Upload
trinhkhuong
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence mempunyai arti yang
lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial
(Hurlock, 2003).
Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas mencakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini
diungkapkan oleh piaget, secara psikologis masa remaja adalah usia
saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia saat anak
tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua,
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya
dalam masalah hak. Transformasi intelektual yang khas dari cara
berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas
yang umum dari periode perkembangan ini (Mighwar, 2006).
Menurut WHO (1974), mendefinisikan tentang remaja yang lebih
konseptual dan memgemukakan tiga kriteria yaitu biologis, psikologis,
dan sosial ekonomi. Definisi tersebut berbunyi, remaja adalah suatu
masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksualnya (Sarwono, 2011). Remaja adalah
suatu masa dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan
pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa. Remaja adalah
9
10
suatu masa dimana terjadi peralihan dari ketergantungan sosial –
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(Sarwono, 2011).
2. Batasan Usia Remaja
Rentang usia pada remaja adalah antara 13 sampai 21 tahun yang
dibagi dalam masa remaja awal, antara usia 13 sampai 17 tahun dan
remaja akhir 17 sampai 21 tahun. Literature Amerika menentukan masa
pubertas 11 – 12 atau 15 – 16 tahun, kemudian menentukan usia 13 –
17 tahun sebagai remaja awal dan 17 – 21 tahun sebagai remaja akhir
(Mighwar, 2006).
Dari beberapa penggolongan remaja diatas dapat disimpulkan
bahwa secara teoritis dari segi psikologi rentang usia remaja berada
dalam usia 12 sampai 21 tahun bagi perempuan, dan 13 sampai 22
tahun bagi laki-laki (Hurlock, 2003). Batasan usia remaja menurut
WHO, remaja awal yaitu 10 – 14 tahun, remaja akhir yaitu 15 – 20
tahun (Sarwono, 2011).
3. Ciri – ciri masa remaja (Hurlock, 2003)
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting
disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama
pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan
perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai,
dan minat baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, tetapi peralihan merupakan perpindahan
dari satu tahap ke tahap berikutnya. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan
meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang
11
akan datang, serta mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru
pada tahap berikutnya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik terjadi dengan pesat
diikutu dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung
cepat. Apabila terjadi perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku juga menurun.
d. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri – sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki – laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi
kesulitan itu yaitu pertama, sepanjang masa kanak – kanak masalah
anak – anak sebagian diselesaikan orang tua dan guru – guru
sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi
masalah. Kedua, remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingi
mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru
– guru.
e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pencarian identitas dimulai dari akhir masa kanak – kanak.
Penyesuaian diri dengan standar kelompok lebih penting dari sikap
individualistis. Penyesuaian diri dengan kelompok pada awal masa
remaja masih tetap penting bagi anak laki – laki maupun perempuan.
Namun lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri,
dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda dari orang lain.
f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalagh anak – anak yang
tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takutr
12
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita – cita. Semakin tidak realistik cita – citanya
semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa
apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja
mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan
status dewasa, yaitu merokok, minum – minuman keras,
menggunakan obat – obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra citra
yang mereka inginkan.
4. Ciri – ciri remaja menurut Mighwar (2006)
a. Ciri – ciri khas remaja awal
1) Tidak stabilnya emosi
Perasaan pada masa ini sangatlah peka, yaitu perasaan dan
emosinya laksana embusan badai dan topan dalam kehidupan.
karena itu tidak heran bila sikap dan sifat remaja yang sangat
antusias bekerja tiba – tiba lebih lesu, dan dari sangat gembira
menjadi sangat sedih, dari merasa percaya diri menjadi sangat
ragu, termasuk dalam menentukan cita – cita.
13
2) Lebih menonjolnya sikap dan moral
Matangnya organ – organ seks mendorong remaja untuk
mendekati lawan seksnya, sehingga kadang berperilaku
berlebihan yang dinilai tidak sopan oleh sebagian masyarakat.
3) Mulai sempurnanya kemampuan mental dan kecerdasan
Pada awal remaja, kemampuan mental atau kemampuan
berpikirnya mulai sempurna.
4) Membingungkannya status
Hal yang tidak hanya sulit ditentukan, tetapi membingungkan,
adalah status remaja awal, sehingga orang dewasa sering
memperlakukannya secara berganti – ganti, karena masih ragu
memberi tanggung jawab dengan alasan mereka masih kanak –
kanak.
5) Banyaknya masalah yang dihadapi
Banyak faktor yang menjadi masalah bagi remaja. selain adanya
ciri – ciri remaja tersebut diatas, sifat emosional remaja awal juga
menjadikannya banyak masalah.
6) Masa yang kritis
Kebimbangan remaja dalam menghadapi dan memecahkan atau
menghindari suatu masalah menjadi indikasi kritisnya masa ini.
bila remaja tidak mampu menghadapi dan menyelesaikan
masalahnya, dia akan menjadi orang dewasa yang bergantung
dengan orang lain. sebaliknya, apabila dia mampu menghadapi
dan menyelesaikan masalahnya, hal itu akan menjadi bekal untuk
menghadapi berbagai masalah selanjutnya hingga dewasa.
b. Ciri – ciri khas remaja akhir
1) Mulai stabil
Dalam aspek fisik dan psikis remaja menunjukkan peningkatan
kestabilan emosi. kesempurnaan pertumbuhan bentuk jasmani
membedakannya dengan masa remaja awal.
14
2) Lebih realistis
Memandang diri lebih tinggi atau lebih rendah dari keadaan
sebenarnya sering terjadi pada masa remaja awal. Contohnya,
remaja awal memandang dirinya jelek, padahal sebenarnya
tampan atau cantik atau berpandangan sebaliknya.
3) Lebih matang menghadapi masalah
Bila masa remaja awal menghadapi masalah dengan sikap
bingung dan tingkah laku yang tidak efekif, remaja akhir
menghadapinya dengan lebih matang. kematangan itu
ditunjukkan dengan usaha pemecahan masalah – masalah yang
dihadapi baik secara sendiri maupun diskusi dengan teman
sebaya.
4) Lebih tenang perasaannya
Secara umum pada masa remaja akhir, remaja lebih tenang dalam
menghadapi masalah – masalahnya dibanding dengan masa
remaja awal. remaja akhir, jarang memperlihatkan kemarahan,
kesedihan, dan kecewa, sebagaimana terjadi pada masa remaja
awal.
5. Tugas Perkembangan (Hurlock, 2003)
Banyak tuntutan dan faktor-faktor sosial, religious, serta nilai dan
norma yang mendorong remaja memikul beban tugas dan tanggung
jawab. Menurut R.J.Havighurst tugas perkembangan adalah petunjuk
yang memungkinkan seseorang untuk mengerti dan memahami harapan
atau tuntutan masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam
usia tertentu. Arti ini mengandung makna pertama, dari segi orang
dewasa, dia dapat mengetahui hal-hal yang harus diajarkan kepada
anak-anak sesuai dengan yang diharapkan oleh lingkungannya (khusus
bagi masa anak-anak) dan mengetahui hal-hal yang harus ditanamkan
dan dikuatkan dalam membimbing seorang anak dalam masa remaja.
Kedua, dari segi anak yang sadar menuju kedewasaanya, dia dapat
15
mengetahui hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dalam masa
kehidupan tertentu yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
lingkungannya yang lebih luas.
Karl C.Garrison membagi tugas perkembangan menjadi enam
kelompok berikut :
a. Menerima kondisi jasmani
Pada masa remaja ini, anak menjadi tumbuh cepat yang
mengarahkannya pada bentuk orang dewasa, pertumbuhan ini juga
diiringi dengan perkembangan sikap dan citra diri. Remaja putri
sering mendambakan bintang pujaannya yang memiliki wajah cantik
dan bertubuh langsing. Mereka sering membandingkan dirinya
dengan teman sebayanya, sehingga akan cemas bila kondisinya tidak
seperti bintang pujaannya atau teman sebanyanya.
b. Mendapatkan hubungan baru dengan teman-teman sebayanya yang
berlainan jenis
Kematangan seksual yang dicapai sejak awal masa remaja
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial terutama dengan
lawan jenisnya. Mereka ingin mendapat penerimaan dari kelompok
teman sebaya lawan jenis ataupun sesaama jenis agar merasa
dibutuhkan dan dihargai.
c. Menerima kondisi dan belajar hidup sesuai jenis kelaminnya
Pada masa ini, perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan
tampak jelas lalu berkembang matang pada masa dewasa. Apabila
remaja memiliki bentuk tubuh yang tidak memuaskan mereka akan
menyesali dirinya sendiri. Padahal mereka seharusnya menerima
kondisinya dengan penuh tanggung jawab.
d. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
Bebas dari ketergantungan emosional merupakan tugas
perkembangan penting yang dihadapi oleh setiap remaja. Apabila
remaja tidak memiliki kebebasan emosional mereka akan menemui
16
berbagai kesulitan dalam masa selanjutnya, tidak bisa membuat
keputusan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihan yang
ditempuhnya.
e. Mendapatkan kesanggupan berdiri sendiri dalam hal-hal yang
berkaitan dalam masalah ekonomi
Kelak para remaja akan hidup sebagai orang dewasa, kesanggupan
disini mencakup dua tugas yaitu; pertama, mencari sumber keuangan
atau pemasukan. Dalam hal ini remaja diharapkan belajar untuk
lepas dari bantuan orang tua dengan mendapatkan pekerjaan. Kedua,
pengelolaan keuangan, dalam hal ini remaja diharapkan mampu
mengatur pengeluarannya.
f. Memperoleh Nilai-nilai dan Filsafat hidup
Remaja seringkali sulit menerima kondisi fisiknya bila sejak kanak-
kanak mereka telah mengagungkan konsep tentang penampilan diri
pada waktu dewasa. Tugas untuk mengembangkan perilaku social
yang bertanggung jawab berkaitan erat dengan masalah
perkembangan nilai-nilai yang selaras dengan dunia orang dewasa
yang akan dimasuki. Kebanyakan remaja ingin diterima oleh teman-
teman sebayanya tetapi orang dewasa menganggap perilaku remaja
ini diartikan bahwa mereka belum bisa bertanggung jawab.
6. Keadaan emosi selama masa remaja (Hurlock,2003)
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode badai dan
tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat
dari perubahan fisik dan kelenjar. Tidak semua remaja mengalami masa
badai dan tekanan, namun benar juga apabila sebagian remaja
mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi
dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial
yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan
merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Menurut Gisell dan
17
kawan – kawan dalam Hurlock, remaja empat belas tahun sering kali
mudah marah, mudah dirangsang, dan emosinya cenderung meledak,
tidak berusaha mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam
belas tahun mengatakan bahwa mereka tidak punya keprihatinan. Jadi
adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang
berakhirnya awal masa remaja.
a. Pola emosi pada masa remaja
Pola emosi remaja adalah masih sama dengan pola emosi masa
kanak – kanak. Perbedaannya terletak pada rangsangan rangsangan
yang membangkitkan emosi dan derajat, dan khususnya
padapengandalian latihan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara
gerakan amarah yang meledak – ledak, melainkan dengan
menggerutu, tidak mau berbicara, atau dengan suara keras
mengkritik orang – orang yang menyebabkan amarah.
b. Kematangan emosi
Anak laki – laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai
kematangan emosi apabila pada akhir masa remaja tidak meledakkan
emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan
tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara – cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi
yang lain adalah bahwa individu menilai situasi kritis terlebih dahulu
sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir
sebelumnya seperti anak – anak atau orang yang tidak matang.
B. Stres
1. Pengertian
Menurut Santrock, 2003 stres adalah respon individu terhadap
keadaan atau kejadian yang memicu stres (stresor), yang mengancam
dan mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).
18
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi
dalam kehidupan sehari – hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang
mengalaminya, stres memberi dampak total pada individu yaitu
terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat
mengancam keseimbangan fisiologis (Rasmun, 2004).
2. Jenis stres ( Wangsa, 2009)
a. Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat,
positif dan konstruktif atau bersifat membangun. Hal tersebut
termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan
adaptasi dan tingkat performance yang tinggi.
b. Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang yang bersifat
tidak sehat, negatif, dan destruktif atau bersifat merusak. Hal
tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti
penyakit kardiovaskuler dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism)
yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan
dan kematian.
3. Stresor
Menurut Perry Potter 2005, stimulasi yang mengawali atau
mencetuskan perubahan disebut stresor. Stresor menunjukkan suatu
kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja
kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan,
spiritual, atau kebutuhan kultural. stresor secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai stresor internal dan eksternal. Stresor internal
berasal dari dalam diri seseorang (misalnya, demam, kondisi seperti
kehamilan atau menopouse, atau keadaan emosi yang seperti rasa
bersalah). Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (misalnya,
19
perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan dalam peran
keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan).
4. Sumber stres (Rasmun, 2004)
Sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh, terjadinya
stres yang disebabkan stressor dirasakan dan dipersepsikan oleh
individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan
yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik
psikologis, contohnya dapat berupa :
a. Biologik : mikroba atau bakteri, virus dan jasad renik lainnya,
hewan binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya
yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya
jerawat (acne), demam, digigit binatang,dan lain - lain.
b. Fisik : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang meliputi
tempat tinggal, domisili, demografi berupa jumlah anggota dalam
keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan.
c. Kimia : dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa
sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan,
pemakaian alkohol, nekotin cafein, polusi udara, gas beracun,
insektisida, pencemaran lingkungan, bahan – bahan kosmetika,
bahan – bahan pengawet, pewarna, dan lain – lain.
d. Psikologik : labeling (penamaan) dan prasangka, ketidakpuasan
terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan) konflik peran,
percaya diri rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan
kehamilan.
e. Spiritual : adanya persepsi negatif terhadap nilai – nilai ke-
Tuhanan.
5. Gejala – gejala stres (Hardjana, 1994)
a. Gejala fisikal
Gejala stres yang dialami seperti sakit kepala, sulit tidur
(insomnia), sakit punggung terutama bagian bawah, gatal – gatal
20
pada kulit, pencernaan terganggu, tekanan darah tinggi, ketegangan
otot pada area leher dan bahu, keringat berlebihan, berubah selera
makan serta kelelahan ditambah dengan banyak melakukan
kesalahan dalam kerja dan hidup.
b. Gejala Emosional
Biasanya seseorang mengalami kecemasa, sedih, mood berubah
dengan cepat, mudah marah, gugup, merasa harga diri turun atau
tidak aman sensitif, mudah menyerang dan bermusuhan, kehabisan
sumber daya mental (burn out). Pada gejala ini apabila tidak
teratasi dengan cepat perlu ditolong kepsikolog atau psikiater.
c. Gejala Intelektual
Adalah sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa,
pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun berlebihan, pikiran
dipenuhi dengan satu pikiran saja, kehilangan rasa humor yang
sehat, dan prestasi atau produktivitas kerja yang menurun serta
bertambahnya jumlah kekeliruan yang dibuat.
d. Gejala Interpersonal
Stres mempengaruhi hubungan dengan orang lain, baik di dalam
maupun diluar rumah. Gejalanya antara lain : kehilangan
kepercayaan dari orang lain, mudah mempermasalahkan orang
lain, tidak memenuhi janjinya, suka mencari – cari kesalahan orang
lain atau menyerang orang dengan kata – kata, terlalu
membentengi diri “mendiamkan” orang lain.
6. Respon terhadap stres
a. Respon fisiologis
Menurut selye, 1994 mengemukakan istilah General Adaptation
Syndrome (GAS) yang terdiri dari rangkaian tahapan reaksi
fisiologis terhadap stresor :
21
1) Reaksi alarm
Pada tahapan ini arousal yang terjadi pada tubuh organisme
berada di bawah normal yang selanjutnya meningkat di atas
normal. Pada akhir tahapan ini, tubuh melindungi organisme
terhadap stresor. Tetapi tubuh tidak dapat mempertahankan
intensitas arousal dari alarm reaction dalam aktu uang sangat
lama.
2) Tahapan resisten
Pada tahap ini tubuh bertahan untuk melawan dan beradaptasi
dengan stresor. Respon fisiologis menurun, tetapi masih tetap
lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
3) Tahap kehabisan tenaga
Respon fisiologis masih terus berlangsung. Hal ini dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh dan menguras energi
tubuh, sehingga terjadi kelelahan pada tubuh. Stresor yang
terus terjadi akan mengakibatkan penyakit dan kerusakan
fisiologis dan dapat menyebabkan kematian.
b. Respon Psikologis
1) Kognisi
Stres dapat melemahkan ingatan dan perhatian dalam aktivitas
kognitif. Stresor berupa kebisingan dapat menyebabkan defisit
kognitif pada anak – anak.
2) Emosi
Emosi cenderung terkait dengan stres. Individu sering
menggunakan keadaan emosionalnya untuk mengevaluasi
stres. Proses penilaian kognitif dapat mempengaruhi stres dan
pengalaman emosional. Rreaksi emosional terhadap stres yaitu
seperti rasa takut, phobia, kecemasan, depresi, perasaan sedih,
dan rasa marah.
22
3) Perilaku sosial
Stres dapat mengubah perilaku individu terhadaporang lain.
Individu dapat berperilaku menjadi positif maupun negatif.
Stres yang diikuti dengan rasa marah menyebabkan perilaku
sosial negatif cenderung meningkat sehingga dapat
menimbulkan perilaku agresif.
7. Tingkat stres (potter & perry dalam rasmun, 2004)
a. Stres ringan
Biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebaliknya stres sedang
dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan
umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya : lupa ketiduran,
kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya dalam beberapa
menit atau beberapa jam. Situasi seperti ini nampaknya tidak akan
menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
b. Stres sedang
Terjadi lebih lama beberapa jam sampai beberapa hari contohnya
kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebihan,
mengharapkan pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam
waktu yang lama, situasi seperti ini dapat bermakna bagi individu
yang mempunyai faktor predisposisi suatu penyakit koroner.
c. Stres berat
Adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa
tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis,
kesulitan finansial dan penyakit fisik yang lama.
23
8. Metode untuk mengatasi stres (Hardjana, 1994)
a. Pendekatan farmakologis (pharmalogical)
Pendekatan ini dilakukan dokter yang juga ahli psikiatri.
Pendekatan ini memanfaatkan obat – obat penenang dan umumnya
bersifat sementara. Cara kerjanya rumit, tidak mudah dijelaskan
bagi orang awam dibidang kedokteran dan psikiatri. Pendekatan ini
berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous sistem), bisa
berada di pusat (central), bisa juga disekelilingnya (peripheral).
Jadi pendekatan farmakologi boleh disebut sebagai cara
pengelolaan stres awal sebelum pada waktunya orang dibantu
untuk mengelola stres yang dialami dengan sungguh – sungguh,
dalam arti masalah sendiri dikelola.
b. Pendekatan perilaku (bahavioral)
Pendekatan ini yang terarah pada perilaku, bentuknya antara lain
relaksasi, desentasisasi sintetesis, umpan balik, meniru orang lain.
c. Pendekatan kognitif
Metode ini dilakukan untuk membantu orang dalam mengatasi
stresnya karena kekurangan atau kesalahan pengertian. Intinya
metode kognitif merupakan pemahaman untuk mengatasi stres
diciptakan untuk mengatur kembali pola berfikirnya. Mengatur
kembali pola berfikir pada dasarnya merupakan proses
menggantikan pikiran atau keyakinan yang mengurangi penilaian
orang yang menderita stres terhadap ancaman atau kerugian yang
dapat diakibatkan oleh hal, peristiwa, orang yang dihadapinya.
d. Meditasi dan hipnosis
Stres dapat mempengaruhi gejolak mental. Metode meditasi dan
hipnosis merupakn salah satu cara yang efektif. Meditasi
merupakan cara untuk memusatkan diri dan perhatian pada suatu
objek, pemikiran atau bayangan. Tujuannya dalam mengelola stres
adalah menambah kemampuan orang yang terkena stres
berhadapan dengan hal, peristiwa, orang, keadaan yang
24
mengakibatkan stres dengan menciptakan tanggapan rileks, tenang,
sebagai alternatif tanggapan terhadap stres tersebut. Hipnosis
merupakan perubahan kesadaran yang dihasilkan lewat sugesti
tertentu dan dalam keadaan berubah itu orang dapat dibantu
mengubah pemahaman, ingatan, dan perilaku. Tanpa ada orang
yang ahli dan dan orangnya sendiri tidak dapat dihipnosis, metode
hipnosis tidak dapat dilaksanakan.
e. Terapi Musik
Metode ini salah satu cara untuk membantu mengatasi stres. Jika
kadar stres pada seseorang terlalu tinggi maka sistem kekebalan
tubuhnya akan berkurang oleh sebab itu seseorang perlu
mewaspadai dirinya dari kondisi stres yang berlebihan. Manfaat
musi salah satunya yaitu untuk mengendalikan diri.
9. Stres pada remaja
Menurut Garfinkel (dalam Walker, 2002) mengatakan secara umum
penyebab stres pada remaja adalah :
a. Perbedaan pendapat dengan orang tua
b. Putus dengan kekasih
c. Bertengkar dengan saudara perempuan dan laki – laki
d. Perubahan status ekonomi pada orang tua
e. Sakit yang diderita oleh anggota keluarga
f. Masalah dengan teman sebaya
g. Masalah dengan orang tua
Menurut Walker (2002), ada tiga faktor yang menyebabakan remaja
menjadi stres, yaitu :
a. Faktor biologis
1) Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga
2) Penggunaan alkohol dan obat – obatan dalam keluarga
3) Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga
4) Penyakit yang serius diderita remaja atau anggota keluarga
25
5) Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatrus seperti
kelainan makanan, skizoprenia, manik depresi, gangguan perilaku
dan kejahatan.
6) Kematian salah satu anggota keluarga
7) Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik
8) Perceraian orang tua
9) Konflik dalam keluarga
b. Faktor kepribadian
1) Tingkah laku impulsif, obsesif dan ketakutan yang tidak nyata
2) Tingkah laku agresif dan antisosial
3) Penggunanaan dan ketergantungan obat terlarang
4) Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri
sendiri dan merasa bersalah
5) Masalah dengan makan dan tidur
c. Faktor psikologis dan sosial
1) Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau
anggota keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau
keluarga
2) Tidak dapat memenuhi harapan orang tua seperti kegagalan dalam
mencapai tujuan, tinggal kelas dan penolakan sosial
3) Tidak dapat menyelesaiakan konflik dengan anggota keluarga,
teman sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan
kemarahan, frustasi dan penolakan
4) Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat
mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan
5) Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan
10. Cara Pengukuran Tingkat Stres atau instrumen pengukuran tingkat
stres
Instrumen memiliki peran penting dalam sebuah penelitian.
instrumen berperan dalam memperoleh data yang digunakan dari
26
sebuah penelitian, untuk selanjutnya diteliti dan ditarik kesimpulan
sebagai hasil penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
instrumen atau alat pengumpul data dengan angket atau kuesioner
untuk alat ukur tingkat stres. Tingkat stres adalah hasil penilaian
terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang (Hardjana,
1994). Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) oleh Lovibond & Lovibond (1995).
DASS adalah seperangkat skala subyektif yang dibentuk untuk
mengukur status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres.
DASS 42 dibentuk tidak hanya untuk mengukur secara konvensional
mengenai status emosional, tetapi untuk proses yang lebih lanjut untuk
pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang berlaku di manapun
dari status emosional, secara signifikan biasanya digambarkan sebagai
stres. DASS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau individu
untuk tujuan penelitian. Tingkatan stres pada instrumen ini berupa
normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Psychometric Properties
of The Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42 item,
yang mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik, emosi/psikologis, dan
perilaku. Jumlah skor dari pernyataan item tersebut, memiliki makna
0-29 (normal), 30-59 (ringan), 60-89 (sedang), 90-119 (berat), >120
(Sangat berat).
C. Terapi Musik
1. Pengertian
Musik adalah kesatuan dari kumpulan suara melodi, ritme dan
harmoni yang dapat membangkitkan emosi. Musik adalah bunyi yang
diterima oleh individu yang berbeda – beda berdasarkan sejarah,
lokasi, budaya, dan selera seseorang (Rasyid, 2010).
Terapi adalah serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu
atau menolong orang lain. Terapi musik adalah sebuah terapi
kesehatan yang menggunakan musik untuk meningkatkan dan
27
memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan sosial bagi individu dalam
berbagai usia (Djohan, 2006).
Menurut Federasi Terapi Musik Dunia (WMFT) mengemukakan
terapi musik adalah penggunaan musik dan atau elemen musik (suara,
irama, melodi, dan harmoni) terhadap klien atau kelompok dalam
proses membangun komunikasi, meningkatkan relasi interpersonal,
belajar, meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi menata diri
untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan, 2006).
Terapi musik ialah penggunaan bunyi dan musik dalam
memunculkan hubungan antara individu dan terapis untuk mendukung
dan menguatkan secara fisik, mental, sosial, dan emosi. Penggunaan
bunyi dan musik dapat berbagai cara, misalnya bermain musik
bersama dengan improvisasi bebas. Musik sudah lama menjadi bagian
dari kehidupan manusia yang mampu membuat seseorang terhibur,
terlena, atau mengenang kembali (Kompas, 2010).
Metode terapi musik pertama kali ditemukan di Amerika tahun
1950-an. Pada tahun 1970-an, Mary Priestly mengembangkan
analytical music therapy ketika bekerja sebagai terapis musik d sebuah
rumah sakit jiwa. Di tahun 2007 sebuah studi membuktikan bahwa
terapi musik secara dramatis mampu meningkatkan kondisi fisik dan
mental pasien paliatif atau pasien yang sedang menghadapi
kematiannya. Dalam studi yang dilakukan para peneliti dari Cleveland
Music School Settlement tersebut diketahui terapi musik secara
signifikan menurunkan rasa gelisah dan sakit yang dirasakan pasien
serta membuat pasien bernapas lebih tenang. Sekitar 80 persen dari
200 responden juga mengaku mood mereka menjadi lebih baik,
demikian juga dengan para keluarganya (Djohan, 2006).
2. Macam terapi musik (Satiadarma, 2004)
Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi
musik, yaitu:
28
a. Terapi Musik Aktif
Dalam terapi musik aktif klien diajak bernyanyi, belajar
memainkan alat musik, menirukan nada-nada, bahkan membuat
lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi aktif dengan
dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik atif tentu saja
dibutuhkan bimbingan seorang pakar yang kompeten dalam
bermain musik.
b. Terapi Musik Pasif
Terapi musik pasif merupakan terapi musik yang murah, mudah
dan efektif. Hanya dengan mendengarkan dan menghayati suatu
alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal
terpenting dalam Terapi Musik Pasif adalah pemilihan jenis musik
dapat sesuai dengan kebutuhan.
3. Jenis – jenis aliran musik
a. Musik klasik
Musik klasik merupakan istilah yang biasanya mengacu pada
musik yang dibuat di atau berakar dari tradisi kesenian barat
(Rasyid, 2010).
Musik klasik memiliki kejernihan, keanggunan, kebeningan. Musik
ini mampu memperbaiki konsentrasi dan ingatan (campbell, 2001).
Sampai saat ini jenis musik klasik banyak dimanfaatkan untuk
pendidikan, relaksasi, konseling, dan terapi. Musik klasik dianggap
paling aman karena apabila dibandingkan dengan jenis musik yang
lain musik klasik belum berfokus pada nuansa emosional, tetapi
lebih berfokus pada keseimbangan bentuk dan struktur serta
bersifat stabil karena iramanya dan harmoninya tidak bergejolak.
Selain itu musik klasik memiliki penekanan terhadap melodi,
harmoni yang seimbang dan ritme yang konstan (Satiadarma,
2005).
29
b. Musik Jazz
Musik Jazz adalah aliran musik yang berasal dari Amerika Serikat
pada awal abad ke 20 dengan akar – akar musik dari Afrika dan
Eropa. Musik ini banyak menggunakan gitar, trombon, piano,
terompet, dan saxophone. (Rasyid, 2010).
Musik jazz memberikan kegembiraan dan memberi ilham,
melepaskan rasa gembira maupun kesedihan mendalam, membawa
kecerdasan dan menegaskan kemanusiaan bersama (campbell,
2001).
c. Musik Rock
Musik Rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui
secara umum pada pertengahan tahun 1950-an. Bunyi khas musik
rock sering berkisar sekitar gitar listrik (Rasyid, 2010). Musik
Rock dapat menggugah nafsu, merangsang gerakan aktif,
melepaskan ketegangan dan menutup rasa sakit. Musik tersebut
juga dapat menciptakan ketegangan, stres dan rasa sakit didalam
tubuh apabila tidak dalam suasana batin untuk dihibur secara
energik (Campbell, 2003).
d. Musik Rakyat (Musik Tradisional)
Musik rakyat atau musik tradisional adalah musik yang hidup di
masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana
hiburan. Tiga komponen yang saling mempengaruhi di antaranya
seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya
(Rasyid,2010).
e. Musik Keagamaan
Musik keagamaan antara lain terdiri dari
1) Kasidah
Adalah bentuk syair epik kesusateraan arab yang dinyanyikan.
Penyanyi menyanyikan lirik berisi pujian – pujian (dakwah
30
keagamaan, dan satir) untuk kaum muslim. Lagu kasidah
modern liriknya juga dibuatb dalam bahasa. Alat musik yang
digunakan adalah rebana dan mandolin, disertai alat – alat
modern misalnya biola, gitar, kibord (Rasyid, 2010).
2) Nasyid
Adalah salah satu seni tarik suara islam. Syairnya merupakan
nyayian yang bercorak islam dan mengandung nasihat, kisah
para nabi, memuji Allah, dan sejenisnya. Nasyid dinyanyikan
secara akapela dengan hanya diiringi gendang. Pada awalnya
yang dinyanyikan adalah syair – syair asli berbahasa arab.
Namun akhirnya berkembang dengan bahasa indonesia dengan
tema yang semakin luas (Rasyid, 2010).
4. Manfaat terapi musik (Djohan, 2006)
Ada beberapa manfaat terapi musik yaitu :
a. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran
Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik
adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih
fresh. Terapi musik memberikan kesempatan bagi tubuh dan
pikiran untuk mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi
relaksasi (istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh
akan mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,
produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami
penyegaran.
b. Meningkatkan Kecerdasan
Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia
seseorang disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah
oleh Frances Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian
lain juga membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi
adalah waktu yang paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar
menjadi cerdas. Hal ini karena otak anak sedang dalam masa
31
pembentukan, sehingga sangat baik apabila mendapatkan
rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang sedang hamil
sering mendengarkan terapi musik, janin di dalam kandungannya
juga ikut mendengarkan. Otak janin pun akan terstimulasi untuk
belajar sejak dalam kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kelak si
bayi akan memiliki tingkat intelegensia yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa diperkenalkan
pada musik.
c. Meningkatkan Motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan
dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan
muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga sebaliknya,
jika motivasi terbelenggu, maka semangat pun menjadi luruh,
lemas, tak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil penelitian,
ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan motivasi,
semangat dan meningkatkan level energi seseorang.
d. Pengembangan Diri
Musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pengembangan diri
seseorang. Hati-hati, karena musik yang Anda dengarkan
menentukan kualitas pribadi Anda. Hasil penelitian kami
menunjukkan bahwa orang yang punya masalah perasaan, biasanya
cenderung mendengarkan musik yang sesuai dengan perasaannya.
Misalnya orang yang putus cinta, mendengarkan musik atau lagu
bertema putus cinta atau sakit hati. Dan hasilnya adalah
masalahnya menjadi semakin parah. Dengan mengubah jenis
musik yang didengarkan menjadi musik yang memotivasi, dalam
beberapa hari masalah perasaan bisa hilang dengan sendirinya atau
berkurang sangat banyak. Dan jika Anda mau, Anda bisa
mempunyai kepribadian yang Anda inginkan dengan cara
mendengarkan jenis musik yang tepat.
32
e. Meningkatkan Kemampuan Mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah
kepikunan. Hal ini bisa terjadi karena bagian otak yang memproses
musik terletak berdekatan dengan memori. Sehingga ketika
seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara otomatis
memorinya juga ikut terlatih. Atas dasar inilah terapi musik banyak
digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa. Sedangkan di pusat
rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani
masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
f. Kesehatan Jiwa
Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam
bukunya ''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik
membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan
emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan
psikologis. Pernyataannya itu tentu saja berdasarkan
pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai terapi.
Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh
psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam
gangguan kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.
g. Mengurangi Rasa Sakit
Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf
yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung
dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut
penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik.
Ketika kita merasa sakit, kita menjadi takut, frustasi dan marah
yang membuat kita menegangkan otot-otot tubuh, hasilnya rasa
sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan musik secara teratur
membantu tubuh relaks secara fisik dan mental, sehingga
membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam proses
persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan
33
mengurangi rasa sakit. Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis
akibat suatu penyakit, terapi musik terbukti membantu mengatasi
rasa sakit.
h. Menyeimbangkan Tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu
menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan
otak. Jika organ keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh
lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
i. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
John Diamond dan David Nobel, telah melakukan riset mengenai
efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka
menyimpulkan bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai
dan dapat diterima oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi
dengan mengeluarkan sejenis hormon (serotonin) yang dapat
menimbulkan rasa Nikmat dan senang sehingga tubuh akan
menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya sistem kekebalan tubuh)
dan membuat kita menjadi lebih sehat.
D. Terapi Musik Untuk Penurunan Tingkat Stres
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan
musik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, kognitif dan
sosial bagi individu dalam berbagai usia (Djohan, 2006). Stres adalah
respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang
terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari
– hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stres
memberi dampak total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis,
intelektual, sosial dan spiritual, stres dapat mengancam keseimbangan
fisiologis (Rasmun, 2004).
Musik dianggap dapat berpengaruh dalam penurunan tingkat stres
pada dasarnya harmonisasi nada dan irama musik mempengaruhi kesan
harmoni di dalam diri kita. Jika harmoni musik setara dengan irama
34
internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang
menyenangkan, sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama
internal tubuh kita, maka musik akan memberikan kesan yang kurang
menyenangkan. Karena musik dihasilkan oleh adanya getaran udara,
bukan hanya organ pendengaran atau telinga saja yang mampu menangkap
stimulus musik, tetapi saraf pada kulit juga turut merasakannya. Demikian
pula organ vestibul (pada sekitar belakang telinga) yang merupakan alat
keseimbangan manusia memperoleh dampak yang berarti dari adanya
musik (Satiadarma, 2004).
Dari hasil Penelitian Regina dan Prabowo tahun 2007 mengenai
treatment meta musik untuk menurunkan stres dengan metoda
mendengarkan musik pada mahasiswa yang berusia 19 - 24 tahun,
hasilnya menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadapa stres
sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa meta musik dapat digunakan dalam menurunkan
stres pada mahasiswa. Selain itu terdapat penelitian dari Irma Rahmawati,
Hartiah Haroen, Neti Juniarti mengungkapkan penurunan tingkat stres
yang terjadi pada remaja khususnya remaja yang tinggal di Panti asuhan
Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang, disebabkan karena
pemberian terapi musik tersebut dapat menurunkan hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang merupakan hormon stres.
Musik merupakan getaran udara harmonis yang ditangkap oleh
organ pendengaran dan melalui saraf di dalam tubuh kita dan disampaikan
ke susunan saraf pusat sehingga menimbulkan kesan tertentu di dalam diri
kita. Akibatnya jika kita mendengarkan musik kita cenderung
menghentakkan kaki pada lantai atau mengetukkan tangan pada meja, atau
membayangkan iramanya di dalam diri kita sendiri (Satiadarma, 2004).
Dengan demikian perasaan tegang, gundah, marah sebagai pemicu stres
menjadi berkurang karena efek dari music yang bersifat menenangkan.
35
E. Kerangka teori
Dari tinjauan teori dapat dilihat kerangka teori sebagai berikut :
Skema 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Hardjana (1994), Rasmun (2004)
Sumber stress
a. Biologik
b. Fisik
c. Kimia
d. Psikologik
e. Spiritual
Stres
Tingkat Stres :
a. Stres Ringan
b. Stres Sedang
b. Stres Sedang
Metode Untuk Mengatasi Stres :
a. Pendekatan Farmakologis
b. Pendekatan Perilaku
c. Pendekatan Kognitif
d. Meditasi dan Hipnosis
e. Terapi Musik
36
F. Kerangka Konsep
Dari kerangka teori tersebut, maka dapat dirumuskan kerangka konsep
sebagai berikut:
Variable independen Variable dependen
Skema 2.2 Kerangka Konsep
G. Variabel Penelitian
Variable dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independen (variabel bebas) adalah Terapi Musik
2. Variabel dependen (variabel terikat) adalah Tingkat stres
H. Hipotesis
Adanya pengaruh terapi musik untuk penurunan tingkat stres pada remaja
di panti asuhan yayasan kyai ageng majapahit.
Terapi Musik
Tingkat Stres