28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial (Hurlock, 2003). Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang kurangnya dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini (Mighwar, 2006). Menurut WHO (1974), mendefinisikan tentang remaja yang lebih konseptual dan memgemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya (Sarwono, 2011). Remaja adalah suatu masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak kanak menjadi dewasa. Remaja adalah 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKAdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl... · 2016-01-05 · Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan bahwa ... menggunakan obat

Embed Size (px)

Citation preview

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang

lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial

dan fisik. Masa remaja merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau

peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial

(Hurlock, 2003).

Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini

diungkapkan oleh piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia

saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak

tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua,

melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya

dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara

berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam

hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas

yang umum dari periode perkembangan ini (Mighwar, 2006).

Menurut WHO (1974), mendefinisikan tentang remaja yang lebih

konseptual dan memgemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis,

dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi, remaja adalah suatu

masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia

mencapai kematangan seksualnya (Sarwono, 2011). Remaja adalah

suatu masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan

pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa. Remaja adalah

9

10

suatu masa dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial –

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri

(Sarwono, 2011).

2. Batasan Usia Remaja

Rentang usia pada remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun yang

dibagi dalam masa remaja awal, antara usia 13 sampai 17 tahun dan

remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Literature Amerika menentukan masa

pubertas 11 – 12 atau 15 – 16 tahun, kemudian menentukan usia 13 –

17 tahun sebagai remaja awal dan 17 – 21 tahun sebagai remaja akhir

(Mighwar, 2006).

Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan

bahwa secara teoritis dari segi psikologi rentang usia remaja berada

dalam usia 12 sampai 21 tahun bagi perempuan, dan 13 sampai 22

tahun bagi laki-laki (Hurlock, 2003). Batasan usia remaja menurut

WHO, remaja awal yaitu 10 – 14 tahun, remaja akhir yaitu 15 – 20

tahun (Sarwono, 2011).

3. Ciri – ciri masa remaja (Hurlock, 2003)

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting

disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama

pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan

perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai,

dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan

dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dengan demikian dapat

diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan

meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang

11

akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru

pada tahap berikutnya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik terjadi dengan pesat

diikutu dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung

cepat. Apabila terjadi perubahan fisik menurun maka perubahan

sikap dan perilaku juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri – sendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik

oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi

kesulitan itu yaitu pertama, sepanjang masa kanak – kanak masalah

anak – anak sebagian diselesaikan orang tua dan guru – guru

sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi

masalah. Kedua, remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingi

mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru

– guru.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pencarian identitas dimulai dari akhir masa kanak – kanak.

Penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari sikap

individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada awal masa

remaja masih tetap penting bagi anak laki – laki maupun perempuan.

Namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri,

dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalagh anak – anak yang

tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takutr

12

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya

semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa

apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil

mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan

status dewasa, yaitu merokok, minum – minuman keras,

menggunakan obat – obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.

Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra citra

yang mereka inginkan.

4. Ciri – ciri remaja menurut Mighwar (2006)

a. Ciri – ciri khas remaja awal

1) Tidak stabilnya emosi

Perasaan pada masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan

emosinya laksana embusan badai dan topan dalam kehidupan.

karena itu tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat

antusias bekerja tiba – tiba lebih lesu, dan dari sangat gembira

menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat

ragu, termasuk dalam menentukan cita – cita.

13

2) Lebih menonjolnya sikap dan moral

Matangnya organ – organ seks mendorong remaja untuk

mendekati lawan seksnya, sehingga kadang berperilaku

berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh sebagian masyarakat.

3) Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan

Pada awal remaja, kemampuan mental atau kemampuan

berpikirnya mulai sempurna.

4) Membingungkannya status

Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi membingungkan,

adalah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering

memperlakukannya secara berganti – ganti, karena masih ragu

memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak –

kanak.

5) Banyaknya masalah yang dihadapi

Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. selain adanya

ciri – ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga

menjadikannya banyak masalah.

6) Masa yang kritis

Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau

menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini.

bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan

masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung

dengan orang lain. sebaliknya, apabila dia mampu menghadapi

dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk

menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa.

b. Ciri – ciri khas remaja akhir

1) Mulai stabil

Dalam aspek fisik dan psikis remaja menunjukkan peningkatan

kestabilan emosi. kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani

membedakannya dengan masa remaja awal.

14

2) Lebih realistis

Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan

sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal. Contohnya,

remaja awal memandang dirinya jelek, padahal sebenarnya

tampan atau cantik atau berpandangan sebaliknya.

3) Lebih matang menghadapi masalah

Bila masa remaja awal menghadapi masalah dengan sikap

bingung dan tingkah laku yang tidak efekif, remaja akhir

menghadapinya dengan lebih matang. kematangan itu

ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah – masalah yang

dihadapi baik secara sendiri maupun diskusi dengan teman

sebaya.

4) Lebih tenang perasaannya

Secara umum pada masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam

menghadapi masalah – masalahnya dibanding dengan masa

remaja awal. remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan,

kesedihan, dan kecewa, sebagaimana terjadi pada masa remaja

awal.

5. Tugas Perkembangan (Hurlock, 2003)

Banyak tuntutan dan faktor-faktor sosial, religious, serta nilai dan

norma yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung

jawab. Menurut R.J.Havighurst tugas perkembangan adalah petunjuk

yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan

atau tuntutan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam

usia tertentu. Arti ini mengandung makna pertama, dari segi orang

dewasa, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada

anak-anak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus

bagi masa anak-anak) dan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan

dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa remaja.

Kedua, dari segi anak yang sadar menuju kedewasaanya, dia dapat

15

mengetahui hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dalam masa

kehidupan tertentu yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan

lingkungannya yang lebih luas.

Karl C.Garrison membagi tugas perkembangan menjadi enam

kelompok berikut :

a. Menerima kondisi jasmani

Pada masa remaja ini, anak menjadi tumbuh cepat yang

mengarahkannya pada bentuk orang dewasa, pertumbuhan ini juga

diiringi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja putri

sering mendambakan bintang pujaannya yang memiliki wajah cantik

dan bertubuh langsing. Mereka sering membandingkan dirinya

dengan teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak

seperti bintang pujaannya atau teman sebanyanya.

b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebayanya yang

berlainan jenis

Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja

mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial terutama dengan

lawan jenisnya. Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok

teman sebaya lawan jenis ataupun sesaama jenis agar merasa

dibutuhkan dan dihargai.

c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya

Pada masa ini, perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan

tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila

remaja memiliki bentuk tubuh yang tidak memuaskan mereka akan

menyesali dirinya sendiri. Padahal mereka seharusnya menerima

kondisinya dengan penuh tanggung jawab.

d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya

Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas

perkembangan penting yang dihadapi oleh setiap remaja. Apabila

remaja tidak memiliki kebebasan emosional mereka akan menemui

16

berbagai kesulitan dalam masa selanjutnya, tidak bisa membuat

keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang

ditempuhnya.

e. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang

berkaitan dalam masalah ekonomi

Kelak para remaja akan hidup sebagai orang dewasa, kesanggupan

disini mencakup dua tugas yaitu; pertama, mencari sumber keuangan

atau pemasukan. Dalam hal ini remaja diharapkan belajar untuk

lepas dari bantuan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan. Kedua,

pengelolaan keuangan, dalam hal ini remaja diharapkan mampu

mengatur pengeluarannya.

f. Memperoleh Nilai-nilai dan Filsafat hidup

Remaja seringkali sulit menerima kondisi fisiknya bila sejak kanak-

kanak mereka telah mengagungkan konsep tentang penampilan diri

pada waktu dewasa. Tugas untuk mengembangkan perilaku social

yang bertanggung jawab berkaitan erat dengan masalah

perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa

yang akan dimasuki. Kebanyakan remaja ingin diterima oleh teman-

teman sebayanya tetapi orang dewasa menganggap perilaku remaja

ini diartikan bahwa mereka belum bisa bertanggung jawab.

6. Keadaan emosi selama masa remaja (Hurlock,2003)

Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan

tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat

dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa

badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian remaja

mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi

dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial

yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan

merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Menurut Gisell dan

17

kawan – kawan dalam Hurlock, remaja empat belas tahun sering kali

mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak,

tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam

belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak punya keprihatinan. Jadi

adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang

berakhirnya awal masa remaja.

a. Pola emosi pada masa remaja

Pola emosi remaja adalah masih sama dengan pola emosi masa

kanak – kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan rangsangan

yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya

padapengandalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka.

Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara

gerakan amarah yang meledak – ledak, melainkan dengan

menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras

mengkritik orang – orang yang menyebabkan amarah.

b. Kematangan emosi

Anak laki – laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai

kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak meledakkan

emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan

tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan

cara – cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi

yang lain adalah bahwa individu menilai situasi kritis terlebih dahulu

sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir

sebelumnya seperti anak – anak atau orang yang tidak matang.

B. Stres

1. Pengertian

Menurut Santrock, 2003 stres adalah respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam

dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

18

Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap

kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi

dalam kehidupan sehari – hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang

mengalaminya, stres memberi dampak total pada individu yaitu

terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat

mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).

2. Jenis stres ( Wangsa, 2009)

a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,

positif dan konstruktif atau bersifat membangun. Hal tersebut

termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang

diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan

adaptasi dan tingkat performance yang tinggi.

b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang yang bersifat

tidak sehat, negatif, dan destruktif atau bersifat merusak. Hal

tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti

penyakit kardiovaskuler dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)

yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan

dan kematian.

3. Stresor

Menurut Perry Potter 2005, stimulasi yang mengawali atau

mencetuskan perubahan disebut stresor. Stresor menunjukkan suatu

kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja

kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan,

spiritual, atau kebutuhan kultural. stresor secara umum dapat

diklasifikasikan sebagai stresor internal dan eksternal. Stresor internal

berasal dari dalam diri seseorang (misalnya, demam, kondisi seperti

kehamilan atau menopouse, atau keadaan emosi yang seperti rasa

bersalah). Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (misalnya,

19

perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran

keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).

4. Sumber stres (Rasmun, 2004)

Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh, terjadinya

stres yang disebabkan stressor dirasakan dan dipersepsikan oleh

individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan

yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik

psikologis, contohnya dapat berupa :

a. Biologik : mikroba atau bakteri, virus dan jasad renik lainnya,

hewan binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya

yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya

jerawat (acne), demam, digigit binatang,dan lain - lain.

b. Fisik : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang meliputi

tempat tinggal, domisili, demografi berupa jumlah anggota dalam

keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan.

c. Kimia : dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa

sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan,

pemakaian alkohol, nekotin cafein, polusi udara, gas beracun,

insektisida, pencemaran lingkungan, bahan – bahan kosmetika,

bahan – bahan pengawet, pewarna, dan lain – lain.

d. Psikologik : labeling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan

terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan) konflik peran,

percaya diri rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan

kehamilan.

e. Spiritual : adanya persepsi negatif terhadap nilai – nilai ke-

Tuhanan.

5. Gejala – gejala stres (Hardjana, 1994)

a. Gejala fisikal

Gejala stres yang dialami seperti sakit kepala, sulit tidur

(insomnia), sakit punggung terutama bagian bawah, gatal – gatal

20

pada kulit, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, ketegangan

otot pada area leher dan bahu, keringat berlebihan, berubah selera

makan serta kelelahan ditambah dengan banyak melakukan

kesalahan dalam kerja dan hidup.

b. Gejala Emosional

Biasanya seseorang mengalami kecemasa, sedih, mood berubah

dengan cepat, mudah marah, gugup, merasa harga diri turun atau

tidak aman sensitif, mudah menyerang dan bermusuhan, kehabisan

sumber daya mental (burn out). Pada gejala ini apabila tidak

teratasi dengan cepat perlu ditolong kepsikolog atau psikiater.

c. Gejala Intelektual

Adalah sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa,

pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, pikiran

dipenuhi dengan satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang

sehat, dan prestasi atau produktivitas kerja yang menurun serta

bertambahnya jumlah kekeliruan yang dibuat.

d. Gejala Interpersonal

Stres mempengaruhi hubungan dengan orang lain, baik di dalam

maupun diluar rumah. Gejalanya antara lain : kehilangan

kepercayaan dari orang lain, mudah mempermasalahkan orang

lain, tidak memenuhi janjinya, suka mencari – cari kesalahan orang

lain atau menyerang orang dengan kata – kata, terlalu

membentengi diri “mendiamkan” orang lain.

6. Respon terhadap stres

a. Respon fisiologis

Menurut selye, 1994 mengemukakan istilah General Adaptation

Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi

fisiologis terhadap stresor :

21

1) Reaksi alarm

Pada tahapan ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme

berada di bawah normal yang selanjutnya meningkat di atas

normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi organisme

terhadap stresor. Tetapi tubuh tidak dapat mempertahankan

intensitas arousal dari alarm reaction dalam aktu uang sangat

lama.

2) Tahapan resisten

Pada tahap ini tubuh bertahan untuk melawan dan beradaptasi

dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap

lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.

3) Tahap kehabisan tenaga

Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat

melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi

tubuh, sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang

terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan

fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.

b. Respon Psikologis

1) Kognisi

Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas

kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit

kognitif pada anak – anak.

2) Emosi

Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering

menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi

stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan

pengalaman emosional. Rreaksi emosional terhadap stres yaitu

seperti rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih,

dan rasa marah.

22

3) Perilaku sosial

Stres dapat mengubah perilaku individu terhadaporang lain.

Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif.

Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku

sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat

menimbulkan perilaku agresif.

7. Tingkat stres (potter & perry dalam rasmun, 2004)

a. Stres ringan

Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang

dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan

umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya : lupa ketiduran,

kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya dalam beberapa

menit atau beberapa jam. Situasi seperti ini nampaknya tidak akan

menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

b. Stres sedang

Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari contohnya

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,

mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam

waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu

yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.

c. Stres berat

Adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa

tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,

kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.

23

8. Metode untuk mengatasi stres (Hardjana, 1994)

a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)

Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri.

Pendekatan ini memanfaatkan obat – obat penenang dan umumnya

bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, tidak mudah dijelaskan

bagi orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini

berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa

berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral).

Jadi pendekatan farmakologi boleh disebut sebagai cara

pengelolaan stres awal sebelum pada waktunya orang dibantu

untuk mengelola stres yang dialami dengan sungguh – sungguh,

dalam arti masalah sendiri dikelola.

b. Pendekatan perilaku (bahavioral)

Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain

relaksasi, desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain.

c. Pendekatan kognitif

Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi

stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya

metode kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres

diciptakan untuk mengatur kembali pola berfikirnya. Mengatur

kembali pola berfikir pada dasarnya merupakan proses

menggantikan pikiran atau keyakinan yang mengurangi penilaian

orang yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang

dapat diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang yang dihadapinya.

d. Meditasi dan hipnosis

Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan

hipnosis merupakn salah satu cara yang efektif. Meditasi

merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu

objek, pemikiran atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola stres

adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres

berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang

24

mengakibatkan stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang,

sebagai alternatif tanggapan terhadap stres tersebut. Hipnosis

merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat sugesti

tertentu dan dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu

mengubah pemahaman, ingatan, dan perilaku. Tanpa ada orang

yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis, metode

hipnosis tidak dapat dilaksanakan.

e. Terapi Musik

Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika

kadar stres pada seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan

tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu

mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan. Manfaat

musi salah satunya yaitu untuk mengendalikan diri.

9. Stres pada remaja

Menurut Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum

penyebab stres pada remaja adalah :

a. Perbedaan pendapat dengan orang tua

b. Putus dengan kekasih

c. Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki – laki

d. Perubahan status ekonomi pada orang tua

e. Sakit yang diderita oleh anggota keluarga

f. Masalah dengan teman sebaya

g. Masalah dengan orang tua

Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang menyebabakan remaja

menjadi stres, yaitu :

a. Faktor biologis

1) Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga

2) Penggunaan alkohol dan obat – obatan dalam keluarga

3) Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga

4) Penyakit yang serius diderita remaja atau anggota keluarga

25

5) Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatrus seperti

kelainan makanan, skizoprenia, manik depresi, gangguan perilaku

dan kejahatan.

6) Kematian salah satu anggota keluarga

7) Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik

8) Perceraian orang tua

9) Konflik dalam keluarga

b. Faktor kepribadian

1) Tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata

2) Tingkah laku agresif dan antisosial

3) Penggunanaan dan ketergantungan obat terlarang

4) Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri

sendiri dan merasa bersalah

5) Masalah dengan makan dan tidur

c. Faktor psikologis dan sosial

1) Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau

anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau

keluarga

2) Tidak dapat memenuhi harapan orang tua seperti kegagalan dalam

mencapai tujuan, tinggal kelas dan penolakan sosial

3) Tidak dapat menyelesaiakan konflik dengan anggota keluarga,

teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan

kemarahan, frustasi dan penolakan

4) Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat

mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan

5) Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan

10. Cara Pengukuran Tingkat Stres atau instrumen pengukuran tingkat

stres

Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian.

instrumen berperan dalam memperoleh data yang digunakan dari

26

sebuah penelitian, untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulan

sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

instrumen atau alat pengumpul data dengan angket atau kuesioner

untuk alat ukur tingkat stres. Tingkat stres adalah hasil penilaian

terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang (Hardjana,

1994). Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression

Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995).

DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk

mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.

DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional

mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk

pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun

dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai

stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu

untuk tujuan penelitian. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa

normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties

of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item,

yang mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan

perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna

0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), >120

(Sangat berat).

C. Terapi Musik

1. Pengertian

Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan

harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Musik adalah bunyi yang

diterima oleh individu yang berbeda – beda berdasarkan sejarah,

lokasi, budaya, dan selera seseorang (Rasyid, 2010).

Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu

atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi

kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan

27

memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam

berbagai usia (Djohan, 2006).

Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan

terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik (suara,

irama, melodi, dan harmoni) terhadap klien atau kelompok dalam

proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal,

belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi menata diri

untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan, 2006).

Terapi musik ialah penggunaan bunyi dan musik dalam

memunculkan hubungan antara individu dan terapis untuk mendukung

dan menguatkan secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Penggunaan

bunyi dan musik dapat berbagai cara, misalnya bermain musik

bersama dengan improvisasi bebas. Musik sudah lama menjadi bagian

dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur,

terlena, atau mengenang kembali (Kompas, 2010).

Metode terapi musik pertama kali ditemukan di Amerika tahun

1950-an. Pada tahun 1970-an, Mary Priestly mengembangkan

analytical music therapy ketika bekerja sebagai terapis musik d sebuah

rumah sakit jiwa. Di tahun 2007 sebuah studi membuktikan bahwa

terapi musik secara dramatis mampu meningkatkan kondisi fisik dan

mental pasien paliatif atau pasien yang sedang menghadapi

kematiannya. Dalam studi yang dilakukan para peneliti dari Cleveland

Music School Settlement tersebut diketahui terapi musik secara

signifikan menurunkan rasa gelisah dan sakit yang dirasakan pasien

serta membuat pasien bernapas lebih tenang. Sekitar 80 persen dari

200 responden juga mengaku mood mereka menjadi lebih baik,

demikian juga dengan para keluarganya (Djohan, 2006).

2. Macam terapi musik (Satiadarma, 2004)

Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi

musik, yaitu:

28

a. Terapi Musik Aktif

Dalam terapi musik aktif klien diajak bernyanyi, belajar

memainkan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat

lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan

dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik atif tentu saja

dibutuhkan bimbingan seorang pakar yang kompeten dalam

bermain musik.

b. Terapi Musik Pasif

Terapi musik pasif merupakan terapi musik yang murah, mudah

dan efektif. Hanya dengan mendengarkan dan menghayati suatu

alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal

terpenting dalam Terapi Musik Pasif adalah pemilihan jenis musik

dapat sesuai dengan kebutuhan.

3. Jenis – jenis aliran musik

a. Musik klasik

Musik klasik merupakan istilah yang biasanya mengacu pada

musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian barat

(Rasyid, 2010).

Musik klasik memiliki kejernihan, keanggunan, kebeningan. Musik

ini mampu memperbaiki konsentrasi dan ingatan (campbell, 2001).

Sampai saat ini jenis musik klasik banyak dimanfaatkan untuk

pendidikan, relaksasi, konseling, dan terapi. Musik klasik dianggap

paling aman karena apabila dibandingkan dengan jenis musik yang

lain musik klasik belum berfokus pada nuansa emosional, tetapi

lebih berfokus pada keseimbangan bentuk dan struktur serta

bersifat stabil karena iramanya dan harmoninya tidak bergejolak.

Selain itu musik klasik memiliki penekanan terhadap melodi,

harmoni yang seimbang dan ritme yang konstan (Satiadarma,

2005).

29

b. Musik Jazz

Musik Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat

pada awal abad ke 20 dengan akar – akar musik dari Afrika dan

Eropa. Musik ini banyak menggunakan gitar, trombon, piano,

terompet, dan saxophone. (Rasyid, 2010).

Musik jazz memberikan kegembiraan dan memberi ilham,

melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa

kecerdasan dan menegaskan kemanusiaan bersama (campbell,

2001).

c. Musik Rock

Musik Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui

secara umum pada pertengahan tahun 1950-an. Bunyi khas musik

rock sering berkisar sekitar gitar listrik (Rasyid, 2010). Musik

Rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif,

melepaskan ketegangan dan menutup rasa sakit. Musik tersebut

juga dapat menciptakan ketegangan, stres dan rasa sakit didalam

tubuh apabila tidak dalam suasana batin untuk dihibur secara

energik (Campbell, 2003).

d. Musik Rakyat (Musik Tradisional)

Musik rakyat atau musik tradisional adalah musik yang hidup di

masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana

hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya

seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya

(Rasyid,2010).

e. Musik Keagamaan

Musik keagamaan antara lain terdiri dari

1) Kasidah

Adalah bentuk syair epik kesusateraan arab yang dinyanyikan.

Penyanyi menyanyikan lirik berisi pujian – pujian (dakwah

30

keagamaan, dan satir) untuk kaum muslim. Lagu kasidah

modern liriknya juga dibuatb dalam bahasa. Alat musik yang

digunakan adalah rebana dan mandolin, disertai alat – alat

modern misalnya biola, gitar, kibord (Rasyid, 2010).

2) Nasyid

Adalah salah satu seni tarik suara islam. Syairnya merupakan

nyayian yang bercorak islam dan mengandung nasihat, kisah

para nabi, memuji Allah, dan sejenisnya. Nasyid dinyanyikan

secara akapela dengan hanya diiringi gendang. Pada awalnya

yang dinyanyikan adalah syair – syair asli berbahasa arab.

Namun akhirnya berkembang dengan bahasa indonesia dengan

tema yang semakin luas (Rasyid, 2010).

4. Manfaat terapi musik (Djohan, 2006)

Ada beberapa manfaat terapi musik yaitu :

a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran

Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik

adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih

fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan

pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi

relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh

akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,

produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami

penyegaran.

b. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia

seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah

oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian

lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi

adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar

menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa

31

pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan

rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil

sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya

juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk

belajar sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si

bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi

dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan

pada musik.

c. Meningkatkan Motivasi

Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan

dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan

muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya,

jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,

lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian,

ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi,

semangat dan meningkatkan level energi seseorang.

d. Pengembangan Diri

Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri

seseorang. Hati-hati, karena musik yang Anda dengarkan

menentukan kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami

menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya

cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.

Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu

bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah

masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis

musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam

beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau

berkurang sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda bisa

mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara

mendengarkan jenis musik yang tepat.

32

e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat

Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah

kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses

musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika

seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis

memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak

digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk

meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat

rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani

masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.

f. Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam

bukunya ''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik

membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan

emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan

psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan

pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai terapi.

Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh

psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam

gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.

g. Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf

yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung

dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut

penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik.

Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah

yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa

sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur

membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga

membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses

persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan

33

mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis

akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi

rasa sakit.

h. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu

menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan

otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh

lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.

i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

John Diamond dan David Nobel, telah melakukan riset mengenai

efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka

menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai

dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi

dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat

menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh akan

menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh)

dan membuat kita menjadi lebih sehat.

D. Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stres

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan

musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan

sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Stres adalah

respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang

terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari

– hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres

memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,

intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan

fisiologis (Rasmun, 2004).

Musik dianggap dapat berpengaruh dalam penurunan tingkat stres

pada dasarnya harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan

harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama

34

internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang

menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama

internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang kurang

menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara,

bukan hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap

stimulus musik, tetapi saraf pada kulit juga turut merasakannya. Demikian

pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga) yang merupakan alat

keseimbangan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya

musik (Satiadarma, 2004).

Dari hasil Penelitian Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai

treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda

mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19 - 24 tahun,

hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadapa stres

sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan

stres pada mahasiswa. Selain itu terdapat penelitian dari Irma Rahmawati,

Hartiah Haroen, Neti Juniarti mengungkapkan penurunan tingkat stres

yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan

Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena

pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon

adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres.

Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh

organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan disampaikan

ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri

kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung

menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau

membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri (Satiadarma, 2004).

Dengan demikian perasaan tegang, gundah, marah sebagai pemicu stres

menjadi berkurang karena efek dari music yang bersifat menenangkan.

35

E. Kerangka teori

Dari tinjauan teori dapat dilihat kerangka teori sebagai berikut :

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Hardjana (1994), Rasmun (2004)

Sumber stress

a. Biologik

b. Fisik

c. Kimia

d. Psikologik

e. Spiritual

Stres

Tingkat Stres :

a. Stres Ringan

b. Stres Sedang

b. Stres Sedang

Metode Untuk Mengatasi Stres :

a. Pendekatan Farmakologis

b. Pendekatan Perilaku

c. Pendekatan Kognitif

d. Meditasi dan Hipnosis

e. Terapi Musik

36

F. Kerangka Konsep

Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep

sebagai berikut:

Variable independen Variable dependen

Skema 2.2 Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

Variable dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independen (variabel bebas) adalah Terapi Musik

2. Variabel dependen (variabel terikat) adalah Tingkat stres

H. Hipotesis

Adanya pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stres pada remaja

di panti asuhan yayasan kyai ageng majapahit.

Terapi Musik

Tingkat Stres