30
61 BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK PUNK DI KOTA MALANG II.1. Sejarah Masuknya Punk di Indonesia Terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa Sex Pistols turut berperan dalam penyebaran globalisasi budaya, dalam hal ini perkembangan musik Punk yang tersebar di Indonesia. Hal ini mendorong generasi muda di Indonesia secara umumnya dalam membentuk band dengan substansi musik dan liriknya yang merujuk dari lagu-lagu yang dirilis oleh band Sex Pistols maupun band-band beraliran Punk yang menginspirasi lainnya (pada gelombang pertama musik Punk masuk ke Kota Malang). Bagi kebanyakan mereka yang menjalani hidup sebagai Punk, musik memang bukan hanya soal ekspresi diri, tapi juga jadi senjata perlawanan dan kritik sosial pada sistem yang menurut mereka tak sesuai. Melalui lirik-liriknya, band-band beraliran Punk secara global mengkritisi pemerintah dan ketidakadilan di dalam masyarakat global pada umumnya serta membela kaum-kaum tertindas dan lemah. 36 36 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Laporan Mendalam Nasional: Punk Tak Pernah Mati”, Loc. Cit.

BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

61

BAB II

PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK PUNK DI

KOTA MALANG

II.1. Sejarah Masuknya Punk di Indonesia

Terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa Sex Pistols turut

berperan dalam penyebaran globalisasi budaya, dalam hal ini perkembangan

musik Punk yang tersebar di Indonesia. Hal ini mendorong generasi muda di

Indonesia secara umumnya dalam membentuk band dengan substansi musik

dan liriknya yang merujuk dari lagu-lagu yang dirilis oleh band Sex Pistols

maupun band-band beraliran Punk yang menginspirasi lainnya (pada

gelombang pertama musik Punk masuk ke Kota Malang). Bagi kebanyakan

mereka yang menjalani hidup sebagai Punk, musik memang bukan hanya soal

ekspresi diri, tapi juga jadi senjata perlawanan dan kritik sosial pada sistem yang

menurut mereka tak sesuai. Melalui lirik-liriknya, band-band beraliran Punk

secara global mengkritisi pemerintah dan ketidakadilan di dalam masyarakat

global pada umumnya serta membela kaum-kaum tertindas dan lemah.36

36 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Laporan Mendalam Nasional: Punk Tak Pernah Mati”, Loc.

Cit.

Page 2: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

62

Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN

Indonesia37

Peneliti Punk Fathun Karib mengatakan, punk mulai merambah

Indonesia, khususnya Jakarta pada akhir 1980-an. Karib menyebut masa ini

sebagai periode pra-Punk Jakarta.38 Tak cuma musik, gaya berpakaian juga

37 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Laporan Mendalam Nasional: Punk Tak Pernah Mati”, Loc.

Cit. 38 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Virus Punk dan Geliat Awal Perlawanan”, CNN Indonesia,

artikel ini diakses dalam https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171127125602-20-

258328/virus-punk-dan-geliat-awal-perlawanan/1 pada tanggal 20 Januari 2019, 12.37 p.m.

Page 3: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

63

turut menandai awal masuknya Punk di Indonesia. Fashion Punk memang

berbeda dari gaya komunitas lain. Tampilan mereka unik dan kontras dengan

gaya berpakaian mainstream. Fashion (cara berpakaian) sebagai salah satu

elemen penting di komunitas Punk sudah dapat ditemukan pada periode pra-

Punk. Dandanan Punk dengan menggunakan jaket ala band Ramones bahkan

sudah terlihat pada era 1980-an.39 Punk terbentuk sebagai upaya perlawanan

terhadap budaya dominan atau counter culture. Karib meminjam perkataan

Stacey Thompson, Ilmuwan dan penulis buku Punk Productions; Unfinished

Business untuk menjelaskan tentang empat unsur utama yang mempengaruhi

pelaku dalam komunitas Punk secara historis di dalam perlawanan budaya

dominan. Menurutnya, musik, fashion, scene, dan pergerakan (pola pemikiran)

merupakan empat unsur yang hadir di dalam komunitas Punk dan tidak hadir

pada saat yang bersamaan.40 Penulis menyimpulkan pada awal mula Punk hadir

di Indonesia, pada umumya memulai ketertarikannya pada Punk melalui musik

yang berbeda dan unik dengan dibawakan dengan fashion yang unik dan

berbeda pula. Pada perkembangannya, baru lah mereka melakukan studi

lanjutan mengenai konsep yang diadopsi dari Punk dan alasan dari band-band

Punk yang mengangkat isu sosial dan politik secara global dalam musik dan

liriknya.

Band-band beraliran Punk ini mendapatkan pengetahuan mengenai

konsep yang secara umum diadopsi dalam kehidupan sehari-hari Punk di Barat

39 Ibid. 40 Ibid.

Page 4: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

64

melalui zine (sebutan dari majalah yang berukuran lebih kecil daripada majalah

pada umumnya yang diproduksi secara ekonomis oleh individu atau komunitas

kecil dengan substansi mengenai hal-hal yang mereka suka, seperti hobi, musik

dan lain-lain41) dan literatur lain seperti buku dan artikel-artikel (melalui proses

meminjam dengan para pelaku lain) yang berkaitan mengenai Punk yang

berisikan nilai-nilai etos kerja D.I.Y. (Do It Yourself) dan konsep yang diadopsi

para Punk di Barat, yaitu Anarkisme secara global. Pada implementasinya, etos

D.I.Y. ini dilakukan dengan memproduksi sendiri kebutuhan-kebutuhan dari

tiap individu yang mengadopsi konsep Punk maupun Anarkisme secara global,

mulai dari produksi merchandise band dengan tujuan menghidupi diri sendiri

maupun kelompok dan berusaha untuk tidak turut serta menjadi konsumen

maupun terlibat dalam praktek kapitalisme global. Selain itu, dalam praktik

yang lebih besar bahkan para punk di Barat ini memilih untuk bertani dengan

tujuan dapat mengonsumsi makanan bergizi yang diproduksi sendiri dan masih

banyak lagi contoh konkret yang telah dilakukan oleh para punk dalam

mengurangi konsumsi barang maupun hal-hal yang diproduksi oleh korporasi

besar.42 Penulis menyimpulkan secara garis besar, bahwa ide Anarkisme yang

diadopsi oleh para Punk yang ditandai dengan implementasi etos kerja D.I.Y.

sebagai alternatif dari gaya hidup mainstream yang tidak relevan menurut

mereka beserta budaya konsumerisme yang dianggap sebagai naluri alami

41 Cambridge Dictionary, arti kata dari “zine” yang diakses dalam website

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/zine pada tanggal 20 Januari 2019, 12.45 p.m. 42 Crimethinc. Collective, 2001, “Days of War, Nights of Love”, Canada: Crimethinc. Free Press,

hal. 74

Page 5: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

65

setiap umat manusia di muka bumi ini dan juga bentuk perlawanan terhadap

kapitalisme global.

Suara kritis kaum Punk membuat kelompok ini kerap dicap berpolitik

melalui cara mereka sendiri. Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan

menciptakan suatu masyarakat yang di dalamnya berisikan individu bebas yang

berkumpul bersama dalam sebuah kelompok kolektif. Anarkisme juga

bergerak melawan semua bentuk kendali hierarkis –baik oleh negara maupun

sistem kapitalisme— karena dinilai merugikan individu dan individualitas

mereka. Punk dengan anarkisme dinilai punya kaitan langsung karena band

yang kerap jadi kiblat kaum punk, Sex Pistol, memberi karakter kuat tentang

ideologi tersebut pada lagu “Anarchy in the U.K.”43 Pernyataan diatas

memperkuat gagasan bahwa band-band beraliran Punk dengan konsep yang

diadopsinya, yaitu Anarkisme berjalan berdampingan untuk melawan sistem

yang berkuasa dengan mengaplikasikan nilai-nilai Anarkisme dalam

kehidupan sehari-harinya.

43 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Laporan Mendalam Nasional: Punk Tak Pernah Mati”, Loc.

Cit.

Page 6: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

66

Gambar 2.2. Etos D.I.Y. yang diaplikasikan dalam kehidupan para Punk44

Berdasarkan sedikit pembahasan mengenai bagaimana musik Punk

masuk ke Indonesia seperti yang telah dikemukakan dalam pembahasan diatas,

penulis akan memaparkan lebih jauh lagi mengenai proses penyebaran

globalisasi budaya dengan substansi musik beraliran Punk ke Kota Malang

serta awal mula pembentukan band-band beraliran musik Punk ini khususnya

band No Man’s Land.

44 Ibid.

Page 7: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

67

II.2. Sejarah Masuknya Punk di Kota Malang (Gelombang Pertama)

Proses masuknya Punk di Kota Malang ini pun tidak jauh berbeda

dengan proses masuknya Punk di Indonesia secara umumnya. Begitu pun

dengan band-band influencer yang pada saat itu cukup menginspirasi

terbentuknya band-band beraliran musik Punk di Kota Malang ini sendiri. Hal

ini dikuatkan oleh perspektif Samack sebagai pengamat perkembangan musik

Underground di Kota Malang, yaitu dalam pernyataannya secara langsung

bahwa menurutnya Sex Pistols dan beberapa band beserta pengaruhnya dalam

sejarah musik Punk ini seperti Ramones, Rancid dan Greenday merupakan

band-band influence yang mempengaruhi musik band-band yang bermunculan

di Kota Malang pada awal gelombang ini muncul.45

Kota Malang merupakan kota yang secara garis besar perkembangan

musiknya cukup progresif. Punk ini dikenal oleh generasi muda di Kota Malang

pada sekitar pertengahan tahun 1990-an dengan ditandai oleh kemunculan atau

lahirnya band-band beraliran Punk pertama di Kota Malang, pada sekitar

pertengahan tahun 1990-an. Band-band tersebut antara lain, yaitu: Ingus, The

Babies, Wodka, Antiphaty, No Man’s Land dan lain-lain. Seperti band-band

Punk pada umumnya secara global, band-band yang telah disebutkan diatas juga

mengangkat isu-isu sosial dan politik secara global dalam musik dan lirik yang

mereka bawakan seperti halnya band-band influencer-nya. Adapun beberapa isu

yang diangkat merupakan isu-isu ketidakadilan yang terjadi disekitar

45 Wawancara dengan narasumber, Samack selaku Pengamat Perkembangan Musik di Kota

Malang pada 21 Januari 2019.

Page 8: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

68

lingkungan kehidupan para pelaku musik Punk di Kota Malang tersebut. Band-

band ini menjadi pelaku utama dalam proses difusi Punk di Kota Malang pada

saat itu. Adapun band-band yang telah disebutkan diatas tergabung dalam

sebuah acara musik “Parade Musik Underground” yang menjadi saksi sejarah

pertama kali band-band ini tampil didepan publik dengan membawakan genre

musik baru yang berbeda dari musik Underground pada umumnya.46

Gambar 2.3. Tiket “Parade Musik

Underground” sebagai saksi

sejarah musik Punk pertama kali

tampil didepan publik dengan

membawakan genre musik yang

baru dan berbeda bersama musik

Underground lainnya47

Gambar 2.3. diatas merupakan bukti dan saksi dalam sejarah

perkembangan musik Punk di Kota Malang. Sesuai dengan konten yang terdapat

dalam gambar diatas, acara musik pertama yang menampilkan band-band

beraliran Punk yang telah disebutkan diatas tersebut tidak hanya menampilkan

band-band beraliran musik Punk, namun juga diisi dengan band-band beraliran

46 Ibid. 47 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, pengamat perkembangan musik di Kota Malang

sebagai salah satu narasumber dalam penelitian ini yang berjudul “Pada Suatu Hari di Dekade

yang Lalu…”, diakses dalam website https://sesikopipait.wordpress.com/2012/07/18/pada-suatu-

hari-di-dekade-yang-lalu/ pada tanggal 20 Januari 2019, 04.08 p.m.

Page 9: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37
Page 10: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

68

Underground secara umumnya, seperti Metal, Grindcore serta musik

Underground lainnya. Bahkan, pertunjukan musik atau yang lebih dikenal

dengan sebutan gigs (sebutan lain untuk “pertunjukan musik”) tersebut

merupakan event pertama dari musik-musik Underground di Kota Malang yang

diselenggarakan pada 28 Juli 1996. Acara musik tersebut pun tidak memiliki

sponsor maupun donator sama sekali karena selain acara tersebut pun baru

pertama diselenggarakan di Kota Malang, tetapi mereka pun cukup pesimis jika

ada sponsor yang mau mendanai acara musik ini. Oleh sebab itu, acara ini pun

murni bermodalkan biaya kolektif dari panitia dan mengandalkan tiket berbayar

Rp. 2000 yang selanjutnya digunakan dalam penyewaan sound system, sewa

tempat, publikasi dan kebutuhan acara lainnya.48 Penulis melihat etos kerja

D.I.Y. pun sudah mulai dipahami dan diaplikasikan pada penyelenggaraan

pertunjukan musik (gigs) saat itu.

Adapun list dari band-band yang pada saat itu tampil, yaitu: Ritual

Orchestra, Knuckle Head, Confusion, Sektor Death, Zombie, Succubus, Radical

Squadron, Hippies Local, Glorious Butchered, Brain Maggots, Vindictive

Saviour, Satanaz, Mutant, Courvoisier, Sacrificial Ceremony, Obnoxious,

Sinner (Surabaya), Grindpeace, Santhet, Ingus, Sekarat, Musyrik, Bangkai,

Genital Giblets, No Man’s Land, The Babies, Perish, Slowdeath (Surabaya) dan

Rotten Corpse.49 Sejak saat itu, perkembangan musik Underground pada

umumnya dan musik Punk secara khusus mulai merajalela di Kota Malang, dari

48 Ibid. 49 Ibid.

Page 11: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

69

pembentukan band-band beraliran Underground hingga penyelenggaraan gigs

secara mandiri maupun berdampingan dengan sponsor-sponsor lokal. Pelaku

utama dari difusi globalisasi budaya, dalam hal musik Punk seperti yang telah

dijelaskan diatas ini pun merupakan orang-orang lokal ini sendiri.

Selain itu, gigs besar pertama yang menjadi saksi sejarah dari

penampilan genre musik Punk berdampingan dengan musik Underground

lainnya ini menjadi momentum sejarah yang mengawali perkembangan musik-

musik berlatar belakang Underground di Kota Malang yang mendorong

generasi muda untuk dapat berkembang melalui karya musik.

Dalam perkembangannya, band-band beraliran Punk tersebut

membangun beberapa scene (lingkungan komunitas yang berdasarkan

kesamaan hobi, minat atau idealisme) yang berdiri berdasarkan wilayah tempat

tinggal mereka masing-masing.50 Contohnya, yaitu scene Bareng, Mitra 2,

Dinoyo, dan lain-lain. Melalui scene tersebut lah para pelaku musik Punk ini

berbagi pengetahuan mengenai ideologi dan konsep-konsep maupun nilai-nilai

yang diadopsi dari Punk secara global untuk diaplikasikan di Kota Malang ini.

Melalui scene ini pula, para pelaku musik tersebut berhasil menyalurkan

aspirasi berupa karya musik, produksi zine yang berisikan karya berupa

gambar, artikel mengenai isu sosial dan politik secara global, review musik,

dan pengetahuan mengenai ide-ide Anarkisme serta informasi mengenai

kontak dari koneksi pertemanan yang memproduksi merchandise band seperti

t-shirt serta rilisan musik fisik yang juga diproduksi secara mandiri dan

50 Wawancara dengan narasumber, Samack, Loc. Cit.

Page 12: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

70

diperjual-belikan melalui media promosi mandiri mereka, yaitu melalui zine.

Pada kenyataannya, eksistensi zine di Kota Malang ini pun diadopsi dari zine-

zine yang juga disebarkan pada proses persebaran musik Punk di Barat,

contohnya Profane Existence, MRR (Maximum Rock n Roll), dan lain-lain.51

Peran media radio pada saat itu juga masih aktif men-support komunitas ini.

Selain Senaputra, beberapa radio swasta dan eksperimen kampus juga mulai

membuka airtime-nya untuk berbagai jenis musik keras. Salah satunya adalah

radio Bhiga FM milik unit kegiatan mahasiswa Unmer Malang.52

Melalui scene-scene tersebut pun mereka menjadikannya sebagai

wadah aspirasi dan perkumpulan pelaku musik Punk ini, mereka melakukan

kegiatan kolektif lain dengan tujuan menunjukkan eksistensi scene ini dan

musik Punk secara umum kepada publik. Kegiatan-kegiatan ini meliputi,

mengorganisir gigs, membuat album kompilasi dari beberapa band dengan

latar belakang scene yang berbeda, dan kegiatan positif berlandaskan konsep

yang mereka adopsi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa musik Punk di Kota

Malang ini bersifat dinamis dan cukup progresif dalam perkembangannya di

Kota Malang ini sendiri.53

No Man’s Land tercatat sebagai band Malang pertama yang mampu

membuat demo dan memasarkannya secara gerilya kepada publik. Keberanian

51 Craig O’Hara, Op. Cit., hal. 41 52 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, pengamat perkembangan musik di Kota Malang

sebagai salah satu narasumber dalam penelitian ini yang berjudul “Sebuah Kisah dari ‘Bawah

Tanah’ Kota Malang”, diakses dalam website

https://sesikopipait.wordpress.com/2012/07/18/sebuah-kisah-heroik-dari-bawah-tanah-kota-

malang/ pada 20 Januari 2019, 05.03 p.m. 53 Wawancara dengan narasumber, Samack, Loc. Cit.

Page 13: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

71

band Punkrock tersebut untuk merilis album Separatist Tendency menjadi

sangat fenomenal. Sebab ketika itu, nama mereka notabene masih sangat baru

dan belum terlalu dikenal publik. Tanpa diduga, Separatist Tendency berhasil

terjual dari tangan ke tangan dan menjadi salah satu album lokal yang klasik

hingga sekarang.54

Gambar 2.4. Cover Album pertama dari band No Man’s Land “Separatist

Tendency” (dirilis pada 12 Desember 1995)55

Dalam perkembangannya, kemunculan label-label rekaman lokal

seperti Confuse Records, Bittersounds, Raw Tape, atau Youth Frontline

semakin membuat perkembangan musik Underground secara umum di Kota

Malang ini terlihat semakin progresif dan bergairah. Beberapa rekaman lain

yang sempat beredar ketika itu antara lain; Keramat “Approximate Death”,

54 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, “Sebuah Kisah Heroik dari ‘Bawah Tanah’ Kota

Malang”, Loc. Cit. 55 Gambar cover album diambil dari website resmi dari No Man’s Land, diakses dalam website

https://nomansland94.bandcamp.com/album/separatist-tendency pada tanggal 20 Januari 2019,

04.39 p.m.

Page 14: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

72

Bangkai “For What?!”, Extreme Decay “Bastard”, Mystical “Sawan

Bajang”, Horrid Truth/Boisterous “Split”, Antiphaty “W.A.R”, No Man’s

Land “Punkrock & Art-School Drop Outs”, Don’t Regret “Violence

Cause”, Stolen Vision “They Makes Me Stronger”, The Babies “Malang City

Punk Rocker”, dan masih banyak lagi.56

Tidak hanya dalam hal rekaman, di sektor pertunjukan musik/gigs pun

para generasi muda di Kota Malang pada saat itu juga tidak mau ketinggalan

dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta. Berbagai jenis

pertunjukan musik/gigs yang dikelola secara mandiri mulai digelar di berbagai

daerah di Kota Malang. Bahkan pada tahun yang sama sesaat setelah PMU

(Parade Musik Underground) pertama digelar, beberapa dari pelaku yang sama

pun mencoba untuk menciptakan momentum yang serupa dengan gigs tersebut.

PMU 2 digelar kembali padatanggal 8 Desember 1996 dengan band-band baru

yang mulai bermunculan. Jumlah komunitas Punk yang menghadiri gigs

tersebut pun dua kali lipat jauh lebih banyak daripada PMU pertama.

Efektifitas dari PMU 2 ini pun lebih dirasakan pada para penyelenggara gigs

dan sejak saat itu pun gigs-gigs serupa mulai bermunculan.57 Kebanyakan gigs-

gigs tersebut muncul dengan nama titel acara yang unik, seperti Independent,

Konflik, Spektakuler, Pakis Parah, Expose, MCHC (Malang City Hardcore),

The Sound of Fury, dan lain sebagainya.58 Hal ini lah yang kemudian menjadi

56 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, “Sebuah Kisah Heroik dari ‘Bawah Tanah’ Kota

Malang”, Loc. Cit. 57 Adhib Mujaddid, 2019 (cetakan kedua), 20 Tahun No Man’s Land: Konsistensi di Skena

Skinhead dan Punk, Malang: Pelangi Sastra, hal. 27 58 Ibid.

Page 15: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

73

tolak ukur penulis dalam menanggapi produktivitas dan perkembangan

progresif dari para pelaku yang terlibat dalam perkembangan musik

Underground secara umumnya dan musik Punk secara khususnya di Kota

Malang.

Dalam bidang fashion dan penampilan para Punk pada saat itu

(gelombang pertama) dapat dikatakan serba seadanya, mulai dari sepatu boot

PDL yang biasa digunakan militer dan didapatkan secara mudah di Pasar Besar

Malang, spike handmade yang dibuat sendiri dari besi, rantai dan gembok serta

kaos yang dicoret-coret. Namun, beberapa dari para Punk tersebut pun lebih

beruntung karena dapat membeli kaos impor bergambar band Punk favorit

mereka. Sementara itu, lem kayu menjadi hal wajib untuk dapat membentuk

rambut Mohawk yang sebelumnya telah diwarnai menggunakan cat semprot.

Para Punk tersebut membaur menjadi satu dan saling bertabrakan pada saat

sebuah band beraksi diatas panggung yang kemudian disebut pogo.59

Salah satu band yang lahir didalam gelombang pertama ini akan penulis

bahas lebih lanjut dalam pembahasan selanjutnya dan secara langsung akan

menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini, yaitu band No Man’s Land.

Band No Man’s Land ini merupakan hasil produk dari proses globalisasi dan

akulturasi budaya yang terjadi pada era awal budaya musik Punk ini masuk ke

Kota Malang. Selain menjadi sebuah hasi lproduk dari globalisasi budaya

tersebut, band No Man’s Land menjadi salah satu pelaku yang aktif dalam

proses perkembangan globalisasi budaya musik Punk hingga saat ini.

59 Ibid., hal. 24

Page 16: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

74

Perjalanan musik dari band No Man’s Land ini bahkan mencapai 24 tahun

hingga akhir perjalanan musiknya di tahun 2018. Hal ini lah yang kemudian

menjadi hal menarik bagi penulis untuk menjadikan band ini sebagai subjek

penelitian khususnya dalam penelitian ini.

II.3. Perkembangan Musik Punk di Kota Malang

Menginjak 2004 hingga 2007 perkembangan records label lokal mulai

menyurut, begitu pula gigs di Kota Malang ini. Hanya ada sedikit band yang

merilis karya melalui label rekaman lokal dan banyak yang memproduksi

maupun merilis album atau lagu mereka sendiri secara kolektif antar personel

band menggunakan alat-alat yang disewa atau milik pribadi.60 Perkembangan

musik di Kota Malang mengalami sedikit kemunduran dengan label-label

rekaman lokal yang mulai tidak aktif seperti di era sebelumnya. Selain itu, zine

yang diproduksi secara mandiri oleh para pelaku musik, seperti Mindblast oleh

Samack dan Escort sudah tidak aktif produksi sejak 1998. Hal ini secara

otomatis mempengaruhi pertunjukan musik/gigs lokal yang tidak se-masif

seperti era sebelumnya. Fenomena tersebut rupanya didorong oleh proses re-

generasi di dalam scene itu sendiri. Faktor seleksi alam mulai terjadi di tubuh

komunitas underground saat itu –baik secara personal maupun kelompok atau

band. Teori evolusi ‘survival of the fittest’ mulai menampakkan diri, dan

60 Artikel dalam blog milik Tarung Records selaku label rekaman lokal yang turut membantu dan

mendukung penciptaan karya para pelaku musik Punk di Kota Malang, “Industri Record Label

Kota Malang Awal dan Sekarang”, diakses dalam website

https://tarungrecords.wordpress.com/2016/10/07/industri-record-label-kota-malang-awal-dan-

sekarang/ pada 29 Januari 2019, 12.08 p.m.

Page 17: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

75

pepatah ‘only the strong will survive’ menjadi ada benarnya dalam sebuah

proses pertumbuhan. Alasan lainnya adalah imbas dari perubahan global pasca

krisis ekonomi dan orde reformasi –dimana saat itu peran industri dan

tekhnologi makin mendominasi. Masyarakat menjadi lebih ekonomis dan

praktis dalam berpikir serta arus informasi dan trend makin deras yang tidak

dapat terbendung lagi. Kondisi itu memang berlangsung singkat dan

menjadi shock therapy sejenak.61 Dalam hal ini, masuknya internet pun

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi. Selain itu, penulis menilai

bahwa semakin banyaknya globalisasi budaya yang masuk pada saat itu

membuat mereka tidak konsisten terhadap pilihan yang lebih bervariasi dan

dapat menmpengaruhi kehidupan mereka sendiri kedepannya.

Di masa-masa awal yang berat itu, sejumlah band mencoba tetap

bertahan dalam ruang aktivitas yang makin sempit dan terbatas. Namun

sebagian telah memilih bubar, vacuum, atau membuat band baru dengan

konsep musik yang lebih aktual. Hanya konsistensi yang berhasil memaksa

mereka tetap eksis bergerak dan berkarya. Sejumlah band baru mulai muncul,

berkarya dan tampil di panggung lokal. Beberapa nama yang bisa dicatat antara

lain Begundal Lowokwaru, No Lips Child, Primitive Chimpanzee, Freshwater

Fish, Screaming Factor, Nugatoria dan masih banyak lagi. Selain itu, internet

pun menjadi peran penting dalam hal publikasi band melalui media sosial

seperti Friendster dan MySpace.62

61 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, “Sebuah Kisah Heroik dari ‘Bawah Tanah’ Kota

Malang”, Loc. Cit. 62 Ibid.

Page 18: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

76

Ketika itu fenomena distro (distribution outlet) juga mulai merambah

Kota Malang. Pada awalnya memang distro, shop dan clothing company itu

berasal dari ide dan gerakan para aktivis scene musik lokal. Generasi

pertama distro dan shop lokal yang muncul di Malang antara lain Smash, Plus-

Minus, Red Cross, Inspired, Nitro, dan Libertarian. Kemudian, makin

berkembang lebih banyak dan beragam seperti Magnetic, Rock Bandits,

Childplays, Realizm, Revolver 99, Anthem dan sebagainya.

Keberadaan distro memang cukup membantu perkembangan scene

underground, terutama dalam hal distribusi produk lokal seperti album

rekaman dan merchandise (barang dagangan berupa kaos, sweater, pin,

emblem, dan sebagainya). Distro-distro tersebut juga kerap mendukung

produksi gigs lokal, baik itu sebagai promotor maupun sponsor. Dalam

perkembangannya distro juga menjadi alternatif scene yang menarik dan

sering dijadikan tempat berkumpulnya komunitas underground.63 Selain itu,

keberadaan distro-distro ini pun menunjang distribusi karya dalam bentuk

rilisan fisik musik dari band-band underground tersebut yang berasal dari

dalam maupun luar Kota Malang sendiri.64

Selain kemunculan distro dan kemunculan band-band baru dengan sub-

genre Punk yang serupa pada awal kemunculannya, scene baru dengan latar

belakang hobi extreme sport seperti skateboard dan BMX pun turut serta

mewarnai perkembangan musik underground di Kota Malang secara

63 Ibid. 64 Artikel dalam blog milik Tarung Records, “Industri Record Label Kota Malang Awal dan

Sekarang”, Loc. Cit.

Page 19: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

77

umumnya. Para pelaku extreme sport tersebut pun cenderung menyukai musik-

musik keras seperti Punk, Hardcore (HC), dan lain-lain. Mereka kerap ditemui

sedang berlatih di sejumlah spot seperti di jalan Panggung, Ijen, Balai Kota,

serta pelataran kampus-kampus yang ada di Malang.65

Awal 2008 menjadi titik balik perkembangan dari scene Malang,

terutama pada label rekaman yang seakan lenyap bahkan “mati suri”. Dengan

semangat D.I.Y., bermunculan label baru seperti Tarung Records, Pedasedap

Records, Anti Label Records dan beberapa label lainnya. Meski berkurangnya

animo penikmat rilisan fisik, tak mengurangi minat mereka untuk

mendokumentasikan sebuah karya untuk disebarluaskan. Melalui talent baru

yang ditemukan dari studio gigs yang diselenggarakan dan membantu mereka

mewujudkan untuk membuat sebuah rilisan fisik untuk band tersebut.66

Pada era ini, konsistensi dalam berkarya maupun lirik dan musik yang

dihasilkan mereka akan teruji dalam konteks yang lebih luas. Lirik-lirik yang

dibawakan juga tidak hanya ditujukan kepada elit politik maupun isu-isu sosial

dan politik secara global, namun hal personal dalam kehidupan yang dijalani

pun akan menjadi inspirasi tersendiri dalam menciptakan karyanya dan di sisi

lain dapat mendorong perkembangan musik Punk ini sendiri untuk lebih

menarik para penyukanya.67 Contoh lirik yang mengangkat hal personal, yaitu

lagu “True To Myself” milik band No Man’s Land dalam albumnya True To

65 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, “Sebuah Kisah Heroik dari ‘Bawah Tanah’ Kota

Malang”, Loc. Cit. 66 Artikel dalam blog milik Tarung Records, “Industri Record Label Kota Malang Awal dan

Sekarang”, Loc. Cit. 67 Wawancara dengan narasumber, Samack, Loc. Cit.

Page 20: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

78

Myself yang dirilis pada tanggal 22 Juli 2017. Lagu ini mengajak pendengar

untuk berperilaku sesuai dengan apa yang diyakini dan melakukan apa yang

dianggap benar. Tidak menjadi palsu atau berbohong karena jujur pada diri

sendiri itu butuh keberanian untuk mau introspeksi diri, tulus, berpikiran adil

dan terbuka.68

Selanjutnya, penulis akan memaparkan lebih lanjut mengenai

perjalanan musik yang dilalui oleh band No Man’s Land dimulai dari pengaruh

yang terjadi sebelum hingga sesudah terbentuknya band No Man’s Land

sebagai produk globalisasi budaya di Kota Malang.

II.4. Perjalanan Musik dari Band No Man’s Land

Sebelum band No Man’s Land ini terbentuk, para pelaku yang

terlibat didalamnya mengakui bahwa pengaruh besar yang terjadi yaitu pada

proses difusi globalisasi budaya (musik Punk) melalui industri budaya. Para

pelaku mulai terpapar globalisasi budaya yang dimaksud diatas melalui media

massa yang telah dapat diakses pada masa itu, yaitu televisi (MTv/Music

Television). Selain televisi, para pelaku mendapatkan beberapa referensi musik

seperti band Sex Pistols, Rancid, Green Day dan lain-lain melalui kaset tape

maupun CD yang sudah mulai tersebar pada masa itu. Pengaruh besar terjadi

pada persebaran zine sebagai media yang mengubah pandangan dan perilaku

68 Artikel dalam blog pribadi milik Samack, pengamat perkembangan musik di Kota Malang

sebagai salah satu narasumber dalam penelitian ini yang berjudul “Sebab, Jujur Itu Punk!”, diakses

dalam website https://sesikopipait.wordpress.com/2017/07/24/no-mans-land-resmi-melepas-

album-ketujuh/ pada tanggal 21 Januari 2019, 09.08 a.m.

Page 21: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

79

dari pada para pelaku dalam kehidupan sosial masing-masing. Zine dengan

substansi pengetahuan yang belum pernah didengar dan dilihat sebelumnya ini

menarik pandangan mereka dalam menyikapi isu-isu sosial disekitarnya, baik

secara domestik maupun secara global. Pada umumnya, zine yang tersebar

dalam kelompok yang mengatasnamakan Punk di Kota Malang ini berisikan

mengenai ide-ide yang diusung oleh kelompok tersebut secara global dalam

memandang sistem pemerintahan serta elit-elit yang berkuasa sebagai pelaku

penindasan ataupun ketidakadilan yang terjadi terhadap masyarakat kelas

menengah ke bawah.69 Selain industri budaya yang telah disebutkan diatas

sebagai bagian dari budaya Barat (musik Punk) yang tersebar dalam generasi

muda di Kota Malang tak terkecuali oleh para pelaku yang terlibat dalam Band

No Man’s Land ini, faktor utama dari lahirnya subgenre baru dalam generasi

muda ini, yaitu eksistensi dari kelompok Underground yang telah lebih dulu

ada dalam masyarakat Kota Malang. Kelompok ini berhasil memberikan

pengaruh bahwa adanya subgenre musik yang dapat diadopsi sebagai bagian

dari kelompok musik Underground dengan substansi musik yang lebih cepat,

keras dan tegas dalam menyampaikan lirik-lirik yang berisikan kritik terhadap

penguasa dan sebuah sikap dalam menanggapi isu sosial yang terjadi disekitar

mereka baik secara domestik maupun secara global, yaitu musik Punk.70 Selain

itu, lifestyle serta pandangan dalam menjalani kehidupan mereka dibawah

kuasa sistem pemerintahan maupun sistem yang mengatur atas diri mereka

69 Prima Gumilang dan Oscar Ferry, “Laporan Mendalam Nasional: Punk Tak Pernah Mati”, Loc.

Cit. 70 Wawancara dengan narasumber, Samack, Loc. Cit.

Page 22: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

80

dianggap tidak relevan dengan kebebasan yang diusung oleh para punk secara

global. Hal ini kemudian mendorong para pelaku untuk melalui proses kognitif

dengan tujuan mengembangkan diri mereka dengan pengetahuan yang mereka

dapat melalui zine maupun literatur lain yang dapat mendukung pandangan

mereka tersebut.71 Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, eksistensi dari

kelompok Punk yang telah ada di kawasan Pulau Jawa, seperti Jakarta dan

Bandung turut berpengaruh dalam proses difusi budaya seperti yang telah

dijelaskan diatas.

Melalui proses yang telah dijelaskan diatas Didit Samodra selaku

vokalis dan gitaris band No Man’s Land yang menginisiasi hal-hal tersebut dan

membentuk band No Man’s Land yang lahir pada tahun 1994 dan

menghasilkan karya pertamanya pada tahun 1995, yaitu album Separatist

Tendency yang diproduksi secara mandiri (D.I.Y.). Dalam perkembangannya,

band No Man’s Land bekerjasama dengan beberapa records label lokal dalam

menghasilkan karya-karya selanjutnya serta dengan beberapa records label

internasional karena ketertarikan pihak records label tersebut dengan karya-

karya yang dihasilkan oleh band No Man’s Land. Dalam perkembangannya,

band No Man’s Land ini pun lebih cenderung mengarah kepada salah satu dari

sekian banyak jenis musik punk ini, yaitu Oi! yang merupakan gabungan atau

percampuran dari Punk dan Skinhead, namun pada dasarnya masih dalam satu

akar yang sama, yaitu Punk itu sendiri.72 Selain itu, band No Man’s Land

71 Wawancara dengan narasumber, Didit Samodra (44 tahun) selaku pelaku musik Punk (vokalis

sekaligus gitaris dalam band No Man’s Land) di Kota Malang pada 15 Februari 2019. 72 Adhib Mujaddid, 2019 (cetakan kedua), Loc. Cit., hal. 1

Page 23: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

81

sendiri memilih untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam lirik-liriknya

karena No Man’s Land tidak ingin adanya keterbatasan bahasa dalam karya

mereka sendiri baik antar negara maupun golongan-golongan lainnya untuk

dapat dipahami secara universal oleh siapapun dan dimanapun.73

Sejak berdirinya band No Man’s Land pada tahun 1994, band ini sendiri

telah mengalami banyak pergantian personil hingga pada akhirnya

memutuskan untuk membubarkan No Man’s Land pada tahun 2018 lalu.74

Penulis melihat bahwa konsistensi bermusik dari Didit Samodra selaku vokalis

sekaligus gitaris dari No Man’s Land ini tidak perlu diragukan lagi, terlihat dari

karya yang telah dihasilkan dari 1994-2018. Berikut merupakan karya-karya

dari band No Man’s Land yang diinisiasi oleh Didit Samodra, antara lain:

No Man’s Land Discography 1994-201875:

1. Separatist Tendency (Demo Rehearsal) self released 1995.

2. Punks and Artschool Dropouts, KDHC 1996.

3. Punks Hey Punks, Phisik Scream Ent. (Malaysia) 1998.

4. Grow Away from The Society, Confuse Records 1999.

5. All Together Now, Raw Tape Records 1999.

6. Scattered Around and Buried, OiShop Records (Germany) & Fleisch

Produkt (Germany) 2012.

7. The Best of 1994-2012, Aggrobeat Records (Netherlands) 2012.

73 Ibid., hal. 15 74 Wawancara dengan narasumber, Didit Samodra, Loc. Cit. 75 Ibid.

Page 24: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

82

8. Malang Skinhead, split EP 7”, Aggrobeat Records (Netherlands) & Poink

Records (Germany) 2014.

9. Split EP 7” with SWR (England), Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty

Knife Records (France) & FFC Production (France) 2014.

10. No Way Back Home LP/CD, Aggrobeat Records (Netherlands) 2014.

11. Unarmed, Cassette, Aggrobeat Records (Netherlands) 2015.

12. The Way We Feel EP 7”, Aggrobeat Records (Netherlands) 2015.

13. Live and Loud CD, Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty Knife Records

(France), MLG (Indonesia) 2016.

14. True to Myself CA/CD, Aggrobeat Records (Netherlands), Rusty Knife

Records (France), Has Been Mental (France) 2017.

15. Split with Contingent Anonyme EP 7”, Anggobeat Records (Netherlands),

Rusty Knife Records (France) 2017.

16. Single Collection CA, Self Released 2018.

17. Cover story CA, Self Released 2018.

18. Rare and Exotic CA, Exclusive only on Box Set, Self Released 2018.

19. History of No Man’s Land CA, Exclusive only on Box Set, Self Released

2018.

20. Oi! Against Racism EP 7”, Rusty Knife Records (France) 2019.

Page 25: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

83

No Man’s Land Album Kompilasi76:

1. Riot Sounds – An International Punk and Hardcore Comp. Matula Records

(Germany) 2000.

2. Saudara Sebotol, tape compilation 2001.

3. Anti Disco League, CD compilation Temple Combe Records (USA) 2006.

4. Where The Wild Things Are Teil, Depraved & Devilish (Germany) 2000.

5. Skins and Punks, CD compilation MT2 (Mitra 2) Records.

6. Oi! Made in Indonesia, CD compilation Aggrobeat Records (Netherlands)

2013.

7. Fuck Your Movement, We’re Making Scene Vol. 1, Smash The Discos

(USA) 2014.

8. Skinhead Jamboree CD, Attitude Records (Indonesia) 2017.

9. Oi! Made Worldwide CA, Oi! The Nische (Germany) 2017.

10. Tribute to Wreched Ones LP 12”, Compilation Contra Records (Germany),

CCM (USA) 2018.

Adapun records label yang pernah bekerjasama dalam merilis karya-

karya No Man’s Land, yaitu77:

a. KDHC recs, Malang – Indonesia

b. MuzikBox, Malaysia

c. Confuse recs, Malang – Indonesia

76 Ibid. 77 Ibid.

Page 26: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

84

d. Raw Tapes, Malang – Indonesia

e. MLG rec, Malang - Indonesia

f. Attitude recs, Jakarta - Indonesia

g. Matula recs, Germany

h. Temple Combe recs, USA

i. Depraved & Devilish, Germany

j. Oishop recs, Germany

k. Fleisch Produkt, Germany

l. Aggrobeat recs, Netherlands

m. Poink recs, Germany

n. Oi! The Nische recs, Germany

o. Contra Recs, Germany

p. Crowd Control Media recs, USA

q. Smash The Discos, USA

r. Rusty Knife recs. France

s. FFC Production, France

t. Has Been Mental, France

Page 27: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

85

Gambar 2.5. Karya-karya rilisan fisik dari band No Man’s Land78

Adapun gambar diatas merupakan karya-karya rilisan fisik yang telah

dihasilkan oleh band No Man’s Land hingga akhir perjalanannya di tahun 2018.

No Man’s Land sendiri memutuskan untuk membubarkan diri dikarenakan

beberapa hal personal. Namun, menurut Didit pribadi, karya yang telah dihasilkan

pun sudah cukup memberikan semangat kepada generasi-generasi selanjutnya

untuk meneruskan perjuangannya dalam perkembangan musik Punk di Kota

Malang ini sendiri.79

Berikut merupakan pernyataan resmi dari Didit Samodra mengenai

keputusannya untuk membubarkan No Man’s Land dalam newsletter yang

78 Ibid. 79 Ibid.

Page 28: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

86

diterbitkan oleh Aggrobeat Records yang telah bekerja sama cukup lama dengan

band No Man’s Land dalam produksi karya-karya dari No Man’s Land, yaitu:

“I have been in the band for 24 years. Now time has changed, I have too little

time for the band especially for live shows. We want to thanks all our friends

for supporting us and for the good times we had.”80

Gambar 2.6. No Man’s Land Timeline, perjalanan pergantian personil dalam band

No Man’s Land81

Dalam perjalanan panjang dari band No Man’s Land ini, Didit mengakui

bahwa perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang penuh tantangan. Penulis

menilai konsistensi dalam berkarya yang ditunjukkan dalam timeline (Gambar

2.6.) diatas, yaitu Didit merupakan satu-satunya personil tetap dalam band tersebut

selaku pencipta karya-karya yang dihasilkan dari band No Man’s Land. Didit

80 Samack, “Tahun 2018, Akhir dari Perjalanan No Man’s Land?!”, GeMusik.com, artikel ini diakses

dalam http://news.gemusik.com/tahun-2018-akhir-dari-perjalanan-no-mans-land/ pada tanggal 15

Februari 2019, 09.11 p.m. 81 Wawancara dengan narasumber, Didit Samodra, Op. Cit.

Page 29: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

87

mengakui pergantian personil yang cukup dinamis tersebut merupakan salah satu

tantangan yang dialaminya. Selain itu, eksistensi records label pada awal masa

Punk lahir ditengah generasi muda di Kota Malang pun menjadi kendala tersendiri

dalam menghasilkan karya pada saat itu, namun hal tersebut justru mendorong

kreativitas dan produktivitas dari band No Man’s Land dalam menciptakan karya.

Eksistensi No Man’s Land pada waktu yang tidak singkat secara langsung ini pun

turut merasakan mudahnya dari proses produksi dan distribusi karya pada generasi

setelahnya. Beliau menyatakan bahwa dari kemudahan pada era digital ini

seharusnya dapat menggugah semangat dari generasi-generasi selanjutnya yang

muncul untuk terus berkarya, namun pada kenyataannya justru sebaliknya, beliau

mengamati perkembangan musik Punk pada generasi setelahnya ini justru terbatas

pada semangat dan konsistensi berkaryanya.82

Pandangan model konstruktivis dalam pendekatan intermestik yang

penulis gunakan untuk menganalisa studi kasus dalam penelitian ini pun terlihat

pada individu yang telah disebutkan diatas, yaitu Didit Samodra selaku inisiator

dari berdirinya band No Man’s Land hingga akhir perjalanannya. Hal ini

menunjukkan proses kognitif dan perubahan perilaku yang secara eksplisit terjadi

pada Didit dalam membangun ideologi yang dipegang oleh band No Man’s Land

ini sendiri. Dimulai dari proses kognitif dari Didit dalam mengetahui nilai-nilai

yang relevan untuk diadopsi dan diimplementasikan dalam lingkungan masyarakat

82 Ibid.

Page 30: BAB II PROSES AWAL MASUKNYA GLOBALISASI BUDAYA MUSIK …eprints.umm.ac.id/52240/37/BAB II.pdf · 62 Gambar 2.1. “Sex Pistols Sekali Berarti, Sesudah Itu Mati” dari CNN Indonesia37

88

mainstream di Kota Malang, serta nilai-nilai yang tidak sepatutnya untuk diterima

dengan mempertimbangkan unsur kebudayaan lokal.

Pada bab selanjutnya, penulis akan mengaitkan globalisasi budaya yang

terjadi seperti yang telah dijelaskan diatas kemudian melewati proses akulturasi

budaya dan pengaruhnya terhadap terbentuknya band No Man’s Land sebagai

hasil produk dari globalisasi budaya tersebut yang berada ditengah kebudayaan

Jawa serta pengaruh dari band No Man’s Land dalam perkembangan musik Punk

di Kota Malang ini sendiri. Kemunculan budaya baru diantara budaya Jawa ini

berpengaruh besar terhadap lingkungan di sekitarnya.