Upload
rizki-rachmawan
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1. Tumbuh Kembang
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran,
atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di
sini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian
rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya (Adriana, 2011, p.3).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan
struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel. Perkembangan adalah bertambahnya
9
kemampuan dan struktur/ fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari
proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi (Nursalam, 2005, p.32)
2. Prinsip Tumbuh Kembang
Dalam Maryunani (2010, p. 39) terdapat suatu pola tertentu
dan dapat diramalkan dalam tumbuh kembang, yaitu
berkesinambungan, teratur dan progresif. Pola-pola ini dikenal sebagai
prinsip-prinsip tumbuh kembang yang merupakan dasar dan universal
pada semua manusia.
1. Pola yang Terarah (directional)
Menurut Hidayat (2008, p.9) dalam tumbuh kembang
dengan pola yang terarah ini, terdapat dua prinsip , yaitu :
1. Pola sefalokaudal atau head to tail direction (dari arah kepala ke
kaki), pola sefalokaudal adalah pertumbuhan dan perkembangan
yang dimulai dari arah kepala bergerak ke bagian ekstremitas.
2. Pola proksimal-distal atau near to far direction (dari yang paling
dekat ke yang jauh), pola proksimal-distal adalah pola
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi ke arah distal.
Contoh : bayi dapat berguling terlebih dahulu sebelum memegang
obyek dengan jari-jari tangannya.
3. Pola dari Umum ke Khusus
10
Menurut Wong (1995) dalam Maryunani (2010, p.39)
prinsip tumbuh kembang ini, pola tumbuh kembang dimulai dengan
menggerakkan anggota badan yang lebih umum, selanjutnya
menggerakkan anggota badan yang lebih komplek.
4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Pola pertumbuhan dan perkembangan secra normal antara anak
yang satu dengan yang ainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002)
dalam Nursalam (2005, p.39), faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan genetika yang meliputi perbedaan
ras, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan kromosom, sedangkan
faktor eksternal meliputi prenatal (gizi, mekanis, toksin, zat kimia,
radiasi, kelainan endokrin, infeksi, kelainan imunologi serta psikologis
ibu) dan postnatal (budaya lingkungan, status sosial ekonomi, nutrisi,
iklim dan cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status
kesehatan).
1. Faktor Genetik/Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan
sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak di samping
faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin,
ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas,
11
kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, usia pubertas dan berhentinya pertumbuhan
tulang (Hidayat, 2008, p.17).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal
(yaitu, lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal
(yaitu, lingkungan setelah bayi lahir).
1. Lingkungan Prenatal
Menurut Marimbi (2010, p.74) faktor yang
memperngaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan.
Faktor lingkungan prenatal yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :
1. Lingkungan Mekanis
Trauma dan cairan ketuban kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dikandungnya (Maryunani,
2010, p.45).
(a) Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak
janin.
(b) Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
12
(c) Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan
dalam plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan
berat badan yang kurang.
(d) Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin karena menyebabkan terjadinya
abortus atau karena ikterus.
(e) Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang
janin.
2. Zat Kimia atau Toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol
atau kebiasaan merokok oleh ibu hamil.
3. Lingkungan Postnatal
Faktor lingkungan postnatal merupakan faktor
lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah
lahir (Maryunani, 2010, p.46), antara lain :
1. Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dapat menentukan bagaimana seseorang
atau masyarakat mempersepsikan pola hidup bersih dan
sehat.
2. Status sosial ekonomi
13
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi
umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik
dibandingkan dengan anak dengan sosial ekonomi rendah.
3. Nutrisi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
4. Iklim dan cuaca
Pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah
diperoleh, namun pada saat musim yang lain justru
zsbaliknya.
5. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,
khususnya dalam keluarga.
6. Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pola anak
tersebut diatur dan dididik dalam keluarga, yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
7. Status kesehatan
14
Apabila anak berada dalam kondisi sehat dan sejahtera, maka
percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah
dan sebaliknya.
8. Faktor Hormonal
Menurut wong (1995) dalam Hidayat (2008,p.21) faktor
hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain
hormon somatotropin, tiroid dan glukokortiroid. Hormon
somatotropin (growth hormone) berperan dalam memengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya
proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan
menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid
mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari
testis (untuk memproduksi testoteron) dan ovarium (untuk
memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun
perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.
1. Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang
Tumbuh dan kembang seorang anak secara optimal
dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetis, herediter dan
konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan
memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka
diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu. Menurut
15
Soetjiningsih (2000) dalam Nursalam (2005, p.41), kebutuhan dasar ini
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah.
1. Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)
Menurut Dewi (2010, p. 52) yang termasuk kebutuhan asuh adalah :
1. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
2. Perawatan kesehatan dasar
3. Pakaian
4. Perumahan
5. Higiene diri dan lingkungan
6. Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)
1. Asih ( Kebutuhan Emosi dan Kasih Sayang)
Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/orangtua
dengan anak sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan
perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak
anak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar
(Nursalam, 2005, p.42). Oleh karena itu kebutuhan asih ini meliputi :
1. Kasih sayang orang tua
2. Rasa aman
3. Harga diri
4. Dukungan/ dorongan
16
5. Mandiri
6. Rasa memiliki
7. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan dan
pengalaman.
1. Asah ( Kebutuhan Stimulasi)
Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar
anak, yang berupa latihan atau bermain (Nursalam, 2005, p. 43).
Oleh karena itu, tidak terlalu heran apabila masa anak-anak sangat
identik dengan masa bermain, sebab pada masa tersebut
perkembangan anak akan mulai diasah sesuai dengan kebutuhannya
(Hidayat, 2008, p.35). Stimulasi atau rangsangan yang cukup dalam
kuantitas dan kualitas sejak awal juga dibutuhkan bayi dan anak
untuk perkembangan mental dan psikososialnya (Maryunani, 2010,
p.26). Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi.
1. Mengoptimalkan Perkembangan Gerakan Motorik Bayi.
Menurut Aminati (2013, p.82) seiring dengan menghilangnya
kemampuan refleks bayi, secara bertahap kemampuan motoriknya
berkembang. Ia tidak saja mengangkat kepala dan membalikkan
tubuhnya, tetapi juga mencoba merangkak. Lalu dengan bertambahnya
17
usia, si kecil kemudian akan mampu duduk, merangkak, berdiri, lalu
berjalan.
Perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik
halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa dan
perkembangan perilaku/ adaptasi sosial (Hidayat, 2008, p.19). Motorik
kasar (gross motor), yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena
dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup
tenaga, misalnya berjalan dan berlari (Nursalam, 2005, p.56). Agar
ketrampilan motorik bayi tumbuh dan berkembang optimal, sebagai
orang tua kita perlu memahami tahap-tahap perkembangannya dan
memberikan stimulus atau rangsangan yang tepat sesuai tahap
perkembangnnya tersebut. Dengan demikian, bila terjadi keterlambatan
atau gangguan pada ketrampilan motorik si kecil bisa segera terdeteksi
dan dikoreksi (Aminati, 2013, p.83).
Pada dasarnya, yang dimaksud dengan perkembangan motorik
adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Secara
umum, perkembangan motor dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar
dan motorik halus. Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motor
yang melibatkan ketrampilan otot-otot besar. Gerakan-gerakan seperti
tengkurap, duduk, merangkat, dan mengangkat leher adalah bagian dari
aktivitas motor kasar. Gerakan inilah yang pertama terjadi pada tahun
18
pertama usia anak. Sedangkan motor halus merupakan aktivitas
ketrampilan yang melibatkan gerakan otot-otot kecil. Menggambar,
meronce manik-manik, menulis, dan makan adalah contoh beberapa
gerakan motor halus. Kemampuan motor halus ini berkembang setelah
kemampuan motor kasar si kecl berkembang optimal.
1. Usia 0-3 bulan
Sampai kurang lebih usia 3 bulan, gerakan refleks yang
memang sudah terjadi pada saat ia masih ada dalam kandungan
masih dominan. Ini adalah gerakan di luar kesadaran bayi, tidak
terkoordinasi dan merupakan gerak primitif. Gerak motor kasar ini
muncul jika gerak refleks si kecil telah hilang (Maharani, 2013,
p.11).
Gerak refleks yang muncul pada bayi adalah :
1. Refleks hisap (sucking refleks)
2. Refleks genggam (grasph refleks)
3. Refleks leher (tonic neck)
4. Rooting refleks
Perkembangan motor kasar rangsangan yang diberikan :
1. Tangan dan kaki bergerak aktif
2. Mengangkat kepala dalam posisi tengkurap, membaringkan bayi
dalam posisi tengkurap
19
3. Dalam posisi tengkurap dapat mengangkat dada menumpu pada
lengan
4. Kepala tegak ketika didudukkan.
5. Usia 4 bulan
Setelah gerak refleks menghilang dan gerak motorik mulai
muncul, maka aktifitas si kecil makin bermacam-macam. Pada usia 4
bulan, misalnya, si kecil sudah dapat tengkurap dan terlentang,
menumpu badan pada kaki, serta dada terangkat menumpu pada
lengan
6. Usia 5 bulan
Di bulan ke-5 usianya, gerakan bayi semakin bervariasi.
Otot leher dan otot tangan bayi, misalnya, semakin menguat. Ia kini
sudah pandai berputar dengan menggunakan tangannya. Ketika
diletakkan terlentang, ia menggunakan tangannya untuk mendorong
dan berguling membalikkan badannya.
Bukan hanya berguling. Kini kaki si kecilpun semakin
lincah beraktifitas. Ia akan sering menendang, menggerakkan kaki
atau mendorong-dorongkan kakinya. Seiring dengan makin
lincahnya gerakan kaki si kecil, otot leher dan punggungnya pun
menjadi lebih kuat. Mulai usia 6 bulan bayi kini mulai belajar duduk
tanpa pegangan, walaupun untuk ini ia masih harus dibantu.
7. Usia 6 bulan
20
Pada bulan ke 6 timbul suatu kepandaian lain dari si kecil
yang dapat membuat orang tua merasa “frustasi”. Di bulan ke 6 ini ia
mulai senang melempar dan menjatuhkan mainan atau benda-benda
yang ada di sekitarnya. Terkadang bayi menangis karena tidak dapat
menemuakan benda yang dapat dijatuhkan atau dilemparnya.
Perkembangan motor kasar rangsangan yang diberikan :
1. Tengkurap dan terlentang sendiri
2. Membalikkan badan. Sering meletakkan bayi dalam posisi
tengkurap. Bila si kecil sedang tengkurap, balikkan tubuhnya.
Atau sebaliknya, bila ia terlentang balikkan badannya hingga
tengkurap.
3. Menumpu badan pada kaki bila dipegang pada ketiak
(diberdirikan)
4. Melempar atau menjatuhkan benda-benda yang dapat
digenggamnya.
5. Bisa duduk sendiri tanpa pegangan.
Anak yang diberi stimulasi fisik dan intelektual akan
memperoleh kelengkapan lebih baik untuk menghadapi kehidupan
dewasa dibandingkan dengan anak lain, walaupun sesungguhnya semua
anak tumbuh dengan taraf yang hampir sama. Seseorang yang berlatih
secara terus menerus maka tubuhnya akan menjadi seimbang, kuat,
terkoordinasi dan terbentuk secara wajar (Indiarti, 2008, p.75).
21
6. Baby Spa (spa bayi)
1. Pengertian
Menurut Permenkes No. 1205/Menkes/X/2004 spa adalah
upaya kesehatan tradisional yang menggunakan pendekatan holistik,
melalui perawatan menyeluruh dengan menggunakan metode
kombinasi ketrampilan hidroterapi, pijat (massage) yang
diselenggarakan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran
dan perasaan (body, mind and spirit).
Spa pada tubuh bayi dan anak dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu mandi berendam atau berenang (untuk bayi) dan pijat.
Dengan mandi berendam, sebagian besar tubuh bayi akan terkena air
dalam waktu yang cukup lama dan dengan suasana yang
menyenangkan. Tubuh bayi pun akan jauh lebih segar dan lebih bersih
(Yahya, 2011, p.10).
1. Berendam dan berenang akan merangsang gerakan motorik bayi.
2. Bayi yang dilatih berenang akan memiliki keseimbangan tubuh
yang lebih baik.
3. Bayi yang dibiasakan bergerak di dalam air tidak akan takut
terhadap air.
4. Berendam dan berenang akan mengasah kemandirian, keberanian,
dan kepercayaan diri bayi.
22
5. Berenang dapat meningkatkan IQ (kecerdasan berfikir) dan
konsentrasi.
6. Berendam dan berenang menjadi sarana bermain yang sangat
menyenangkan bagi bayi.
7. Berendam dan berenang juga dapat meningkatkan kualitas pola
tidur siang dan malam.
8. Berenang secara rutin juga dapat memengaruhi nafsu makan bayi.
9. Saat berenang, bayi akan banyak belajar mendengar pembicaraan
orang saat memberikan instruksi untuk bergerak sehingga di
kemudian hari, kemampuan berbicaranya akan lebih cepat
berkembang.
10. Ada sebuah penelitian yang membuktikan bahwa berenang pada
bayi akan meningkatkan daya tahan tubuh.
11. Hidroterapi
Menurut Permenkes No. 1205/Menkes/X/2004, terapi air
(hidroterapi) adalah penggunaan air dan atau dengan ramuan bahan
alam (tumbuhan, mineral, minyak atsiri, garam, susu, lumpur, lulur)
untuk perawatan kesehatan tubuh, dengan mengatur suhu, tekanan, arus,
kelembaban serta kandungan air.
Terapi air dapat digunakan untuk menghidupkan kembali dan
memulihkan kesehatan. Dasar fisiologis terapi air adalah bahwa air
dingin merangsang pembuluh darah untuk mengirim darah ke organ
23
internal sedangkan air panas menyebabkan pembuluh darah melebar
dan menghilangkan toksin dari jaringan tubuh. Uap air panas dan dingin
dikenal untuk menurunkan peradangan dan menstimulasi sirkulasi
darah (Sutawijaya, 2010, p.5). Keistimewaan lain, air dapat
dipergunakan untuk mengurangi rasa nyeri karena air dapat
“memblokir” beberapa saraf sehingga rasa sakit akan berkurang. Air
juga dapat digunakan sebagai media relaksasi, mempertahankan dan
memperbaiki gerakan sendi, melatih otot yang lemah, dan
meningkatkan kemampuan berjalan (Yahya, 2011, p. 4)
Dalam tubuh memang banyak racun yang dapat membuat
tubuh menjadi sakit. Untuk itu harus ada media yang dapat
mengeluarkan racun dalam tubuh. Salah satu media yang dapat
mengeluarkan racun dalam tubuh adalah air (Sutawijaya, 2010, p.30)
Menurut Samsunjaya (2007,p.46) manfaat dari hidroterapi adalah :
1. Sirkulasi dipercepat sampai 400%
2. Sirkulasi darah diperbaiki
3. Bertambahnya sel darah merah
4. Bertambahnya sel darah putih
5. Bertambahnya hemoglobin
6. Bertambahnya pengoksidasian darah yang menolong PH darah itu
seimbang sehingga dapat membakar sisa-sisa makanan dengan baik
7. Memulihkan kelelahan otot
24
8. Membantu pencernaan
9. Memulihkan sumbatan-sumbatan
10. Mengurangi radang
11. Alat stimulasi dan penenang
12. Menyenangkan dan murah
Hidroterapi yang digunakan secara teratur dapat menolong
sistem kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit.
13. Baby Massage (pijat bayi)
Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan
paling populer. Pijat merupakan seni perawatan kesehatan dan
pengobatan yang telah dipraktikan sejak berabad-abad silam (Maharani,
2013, p.33). Bahkan, diduga terapi ini telah dikenal sejak awal manusia
ada di dunia (Yahya, 2011, p.30).
Pijat biasa disebut dengan stimulus touch. Sejak dilahirkan,
bayi memiliki tiga kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang tua, yang
pertama adalah kebutuhan fisik dan biologisnya yang berguna untuk
pertumbuhan otak, sistem sensorik, serta motoriknya. Kebutuhan yang
kedua adalah kebutuhan emosi dan kasih sayang untuk kecerdasan
emosi , interpersonal, dan intrapersonal, serta yang ketiga adalah
kebutuhan stimulasi untuk merangsang semua kerja sistem sensorik dan
motoriknya (Dewi, 2011, p.43).
25
Ujung-ujung saraf yang terdapat di permukaan kulit akan
beraksi terhadap sentuhan-sentuhan. Selanjutnya, saraf tersebut
mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf yang berada di
tulang belakang. Sentuhan juga dapat merangsang peredaran darah dan
akan menambah energi karena asupan oksigen yang segar akan lebih
banyak dikirim ke otak dan seluruh tubuh (Yahya, 2011, p.34).
1. Manfaat Pijat Bayi
Manfaat pijat bayi menurut Aminati (2013, p. 13) yaitu :
1. Membuat bayi semakin tenang
Umumnya bayi yang mendapat pijatan secara teratur
akan lebih rileks dan tenang. Dengan sirkulasi darah dan oksigen
yang lancar otomatis membuat imunitas tubuh bayi lebih baik.
Pijat bayi sebaiknya dilakukan saat berusia diatas 1 bulan,
mengingat kulit bayi belum terbentuk sempurna. Selain itu secara
emosi dan mental pun, bayi sudah lebih stabil.
2. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi.
Ini disebabkan bayi yang dipijat mengalami peningkatan
kadar enzim penyerapan dan insulin sehingga penyerapan
terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Alhasil bayi
menjadi cepat lapar dan karena itu lebih sering menyusu sehingga
meningkatkan produksi ASI. Terapi pijat 30 menit per hari bisa
26
mengurangi depresi dan kecemasan, tidurnya pun bertambah
tenang.
3. Meningkatkan efektivitas istirahat (tidur) bayi
Bayi yang otot-ototnya distimulus dengan urut atau
pemijatan akan nyaman dan ngantuk. Kebanyakan bayi akan tidur
dengan waktu yang lama begitu pemijatan usai dilakukan
kepadanya. Disamping lama, bayi akan tidur terlelap dan tidak
rewel. Namun, dalam situasi lain dimana tidur lelap bayi ini
terjadi dlam waktu lama, si ibu harus waspada. Sebab, dapat
terjadi berbagai kemungkinan, diantaranya:
1. Bayi tertidur bukan karena nyaman dipijat tetapi sebaliknya,
ia merasa kehabisan energi setelah ‘melawan’ perlakukan
pemijatan yang sebenarnya tidak diinginkan. Biasanya hal ini
terjadi karena pemijatan dilakukan dengan paksaan.
2. Tidur bayi terlalu lama dan sulit dibangunkan dapat
mengganggu jadwal pemberian ASI. Pemberian ASI tetap
harus cukup dan tidak boleh terlambat.
3. Meningkatkan konsentrasi bayi
Pemijatan dapat memperlancar peredaran darah yang
mengalir keseluruh tubuh manusia, termasuk ke otaknya.
27
Terutama untuk melancarkan sirkulasi dan peredaran oksigen.
Semakin baik aliran darah ke otak, semakin berkecukupan
kebutuhan oksigen yang terpenuhi. Terpenuhinya oksigen di otak
secara cukup membuat konsentrasi dan kesiagaan bayi semakin
membaik.
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
Pemijatan memberikan dampak yang signifikan dalam
meningkatkan sel pembunuh alami. Sel pembunuh alami adalah
sekelompok sel darah putih yang dapat membunuh beberapa jenis
tumor. Bagi bayi sehat, penguatan sistem imunitas ini tentu saja
akan membuatnya lebih tertahan dalam berbagai keadaam ketika
kuman siap mengancam.
5. Meningkatkan produksi ASI
Pijat bayi dapat menyebabkan si bayi lebih rileks dan
dapat beristirahat dengan efektif, hal ini berdampak positif ketika
bayi bangun akan membawa energi yang cukup untuk
beraktifitas. Dengan aktifitas yang optimal, bayi akan cepat lapar
sehingga nafsu makannya meningkat. Bayi yang nafsu makannya
baik, memerlukan isapan ASI cukup banyak setiap hari. Semakin
banyak dihisap,ASI pun semakin terstimulasi untuk berproduksi.
6. Meningkatkan gerak peristaltik untuk pencernaan
28
Gerak peristaltik adalah semacam gelombang dan
konstruksi teratur saluran menuju lambung yang menggerakkan
bahan makanan agar dapat berproses dalam saluran pencernaan.
Maka terbukti bahwa pijat bayi membantu prroses pencernaan.
7. Memacu perkembangan otak dan sistem saraf
Rangsangan yang diberikan pada kulit bayi akan
memacu proses myelinisasi (penyempurnaan otak dan sistem
saraf) sehingga dapat meningkatkan komunikasi ke tubuh bayi
dan keaktifan sel neuron. Myelinisasi yang berlangsung lebih
cepat memungkinkan otak bayi semakn terpacu untuk berfungsi
sempurna dalam mengkoordinasikan tubuh. Bayi lebih sigap dan
lincah dalam menanggapi apa yang dihadapinya.
8. Cara pemijatan berdasarkan kelompok umur (Aminati, 2008, p.29)
1. Bayi umur 0-1 bulan
Untuk bayi umur 0-1 bulan, disarankan hanya diberi
gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Perlu diingat
bahwa sebelum tali pusat bayi lepas sebaiknya tidak dilakukan
pemijatan di daerah perut.
2. Bayi umur 1-3 bulan
29
Untuk umur 1-3 bulan, disarankan diberi gerakan halus
disertai tekanan ringan dalam waktu yang lebih singkat.
3. Bayi umur 3 bulan sampai 3 tahun
Untuk bayi umur 3 bulan sampai 3 tahun, disarankan
agar seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang
lebih meningkat. Total waktu pemijatan disarankan sekitar 15
menit.
Pemijatan sebaiknya dimulai dari kaki, sebab umumnya
bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Permulaan
seperti ini akan memberi kesempatan pada bayi untuk
membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya
urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki,
kemudian perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada bagian
punggung.
1. Baby gym (senam bayi)
Senam bayi atau baby gym adalah gabungan gerakan anggota
tubuh yang dikombinasikan ke dalam permainan, merupakan stimulasi
untuk mengoptimalkan kemampuan motorik anak. Senam bayi
merangsang pertumbuhan, perkembangan serta kemampuan pergerakan
kekuatan, keseimbangan dan koordinasi otot bayi secara optimal
(Pratyahara, 2012, p.131). Senam merupakan cara terbaik untuk
mempertahankan kebugaran. Senam bagi bayi sangat penting karena
30
sama halnya dengan orang dewasa yang butuh senam untuk kebugaran
tubuh. Begitu juga bagi bayi, dengan senam bayi membuat bayi merasa
lebih segar (Aminati, 2013, p.53).
Dalam konsep intervensi dini atau stimulasi dini yang banyak
dikenal dalam tumbuh kembang balita, senam juga berguna
menstimulasi otot-otot agar anak dirangsang melakukan gerakan-
gerakan yang seharusnya dapat dilakukan sesuai usianya. Misalnya,
gerakan-gerakan senam yang diarahkan agar anak mampu mengangkat
kepalanya, tengkurap dan duduk. Oleh karena itu, gerakan senam pada
bayi selalu disesuaikan perkembangan motoriknya (Maharani, 2013,
p.70).
Tujuan senam bayi adalah merangsang tumbuh kembang anak
dan kemampuan gerak bayi optimal. Manfaat lainnya adalah melatih
otot dan persendian, memperlancar peredaran darah, menjaga kinerja
jantung, melatih kewaspadaan terhadap situasi dan posisi, serta menjaga
keseimbangan tubuh agar tidak gampang jatuh (Pratyahara, 2012,
p.132).
1. Tahapan senam bayi
Menurut Pratyahara (2012, p.134) senam bayi dibagi
menjadi tiga tahap :
1. Tahap pertama
31
Tahap pertama dilakukan pada saat bayi usia 3-6 bulan.
Gerakan difokuskan pada gerakan tengkurap ke arah duduk.
2. Tahap kedua
Tahap kedua dilakukan ketika berusia 6-9 bulan. Senam
bayi pada tahap ini difokuskan untuk melatih bayi agar mampu
untuk duduk sendiri dan mencoba berdiri.
3. Tahap ketiga
Tahap ketiga dilakukan ketika bayi berusia di atas 9
bulan. Pada tahap ini senam bayi difokuskan untuk melatih bayi
rambatan dan berjalan tanpa bantuan.
Untuk tahap awal, usia 3-6 bulan, merupakan proses bayi
belajar merangkak, dibutuhkan tangan dan kaki yang kuat untuk
menopang tubuh bayi ketika merangkak. Senam dengan
mengoptimalkan gerakan tangan dan kaki, berfungsi untuk
membantu bayi merangkak.
32
4. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini disusun dari berbagai sumber yaitu
Nursalam (2005), Hidayat (2008), Maryunani (2010), Adriana (2011), Yahya
(2011), dan Aminati (2013). Adapun kerangka teori dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Motorik Halus
Personal Sosial
Bahasa
33
Motorik kasar
Tumbuh Kembang
Baby Spa
1. Faktor Herediter
2. Faktor Lingkungan :
1. Prenatal
1. Lingkungan mekanis
Keterangan Bagan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak
diteliti
Bagan 2.1 Kerangka Teori
5. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, kerangka konsep penelitian dibuat sebagai
berikut :
Variabel Bebas Variabel Terikat
34
Baby SpaPerkembangan Motorik Kasar Bayi Usia 3-6 Bulan
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
6. Hipotesis
Ada pengaruh baby spa terhadap perkembangan motorik kasar pada bayi usia
3-6 bulan.
35