Upload
anna-listyana-dewi
View
96
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang
berkembang secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dapat menyebabkan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke
hemoragik adalah stroke yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum
mengalami reptur sehingga terjadi pendarahan ke dalam ruang subaraknoid
atau langsung ke dalam jaringan otak (Price,2006)
B. EPIDEMIOLOGI
Insidens kejadian stroke di Amerika Serikat yaitu 500.000 pertahunnya
dimasa 10-15% merupakan stroke hemoragik khususnya perdarahan
intraserebral. Mortalitas dan morbiditas pada stroke homoragik lebih berat
daripada stroke iskemik. Dilaporkan hanya sekitar 20% saja pasien yang
mendapatkan kembali kemandirian fungsionalnya. Selain itu, ada sekitar 40-
80% yang meninggal pada 30 hari pertama setelah serangan dan sekitarnya
50% meninggal pada 48 jam pertama. Penelitian menunjukkan dari 251
penderita stroke, ada 47% wanita dan 53% laki-laki dengan rata-rata umur 69
tahun (78% berumur lebih 60 tahun). Pasien dengan umur lebih dari 75 tahun
dan berjenis laki-laki menunjukkan outcome yang lebih buruk (Nasissi and
Denise, 2010)
C. ETIOLOGI
Penyebab stroke hemoragik sangat beragam, yaitu :
Perdarahan intraserebral primer (hipertensif)
Reptur kantung aneurisma
Reptur malformasi arteri dan vena
Trauma (termasuk apopleksi tertunda paska trauma)
26
Kelainan pendaraha n seperti leukemia, anemia aplastic, ITP, gangguan
fungsi hati, komplikasi obat trombolitik atau anti koagulan,
hipofibrinogenemia, dan hemofhilia.
Perdarahan primer atau sekunder dari tumor otak.
Septik embolisme, myotik aneurisma
Penyakit inflamasi pada arteri dan vena
Amiloidosis arteri
Obat vesopressor, kokain, herpes simpleks ensefasilitis, diseksi arteri
vertebral, dan acute necrotizing haemorrhagic encephalitis.
D. PATOGENESIS STROKE HEMORAGIK
1. Pendarahan Intraserebral
Pendarahan intraserebral paling sering terjadi ketika tekanan darah
tinggi kronis melemahkan arteri kecil, menyebabkan robek. Pengguna
kokain atau amfetamin dapat menyebabkan tekanan darah dan pendarahan
sementara tapi sangat tinggi. Pada beberapa orang tua, sebuah protein
abnormal yang disebut amiloid terakumulasi di arteri otak. Akumulasi ini
(disebut angiopati amiloid) melemahkan arteri dan dapat menyebabkan
pendarahan (Sotirios, 2000).
Penyebab umum yang kurang termasuk kelainan pembuluh darah
saat lahir, luka, tumor, peradangan pembuluh darah (vaskulitis), gangguan
perdarahan, dan penggunaan anti koagulan dalam dosis yang terlalu tinggi.
Perdarahan gangguan dan penggunaan anti koagulan meningkatkan risiko
kematian dari perdarahan intrasebral (Sotirios, 2000).
2. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid biasanya hasil dari cedera kepala. Namun,
perdarahan karena cedera kepala menyebabkan gejala yang berbeda dan
tidak dianggap sebagai stroke (Sotirios, 2000).
Perdarahan subaraknoid dianggap stroke hanya jika terjadi secara
spontan yaitu, ketika perdarahan tidak hasil dari kekuatan-kekuatan
eksternal, seperti kecelakaan atau jatuh. Sebelum perdarahan spontan
biasanya hasil dari pecahnya aneurisma mendadak di sebuah arteri otak,
27
yaitu pada bagian aneurisma yang menonjol di daerah yang lemah dari
dinding arteri itu (Sotirios,2000)
Aneurisma biasanya terjadi di percabangan arteri. Aneurisma dapat
muncul pada saat kelahiran (bawaan), atau dapat berkembang kemudian,
yaitu setelah bertahun-tahun dimana tekanan darah tinggi melemahkan
dinding arteri. Kebanyakan perdarahan subaraknoid adalah hasil dari
aneurisma congenital (Sotirios,200)
Mekanisme lain yang kurang umum adalah perdarahan
subaraknoid dari pecahnya koneksi abnormal antara arteri dan vena
(malformasi arteri) di dalam atau di sekitar otak. Sebuah malformasi arteri
dapat muncul pada saat kelahiran, tetapi biasanya hanya diidentifikasi jika
gejala berkurang. Jarang sekali suatu bentuk bekuan darah pada katup
jantung terinfeksi, perjalanan (menjadi emboli) ke arteri yang memasok
otak, dan menyebabkan arteri menjadi meradang. Arteri kemudian dapat
melemah dan pecah (Sotirios,2000)
E. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Penghentian total aliran darah ke otak menyebabkan hilangnya
kesadaran dalam waktu 15-20 detik dan kerusakan otak yang irreversible
terjadi setelah tujuh hingga sepuluh menit. Penyembuhan pada satu arteri
menyebabkan gangguan diarea otak yang terbatas (stroke). Mekanisme dasar
kerusakan ini adalah selalu defisiensi energy yang disebabkan pembuluh darah
di sekitarnya (Silbernagl and Lang,2007)
Dengan menambah Na+/K+-ATP ase, defisiensi energi menyebabkan
penimbunan Na + dan Ca2+ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K+
estrasel sehingga menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi menyebabkan
penimbunan CI- di dalam sel, pembekakan sel, dan kematian sel. Depolarisasi
juga meningkatkan pelepasan glutamate, yang mempercepat kematian sel
melalui masuknya Ma+ dan Ca2+ (Silbernagl and Lang, 2007)
Pembekakan sel, pelepasan mediator fasokonstruktor dan
penyumbatan lumen pembulu darah oleh granulosid kadang-kadang mencegah
reperfusi, meskipun pada kenyataanya penyebab primernya telah dihilangkan.
28
Kematian sel menyebabkan inflamasi, yang juga merusak sel di tepi area
iskemik (penumbra). Gejala ditentukan oleh tempat perfusi yang terganggu,
yaitu darah yang disuplay oleh pembulu darah tsb (Silbernagl and Lang, 2007)
Pernyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi
menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralateral, serta devisit
sensorit (hemianastasia) akibat kerusakan virus lateral presentralis dan
posentralis. Akibat selanjutnya adalah deviasi okuler, hemianospsia gangguan
bicara motorik dan sensorik, gangguan persebsi sepasal apraksia, dan
hemineglect (Silbernagl and Lang, 2007)
Penyumbatan arteries serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan
devisit sensorik kontralateral, kesulitan berbicara serta apraksia pada lengan
kiri jika korpuskalosum anterior dan hubungan dari hemisper dominan
kekortek motorik kanan terganggu. Penuymbatan bilateral pada arteri serebri
anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari system limbic (Silbernagl
and Lang, 2007)
Penyumbatan arteri serebri posterior menyebabkan hemianopsia
kontralateral parsial dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan
terjadi kehilangan memory (Silbernagl and Lang, 2007)
Pemyumbatan arteri karotis atau basilaris dapat menyebabkan devisit
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior jika arteri koroit
anterior tersumbat, gangliabasalis ( hipukinesia) kapsula interna
( hemiparesis ) traktus optikus ( hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan
pada cabang arteri komunikan posrerior ditalamus akan menyebabkan devisi
sensorik (Silbernagl and Lang, 2007)
Penyumbatan total arterik basilaris menyebabkan paralisis semua
extremitas dan otot-otot mata serta, penyumbatan pada cabang arteri basilaris
dapat menyebabkan infrak pada serebelum, mensensefalon, pon medulla
oblongata. Efek yang timbul dari lokasi kerusakan (Silbernagl and Lang,
2007)
Pusing, nestakmus, hemiataksia (serebelum dan jaraseveren, saraf
vestibuler).
29
Penyakit Parkinson (subtansianigra), hemiplegi kontralateran dan
tetraplegi(traktus piramida)
Hilangnya sensasi nyeri dan suhu (hig pestensia atau anastesia) dibagian
wajah ibsilateral dan estemitas kontralateral (saraf trigeminus(V) dan
traktus sepinotalonikus).
Hipakusis (hispestesia auditorik ; saraf koklearis), ageusis (saraf praktus
salivarus), singultus(formasio retikularis).
Petosis, miosis, dan anhidrosis fasial ibsilateral (sondrom horner, pada
kehilangan persarafan simpatis).
Paralisis palatumol dan takikardian (saraf fagus(X)). Paralisis otot lidah
(saraf hipoglosos (XII)), mulut yang jatuh ( saraf fasial(VII)), strabismus
(sorot okulomotorik(III)), saraf abdusen (V)).
Paralisis pesedolbar dengan paralisis otot secara menyeluruh ( namun
kesadaran tetap dipertahankan).
F. GEJALA KLINIS
1. Pendarahan intraselebral
Sebuah pendarahan intreserebral dimulai tiba-tiba. Sekitar setengah
dari jumlah penderita, serangan dimulai dengan satu kepala parah, sering
selama antifitas. Namun, pada orang tua sakit kepala mungkin ringan atau
tidak ada gejala disfungsi otak menggambarkan perkembangan yang terus
memburuk sebagai pendarahan. Beberapa gejala, seperti kelemahan,
kelumpuhan, hilangnya sensasi dan mati rasa, sering hanya
mempeangaruhi satu sisi tubuh. Orang mungkin tidak dapat bicara atau
menjadi bingung. Fisi dapat terganggu atau hilang mata dapat
menunjukkan arah yang berbeda atau menjadi lumpuh mual,muntah,
kejang, dan hilangnya kesadaran yang umur dan dapat terjadi dalam
beberapa detik atau menit (Nassisi and Denise, 2010)
2. Perdarahan subaraknoid
Sebelum robek, aneurisma yang biasanya tidak menimbulkan
gejala,kecuali menekan pada saraf atau kebocoran pada sebuah kecil
darah, biasanya sebelum pecah besar (yang menyebabkan sakit kepala),
30
menghasilkan tanda-tanda peringatan, seperti berikut (Nassisi and Denise,
2010)
Sakit kepala, yang mungkin luar biasa tiba-tiba dan parah (kadang-
kadang disebut sakit kepala halilintar )
Sakit pada mata atau daerah pasial
Pengelihatan ganda
Kehilangan pengelihatan tepi
Tanda-tanda peringatan dapat terjadi menit keminggu sebelum
pecahnya anerisma. Individu harus melaporkan setiap sakit kepala
yang tidak biasa kedokter segera (Nassisi and Denise, 2010)
Aneorisma yang pecah biasanya menyebabkan sakit kepala, tiba-
tiba parah dan mencapai puncak dalam beberapa detik. Hal ini sering
diikuti dengan kehilangan kesadaran singkat. Hamper setengah dari orang
yang terkena meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Beberapa orang
tetap berada dalam, atau tidak sadar dan sebagian lainnya bangun, merasa
bingung, dan mengantuk. Dalam beberapa jam atau bahkan menit,
penderita mungkin menjadi tidak responsive dan sulit untuk dibangunkan
(Nassisi and Denise, 2010)
Dalam waktu 24 jam, darah dan cairan serebrosfinal disekitar otak
memiritasi lapisan jaringan yang menutupi otak (meninges), menyebabkan
leher kaku serta sakit kepala terus seringan dengan muntah, pusing dan
nyeri pinggang.
Sekitar 25%dari orang yang mengalami gejala-gejala yang
mengindikasikan kerusakan pada bagian tertentu otak, seperti berikut
(Nassisi and Denise, 2010)
Kelemahan atau kelumpuhan pada satu sisi tubuh (paling umum)
Kehilangan sensasi pada satu sisi tubuh
Kesulitan memahami dan menggunakan bahasa
Gangguan berat dapat berkembang dan dapat menjadi permanen dalam
beberapa menit atau jam. Demam adalah gejala umum selama 5-10
31
hari pertama. Sebuah perdarahan subaraknoid dapat menyebabkan
beberapa masalah serius lainnya (Nassisi and Denise, 2010)
G. PENATALAKSANAAN
- Neuroproteksi. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi
jaringan. The Clevel and Clinic telah meneliti pemakaian selimut
dingin dan mandi air es dalam delapan jam dan mempertahankan
hipotermia ke suhu 89,6 oF selama 12 sampai 72 jam sementara pasien
mendapat bantuan untuk mempertahankan kehidupan cenderung
mengalami lebih sedikit kecacatan (skala Rankin) dan daerah ifark
lebih kecil daripada kelompok control.
- Pemberian koagulan
- Fenitoin diberikan intravcena untuk mencegah kejang pada kasus
stroke akibat pendarahan subarachnoid
- Fisioterapi dapat membantu memulihkan kekuatan otot-otot serta
mengajarkan bagaimana bergerak yang aman dan nyaman dengan
keterbatasan gerak akibat kelemahan otot.
- Terapi okupasi membantu penderita untuk dapat makan, minum dan
berpakaian sendiri.
- Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah, berbicara
maupun mengerti kembali kata-kata (Misbach Harmani; 2007; Price,
2005, Graber, 2006)
H. PENCEGAHAN
- menurangi makanan berlemak sehingga mengurangi resiko
tertumpuknya lemak dan pembulu darah.
- Berolahraga teratur sesuai dengan kondisi kesehatan
- bila memiliki hipertensi harus terkontrol baik dengan obat-obatan
maupun pemeriksa berkala.
- berhenti merokok dan diusahakan berat badan tetap ideal. (Price, 2005)
32
Daftar pustaka
Mansjoer, Arif, 2000, stroke, kapita selekta kedokteran jilid 11. Jakarta : Media
Aesculapius.
Nasissi, Denise, 2010, Homorrhagic Stroke, Emedicine, Medscape, Download
from http://emedicine.madscape.com/article/793821-overview
Price, Sylvia A. Stroke Patofisiologi konsep klinis Proses-proses Penyakit ed. 6,
EGC, Jakarta. 2006.
Silbernagl, S., Florian Lang, 2007, Gangguan Aliran Darah Otak, Stroke, Teks &
Atlas Berwarna Patofisiologi. EGC:Jakarta.
Sotirios AT, 2000, Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery. New
York. Thieme Stuttgart.2000.
33