6 BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Susilo, 2000). Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et. al, 1994) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu (Pertiwi, 2010). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat perdarahan intrakranial atau intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang
Microsoft Word - BAB II SHberkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain
vaskuler (Susilo, 2000).
pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Djoenaidi Widjaja et.
al,
1994) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut
yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak dimana
secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam)
timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak
yang
terganggu (Pertiwi, 2010).
7
subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat
terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh
darah
otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang
dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak
yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan
sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak
(Pertiwi,
2010).
hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena
pecahnya
pembuluh darah otak yang menyebabkan gangguan peredaran darah
otak
sehingga menimbulkan gangguan fungsi saraf akut dimana secara
mendadak dan cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
daerah
fokal otak yang terganggu.
B. Anatomi dan Fisiologi
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau
sekitar
10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan
fungsional.
Berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc
(71
in.3). Otak laki-laki 10% lebih besar dari perempuan dan tidak
ada
korelasi yang berarti antara besar otak dengan tingkat
intelegensi.
Seseorang dengan ukuran otak kecil (750 cc) dan ukuran otak
besar
(1200 cc) secara fungsional adalah sama menurut Simon &
Scuster,
8
berat badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah
jantung,
memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar
400
kilokalori energi tiap harinya.
Gambar 2.1 Anatomi Otak
Bagian terbesar otak yang terdiri dari: korteks adalah
lapisan
luar yang terdiri dari sel saraf tebal sekitar 2 mm mengandung
70%
dari neuron semua sistem saraf; serat saraf menghubungkan
otak
dengan medula spinalis; talamus adalah massa sel saraf besar
yang
berbentuk telur dalam substansia alba, ganglia basalis terdiri
dari
nukleus lenticularis, nukleus caudatus, dan beberapa ganglion
yang lebih kecil; korpus kolosum adalah pita tebal serat yang
menghubungkan kedua hemisfer melalui struktur ini informasi
sensorik saling bertukar antara kedua hemisfer. Hemisfer
serebri
terbagi menjadi 4 lobus yaitu:
1) Lobus frontalis
merupakan area motorik otak, tempat terdapat banyak sel saraf
merangsang gerakan motorik. Terlihat dalam mental, emosi
dan fungsi fisik. Bagian anterior berperan dalam kontrol
tingkah laku tidak sadar seperti kepribadian, tingkah laku
sosial, pendapat dan aktifitas intelektual yang kompleks.
Bagian sentral dan posterior mengatur fungsi motorik.
2) Lobus parietalis
merupakan area sensorik otak tempat apresiasi sensasi raba,
tekan dan perubahan suhu ringan, dan proprioception
11
Menerjemahkan input sensoris seperti stereognasis (merasakan
dan mengartikan obyek yang menghubungkan sensasi dengan
pengalaman dan pengetahuan). Kesadaran bagian-bagian tubuh
dan pengembangan gambaran diri.
datang dari mata.
4) Lobus temporalis
datang dari telinga.
dengan semua aspek bicara (mendengar, bicara, membaca,
menulis). Terletak pada hemisfer kiri pada semua orang yang
dominan tangan kanan dan sebagian besar orang dominan tangan
kiri. Area ini mencakup bagian bawah lobus frontalis dan
bagian
atas lobus temporalis yang saling berdekatan.
b. Otak tengah (Mesensefalon)
Otak tengah adalah struktur kecil di antara hemisfer serebri
di
bagian atas dan pons di bagian bawah. Berfungsi untuk
memproses
12
pemeliharaan kesadaran.
c. Pons
dengan otak tengah di atas Medula Oblongata di bawah.
Mengulang informasi sensorik dan cerebellum dan talamus.
Pusat
motorik viseral alam bawah sadar.
d. Medulla oblongata (MO)
Bagian sempit jaringan saraf yang mengandung sel pusat
jantung dan pernapasan yang merupakan pusat pengontrol
jantung
dan paru. Batang otak adalah: otak tengah, pons, dan MO yang
dianggap sebagai unit fungsional. Mengulang informasi
sensorik
ke Talamus menuju ke bagian lain dari batang otak. Pusat
regulasi
otonom dari organ viseral kardiovaskuler, pernapasan, dan
aktivitas sistem pencernaan.
13
sadar dan bawah sadar dari kontraksi otot rangka.
f. Cerebellum
Terdiri dari lobus centralis kecil dan lobus kanan dan kiri
yang
lebih besar. Fungsi utama adalah pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot untuk
mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
g. Ventrikel
Memproduksi cairan cerebrospinal.
h. Cairan serebrospinal
mengisi ventrikel. CSS merupakan cairan jernih yang dibentuk
dari
plasma darah di dalam plexus choroideus. Sekitar 500 ml
disekresi
setiap hari. CSS berfungsi untuk mempertahankan volume di
dalam tengkorak tetap konstan dengan meningkatkan atau
menurunkan jumlah pada setiap penurunan atau peningkatan isi
kranial lain, bekerja sebagai bufer yang melindungi otak dari
semua gangguan, menerima produk sampah dari metabolisme otak
dan mentransfernya ke dalam darah.
14
atas memiliki panjang 45 cm, menempati dua pertiga atas
canalis
vertebralis dan berakhir pada tingkat vertebrae lumbalis I dan
II
dan mengecil membentuk kerucut dihubungkan dengan coccygeus
oleh filum terminale, pita jaringan ikat yang ditutupi oleh
meningen.
dibawah talamus. Hipotalamus berhubungan dengan talamus
dengan ujung saraf autonom, dengan kelenjar hipofisis melalui
infundibulum. Hipofisis adalah pusat penting untuk integrasi
fungsi
dasar seseorang. Hipofisis merupakan bagian dari sistem
endokrin,
oleh karena itu berhubungan erat dengan kelenjar hipofisis,
mengirimkan faktor-faktor kimia melalui infundibulum ke dalam
kelenjar dan mengontrol aktivitas hormonalnya. Mengontrol jam
biologis, mengatur aktivitas 24 jam, tidur, suhu, sekresi
hormon.
Mengontrol nafsu makan, mengontrol keseimbangan air,
mengintegrasikan reaksi emosional.
2. Sistem Persarafan
Nervus olfaktorius terdiri dari komponen saraf sensorik yang
berfungsi untuk penciuman.
15
visual ditransmisikan ke area visual otak di lobus
occipitalis.
c. Nervus Okulomotorius (Nervus Cranialis III)
Nervus okulomotorius terdiri dari komponen saraf motorik
yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atas, kontriksi
pupil, sebagian besar gerakan ekstraokular.
d. Nervus Troklearis (Nervus Cranialis IV)
Nervus troklearis terdiri dari komponen saraf motorik untuk
gerakan mata ke bawah dan ke dalam.
e. Nervus Trigeminus (Nervus Cranialis V)
Nervus trigeminus terdiri dari komponen saraf sensorik dan
motorik. Komponen motorik berfungsi sebagai otot temporalis
dan
maseter (menutup rahang dan mengunyah) gerakan rahang ke
lateral. Komponen sensorik berfungsi sebagai refleks kornea
atau
refleks mengedip; komponen sensorik dibawa oleh saraf kranial
V,
Respon motorik melalui saraf kranial VII. Mensarafi kulit
wajah,
dua pertiga depan kulit kepala; mukosa mata; mukosa hidung
dan
rongga mulut, lidah dan gigi.
f. Nervus Abdusens (Nervus Cranialis VI)
16
berfungsi sebagai deviasi mata ke lateral.
g. Nervus Fasialis (Nervus Kraialis VII)
Nervus fasialis terdiri dari komponen saraf motorik untuk
otot-
otot ekspresi wajah termasuk otot dahi, sekeliling mata serta
mulut,
lakrimasi dan salivasi. Komponen saraf sensorik untuk
pengecapan
dua pertiga depan lidah (rasa manis, asam dan asin).
h. Nervus Auditorius (Nervus Cranialis VIII)
Nervus auditorius memiliki dua bagian yaitu: nervus koklearis
terdiri dari komponen saraf sensorik untuk pendengaran.
Nervus
vestibularis atau vestibulokoklearis terdiri dari saraf sensorik
untuk
keseimbangan dan posisi ruang.
Nervus glosofaringeus terdiri dari komponen saraf motorik
pada faring untuk menelan, refleks muntah dan pada parotis
untuk
salivasi. Komponen saraf sensorik pada faring, lidah
posterior,
termasuk rasa pahit.
17
laring: untuk menelan, refleks muntah, fonasi; visera
abdomen.
Komponen saraf sensorik pada faring, laring: refleks muntah;
visera leher, thoraks dan abdomen.
k. Nervus Asesorius (Nervus Cranialis XI)
Nervus asesorius terdiri dari komponen saraf motorik
berfungsi
pada otot sternokleidomastoideus dan bagian atas dari otot
trapezius; untuk pergerakan kepala dan bahu.
l. Nervus Hipoglosus (Nervus Cranialis XII)
Nervus hipoglosus adalah saraf motorik untuk pergerakan
lidah.
(http://www.google.co.id/imgres?imgurl)
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 %
konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis
interna dan
arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri ini
saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi
(Satyanegara, 1998) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008.
19
kira-kira setinggi kiasma optikum dan terbagi menjadi arteri
cerebralis anterior dan media.
pangkal leher, pada sambungan pons dan MO, kedua arteri
vertebralis
bergabung membentuk arteri basilaris yang bercabang untuk
cerebellum, MO, dan pons, dan berakhir dengan terbagi menjadi
arteri
cerebralis posterior dextra dan sinistra.
Circulus arteriosus (circulus Willisi) adalah cincin arteri
pada
dasar otak yang dibentuk oleh:
1) Kedua arteri cerebri anterior dan arteri communican
anterior.
2) Arteri cerebri media pada tiap sisi.
3) Arteri communicans posterior (menghubungkan arteri cerebri
media dan posterior pada tiap sisi).
4) Arteri cerebri posterior pada setiap sisi.
20
sumbatan pada salah satunya tidak mengganggu suplai darah ke
otak.
c. Arteri cerebri anterior
Sumbatan pada cabang utama Arteri cerebri anterior akan
menimbulkan hemiplegia kontralateral yang lebih berat di bagian
kaki
dibandingkan bagian tangan serta bisa terjadi paralisis bilateral
dan
gangguan sensorik.
temporalis, dan occipitalis. Sumbatan di dekat percabangan
kortikal
utamanya dapat menimbulkan afasia berat (hemisfer serebri
dominan
bahasa). Selain itu juga mengakibatkan kehilangan posisi dan
diskriminasi taktil dua titik kontralateral serta hemiplegia
kontralateral
yang berat, terutama ekstremitas atas dan wajah.
e. Arteri cerebri porterior
parietalis. Arteri ini untuk area visual otak (Gibson, 2003
dan
Muttaqin, 2008).
C. Etiologi
1. Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari arteriosklerosis.
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli
sepsis.
4. Malformasi arteriovena (AVM), terjadi hubungan
persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri
langsung masuk vena.
penebalan dan degenerasi pembuluh darah (Muttaqin, 2008).
22
1. Hipertensi
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif.
3. Kolesterol tinggi, obesitas
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi)
6. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok,
dan
kadar estrogen tinggi)
2002).
23
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang
terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi
otak.
Perdarahan intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai
di
daerah putamen, talamus, pons, dan serebellum (Muttaqin,
2008).
2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah
sirkulasi
Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim
otak
(Juwono, 1993). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang
subarakhnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka
24
kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme
pembuluh darah serebri. Vasospasme sering terjadi 3-5 hari
setelah
terjadinya perdarahan, mencapai puncaknya pada hari ke- 5 atau
hari
ke- 9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai dengan
minggu ke-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara
bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam
cairan
serebrospinal dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid.
Vasospasme mengakibatkan disfungsi otak global mupun fokal.
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak memiliki cadangan
O2
sehingga jika terjadi kerusakan atau kekurangan aliran darah
otak
walau sebentar akan mengakbatkan gangguan fungsi. Demikian
pula
dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme
otak,
tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70%
akan
25
berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang
dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak (Muttaqin, 2008).
E. Manifestasi Klinis
Sampurna, 2000 adalah:
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
2. Daerah arteri Karotis interna
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
3. Daerah arteri Serebri anterior
a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di
tungkai
b. Incontinentia urine
4. Daerah arteri Posterior
daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh arteri
Serebri media
5. Daerah vertebrobasiler
a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang
otak
b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
F. Penatalaksanaan
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) 2007 meliputi:
1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
a. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek,
evaluasi
dan diagnosis klinik harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda
klinik
meliputi:
27
kontras, KGD, elektrolit darah, tes fungsi ginjal, EKG,
penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT, dan
saturasi oksigen.
1) Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
2) Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
hipotonik)
mencukupi, dapat diberikan obat-obat vasopressor.
4) Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
5) Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
1) Tekanan darah
2) Pemeriksaan jantung
a) Derajat kesadaran
28
dilakukan dengan memperhatikan perburukan gejala dan
tanda neurologik pada hari pertama stroke
2) Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9
dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran
3) Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
4) Elevasi kepala 20-30º.
6) Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
7) Hindari hipertermia
8) Jaga normovolemia
selama >20 menit, diulangi setiap 4-6 jam, kalau perlu
diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.
10) Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
11) Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut
akibat stroke iskemik serebelar
1) Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg
dan diikuti phenitoin loading dose 15-20 mg/kg bolus
dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
29
antiepilepsi profilaksis, selama 1 bulan dan kemudian
diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
f. Pengendalian suhu tubuh
dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya.
2) Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5ºC
g. Pemeriksaan penunjang
3) Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
4) Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
3. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap
a. Cairan
pertahankan antara 5-12 mmHg.
3) Balance cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi
urin sehari ditambah pengeluaran cairan yang tidak
dirasakan.
30
5) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil
GDA.
b. Nutrisi
2) Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan
menelan atau kesadaran menurun.
c. Pencegahan dan mengatasi komplikasi
1) Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi
subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia, DVT, emboli
paru, dekubitus, komplikasi ortopedik dan fraktur)
2) Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur
dan sensitivitas kuman.
d. Penatalaksanaan medik yang lain
1) Hiperglikemia pada stroke akut harus diobati dan terjaga
normoglikemia.
cemas lainnya.
31
stabil.
G. Komplikasi
2. Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Emboli
Pulmonum
sekitar 3-10 %.
4. Dekubitus.
5. Pneumonia.
6. Stress.
33
Thrombus, Emboli, Perdarahan serebral
Pecahnya pembuluh darah otak Defisit Neurologi kortek Frontalis
Defisit neurologis Defisit neurologis Defisit neurologis
Perdarahan Intra Kranial gerak motorik primer Gg area bicara
motorik Broca kortek parietalis kortek temporalis kortek
oksipitalis
Darah merembes ke dalam Hemiplegi kontralateral Afasia global
parenkim otak Kegiatan pemrosesan dan integrasi fungsi penglihatan
primer
Penekanan pada jaringan otak Informasi sensorik primer gg lapang
pandang
Peningkatan TIK Gg sensorik kontralateral
(kesadaran, sensasi nyeri, sensasi suhu
pasien bed rest Sensasi raba, sensasi tekan)
Penekanan lama kelemahan pada nervus
ADL dibantu daerah punggung dan bokong Cranialis gg fungsi sensorik
reseptif
Suplai nutrisi dan O2 menurunnya reflek batuk dan menelan
ke daerah tertekan berkurang Sensorik pendengaran
melemahnya reflek mengunyah dan menelan
akumulasi sekret afasia sensorik (wernieck)
(Dari berbagai sumber)
jaringan otak
1. Identitas klien
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi
3. Riwayat penyakit sekarang
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,
disamping
gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain
(Rochani, 2000).
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
kegemukan.
32
diabetes militus (Susilo, 2000).
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan
keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi
stabilitas
emosi dan pikiran klien dan keluarga
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat: Biasanya ada
riwayat
perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi
oral.
b. Pola nutrisi dan metabolisme: Adanya keluhan kesulitan
menelan,
nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c. Pola eliminasi: Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada
pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik
usus.
karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi,
mudah lelah
untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
33
f. Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan
peran
karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat
gangguan bicara.
g. Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya,
tidak
ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
h. Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien
mengalami
gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan
menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i. Pola reproduksi seksual: Biasanya terjadi penurunan gairah
seksual
akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti
kejang,
anti hipertensi, antagonis histamin.
kesulitan berkomunikasi.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang
melakukan
ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
34
bervariasi
dimengerti, kadang tidak bisa bicara
b. Pemeriksaan integumen
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit
jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol
karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu
3) Rambut: umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala: bentuk normocephalik
salah satu sisi
d. Pemeriksaan dada
tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
lama, dan kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
g. Pemeriksaan ekstremitas
h. Pemeriksaan neurologi
dan XII central.
2) Pemeriksaan motorik
salah satu sisi tubuh.
menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis
akan muncul kembali didahului dengan refleks
patologis.
b. MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan
seperti aneurisma atau malformasi vaskuler
d. Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita
stroke
lempeng pineal
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Pemeriksaan EKG: dapat membantu menentukan apakah
terdapat disritmia, yang dapat menyebabkan stroke.
Perubahan EKG lainnya yang dapat ditemukan adalah
inversi gelombang T, depresi ST, dan kenaikan serta
perpanjangan QT.
arteriovena
dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. Tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang menjamin kepastian dalam
menegakkan diagnosa stroke; bagaimanapun pemeriksaan
darah termasuk hematokrit dan hemoglobin yang bila
mengalami peningkatan dapat menunjukkan oklusi yang
lebih parah; masa protrombin dan masa protrombin parsial,
yang memberikan dasar dimulainya terapi antikoagulasi;
dan hitung sel darah putih, yang dapat menandakan infeksi
38
terjadinya peningkatan TIK, mungkin dilakukan pungsi
lumbal. Jika ternyata terdapat darah dalam cairan
serebrospinal yang dikeluarkan, biasanya diduga terjadi
hemorrhage subarakhnoid.
J. Diagnosa
intracerebral.
3. Kerusakan komunikasi verbal dan atau tertulis berhubungan
dengan
kerusakan sirkulasi serebral.
kelemahan otot mengunyah dan menelan.
5. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah
baring
lama.
menurunnya reflek batuk dan menelan.
39
intra cerebral
Kriteria hasil:
d. Pupil isokor, reflek cahaya (+)
e. Tanda-tanda vital normal (N: 60-100x/mnt, S: 36-36,7oC, RR:
16-
20x/menit
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan
intrakranial tiap dua jam
2. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung
(beri bantal tipis)
3. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total dan anjurkan klien
untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuro
protektor
Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan
untuk penetapan tindakan yang tepat
Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral
Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan
potensial terjadi perdarahan ulang
Memperbaiki sel yang masih availabel
40
Tujuan: Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan
kemampuannya
b. Bertambahnya kekuatan otot
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dengan
cara teratur
2. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstrimitas yang tidak sakit
4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik
klien
Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan
Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak
dilatih untuk digerakkan
Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
Mempertahankan kekuatan tonus otot
kerusakan sirkulasi serebral.
Kriteria hasil:
diekspresikan
INTERVENSI RASIONAL 1. Kaji tipe atau derajat disfungsi
2. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana
3. Tunjukkan objek dan minta pasien menyebutkan nama benda
tersebut
4. Anjurkan pengunjung/orang terdekat mempertahankan usahanya untuk
berkomunikasi dengan pasien
5. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara
Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang
terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap
proses komunikasi
Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia
sensorik)
Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia
motorik)
Mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan penciptaan
komunikasi yang efektif
Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik
dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
terapi
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
kelemahan otot mengunyah dan menelan.
Tujuan: Tidak terjadi gangguan nutrisi
42
b. Hb dan albumin dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek
batuk
2. Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual
dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah dagu jika
dibutuhkan
3. Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
4. Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan cairan melalui iv
atau makanan melalui selang
Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol
muskuler
Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan menurunkan resiko
terjadinya tersedak
Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga
makanan jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu
melalui mulut
5. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan tirah
baring
lama.
Kriteria hasil:
b. Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
c. Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
43
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah
posisi
2. Ubah posisi tiap 2 jam. Gunakan bantal air atau pengganjal yang
lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
3. Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami
tekanan pada waktu berubah posisi. Jaga kebersihan kulit
4. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan
mobilisasi jika mungkin
Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah
Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
6. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan
menurunnya reflek batuk dan menelan.
Tujuan : Jalan nafas tetap efektif.
Kriteria hasil :
b. Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan
c. Tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
d. Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
INTERVENSI RASIONAL
2. Ubah posisi tiap 2 jam sekali
3. Lakukan fisioterapi dada sesuai dengan keadaan umum klien
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2 adekuat
Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
Perubahan posisi dapat melepaskan sekret dari saluran
pernafasan
Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru
Memenuhi intake O2 adekuat pada tubuh