Upload
dinhhanh
View
288
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PERANAN GURU DALAM SOSIALISASI ANAK
A. Guru
1. Pengertian
Ada banyak penafsiran mengenai guru, akan tetapi untuk mempermudah
pemahaman tentang guru, maka perlu ditinjau dari beberapa pendapat para ahli
walaupun mereka berbeda pendapat namun mempunyai maksud yang sama.
Dalam hal ini ada dua istilah yang sering digunakan, yaitu guru dan pendidik.
Menurut Dr. Zakiah Darajat, guru diartikan sebagai pendidik profesional
yang merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab
pendidikan yang terpikul dipundak ortu.1
Menurut A. G. Soejono, pendidik ia adalah orang dewasa yang
bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial, dan
sebagai individu/pribadi.2
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, guru adalah sosok arsitektur yang dapat
membentuk jiwa dan watak anak didik.3
Menurut Drs. N.A. Ametembun, guru diartikan sebagai orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik
secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah, maupun diluar sekolah.4
Menurut Dr. Kamal Muhammad ‘Isa, guru atau pendidik adalah
pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para
tokoh dan pemimpin umat.5
1 Zakiah Darajat, dkk., Ilmu Pendididikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 39. 2 A. G. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung : CV. Ilmu, , t.th.), hlm. 60. 3 Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta,
2000), hlm. 36. 4 Ibid., hlm. 32. 5 Kamal Muhammad ‘Isa, Khashaish Madrasatain Nubuwwah alih bahasa Manajemen
Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Fikahati Aneska, 1994), hlm. 64.
13
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
pengajar/pendidik profesional yang mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan pendidikan melalui beberapa peranannya, seperti membimbing,
membina, mendidik dan menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya.
2. Kedudukan , Syarat Guru
Guru merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia
yang potensial dalam bidang pembangunan. Oleh karena itu guru harus
berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam rangka
ini guru tidak hanya sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge tetapi juga
sebagai “pendidik” yang transfer of values sekaligus sebagai pembimbing yang
memberikan pengarahan kepada anak dalam belajar.
Agar dapat melaksanakan peranannya dengan baik, guru harus memiliki
syarat-syarat tertentu, antara lain : syarat profesional, syarat biologis, syarat
psikologis dan syarat pedagogis didaktis, adapun yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Syarat profesional, yang menuntutnya untuk mendidik, mengajar dan
melatih serta mengembangkan profesionalitas diri sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6
b. Syarat biologis, yakni sehat fisik, yang sehat berarti terhindar dari berbagai
macam penyakit.7
c. Syarat psikologis, yang berkaitan dengan syarat psikologis ialah sehat
rohani dan memiliki kematangan dan kedewasaan. Adapun ciri kedewasaan
6 Moh. Uzer Usaman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
hlm. 7. 7 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 2003), hlm. 255.
14
meliputi : memiliki tujuan dan pedoman hidup, mampu melihat segala
sesuatu secara objektif dan bertanggung jawab.8
d. Syarat pedagogis didaktis, yakni :
1) Knowledge, memiliki pengetahuan yang cukup dalam ilmu pengetahuan
yang diperlukan dalam kegiatan mendidik dan menguasai bahan.
2) Skill : guru harus terampil dalam melaksanakan tugasnya.
3) Attitude, memiliki sifat positif terhadap pendidikan, pekerjaan, dan
dipandang sebagai panggilan suci.
4) Kode etik jabatan guru, adanya norma-norma yang mengatur hubungan
kemanusiaan antara guru dengan murid dan wali murid.9
3. Sifat dan Sikap Profesional
Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesional. Untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik, maka selain syarat-syarat tersebut
diatas, ada beberapa sifat dan sikap yang harus dimiliki oleh guru profesinal,
yaitu : fleksibel, bersikap terbuka, berdiri sendiri, peka, tekun, realistik, melihat
ke depan, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ekspresif dan menerima diri.10
4. Peranan Guru
Peranan ialah : “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu
peristiwa; beliau mempunyai peranan besar dalam menggerakkan revolusi.11
Peranan guru dalam pembahasan skripsi ini adalah keaktifan seorang guru
dalam suatu proses kerja dimana dalam proses penampilan itu, ia tampil
sebagai sesuatu yang dimainkan.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai peranan guru, menurut A. M.
Sardiman ada beberapa peranan guru, yakni :
8 Ibid., hlm. 254. 9 Suwarsa, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), hlm. 93. 10 Ibid, hlm. 257-258. 11 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, Ed.2-Cet. 9, 1997), hlm. 751.
15
a. Informator Dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar yang memberikan informasi baik akademik maupun umum.
b. Organisator Guru berperan dalam mengelola kegiatan akademik, seperti membuat silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain.
c. Motivator Guru berperan dalam merangsang dan memberikan dorongan serta penguatan untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan aktifitas, daya cipta, sehingga terjadi dinamika di dalam proses-belajar-mengajar.
d. Pengarah Guru berperan dalam membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai yang dicita-citakan.
e. Inisiator Peranan guru dalam hal ini adalah sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar, sehingga merangsang anak agar menjadi kreatif.
f. Transmitter Peranan guru sebagai transmitter berarti ia bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator Peranan guru sebagai fasilitator berarti memberikan kemudahan bagi anak didiknya dalam proses belajar mengajar, misalnya menciptakan suasana belajar yang sedemikian rupa sehingga tercipta proses belajar-mengajar secara efektif.
h. Mediator Peranan guru sebagai mediator berarti ia sebagai penengah bagi muridnya, menengahi atau memberikan jalan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa.
i. Evaluator 12 Peranan guru sebagai Evaluator berarti menuntutnya untuk menilai sejauhmana keberhasilan siswanya. Sebagian besar orang menganggap bahwa guru adalah orang yang
membantu orang lain belajar. Ia tidak hanya menerangkan, memilih, melatih,
memberi ceramah, tetapi juga mendesain materi pelajaran, membuat
pekerjaan rumah, mengevaluasi prestasi siswa dan mengatur kedisiplinan.
Selain itu mereka juga harus menyimpan kartu catatan, mengatur kelas,
12 Sardiman A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta, 1990, hlm. 142-144.
16
menciptakan pengalaman belajar, berbicara dengan orang tua dan
membimbing siswa. Seorang guru mempunyai banyak peranan, antara lain : 13
a. Guru sebagai ahli instruksional Guru sebagai ahli instruksional berarti ia harus membuat keputusan tentang materi pelajaran dan metodenya, yang mana hal ini di dasarkan pada sejumlah faktor, antara lain : mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki siswa/murid serta seluruh tujuan yang akan dicapai.
b. Guru sebagai motivator Salah satu peranan guru yang paling penting adalah sebagai motivator. Untuk memenuhi keinginan siswa, dapat dibuat papan yang bisa diisi oleh siswa sendiri, misalnya karangan, gambar, lukisan, lelucon dan sebagainya.
c. Guru sebagai manajer Peranan guru sebagai manajer, yakni mengelola kelas yang meliputi mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi pelajaran, melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, menetapkan nilai, mengadakan rapat dengan antara guru dan orang tua murid/siswa. Selain itu seorang guru juga dituntut agar dapat mengelola bentuk kelas yang lain, meliputi : mengatur lingkungan belajar yang sehat, bebas dari masalah- masalah tingkah laku dan lain-lain.
d. Guru sebagai konselor Peranan guru sebagai konselor berarti menuntutnya harus sensitif dan peka terhadap masalah yang sedang di hadapi siswa.
e. Guru sebagai model Peranan guru sebagai model, berarti seorang guru dituntut sebagai sosok manusia yang segala tingkah lakunya baik disadari atau tidak akan dicontoh oleh murid/siswanya.
Sementara dalam kreteria yang sama peranan guru menurut Syaiful Bhari
Djamarah adalah :
a. Korektor Peranan guru sebagai korektor artinya seorang guru menilai dan mendidik serta mengoreksi semua sikap, tingkah laku, perbuatan anak didik.
b. Inspirator Peranan guru sebagai inspirator, berarti guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Misalnya dalam
13 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, PT. Grasindo, Jakarta, 2002, hlm.27-
30.
17
proses belajar sosial, yang mana tentu tidak terlepas dari pergaulan. Dalam pergaulan ini anak akan menemukan beberapa macam masalah yang komplek. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda, ada yang sensitif, cuek, baik ada yang suka jahil. Ketika anak didik terbentur tidak dapat menempatkan dirinya dengan baik maka akan terjadi kontra yang tidak terelakkan. Meskipun kontra itu harus ada sebagai pelajaran yang sangat berharga. Dalam peranannya sebagai inspirator guru memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih khusus sehingga anak didik memahaminya dan akhirnya dapat menyelesaikan masalahnya.
c. Informator Peranan guru sebagai informator berarti guru harus dapt memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tentunya di rumah anak didik menonton TV dan bisa saja anak terpengaruh dengan apa yang ia tonton. Guru sebagai informator, kemudian memberikan informasi baik yang telah ditangkap oleh anak sehingga kesalahan informasi yang mungkin anak didik terima tidak akan menjadikan rancu baginya.
d. Organisator Dalam peranannya sebagai organisator berarti guru mengelola kegiatan akademik, menyusun tata tertib, kalender akademik dan lain-lain.
e. Motivator Sebagai motivator, hendaknya guru dapat mendorong anak didiknya agar bergairah dan aktif belajar. Motivasi bisa efektif apabila memperhatikan kebutuhan anak didik.
f. Inisiator Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran.
g. Fasilitator Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik, seperti menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan menyenangkan.
h. Pembimbing Peranan guru sebagai pembimbing berarti membimbing anak didiknya agar menjadi manusia dewasa yang susila dan cakap (mandiri).
i. Demonstrator Peranan guru sebagai demonstrator berarti guru harus dapat menjadi peraga bagi anak didiknya. Apalagi jika muridnya adalah anak pra sekolah (masa estetika). Pada masa ini anak lebih suka meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Karena guru dianggap sebagai figur yang dibanggakan oleh murid. Pengaruh yang baik dari figur guru akan menjadikan anak menjadi baik pula, dapat berinteraksi dengan baik. Karena pada dasarnya ia meniru apa yang dilakukan oleh
18
gurunya, seperti yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard bahwa individu belajar dari apa yang dilihatnya, peniruan (imitation).14
j. Pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga anak didik merasa nyaman.
k. Mediator Peranan guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik.
l. Supervisor Peranan guru sebagai supervisor berarti ia dapat menilai dan memperbaiki secara kritis proses belajar yang telah dilakukan.
m. Evaluator Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran) akan tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran ).15
Kemudian dalam kriteria yang sama peranan guru menurut Earl V. Pullias dan
James D. Young, adalah :
a. A Teacher is guide b. A Teacher is a Teacher c. A Teacher is a Sercher d. A Teacher is a Counselor e. A Teacher is a Creator f. A Teacher is an Authority g. A Teacher is an Inspirer of Vision h. A Teacher is a Doer of Routine i. A Teacher is a Breaker of Camp j. A Teacher is a Storyteller and an Actor k. A Teacher is a Facer of Reality.16 Artinya : Peranan guru adalah sebagai :
a. Guru sebagai pembimbing b. Guru sebagai pengajar c. Guru sebagai pencari d. Guru sebagai konselor e. Guru sebagai pencipta
14 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1992, hlm.
257. 15 Syaiful bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 16 Earl V. Pullias dan James D. Young, A Teacher is Many Things, (Greenwich, Conn :
Faweett Publications, Inc., tt.), hlm. 32-117.
19
f. Guru sebagai penasehat g. Guru sebagai pengilham cita-cita h. Guru sebagai pekerja rutin i. Guru sebagai pembaharu j. Guru sebagai penutur cerita dan pelaku k. Guru sebagai orang yang berani menghadapi kenyataan.
Dari uraian diatas kiranya dapat diambil kesimpualan bahwa ternyata ada
banyak peranan guru, namun dari sekian banyaknya peranan guru tersebut
jika diterapkan pada anak usia pra sekolah, maka peranan yang sering
dimainkan oleh guru, antara lain : sebagai informator, organisator, motivator,
pengarah/direktor, fasilitator, demonstrator / model (suri tauladan), pengelola
kelas dan evaluator. Apabila guru yang bersangkutan memainkan perannya
dengan baik, maka tidaklah mustahil akan tercapai tujuan dari pendidikan itu
sendiri.
Dalam melaksanakan peranannya dengan baik guru menggunakan
beberapa cara atau metode dalam sosialisasi anak, antara lain :
a. Metode dongeng, yakni bertutur kata dengan intonasi yang jelas,
menceritakan suatu hal yang berkesan, menarik, punya nilai-nilai khusus,
dan mempunyai tujuan khusus.17
Bagi anak-anak penyampaian pesan tanpa mendoktrinasi sangat
penting, karena mereka tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang
tidak disukai. Salah satu cara yang cocok untuk memberi contoh
perbuatan yang baik dan buruk adalah dengan mendongeng.
b. Metode Bermain Peran (Dramatic play / simbolic play / pretend play /
make believe / fantasy play / imaginative play / role play)
Main peran ialah praktek anak dalam kehiudupan nyata, yang merupakan sebuah kekuatan yang menadi dasar perkembangan kreativitas, tahapan ingatan, kerjasama kelompok, perbendaharaan kata, konsep
17 A. Setiawan, “Ukir Perilaku Anak Dengan Dongeng”, PA-DU, (Jakarta : 25 September-25
Oktober 2004), hlm. 16.
20
hubungan kekeluargaan, pengendalian diri, ketrampilan spasial, afeksi, dan kognisi.18
Main peran terdiri dari dua jenis, yaitu : mikro dan makro. Main mikro
merujuk pada bahan bermain ukuran kecil, misalnya : kadang dengan
binatang-binatang dan orang-orang kecil, sedangkan main peran makro
merujuk pada bahan bermain dengan ukuran sesungguhnya yang
digunakan anak untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya
dokter dengan alat suntik, stateskop mainan, polisi dengan pistol-pistolan
dan lain-lain.
c. Metode keteladanan
d. Metode pembiasaan
e. Metode reward
f. Metode pujian
B. Sosialisasi Anak
1. Pengertian
Sosialisasi dalam kamus ilmiah populer, Burhani MS dan Hasbi
Lawrens diartikan sebagai suatu proses pembentukan sikap atau perilaku
seorang anak seusia dengan perilaku atau norma-norma dalam kelompok/
keluarga.19
Sueann Robinson Ambron sebagaimana dikutip oleh Samsu Yusuf LN
dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”,
mengartikan sosialisasi sebagai proses belajar yang membimbing anak ke
18 Yulianti Siantayani, Materi Pelatihan “Creative Play”: Pentingnya Bermain Bagi Anak,
(Semarang : FORUM PADU JAWA TENGAH dan PRAKTISI KB-TK-SD BUKIT AKSARA, 17-19 Januari, 2005), hlm. 8.
19 Burhani MS dan Hasbi Lawrense, Kamus Ilmiah Populer, ( Jombang : Lintas Media, t.th.), hlm. 625
21
arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota
mayarakat yang bertanggung jawab dan efektif.20
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses belajar membentuk kepribadian yang dilandasi
oleh norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan yang didiaminya
sehingga ia dapat bertanggungjawab terhadap diri dan lingkungannya.
2. Ciri-ciri Anak Usia Pra sekolah
Menurut Snowman, sebagaimana dikutip oleh Soemiarti
Patmonodewo dalam bukunya Pendidikan Anak Pra Sekolah, mengatakan
bahwa ciri anak pra sekolah, antara lain :
a. Ciri fisik, yakni umumnya mereka sangat aktif, memiliki penguasaan terhadap tubuhnya, otot besar pada jari tangan, masih kesulitan dalam memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, tubuh anak lentur, tapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak, anak laki-laki lebih besar tubuhnya dari pada anak perempuan namun dalam hal ketrampilan, anak perempuan cenderung lebih terampil.
b. Ciri sosial, yakni umumnya anak memiliki satu/dua sahabat yang cepat berganti, umumnya mereka dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman, kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak ada organisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti, anak yang lebih muda cenderung atau bersebelahan dengan anak yang lebih besar, pola bermain anak sangat bervariasi fungsinya sesuai dengan kelas sosial dan gender, perselisihan sering terjadi tetapi sebentar kemudian baik kembali, anak laki-laki cendrung lebih banyak melakukan tingkah laku agresif.
c. Ciri emosional, iri hati dan memperebutkan perhatian dari gurunya. d. Ciri kognitif, yakni umumnya dapat berbahasa, sebagian dari mereka
senang berbicara dan sebagian yang lainnya perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.21
20 Samsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,(Bandung : Rosda Karya,
2000), hlm. 123. 21 Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000),
hlm. 32-35.
22
3. Sosialisasi Usia Pra Sekolah
Perkembangan sosial merupakan bagian dari berbagai perkembangan
lainnya. Perkembangan sosial anak menururt Hurlock, merupakan suatu
proses sosialisasi untuk memperoleh kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Bagian dari sosialisasi itu, yakni belajar
berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial
yang dapat diterima dan perkembangan sikap sosial. 22
Pada usia sekitar 2 bulan anak mulai mampu ber-respon terhadap perlakuan orang lain dengan senyuman dan mampu meniru (imitasi), tingkah laku menjulurkan lidah/menutup mata. Sekitar 6-8 bulan mengembangkan kelekatan yang kuat dengan pengasuhnya (orang tua) memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pada usia 2 tahun anak-anak mencoba memantapkan identitas dirinya dan selalu menunjukkan kemampuannya dengan pernyataan “inilah saya”, dan tidak jarang pada saat ini anak dinilai sebagai anak yang keras kepala. Pada usia 3 tahun mereka memantapkan hubungannya dengan anggota keluarga dan orang di luar keluarga, mereka mulai mengembangkan strategi/siasat apa yang diinginkan dan melakukan identifikasi mengenai peran apa yang dimainkan sesuai jenis kelamin.23
Sosialisasi pada usia pra sekolah merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk ditanamkan. Hal ini dikarenakan sebagaimana diungkapkan
oleh Bijou yang dikutip oleh Arini Hidayati, mengatakan:
“…Kebanyakan Psikolog anak telah mengatakan bahwa tahun-tahun pra sekolah, dari usia 2-5 tahun adalah penting, kalau tidak yang paling penting diseluruh tahapan perkembangan, dalam suatu analisis fungsional, tahapan tersebut jelas menunjukkan kesimpulan yang sama. Tidak dipungkiri lagi itulah periode diletakkannya dasar struktur perilaku kompleks yang di bangun sepanjang kehidupan…”
Sementara itu secara ekstrem, Glueks mengatakan dan menarik
kesimpulan “bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal dapat
22 Arini Hidayati, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 31-32. 23 Soemiarti Patmonodewo, Op. Cit., hlm. 31.
23
diidentifikasikan sedini usia dua tiga tahun, karena perilaku anti
sosialnya ”.24
White sebagaimana dikutip Arini Hidayati, mengatakan bahwa “ dua
tahun pertama penting dalam meletakkan pola untuk penyesuaian pribadi
dan sosial ”. Sontag dan Kogan dan juga mengatakan bahwa perilaku
untuk berprestasi tinggi, pada usia tertentu sangat erat hubungannya
dengan pencapaian perilaku di masa depan.25
Kemampuan sosialisasi anak adalah hasil belajar yang diperoleh dari
kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan
terhadap anak. Perkembangan sosialisasi yang optimal melalui kegiatan
di kelas, anak pra sekolah dapat di kem-bangkan minat dan sikap terhadap
orang lain. tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan
perkembangan konsep diri yang positif, ketrampilan diri dan kesiapan
secara formal.
Diantara berbagai ragam di kelas ini, bermain merupakan kegiatan
yang sangat mendukung aspek sosial anak.26 Hal ini dikarenakan bermain
dapat memberikan informasi, kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak.27
Mayke, sebagaimana dikutip oleh Anggani Sundono, menyatakan
bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan pada anak untuk
memanipulasi, mengulang, menemukan sendiri, bereksplorasi dan
mempraktekkan.28 Disinilah mereka belajar mengambil keputusan,
memilih, menentukan, mencipta, memasang, membongkar,
mengembalikan, mencoba, mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah
24 Arini Hidayati, Op. Cit., hlm. 13. 25 Ibid. 26 Ibid., hlm., 31-32. 27 Anggani Sundono, Sumber Belajar dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini,
(Jakarta : PT. Grasindo, 2000), hlm. 1. 28 Ibid., hlm. 3.
24
secara tuntas, bekerjasama dengan teman dan mengalami berbagai macam
perasaan.
Masa kanak-kanak merupakan masa terpenting dalam kehidupan
seseorang, hal ini dikarenakan pada masa ini dimulainya pembentukan
diri. Anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga ia
harus diterima, diarahkan dan dididik dengan baik sehingga ia dapat
menjadi manusia yang dapat bergaul dengan baik, sopan, ajeg, matang
akalnya dan bertindak bijak.
Adapun karakteristik yang dimiliki anak menurut Muhammad Sa’id
Mursi adalah :
Banyak bergerak dan tidak mau diam, sangat sering meniru, suka menentang, tidak dapat membedakan mana yang salah dan mana yang benar, banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat, suka bermain dan bergembira, suka bersaing, berpikir khayal, senang mendapatkan ketrampilan, perkembangan bahasanya cepat, suka membuka dan menyusun kembali, berperasaan tajam (takut, marah, dan cemburu).29
Sosialisasi merupakan sebuah proses belajar sosial, yang mana anak
bergaul dengan keluarga, teman, guru atau orang lain. Melalui pergaulan
ini anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial, yakni :
pembangkangan, agresi, berselisih, menggoda, persaingan, bekerjasama,
tingkah laku berkuasa, mementingkan diri sendiri dan simpati, dengan
penjelasan yang lebih rinci sebagai berikut:
a. Pembangkangan (Negativisme) Pembangkangan, yaitu suatu bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini muncul sebagai reaski terhadap lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
b. Agresi Agresi yaitu perilaku menyerang balik secara visik maupun kata-kata. Tingkah laku ini muncul sebagai reaksi terhadap frustasi (rasa kecewa
29 Muhammad Sa’id Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah : sebuah terobosan baru dunia
pendidikan modern / Muhammad Sa’id Mursi ; penerjemah, Ali Yahya, (Jakarta : CV. Cendekia Sentra Muslim, 2001), hlm. 16.
25
karena tidak terpenuhinya kebutuhan atau keinginannya) yang dialaminya , seperti memukul, mencubit, marah, mencaci maki dan lain-lain. Dalam tahapan ini guru berusaha mereduksi dan mengurangi agretivitas anak dengan cara mengalihkan perhatiannya.
c. Berselisih/Bertengkar Berselisih biasanya timbul apabila seorang anak merasa tersinggung/terganggu oleh perilaku orang lain.
d. Menggoda (Quarreling) Menggoda merupakan serangkaian mental kepada orang lain dalam bentuk Verval (kata-kata ejekan atau cemoohan) sehingga menimbulkan reaksi marah orang yang di serangnya.
e. Persaingan (rivarly) Persaingan merupakan keinginan untuk melebihi orang lain. sikap persaingan ini tampak pada usia 4 tahun, yakni persaingan prestise.
f. Kerjsama ( Cooperation) Kerjasama yaitu sikap mau bekerjasam dengan kelompok, akhir 3 tahun / 4 tahun.
g. Tingkah Laku Berkuasa (ascendent behaviour) Yaitu sejenis tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi wujudnya, seperti meminta, menyuruh, mengancam/memaksa orang lain untuk memnuhi kebutuhan dirinya.
h. Mementingkan Diri Sendiri Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest/keinginannya . anak selalu dipenuhi keinginannya, jika tidak maka dia protes dengan menangis, menjerit/marah-marah. Dengan bertambahnya umur anak sifat egosentris makin ditinggalkan dan perhatian makin ditujukan kepada orang-orang di luar dirinya. Kemudian timbullah kebutuhan akan mengasihi disamping di kasihi, mengakui, menghargai, menerima. Perubahan ini merupakan suatu tanda kesiapannya kearah perkembangan sosial yang sebenarnya.
i. Simpati 30 Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain, mau mendekati, berbagi, bekerjasama dengannya. Seiring bertambahnya usai, dia mulai mengembangkan sikap sosialnya, yakni rasa simpati terhadap orang lain.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa jika pelaksanaan
pendidikan usia dini dapat berjalan dengan baik, maka proses pendidikan
pada usia selanjutnya akan menjadi baik pula. Sehingga keberhasilan
30 Samsu Yusuf LN, Op.Cit., hlm. 124-125.
26
pendidikan bergantung pada pendidikan usia dini. Dengan bantuan
bimbingan dari guru, maka ia akan dengan mudah beradaptasi dengan
lingkungannya. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia,
sebagai seorang manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk kita
yang tertentu dengan lambat jelas berkembang dan mewujudkan dirinya.
Dalam rangka mengarahkan anak agar dapat berkembang baik
(terutama dalam aspek sosialnya) sesuai dengan usianya maka dibutuhkan
sosialisasi. Dalam Islam dikenalkan beberapa pokok persoalan, antara
lain :
a. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia.
b. Pemeliharaan hak-hak orang lain.
c. Melaksanakan tata krama sosial yang berlaku umum.
Berbagai macam fokus persoalan diatas didasari atas penjelasan
sebagai berikut :
a. Penanaman dasar-dasar kejiwaan yang mulia
Islam telah memberikan pedoman-pedoman pendidikan utama
pada setiap jiwa anggota masyarakat, baik terhadap anak-anak maupun
orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun
pemuda dengan dasar-dasar kejiwaan yang mulia lagi mantap dan
dengan pedoman-pedoman pendidikan yang abadi.
Untuk menanamkan dasar-dasar kejiwaan ini pada jiwa
perseorangan dan kelompok, Islam telah memberikan bimbingan-
bimbingannya yang bernilai dan pesan-pesannya yang praktis agar
pendidikan sosial menjadi lebih sempurna maknanya, sehingga
masyarakat tumbuh dan berkembang atas dasar kerjasama yang
27
produktif, ikatan yang kuat, sopan santun yang luhur, saling mencintai
dan kritik diri yang konstruktif.31
Penanaman dasar-dasar kejiwaan ini setidaknya bertujuan agar
anak dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan yang
selanjutnya. Karena menurut Hurlock, ada hubungan yang erat antara
penyesuaian sosial anak dengan keberhasilan dan kebahagiaan pada
masa kanak-kanak dan masa kehidupan selanjutnya.32
Adapun dasar-dasar kejiwaan mulia yang ditawarkan dalam Islam
adalah sebagai berikut :
1) Takwa
Takwa berasal dari kata wiqayah, yang artinya terpelihara dari
kejahatan, karena adanya keinginan kuat untuk meninggalkan
kejahatan.33
Dalam penafsiranyang lain, takwa berarti memelihara diri dari
sesuatu yang dapat membawa pada dosa, yaitu dengan menjauhi
hal-hal yang di larang oleh agama.34
Takwa merupakan hasil hakiki dan buah alami emosi keimanan
yang mendalam, yang berhubungan dengan (perasaan) selalu
diawasi Allah, takut kepada-Nya, takut kepada murka dan siksa-
Nya, serta mengharapkan ampunan dan pahala dari pada-Nya.
Menurut para ulama’ takwa ialah Allah tidak melihatmu
melakukan hal-hal yang dilarang oleh-Nya, dan tidak
meninggalkan hal-hal yang diperintahkan-Nya.35
31 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Sosial Anak (Pendidikan Anak menurut Islam), PT.
(Bandung : Rosdakarya, 1990), hlm. 2. 32 Arini Hidayati, Op. Cit., hlm. 31. 33 Supiana dan M. Karman., Materi Pendidikan Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya
Offset, 2001) hlm. 232. 34 Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 236. 35 Sayyid Quthub, Fi Zhilal Al-Qur’an, Vol. I, hlm. 40.
28
Takwa merupakan benteng dari kerusakan, kejahatan, dosa dan penyakit-penyakit lainnya. Bahkan takwa merupakan sarana utama yang dapat mewujudkan kesadaran individu yang sempurna bagi masyarakatnya dan bagi setiap makhluk hidup yang ditemuinya. Agaknya bila nabi sampai mengulangi sabdanya sampai tiga kali, (At-taqwaa haahuna/ takwa itu disini), akan mempertegas betapa pentingnya dasar kejiwaan ini dalam pendidikan sosial, terutama mengenai larangan nya untuk tidak menodai kemuliaan dan membahayakan manusia.36
Dengan demikian maka guru seharusnya mendidik anak
dengan keutamaan takwa dan perasaan selalu diawasi sehingga
anak akan mengamalkannya.
2) Ukhuwah (persaudaraan sesama muslim)
Ukhuwah adalah ikatan kejiwaan yang melahirkan perasaan
yang mendalam dengan kelembutan, cinta, dan sikap hormat
terhadap setiap orang yang sama-sama diikat dengan kaidah
islamiah, iman dan takwa. Maka rasa ukhuwah yang benar ini
akan melahirkan di dalam jiwa seorang muslim perasaan-perasaan
mulia dan sikap positif untuk saling menolong satu sama lain,
mementingkan orang lain (itsar), kasih sayang dan sikap
memaafkan (dalam keadaan mampu balas dendam), serta menjauhi
sikap-sikap negatif seperti menjauhi setiap perbuatan yang
membahayakan jiwa, harta benda, nama baik, dan kemuliaan orang
lain.37
Islam telah mengajarkan pada manusia bahwa belumlah
sempurna iman seseorang jika hanya mementingkan
hubungannnya dengan Allah, tanpa mempererat tali persaudaraan
dengan sesama manusia, Allah berfirman :38
36 Abdullah Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 3. 37 Ibid., hlm. 5. 38 A.F. Jaelani, Membuka Pintu Rezeki, (Jakarta : Gema Insani, 1999), hlm. 152.
29
ضربت عليهم الذلة أين ما ثقفواإال بحبل من اهللا وحبل من الناس )112:ال عمران ...(
Artinya : “Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia…” (QS. Ali-Imron : 112).
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pokok
aturan–aturan yang terpenting bagi seorang muslim ialah
bagaimana ia dapat mewujudkan hubungan dengan Allah dan
menjalin hubungan dengan sesama manusia dengan sebaik-
baiknya. Oleh karena itu guru harus mendidik muridnya dengan
dasar-dasar ukhuwah (persaudaraan) sehingga anak didik pun akan
terbiasa dan pada akhirnya ia akan menerapkan dalam setiap
tindakannya.
Hubungan yang erat antar kerabat akan menjadikan kita lebih
mudah hidup, karena adanya upaya saling tolong menolong.
Sebaliknya, jika kita memutus tali persaudaraan akan
menjadikan kita bagaikan bangkai yang berjalan diatas muka
bumi. Orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan ini
dianggap zalim dan melampaui batas. Oleh karena itu hendaknya
para pendidik menjelaskan kepada anak didiknya akan bahaya dan
akibat buruk dari putusnya silaturahmi. 39
3) Kasih Sayang
Cinta Kasih sayang adalah fondasi ketenangan dan
kebahagiaan. Kasih sayang merupakan kebutuhan rohani yang
paling dapat dinikmati. Ketika pertama kali manusia hadir di dunia
ini, secara naluriah ia sangat membutuhkan curahan kasih sayang
39 Ibid., hlm. 53.
30
dari ibunya, tangisan bayi menangis karena ia mendambakan
sentuhan lembut seseorang.40
Kasih sayang merupakan kelembutan hati dan kepekaan
perasaan sayang terhadap orang lain, merasa sependeritaan,
mengasihi mereka, dan ikut serta menghapus air mata kesedihan
dan penderitaan mereka.41
Pemberian pengetahuan tentang kasih sayang maka akan
membantu anak didik dalam usaha sosialisasi, dengan demikian
diharapkan anak didik dapat saling menyayangi dan menjaga
sehingga tercipta hubungan yang damai diantara mereka.
4) Itsar ( mementingkan orang lain dari pada diri sendiri)
Itsar merupakan sikap mementingkan orang lain daripada diri
sendiri dalam hal kebaikan dan kemaslahatan diri yang berguna.
Itsar merupakan bagian dasar kejiwaan dari kebenaran iman dan
kebersihan jiwa.42
Sikap itsar ini yang harus diajarkan pada anak, karena anak itu
adalah manusia, yang mana merupakan makhluk sosial. Makhluk
sosial berarti makhluk yang tidak sendiri, ia bergaul dengan teman-
temannya. Dalam pergaulan ini ia diajarkan untuk dapat mengasihi
temannya, menjaganya dan mendahulukan kepentingan umum dari
pada kepentingan pribadinya.
5) Memaafkan
Memaafkan ialah perasaan jiwa yang bersikap toleran meski
lawannya orang zalim dan melampaui batas pada saat ia mampu
membalas dendam bila ia menghendakinya.
40 A. F. Jaelani, Ibid.,hlm. 127. 41 Abdullah Nashih Ulwan., Op. Cit., hlm. 11. 42 Abdullah Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 14.
31
Sikap bermusuhan merupakan kehinaan dan kerendahan karena
dalam Islam tidak diajarkan hal yang demikian. Maaf merupakan
modal dasar yang membuktikan kemantapan iman dan tingkah
laku Islam yang tinggi. Maka tidak aneh jika mendapati Al-
qur’anul karim menjelaskan masalah ini dalam banyak ayatnya,
antara lain :
a. Qs. Al-Imran : 134
الذين ينفقون في السراء والضراء و الكظمين الغيظ و العافين
.)134:ال عمران.(واهللا يحب المحسنين‘اسعن الن
Artinya :“ Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan orang). Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Qs. Al-Imran : 134).
Sebagaimana telah dijelaskan, jiwa seorang mukmin yang
berhiaskan sifat sabar, pemaaf, penyayang, dan toleran akan
menjadi contoh dalam keluhuran moral, kelembutan, dan
pergaulan yang baik terhadap yang lain, bahkan kesempurnaan,
kesucian, dan kebersihannya akan menyerupai malaikat yang
berjalan di muka bumi.43
Sikap pemaaf ini akan sangat membantu anak dalam bergaul
dengan baik.
6) Al-jurah (berani karena benar)
Al-jurah adalah kekuatan jiwa yang tinggi, yang dipancarkan
seorang mukmin dari keimanannya kepada Yang Maha Esa
(Allah), yang diyakini dari kebenaran yang dianutnya, keabadian
yang diyakininya, takdir yang diterimanya, tanggung jawab yang
dirasakannya, dan dari pendidikan yang tumbuh dewasa
43 Ibid., hlm. 17-19.
32
dengannya.44 Berani karena benar ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan keberanian anak dalam melakukan sesuatu
sehingga ia akan menjadi aktif dan kreatif..
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar
kejiwaan sangatlah perlu untuk ditanamkan mengingat pada usia anak
merupakan pondasi utama bagi perkembangan selanjutnya.
Dalam upaya mewujudkan pendidikan sosial harus dimulai dari
pembinaan individu (perseorangan) secara benar atau dengan kata lain
guru harus memahami karakter anak didiknya.
Guru atau pendidik dengan cara yang khusus, harus menanamkan
pada jiwa anak-anak mereka akidah keimanan dan takwa, moral berani
maju dan berani karena benar serta dasar-dasar kejiwaan sempurna
lainnya sehingga ia mampu berdiri sendiri, memenuhi tugasnya
sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan individu/pribadi.
b. Memelihara Hak-Hak Orang Lain
Memelihara hak-hak orang lain merupakan suatu perbuatan yang
harus dimiliki oleh setiap manusia yang hidup dalam kelompok atau
masyarakat. Diantara hak-hak orang lain, antara lain : Hak orang tua,
hak keluarga dan nasab, hak tetangga, hak guru, hak teman, hak orang
yang lebih tua, yang akan dijelaskan lebih rinci sebagai berikut :
1) Hak Orang Tua
Diantara kewajiban yang terpenting yang harus diperhatikan
oleh seorang guru/pendidik adalah memperkenalkan anak akan
hak-hak kedua orang tua mereka, yaitu antara lain ialah berbakti,
taat, berbuat ikhsan, memelihara keduanya, tidak boleh bersuara
keras apalagi mengahardik mereka, mendo’akan setelah wafat,
44 Ibid., hlm. 23.
33
dan sebagainya yang termasuk sopan santun yang semestinya
terhadap orang tua. Hal ini sesuai dengan pesan Nabi SAW agar
berbakti kepada kedua orang tua, yakni :
a) Keridaan Allah terletak pada keridaan orang tua. b) Berbakti kepada orang tua harus didahulukan dari pada jihad di
jalan Allah swt. c) Berdo’a untuk kedua orang tua setelah wafat dan menghormati
teman mereka itu termasuk pengabdian kepada orang tua. Hal ini sesuai firman Allah swt : واخفض لهما جناح الذل من الرحمة وقل رب ارحمهما آما
)24:االسراء .(ربيان صغيراArtinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan, dan ucapkanlah : wahai, Tuhanku, kasihanilah mereka kedua-duanya sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil”. (Qs. Al-Isra’ : 24 )
d) Tata krama berbakti kepada kedua orang tua. Kewajiban para
pendidik adalah mengajari anak-anak akan sopan santun bertingkah laku terhadap orang tua mereka.
e) Memperingatkan bahaya durhaka. Durhaka artinya maksiat, menyalahi perintah orang tua, tidak memenuhi haknya.45
Dalam hal ini seorang guru harus memperhatikan dasar-dasar
penting untuk menumbuhkan anak didiknya, dan mengajarkan hal
itu kepadanya agar ia dapat berbakti dan memahami hak kedua
orang tuanya. Jika anak sejak kecil dibiasakan menjalankan hak
ini dengan baik maka ia dengan sendirinya akan mampu
menghargai hak-hak orang lain.
2) Hak Tetangga
Tetangga adalah orang yang berada di kanan, kiri , atas, dan
bawah hingga 40 rumah, yang mana mereka semua mempunyai
hak, dan kita berkewajiban terhadap mereka.46
45 Ibid., hlm. 33-45. 46 Ibid., hlm. 58.
34
Adapun Hak-hak tetangga dalam pandangan Islam
dikembalikan, yakni :
a) Tidak menyakiti tetangga, antara lain ialah tidak menzinahi, mencuri, mengumpat, mencela, dan tidak menuduh kotor.
b) Melindungi tetangga dan tidak menyakitinya. Hal inilah yang membangkitkan semangat seseorang untuk menyelamatkan tetangganya jika ia terkena musibah atau bencana.
c) Berbuat baik terhadap tetangga, yakni ikut andil dalam suka maupun duka tetangga. Menanggung derita tetangga, antara lain ; menjabat tangan tetangga yang sudah menyalahinya dan melupakan kesalahan-kesalahan tetangganya. 47 Mendidik anak dengan pokok-pokok diatas, tidak akan
sempurna, kecuali dengan dua sebab. Pertama, mengajarkannya
pada saat yang sesuai. Kedua, menerapkan semua pedoman itu
secara praktis pada anak-anak yang sebaya.48
3) Hak guru
Diantara hak-hak bermasyarakat yang terpenting yang harus
diperhatikan dan diingat oleh para pendidik ialah :
Mengajari anak untuk menghormati guru dan memberikan haknya sehingga anak tumbuh denga sopan santun sosial yang tinggi terhadap gurunya. Nabi Muhammad telah mengajarkan kepada para pendidik wasiat-wasiat yang mulia, petunjuk-petunjuk yang lurus dalam memuliakan ulama’ dan menghormati guru-guru agar orang banyak mengetahui keutamaan mereka, agar wali murid melaksanakan kewajibannya terhadap guru anaknya, dan agar sesama murid mempunyai tata krama.49
Hak-hak guru yang sesuai dengan wasiat dan pesan Nabi
SAW adalah :
a) Seorang murid hendaknya bersikap tawadlu’. b) Menghormati gurunya.
47 Al-Ghazali, Ihya’ Al-Ghazali, Juz 3, Terj. Ismail Yakub, (Jakarta : CV. Faizan, 1992), hlm.
184. 48 Nashih Ulwan, Op.Cit., hlm. 58-69. 49 Ibid., hlm. 69-70.
35
c) Mengetahui hak-haknya guru dan tidak melupakan keutamaannya.
d) Mendo’akan gurunya. e) Seorang pelajar hendaknya duduk didepan gurunya dengan
sopan, tenang, dan hormat, mendengarkan, memperhatikan, dan lain-lain.50
Dengan demikian, kewajiban para pendidik ialah memberi
pemahaman akan hakekat ini dan melaksanakan amal ma’ruf
nahi munkar. Mereka harus siap membekali anak-anak mereka
dengan sifat berani karena benar sehingga musuh-musuh dan para
pengecut tidak berkutik. Kemuliaan tetap bagi Allah dan Rasul-
Nya serta bagi orang yang beriman.51
4) Hak Teman
Teman itu “pengikut”. Teman adalah orang lain yang dekat
kita disaat susah dan senang. Ia akan membantu kita saat kita
mengalami suatu masalah. Begitupun sebaliknya ketika dia sedang
membutuhkan bantuan, maka kita harus menolongnya. Oleh
karena itu, kita harus memuliakannya.
Hak-hak terpenting dalam persahabatan yang harus
ditanamkan oleh para pendidik pada masa anak-anak ialah :
a) Mendahulukan kepentingan teman dari pada kepentingan pribadi.
b) Mema’afkannya jika ia bersalah. c) Mendo’akannya, karena sesungguhnya mendo’akan teman
sama juga mendo’akan diri sendiri. d) Menjaga rahasianya, artinya tidak mengumpat/mencela baik di
belakang maupun di depannya. e) Tidak mengejek, menjahili maupun tidak menyinggung
perasaannya. f) Setia dan ikhlas.
50 Hamam Nasiruddin, Tafhim Al-Muta’allim fi Tarjamati Ta’lim Al-Muta’allim, (Magelang :
Menara Kudus, tt.), hlm. 62-67. 51 Nashih Ulwan, Op. Cit., hlm. 78.
36
g) Menjaga tali silaturahmi.52 Itulah faktor terpenting dalam mengajari anak sejak kecil
terhadap hak teman dan menghormati sahabat sehingga hal ini
akan menumbuhkan rasa sosial. Bila kecenderungan dan embrio
kemasyarakatan ini berdiri atas dasar cinta, keikhlasan, sifat
menepati janji, itsar, saling membantu dan menolong, maka
faktor-faktor integratif, perdamaian, dan kestabilan akan semakin
kokoh pada masyarakat Islam.
Dengan demikian, alangkah butuhnya masyarakat silam
terhadap para pendidik yang utama dan orang tua yang mulia
untuk mengajarkan kepada anak, sejak pertumbuhannya, dasar-
dasar pendidikan utama dan akhlak yang lurus ini sehingga anak
tumbuh dengan sifat-sifat yang mulia dan terhormat.
Para pendidik hendaknya membiasakan anak-anak kecil
mereka untuk berakhlak mulia dan luhur sehingga mereka
tumbuh berkembang dengan sifat tawadlu’ dan berakhlak mulia
dalam upaya menghormati orang dewasa, menghormati para
ulama’, serta bergaul dengan orang lain.
Akan tetapi, pada waktu yang sama pendidik harus memperingatkan dengan keras pada saat mendidik anak-anak untuk berdiri dan mencium tangan tentang dua masalah penting berikut ini. Pertama, dalam berdiri dan mencium hendaknya jangan berlebihan yang berakibat menghilangkan persamaan derajat, menodai yang hak, membunuh hakekat, penghormatan dan menghancurkan kepribadian dan jiwa anak. Kedua, hendaknya mereka tidak melampaui batas yang diperintahkan syara’ seperti terlalu membungkuk atau rukuk dalam mencium tangan.53
52 Al-Ghazali, Op.Cit., hlm. 56-101. 53 Ibid., hlm. 89-100.
37
Itulah hal terpenting yang dicanangkan Islam dalam upaya
memelihara hak orang lain. Pendidik hendaknya mendidik anak-anak
atas dasar itu sehingga secara berangsur-angsur anak-anak akan
mampu menghormati yang dewasa dan lebih tua.
Pendidik juga harus menjelaskan kepada anak didiknya pedoman-
pedoman bagaimana seharusnya menghormati orang lain dan cara
berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak diharapkan tergerak
untuk lebih menghormati orang yang mempunyai keutamaan dan
menghormati yang lebih tua usianya. Oleh karena itu alangkah
perlunya kita umat Islam kepada pendidik-pendidik yang mulia guru-
guru yang utama, yang memahami betul hakekat pendidikan dalam
Islam, dan selanjutnya berkemauan keras menyebarkan sifat-sifat
utama dan terpuji tersebut.
Jika mereka sudah meneladani semua ini dan sudah berhasil
menerapkan sistem ini, niscaya umat Islam akan segera sampai pada
benih-benih akhlak kemasyarakatan yang mulia dan tata krama Islam
yang luhur. Saat itulah orang-orang yang beriman akan bergembira ria
dengan hadirnya generasi muda, masyarakat yang utama, dan
kestabilan yang didambakan.54
c. Melaksanakan Tata Krama Sosial Yang Berlaku Umum (Disiplin
Etika Sosial)
Islam telah meletakkan sendi-sendi sosial dimana anak sejak dini
harus sudah dibiasakan menjalankan etika sosial secara umum,
dibentuk atas dasar-dasar pendidikan yang sebenarnya. Tujuannya,
bila sudah dewasa dan dapat menangkap esensi segala masalah, ia
dapat bergaul dengan sesamanya di tengah-tengah masyarakat dengan
54 Ibid., hlm. 101.
38
kebaikan yang maksimal dan simpatik, dengan cinta yang utuh, dan
dengan budi pekerti yang luhur.
1) Etika makan dan minum
a) Etika makan Makan mempunyai tata cara dan sopan santun yang perlu diajarkan kepada anak oleh para pendidik. Tata cara ini harus memperhatikan bagaimana penerapannya. Urutannya adalah sebagai berikut ;
(1) Mencuci kedua tangan sebelum dan sesudah makan. (2) Membaca bismillah pada awal makan dan alhamdulillah
pada akhirnya. (3) Jangan mencela makanan yang disediakan. (4) Makan dengan tangan kanan dan mengambil yang terdekat
dari dirinya. (5) Tidak boleh makan sambil bersandar. (6) Dibolehkan berbicara di atas makanan. (7) Disunatkan memanggil tamu apabila makanan telah siap. (8) Tidak boleh memulai makan bila ada orang yang lebih tua. (9) Tidak boleh membuang-buang makanan.55
b) Etika minum
(1) Disunatkan membaca bismillah, alhamdulillah, dan minum tiga kali, maksudnya tidak sekaligus.
(2) Minum langsung dari tempat air (teko atau yang sejenisnya) hukumnya makruh.
(3) Meniup ke dalam minuman hukumnya makruh. (4) Disunatkan minum dan makan sambil duduk. (5) Dilarang minum dari bejana emas atau perak. (6) Dilarang mengisi perut sampai penuh.56
2) Etika mengucapkan salam
Mengucapkan assalamu’alaikum mempunyai tata cara
tersendiri. Seorang pendidik harus menanamkan dan membiasakan
anaknya untuk mengucapkan assalamu’alaikum. Tertibnya hal-hal
yang berkaitan dengan assalamu’alaikum itu adalah sebagai
berikut :
55 Ibid., hlm. 101-107. 56 Ibid., hlm. 107-110.
39
a) Cara mengucapkan assalamu’alaikum Lafadz orang yang pertama mengucapkan salam adalah assalamu’alaikum meskipun yang memberikan salam itu hanya seorang, ucapan ini dijawab dengan bentuk jama’, wa’alaikumussalam.
b) Etika mengucapkan assalamu’alaikum, yakni keharusan orang yang berkendaraan memberi salam terlebih dahulu pada pejalan kaki, pejalan kaki pada yang orang yang duduk, rombongan yang jumlahnya sedikit pada rombongan yang jumlahnya lebih banyak, dan orang muda kepada orang yang dewasa.
c) Dilarang memberi salam seperti salam orang non-muslim. d) Pendidik harus memulai mengucapkan assalamu’alaikum
pada anak didik. e) Menjawab salam orang non-Muslim. f) Mengucapkan salam hukumnya sunnat dan membalasnya
hukumnya wajib.57 3) Etika berbicara
Dalam pergaulan sehari-hari etika berbicara sangatlah diperlukan karena hal ini yang akan menjadikan kita lebih mudah berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Tata cara berbicara : a) Berbicara dengan perlahan-lahan. b) Dilarang memaksakan diri untuk fasih berbicara, tidak berpura-
pura pandai dalam mengungkapkan pembicaraan dan memaksakan diri untuk fasih.
c) Pembicaraan harus dapat difahami. d) Berbicara sesuai dengan kebutuhan. e) Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepada pembicara. f) Pembicara harus memperhatikan khalayak. g) Bersikap ramah terhadap orang yang diajak berbicara pada saat
dan sesudah berbicara.58 4) Etika bergurau
Alangkah indahnya kehidupun seorang Muslim bila saat
berjumpa dengan kakeknya disertai canda, obrolan yang
mengundang tawa, berbicara dengan lembut, halus, dan dengan
57 Ibid., hlm. 113-117. 58 Ibid., hlm.133-140.
40
kata-kata menarik yang mengandung mutiara hikmah. Alangkah
baiknya jika hati itu memiliki daya tarik sehingga dengan
kelembutann pembicaraannya dan senda gurau yang menghibur
dapat menawan jiwa mereka.
Tata cara atau etika bergurau : a) Tidak berlebihan b) Tidak boleh menyakiti orang c) Menjauhi perbuatan dan perkataan dusta.59
5) Etika menyampaikan ucapan selamat
Ucapan selamat yang disampaikan seorang Muslim kepada
saudaranya merupakan amal shalih yang mendapat pahala di sisi
Allah karena perbuatan itu., bersikap lemah lembut, dan
menggembirakan orang lain menurut pandangan orang Islam
termasuk sikap pendekatan diri dalam beribadah.
Etika mengucapkan selamat : a) Menampakkan rasa gembira dan perhatian pada kesempatan
menyampaikan ucapan selamat. b) Ucapan dituturkan dengan bahasa yang lembut dan do’a
matsur, antara lain : (1) Ucapan selamat untuk orang yang dikaruniai anak. (2) Ucapan untuk orang yang baru pulang dari bepergian. (3) Ucapan selamat untuk orang yang baru pulang dari
berjihad. (4) Ucapan selamat untuk orang yang pulang dari ibadah haji. (5) Ucapan selamat pada peristiwa akad nikah. (6) Ucapan selamat hari raya. (7) Ucapan selamat untuk orang yang berbuat baik kepadanya. (8) Ucapan selamat yang dibarengi dengan hadiah.60
6) Etika menjenguk orang sakit
Sopan santun menjenguk orang sakit merupakan bagian dari
etika sosial yang penting. Para pendidik harus menaruh perhatian
59 Ibid., hlm. 141-144. 60 Ibid., hlm. 148-156.
41
hal ini untuk membiasakan anak-anak didik mereka agar di dalam
jiwa anak sejak dini sudah berakar naluri merasakan kepedihan
orang lain. Apabila gejala ini tumbuh berkembang di dalam jiwa
anak pada masa pertumbuhannya, niscaya akan berkembanglah
secara berangsur-angsur rasa cinta, mementingkan orang lain dan
rasa saling mengasihi. Bahkan naluri seperti ini akan menjadi adat
kebiasaan di dalam jiwa mereka. Mereka tidak akan menghalangi
hak orang lain dan tidak merasa berat dalam menjalankan
kewajiban, ikut bergabung dalam anggota masyarakat dalam suka
dan duka, merasakan kesenangan dan penderitaan. Inilah tujuan
luhur yang menjadi tujuan Islam dalam membentuk dan mendidik
anggota masyarakat dengan sifat-sifat yang baik dan dasar-dasar
yang luhur. Untuk mencapai semua ini Islam salah satunya
memerintahkan untuk menjenguk orang yang sakit, bahkan
perbuatan ini dijadikan salah satu hak seorang Muslim atas
saudaranya sesama Muslim.61
Etika dalam menjenguk orang sakit : a) Segera menjenguk b) Mempersingkat atau memperpanjang masa kunjungan sesuai
dengan kondisi orang yang sakit. c) Menguacapkan do’a untuk orang yang sakit. d) Mengajari orang yang sakit agar meletakkan tangannya di
tempat yang sakit dan membaca do’a yang matsur untuk dirinya.
e) Disunatkan menanyakan keadaan orang yang sakit kepada keluarganya.
f) Disunatkan penjenguk duduk di dekat kepala orang yang sakit. g) Disunatkan memberikan harapan kepada orang yang sakit
dengan kesembuhan dan umur panjang. h) Penjenguk dibolehkan meminta do’a dari orang yang sakit. i) Mengingatkan orang sakit untuk membaca laa ilaaha illa
Allah pada saat menghadapi sakaratul maut.62
61 Ibid., hlm. 158. 62 Ibid., hlm. 160-165.
42
7) Etika Bersin dan Menguap
Di antara etika sosial yang diperintahkan dan dianjurkan dalam
Islam adalah etika dan bersin.
a) Tata cara atau etika bersin yang diajarkan oleh Nabi SAW adalah :
1) Mengucapkan hamdalah, rahmah, hidayah. 2) Tidak mendo’akan (menjawab) orang yang bersin apabila
tidak mengucapkan alhamdulillah. 3) Meletakkan tangan atau sapu tangan dan merendahkan
suara sedapat mungkin. 4) Menjawab bersin sampai tiga kali. 5) Mendo’akan non-Muslim dengan yahdikumullah (semoga
Allah memberimu petunjuk). 6) Larangan mendo’akan wanita muda yang bukan muhrim.
b) Tata cara atau etika menguap : 1) Menghindari menguap sedapat mungkin. 2) Menutup mulut dengan tangan bila terpaksa menguap. 3) Mengeraskan suara saat menguap hukumnya makruh.63
Itulah dasar pendidikan yang paling nyata dalam etika sosial dan
pergaulan. Berdasarkan pembahasan diatas dapat penulis simpulkan
bahwa sosialisasi pada anak usia pra sekolah berkisar pada 3 persoalan,
yakni :
1. Penanaman dasar-dasar kejiwaan mulia yang meliputi; takwa,
ukhuwah, kasih sayang, itsar (mementingkan orang lain dari pada diri
sendiri), memaafkan disaat bisa membalas, al-jurah (berani karena
benar).
2. Pemeliharaan hak-hak orang lain, yang meliputi; menjaga hak orang
tua salah satunya berbakti kepadanya, hak kerabat atau saudara, hak
tetangga, hak guru, hak teman, hak orang dewasa.
3. Disiplin etika sosial ( melaksanakan tata krama sosial yang berlaku
umum), yang meliputi; etika makan, etika minum, etika mengucapkan
63 Ibid., hlm. 173-179.
43
salam, etika berbicara, etika bergurau, etika menyampaikan ucapan
selamat, etika menjenguk orang sakit, dan etika bersin serta menguap.
Para pendidik dewasa ini harus menghimpun semangat dan
kekuatan, serta mengoptimalkan peranannya yang kemudian
menciptakan berbagai kegiatan dalam mendidik generasi muda Islam
dengan dasar etika sosial yang luhur ini. Mereka ini harus menggembleng
anak-anak sejak dini agar buah dan hasilnya sempurna.
Dengan demikian seharusnya seorang guru atau pendidik harus benar-
benar menjadi penghubung yang riil antara murid dan lingkungannya,
yakni melakukan peranannya dengan baik dan efektif Sehingga anak
didik dapat bersosialisasi positif / baik dengan lingkungan sekitar.