjelaskan bentuk shi >fat yang menyusunnya (Ghula>yaini,
2005:470). Pola ini memiliki jumlah data 18, yaitu data nomor 139 sampai data
nomor 156. Klausa pasif BSa dibentuk dari klausa BSu yang mengandung ism
87
zama>n, ism maka >n dan cha>l. Klausa pasif ini dibagi menjadi tiga bagian
berdasarkan ciri klausa yang melekat pada kata kerja pasif BSa. Pada klausa pasif
BSa yang disusun oleh ism zama>n, ism maka >n dan cha>l peneliti memberi kode
(nomor urut data)/(nomor urut pola)/(pola)/(halaman data pada teks Maulidul-
Barzanjiy), contoh:145/05/ISM/11. Penejelasan kode data adalah data tersebut
bernomor urut 145, data mengikuti pola ism zama>n, ism maka>n dan cha >l serta data
tersebut diambil dari buku Maulidul-Barzanjiy halaman 11. Pada sub-bab ini,
peneliti membagi pembahasan menjadi tiga bagian.
1) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks di-
Konstruksi ini terdapat pada data nomor 145/05/ISM/11:
(٣٣ : ٣١۰٢)صدق، من صدفة امنة الزهرية مقره ن قله ال
Naqalahu ila> maqarrihi min shadafati Aminata’z-Zuhriyyah
(Sidqi, 2013:11)
‘Maka Allah memindahkan nurNya ke tempat yang telah
disediakan untuknya yaitu di dalam kandungan Siti Aminah
Zuhriyah’ (Sidqi, 2013:11).
Kata مقره maqarrihi merupakan bentuk kata benda atau ism , yaitu Ism
musytaq karena diambil dari kata kerja. Dalam ilmu sharf kata tersebut
adalah ism maka >n, yaitu kata benda yang menunjukkan tempat. Kata tersebut
berasal dari kata يقر- ق ر qarra-yuqirru yang berarti ‘menetap’ (Al-Munawwir,
1997:1105). Adapun dalam Al-Munawwir (1997:1106) disebutkan bahwa
kata المقر al-maqarru berarti ‘tempat tinggal atau kediaman’. Dalam konteks
kalimat, yang dimaksud tempat tinggal adalah kandungan, karena yang
tinggal adalah janin. Akan tetapi, dalam klausa Terjemahan ditemukan klausa
88
pasif, yaitu ‘disediakan’. Kata tersebut bukan kata asli dalam terjemah, karena
hanya sebagai tambahan saja untuk memperjelas makna ‘tempat’.
Data ini mendapatkan nilai akurat dari responden yaitu 2,6 karena
responden memandang penerjemahan dengan adanya tambahan tersebut
berfungsi untuk memperjelas makna kata sebelumnya. Bahwasannya tempat
untuk menetapnya janin itu telah disediakan yaitu kandungan. Penerjemahan
dengan pola demikian jarang ditemukan, karena kata benda penunjuk tempat
lebih sering diterjemahkan apa adanya, tidak ada tambahan dan klausa pasif
yang menyertainya. Dalam Al-Qur’anul-Karim dapat dilihat adanya pola
klausa yang sejenis, yaitu:
﴾٤٤ : النازعات﴿ منتههاإل ربك
Ila> Rabbika muntaha >ha> (A’n-Na>ziʻa>t:44)
‘Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan
waktunya).’
Namun klausa dari BSu dalam data Maulidul-Barzanjiy tersebut dapat
juga diterjemahkan harfiah menjadi ‘Allah memindahkan Nur-nya ke suatu
tempat dari kerangka Aminah Zuhriyyah’. Penerjemahan demikian juga
akurat, namun perlu ditafsirkan bahwa yang dimaksud ‘tempat dari kerangka’
adalah ‘kandungan’. Sehingga menjadi ‘Allah memindahkan nur-Nya ke
dalam kandungan Aminah Zuhriyyah’.
Adapun hasil terjemahan Maulidul-Barzanjiy yang menunjukkan
keadaan adalah pada data nomor 147/05/ISM/29:
نا طيبا ناه العناية بكحل كحولة م دهي (٢٨ : ٣١۰٢)صدق، عي
89
Thayyiban dahi >nan makchu >latan bi kuchlil-ʻina>yati ʻaina>h (Sidqi,
2013:29)
‘Tubuhnya sudah dilumuri minyak dan wewangian serta matanya
telah bercelak berkat kekuasaan Allah’ (Sidqi, 2013:29).
Kata yang bergaris bawah pada data ini adalah ism atau kata benda yang juga
diambil dari kata kerja yang dinamakan ism musytaq. Kata tersebut berasal
dari kata يدهن- دهن dahana-yadhanu yang berarti ‘meminyaki’ (Al-Munawwir,
1997:429). Sedangkan kata الدهي a’d—dahi >n bermakna ‘yang dioles (dengan
minyak atau bau-bauan dan sebagainya)’ (Al-Munawwir, 1997:429). Hasil
terjemahan tersebut mendapatkan nilai 2,4 atau kurang akurat dari responden.
Akan tetapi penerjemahan ini dapat dinilai telah akurat karena telah
sepadan bentuk dan maknanya. Dilihat dari jenis katanya, kata الدهي a’d—
dahi >n adalah اسم الفاعل ism fa> il, sehingga maknanya adalah ‘yang diolesi
minyak atau yang diminyaki’. Perolehan nilai kurang akurat karena ada
beberapa kata yang ditambahkan dalam klausa terjemah. Apabila terjemahan
secara harfiah dengan tetap mempertimbangkan kaidah BSa, maka klausa
BSu tersebut akan menjadi ‘dia telah diminyaki dan matanya telah bercelak
dengan bantuan Allah’. Penerjemahan demikian juga boleh dilakukan karena
tidak mengubah makna dari BSu dan hasil terjemahan tersebut sudah dapat
dipahami.
Adapun penerjemahan klausa pasif pada ism zama>n dapat dilihat
pada data nomor 153/05/ISM/53:
(٥١ : ٣١۰٢)صدق، ة لسابق سعادتا األزلي وقيل أخوها
Wa qi >la akhu >ha > li sa >biqi saʻa>datiha >l-azaliyyah (Sidqi, 2013:53)
90
‘Dan menurut pendapat yang lainnya lagi oleh saudara lelakinya,
kebahagiaan yang diperoleh Khadijah telah tersirat di dalam takdirnya
sejak zaman azali’ (Sidqi, 2013:53)
Kata ‘tersirat’ dalam hasil terjemah memiliki makna yang berbeda
dengan makna harfiah. Secara harfiah, kata سابق sa>biq bermakna ‘dahulu’
(Al-Munawwir, 1997:606). Adapun kata ‘tersirat’ merupakan makna
tafsiriyah. Kata ‘dahulu’ dan ‘tersirat’ memiliki perbedaan, bahwa kata
‘dahulu’ menunjukkan waktu atau adverb of time, sedangkan kata ‘tersirat’
menunjukkan kata kerja atau verba.
Meskipun beberapa data yang disampaikan sebelumnya dan secara
umum data-data yang mengikuti pola ضمي ر +ر د ص م mashdar+dhami >r adalah
masih dinilai wajar dan sepadan, namun ada data yang dinilai tidak akurat
karena tidak sepadan dan ada penambahan juga, yaitu pada data tersebut.
Kata سابق sa>biq secara leksikal bermakna ‘yang mendahului atau yang
lebih dahulu’ (Al-Munawwir, 1997:607), kata tersebut merupakan إسم<ism fa الفاعل il.
2) Kata Kerja Pasif dengan Prefiks ter-
Konstruksi tersebut terdapat dalam teks Maulidul-Barzanjiy pada data nomor
156/05/MSD/87:
(٣٢ : ٣١۰٢)صدق، ية ذوى العب ود ويشى مع األرملة و
Wa yamsyi > maʻal-armalati wa dzawil-ʻubudiyyah (Sidqi,
2013:87)
‘Dan selalu berupaya menolong para janda dan orang-orang yang
terbelenggu oleh perbudakan’ (Sidqi, 2013:87)
91
Kata ذوى العب ودية dzawil-ʻubudiyyah merupakan susunan mudha>f
mudha>f ilaih. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut tergolong dalam
klausa yang tersusun dari kata benda. Kata ذوى dzawi > bermakna ‘orang yang
memiliki’. Sedangkan kata العب ودية al-ʻubudiyyah dalam kamus Al-Munawwir
(1997:887) bermakna ‘perbudakan’. Apabila kedua kata tersebut digabungkan
menjadi ذوى العب ودية dzawil-ʻubudiyyah maka artinya ‘orang yang memiliki
perbudakan’. Akan tetapi arti yang demikian tidak dapat dipahami dan tidak
berterima pada BSa.
Sehingga penerjemahan seperti pada data hasil terjemahan tersebut
merupakan sebuah alternatif untuk menyepadankan makna dari BSu, dan kata
‘terbelenggu’ dianggap wajar dan tidak mengganggu makna yang dihasilkan
pada BSa oleh penerjemah. Kata ‘orang yang terbelenggu oleh perbudakan’
atau kata ‘orang yang memiliki perbudakan’ dapat diubah menjadi kata
‘orang yang diperbudak’. Adapun kedudukan kata tersebut dalam klausa
adalah sebagai objek, sehingga hasil terjemahan yang dihasilkan dapat diubah
menjadi klausa pasif, karena kata tersebut tidak aktif berperan, namun dikenai
pekerjaan. Sebagaimana dapat dilihat pada uraian berikut:
Wa ya yamsyi maʻa al-
armalati
wa dzawil-
ʻubu>diyyah
Konjungsi Subjek Predikat Konjungsi Objek Konjungsi Objek
Dengan demikian, maka klausa tersebut dapat diterjemahkan menjadi ‘dan
dia berjalan dengan para janda dan orang-orang yang diperbudak’.
92
Beberapa contoh data dari kata benda di atas yang diterjemahkan menjadi
kata kerja aktif, juga dapat ditemukan dalam Al-Qur’anul-Kari>m, yaitu:
٢٣ : التكوير﴿ أمي ث مطاع﴾
Mutha > in tsamma ami >n (A’t-Takwi >r:21)
‘Yang ditaati dan dipercaya.’
٦ : الطارق﴿ ذافق خلق من ماء﴾
Khuliqa min ma >in dza>fiq (A’th-Tha >riq:6)
‘Dia diciptakan dari air yang dipancarkan.’
Kata مطاع mutha> in, مي أ ami >n, dan ذافق dza >fiq merupakan kata
benda. Ketiga kata tersebut diterjemahkan menjadi kata kerja pasif. Kata مطاع
mutha> in dan أمي ami>n dalam klausa tersebut berkedudukan sebagai mafʻu>l
sedangkan kata ذافق dza >fiq adalah ism fa> il. Penerjemahan demikian akurat
serta berterima dalam BSa, karena kata yang bergaris bawah tersebut tidak
mendapat tambahan sama sekali dan diterjemahkan sesuai bentuk katanya
yaitu ism fa>il dan ism mafʻu>l.
3) Kata Kerja Pasif dengan Konfiks ke-an
Kata kerja pasif dengan konfiks ke-an pada pola ism zama>n dan
maka>n dalam teks Maulidul-Barzanjiy tidak ditemukan, karena hasil
terjemahan pada kata kerja pasif ditandai dengan prefiks di- dan ter-.
4) Kata Kerja dan Kata Ganti Pronomina
Hasil terjemahan pada pola kelima ini tidak ditemukan kata kerja dan
kata ganti pronomina yang menunjukkan konstruksi pasif.