Upload
haphuc
View
237
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan istilah yang tidak asing bagi semua orang, pemasaran
sering diartikan oleh banyak orang sebagi kegiatan atau aktivitas dalam menjual beli
barang di pasaran. Sebenarnya definisi tersebut tidak mengandung arti yang salah,
karena pemasaran berasal dari kata pasar yang dapat di artikan sebagai tempat dimana
penjual dan pembeli bertemu untuk melakuakan tukar menukar barang.
Pemasaran pada umumnya sering dihubumgkan dengan mengidentifikasi dan
memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat, hal ini sering dikenal dengan segi
konsumen dan pasar secara spesifik, pemasaran itu lebih memiliki arti dan memiliki
peranan yang sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi atau
perusahaan. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:6)
“Pemasaran merupakan sebuah proses dimana perusahaan
menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang
kuat dengan pelanggan untuk tujuan mendapatkan nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya”.
2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2006:6) terdapat beberapa hal penting dalam
konsep pemasaran, antara lain kebutuhan, keinginan, dan permintaan penawaran,
pemasaran (barang, jasa, dan pengalaman), nilai dan kepuasan;pertukaran, transaksi,
dan relasi, serta pasar. Hal tersebut d tunjukan oleh gambar di bawah ini :
9
Gambar 2.1
Konsep Pemasaran
Sumber : Kotler dan Amstrong (2006:6)
konsep ini berdasarkan penggambaran yang ada bahwa keberhasilan dan
eksistensi perusahaan dalam dunia bisnis bukan bergantung pada apa yang dapat
diproduksi perusahaan tapi bukan pula oleh keagresifan penjualan dalam memasarkan
produk-produk perusahaan. Tetapi, keberhasilan dan eksistensi perusahaan ditentukan
oleh seberapa mampu perusahaan dalam memahami kebutuhan dan keinginana
pelanggannya sehingga dapat menciptakan nilai yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggannya.
Kebutuhan,
Keinginan dan
Permintaan
Pasar
Penawaran Pemasaran
(barang, jasa, dan
pengalaman)
Pertukaran,
transaksi dan relasi
Nilai dan Kepuasan
Konsep
Pemasaran
10
2.2. Bauran pemasaran
Bauran pemasaran merupakan kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling
menunjang satu sama lain. Keberhasilan perusahaan dibidang pemasarana didukung
oleh keberhasilan dalam memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran
distribusi yang baik, dan promsi yang efektif.
2.2.1. Pengertian Bauran Pemasaran
bauran pemasarn sangat berperan penting bagi perusahan atau pun bagi
konsumen. Bagi perusahaan maka, perusahaan dap dengan mudah menetapkan
produk atau jasa yang akan dijual pada pihak konsumen sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dan dinginkan oleh konsumen dengan harga yang sesuai dan dapat mudah
menentukan saluran penjualan dan memilih cara promosi yang tepat. Bagi konsumen,
bauran pemasaran berperan membrikan informasi mengenai spesifikasi produk yang
dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan informasi mengenai harga dan produk
tersebut. Menurut Kotler dan Keller dalam bukunya Manajemen Pemasaran
(2007:23) yaitu :
“bauran pemasaran merupakan sebuah perangkat alat pemasaran
(produk, harga, tempat, dan promosi) yang digunakan oleh perusahaan
mengejar tujuan pemasarannya”.
Menurut Kotler dan Amstrong dalam bukunya Manajemen Pemasara
(2008:62), yaitu :
“Kumpulan alat pemasaran teknis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dari pasar sasaran”.
Menurut definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa bauran
pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan yang
terdiri dari unsur-unsur yang saling berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur
lainnya, untuk mempengaruhi permintaan produknya dipasar.
11
2.2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran
Sehubungan dengan pengertian bauran pemasaran di atas, menurut kotler
(2007:23) pun menggambarkan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
marketing mix yaitu :
Gambar 2.2
Aktivitas Bauran Pemasaran (Marketing mix)
Sumber : Kotler (2009:24)
Pengertian Variabel dari Bauran Pemasaran
a. Produk
Produk adalah barang atau jasa yang ditawarkan dipasar untuk mendapatkan
perhatian, permintaan, pemakaian dan konsumsi yang dapat memenuhi
keinginan dan kebeutuhan konsumen. Selain itu produk memiliki pengertian
12
yang lebih luas lagi pada bentuk fisik, tetapi juga produk tersebut dapat
barang, jasa, pengalaman, kegiatan, orang,tempat, property, organisasi,
informasi, dan ide-ide. Produk ini juga meliputi variable yang terdapat di
dalamnya, seperti keanekaragamn produk, kualitas, desain, bentuk, merk,
kemasan, ukuran, pelayanan, garansi dan imbalan.
b. Harga
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen utuk
mendapatkan suatu produk yang dihasilkan perusahaan. Menurut konsumen
harga yang baik adalah manfaat produk yang didapat lebih besar
dibandingkan dengan nilai yang atas produk tersebut. Terdapat beberapa
keputusan yang menyangkut harga yaitu daftar harga, diskon/rabat, jangka
waktu pembayaran, dan syarat kredit.
c. Tempat
Tempat menyangkut beberapa kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan. Hal ini
berhubungan dengan saluran disrtibusi. Terdapat enam keputusan yang
berhubungan dengan distribusi yaitu saluaran yang dipakai, ruang lingkup
distribusi, pnyortiran, pemilihan lokasi, persediaan, dan pengangkutan.
d. Promosi
Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang sangat besar
peranannya. Promosi juga dapat dikatakan sebagai proses berkelanjutan.
Kegiatan tersebut terdiri dari periklanan, promosi penjualan, tenaga penjualan,
hubungan masyarakat dan pemasaran langsung.
13
2.3. Jasa
2.3.1. Pengertian Jasa
Dikatakan oleh Kotler & Amstrong (2012:248) adalah sebuah aktivitas ,
keuntugan, ataupun kepuasan yang ditawarkan untuk diperjual-belikan yang memiliki
nilai intangible dan tidak menghasilkan suatu barang atau bentuk yang nyata.
Jasa adalah suatu proses menggunakan sumber daya yang dimiliki perusahaan
untuk berinteraksi dengan pelanggan sehingga dapat menciptakan nilai pelanggan itu
sendiri, yaitu nilai yang bentuknya intangible.
2.3.2. Karakteristik Jasa
Adapun karakteristik jasa yang dikemukakan oleh Philp Kotler dan Gary
Amstrong (2008:292), yaitu :
1. Tidak berwujud (intangibility)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dilihat , dirasa , didengar
, diraba atau dicium sebelum ada transaksi pembelian . ada beberapa cara dan
strategi yang bisa diterapkan dalam penjualan jasa. Misalnya sebuah Bank , maka
Bank tersebut harus mampu menciptakan :
a. Tempat (place)
Yaitu berupa pelayanan interior maupun eksterior Bank yang mampu
memberikan kesan yang meyakinan atau menarik pelanggan , misalnya
mengenai kebersihan , penataan tempatnya , dan lain-lain.
b. Karyawan (people)
Yaitu berupa keramahannya , kecepatannya , kerapiannya , dan lain-lain.
c. Peralatan (equipment)
Yaitu berupa kecanggihan peralatan yang dipergunakan (seperti
computer) dan lain-lain.
d. Harga (price)
Yaitu berupa bunga yang jelas dan bersaing.
14
2. Tidak dapat dipisahkan (inseparbility)
Suatu bentuk jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya , apakah sumber itu
merupakan orang atau mesin , apakah sumber itu hadir atau tidak , produk fisik
yang berwujud tetap ada.
3. Berubah-ubah (variabelity)
Jasa sesungguhnya sangat mudah berubah-ubah karena jasa ini sangat bergantung
pada siapa yang menyajikan , kapan dan dimana disajikan , dalam hal
pengendalian kualitas
perusahaan jasa dapat mengambil 3 langkah pokok yaitu :
a. Seleksi dan melatih karyawan yang cemerlang.
b. Selalu mengstandarisasi proses pelayanan dan organisasi melalui berbagai
macam cara seperti menempatan ruangan dan personil pda tempat-tempat
tertentu , adanya sarana telepon bagi konsumen yang ingin atau
memerlukan telepon.
c. Memonitor tingkat kepuasan konsumen melalui sistem saran dalam
keluhan , surpei pasar , sehingga dengan demikian pelayanan yang buruk
dapat dihindarkan.
4. Jasa dapat musnah (perishability)
Berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa
saat kemudian.
2.3.3. Unsur-Unsur Jasa
Theodore Levitt dalam buku The Marketing Imagenation yang dialik
bahasakan oleh Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani (2006:85) mengajukan konsep
total produk, dimana suatu jasa yang ditawarkan dapat terddiri atas beberapa unsur :
1. Produk ini atau generic (core or generic product)
Unsur jasa ini terdiri atas jasa dasar. Contoh : tempat tidur pada jasa kamar
hotel.
15
2. Poduk yang diharapkan (expected product)
Terdiri atas jasa inti berikut pertimbangan keputusan pembelian minimal yang
harus dipenuhi. Contoh : ruang tunggu yang nyaman di bandara atau lift yang
berih.
3. Produk tambahan (augmented product)
Area yang memungkinkan suatu produk dideferensiasi terhadap yang lain.
4. Produk potensial
Tampilan (fitur) dan manfaat tambahan yang yang berguna bagi konsumen atau
menambah kepuasaan konsumen. Bagian ini dapat memberikan kelebihan guna
meningkatkan switching cost sehingga berfikir ulang atau sulit untuk beralih ke
produk jasa lain. Contoh : kemudahan-kemudahan atau layanan khusus bagi
konsumen yang telah menjadi anggota (member) perusahaan
.
2.3.4. Klasifikasi Jasa
Produk jasa tidak ada yang benar benar mirip antara yang satu dan yang lain.
Menurut Fandy Tijiptono (2007:13) untuk dapat memahaminnya klasifikasi
berdasarkan tujuh kriteria pokok yaitu :
1. segmen pasar
berdasarkan semen pasar. Jasa dapat dibedakan menjadi jasa yang ditujukan pada
konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa, katering, jasa tabungan, dan
pendidikan) dan jasa bagi konsumen organisasional (misalnya biro periklanan ,
jasa akuntansi dan prtpajakan, dan jasa konsultasi manajemen). Sebenarnya ada
kesamaan antara keduan segmen pasar tersebut dalam pembelian jasa. Baik
konsumen akhir maupun kondumen organisasional determinannya berbeda.
Perbedaan utama antara kedua segmen bersangutan terleak pada alasan dan
kriteria sfesifik dalam memilih jasa dan penyedia jasa, kualitas jasa yang
dibutuhkan, dan komleksitsas pengerjaan jasa yang diperlukan.
16
2. Tingkat keberwujudan
Kriterian ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan
konsumen. Berdasarkan kriteria ini jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
Tabel 2.1
Tipe-Tipe Klasifikasi Jasa
BASIS KLASIFIKASI CONTOH
1. Segmen Pasar 1. Konsumen Akhir
2. Organisasional
1. Salon kecantikan
2. Konsultan manajemen
2. Tingkat Keberwujudan 1. Rented-goods service
2. Owned-goods service
1. Penyewaan modal
2. Reparasi komputer
3. Penerjemah lisan
3. Keterampilan Penyedia
Jasa
1. Professional sevices
2. Non-profit services
1. Dokter
2. Tukang parkir
4. Tujuan Organisasi Jasa 1. Profit services
2. Non-profit service
1. Hotel;bank swasta
2. Yayasan sosial
5. Regulasi 1. Regulated-services
2. Non-regulated sevices
1. Jasa penerbangan
2. Katering
6. Tingkat Intensitas
Karyawan
1. Equipment-based
services
2. People-based services
1. Mesin ATM
2. Pelatih Renang
7. Tingkat Kontak
Penyedia Jasa dan
Pelanggan
1. High-contact services
2. Low-contact services
1. Universitas; rumah
sakit
2. Bioskop; jasa pos
17
Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan
konsumen . berdasarkan kriteria ini jasa dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a. Rented-goods services
Dalam tipe ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk tertentu
berdasarkan tarif yang disepakati selama jangka waktu spesifik.
Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena
kepemilikannya tetap ditangan pihak perusahaan yang menyewakannya.
Contohnya penyewaan mobil, video game VCD/DVD,OHP (Overhead
Projector), komputer, villa dan apartemen.
b. owned-goods services
pada tipe ini, produk-produk yang dimiliki konsumen, dipareasikan,
dikembangkan atau ditingkatkan ujuk kerjanya, atau dipelihara/dirawat
oleh perusahaan jasa. Jenis seperti ini juga mencakup perubahan bentuk
pada produk yang dimiliki konsumen. Contohnya meliputi jasa reparasi
(arloji, mobil, komputer, kulkas, AC, dan lain-lain), pecucian mobil
perawatan rumput padang golf, perawatan tanaman, pencucin pakaian
(laundry & dry cleaning), dan sebagainya.
c. Non-good service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal bersifa intangible
(tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para pelangga. Contoh
penyedia jasa ini antara lain supir, dosen, penata rias, baby-sitter,
pemandu wisata, penerjemah lisan, ahli kecantikan, pelatih senam dan
lain-lain.
3. Keterampilan penyedia jasa
Berdasarkan tingkatan keterampilan penyedia jasa, terdapat dua tipe pokok
jasa. Pertama, professional service (seperti dosen, konsultan sistem informasi,
dokter, perawat, fotograpfer propesional, akuntan, pisikolog, dan arsitek).
Kedua non professional service (seperti jasa supir taksi, tukang parkir,
pengantar surat, pengangkut sampah, pembantu rumah tangga, dan penjaga
18
malam). Pada jasa yang membutuhkan keterampilan tinggi dalam proses
oprasinya, pelanggan cenderung sangat selektifdan berhati hati dalam memilih
penyedia jasa. Hal inilah yang menyebabkan para penyedia jasa profesional
dapat “mengikat” para pelanggannya. Sebaliknya, jika jasa tidak memerlukan
keterampilan tinggi, seringkali loyalitas pelanggan rendah karena
penawarannya sangat banyak dan acapkali tidak berbeda secara signifikan.
4. Tujuan organisasi jasa
Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat diklasifikasikan menjadi
commercial service atau profit service (misalnya jasa penerbangan, bank,
penyewan mobil, biro iklan dan hotel) dan non-profit service (seperti sekolah,
yayasan dan bantuan, panti asuhan, perpustakaan umum dan museum).
Jasa komersial dapat dikelompokan lebih lanjut kedalam 10 jenis
(Stanton,Etzel & Walker, 1991)
a. Perumahan atau penginapan, meliputi penyewaan apartemen, hotel, motel,
vila, losmen, cottage , da rumah
b. Oprasi rumah tangga, meliputi utilitas, perbaikan rumah, reparasi
peralatan rumah tangga, pertamanan, dan household cleaning.
c. Rekreasi dan hiburan, meliputi penyewaan dan reparasi peralatan yang
digunakan untuk aktivitas-aktivitas rekreasi dan hiburan, serta admisi
(tiket masuk) untuk segala macam hiburan, pertunjukan, dan rekrasi.
d. Personal core, seperti laundry, dry cleaning dan perawatan kecantikan.
e. Perawatan kesehatan, meliputi segala macam jasa medis dan kesehatan
f. Pendidikan swasta
g. Bisnis dan jasa propesional lainnya, meliputi biro hukum, biro iklan,
konsultan pajak, jasa riset pemasaran, konsultan manajemen, dan jasa
komputerisasi.
h. Asuransi, perbankan, dan jasa financial lainnya, seperti asuransi
perorangan dan bisnis, jasa kredit dan pinjaman, konseling investasi, dan
pelayanan pajak.
19
i. Transportasi, meliputi jasa angkutan barang dan penumpang baik melalui
darat maupun udara, serta reparasi dan penyewaan kendaraan.
j. Komunikasi, terdiri atas telepon telegraph, komputer, internet server
provider, dan jasa komunikasi bisnis yang tersepesialisasi.
5. Dari aspek regulasi, jasa dapat menjadi regulated service (misalnya jasa
pialang, angutan umum, media massa, dan perbankan) dan non-regulated
service (seperti jasa makelar, ketring, kost dan asrama, kantin sekolah, serta
pengecatan rumah).
6. Tingkat intensitas karyawan
Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat
dikelomokan menjadi dua macam equipment based service ( seperti jasa cuci
mobil otomatis, jasa sambung telepon interlokal dan international, jasa mesin
ATM (Anjungan Tunai mandiri), internet banking, vendimg machines dan
binatu). Dan people based service (seperti pelatih sepak bola, satpam,
akuntan, konsultan hukum, konsultan manajemen, bidan dan dokter anak ).
Jasa padat karya biasanya (peopel-based service) masih dapat
diklasifikikasikan menjadi 3 katagori yaitu tidak terampil, terampil, dan
pekrja proesional (Kotler, 2000). Jasa padat karya biasanya di jumpai pada
perusahan yang memang memerlukan banyak tenaga ahli dan apabila
penyampaian jasa itu harus dilakukan di tempat tinggal atau di tempat usaha
pelanggan. Organisasi penyedia jasa juga akan bersifat padat karya apabila
proses penyampaian jasa pada satu orang pelanggan memakan waktu cukup
lama, sehingga perusahaan membtuhkan staf yang relatif banyak agar dapat
pula melayani planggan lainnya. Sementara itu perusahaan yang bersifat
equipment-based mengandalkan penggunan mesin dan alat canggih yang
dapat dikendalikan dan dipantau secara otomatis dan semi otomatis. Ini
dilakukan dengan tujuan untuk menjaga konsistensi kualitas jasa yang
diberikan dan meningkatkan efesiensi.
20
7. Tingkat kontak penyedia jasa
Berdasarkan tingkat kontak penyedia jasa ini, secara umum jasa dapat
dikelompokan menjadi high contact service (seperti universits, bank, dokter,
penata rambut, penasehat perkawinan dan konsultan bisnis) dan low contac
service (misalnya bioskop, jasa PLN, jasa telekomunikasai dan jasa layanan
pos). Menggunaka analogi teater, perbedaaan antara jasa kontak tingggi dan
kontak rendah bisa dikaitkan dengan perbedaan antara pertunjukan teater di
panggung (kontak tinggi) dan sandiwara radio (kontak rendah). Pada jasa
kontak tinggi keterampilan interpersonal staf penyedia jasa merupakan aspek
kruasial, karena karyawan jasa menjalankan fungsi strategik yang disebut
“service trinity” (Bowen & Schneider;1988) : mereka yang melakukan
operasi jasa, memasarkan jasa, dan disamakan oleh konsumen sebagai jasa.
Dalam jasa asuransi, misalnya sebagian besar klien menilai kualitas jasa
asuransi bersangkutan berdasarkan interaksinya dengan pemasar jasa tersebut.
Bagi klien, pemasar tersebut sekaligus mencerminkan jasa asuransi
perusahaannya. Keterampilan interpersonal yang sangat esensial dibutuhkan
oleh karyawan jasa dalam tipe jasa kontak tinggi meliputi komunkasi,
presentasi, dan manajemen stres. Sementara itu, pada jasa kontak rendah,
justru keahlian teknis karyawan jasa yang paling krusial. Lovelock, Patterson
& Walker (2004) mengidentifikasi dua sistem pemasaran jasa yang berbeda
untuk jasa kontak tinggi dan jasa kontak rendah. Dalam jasa kontak rendah,
pelanggan jarang melihat “pabrik jasa” sewaktu jasa dilaksanakan. Tidak
semua orang merasa nyaman dan suka dengan jasa kontak rendah, karena itu
semakin banyak penyedia jasa yang menawarkan pilihan berupa transaksi
langsung dengan teller bank, internet banking, phone banking, dan
penggunaan ATM.
21
2.3.5. Permasalahan Penghantaran Jasa
Menurut Lovelock (2012:250) bahwa yang menjadi masalah-masalah dalam
penghantaran jasa, yaitu:
kegagalan penghantaran jasa diakibatkan oleh pelanggan
pelanggan menjadi penyebab sepertiga masalah jasa, karena pelanggan
sebagai produsen kedua. Memulihkan diri dari kgagalan pelanggan adalah
hal yang sulit, karena pelanggan dan perusahaan mungkin memiliki
pandangan yang berbeda atas penyebab masalahnya. Sehingga mereka
berfokus pada pencegahan pelanggan. Faktor manusia dari kegagalan
pelanggan meliputi kurangnya kemampuan yang dibutuhkan, gagal
memahami peran dan kurangnya persiapan.
Kesalahan pemrosesan
Perusahaan jasa sebaiknya berupaya untuk memberikan kinerja yang
tinggi secara konsisten dalam masing-masing proses jasa. Namun dalam
kenyataannya, banyaknya kinerja jasa yang tidak sekonsisten demikian.
Oleh karena itu drama jasa menjadi hal utama, karena kesan pertama
pelanggan dapat memenuhi evaluasi mereka atas kualitas jasa saat
tahapan penghantaran jasa berganti. Persepsi dan pengalaman mereka
bersifat komulatif. Jika beberapa hal tidak berjalan dengan mulus diawal,
pelanggan tinggal mengabaikan jasa tersebut. Sekalipun pelanggan tetap
bertahan mereka mungkin akan mengamati kekeliruan lainnya. Di sisi
lain jika langkah pertama berjalan dengan mulus, zona toleransi
pelanggan dapat meningkat sehingga mereka lebih bersedia untuk
mengabaikan kesalahan kecil dalam kinerja jasa tersebut.
Keterbatasan kapasitas terhadap permintaan
Sebagian kapasitas bersifat elastis dalam hal kemampuannya untuk
menyerap permintaa ekstra. Misalnya pada hari-hari tertentu pada saat
libur sekolah atau hari-hari besar, jumlah pengunjung restoran akan
22
bertambah. Jika kapasitas personel tidak sesuai dengan pengunjung yang
datang, maka personel akan kelelahan dan mulai memberikan layanan
dengan kualitas yang menurun apabila mereka dipaksa bekerja dengan
cepat sehari penuh.
Teori peran dan naskah yang tidak dimengerti oleh pegawai dan
pelanggan
Para pegawai harus menampilkan peran mereka sesuai dengan ekspektasi
pelanggan, atau mereka akan menghadapi resiko mengecewakan para
pelanggannya. Sebagai pelanggan harus memahami aturan atau pelanggan
sendiri akan menghadapi risiko yang menimbulkan masalah bagi
perusahaan, para pegawainya, dan bahkan para pelanggan lain.
2.3.6. Solusi Penghantaran Jasa
Solusi penghantaran jasa menurut Lovelock (2012:285) adalah sebagai
berikut :
melalui tiga langkah untuk mencegah kegagalan pelanggan,yaitu :
1. mengumpulkan informasi secara sistemmatis mengenai titik-titik
kegagalan yang paling umum terjadi
2. mengidentifikasikan akar penyebabnya
3. menciptakan strategi untuk mencegah kegagalan yang sudah dikenali
perancangan ulang proses jasa
perencangan ulang proses jasa meremajakan kembali proses-proses yang
sudah ketinggalan zaman. Banyaknya keluhan pelanggan yang meningkat
atas ketidak nyamanan dan prosedur yang tidak perlu sering kali
mengidentifikasikan bahwa suatu proses tidak berjalan dengan baik dan
memerlukan perencanaan ulang.
23
Mengatur kapasitas agar sesuai dengan permintaan
Serangkaian pilihan berikut ini melibatkan penyesuaian keseluruhan
kapasitas untuk mencocokan variasi permintaan yang di kenal dengan
strategi pengejaran permintaan (chasing demand). Terdapat beberapa
tindakan yang dapat diambil menejer untuk menyesuaikan kapasitas yang
diperlukan:
1. menjadwalkan waktu kerja yang lebih longgar dikala permintaan
rendah
Untuk menjamin 100 persen dari kapasitas tersedia selama musim
sibuk, pmelihraan, perbaikan, dan renovasi sebaiknya dilakukan ketika
permintaan diperkirakan manurun. Liburan karyawan sebaiknya
diambil pada masa-masa seperti ini.
2. Melatih silang karyawan
Bahkan ketika sistem penghantaran jasa terlihat beroprasi pada
kapasitas penuh, elemen-elemen fisik tertentu dan karyawan yang
mengoprasikannya mungkin tidak didaya gunakan secara penuh.
Apabila karyawan dapat dilatih silang untuk melakukan berbagai
macam tugas, mereka dapat dialihkan pada titik-titik yang mengalami
kepadatan, dengan demikian meningkatkan kapasitas sistem total. Di
pasar swalayan misalnya, menejer mungkin akan memanggil karyawan
gudang utuk bekerja dikasir ketika antrian menjadi panjang. Sebaiknya
selama masa-masa sepi karyawan kasir mungkin akan diminta untuk
membantu bagian gudang.
3. Meminta pelanggan untuk berbagi
Kapasitas dapat di perluas dengan meminta pelanggan untuk berbagi
unit kapasitas yang biasanya didedikasikan untuk suatu individu.
24
4. Menciptakan kapasitas yang fleksibel
Contohnya meja-meja restoran diperuntukan bagi dua orang. Apabila
perlu meja dapat digabung untuk empat orang.
Melakukan edukasi kepada pegawai dan pelanggan
Pegawai dan pelanggan merupakan peranan penghantaran jasa yang
salling berkaitan. Penyampaian informasi yang disampaikan kepada
pelanggan harus dapt dipahami oleh pelanggan itu sendiri.
2.4. Pengertian Pelayanan Pelanggan
Pada dasarnya pengertian pelayanan pelanggan adalah suatu aktivitas yang
dilakukan untuk meninggkatkan kepuasaan pelanggan. Pelayanan pelanggan juga
dapat merupakan suatu alat komunikasi dimana pada dasar ini, perusahaan-
perusahaan dapat memenuhi kegiatan-kegiatan pelanggan serta melayanin keluhan-
keluhannya sehingga pada akhirnya dapat memberian kepuasaan pada pelanggan
tersebut.
Menurut Adrian Payne yang di alih bahasakan oleh Fandy Tdjiptono
(2002:219) dalam bukunya The Essence of Service Marketing adalah :
“pelayanan pelanggan adalah segala kegiatan yang dibutuhkan untuk
menerima, memproses, menyampaikan, dan memenuhi pesanan
pelanggan dan untuk menindak lanjut setiap tindakan yang mengandung
kekeliruan”.
Demi kepuasan pelanggan diperlukan suatu pengembangan strategi yang diarahkan
kepada pelanggan. Meningkatkan pelayanan tidaklah semudah membalika telapak
tanggan, banyak faktor yang perlu mendapat perhatian. Menurut Fandy Tjiptono
(2008;88) dalam bukunya Manajemen jasa mengemukakan beberapa faktor yang
perlu mendapatkan perhatian dalam meningkatkan pelayanan, yaitu:
25
1. Mengidentifikasi determinan kualitas jasa
Setiap perusahaan jasa perlu berupaya memberikan kualitas yang terbaik kepada
pelanggannya, untuk itu dibutuhkan identifikasi determinan utama kualitas jasa
dari sudut pelanggan. Oleh karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan riset untuk mengidentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi
pasar sasaran. Langkah berikutnya adalah memperikirakan penilaian yang
diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan
determinan-determinan tersebut.
2. Mengelola harapan pelanggan
Tidak jarang suatu perusahaan berusaha melebih-lebihkan pesan komunikasinya
kepada pelanggan dengan maksud agar mereka terpikan. Hal seperti ini dapat
menjadi boomerang bagi perusahaan karena semakin banyak janji yang diberikan
maka semakin besar pula harapan pelanggan (bahkan bisa menjurus menjadi
tidak realistis) yang pada gilirannya akan menambah peluang tidak dapat
terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan, oleh karena itu ada satu hal
yang dapat dijadikan pedoman yaitu “jangan janjikan apa yang tidak bisa
diberikan, tetapi berikan lebih dari yang di janjikan”.
3. Mengolah bukti (evidence) kualitas jasa
Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi pelanggan
selama dan sesudah jasa diberikan. Oleh karena itu jasa merupakan kinerja dan
tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang, maka pelanggan cenderung
memperhatikan fakta. Fakta Tangibles yang berkaitan dengan jelas sebagai bukti
dari kualitas sudut pandang perusahaan jasa, bukti kualitas meliputi segala
sesuatu yang dipandang pelanggan sebagai indicator seperti apa yang diberikan
(post service expectation) dan seprti apa saja jasa yang diterima (post service
evalution), bukti bukiti kualiatas jasa bisa berupa fasilitas fisik jasa (seperti
gedug, kendaraan dan sebagainya) penampilan pemberian jasa, perlengkapan dan
peralatan yang digunakan unruk memberikan jasa, laporan keuangan dan logo
perusahaan.
26
4. Mendidik konsumen tentang jasa
Membantu pelanggan dalam memahami suatu jasa merupakan upaya yang
dengan positif dalam menyimpulkan kualitas jasa. Pelanggan yang lebih terdidik
akan dapat mengambil kepuasan secara lebih baik. Oleh karena itu kepuasan
mereka dapat tercipta lebih tinggi.
5. Mengembangkan budaya kualitas
Budaya kualitas merupakan system nilai oraganisasi yang menghasilkan
lingkungan yang kondusif bagi pebentukan dan penyempurnaan kualitas secara
terus menerus, budaya kualiatas terdiri dari filosofi, keyakinan, sikap, norma,
nilai, tradisi, prosedur dan harapan yang meningkatkan kualitas agar dapat
terciptanya budaya kualitas yang baik dan dibutuhkan komitmen.
6. Menciptakan kualitas otomatis (Automatic Quality)
Adanya otomatisai dapat mengatasi variabelitas jualitas jasa yang disebabkan
kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki. Meskipun demikian, sebelum
memutuskan dan melakukan otomatisasi perusahaan perlu melakuakan penelitian
secara seksama untuk menentukan bagian yang perlu membutuhkan sentuhan
manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi yang perlu dihindari adanya
otomatisasi yang mencangkup keseluruhan jasa.
7. Menindaklanjuti jasa
Menindaklanjuti jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu
ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk bisa menghubungi
sebagian atau semua pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan reparasi
mereka terhadapat jasa yang diberikan perusahaan, dapat pula memberikan
kemudahan bagi para pelanggan untuk berkomunikasi.
8. Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa
Sistem informasi kualitas jasa merupakan sistm yang menggunakan sebagian
macam pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan dan
Menyebarluaskan informasi kualitas jasa guna mendukung pengambialan
keputusan, informasai yang dibutuhkan mencakup segala aspek yaitu data saat ini
27
dan masa lalu. Kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, serta informasi
mengenai perusahaan dan pelanggan.
2.5. Kepuasan Pelanggan
2.5.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Bagi pelanggan apa yang dihasilkan perusahaan, baginya tidak begitu penting,
pelnggan memikirkan apa yang akan dibelinya untuk memuaskan kebutuhan atas
dasar pertimbangan nilai, dan pertimbangan nilai dan pertimbangan nilai ini lah yang
selanjutnya akan menentukan bentuk bisnis apa yang perlu dikembangkan.
Kepuasan pelanggan tidak berarti memberikan kepada pelanggan apa yang
kita pikirkan disukai oleh pelanggan, berarti kita harus memberikan kepada mereka
apa yang sebenarnya mereka inginkan (want), kapan (when) dan cara mereka
memeperolehnya (the way they want it).
Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Kotler (2007:177) mengemukakan
bahwa :
“Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan”.
Definisi diatas menyimpulkan bahwa banyak manfaat yang diterima oleh
perusahaan dengan tercapainya tingkat kepuasan yang tinggi sehingga pelanggan
merasa senang dan puas atas kinerja yang diberikan perusahaan.
Lebih lanjut Foznell yang dikutip oleh Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani
(2006:192) mengemukakan bahwa :
“tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi dapat meningkatkan loyalitas
pelangga dan pencegah perputaran pelanggan, mengurangi sensitivitas
pelanggan terhadap harga, mengurngi harga, mengurangi biaya harga
pemasaran, mengurangi biaya oprasi yang diakibatkan oleh meningkatnya
jumlah pelanggan, meningkatkan efektivitas iklan, dan meningkatkan reputasi
bisnis”.
28
Faktor utama penelitian kepuasan adalah persepsi pelangga terhadap kualitas
jasa Zeithmal dan Bitner (2006:192). Pelanggan mempunyai persepsi tersendiri
mengenai kualitas kejelian produsen terhdap persepsi pelanggan tersebut akan
mampu menjawab apa yang diinginkan pelanggan sebab pelanggan yang menilai
kualitas. Oleh karena itu, produsen harus mampu memenuhi keinginan konsumen
dan mengetahui tentang kualitas suatu produk sehingga bisa memenuhi kepuasan
konsumen.
2.5.2. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Setiap orang melakukan pembelian dengan harapan tertentu mengenai apa
yang akan dilakuakan oleh produk dan jasa yang bersangkutan ketika digunakan dan
kepuasan merupakan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu kunci untuk
mempertahankan pelanggan adalah kepuasan. Pelanggan yang sangat puas umumnya
lebih lama setia, membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan dan
meningkatkan produksinya yang ada, membicarakn hal-hal yang positif tentang
perusahaan dan produknya.
Perusahaan harus menyadari bahwa pelanggan bisa merasa puas dengan
alasan yang berbeda. Pelanggan bisa merupakan karakter yang mudah di puaskan
ataupun sulit dipuaskan, tetapi pada kesempatan ini sejumah metode diadakan untuk
mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan cara
survei setiap periode tertentu dengan membuat daftar pertanyaan kepada pelaggan.
Perusahaan umumnya memfokuskan surei pada bidang citra merk, penetapan harga
dan ciri produk.
Dalam menentukan kepuasan, pelanggan memilih kriteria-kriteria jasa yang
diterima atau dirasakan oleh konsumen merupakn proses dimana pelanggan
membandingkan persepsi mereka mengenai penyampaian jasa (service expectation).
Menurut Philip Koler seperti yang diterjemahkan oleh prof. Dr. H. Buchari Alama
(2007:285) cara untuk mengukur dan membantu kepuasan pelanggan , yaitu :
29
1. Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented)
perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya
untuk menyampaikan saran , pendapat , dan keluhan mereka. Media yang
bisa digunakan meliputi kotak saran yang diletakan ditempat-tempat
strategis (yang mudah-mudah dijangkau atau sering dilewati pelanggan) ,
menyediakan kartu komentar (yang bisa diisi langsung ataupun yang bisa
dikirim via pos kepada perusahaan) , menyediakan saluran telepon khusus
(customer hot lines) , dan lain-lain. Informasi yang diperoleh melalui
metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga
kepada perusahaan , sehingga memungkinkan untuk memberikan respon
secara cepat dan tanggapan terhadap setiap masalah yang timbul.
2. Survei kepuasan pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasaan dilakukan dengan
menggunakan metode survey , baik melalui pos , telepon maupun
wawancara pribadi , melalui survey perusahan akan memperoleh tanggapan
dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan sekaligus juga
memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian
terhadap para pelanggan.
3. Ghost shopping
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang
(ghost shopping) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau
pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing , lalu ghost shopper
tersebut menyampikan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan
kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman
mereka dalam pembelian produk-produk tersebut.
4. Last customer analysis
Metode ini sedikit unik dimana perusahaan berusaha menghubungi para
pelanggannya yang telah berhenti atau lebih memilih pemasok , yang
30
diharapkan adalah akan diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal
tersebut, informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk
mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan
dan royalitas pelanggan.